Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS POTENSI SAMPAH MENJADI REFUSE

DERIVED FUEL (RDF) DARI TEMPAT PENAMPUNGAN


SEMENTARA (TPS) UNIVERSITAS PERTAMINA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
Ardhan Ardianto
104216071

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tugas Akhir : Analisis Potensi Sampah menjadi Refuse
derived fuel (RDF) dari Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Universitas
Pertamina
Nama Mahasiswa : Ardhan Ardianto

Nomor Induk Mahasiswa : 104216071

Program Studi : Teknik Lingungan

Fakultas : Fakultas Perencanaan Infrastruktur

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir :

Jakarta,_________________

MENGESAHKAN

Pembimbing I : Nama : Dr.Eng. Ari Rahman, S.T., M.Eng.

NIP : 116043

Pembimbing II : Nama : I Wayan Koko, M.T.

NIP : 119033

MENGETAHUI,

Ketua Program Studi

Dr.Eng. Ari Rahman, S.T., M.Eng


NIP. 116043

Universitas Pertamina - i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Potensi Sampah
menjadi Refuse derived fuel (RDF) dari Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Universitas ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak
mengandung materi yang ditulis oleh orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi
yang sumbernya telah dituliskan secara jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya
ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia
menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Pertamina hak bebas royalti noneksklusif (non-exclusive royalty-free right)
atas Tugas Akhir ini beserta perangkat yang ada. Dengan hak bebas royalti noneksklusif
ini Universitas Pertamina berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkatan data (database), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Jakarta, ………………………….

Yang membuat pernyataan,

Materai Rp 6.000

Ardhan Ardianto

Universitas Pertamina - ii
ABSTRAK
Ardhan Ardianto, 104216071, Analisis Potensi Sampah menjadi Refuse derived fuel
(RDF) dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) Universitas

Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi refuse derived fuel (RDF) dari TPS
Universitas Pertamina. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik
sampah yang dapat dijadikan bahan baku RDF dan menganalisis potensi sampah dari TPS
Universitas Pertamina. Metode yang digunakan yaitu pengujian kadar air, abu dan nilai
kalor. Pengujian dilakukan pada sampah daun/kayu, plastik, kertas, karet, styrofoam, sisa
makanan, dan botol PET. Dari hasil pengujian diketahui bahwa sampah sisa makanan tidak
memenuhi standar RDF karena memiliki nilai kadar air sebesar 48% dari standar yang
ditetapkan sebesar 25%. Untuk nilai kadar abu, semua jenis sampah yang diuji masih
memenuhi standar yang ditetapkan yaitu di bawah 20%. Nilai kalor pada jenis sampah
yang diuji masuk ke dalam standar RDF yaitu 15 MJ/kg. Potensi nilai kalor yang memiliki
nilai kedua tertinggi dijadikan pellet RDF. Sampah plastik dan kertas memiliki nilai
potensi tertinggi sebesar 4.278,056 MJ/hari dan 2.426,892 MJ/hari. Kedua sampah tersebut
dijadikan pellet RDF dengan variasi interval 25%. Dari hasil pengujian tersebut, hanya
variasi sampah kertas 100% yang tidak layak sebagai RDF dikarenakan hanya memiliki
nilai kalor sebesar 13,07 MJ/kg.

Kata Kunci: RDF, kadar air, kadar abu, nilai kalor, potensi nilai kalor

Universitas Pertamina - iii


ABSTRACT
Ardhan Ardianto, 104216071, Analysis of the Potential of Refuse derived fuel (RDF) from
TPS Pertamina University
The research was conducted to determine the potential for a refuse derived fuel (RDF)
from Pertamina University TPS. The purpose of this research is to identify the
characteristics of waste that can be used as RDF raw materials and to analyze the
potential for waste from TPS Pertamina University. The method used is testing moisture,
ash and calorific values. The tests were carried out on leaf / wood waste, plastic, paper,
rubber, styrofoam, food scraps, and PET bottles. From the test results, it is known that
food waste does not meet RDF standards because it has a moisture content value of 48%
of the set standard of 25%. For the value of ash content, all types of waste tested still meet
the standards set, which is below 20%. The calorific value of the type of waste tested is
included in the RDF standard, which is 15 MJ / kg. The total potential calorific value
generated is 9,895,082 MJ / day, the potential heating value which has the second highest
value is used as RDF pellets. Plastic and paper waste have the highest potential values of
4,278,056 MJ / day and 2,426,892 MJ / day. The two wastes were turned into RDF pellets
with 25% interval variations. From the results of these tests, only a 100% variation of
paper waste is not suitable as RDF because it only has a heating value of 13.07 MJ / kg.
Keywords: RDF, moisture content, ash content, calorific value, potential heating value

Universitas Pertamina - iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya. Penulis tidak
lupa untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr.Eng. Ari Rahman S.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, diskusi, dan bimbingan serta
persetujuan hingga tugas akhir ini dapat selesai.
2. Bapak I Wayan Koko S.T., M.T selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, diskusi, dan bimbingan serta
persetujuan hingga tugas akhir ini dapat selesai.
3. Orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan materi.
4. Para dosen pengajar Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pertamina.
5. Teman-teman Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pertamina Angkatan
2016 yang telah memberikan semangat dan dukungannya yang tak terkira.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada yang telah ikhlas membantu penyusunan
tugas akhir ini.

Jakarta, 25 Agustus 2020

Ardhan Ardianto

Universitas Pertamina - v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................................ii
ABSTRAK......................................................................................................................................iii
ABSTRACT....................................................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah....................................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................3
1.6 Lokasi Penelitian...................................................................................................................3
1.7 Waktu Penelitian...................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1 Definisi Sampah....................................................................................................................5
2.2 Karakteristik Sampah............................................................................................................6
2.3 Teknologi Waste to Energy (WtE)........................................................................................7
2.4 Refuse derived fuel (RDF)....................................................................................................8
2.5 Jenis-jenis RDF.....................................................................................................................9
2.6 Karakteristik RDF...............................................................................................................10
2.7 Penggunaan RDF.................................................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................12
3.1 Bentuk Penelitian................................................................................................................13
3.2 Metode Pengumpulan Data..................................................................................................13
3.2.1 Data Primer......................................................................................................................13
3.3 Alat dan Bahan....................................................................................................................14
3.4 Metode Analisis Data..........................................................................................................15
3.4.1 Sampling Timbulan dan Komposisi Sampah...................................................................15
3.4.2 Analisis Kadar Air...........................................................................................................15
3.4.3 Analisis Kadar Abu.........................................................................................................15
3.4.4 Analisis Nilai Kalor.........................................................................................................16
3.4.5 Potensi Nilai Kalor..........................................................................................................16
3.4.6 Simpulan dan Saran.........................................................................................................16

Universitas Pertamina - vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................17
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................................................17
4.2 Analisis Timbulan Sampah TPS Universitas Pertamina......................................................17
4.3 Penentuan Standar RDF.......................................................................................................20
4.4 Analisis Parameter Fisik Sampah........................................................................................21
4.4.1 Analisis Hasil Pengujian Kadar Air.................................................................................21
4.4.2 Analisis Hasil Pengujian Kadar Abu...............................................................................23
4.5 Analisis Hasil Pengujian Nilai Kalor...................................................................................25
4.6 Analisis Potensi Nilai Kalor................................................................................................26
4.7 Pembuatan Pellet (Pelletizing).............................................................................................27
4.8 Analisis Kualitas RDF.........................................................................................................28
4.8.1 Analisis Kadar Air RDF..................................................................................................28
4.9 Analisis Kadar Abu RDF.....................................................................................................18
4.9.1 Analisis Nilai Kalor.........................................................................................................20
BAB V PENUTUP.........................................................................................................................33
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................33
5.2 Saran....................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................34
LAMPIRAN 1 PROSEDUR PENGUJIAN LABORATORIUM...............................................36
LAMPIRAN 2 PROSEDUR PENGUJIAN LABORATORIUM...............................................38
LAMPIRAN 3 HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM........................................................41
LAMPIRAN 4 FOTO-FOTO PENELITIAN LABORATORIUM...........................................44
LAMPIRAN 5 FOTO-FOTO HASIL PELET RDF...................................................................47

Universitas Pertamina - vii


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Timeline Penelitian...........................................................................................................4


Tabel 2.1 Standar kualitas RDF di Finlandia, Italia, dan Inggris....................................................10
Tabel 2.2 Karakteristik semen yang dapat diterima perusahaan semen di Indonesia......................10
Tabel 3.1 Alat, instrumen, dan bahan.............................................................................................14
Tabel 4.1 Komposisi dan timbulan sampah di TPS Universitas Pertamina.....................................19
Tabel 4.2 Timbulan dan komposisi sampah dari beberapa kampus di Indonesia............................19
Tabel 4.3 Standar Kualitas RDF.....................................................................................................21
Tabel 4.4 Hasil uji kadar air di TPS Universitas Pertamina............................................................21
Tabel 4.5 Hasil uji kadar abu di TPS Universitas Pertamina..........................................................23
Tabel 4.6 Hasil uji nilai kalor di TPS Universitas Pertamina..........................................................25
Tabel 4.7 Total potensi nilai kalor..................................................................................................26
Tabel 4.8 Variasi sampel untuk pelletizing.....................................................................................27
Tabel 4.9 Hasil uji kadar air RDF...................................................................................................28
Tabel 4.10 Hasil uji kadar abu RDF...............................................................................................19
Tabel 4.11 Hasil uji nilai kalor RDF...............................................................................................20

Universitas Pertamina - viii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian...............................................................................................12


Gambar 3.2 Proses pembuatan RDF (pelletizing)..........................................................................13
Gambar 4.1 Peta Kawasan Universitas Pertamina.........................................................................17
Gambar 4.2 sampel setelah diuji kadar air.....................................................................................22
Gambar 4.3 Grafik perbandingan nilai kadar air terhadap standar RDF........................................23
Gambar 4.4 sampel setelah diuji kadar abu....................................................................................24
Gambar 4.5 Grafik perbandingan nilai kadar abu terhadap standar RDF.......................................25
Gambar 4.6 Grafik nilai kalor terhadap standar RDF....................................................................26
Gambar 4.7 Pengukuran diameter RDF.........................................................................................28
Gambar 4.8 Pengukuran panjang RDF..........................................................................................28
Gambar 4.9 Grafik kesesuaian nilai kadar air terhadap standar RDF.............................................18
Gambar 4.10 Grafik kesesuaian kadar abu terhadap standar RDF.................................................19
Gambar 4.11 Grafik kesesuaian nilai kalor terhadap standar RDF.................................................21

