PENDAHULUAN
Desa Koroe Onowa salah satu desa yang berada di pesisir pantai Kecamatan
Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. Desa Koroe Onowa terbentuk dengan memisahkan diri
(mekar) dari desa Waha yang di tetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun
2007 terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Koroe, Dusun Onelaro. Nama Desa Koroe Onowa
pada awal pembentukannya melalui beberapa kali musyawarah. Terdapat banyak
gagasan/ide mengenai nama desa yang di usulkan masyarakat pada saat itu seperti Desa
Koroe, Desa waha Utara, Desa Onowa dan Desa waha madani. Kemudian dengan
musyawarah yang alot diputuskan nama desa adalah Desa Koroe Onowa mengingat
historis Kampung Onowa dan Kampung Koroe.
Secara Administrasi Desa Koroe Onowa terletak di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi
dengan batas- batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Barat Berbatasan dengan Laut Banda
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tindoi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa waha
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Waelumu
Luas wilayah Desa Koroe Onowa 25,11 Ha, terdiri atas luas daratan kurang lebih
19,30 Ha dan luas perairan kurang lebih 4,81 Ha. Sumber mata air di Desa Koroe Onowa
umumnya berasal dari air tanah (Ground Water). Air tanah di Desa Koroe Onowa
dipengaruhi oleh naik turunnya air laut. Jenis tanah di Desa Koroe Onowa yakni Litosol dan
Mediteran. Secara umum tanah di daerah ini relatif kurang subur. Namun ada beberapa
potensi yang dimiliki oleh Desa Koroe Onowa adalah sebagai berikut :
1. Desa Koroe Onowa adalah desa yang memiliki potensi pertanian, Kelautan, Perikanan
dan Pariwisata.
2. Desa Koroe Onowa terletak pada jalur utama bandara matohora – Ibukota Kabupaten
wakatobi
3. Tingginya tingkat partisipasi dan swadaya masyarakat dalam memberikan kontribusi
terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa. Untuk menunjukkan
tingkat partisipasi masyarakat, telah terlihat dengan adanya keaktifan masyarakt desa
dalam kegiatan-kegiatan desa, seperti rapat tingkat dusun, desa dan musyawarah
partisipasi dalam perencanaan pembangunan desa
4. Semangat kekelurgaan dan gotong royong sangat tinggi. Budaya gotong royong dan rasa
kekelurgaan telah berakar dan menjadi karakter yang kuat pada masyarakat Desa
Korowe Onowa. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan kebersihan bersama, pembangunan
sarana umum serta bantuan terhadap penduduk yang terkena musibah
5. Adanya lembaga desa (BPD, LPM, PKK, Majelis Ta’lim, Remaja Mesjid. Karang Taruna,
BUMDesa, BUMDESma dan Lembaga lainnya di desa)
6. Adanya Swadaya masyarakat Desa, akam menjadi faktor pendukung dan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa karena memiliki masyarakat yang
proaktif terhadap pelaksanaan pembangunan desa
7. Tersedia bahan material, seperti : batu, pasir
8. Terdapat hutan mangrove dan empang
9. Luasnya lahan pertanian
Struktur perekonomian Desa Koroe Onowa di dominasi oleh sektor Pertanian,
Perikanan dan Peternakan. Peranan Sektor Pertanian, Perikanan dan Peternakan pada
kesejahteraan masyarakat Desa Koroe onowa sangat Besar. Hal ini dipengaruhu oleh
sumber mata pencaharian masyarakat dimana jumlah petani dan nelayan sangat besar
dibandingkan denga PNS maupun swasta. Lebih jelasnya secara terperinci dapat dilihat
pada tabel 1 sebagai berikut.
Jumlah penduduk tahun 2021 baik pada awal bulan maupun akhir bulan Desa Koroe onowa tidak mengalami perubahan jumlah
penduduk tetap sama baik jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan. Yang berjumlah 907 jiwa yang terdiri dari laki-laki 472 jiwa dan
Perempuan 435 jiwa dan jumlah KK 247 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel 3 di atas.
