Pedoman Penentuan Strata Desa PDF Free
Pedoman Penentuan Strata Desa PDF Free
EDISI REVISI
DINAS KESEHATAN
JL. PIERE TENDEAN NO. 24 TELP. (024) 3511351 SEMARANG
TAHUN 2018
50
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Pedoman Perhitungan Tingkat Perkembangan Desa / Kelurahan
Siaga Aktif di Jawa Tengah dapat tersusun.
Desa/Kelurahan siaga merupakan salah satu strategi yang memiliki daya ungkit untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sebagai tahapan
menuju desa sehat. Dengan desa /kelurahan siaga diharapkan masyarakat memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandirl. Inti kegiatan desa/kelurahan siaga adalah memberdayakan masyarakat agar tau, mau dan
mampu. Pemberdayaan sebagai upaya fasilitas yang bersifat persuasive dan tidak memerintah (non instruktif) melalui Proses Pembelajaran yang terorganisasi
untuk menumbuhkan respon yang terkoordinasi dengan baik.
Jawa Tengah telah mengembangkan Polindes menjadi PKD sejak dicanangkan 30 Desember 2003, yang merupakan potensi awal dalam mewujudkan
desa/kelurahan siaga. Selanjutnya secara bertahap Jawa Tengah menyusun Pedoman pelaksanaan Desa Siaga pada tahun 2006. Untuk memperlancar
pelaksanaan pengembangan dalam mewujudkan desa/kelurahan siaga, disusun "Pedoman Tingat Perkembangan Strata Desa/kelurahan Siaga Aktif di Jawa
Tengah" yang telah disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta potensi yang ada di Jawa Tengah. Kami berharap Pedoman ini dapat dimanfaatkan dalam
membantu para pengelola atau fasilitator dan tokoh masyarakat serta pemangku kepentingan dalam mengembangkan desa/kelurahan siaga.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku Pedoman Perhitungan Tingkat Perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif di Jawa Tengah
ini, dan kepada programer kabupaten/kota yang telah memberikan masukan tentang kegiatan operasional dalam mewujudkan desa/kelurahan siaga di Jawa
Tengah, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik den saran sangat kami harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
BAB VI PENUTUP............................................................................... 25
iii
DAFTAR SINGKATAN
1. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) merupakan suatu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh, untuk dan bersama
masyarakat setempat atas dasar musyawarah desa/kelurahan yang didukung oleh tenaga kesehatan profesional untuk melakukan upaya kesehatan
promotif, preventif, dan kuratif sesual dengan kewenangannya dibawah pembinaan teknis Puskesmas. (Pergub Jateng nomor : 90 tahun 2005 )
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), jaringan, jejaringnya adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, yang dimaksud jaringan adalah
Puskesmas,Puskesmas Pembantu, Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dan yang dimaksud Jejaring adalah dokter/bidan praktek swasta dan klinik yang dapat
diakses oleh masyarakat setiap hari;
3. Tenaga profesional kesehatan adalah dokter/perawat/bidan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar, bencana dan kegawat daruratan
kesehatan sesuai kewenangan.
4. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa :
(1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui, (3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan
penanganan penderita penyakit.
5. Deteksi dini adalah pengenalan awal terhadap gejala / tanda suatu penyakit dan hal-hal yang mempengaruhl masalah kesehatan
Contohnya :
- gizi buruk adanya BGM dan BGT, Ibu hamil Risiko tinggi (Bumil risti) dapat ditandai anemi, tensi tinggi , 3 Terlambat 4 Terlalu (Terlambat
memutuskan, Terlambat merujuk, Terlambat menangani, Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu Sering, Terlalu Banyak).
6. Konseling adalah pemberian penjelasan tentang masalah kesehatan yang dihadapi secara perorangan atas inisiatip/kemauan dari masyarakat.
7. Kegawat daruratan adalah masalah kesehatan yang mendesak untuk segera ditangani atau mendapatkan pelayanan secara cepat dan tepat.Contohnya :
keracunan, kecelakaan, persalinan, dan penyakit lainnya.
8. Forum Kesehatan Desa/Kelurahan (FKD/FKK) adalah wadah partisipasi bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat
Desa/Kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di
Desa/Kelurahan yang dikukuhkan melalui SK Kepala Desa/Lurah dan masih berlaku serta sesuai
FKD/FKK beranggotakan berbagai unsur di masyarakat, meliputi :
- Kepala Desa dan perangkatnya (RT, RW)
- Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
- TP PKK
- Lembaga sosial/Swadaya masyarakat
- Tokoh masyarakat, Tokoh agama, Kader
- Perwakilan kelompok tertentu sesuai potensi setempat (unsur pemuda, dunla usaha)
9. Rencana kerja adalah rencana kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah desa/kelurahan yang disusun oleh FKD/FKK baik jangka pendek, menengah
dan panjang maupun berdasarkan dari hasil SMD dan MMD,yang dituangkan secara tertulis.
10.Survei mawas diri (SMD) adalah kegiatan pengumpulan data atau informasi yang dilakukan oleh kader kesehatan dan atau FKD dengan tujuan untuk
memperoleh informasi permasalahan kesehatan yang dihadapi termasuk faktor risikonya dan potensi yang dimiliki di wilayah desa/kelurahan.
11. Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan di tingkat desa/kelurahan yang diikuti oleh pengurus FKD/FKK, Tokoh masyarakat, Tokoh agama
dan pemerintahan desa yang membahas hasil SMD untuk menentukan prioritas masalah dan rencana upaya penanggulangannya dengan memanfaatkan
potensi yang dimiliki, pelaksanaan MMD merupakan inisiatif dari masyarakat sendiri. Dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun dan jika ada masalah
kesehatan
12.Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) adalah upaya kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat meliputi Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD), posyandu balita, Pos lansia, Pos Pembinaan Terpadu PTM ( Posbindu PTM), Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga lansia
(BKL), Bina Keluarga Remaja (BKR), Pos kesehatan Pesantren (poskestren), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pos Upaya Kesehatan keluarga ( Pos
UKK), Saka Bakti Husada (SBH), Penyehat Tradisional (Hatra), Upaya Kesehatan Masjid (UKM), Pos Obat Desa (POD), Pos TB desa, Pos Malaria Desa,
Tabungan Ibu Bersalin/Dana Ibu Bersalin ( Tabulin/Dasolin), Dana Sehat, Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair) dan lain-lain.
13.Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang berasal dari masyarakat setempat yang bersedia membantu melakukan kegiatan-kegiatan dibidang
kesehatan.
14.Rapat Koordinasi adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota FKD/FKK dan unsur Iainnya yang ada di desa atau kelurahan untuk membahas
permasalahan kesehatan yang dituangkan dalam notulen pertemuan.
15.Kebijakan Desa/Kelurahan adalah suatu kebijakan tertulis yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dibuat oleh Kepala Desa/Lurah yang bisa
berupa Peraturan Desa, Keputusan Desa, Surat Edaran,
16.Peran serta aktlf masyarakat/gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat termasuk ormas dalam
mengatasi/menanggulangi masalah dan penyebab masalah kesehatan, meliputi :
a. Gerakan masyarakat hidup sehat
b. Gerakan perbaikan lingkungan
c. Pembangunan sarana air bersih
d. Jum'at bersih, PSN atau gerakan 3M
e. Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
f. Jambanisasi
g. Perbaikan rumah sehat
h. Gerakan mendukung kelompok rentan (bumil risti, balita risti, dll)
i. Ambulan desa
j. Penggalangan donor darah
k. Pemanfaatan masyarakat pada sarana kesehatan yang ada (datang ke posyandu, persalinan nakes di PKD dll)
l. Gerakan pencegahan dan pengendalian factor resiko penyakit dan masalah kesehatan.
m. Gerakan pengendalian bencana dan factor resikonya
n. Paguyuban penderita TB Paru.
o. Pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA)
p. Klambunisasi dll
17.Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi
yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Kegiatan surveilans dibuktikan dengan : catatan ABJ, catatan kasus, pelacakan kasus,
Buku KIA, SIP Posyandu, catatan kegiatan.
18.Rumah tangga sehat adalah keadaan rumah tangga yang memenuhl minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga (mencapai strata
utama atau paripurna).
19.Prosentase pencapaian rumah tangga sehat adalah jumlah rumah tangga yang mencapai strata utama dan paripurna dibagi jumlah rumah tangga yang
didata kali 100 %.
20.Penentuan Jumlah rumah tangga yang didata menggunakan Sampling (cluster random sampling) dengan cara penetapan 1 (satu) Desa 30 RT, masing-
masing RT didata sebanyak 18 rumah tangga. Penetapan rumah tangga yang menjadi sampling difasilitasi oleh petugas kesehatan Puskesmas.
21.Pembiayaan kesehatan adalah upaya penyediaan dana yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan serta,hal-hal
yang mempengaruhi masalah-masalah kesehatan yang berasal dari pemerintah (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat), dari
sumber dana lainnya yaitu : dari masyarakat, donatur perorangan maupun organisasi (pengusaha,perusahaan BUMN/D/swasta, organisasi profesl, LSM
dalam negeri/luar negeri).
22.Sumber dana keuangan di desa dapat berupa Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa (DD), Bagi Hasil Pajak, Baaantuan Keuangan ( dari Pusat, Provinsi,
Kab/Kota), Bantuan Pihak Ketiga, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Desa ( lelang, bondodesa, pasar desa) dan swadaya
23.Dokumentasi kegiatan FKD/FKK merupakan bukti pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh FKD/FKK dapat berupa Rekap Hasil Surveilans
Masalah Kesehatan, Rekap hasil SMD, Rekap Hasil Pendataan PHBS, Kesepakatan rencana Intervensi sebagai hasil MMD, Rencana Kegiatan FKD/FKK,
Buku Kegiatan FKD/FKK,Notulen, Daftar Hadir Rapat, Buku Inventaris, Buku Keuangan, Peta/Mapping masalah kesehatan, Kumpulan Foto kegiatan dll
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desa/Kelurahan Siaga Aktif adalah sebuah desa/kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalul Pos Kesehatan Desa (PKD) atau sarana kesehatan lain yang ada diwilayah tersebut seperti Puskesmas pembantu
(Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. Selain hal tersebut dalam desa/kelurahan siaga aktif penduduknya juga
mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku,
kedaruratan kesehatan dan penaggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan, sehingga masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka desa / kelurahan siaga aktif memiliki komponen (1) pelayanan kesehatan dasar, (2) pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya surveilance berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan, (3) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), (Kepmenkes Nomor:1529/MENKES/SK/X/2010).
Pada tahun 2006 Jawa Tengah telah mengawali menyusun Buku pedoman pelaksanaan Desa/kelurahan siaga dengan mencantumkan 3 tahapan strata
yaitu strata I, strata II, dan strata III, dimana semakin tinggi strata yang telah dicapai menunjukkan keaktifan desa/kelurahan siaga aktif semakin tinggi. Empat tahun
kemudian tepatnya pada tahun 2010 Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan regulasi berupa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010
tentang pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang didalamnya telah mencantumkan penghitungan strata desa/kelurahan siaga aktif
dengan 4 strata yaitu patratama, madya, Purnama dan Mandiri. Menindaklanjuti regulasi tersebut, selanjutnya Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 menyusun
Buku Pedoman Penentuan Strata Desa/kelurahan Siaga Aktif tingkat Provinsi Jawa Tengah dengan disesuaikan situasi dan kondisi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil
evaluasi terhadap pencapaian cakupan strata Desa/kelurahan siaga aktif di 35 Kabupaten/Kota, menunjukkan adanya kesenjangan/perbedaan yang cukup
menyolok antara Kabupaten yang satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan antara lain adanya pemahaman terhadap indikator yang digunakan dan penentuan/
penghitungan strata yang belum sama. Untuk mempermudah dan menyamakan persepsi seluruh pelaksana di lapangan, pada tahun 2018 telah disepakati untuk
merevisi tingkat perkembangan desa/kelurahan siaga aktif di Jawa Tengah menggunakan sistem skoring dengan mengakomodir penentuan strata Desa/Kelurahan
Siaga Aktif versi kementerian Kesehatan dan versi Jawa Tengah tahun 2011.
1
Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu disusun buku pedoman tingkat perkembangan desa/kelurahan siaga aktif di Jawa Tengah edisi revisi sebagai
acuan untuk kesamaan pemahaman bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka akselerasi program pengembangan desa atau kelurahan siaga aktlf dengan
disesuaikan situasi dan kondisi di Jawa Tengah.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman untuk perhitungan tingkat perkembangan/strata dalam upaya pembinaan desa/kelurahan siaga aktif.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai Pedoman perhitungan strata desa / kelurahan siaga aktif.
2. Sebagai Pedoman perhitungan strategi pembinaan dalam pengembangan desa / kelurahan siaga aktif.
3. Sebagai Pedoman monitoring dan evaluasl pengembangan desa / kelurahan siaga aktif,
C. DASAR HUKUM
1. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang: Kesehatan
2. UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
3. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang: Pemerintah Daerah
4. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
5. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun 2011 tentang Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 65 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1529 tahun 2010 tentang Desa Siaga Aktif
11. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI nomor 140/1508/SJ tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan
Forum desa dan kelurahan siaga Aktif
12. Peraturan Gubernur nomor 35 tahun 2017 tentang Gerakan masyarakat Hidup Sehat di Provinsi Jawa Tengah
13. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No : 440/92 tahun 2012 (Agustus 2012) tentang Forum Komunikasi Pengembangan Desa Siaga Aktif
BAB II
KOMPONEN DESA / KELURAHAN SIAGA AKTIF
Kriteria suatu desa dikatakan sebagai desa/kelurahan siaga aktif adalah telah memlliki PKD sebagal rujukan pertama pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dan kegawat daruratan kesehatan dan Forum Kesehatan Desa / Kelurahan (FKD/FKK). Wilayah desa atau kelurahan yang tidak memiliki PKD bisa dengan sarana
kesehatan Iainnya seperti Puskesmas Pembantu atau Puskesmas, klinik, dokter/bidan praktek swasta yang siap melaksanakan pemberdayaan masyarakat dan
mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di desa serta mempunyai kesepakatan dengan pemerintah desa / FKD untuk mengembangkan desa/kelurahan
siaga aktif.
PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) adalah merupakan suatu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat setempat atas dasar musyawarah desa/kelurahan yang didukung oleh tenaga profesional kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan promotif,
preventif, dan kuratif sesuai dengan kewenangannya dibawah pembinaan teknis Puskesmas.
Tenaga profesional kesehatan diharapkan berada di desa tersebut agar dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar meliputi KIA, deteksi dini, konseling
dan kegawat daruratan serta merujuk pasien setiap dibutuhkan.
1. Pengertian
FKD/FKK adalah Forum kesehatan di desa/kelurahan yang merupakan wadah partisipasi bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di
tingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa.
C. GOTONG ROYONG
Bentuk-bentuk kegiatan gotong royong masyarakat di desa/kelurahan siaga aktif :
a. Gerakan masyarakat hidup sehat
b. Gerakan perbaikan lingkungan
c. Pembangunan sarana air bersih
d. Jum'at bersih, PSN atau gerakan 3M
e. Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
f. Jambanisasi
g. Perbaikan rumah sehat
h. Gerakan mendukung kelompok rentan (bumil risti, balita risti, dll)
i. Ambulan desa
j. Penggalangan donor darah
k. Pemanfaatan masyarakat pada sarana kesehatan yang ada (datang ke posyandu, persalinan nakes di PKD dll)
l. Gerakan pencegahan dan pengendalian factor resiko penyakit dan masalah kesehatan.
m. Gerakan pengendalian bencana dan factor resikonya
n. Paguyuban penderita TB Paru.
o. Pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA)
p. Klambunisasi dll
D. UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif serta
didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan tersebut dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.
Upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat (UKBM) merupakan upaya kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat seperti posyandu
balita/lansia, BKB, BKL, BKR, poskestren, UKS, UKK, SBH, hatra, UKM, POD dan lain-lain. Bentuk-bentuk kegiatan upaya kesehatan di desa/kelurahan siaga aktif
diharapkan dapat terintegrasi dalam sistem kesehatan desa.
E.SURVEILANS
Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi
yang mempengaruhi terjadinya penyakit atau masalah kesehatan tersebut (faktor risiko/faktor penyebab).
Tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat agar tercipta sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan diri masyarakat terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan, bencana, kegawat daruratan kesehatan yang akan mengancam dan merugikan masyarakat sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan.
Surveilans dilaksanakan oleh masyarakat dengan menggunakan alat bantu / instrumen terlampir. Apabila ditemukan adanya faktor risiko terjadinya masalah
kesehatan atau gejala dini dan kasus penyakit maka kader harus segera melaporkan kepada FKD dan petugas kesehatan untuk segera dilakukan tindak lanjut
(respon cepat).
Kegiatan surveilans dibuktikan adanya catatan hasil surveilans seperti ABJ, catatan kasus, pelacakan kasus, Buku KIA, SIP Posyandu, catatan kegIatan.
F. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan dalam Desa/kelurahan siaga aktif selain dengan mengembangkan dana swadaya masyarakat juga diharapkan adanya dukungan
pendanaan secara resmi atau dana tetap yang dianggarkan oleh pemerintah desa melalui ADD/APBDes atau anggaran desa yang ditentukan dalam
6musrenbangdes. Dukungan pendanaan melalui anggaran desa ini merupakan bentuk komitmen dari pemerintah desa terhadap pengembangan Desa/kelurahan
siaga aktif sehingga dana ini akan dijamin keberlanjutannya.
Bentuk-bentuk pembiayaan kesehatan yang dapat dikembangkan dimasyarakat dalam bentuk swadaya misalnya :
1. Tabulin, Dasolin
2. Arisan Jamban
3. Dana posyandu untuk PMT
4. Jimpitan melalui RT/RW, dawis, PKK
5. Dana pengembangan lingkungan sebagai kompensasi industri/dunia usaha (CSR) , dan lain-lain.
Di tatanan rumah tangga, Kepala Rumah Tangga harus menjadi panutan dan mendorong anggota rumah tangganya untuk mempraktikkan PHBS. Ia juga
bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Rumah Tangga.
Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di rumah tangga digunakan 16 indikator perilaku yaitu :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan
3. Memberikan ASI eksklusif
4. Menimbang balita
5. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
6. Menggunakan air bersih
7. Menggunakan jamban sehat
8. Membuang sampah pada tempatnya
9. Menggunakan lantai rumah kedap air
10. Melakukan Aktifitas Fisik/berolahraga
11. Tidak merokok
12. Cuci tangan pakai sabun
13. Menggosok gigi
14. Tidak menyalahgunakan Miras/Narkoba
15. Kepesertaan dalam JPK ( Jaminan Pemeliharaan Kesehatan )
16. Melakukan PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk )
Di tatanan institusi pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pesantren, seminari, dan sejenisnya, pemilik institusi pendidikan dan para
pendidik merupakan panutan dan mendorong anak didiknya dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupaya sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan.
Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, toko, kantor / perusahaan dan lain-kain, pemilik dan pengelola tempat kerja tersebut harus menjadi panutan
dan mendorong para pekerja / karyawannya dalam mempraktikkan PHBS. Pemilik dan pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya di PHBS di Tempat Kerja.
Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal, pelabuhan, bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat hiburan, tempat rekreasi / pariwisata.
Tempat ibadah dan lain-lain sejenisnya, pemilik dan pengelola tempat umum harus menjadi panutan dan mendorong para pekerja / karyawan dan
pengunjungnya dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di
Tempat-tempat Umum.
Di tatanan institusi kesehatan seperti Pustu, Puskesma, Klinik, Rumah Sakit, dan lain-lain, pemilik / pengelola dan para petugasnya merupakan
panutan dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikannya PHBS di Institusi Kesehatan.
BAB III
PERHITUNGAN STRATA DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan strata desa/ kelurahan siaga aktif yang pada prinsipnya mencakup unsur-unsur sebagai
berikut :
1. Obyektif dan jujur, dengan pengertian bahwa hasil dari perhitungan strata desa/kelurahan siaga aktif yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
secara administrasi maupun secara moral.
2. Bersifat transparan, artinya bahwa penilaian yang dilakukan terbuka secara umum, tidak ada unsur-unsur yang ditutupi.
3. Valid dan up to date, bahwa data yang digunakan dalam perhitungan strata desa/kelurahan siaga aktif mempunyai akurasi atau tingkat kepercayaan
yang tinggi serta berasal dari data yang terbaru.
B. PELAKSANA
Perhitungan strata desa/kelurahan siaga aktif dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan, fasilitator maupun pengelola desa/kelurahan siaga aktif,
antara lain meliputi:
1. Pengurus FKD/FKK
2. Bidan Desa/tenaga profesional kesehatan
3. Tim pembina desa/kelurahan atau fasilitator desa/kelurahan siaga aktif dari tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan atau Puskesmas, Kabupaten/Kota dan
Provinsi.