Universitas Pertamina - ix
Universitas Pertamina - 1
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan ini berjudul “Studi Potensi Refuse derived fuel dari Tempat Penampungan
Sementara (TPS) Universitas Pertamina”. Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai alasan
dilakukannya penelitian ini pada latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, dan juga manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Universitas Pertamina merupakan perguruan tinggi yang memiliki visi menjadi universitas
kelas dunia di bidang energi pada tahun 2035. Visi yang dicanangkan tersebut perlu ditopang
dengan berjalannya misi yang baik agar tercapai. Salah satu misi dari Universitas Pertamina adalah
berkontribusi dalam pengembangan keilmuan dan penelitian di bidang bisnis dan teknologi energi.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian–penelitian terkait energi khususnya potensi energi yang ada
di Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk menemukan potensi energi alternatif yang bersifat
terbaharukan agar mencapai ketahanan energi nasional yang kini masih bergantung pada energi
fosil. Sedangkan cadangan energi fosil yang ada di Indonesia kian menipis seiring dengan
peningkatan kebutuhan energi. Kerusakan lingkungan sering terjadi akibat dari proses eksplorasi
bahan baku energi fosil.
Pengembangan energi terbarukan di Indonesia merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
berbagai permasalahan akibat masih bergantung pada energi fosil. Komitmen pemerintah di sektor
energi juga telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 yakni Pemerintah
menargetkan capaian penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 (Pusat Data dan
Teknologi Informasi ESDM, 2017). Kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah mulai
melakukan transisi dari kebergantungan pada energi fosil menuju energi terbarukan yang bersih
dan keberlanjutan.
Saat ini dibutuhkan energi terbarukan yang dapat diaplikasikan di berbagai daerah yang ada
di Indonesia. Salah satu sumber energi yang belum banyak dimanfaatkan adalah energi yang
berasal dari biomassa, salah satunya adalah sampah (waste to energy). Sampah sebagai potensi
energi terbarukan sangat mudah untuk diaplikasikan karena suplai bahan baku yang mudah didapat
dan jumlah sampah di Indonesia yang sangat besar. Sampah selalu menjadi masalah di Indonesia
terutama aspek lingkungan dan juga kesehatan karena timbunan gunung sampah yang ada di TPA
(Tempat Pembuangan Akhir). Pemerintah juga telah membuat kebijakan melalui Peraturan
Presiden No. 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Peraturan tersebut berisi komitmen pemerintah untuk
menargetkan pengurangan dan juga penanganan sampah yang ada di Indonesia. Pemerintah
menargetkan pengurangan sampah sebesar 20,9 juta ton (30%) dan penanganan sampah sebesar
49,9 juta ton (70%) dari proyeksi sampah sebesar 70,8 juta ton pada tahun 2025. Solusi untuk
mengaplikasikan sampah sebagai sumber energi terbarukan harus dikembangkan agar

Universitas Pertamina - 1
kebergantungan pada energi fosil dapat dikurangi dan masalah akibat sampah juga dapat
terselesaikan.
Refuse derived fuel (RDF) merupakan bahan bakar yang diciptakan dari hasil
pemrosesan/pengolahan sampah untuk menghasilkan bahan bakar atau bahan baku yang memiliki
kualitas yang konsisten (KESDM, 2015). Sampah yang dapat dijadikan RDF adalah sampah yang
mudah terbakar. RDF merupakan proyeksi bahan bakar pengganti batubara sebagai alternatif
produksi sumber energi listrik. RDF biasanya digunakan oleh industri yang menggunakan proses
pembakaran untuk menghasilkan listrik, salah satunya PLTU dan industri semen. Ketersediaan
bahan baku pembuatan RDF yang mudah didapat dan tidak mencemari lingkungan saat proses
produksi menjadikan bahan bakar ini lebih unggul dibandingkan dengan batubara.
Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 yakni melalui metode co-
firing pada PLTU dengan substitusi batubara yaitu dengan sampah dan limbah/hasil hutan berupa
kayu hingga 1%-5%. Sampah sebagai bahan baku pellet saat ini memiliki volume sebesar 20.925
ton perhari yang terkonsentrasi pada 15 titik pengelolaan sampah, yakni DKI Jakarta (7.000
ton/hari), Kota Bekasi (1.500 ton/hari), Kabupaten Bekasi (450 ton/hari), dan dari kota-kota lain di
Indonesia (ESDM, 2020).
Menurut Ridhosari dan Rahman (2020), sampah yang dihasilkan dari civitas akademi di
Universitas Pertamina yaitu sebesar 605,21 kg/hari. Sampah yang dihasilkan meliputi daun/kayu
17,88%; plastik 15,52%; kertas 21,33%; karet 0,09%; Styrofoam 1,53%; sisa makanan 31,51%;
botol PET 4,47%; kaca 0,44%; logam 6,11%; dan sampah jenis lainnya 6,11%. Sampah TPS
Universitas Pertamina berasal dari fasilitas-fasilitas yang ada di Kawasan Universitas Pertamina,
meliputi Gedung Pertemuan Wanita Patra (PWP), Pertamina Foundation, (PF), Fasilitas Olahraga,
Pertamina Simprug Residence (PSR), dan Pertamina Corporate University (PCU). Sistem
persampahan di Kawasan Universitas Pertamina masih menggunakan sistem kumpul, angkut, dan
buang. Undang-Undang Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008 telah mengatur bahwasannya
pengurangan sampah dapat dilakukan melalui sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) agar sampah
dapat dimanfaatkan dan tidak membebani Tempat Pengumpulan Akhir (TPA).
Pengelolaan sampah menjadi RDF di tingkat perguruan tinggi masih belum diterapkan di
Indonesia. Studi tentang RDF telah dilakukan di beberapa kampus luar negeri, salah satunya
Rajamangala University of Technology Isan Surin Campus (Weerasak dan Sanongraj, 2015) dan
Universitas Teknologi Petronas (Sapari, 2011).
Penelitian ini dapat dijadikan kajian untuk universitas yang ada di Indonesia dan menjadi solusi
dari masalah persampahan dan terobosan untuk energi alternatif yang ada di Indonesia.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada sisa makanan, plastik, kertas, karet, botol PET,
daun/kayu, dan Styrofoam dari TPS Universitas Pertamina. Hasil uji laboratorium yang didapat
akan dibandingkan dengan standar kualitas RDF. Dari penelitian ini diharapkan menjadi solusi
alternatif pengolahan sampah untuk skala universitas dan juga ruang lingkup yang lebih besar.

Universitas Pertamina - 2
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah jenis sampah yang ada di TPS Komplek Universitas Pertamina berpotensi sebagai
bahan baku untuk pembuatan RDF?
b. Seberapa besar nilai kalor yang dapat dihasilkan dari RDF dengan bahan baku sampah di
TPS Komplek Universitas Pertamina?
1.3 Batasan Masalah
Batasan-batasan penelitian dijelaskan pada poin-poin berikut:
a. Penelitian dilakukan dengan sampah yang bersumber di Tempat Penampungan Sementara
(TPS) Kawasan Universitas Pertamina.
b. Uji laboratorium pada sampah hanya meliputi uji kadar air, uji kadar abu, dan nilai kalor.
c. Komposisi sampah yang diteliti yaitu sampah yang paling banyak terdapat di Kompleks
Universitas Pertamina meliputi plastik, botol (PET), karet, kayu/daun, sampah sisa makanan,
styrofoam, dan kertas.
d. Sampah sisa makanan yang diteliti adalah jenis nasi.
e. Karakteristik RDF yang diuji berdasarkan potensinya sebagai bahan baku RDF.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diuraikan pada poin-poin berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik sampah yang dapat dijadikan bahan baku RDF.
2. Menganalisis potensi sampah di Kawasan Universitas Pertamina sebagai bahan baku RDF.
3. Menganalisis karakteristik RDF melalui proses peletisasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memberikan informasi tentang potensi RDF yang ada di
Universitas Pertamina, sehingga civitas akademika Universitas Pertamina dan warga yang ada di
Kawasan Universitas Pertamina dapat melihat manfaat yang dihasilkan dari sampah dan juga
menjadi dasar kebijakan Universitas Pertamina untuk melakukan pengelolaan terhadap sampah
yang ada di Kawasan Universitas Pertamina.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Universitas
Pertamina dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Universitas Pertamina - 3
UTARA

A
SKALA
1:12.000
Keterangan:
TPS-UP

Gambar 1.1 Denah Universitas Pertamina


Sumber: Google Earth

1.7 Waktu Penelitian


Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut.
Tabel 1.1 Timeline Penelitian

Universitas Pertamina - 4
Universitas Pertamina - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Acuan yang digunakan dalam penelitian sampah menjadi bahan baku RDF dijelaskan pada
sub-bab melalui kajian studi literatur yang telah ada sebelumnya. Studi literatur didapat dari buku,
jurnal penelitian terkait, makalah, peraturan, dan sumber terpercaya lainnya.
2.1 Definisi Sampah
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2018, sampah memiliki definisi yaitu sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Standar Nasional Indonesia (SNI) juga
memberikan definisi sampah yang tertera pada SNI 19-2454-2002 bahwa limbah yang berbentuk
padat terdiri atas bahan sisa makanan dan bahan ansisa makanan yang tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Pengelompokkan sampah berdasarkan sumbernya dijelaskan secara rinci sebagai berikut
(McDougall et al (2001):
a. Agrikultural
Kegiatan-kegiatan pertanian dapat menghasilkan sampah yang biasa digunakan sebagai pupuk,
terutama pada kegiatan peternakan.
b. Pertambangan
Proses pertambangan dapat menghasilkan limbah mineral inert.
c. Pengerukan
Kegiatan pengerukan dapat menghasilkan sampah yang bersifat sisa makanan dan mineral.
d. Konstruksi
Sampah yang dihasilkan dari pembuatan dan juga pembongkaran konstruksi terutama sampah
kayu atau mineral inert.
e. Industri
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri terutama industri yang memproduksi energi.
f. Produksi Energi
Sampah yang dihasilkan dari proses termal dengan pembakaran sampah maupun batubara
terutama abu.
g. Sewage Sludge
Sampah dengan sifat sisa makanan yang berasal dari industri atau rumah tangga.
h. Sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Sampah yang berbahaya bagi kehidupan akibat senyawa yang terkandung didalamnya.
i. Komersial
Kegiatan-kegiatan yang bersifat komersial juga menghasilkan sampah yang berasal dari kantor,
toko, restoran, dan lain-lain

Universitas Pertamina - 5
j. Sampah Perkotaan
Sampah yang berasal dari rumah tangga, komersil, dan institusi yang dikelola oleh pemerintah
daerah atau kota.
2.2 Karakteristik Sampah
Dalam melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah, maka perlu mengetahui
karakteristik dari masing-masing sampah tersebut. Karakteristik sampah dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan karakteristik biologi. Berikut penjelasan dari
ketiga poin tersebut (Tchobanoglous et al., 1993):
a. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik penting untuk menentukan fasilitas pengolahan, pengoperasian peralatan, dan
lain lain. Karakteristik fisik sampah meliputi berat jenis, kadar air, ukuran partikel dan distribusi
partikel, field capacity, dan permeabilitas.
 Berat Jenis
Berat sampah per-satuan volume dapat didefinisikan sebagai berat jenis. Dalam
memperkirakan total massa dan volume sampah dibutuhkan data berat jenis. Berat jenis dapat
dipengaruhi oleh lokasi, musim, dan waktu penyimpanan.

 Kadar Air
Kadar air sampah biasanya dinyatakan dalam persentase dari berat basah sampah. Kadar air
sampah sangat dipengaruhi pada komposisi sampah, iklim dan cuaca, curah hujan, dan
kelembaban (Damanhuri, 2010). Nilai kadar air didapatkan dari massa yang hilang pada saat
dilakukan pemanasan pada sampah pada suhu 1050C.
 Ukuran Partikel dan Distribusi Ukuran
Ukuran partikel dan distribusi ukuran merupakan komponen penunjang dalam melakukan
pengolahan secara fisika. Hal tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih metode
pengolahan. Metode pengolahan yang biasanya digunakan yaitu trommel dan pemisahan
magnetis (magnetic separator).
 Field Capacity
Sampah memiliki kapasitas tersendiri untuk menahan kelembabannya. Jumlah kelembaban
yang dapat ditampung oleh sampah dapat diartikan sebagai field capacity. field capacity
dinilai penting karena air yang keluar dari field capacity sampah akan menjadi air lindi. Field
capacity dipengaruhi oleh tekanan dan dekomposisi sampahnya.
 Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kemampuan untuk meloloskan sesuatu (cairan dan gas) dari sampah
yang terkompaksi. Permeabilitas tergantung dari ukuran sampah dan juga porositas dari
sampah maupun tumpukan sampahnya.