Pendidkan adalah hal yang sangat penting bagi setiap warga Negara, keberhasilan
Pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya.
Pendidikan merupakan Pembentuk watak bangsa di segala bidang kehidupan, Khususnya
dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam pembangunan dan ekonomi.
Di desa Koroe Onowa kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sudah sangat
tinggi. Bisa dilihat pada tabel 3. Dimana diploma IV/Strata – I berjumlah 91 orang dan Strata
– II berjumlah 3 orang, hal ini memperlihatkan bahwa walaupun suatu Desa bisa
menempuh pendidikan tinggi.
Kemitraan yang menjadi fokus kegiatan inovasi adalah (1) implementasi teknologi
konservasi bambu laut, dan (2) inisiasi Community Based Biodiversity (Combbity) Garden.
Anggaran kegiatan kemitraan ini selain bersumber dari anggaran kegiatan LPTK, juga dari
sumber-sumber lain yang tidak mengikat, serta kegiatan swadaya.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Combbity Garden,
antara lain: pelaksana (organizer) dan pemanfaat. Pihak pelaksana terdiri dari: pemerintah
(Pemerintah Desa Koroe Onowa), komunitas (Karang Taruna Desa Koroe Onowa),
akademisi (Fakultas Ilmu Kehutanan dan Lingkungan Universitas Halu Oleo dan LPTK
BRSDM KP), dunia usaha (Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesMa) Waha Raya dan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Koroe Onowa, dan pihak media/jurnalistik (LSM Meaka).
Formasi stakeholders di atas dikenal dengan sebutan kolaborasi pentahelix, karena
terdiri dari lima pihak utama yang berkolaborasi. Namun, dalam kolaborasi pengembangan
Combbity Garden berkembang menjadi model heksahelix, karena ada keterlibatan fasilitator
(LSM Meaka), yang sangat vital untuk merawat interaksi dengan semua aktor.
Berdasarkan aktor yang terlibat di atas, nampak bahwa kolaborasi tersebut
menunjukkan model heksahelix sebagai berikut.
Desain substrat berikut ini merupakan substrat karang berdesain aquascape, yang
memiliki kelebihan, baik dari sisi struktur maupun dari sisi estetika.
Setelah teknologi substrat dan bibit karang di-deploy di area perairan Ou Ntooge,
selanjutnya dilakukan monitoring dan pemeliharaan. Kegiatan monitoring dan pemeliharaan
dilakukan untuk memastikan survivalitas karang yang ditanam.
Kegiatan monitoring meliputi pengamatan terhadap pertumbuhan karang dan kondisi
substrat. Untuk kegiatan pemeliharaan meliputi pembersihan badan substrat dari gangguan
epifit (lumut, dlsb), serta penggantian bibit karang yang mati atau terlepas (jika ada).
Output dari kegiatan monitoring dan pemeliharaan tersebut dapat mendorong
tersedianya obyek destinasi wisata bahari di lokasi ini.
Teknologi substrat yang dihasilkan pada 2021 dikenal dengan sebutan Teknologi
Restorasi Ekosistem Coral Reef disingkat Koroe Reef, dengan struktur sebagaimana pada
gambar berikut:
Pada 20 Oktober 2021, LPTK dan Karang Taruna Koroe Onowa bersama sejumlah
stakeholders, melaksanakan kegiatan Soft Launching Implementasi Hasil Riset
Pengembangan Desain Aquascaping pada Model Tanam Bambu Laut di Combbity Garden,
yang disebut Koroe Reef, yang merupakan rangkaian acara dalam menyemarakkan Ulang
Tahun KKP yang ke 22.
Kegiatan ini dibuka oleh Plt. Kepala LPTK, Efi Noferya Manafi dan dihadiri oleh
Direktur, Wadir dan dosen Akademi Komunitas Kelautan Perikanan, Perwakilan PSDKP
Wilker Wakatobi, Perwakilan Stasiun Karantina Wilker Wakatobi, serta Pengurus Karang
Taruna Koroe Onowa.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran