Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Berubahnya paradigma dunia yang mendudukkan desa sebagai bagian penting


dalam globalisasi, turut mendorong Indonesia untuk segera mengubah sudut pandangnya
akan desa. Berkaitan dengan hal itu pula, maka Pemerintah memberikan penegasan untuk
memaksimalkan pembangunan desa dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Undang-Undang ini menjadi pedoman penting untuk menjelaskan status
dan bentuk desa secara riil dalam konstelasi penyelenggaraan pemerintahan. Apa yang
diharapkan di kemudian hari, yakni desa yang tidak hanya menjadi bagian dari pemeran
pembangunan dalam skala kecil (shadow government), tetapi juga berkesempatan menjadi
pemeran utama dalam pembangunan nasional.
Pemerintah pusat menaruh ekspektasi yang besar bagi percepatan pembangunan di
desa. Saat ini, terjadi perubahan mendasar terkait skema dana pembangunan desa.
Sebelumnya, melalui cara konvensional, dana pembangunan desa harus melalui APBD
Provinsi dan Kabupaten. Namun, pola seperti ini dipandang kurang efektif, karena dana yang
akhirnya dikucurkan ke desa jumlahnya sangat kecil.
Pemerintah pusat telah memberikan porsi dana yang lumayan besar pada seluruh
desa. Harapan besarnya adalah, dana desa dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat
sasaran. Dalam rangka mengefektifkan realisasi dana desa tersebut, pemerintah mendorong
terbentuknya desa-desa inovasi.
Guna mewujudkan pembangunan desa yang merata, dibutuhkan kreativitas dan
inovasi pada semua lini. Apalagi ketimpangan Pembangunan baik fisik maupun SDM antara
wilayah perdesaan dengan perkotaan masih tinggi. Karena keterbatasan kapasitas itulah,
kebanyakan desa di Indonesia belum mampu mengelola dana desa untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakatnya. Dengan demikian, Program Inovasi Desa (PID) yang
diluncurkan Kementerian Desa PDTT diharapkan mampu mendorong Pemerintah Desa
menjadi lebih kreatif dan inovatif mengembangkan potensi lokal untuk mempercepat
pembangunan Desa dan penanggulangan kemiskinan.
Program Inovasi Desa (PID) menggunakan strategi pengembangan kapasitas desa
dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan desa secara berkualitas,
khususnya dalam bidang pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, pengembangan
sumber daya manusia, pelayanan sosial dasar, serta infrastruktur desa.
Dalam rangka mendorong terwujudnya desa inovasi, LPTK BRSDM KP
mengambil peran dengan membangun kemitraan. Kemitraan tersebut dilakukan dengan
Desa Koroe Onowa Kec. Wangi-Wangi, Kab. Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kemitraan ini dilaksanakan dalam rangka Implementasi Teknologi Konservasi Laut
untuk mendukung Wisata Bahari.
Wisata Bahari merupakan salah satu aspek penting yang dinilai cukup produktif
bagi keberdayaan desa berupa pengoptimalan sumberdaya pesisir dan laut secara
lestari dan berkelanjutan.

3 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


BAB II
PROFIL DAN LOKASI

2.1. Gambaran Umum Desa Koroe Onowa

Desa Koroe Onowa salah satu desa yang berada di pesisir pantai Kecamatan
Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. Desa Koroe Onowa terbentuk dengan memisahkan diri
(mekar) dari desa Waha yang di tetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun
2007 terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Koroe, Dusun Onelaro. Nama Desa Koroe Onowa
pada awal pembentukannya melalui beberapa kali musyawarah. Terdapat banyak
gagasan/ide mengenai nama desa yang di usulkan masyarakat pada saat itu seperti Desa
Koroe, Desa waha Utara, Desa Onowa dan Desa waha madani. Kemudian dengan
musyawarah yang alot diputuskan nama desa adalah Desa Koroe Onowa mengingat
historis Kampung Onowa dan Kampung Koroe.
Secara Administrasi Desa Koroe Onowa terletak di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi
dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Barat Berbatasan dengan Laut Banda
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tindoi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa waha
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Waelumu
Luas wilayah Desa Koroe Onowa 25,11 Ha, terdiri atas luas daratan kurang lebih
19,30 Ha dan luas perairan kurang lebih 4,81 Ha. Sumber mata air di Desa Koroe Onowa
umumnya berasal dari air tanah (Ground Water). Air tanah di Desa Koroe Onowa
dipengaruhi oleh naik turunnya air laut. Jenis tanah di Desa Koroe Onowa yakni Litosol dan
Mediteran. Secara umum tanah di daerah ini relatif kurang subur. Namun ada beberapa
potensi yang dimiliki oleh Desa Koroe Onowa adalah sebagai berikut :
1. Desa Koroe Onowa adalah desa yang memiliki potensi pertanian, Kelautan, Perikanan
dan Pariwisata.
2. Desa Koroe Onowa terletak pada jalur utama bandara matohora – Ibukota Kabupaten
wakatobi
3. Tingginya tingkat partisipasi dan swadaya masyarakat dalam memberikan kontribusi
terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa. Untuk menunjukkan
tingkat partisipasi masyarakat, telah terlihat dengan adanya keaktifan masyarakt desa
dalam kegiatan-kegiatan desa, seperti rapat tingkat dusun, desa dan musyawarah
partisipasi dalam perencanaan pembangunan desa
4. Semangat kekelurgaan dan gotong royong sangat tinggi. Budaya gotong royong dan rasa
kekelurgaan telah berakar dan menjadi karakter yang kuat pada masyarakat Desa
Korowe Onowa. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan kebersihan bersama, pembangunan
sarana umum serta bantuan terhadap penduduk yang terkena musibah
5. Adanya lembaga desa (BPD, LPM, PKK, Majelis Ta’lim, Remaja Mesjid. Karang Taruna,
BUMDesa, BUMDESma dan Lembaga lainnya di desa)
6. Adanya Swadaya masyarakat Desa, akam menjadi faktor pendukung dan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa karena memiliki masyarakat yang
proaktif terhadap pelaksanaan pembangunan desa
7. Tersedia bahan material, seperti : batu, pasir
8. Terdapat hutan mangrove dan empang
9. Luasnya lahan pertanian
Struktur perekonomian Desa Koroe Onowa di dominasi oleh sektor Pertanian,
Perikanan dan Peternakan. Peranan Sektor Pertanian, Perikanan dan Peternakan pada
kesejahteraan masyarakat Desa Koroe onowa sangat Besar. Hal ini dipengaruhu oleh
sumber mata pencaharian masyarakat dimana jumlah petani dan nelayan sangat besar
dibandingkan denga PNS maupun swasta. Lebih jelasnya secara terperinci dapat dilihat
pada tabel 1 sebagai berikut.

4 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Tabel 1. Struktur Ekonomi Desa Koroe Onowa
NO Mata Pencaharian Jumlah
1 Buruh Tani/Perkebunan 3
2 Buruh Nelayan/Perikanan 1
3 Buruh Harian Lepas 10
4 Petani/Pekebun 83
5 Nelayan/Perikanan 50
6 Peternak 8
7 Pedagang/wiraswasta 95
8 Tukang Kayu 8
9 Tukang Batu 21
10 Penjahit 1
11 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 31
12 TNI/POLRI 6
13 Pensiun PNS 3
14 Perangkat Desa 15
15 Pengrajin 2
16 Industri Rumah Tangga 0
17 Pelaut 7
18 Sopir 3
19 Karyawan Honorer 88
20 Belum/tidak Bekerja 302
21 lain-lain 163
Jumlah 900
Sumber : Diolah dari Profil Desa Koroe Onowa tahun 2018(RPJM Desa Koroe Onowa Tahun
2019-2024)

5 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Koreo Onowa Kec. Wangi-Wangi sampai bulan September 2021
PENDUDUK PENDUDUK
LAHIR MENINGGAL DATANG PINDAH
AWAL AKHIR
JML
BULAN INI BULAN INI BULAN INI BULAN INI BULAN INI BULAN INI KET
KK
L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML L P JML
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

242 228 - - 242 228 470 123

230 207 - - 230 207 437 124

472 435 - - - - - - - - - - - - - 472 435 907 247 -


Sumber : Kantor Kantor Desa Koroe Onowa Tahun 2021

Jumlah penduduk tahun 2021 baik pada awal bulan maupun akhir bulan Desa Koroe onowa tidak mengalami perubahan jumlah
penduduk tetap sama baik jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan. Yang berjumlah 907 jiwa yang terdiri dari laki-laki 472 jiwa dan
Perempuan 435 jiwa dan jumlah KK 247 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel 3 di atas.

6 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Tabel 3. Tingkat Pendidikan Desa Koroe Onowa
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Tamat SD 285
2 Tamat SD/Sederajat 120
3 SLTP/Sederajat 146
4 SLTA/Sederajat 226
5 Diploma 13
6 Akademi/Diploma III/S.Muda 16
7 Diploma IV/Strata I 91
8 Strata – II 3
Jumlah 885
Sumber : Diolah dari profil Desa Koroe Onowa Tahun 2018 (RPJM Desa Koroe Onowa
Tahun 2019-2024)

Pendidkan adalah hal yang sangat penting bagi setiap warga Negara, keberhasilan
Pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya.
Pendidikan merupakan Pembentuk watak bangsa di segala bidang kehidupan, Khususnya
dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam pembangunan dan ekonomi.
Di desa Koroe Onowa kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sudah sangat
tinggi. Bisa dilihat pada tabel 3. Dimana diploma IV/Strata – I berjumlah 91 orang dan Strata
– II berjumlah 3 orang, hal ini memperlihatkan bahwa walaupun suatu Desa bisa
menempuh pendidikan tinggi.

2.2. Lokasi Implementasi Teknologi Konservasi LPTK

Lokasi implementasi Teknologi Konservasi LPTK terletak di Laguna Pantai Ou Ntooge


Desa Waha - Desa Koroe Onowa Kec. Wangi-Wangi Kab. Wakatobi, Prov. Sulawesi
Tenggara, pada posisi koordinat 5014’34.56” S 123031’43.21” E. Lokasi ini disebut juga
sebagai lokasi Combbity Garden

Gambar 1. Lokasi Implementasi Teknologi Konservasi LPTK

7 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


BAB III
KEGIATAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INOVASI

3.1. Inisiasi Kemitraan Desa Inovasi

Kemitraan yang menjadi fokus kegiatan inovasi adalah (1) implementasi teknologi
konservasi bambu laut, dan (2) inisiasi Community Based Biodiversity (Combbity) Garden.
Anggaran kegiatan kemitraan ini selain bersumber dari anggaran kegiatan LPTK, juga dari
sumber-sumber lain yang tidak mengikat, serta kegiatan swadaya.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Combbity Garden,
antara lain: pelaksana (organizer) dan pemanfaat. Pihak pelaksana terdiri dari: pemerintah
(Pemerintah Desa Koroe Onowa), komunitas (Karang Taruna Desa Koroe Onowa),
akademisi (Fakultas Ilmu Kehutanan dan Lingkungan Universitas Halu Oleo dan LPTK
BRSDM KP), dunia usaha (Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesMa) Waha Raya dan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Koroe Onowa, dan pihak media/jurnalistik (LSM Meaka).
Formasi stakeholders di atas dikenal dengan sebutan kolaborasi pentahelix, karena
terdiri dari lima pihak utama yang berkolaborasi. Namun, dalam kolaborasi pengembangan
Combbity Garden berkembang menjadi model heksahelix, karena ada keterlibatan fasilitator
(LSM Meaka), yang sangat vital untuk merawat interaksi dengan semua aktor.
Berdasarkan aktor yang terlibat di atas, nampak bahwa kolaborasi tersebut
menunjukkan model heksahelix sebagai berikut.

Gambar 2. Model Heksahelix Kolaborasi Pengelolaan Combbity Garden

3.2. Pemetaan Stasiun Restorasi

Pemetaan stasiun restorasi dilakukan untuk memberikan dukungan terhadap konsep


Community Based Biodiversity (Combbity) Garden, berupa pembagian ruang-ruang laguna
untuk lokasi penanaman karang.
Pembagian stasiun dilakukan sebanyak 16 Stasiun berdasarkan suku karang, yakni:
Acroporidae, Agariciidae, Astrocoeniidae, Caryophylliidae, Dendrophylliidae, Faviidae,

8 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Fungiidae, Merulinidae, Mussidae, Oculinidae, Pectiniidae, Pocilloporidae, Poritidae,
Siderastreidae, Trachyphylliidae, dan Non-Scleractinian. 7 (Tujuh) dari 16 Suku karang
tersebut telah ditemukan di lokasi ini, yakni: Acroporidae, Fungiidae, Faviidae, Acroporidae,
Agariciidae, Astrocoeniidae, & Dendrophylliidae.
Adapun desain stasiun pemetaan lokasi Combbity Garden/Perairan Ou Ntooge (Desa
Waha-Desa Koroe Onowa), sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3. Desain Stasiun Combbity Garden

3.3. Deployment Teknologi Konservasi di Lokasi Perairan (In-Situ)

Desain substrat berikut ini merupakan substrat karang berdesain aquascape, yang
memiliki kelebihan, baik dari sisi struktur maupun dari sisi estetika.

Gambar 4. Deployment Substrat Karang Berdesain Aquascape

9 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


3.4. Monitoring Karang dan Substrat untuk Pengembangan Wisata Bahari

Setelah teknologi substrat dan bibit karang di-deploy di area perairan Ou Ntooge,
selanjutnya dilakukan monitoring dan pemeliharaan. Kegiatan monitoring dan pemeliharaan
dilakukan untuk memastikan survivalitas karang yang ditanam.
Kegiatan monitoring meliputi pengamatan terhadap pertumbuhan karang dan kondisi
substrat. Untuk kegiatan pemeliharaan meliputi pembersihan badan substrat dari gangguan
epifit (lumut, dlsb), serta penggantian bibit karang yang mati atau terlepas (jika ada).
Output dari kegiatan monitoring dan pemeliharaan tersebut dapat mendorong
tersedianya obyek destinasi wisata bahari di lokasi ini.
Teknologi substrat yang dihasilkan pada 2021 dikenal dengan sebutan Teknologi
Restorasi Ekosistem Coral Reef disingkat Koroe Reef, dengan struktur sebagaimana pada
gambar berikut:

Gambar 5. Struktur Substrat Koroe Reef

Desain substrat Koroe Reef didesain dengan mengadopsi konsep aquascape,


dilakukan beberapa perubahan desain substrat yang dihasilkan pada tahun-tahun
sebelumnya. Struktur menjadi vertikal, terdapat tambahan substrat kelopak serta dudukan
mini substrat di bagian atas.
Dengan desain ini, dapat dimaksimalkan bibit untuk setiap set bisa mencapai 12 bibit.
Walaupun demikian, orientasi pemanfaatan substrat ini pada dasarnya hanya optimalisasi
dari desain sebelumnya, dengan demikian struktur substrat ini tetap relevan pada banyak
kondisi (multilokasi), termasuk pada kondisi lingkungan dengan skala 7 Beaufort.

3.5. Kemajuan Kegiatan Konservasi

Adapun kemajuan kegiatan konservasi di lokasi Ou Ntooge, adalah:


 Substrat yang dihasilkan berupa substrat vertikal dengan karakter kuat, berciri estetik dan
mendukung biodiversity;
 Dilakukan sejumlah pertemuan teknis dengan Karang Taruna Desa Koroe Onowa untuk
kemitraan bersama dalam pengembangan Combbity Garden.

10 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


3.6. Soft Launching Koroe Reef

Pada 20 Oktober 2021, LPTK dan Karang Taruna Koroe Onowa bersama sejumlah
stakeholders, melaksanakan kegiatan Soft Launching Implementasi Hasil Riset
Pengembangan Desain Aquascaping pada Model Tanam Bambu Laut di Combbity Garden,
yang disebut Koroe Reef, yang merupakan rangkaian acara dalam menyemarakkan Ulang
Tahun KKP yang ke 22.

Gambar 6. Soft Launching Koroe Reef

Kegiatan ini dibuka oleh Plt. Kepala LPTK, Efi Noferya Manafi dan dihadiri oleh
Direktur, Wadir dan dosen Akademi Komunitas Kelautan Perikanan, Perwakilan PSDKP
Wilker Wakatobi, Perwakilan Stasiun Karantina Wilker Wakatobi, serta Pengurus Karang
Taruna Koroe Onowa.

3.7. Kelemahan, Tantangan Implementasi Kemitraan Inovasi

Beberapa tantangan yang ditemukan selama pelaksanaan kegiatan kemitraan


bersama Desa Koroe Onowa adalah (1) suasana Pandemi Covid 19 menyebabkan tindak
lanjut kegiatan lapangan sangat terbatas, sehingga banyak rencana kegiatan yang tertunda
pelaksanaannya, (2) dukungan SDM untuk upaya promotif masih terbatas, sehingga
kegiatan wisata bahari di tempat ini belum banyak dikenal, (3) Kapasitas intervensi (dana
dan fasilitas) untuk mengimplementasikan konsep wisata bahari di seluruh lokasi Combbity
Garden masih sangat terbatas.

11 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan hasil kegiatan kemitraan Implementasi Teknologi


Konservasi Laut untu Mendukung Wisata Bahari adalah sebagai berikut:
1. Teknologi inovasi yang dihasilkan adalah Teknologi Restorasi Ekosistem Coral
Reef yang disebut Koroe Reef;
2. Teknologi ini berupa substrat yang memiliki spesifikasi berupa kemampuan
implementasi secara multilokasi, yakni di area perairan berarus dan mendapatkan
pengaruh ombak pada skala 7 Beaufort, serta pada substrat sedimen berpasir
dan lumpur.
3. Teknologi Koroe Reef memiliki bentuk estetis karena di-desain untuk
menggambarkan unsur-unsur aquascape, namun masih terbatas jumlahnya,
belum menjangkau seluruh stasiun yang disiapakan di area Combbity Garden.
4. Konsep Combbity Garden yang diinisiasi sebagai lokasi implementasi teknologi
inovasi tersebut menjadi obyek destinasi yang diorientasikan dapat memenuhi
tuntutan wisata bahari di lokasi ini.
5. Kolaborasi implementasi teknologi dan konsep inovasi lokasi yang dihasilkan
sudah terbentuk, namun masih memiliki keterbatasan manajemen termasuk
kapasitas kewirausahaan konservasi.

5.2. Saran

Dalam rangka mengembangkan kemitraan dalam kerangka Desa Inovasi bersama


Desa Koroe Onowa, maka diperlukan beberapa upaya strategis dan taktis, yakni
dibutuhkan pengembangan kapasitas kelembagaan dan kemampuan
entrepreneurship dalam pengelolaannya, dalam hal ini adalah Karang Taruna
sebagai Lembaga utama di lokasi kemitraan. Untuk itu, internalisasi unsur-unsur
manajemen dibutuhkan dalam hal ini.

12 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Lampiran-Lampiran

Pengembangan Desain Aquascaping Pada Model Tanam Bambu Laut di Combbity


Garden

Kegiatan Pembuatan Substrat (22 Juni 2021)

13 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Pertemuan dengan Karang Taruna Desa Koroe Onowa (10 Juni 2021)

14 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Uji Coba Substrat Koroe Reef di Ou Ntooge (5 Agustus 2021)

15 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Soft Launching Koroe Reef di Combbity Garden (20 Oktober 2021)

16 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI


Soft Launching Koroe Reef di Combbity Garden (20 Oktober 2021)

17 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KONSERVASI LAUT UNTUK MENDUKUNG WISATA BAHARI

Anda mungkin juga menyukai