Universitas Pertamina| 6
b. Karakteristik Kimia
Proximate analysis, ultimate analysis, titik lebur, dan kandungan energi merupakan bagian
dari karakteristik kimia yang dimiliki oleh sampah. Berikut penjelasan dari masing-masing
komponen:
 Proximate Analysis
Perkiraan analisis untuk komponen-komponen sampah meliputi uji:
 Moisture (hilangnya uap air ketika dipanaskan sampai 105oC dalam 1 jam)
 Volatile combustible matter (tambahan kehilangan berat pada pembakaran di suhu 950 oC
dalam wadah tertutup)
 Fixed carbon (sisa/residu pembakaran yang tersisa setelah bahan yang menguap
dihilangkan)
 Abu (berat residu setelah pembakaran dalam wadah terbuka)
 Ultimate Analysis
Ultimate Analysis dari komponen sampah meliputi penentuan persentase C (karbon), H
(hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (belerang), dan abu. Ultimate analysis digunakan untuk
mengetahui karakter komposisi kimia dari sampah dan untuk menentukan campuran yang tepat
untuk mencapai rasio C/N yang tepat untuk konversi biologis.
 Titik Lebur
Suhu dimana abu yang dihasilkan dari proses pembakaran membentuk padatan dari proses
leburan dan aglomerasi dapat didefinisikan sebagai titik lebur.
 Kandungan Energi
Dalam menentukan kandungan energi pada sampah dapat ditentukan dengan:
 Menggunakan calorimeter
 Menggunakan bomb calorimeter di laboratorium
 Menggunakan perhitungan jika komponen diketahui
c. Karakteristik Biologis
Selain plastik, karet, kulit, fraksi sisa makanan sampah dapat diklasifikasikan menjadi
komponen yang larut dalam air, seperti gula, pati, asam amino, dan berbagai asam sisa makanan
lainnya, hemiselulosa, selulosa, lemak, lignin, lignoselulosa, dan protein.
2.3 Teknologi Waste to Energy (WtE)
Dalam pengolahan sampah dikenal dengan adanya teknologi waste to energy. Teknologi
tersebut berfungsi untuk merubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai yaitu energi yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat luas. Berikut penjelasan yang lebih terperinci dari
teknologi WtE (KESDM, 2015).
a. Insinerasi

Universitas Pertamina| 7
Pembakaran sampah secara langsung dengan kadar oksigen yang tinggi dan juga suhu yang
tinggi (di atas 850oC) dikenal dengan istilah insinerasi. Sampah yang dikonversi menjadi
panas dan digunakan untuk memanaskan boiler yang berisi air. Uap yang dihasilkan dari
boiler dapat dijadikan energi listrik dengan bantuan turbin uap.
Insinerasi dalam pengoperasiannya tidak harus dilakukan pemilahan terlebih dahulu terhadap
sampah walaupun mengurangi efisiensi dari proses termal yang dijalankan. Suhu dalam
pengoperasian insinerasi diharuskan penggunaan suhu tinggi agar tidak terbentuk senyawa
beracun akibat sampah yang tidak terurai sempurna.
Dalam menjaga suhu tercapai dan bertahan pada suhu tinggi biasanya digunakan bahan bakar
tambahan yang berakibat pada biaya yang dikeluarkan sangat mahal apabila mengolah sampah
yang memiliki kadar air tinggi. Emisi yang dihasilkan dari insinerasi juga dibutuhkan
treatment untuk menghilangkan senyawa dioksin yang berbahaya denhan sistem pendingin gas
dan scrubber.
b. Gasifikasi
Gasifikasi merupakan konversi termal dengan suplai oksigen secara parsial (oksigen atau
udara terbatas). Energi kimia yang ada pada sampah (karbon monoksida dan hidrogen)
dikonversi menjadi gas sintesis yang dapat digunakan untuk boiler uap dan mesin gas. Dalam
pengoperasiannya, teknologi gasifikasi dibutuhkan prapengolahan sampah dengan pemisahan
bahan baku yang tidak dapat terbakar, seperti bahan kaca, logam, dan puing-puing.
c. Pirolisis
Teknologi pirolisis merupakan alat untuk degradasi termal sampah tanpa bantuan oksigen.
Pirolisis memiliki kesamaan dengan gasifikasi yakni butuh prapengolahan terhadap bahan
baku sampah yang tidak memiliki nilai karbon (tidak dapat terbakar). Dalam
pengoperasiannya, pirolisis membutuhkan asupan termal dari luar pada suhu 400 oC–850oC.
Hasil yang didapat dari proses pirolisis tersebut, yakni gas sintesis, bahan bakar minyak, dan
char.
2.4 Refuse derived fuel (RDF)
Proses pemisahan limbah pada antara komponen yang mudah terbakar dan sulit terbakar.
Limbah padat yang mudah terbakar, yaitu plastik, kertas, kayu, dan lain-lain. Untuk sampah yang
sulit terbakar, yaitu besi, kaca, metal, dan-lain-lain (Cheremisinoff, 2003). Berbagai macam
komposisi sampah dapat dilakukan pembakaran tanpa bahan tambahan. Namun, karena air yang
ada dalam kandungan sampah dan terdapat sampah yang memiliki nilai kalor kecil maka bahan
tambahan diperlukan untuk mengurangi kadar air dan kadar abu, serta meningkatkan nilai kalor
dari sampah tersebut.
Menurut T. Ganesh (2013), proses pembuatan RDF dari sampah memiliki 5 langkah penting
yaitu pemisahan awal, penyaringan ukuran, pencacahan, pemisahan bahan yang bersifat magnetik,
pembuatan pellet. Berikut penjelasan detail dari langkah pembuatan RDF.

Universitas Pertamina| 8
a. Pemisahan Awal
Pemisahan dilakukan pada sampah yang mudah terbakar dan sulit dibakar. Bahan baku RDF
merupakan bahan baku yang mudah terurai, gelas, kertas, karet, dan lain-lain.
b. Penyaringan Ukuran
Pemisahan ukuran digunakan untuk memisahkan bahan baku RDF berdasarkan bentuk dan
ukuran. Hal tersebut akan memudahkan pengolahan selanjutnya yaitu pencacahan.
c. Pencacahan
Pencacahan merupakan proses penghancuran bahan baku RDF untuk mendapatkan material
yang lebih kecil dengan menggunakan mesin pencacah.
d. Pemisahan bahan baku magnetik
Material yang memiliki sifat magnetik tidak dapat digunakan untuk bahan baku RDF. Maka dari
itu, setelah dilakukan pencacahan harus ada pemisahan secara magnetis untuk menghilangkan
material yang bersifat magnetis, seperti besi, baja, dan lain-lain. Teknologi yang digunakan
yaitu dengan magnetic separator dengan memanfaatkan gaya magnet untuk menangkap bahan
bahan yang bersifat magnetis tersebut.
e. Pembuatan Pellet Sampah (pelletizing)
Proses pembuatan pellet merupakan proses terakhir dari RDF. Pembuatan pellet dilakukan
dengan menambahkan pengikat seperti kalsium hidroksida dan dilakukan pencampuran dengan
sampah. RDF
2.5 Jenis-jenis RDF
Menurut American Society for Testing and Material (ASTM), RDF dapat dilkasifikasikan
menjadi tujuh tipe yang dijelaskan lebih rinci di bawah ini (Caputo et al., 2001).
a. RDF-1
Bahan bakar sampah jenis RDF-1 tidak menggunakan sampah dengan ukuran besar dan
tebal.
b. RDF-2
Sampah yang digunakan pada jenis RDF-2 yaitu sampah yang dilakukan pemrosesan untuk
menjadi partikel kasar atau tanpa logam besi yang dipisahkan dengan menggunakan saringan
mesh 6 inch2 dan dipadatkan sekitar 300 kg/m 3. RDF-2 juga dapat disebut sebagai coarse
RDF atau c-RDF.
c. RDF-3
Sampah yang dilakukan pencacahan dalam proses pra-pengolahan dan dilakukan pemisahan
bahan-bahan noncombustible (logam, kaca, dll). Sampah yang digunakan sebagai RDF
dalam jenis ini dipilah dengan menggunakan saringan 2 inch 2. RDF-3 dapat disebut juga
sebagai Fluff RDF.

Universitas Pertamina| 9
d. RDF-4
Sampah combustible dalam bentuk serbuk dengan pemisahan saringan sebesar 10 mesh.
RDF-4 juga disebut sebagai dust RDF atau p-RDF.
e. RDF-5
Sampah yang mudah terbakar dan dipadatkan menjadi 600 kg/m 3 dan dilakukan pencetakan
dalam bentuk pellet, briket, dll. RDF-4 juga disebut sebagai densified RDF atau d-RDF.
f. RDF-6
RDF dalam bentuk cairan atau liquid RDF.
g. RDF-7
RDF dalam bentuk gas
2.6 Karakteristik RDF
Penggunaan RDF masih sedikit dibandingkan negara-negara lain, khususnya yang ada di
wilayah Eropa. Beberapa negara di Eropa telah memiliki standar RDF tersendiri untuk
memaksimalkan pembakaran dari RDF tersebut. Negara yang telah memiliki standar RDF yaitu
Finlandia, Italia, dan Inggris. Berikut standar kualitas RDF dari ketiga negara tersebut yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Standar kualitas RDF di Finlandia, Italia, dan Inggris
Parameter Finlandia Italia Inggris
Nilai Kalor (MJ/Kg) 13-36 15 18,7
Kadar Air (%w) 25-35 Maks 25 7-28
Kadar Abu (%w) 5-10 20 12
Sulfur (%w) 0,1-0,2 0,6 0,1-0,5
Klorin (%w) 0,3-1,0 0,9 0,3-1,2
Sumber: Gendebien et al.,2003
Spesifikasi standar RDF di Indonesia belum memiliki acuan nasional yang dapat digunakan.
Perusahaan semen di Indonesia memiliki kriteria tersendiri untuk karakteristik RDF yang dapat
digunakan pada industri semen. Berikut karakteristik semen yang dapat diterima perusahaan semen
di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik semen yang dapat diterima perusahaan semen di Indonesia
Parameter Kualitas Satuan Nilai Batas
Nilai kalor Kkal/kg ≥ 3000
Cl % ≤ 0,75
S % ≤1
Kandungan Air % ≤ 20
Abu % ≤ 10
Sumber: Kementerian Perindustrian, 2017

2.7 Penggunaan RDF


RDF sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntungan dibandingkan untuk diaplikasikan
menjadi energi. Kandungan nilai kalor yang cukup tinggi dikarenakan sampah yang akan dijadikan
RDF juga dipilah sesuai dengan standar nilai kalor yang telah ditetapkan. Bentuknya yang kecil

Universitas Pertamina| 10
dan bentuknya yang telah dicetak oleh mesin pellet membuat RDF menjadi mudah disimpan dan
ditransportasikan. Emisi dari proses produksi hingga proses pembakaran RDF menghasilkan emisi
yang lebih sedikit dibandingkan dengan batubara (Caputo et al., 2002).
Refuse Derived Fuel (RDF) telah banyak digunakan oleh negara-negara yang memiliki
pengelolaan sampah yang maju. RDF biasanya digunakan untuk pembangkit listrik dan juga
industri semen yang menggunakan pembakaran dalam proses produksi.
a. Pembangkit Listrik
Pembakaran dengan menggunakan RDF biasanya dilakukan bersamaan dengan batubara.
Variasi penggunaan RDF untuk proses pembakaran pada boiler mulai dari 0% hingga sampai
100% (Gendebien et al., 2003). RDF juga memiliki kekurangan yaitu kandungan HCl yang
dapat mengakibatkan korosi pada dinding alat dan juga memicu pembentukan dioksin (Liu et
al., 2001).
b. Cement Kiln
Industri semen menggunakan RDF pada proses termal dengan suhu yang tinggi. Penggunaan
RDF dari sampah domestik di industri semen untuk proses produksi memiliki rata-rata rasio
3%. Hal tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara eropa yang
memiliki rasio sebesar 17%. Podusen semen di Indonesia memiliki hambatan untuk
menggunakan RDF dikarenakan kurang baiknya sistem pengumpulan dan pemilahan
sampah. Penggunaan RDF untuk pembakaran di kiln memiliki nilai kalor rata-rata sekitar
2.500-4.000 kkal/kg (Kementerian Perindustrian, 2017).

Universitas Pertamina| 11
Universitas Pertamina| 12
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini meliputi sampling komposisi dan timbulan
sampah, uji laboratorium, dan kajian studi literatur yang dapat dilihat dari diagram alir pada
Gambar 3.1.

Mulai A

Identifikasi dan Pelletizing


Perumusan

Sampling Analisis kadar air


komposisi dan RDF
timbulan
sampah
Analisis kadar
abu RDF
Analisis kadar
air Analisis nilai
kalor RDF

Analisis kadar
abu Simpulan dan
saran

Analisis nilai
kalor
Selesai

Analisis terhadap
kesesuaian standar
RDF

Penentuan
komposisi RDF
berdasarkan
potensi nilai kalor

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Universitas Pertamina - 12
3.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian laboratorium, studi literatur, dan lapangan. Penelitian dimulai
dengan identifikasi dan perumusan masalah yaitu denga melihat bahwa potensi sampah di TPS
Universitas dapat dijadikan sebagai bahan baku RDF. Dilanjutkan dengan pengambilan data primer
yaitu sampling timbulan dan komposisi sampah dari TPS Universitas Pertamina. Data tersebut
digunakan untuk mengetahui jenis sampah yang akan dianalisis di laboratorium. Uji laboratorium
yang dilakukan meliputi kadar air, kadar, abu, dan nilai kalor. Hasil dari uji laboratorium
dibandingkan dengan standar RDF yang ada di beberapa negara dan juga perusahaan semen di
Indonesia yang menggunakan RDF dalam proses produksinya. Sampah yang diuji dan telah
disesuaikan dengan standar RDF, didapatkan potensi sampah sebagai bahan baku RDF. Sampah
yang berpotensi sebagai bahan baku RDF, dilakukan perhitungan potensi nilai kalor. Potensi nilai
kalor dilakukan untuk mengetahui nilai hubungan antara nilai kalor dengan timbulan sampah.
Sampah yang memiliki nilai kedua terbesar dilakukan proses pembuatan pelet RDF. Setelah proses
pembuatan pelet RDF, sampah dilakukan uji laboratorium kembali dengan analisis yang sama
dengan sebelumnya. Hasil uji laboratorium disesuakan kembali dengan standar RDF dan
didapatkan hasil variasi sampah yang layak dijadikan sebagai RDF.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data sekunder dan primer. Data sekunder yang digunakan yaitu
timbulan dan komposisi sampah TPS Universitas Pertamina. Data primer yang digunakan yaitu
nilai kadar air, kadar abu, dan nilai kalor dari bahan baku RDF dan pelet RDF.
3.2.1 Data Primer
Data primer dari penelitian ini merupakan data timbulan sampah dari TPS Universitas
Pertamina. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode SNI 19-3964-1994. Dari analisis
timbulan diketahui komposisi sampah dan karakteristik sampah dari TPS Universitas Pertamina.
Data yang diuji meliputi sampah makanan (diwakli oleh nasi), kertas, plastik, botol PET, karet,
Styrofoam, daun/kayu. Sampel dipisahkan sesuai dengan jenisnya dan diletakkan ke dalam plastik
klip. Sampel yang didapat, digunting hingga berukuran >2cm. Sampel tersebut digunting untuk
mengganti proses pencacahan. Setelah itu, sampel dilakukan pengujian kadar air dan kadar abu,
dan nilai kalor. Pengujian kadar air dan kadar abu dilakukan di Laboratorium Integrasi Universitas
Pertamina. Untuk pengujian nilai kalor dilakukan di Laboratorium UI Chem Kimia Universitas
Indonesia. Pembuatan pelet RDF dilakukan dilakukan di UPS Merdeka, Sukmajaya, Depok, Jawa
Barat. Proses pelletizing dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Persiapan Pencacahan Pelletizing Pengeringan Packaging

Gambar 3.2 Proses pembuatan RDF (pelletizing)

Universitas Pertamina| 13
 Persiapan dilakukan dengan menyiapkan sampel yang akan dibuat pelet RDF yaitu kertas dan
plastik yang didapatkan dari TPS Universitas Pertamina.
 Proses pencacahan dilakukan dengan mengubah sampel menjadi bentuk yang lebih kecil agar
mudah untuk dilakukan pelletizing.
 Setelah dilakukan proses pencacahan, Pelletizing dilakukan dengan mencetak sampel sampah
yang divariasikan (seperti pada Tabel 3.1) menjadi bentuk pelet dengan menambahkan air 200
mL dan tepung tapioka 100 gram yang diaduk manual agar merata.
 Pengeringan dilakukan setelah pelletizing dengan menggunakan sinar matahari selama 30 menit
agar membantu menguapkan air yang tersisa pada saat proses pencetakan pelet.
 Setelah pengeringan, packaging dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam wadah plastik
atau karung agar mudah disimpan dan ditransportasikan.
Pelet RDF dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui kandungan air, abu, dan kalor pada
pelet RDF dari sampah yang divariasikan. Pengujian dilakukan di di Pusat Studi Pangan dan Gizi
UGM, Yogyakarta. Hasil yang didapat dilakukan analisis dan disesuaikan kembali dengan standar
RDF.
3.3 Alat dan Bahan
Penelitian ini ditunjang dengan alat, instrumen, dan bahan uji yang dibutuhkan pada saat
melakukan uji laboratorium dan pelletizing. Alat dan bahan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat, instrumen, dan bahan
No. Alat dan instrumen Bahan
1. Gunting Nasi
2. Label Daun/kayu
3. Plastik Klip Kertas
4. Spatula Plastik
5. Cawan Porselin Botol PET
6. Penjepit Styrofoam
7. Kotak pengukur sampel Karet
8. Timbangan -
9. Sekop -
10. Sarung tangan -
11. meteran -
12. Desikator -
13. Oven -
14. Furnace -
15. Ruang Asam -
16. Neraca Analitik -
17. Mesin Pencacah -
18. Mesin pencetak pelet RDF -

3.4 Metode Analisis Data

Universitas Pertamina| 14
Sampel yang telah diambil dari TPS Universitas Pertamina, dilakukan uji laboratorium untuk
mendapatkan nilai kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Metode yang digunakan untuk uji
laboratorium sebagai berikut:
3.4.1 Sampling Timbulan dan Komposisi Sampah
Pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan menggunakan metode SNI 19-3964-
1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah
perkotaan. Sampah yang terkumpul di TPS Universitas Pertamina dimasukkan ke dalam kotak
pengukur sampel dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 100 cm, dan ditimbang beratnya. Kemudian,
sampah dipisahkan sesuai komposisi sampahnya, dan ditimbang beratnya per masing-masing
komposisi sampah. Timbulan dan komposisi sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut.
3.4.2 Analisis Kadar Air
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air dari sampah yang telah terpilah
sebagai raw material untuk pembuatan RDF. Nilai tersebut nantinya dibandingkan dengan standar
kadar air yang diizinkan untuk pembuatan RDF. Proses analisis kadar air dilakukan dengan
mengikuti standar dari ASTM E790-87(2004) yang berjudul, “Standard test method for residual
moisture in a refuse-derived fuel analysis sample”. Wadah yang digunakan yaitu cawan porselin
yang telah dipanaskan di dalam oven. Lalu, diletakkan dalam desikator selama 15-20 menit dan
ditimbang massa berat dari cawan porselin kosong tersebut. Setelah itu, sampel dimasukkan ke
dalam cawan porselin dan dipanaskan dalam oven pada suhu 107°C selama 1 jam. Kemudian,
keluarkan sampel beserta wadah dari oven dan didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang
beratnya.
3.4.3 Analisis Kadar Abu
Analisis kadar abu (ash content) dilakukan untuk mengetahui kadar abu dari sampah yang
telah terpilah sebagai raw material untuk pembuatan RDF. Nilai tersebut nantinya dibandingkan
dengan standar kadar abu yang diizinkan untuk pembuatan RDF. Proses analisis kadar abu
dilakukan dengan mengikuti standar dari ASTM E830-87(2004) yang berjudul, “Standard test
method for ash in the analysis sample of refuse derived fuel.”. Sampel yang digunakan merupakan
sampel hasil dari uji kadar air sebelumnya. Kemudian, masukkan ke dalam furnace hingga suhu
mencapai 725°C. Lalu, sampel beserta cawan porselin didinginkan dalam desikator hingga
mencapai suhu ruangan, lalu ditimbang beratnya.

3.4.4 Analisis Nilai Kalor


Analisis nilai kalor (Calorific value) dilakukan dengan menggunakan bomb kalorimeter.
Prinsip yang digunakan mengacu pada ASTM D5865 yang berjudul, “Standard Test Method for

Universitas Pertamina| 15
Gross Calorific Value of Coal and Coke.”. Sampel yang digunakan sebanyak ± 0,5gram dan
menggunakan alat bom kalorimeter.
3.4.5 Potensi Nilai Kalor
Perhitungan potensi nilai kalor dilakukan untuk mengetahui potensi dari nilai kalor sampah
yang ada di TPS Universitas Pertamina. Potensi nilai kalor sampah dijadikan acuan untuk sampah
yang akan dijadikan pelet RDF. Sampah yang memiliki potensi nilai kalor kedua terbesar akan
dijadikan pelet RDF dengan variasi interval 25%.
3.4.6 Simpulan dan Saran
Pada bagian ini dilakukan kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis sampah TPS
Universitas Pertamina sebagai bahan baku RDF. Setelah itu, dilakukan pemberian saran
rekomendasi kelayakan sampah sebagai bahan baku RDF.

Universitas Pertamina| 16
Universitas Pertamina| 17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang berasal dari sampling timbulan dan komposisi sampah dan pengujian
laboratorium meliputi kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Data sekunder juga diperoleh untuk
penunjang hasil yang didapat yaitu data timbulan sampah dari TPS Universitas Pertamina,
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Universitas Pertamina diresmikan pada 11 Februari 2016 oleh Direktur Utama PT.
Pertamina, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, didukung oleh Menteri Badan Usaha
Milik Negara dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pendirian Universitas Pertamina
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No.
60/KPT/I/2016 tentang izin pendirian Universitas Pertamina pada 1 Februari. Universitas
Pertamina.
Kawasan Universitas Pertamina berlokasi di Jalan Teuku Nyak Arief, Simprug, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan. Kawasan Universitas Pertamina terdapat beberapa institusi lain, seperti
Pertamina Foundation, Pertamina Simprug Residence, Pertamina Corporate University, dan
Pertamina Wanita Patra.

UTARA

D SKALA 1:12.000
Keterangan:
A = Universitas Pertamina
B = Pertamina Foundation
C C = Gedung Wanita Patra
B
D = Pertamina Corporate
E
E = PSR

Gambar 4.1 Peta Kawasan Universitas Pertamina

4.2 Analisis Timbulan Sampah TPS Universitas Pertamina


Sampah yang masuk ke dalam TPS Universitas Pertamina diteliti untuk mengetahui
komposisi sampah beserta timbulan dari masing-masing komposisi. Kondisi dan aktivitas
penelitian komposisi dan timbulan sampah dapat dilihat pada Gambar….

Universitas Pertamina - 17
Gambar 4.2 Kondisi TPS Universitas Pertamina saat dilakukan penelitian

Gambar 4.3 Kondisi sampah di TPS Universitas Pertamina

Universitas Pertamina - 18
Gambar 4.4 Proses peletakkan sampah pada kotak pengukur sampel
Pengukuran dilakukan menggunakan metode SNI 19-3964-1994 mengenai metode
pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah perkotaan. Berikut hasil penelitian
komposisi dan timbulan sampah di TPS Universitas Pertamina dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komposisi dan timbulan sampah di TPS Universitas Pertamina
No. Karakteristik Timbulan Sampah (kg/hari)
1 Daun/kayu 108,21
2 Plastik 93,92
3 Kertas 129,09
4 Karet 0,54
5 Styrofoam 9,26
6 Sisa makanan 190,68
7 Botol PET 27,07
8 Kaca 2,66
9 Logam 6,79
10 Lainnya 36,99
Total 605,21
Sumber: Ridhosari dan Rahman, 2020
Dari Tabel 4.1, diketahui bahwa sampah sisa makanan memiliki timbulan sampah terbesar
dengan 190,68 kg/hari, diikuti kertas dengan 129,09 kg/hari, daun/kayu dengan 108,21 kg/hari,
plastik dengan 93,92 kg/hari, kategori lainnya dengan 36,99 kg/hari, botol PET dengan 27,07
kg/hari, Styrofoam dengan 9,26 kg/hari, logam dengan 6,79 kg/hari, kaca dengan 2,66 kg/hari, dan
karet memiliki timbulan terkecil dengan 0,54 kg/hari. Persentase komposisi sampah dapat dilihat
pada Gambar…

0% 1%6%
4% 18%

16%
32%

21%

2% 0%
Universitas Pertamina - 19

Daun Plastik Kertas Karet Styrofoam Sisa Makanan


Pet Bottle Kaca Logam Lainnya
Gambar 4.5 Persentase komposisi sampah TPS Universitas Pertamina
Sampah organik merupakan sampah yang dominan dihasilkan TPS Universitas Pertamina, hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di kawasan kampus lain. Di Universitas Indonesia
memiliki timbulan sampah mencapai 16,5 ton/hari dan di Kampus II Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya memiliki timbulan sampah mencapai 123 kg/hari. Rekapitulasi data timbulan dan
komposisi sampah dari beberapa universitas yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Timbulan dan komposisi sampah dari beberapa kampus di Indonesia.

Universitas Pertamina - 20
Nama Peneliti Lokasi Penelitian Hasil
Mu’minin (2013) Universitas Indonesia, Menghasilkan sampah sebesar 16,5
Depok, Jawa Barat ton/hari. Komposisi sampah yang
dihasilkan yaitu 95,8% sampah
organik dan 4,2% anorganik.

Yulipriyanto (2006) Universitas Negeri Komposisi sampah yang dihasilkan


Yogyakarta berupa daun ranting + sisa makanan
80%, kertas, 5%, plastik 4,25%, karton
2%, gabus 1%, tinta 1%, lain-lain
1,75%
Masrida (2017) Kampus II Universitas Timbulan sampah sebesar 123,43
Bhayangkara Jakarta Raya kg/hari dengan komposisi sampah
meliputi besi/logam 1,76%, botol
plastik, 14,33%, kaca 4,50%, kain
2,55%, kaleng 1,07%, kertas 15%,
plastik 13,37%, pembalut wanita
1,61%, residu 0,96%, dan styrofoam
3,37%

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa setiap kampus memiliki timbulan yang berbeda. Timbulan
sampah di Universitas Pertamina memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan timbulan
sampah di Universitas Indonesia Sedangkan, jika dibandingkan dengan timbulan sampah di
Kampus II Universitas Bhayangkara Jakarta Raya timbulan sampah di Universitas Pertamina lebih
besar.
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), semakin banyak warga atau orang yang berkegiatan
di suatu area, maka timbulan sampah yang dihasilkan semakin besar. Ruangan terbuka juga dapat
menambah jumlah timbulan sampah terutama timbulan daun/kayu yang jatuh ke permukaan.
Dengan data yang bervariasi, maka dapat berpengaruh pada rencana pengelolaan dan pengolahan
sampah (Tchnobaglous dan Keith, 2002). Salah satu pengolahan sampah yang dapat dilakukan
adalah mengubah sampah menjadi RDF. Pengolahan sampah menjadi RDF juga telah dilakukan di
Universitas Teknologi Petronas dan Universitas Teknologi Rajamangala. Selain itu, pengolahan
sampah menjadi RDF mendukung capaian SDG’s poin ketujuh tentang energi yang bersih dan
terjangkau dan juga Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan
Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.

Universitas Pertamina - 21
Penelitian mengenai RDF dapat dilakukan dengan mengidentifikasi nilai kadar air, kadar
abu, dan nilai kalor pada sampah yang dapat dilakukan proses pembakaran, meliputi daun/kayu,
plastik, kertas, sisa makanan, styorofoam, karet, dan botol PET.
4.3 Penentuan Standar RDF
Sampah sebagai bahan baku RDF harus memenuhi standar agar bisa dijadikan sebagai bahan
bakar. Negara-negara maju seperti Italia, Finlandia, dan Inggris telah memiliki standar tersendiri
untuk karakteristik RDF. Kementerian Perindustrian juga telah merangkum spesifikasi standar
RDF yang dapat diterima untuk proses pembakaran dari beberapa perusahaan semen yang ada di
Indonesia. Oleh karena itu, RDF perlu dibandingkan dengan standar agar diketahui kelayakan
sampah dari TPS Universitas Pertamina sebagai bahan baku RDF.
Tabel 4.3 Standar Kualitas RDF
Perusahaan semen
Parameter Finlandia (*) Italia (*) Inggris (*)
di Indonesia (**)
Nilai Kalor (MJ/Kg) 13-36 15 18,7 12,5
Kadar Air (%w) 25-35 Maks 25 7-28 ≤ 20
Kadar Abu (%w) 5-10 20 12 ≤ 10
Sumber: Gendebien et al., 2003(*) dan Kementerian Perindustrian, 2007(**)
Tabel 4.3 menunjukkan standar kualitas RDF yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian RDF ini. Negara Finlandia memiliki standar RDF untuk nilai kalor, kadar air, dan kadar
abu sebesar 13-36 MJ/Kg, 25-35%, dan 5-10%; negara Italia sebesar 15 MJ/Kg, 25%, dan 20%,
negara Inggris sebesar 18,7 MJ/Kg, 7-28%, dan 12%; perusahaan semen di Indonesia sebesar 12,5
MJ/Kg, maksimal 20%, dan maksimal 10%. Merujuk dari hasil tersebut, standar RDF dari negara
Italia dapat dijadikan standar karena memiliki nilainya masih relatif lebih rendah dan dapat
disesuaikan dengan sampah yang ada di TPS Universitas Pertamina. Penelitian yang telah
dilakukan Rajamangala University of Technologi Isan Surin Campus, Thailand menggunakan
standar RDF dari negara Italia (Weerasak dan Sanongraj, 2015)
4.4 Analisis Parameter Fisik Sampah
4.4.1 Analisis Hasil Pengujian Kadar Air
Menurut Hendra dan Dermawan (2003), kadar air yang dihasilkan untuk pengolahan secara
termal harus memiliki nilai seminim mungkin. Untuk itu dilakukan pengukuran kadar air pada
masing-masing karakteristik sampah. Pengukuran kadar air dilakukan pada oven dengan suhu
105oC. Visual pemanasan sampel pada suhu 107oC dapat dilihat pada Gambar 4.2. Hasil pengujian
kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil uji kadar air di TPS Universitas Pertamina
Komposisi Kadar Air (%w)
Styrofoam 0,5
Daun/kayu 9,7
Kertas 4,6
Plastik 0,1

Universitas Pertamina - 22
Komposisi Kadar Air (%w)
Sampah makanan 48
Karet 2,7
Botol PET 0,6

Gambar 4.6 sampel setelah diuji kadar air


Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampah makanan memiliki kadar air terbesar dengan 48%,
diikuti daun/kayu dengan 9,7%, kertas dengan 4,6%, karet dengan 2,7%, botol PET dengan 0,6%,
dan plastik memiliki nilai kadar air terkecil dengan 0,1%. Berdasarkan Tchobanoglous (1993),
kadar air sampah makanan memiki nilai 70%, daun/kayu 60%, kertas 10,2%, karet 1,2%, botol
PET 0,2%, dan plastik 0,2%.
Perbandingan nilai kadar air sampah TPS Universitas Pertamina dan data Tchobanoglous
(1993), menunjukkan bahwa kadar air untuk sisa makanan dan daun/kayu dari sampah TPS
Universitas Pertamina memiliki nilai jauh lebih rendah. Jenis sampah karet, botol dan styrofoam di
TPS Universitas Pertamina memiliki nilai yang lebih tinggi, tetapi nilainya tidak jauh berbeda.
Kertas dan plastik memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Namun, sampah dari TPS Universitas
Pertamina memiliki nilai yang lebih rendah.
Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan kadar air dari masing-masing komposisi sampah
dengan standar RDF. Berdasarkan Gambar 4.7, hanya sampah sisa makanan yang tidak memenuhi
standar RDF karena memiliki nilai lebih dari 25%. Penelitian lain untuk kadar air sampah di
Rajamangala University of Technology Isan Surin Campus, Thailand menghasilkan nilai kadar air
yang tinggi yaitu sebesar 51,60±4,56% (Weerasak dan Sanongraj, 2015).

