Anda di halaman 1dari 2

Merujuk kepada Piaget, remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif

pada tahap Operasi Formal ketika mereka mengembangkan kemampuan berpikir


abstrak. Perkembangan ini, yang biasa terjadi pada usia 11 tahun, memberikan cara
baru yang lebih fleksibel kepada mereka untuk mengolah informasi. Tidak terbatas
oleh di sini dan sekarang, mereka sudah dapat mengetahui waktu historis dan ruang
luar angkasa. Mereka dapat berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi,
bukan hanya apa yang terjadi. Mereka dapat menyusun dan menguji hipotesa.
Hal. 150 – 151.

Pikiran tahap ini memiliki fleksibilitas yang tidak dimiliki di tahap operasional konkret.
Kemampuan berpikir abstrak juga memiliki implikasi emosional. Sebelumnya,
seorang anak dapat mencintai orang tua dan membenci teman sekelas. Sekarang, si
remaja “dapat mencintai kebebasan dan membenci eksploitasi, kemungkinan dan
cita-cita yang menarik bagi pikiran dan perasaan” (H. Ginsburg & Opper, 1979. hlm.
201). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme. (Elkind dalam BeythMarom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001)
mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan
istilah personal fabel. Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka
unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Kepercayaan egosentrik ini mendorong
perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka
secara magis terlindung dari bahaya. Menurut Elkind pemikiran yang belum matang
pada diri remaja dapat dimanifestasikan ke dalam 6 karakteristik, yaitu: Idealisme
dan Kekritisan, Argumentivitas, Ragu-ragu, Sikap Hipokritis, Kesadaran diri,
Kekhususan dan Ketangguhan. Perkembangan Bahasa, saat usia 16 sampai 18 tahun,
umumnya remaja mengenal sekitar 80.000 kata. Pada masa ini, mereka semakin
sadar akan kata-kata sebagai sebuah symbol dengan berbagai macam makna;
mereka lebih suka menggunakan ironi, humor, permainan kata, dan metafora
(Owens, 1996).
Hal. 151.

Penalaran Moral, menurut Kohlberg terdapat tiga tingkatan


penalaran moral (moral reasoning):
1. Tingkat Prakonvensional, bertindak dibawah control eksternal. Mereka mematuhi
perintah untuk menghindarnamun Kohlbergi hukuman atau mendapatkan hadiah,
atau bertindak diluar kepentingan diri. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang
berusia 4 - 10 tahun.
2. Tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis. Pada
tingkat ini, anak peduli tentang menjadi “baik”, memuaskan orang lain, menuruti
harapan keluarga, kelompok atau bangsa, yang dipandangnya sebagai hal yang
bernilai dalam dirinya.
Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi
juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan sosial
tersebut. Tahap ini dicapai setelah usia 10 tahun.
3. Tingkat Postkonvensional, orang-orang pada tahap ini menyadari konflik antara
standar moral dan membuat keputusan sendiri berdasarkan prinsip hak, kesetaraan
dan keadilan. Tahap ini dicapai pada masa remaja awal atau lebih umum lagi pada
masa dewasa awal. Remaja yang memiliki self-efficacy tinggi yang percaya bahwa
mereka dapat menguasai tugas-tugas dan meregulasi cara belajar mereka sendiri
adalah yang paling mungkin mencapai prestasi baik di sekolah.
Hal. 152

Gender remaja laki-laki dan perempuan mendapatkan skor yang kurang lebih sama
dalam tes standar untuk kebanyakan bidang studi, tetapi remaja perempuan
cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam kemampuan akademis
mereka. Remaja laki-laki lebih akan menjadi underachiever, untuk mengikuti
program khusus atau pendidikan remedial, dan dapat dikeluarkan dari atau keluar
dari sekolah (Eccles et al., 2003; Freeman, 2004). Sistem pendidikan berkualitas dari
sekolah yang memiliki atmosfer yang teratur tetapi tidak menekan; kepala sekolah
yang aktif dan energik; dan guru-guru memiliki harapan yang tinggi untuk siswa,
menekankan aktivitas akademis dibandingkan ekstrakurikuler,
dan memonitor peforma siswa dari dekat.
Hal. 152-153

Anda mungkin juga menyukai