Universitas Pertamina - 23
60
Gambar 4.7
50
Grafik
40 perbandingan
30 nilai kadar air

Kadar air (%)


20 terhadap standar
Komposisi sampah
10
standar RDF
RDF
0
Sampah dengan
kadar air tidak
memenuhi standar
harus dilakukan
pengolahan terlebih
dahulu agar dapat dijadikan sebagai bahan bakar. Sampah sisa makanan lebih layak diolah secara
komposting yang membutuhkan nilai kadar air yang tinggi (Damanhuri, 2008).
4.4.2 Analisis Hasil Pengujian Kadar Abu
Pengukuran kadar abu pada sampah untuk mengetahui banyaknya abu dari hasil sisa
pembakaran yang dilakukan pada masing-masing komposisi sampah. Kadar abu diuji pada furnace
dengan suhu 7250C. Visual pembakaran sampel dapat dilihat pada Gambar 4.4. Nilai kadar abu
yang tinggi menimbulkan potensi terjadinya polusi yang mencemari lingkungan (Obernberger,
2004). Hasil dari uji laboratorium untuk kadar abu dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil uji kadar abu di TPS Universitas Pertamina
Komposisi Kadar Abu (%)
Styrofoam 0,1
Daun 14,1
Kertas 3,9
Plastik 1,1
Sampah makanan 5,5
Karet 1,0
Botol PET 9,6

Universitas Pertamina - 24
Gambar 4.8 sampel setelah diuji kadar abu
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai kadar abu tertinggi yaitu daun/kayu dengan 14,1%,
botol PET dengan 9,6%, sampah makanan dengan 5,5%, kertas dengan 3,9%, plastik dengan 1,1%,
karet dengan 1,0%, dan yang terendah yaitu styrofoam dengan 0,1%. Berdasarkan Tchobanoglous
(1993), kadar abu daun/kayu sebesar 6,3%, sampah makanan sebesar 5%, kertas dengan 6%,
plastik dan botol PET sebesar 0,4%, karet sebesar 20%, dan styrofoam sebesar 0,3%.
Data hasil perbandingan menunjukkan bahwa kadar abu sampah styrofoam, plastik, kertas,
dan karet di TPS Universitas Pertamina memiliki nilai yang lebih rendah. Namun, sampah plastik,
kertas, dan styrofoam memiliki nilai yang mendekati sama. Sampah makanan, daun/kayu, dan
botol PET memiliki nilai yang lebih tinggi. Nilai sampah makanan dan botol PET memiliki
perbedaan nilai yang jauh berbeda.
Gambar 4.9 menunjukkan perbandingan komposisi sampah dengan kandungan abu yang
terkandung. Terlihat bahwa semua komposisi sampah yang diuji kadar abu memenuhi standar RDF
yaitu kurang dari 20%. Penelitian lain di Rajamangala University of Technology Isan Surin
Campus, Thailand memiliki kadar abu sebesar 4,37±0,74% (Weerasak dan Sanongraj, 2015).
25

20

15
Kadar Abu (%w)

10
Komposisi sampah
5
Standar RDF
0

Universitas Pertamina - 25
Gambar 4.9 Grafik perbandingan nilai kadar abu terhadap standar RDF

4.5 Analisis Hasil Pengujian Nilai Kalor


Berdasarkan hasil uji kadar air, sampah sisa makanan tidak layak dijadikan bahan baku RDF
sehingga tidak dilakukan pengujian nilai kalor. Pengujian nilai kalor sampah dari TPS Universitas
Pertamina dilakukan di Laboratorium Uji Kimia Departemen Kimia, FMIPA, Universitas
Indonesia. Hasil uji nilai kalor yang didapat memiliki satuan Kcal/Kg dan harus dilakukan konversi
ke MJ/Kg agar dapat dianalisis sesuai dengan standar RDF. Konversi dilakukan dengan
mengalikan 0,0042 MJ/Kcal. Hasil pengujian nilai kalor dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil uji nilai kalor di TPS Universitas Pertamina
Nilai Kalor
Komposisi
Kcal/Kg MJ/Kg
Styrofoam 8.350,45 34,99
Daun 4.797,35 20,10
Kertas 4.485,89 18,80
Plastik 10.872,06 45,55
Karet 9.576,03 40,12
PET 5.901,06 24,73
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium Uji Kimia Universitas Indonesia, 2020

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sampah plastik memiliki nilai kalor terbesar yaitu
45,55 MJ/Kg, disusul oleh karet dengan 40,12 MJ/Kg, styrofoam 34,99 MJ/Kg, botol PET 24,73
MJ/Kg, daun/kayu 20,10 MJ/Kg, dan yang memiliki nilai terendah yaitu kertas dengan 18,80
MJ/Kg. Berdasarkan Tchobanoglous (1993), sampah plastik memiliki nilai kalor sebesar 47,07
MJ/Kg, karet sebesar 21,85 MJ/Kg, styrofoam sebesar 47,39 MJ/Kg, botol PET sebesar 22,89
MJ/Kg, daun/kayu sebesar 16,79 MJ/Kg, dan kertas sebesar 12,71 MJ/Kg.
Hasil perbandingan berdasarkan data dari Tchobanoglous (1993), menunjukkan bahwa
sampah daun/kayu, kertas, dan karet dari TPS Universitas Pertamina memiliki nilai yang lebih
besar. Sampah plastik, botol PET, dan styrofoam memiliki nilai yang lebih rendah. Sampah
Styrofoam dan karet memiliki nilai perbandingan yang cukup besar. Daun/kayu, kertas, plastik, dan
botol PET memiliki nilai perbandingan yang hampir sama.
Standar RDF yang digunakan di negara Italia untuk nilai kalor sebesar 15 MJ/Kg. Hasil uji
nilai kalor di atas, terlihat bahwa tidak didapati sampah dengan nilai di bawah standar yang telah
ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa komposisi sampah yang diuji nilai kalor memenuhi standar
dan layak dijadikan sebagai bahan baku RDF. Pada penelitian lain dari sampah yang dihasilkan
Rajamangala University of Technology Isan Surin Campus, Thailand menghasilkan nilai kalor

Universitas Pertamina - 26
sebesar 29±1,62% (Weerasak dan Sanongraj, 2015). Berikut grafik nilai kalor terhadap standar
RDF yang dapat dilihat pada Gambar 4.10.

50
45
40
35
Nilai kalor (MJ/Kg)

30
25
20 komposisi sampah
15 standar RDF
10
5
0

Gambar 4.10 Grafik nilai kalor terhadap standar RDF

4.6 Analisis Potensi Nilai Kalor


Untuk mengetahui potensi sampah sebagai bahan baku RDF, maka dilakukan perhitungan
berdasarkan Tchobanoglous et al (1993). Perhitungan potensi nilai kalor dilakukan untuk
mengetahui nilai kalor total sampah di TPS Universitas Pertamina. Perhitungan dilakukan dengan
mengalikan timbulan sampah dengan nilai kalor dari masing-masing komposisi. Total potensi nilai
kalor dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Total potensi nilai kalor
Timbulan Hasil uji nilai Potensi nilai kalor
No. Komposisi Sampah Sampah kalor (MJ/kg) (MJ/hari)
(kg/hari)
1 Daun/Kayu 108,21 20,10 2.175,021
2 Plastik 93,92 45,55 4.278,056
3 Kertas 129,09 18,80 2.426,892
4 Karet 0,54 40,12 21,6648
5 Styrofoam 9,26 34,99 324,0074
7 Botol PET 27,07 24,73 669,4411
Total 9.895,082

Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa potensi nilai kalor dari masing-masing komposisi sampah
memiliki hasil yang berbeda. Total nilai kalor yang dapat dihasilkan oleh TPS Universitas
Pertamina mencapai 9.895,082 MJ/hari. Potensi nilai kalor terbesar yaitu plastik dengan 4.278,056
MJ/hari, diikuti kertas dengan 2.426,892 MJ/hari, daun/kayu dengan 2.175,021 MJ/hari, botol PET
dengan 669,4411 MJ/hari, Styrofoam dengan 324,0074 MJ/hari, dan yang terkecil yaitu karet
dengan 21,6648 MJ/kg.
4.7 Pembuatan Pellet (Pelletizing)

Universitas Pertamina - 27
Pembuatan pellet RDF dilakukan di UPS Merdeka, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil analisis untuk potensi nilai kalor diambil nilai dua terbesar. Berdasarkan Tabel
4.7, potensi nilai kalor terbesar yaitu sampah plastik dan kertas. Hal tersebut dikarenakan potensi
nilai kalor tidak hanya mempertimbangkan nilai kalor bahan baku, tetapi juga terdapat nilai
timbulan sampah yang mempengaruhi nilai tersebut.
Tujuan dilakukannya pembuatan pelet RDF adalah untuk mengetahui karakteristik RDF
berdasarkan kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Kedua jenis sampah tersebut dilakukan variasi
dengan interval 25%. Variasi interval 25% pernah dilakukan penelitian sebelumnya oleh
Rachmawati dan Herumurti (2015). Variasi tersebut dilakukan untuk mengetahui komposisi RDF
yang terbaik dari segi kualitas. Variasi sampel dari kedua jenis sampah tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.8. Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan bentuk penampakan dari pelet RDF yang
memiliki diameter ± 6 mm dan memiliki panjang ± 4,2 cm.
Tabel 4.8 Variasi sampel untuk pelletizing
Kertas Plastik Massa total (gram)
100% 0% 1.000
75% 25% 1.000
50% 50% 1.000
25% 75% 1.000
0% 100% 1.000

Gambar 4.11 Pengukuran diameter RDF Gambar 4.12 Pengukuran panjang RDF

4.8 Analisis Kualitas RDF


Pengujian kualitas RDF dilakukan dengan menguji nilai kadar air, kadar abu, dan nilai kalor.
Pengujian dilakukan di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Hasil uji tersebut

Universitas Pertamina - 28
akan disesuaikan kembali dengan standar RDF dari negara Italia agar diketahui variasi sampah
terbaik sebelum digunakan sebagai substitusi bahan bakar.
4.8.1 Analisis Kadar Air RDF
Hasil dari pengujian nilai kadar air yang terkandung dari variasi sampah untuk proses RDF
dapat dilihat pada Tabel 4.9. Hasil nilai kadar air pada Tabel 4.9, nilai kadar air terbesar yaitu pada
variasi kertas 50% dan kertas 50% dengan 18,1015%, diikuti kertas 100% dengan 16,912%, plastik
25% dan kertas 75% dengan 14,4555%, plastik 75% dan kertas 25% dengan 3,9575%, dan yang
terakhir yaitu plastik dengan 1,842%.
Tabel 4.9 Hasil uji kadar air RDF
Variasi sampah Kadar air (%)
Kertas 100% 16,912
Plastik 100% 1,842
Plastik 75%, Kertas 25% 3,9575
Plastik 50%, Kertas 50% 18,1015
Plastik 25%, Kertas 75% 14,4555
Sumber: Pusat Studi dan Pangan UGM, 2020
Nilai kadar air cenderung memiliki nilai yang tinggi pada variasi komposisi sampah kertas
dengan persentase di atas 50% dibandingkan dengan variasi sampah kertas di bawah 50%. Hal
tersebut dikarenakan kertas berasal dari serat kayu yang bersifat organik (Novita dan Damanhuri,
2010). Nilai kadar air memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian lain yang
dilakukan di Universitas Teknologi Petronas dengan kadar air RDF mencapai 22,40-26,10%
(Sapari, 2011).
Semua variasi sampah yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi standar RDF
dari Negara Italia. Berikut disajikan data dalam bentuk grafik pada Gambar 4.13.
30
25
20
15
kadar air (%)

10
5 variasi sampah
standar RDF
0
00
%
00
% 5% 50
%
75
%
1 1 a s2 k a s
rt as tik er
t as
ti
er
t
Ke as ,k pl ,k
Pl ,
5% 0% 5%
ti k7 a s5 ti k2
as rt as
Pl Ke Pl

Gambar 4.13 Grafik kesesuaian


nilai kadar air terhadap standar RDF
Gambar 4.13 menunjukkan bahwa semua variasi sampah kertas dan plastik yang dijadikan
pellet RDF memenuhi kesesuaian terhadap standar RDF karena memiliki nilai kadar air di bawah

Universitas Pertamina - 29
25%. Maka tidak perlu pengolahan lanjutan untuk mengurangi nilai kadar air dari pelet RDF
tersebut. Semakin sedikit nilai kadar air maka efisiensi pembakaran semakin meningkat karena
energi yang digunakan tidak habis untuk dapat mengurangi kadar air dari pelet RDF tersebut.
4.9 Analisis Kadar Abu RDF
Hasil pengujian nilai kadar abu yang terkandung dari variasi sampah RDF dapat dilihat pada
Tabel 4.10. Dapat dilihat pada Tabel 4.10 bahwa kadar abu pada kertas 100% memiliki nilai kadar
abu sebesar 7,868%, diikuti plastik 25% dan kertas 75% sebesar 6,558%, plastik 50% dan kertas
50% sebesar 5,493%, plastik 75% dan kertas 25% sebesar 3,5485%, dan yang terkecil yaitu plastik
100% sebesar 1,0505%.
Tabel 4.10 Hasil uji kadar abu RDF
Variasi sampah Kadar abu (%)

Kertas 100% 7,868


Plastik 100% 1,0505
Plastik 75%, Kertas 25% 3,5485
Plastik 50%, Kertas 50% 5,493
Plastik 25%, Kertas 75% 6,558

Sumber: Pusat Studi dan Pangan UGM, 2020


Nilai kadar abu cenderung memiliki nilai yang tinggi pada variasi komposisi sampah kertas
dengan persentase di atas 50% dibandingkan dengan variasi sampah kertas di bawah 50%. Nilai
kadar abu dengan mayoritas persentase sampah kertas memiliki nilai kadar abu yang lebih tinggi
dengan mayoritas persentase sampah plastik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi
persentase sampah kertas, maka nilai kadar abu semakin meningkat.
Kadar abu masing-masing RDF juga telah memenuhi standar RDF Negara Italia. Hasil
standar RDF untuk uji kadar abu di negara Italia mensyaratkan bahwa RDF harus memiliki nilai
kadar abu minimum 20%. Untuk kesesuaian dengan standar RDF yang digunakan dapat dilihat
pada Gambar 4.14.

25

20

15
kadar abu (%)

variasi
10 sampah

0
Kertas Plastik Plastik Kertas Plastik
100% 100% 75%, 50%, 25%,
kertas 25% plastik kertas 75%
50% Universitas Pertamina - 30
Gambar 4.14 Grafik kesesuaian kadar abu terhadap standar RDF
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa semua variasi komposisi sampah plastik dan kertas
sebagai bahan baku RDF memenuhi persyaratan RDF karena semua variasi memiliki nilai kadar
abu di bawah 20%.
Nilai kadar abu yang tinggi mempengaruhi efisiensi pembakaran yang sangat signifikan. Hal
tersebut dikarenakan energi yang digunakan akan lebih banyak terciptanya abu dibandingkan nilai
kalor sebagai suplai bahan bakar. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai kadar abu, maka
semakin tinggi efisiensi pembakaran yang dilakukan.
4.9.1 Analisis Nilai Kalor
Hasil pengujian nilai kalor dengan bomb calorimeter dari masing-masing variasi sampah
plastik dan kertas dapat dilihat pada Tabel 4.11. Dari Tabel 4.11 berikut, dapat dilihat bahwa yang
memiliki nilai kalor terbesar yaitu pelet RDF dengan komposisi sampah plastik 100% dengan
42,10 MJ/Kg, diikuti dengan plastik 75% dan kertas 25% dengan 34,91 MJ/Kg, plastik 50% dan
kertas 50% dengan 24,73 MJ/Kg, plastik 25% dan kertas 75% dengan 19,02 MJ/Kg, dan yang
terakhir yaitu variasi sampah kertas 100% dengan 13,07 MJ/Kg. Hasil pengukuran RDF dengan
komposisi plastik 50% dan kertas 50% mendekati hasil nilai kalor RDF di Universitas Teknologi
Petronas dengan nilai 21,7 MJ/Kg (Sapari, 2011)
Tabel 4.11 Hasil uji nilai kalor RDF
Variasi sampah Nilai kalor (MJ/Kg)
Kertas 100% 13,07
Plastik 100% 42,10
Plastik 75%, Kertas 25% 34,91
Plastik 50%, Kertas 50% 24,73
Plastik 25%, Kertas 75% 19,02
Sumber: Pusat Studi dan Pangan UGM, 2020
Nilai kalor dengan persentase komposisi sampah plastik yang besar cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase sampah kertas yang lebih dominan. Hal tersebut dikarenakan
plastik memiliki komponen petroleum yang dapat menyimpan energi lebih dibandingkan kertas
(Subramanian, 2000). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persentase sampah plastik pada
pelet RDF, maka semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan. Begitu juga sebaliknya, semakin
tinggi persentase kertas, maka nilai kalor pelet RDF akan semakin kecil.
Nilai kalor masing-masing RDF juga telah memenuhi standar RDF Negara Italia. Kesesuaian
dengan standar RDF yang digunakan dapat dilihat pada Kesesuaian standar untuk nilai kalor dari
pelet RDF yang ada di negara Italia yaitu 15 MJ/Kg dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Universitas Pertamina - 31
45.00
40.00
35.00
30.00 Gambar 4.15 Grafik
25.00 kesesuaian nilai kalor
20.00
nilai kalor (MJ/Kg)

15.00 terhadap standar RDF


10.00
5.00 Variasi sampah Gambar 4.15
0.00 standar RDF
menunjukkan bahwa
komposisi sampah dengan
variasi kertas 100%
memiliki nilai kalor di
bawah standar RDF yang
ditetapkan. Hal tersebut
disarankan untuk tidak menjadikan pelet RDF dengan komposisi sampah kertas 100%. Maka,
produksi RDF disarankan agar menambah persentase plastik agar menaikkan nilai kalor dari RDF
dan/ atau hanya menggunakan sampah plastik dengan persentase penuh.

Universitas Pertamina - 32
Universitas Pertamina - 33
Universitas Pertamina - 34
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sampah yang dapat dijadikan bahan baku RDF merupakan sampah yang mudah terbakar
(combustible). Komposisi sampah dari TPS Universitas Pertamina yang dapat dijadikan bahan
baku RDF meliputi sampah sisa makanan, daun/kayu, kertas, plastik, botol PET, dan karet.
Hasil pengujian sampah sebagai bahan baku RDF mengindikasikan bahwa sampah sisa
makanan tidak dapat dijadikan bahan baku RDF. Nilai kadar air yang pada sampah sisa makanan
tidak masuk ke dalam kriteria standar RDF dari negara Italia. Sampah sisa makanan memiliki nilai
kadar air sebesar 48% dari standar yang ditetapkan yaitu 25%. Sampah sisa makanan lebih layak
untuk dilakukan pengolahan secara composting. Hasil uji kadar abu dan nilai kalor pada bahan
baku RDF telah memenuhi standar RDF yang ditetapkan.
Pembuatan pellet RDF dilakukan pada sampah plastik dan kertas dengan variasi interval
25%. Sampah dengan komposisi kertas 100% tidak layak untuk dijadikan RDF karena memiliki
nilai kalor di bawah standar RDF. Nilai kalor dengan komposisi sampah kertas 100% memiliki
nilai kalor sebesar 13,07 MJ/Kg, di bawah dari standar yang ditetapkan yaitu 15 MJ/Kg.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sampah sisa makanan lebih diprioritaskan untuk diolah secara komposting.


2. Perlu metode tambahan untuk mengurangi kadar air dari sampah sisa makanan jika ingin
dijadikan sebagai bahan baku RDF. Hal tersebut dikarenakan sampah sisa makanan
memiliki timbulan sampah paling besar dibandingkan jenis sampah lain.
3. Pencampuran komposisi sampah diperlukan untuk mengurangi sampah secara signifikan,
tidak hanya fokus pada sampah yang memiliki potensi nilai kalor yang besar.
4. Perlu dilakukan penentuan tempat yang cukup untuk fasilitas produksi RDF di Kawasan
Universitas Pertamina.
5. Perlu studi kelayakan ekonomi dan finansial jika ingin menjadikan TPS Universitas
Pertamina sebagai suplai produksi RDF.

Universitas Pertamina - 33
Universitas Pertamina - 34
DAFTAR PUSTAKA

ASTM E830-87(2004), Standard Test Method for Ash in the Analysis Sample of Refuse-Derived
Fuel (Withdrawn 2004), ASTM International, West Conshohocken, PA,
1996, www.astm.org
ASTM E790-87(2004), Standard Test Method for Residual Moisture in a Refuse-Derived Fuel
Analysis Sample, ASTM International, West Conshohocken, PA, 1987, www.astm.org
ASTM D5866(2010), Standard Test Method for Gross Calorific Value of Coal and Coke, ASTM
International, West Conshohocken, PA,19428-2959, www.astm.org
Cheremisinoff, Nicholas P. (2003). Handbook of Solid Waste Management and Waste
Minimization Technologies. Burlington: Elsevier Science.
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. (2010). Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Bandung: Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung.
Ganesh, T., Vignesh, P., & Arun Kumar, G. (2013). “REFUSE DERIVED FUEL to Electricity”.
International Joernal of Engineering Research & Technology (IJERT). 2(9):2.
Gendebien, A., Leavens, A., Blackmore, K., Godley, A., Lewin, K., Whiting, K.J., et al. (2003).
REFUSE DERIVED FUEL, Current Practice and Perspective. European Comission.
Hendra D, Darmawan S. (2000). “Pembuatan briket arang dari sebuk gergajian kayu dengan
penambahan arang tempurung kelapa”, Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol. 18, No. 1, pp 1-
9.
Obernberger, L and Thek, G. (2004). Physical Characterisation and Chemical Composition of
Densified Biomass Fuels with Regard to Their Combustion Behavior, Biomass and
Bioenergy, 27, 653-669.
Masrida, R. (2017). Kajian Timbulan dan Komposisi Sampah di Kampus II Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya. Journal of Env. Engineering & Waste Management, 2, 2, 69-78.
Mu’minin, A. (2013). Desain Operasi Penanganan Sampah Kampus Universitas Indonesia Depok.
Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Novita, Dian Marya, dan Damanhuri, E. (2010). Perhitungan Nilai Kalor Berdasarkan Komposisi
dan Karakteristik Sampah Perkotaan di Indonesia Dalam Konsep Waste to Energy. Jurnal
Teknik Lingkungan 16 (2).
Tchobanoglous, G., Theisen, H., & Vigil, S. A. (1993). Integrated Solid Waste Management.
Singapore: McGraw-Hill Inc.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2020). Tetapkan Metode Co-Firing di PLTU, Ini
Potensi Biomassa untuk Substitusi Batubara.
http://ebtke.esdm.go.id/post/2020/02/28/2490/terapkan.metode.co-
firing.di.pltu.ini.potensi.biomassa.untuk.substitusi.batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). (2015). Buku Panduan Sampah Menjadi
Energi. Jakarta: Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi.
McDougall, F., White, P., Franke, F., Hindle, P. (2001). Integrated Solid Waste Management: a
Life Cycle Inventory. Oxford: Blacwell Science.
Pedoman Spesifikasi Teknis Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai Alternatif Bahan Bakar di
Industri Semen. (2017). Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian.
Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah
Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Peraturan Presiden No. 97 tahun 2017. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (2012). Pemaanfaatan RDF di Indocement. Didapat dari
Presentasi PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
Pusat Data dan Teknologi Informasi ESDM. (2017). Kajian Penyediaan dan Pemanfaatan Migas,
Batubara, EBT, dan Listrik. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Universitas Pertamina - 34
Ridhosari, B., & Rahman A. (2020). Studi Potensi Refuse Derived Fuel dari Tempat Penampungan
Sampah (TPS) Universitas Pertamina. Universitas Pertamina.

Sapari, N., Mohd Alwi, A., Mustapha, S., & Ismail, A. F. (2011). Energy in solid wastes from
Universiti Teknologi PETRONAS Campus. Research Journal of Chemistry and Environment,
86-86.
SNI 19-3964-1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan.
SNI 19-2454-2002. Tata Cara Operasional Pengelolaan Sampah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Weerasak, T., & Sanongraj, S. (2015). Potential of Producing Refuse Derived Fuel (RDF) from
Municipal Solid Waste at Rajamangala University of Technology Isan Surin Campus.
Applied Environmental Research, 37(2), 85-91.
Yulipriyanto, H. (2006). Studi Jenis, Komposisi, dan Karakter Sampah di Lingkungan Kampus
Universitas Negeri Yogyakarta serta Strategi pengelolaannya. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, XI, 1, 163-172

Universitas Pertamina - 35
LAMPIRAN 1
PROSEDUR PENGUJIAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH
TPS UNIVERSITAS PERTAMINA

Universitas Pertamina - 36
1. Pengukuran Komposisi dan Timbulan Sampah

Pengukuran komposisi dan timbulan sampah mengacu kepada SNI 19-3964-1994 mengenai
metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Penelitian
dilakukan dalam jangka waktu 8 bulan.

Cara Kerja:

 Sampah yang masuk ke TPS Universitas Pertamina dimasukkan ke dalam kotak sampling dengan
ukuran 50 cm x 50 cm x 100 cm.
 Kotak sampling dihentakkan 3 kali dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm, lalu
menjatuhkannya ke tanah untuk mendapatkan densitas yang standar.
 Mengukur volume sampah
 Catat volume sampah yang dihasilkan
 Menimbang berat sampah menggunakan timbangan
 Catat berat sampah yang dihasilkan
 Meletakkan sampah diatas terpal untuk pengambilan sampah masing-masing komposisi
 Timbang masing-masing komposisi sampah
 Catat hasil berat masing-masing komposisi sampah

Universitas Pertamina - 37
LAMPIRAN 2
HASIL PENGUJIAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH TPS
UNIVERSITAS PERTAMINA

Tabel 1 Hasil pengujian timbulan dan komposisi sampah


Hari Ke-
No Karakteristik 1 2 3
Berat Volume Berat Volume Berat Volume
(kg) (L) (kg) (L) (kg) (L)
1 Daun 181,84 4636,83 27,78 406,22 95,97 1302,21
2 Plastik 53,04 1725,33 80,82 3433,24 128,80 2457,69
3 Kertas 60,61 2345,37 75,77 2489,75 103,55 1375,57
4 Karet 2,53 120,36 0,25 1,29 0,00 0,00
5 Styrofoam 1,52 808,75 12,63 3747,73 20,20 3136,30
6 Sisa Makanan 47,98 134,79 505,10 982,80 429,34 568,57
7 Pet Bottle 4,55 579,60 12,63 642,09 30,31 1614,00
8 Kaca 0,00 0,00 5,05 52,42 0,00 0,00
9 Logam 0,00 0,00 7,58 183,46 2,53 17,42
10 Lainnya 136,38 256,10 5,05 183,46 75,77 1650,69
Total 488,433 10607,14 732,650 12122,44 886,4540 12122,44

Universitas Pertamina - 38
7 3 5 9 8 9

Hari Ke-
No Karakteristik 4 5 6
Berat Volume Berat Volume Berat Volume
(kg) (L) (kg) (L) (kg) (L)
1 Daun 25,26 1215,73 12,08 912,95 252,55 1865,67
2 Plastik 151,53 5098,23 66,92 4367,85 101,02 4402,99
3 Kertas 252,55 6980,65 42,75 4367,85 207,09 4328,36
4 Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Styrofoam 5,05 575,18 1,86 322,22 12,63 1119,40
6 Sisa Makanan 131,33 679,76 232,35 1790,10 85,87 298,51
7 Pet Bottle 37,88 2902,07 7,44 1038,26 53,04 3358,21
8 Kaca 0,00 0,00 11,15 29,09 5,05 6,53
9 Logam 20,20 366,03 1,30 17,90 20,20 559,70
10 Lainnya 32,83 366,03 6,51 286,42 7,58 223,88
656,632 18183,67 382,362 13132,65 745,0255
Total 7 3 2 3 1 16163,265

Hari Ke-
No Karakteristik 7 8
Berat Volume Berat Volume
(kg) (L) (kg) (L)
1 Daun 257,60 3425,05 12,63 539,94
2 Plastik 88,39 3615,33 80,82 4442,21
3 Kertas 176,79 2452,50 113,65 3926,81
4 Karet 1,52 105,71 0,00 0,00
5 Styrofoam 10,10 3509,62 10,10 2945,11
6 Sisa Makanan 60,61 200,85 32,83 245,43
7 Pet Bottle 35,36 2537,07 35,36 3386,88
8 Kaca 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Logam 2,53 105,71 0,00 0,00
10 Lainnya 25,26 211,42 6,57 171,80
658,14 16163,26 15658,16
Total 8 5 291,949 3

Tabel 2. Hasil komposisi sampah


Rata-Rata per Hari Persentase Timbulan
   
Karateristik
Berat Volume Berat Volume
(Kg) (L) (%) (%)
Daun 108,21 1788,08 17,88 12,53
Plastik 93,92 3692,86 15,52 25,88
Kertas 129,09 3533,36 21,33 24,76
Karet 0,54 28,42 0,09 0,20
Styrofoam 9,26 2020,54 1,53 14,16

Universitas Pertamina - 39
Sisa Makanan 190,68 612,60 31,51 4,29
Pet Bottle 27,07 2007,27 4,47 14,07
Kaca 2,66 11,00 0,44 0,08
Logam 6,79 156,28 1,12 1,10
Lainnya 36,99 418,72 6,11 2,93
Total 605,21 14269,13 100,00 100,00

LAMPIRAN 2
PROSEDUR PENGUJIAN LABORATORIUM

Universitas Pertamina - 40
1. Pengukuran Kadar Air
Pemeriksaan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terkandung
pada sampah. Metode yang digunakan yaitu ASTM E790-87(2004).
Prosedur Pengujian
1. Panaskan cawan porselin kosong dan kemudian diinginkan dalam desikator selama 15-20
menit
2. Keluarkan cawan porselin, simpan sampel dalam cawan porselin dan lakukan
penimbangan, lalu catat beratnya (S)
3. Masukan sampel ke dalam oven dengan temperature 107 ± 3°C selama 1 jam
4. Keluarkan sampel dari oven, cover dan dinginkan pada desikator hingga suhu ruangan.
5. Timbang sampel lalu catat beratnya (B)
6. Hitung kadar air dengan perhitungan berikut

R= ( S−B
S )
x 100 %

Dimana :

R = Residual moisture content (%)

S = grams of analysis sample used (g)

B = grams of sample after heating (g)

2. Pengujian Kadar Abu


Analisis kadar abu (ash content) dilakukan untuk mengetahui kadar abu dari sampah yang
telah terpilah sebagai raw material untuk pembuatan RDF. Proses analisis kadar abu dilakukan
dengan mengikuti standar dari ASTM E830-87(2004).

Prosedur Pengujian:

1. Gunakan sampel hasil analisis kadar air sebelumnya


2. Timbang berat sampel awal (C) dan cawan porselin (B)
3. Simpan sampel dalam cawan porselin kemudian panaskan pada furnace hingga temperature
mencapai 575 ± 25°C
4. Keluarkan sampel dari furnace dan dinginkan pada desikator hingga suhu ruangan.
5. Timbang sampel lalu catat beratnya (A)
6. Hitung kadar abu dengan perhitungan berikut

ash content ( % )= ( A−B


C )
x 100 %

Universitas Pertamina - 41
Dimana:

A = weight of container and ash residue (g)

B = weight of empty container (g)

C = weight of ash analysis sample (g)

Universitas Pertamina - 42
LAMPIRAN 3
HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM

Universitas Pertamina - 43
 Hasil Pengujian Kadar Air
Percobaan 1

After heating 107C


Mass
Massa Massa Water Content
Jenis sampah Crucibe Massa
sample (g) Crucible + (%)
(g) sample (g)
Sample (g)
Styrofoam 10,36 0,25 10,61 0,25 0,96
Daun 10,17 2,08 12,02 1,85 11,02
Kertas 10,25 1,00 11,21 0,95 4,65
Plastik 10,42 0,50 10,92 0,50 0,02
Nasi 9,83 5,08 12,28 2,45 51,70
Karet 10,06 5,00 14,86 4,80 4,15
PET 10,12 3,07 13,16 3,04 0,77

Percobaan 2

After heating 107C


Mass
Massa Massa Water Content
Jenis sampah Crucibe Massa
sample (g) Crucible + (%)
(g) sample (g)
Sample (g)
Styrofoam 10,39 0,25 10,64 0,25 0,08
Daun 10,29 2,02 12,14 1,85 8,47
Kertas 10,17 1,00 11,12 0,95 4,64
Plastik 10,14 0,50 10,64 0,50 0,14
Nasi 10,10 5,03 12,90 2,80 44,28
Karet 10,36 5,05 15,34 4,98 1,29
PET 10,21 3,01 13,20 3,00 0,37

 Hasil Pengujian Kadar Abu


Percobaan 1

After Firing 725C


Ash Content (%)
Massa Crucible + Sample (g) Mass Label (g) Massa sample (g)

10,35 0,00 0,12


10,34 0,19 13,52
10,40 0,16 3,99
10,43 0,02 0,03 1,91
9,83 0,01 5,15
11,01 0,96 0,93
10,10 0,00 7,63

Percobaan 2

After Firing 725C Ash Content (%)

Universitas Pertamina - 44
Massa Crucible + Sample (g) Mass Label (g) Massa sample (g)

10,38 0,00 0,16


10,50 0,23 14,71
10,35 0,19 3,73
10,16 0,02 0,04 0,20
10,22 0,14 5,91
11,33 0,99 0,99
10,19 0,00 11,62

 Hasil Pengujian Nilai Kalor (Lab UI-CHEM Departemen Kimia FMIPA, UI)

No Jenis sampah Nilai Kalor (cal/g) Nilai Kalor (kcal/kg)


1 Styrofoam 8.350,45 8.350,45
2 Daun 4.797,35 4.797,35
3 Kertas 4.485,89 4.485,89
4 Plastik 10.872,06 10.872,06
5 Karet 9.576,03 9.576,03
6 Botol PET 5.901,06 5.901,06

 Hasil Pengujian Kadar Air, Kadar Abu, dan Nilai Kalor (Pusat Studi dan Pangan, UGM)

Nilai Kalor
No. Sampel Kadar Air (%) Kadar Abu (%)
(Cal/g)
16,764 7,104 3236,844
1. Kertas 100%
17,060 8,632 2987,881
1,896 1,038 10005,780
2. Plastik 100%
1,788 1,063 10042,483
Plastik 75% 4,035 3,586 8022,686
3.
Kertas 25% 3,880 3,511 8600,090
Plastik 50% 18,142 5,503 5612,948
4.
Kertas 50% 18,061 5,482 6164,608
Plastik 25% 14,567 6,564 4658,380
5.
Kertas 75% 14,344 5,522 4398,502

Universitas Pertamina - 45
LAMPIRAN 4
FOTO-FOTO PENELITIAN LABORATORIUM

Universitas Pertamina - 46
Gambar 1 Pengukuran sampel Gambar 2 Pengukuran sampel
styrofoam daun/kayu

Gambar 3 Pengukuran sampel Gambar 4 Pengukuran sampel


kertas karet

Gambar 5 Pengukuran sampel Gambar 6 Pengukuran sampel


nasi plastik

Universitas Pertamina - 47
Gambar 6 Pemasukkan sampel
kedalam furnace

Universitas Pertamina - 48
LAMPIRAN 5
FOTO-FOTO HASIL PELET RDF

Universitas Pertamina - 49
Gambar 1 Sampel RDF plastik Gambar 2 Sampel RDF kertas
100% 75% + plastik 25%

Gambar 3 Sampel RDF kertas Gambar 4 Sampel RDF kertas


50% + plastik 50% 25% + plastik 75% Pertamina - 50
Universitas
Gambar 5 Sampel RDF kertas
100%

Universitas Pertamina - 51

Anda mungkin juga menyukai