1. Desa/Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan dengan score penilaian 9 -13 dengan perincian :
a. Sudah memiliki Forum Kesehatan Desa/Kelurahan (FKD/FKK), tetapi belum didukung Surat Keputusan dan atau SK sudah tidak sesuai
b. FKD/FKK sudah melakukan rapat koordinasi minimal 1 kali dalam setahun
c. Sudah memiliki kader kesehatan minimal 2 (dua) orang.
d. Kurang dari 25% penduduk sudah ada kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan dasar di FKTP, jaringan dan jejaringnya setiap hari
e. Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya belum aktif
f. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa/kelurahan tetapi belum ada sumber dana
lainnya
g. Sudah ada peran aktif masyarakat namun belum ada peran aktif organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan desa/kelurahan siaga aktif
h. Belum memiliki kebijakan di tingkat desa/kelurahan di bidang kesehatan
i. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) kurang dari 25 %.
2. Desa/Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan dengan score penilaian 14 - 23 :
a. Sudah memiliki Forum Kesehatan Desa/Kelurahan (FKD/FKK), dan sudah didukung Surat Keputusan yang sesuai
b. FKD/FKK sudah melakukan rapat koordinasi minimal 2 kali dalam setahun
c. Sudah memiliki kader kesehatan 3 – 5 orang.
d. Sebanyak 26% - 50% penduduk sudah ada kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan dasar di FKTP, jaringan dan jejaringnya setiap
hari
e. Sudah memiliki Posyandu, dan 2 (dua) UKBM lainnya aktif
f. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa/kelurahan serta 1 (satu) sumber dana
lainnya
g. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari 1 (satu) organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan desa/kelurahan siaga aktif
h. Sudah memiliki kebijakan di tingkat desa/kelurahan di bidang kesehatan namun belum terealisasi
i. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) 25 % - 50 %
3. Desa/Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan dengan score penilaian 24 - 31 :
a. Sudah memiliki Forum Kesehatan Desa/Kelurahan (FKD/FKK), sudah didukung Surat Keputusan yang sesuai, ada perencanaan dan pelaksanaan
SMD/MMD
b. FKD/FKK sudah melakukan rapat koordinasi minimal 4 kali dalam setahun
c. Sudah memiliki kader kesehatan 6 – 8 orang.
d. Sebanyak 51% - 75% penduduk sudah ada kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan dasar di FKTP, jaringan dan jejaringnya setiap
hari
e. Sudah memiliki Posyandu, dan 3 (tiga) UKBM lainnya aktif
f. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa/kelurahan serta 2 (dua) sumber dana
lainnya
g. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari 2 (dua) organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan desa/kelurahan siaga aktif
h. Sudah memiliki kebijakan di tingkat desa/kelurahan di bidang kesehatan dan sudah terealisasi
i. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) 51 % - 70 %
4. Desa/Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang memenuhi ketentuan dengan score penilaian 32 – 36 ::
a. Sudah memiliki Forum Kesehatan Desa/Kelurahan (FKD/FKK), sudah didukung Surat Keputusan yang sesuai, ada perencanaan dan pelaksanaan
SMD/MMD, ada tindaklanjut dan evaluasi hasil SMD, MMD serta didukung dokumentasi
b. FKD/FKK sudah melakukan rapat koordinasi minimal 8 kali dalam setahun
c. Sudah memiliki kader kesehatan 9 orang atau lebih
d. Sebanyak lebih dari 75% penduduk sudah ada kemudahan dalam mengakses pelayanan kesehatan dasar di FKTP, jaringan dan jejaringnya setiap
hari
e. Sudah memiliki Posyandu, dan 4 (empat) UKBM lainnya aktif
f. Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa/kelurahan serta 3 (tiga) atau lebih sumber
dana lainnya
g. Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari 2 (dua) organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan desa/kelurahan siaga aktif
h. Sudah memiliki kebijakan di tingkat desa/kelurahan di bidang kesehatan, sudah terealisasi dan ada bukti pelaksanaan
i. Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) lebih dari 70 %
A. PEMBINAAN
Pembinaan Desa/Kelurahan Siaga Aktif dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan pemangku kepentingan terkait lainnya, yang
dilakukan secara berkala baik langsung maupun tidak langsung. Pembinaan yang dilakukan antara lain meliputi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi
pengurus FKD/FKK maupun kader serta pembinaan administrasi. Pembinaan Desa/Kelurahan Siaga Aktif ini dilakukan secara berkelanjutan (sustainability).
Pembinaan desa/ kelurahan siaga Aktif dilakukan secara berjenjang dan terpadu mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan/ Puskesmas dan
desa/kelurahan dengan lintas sektor terkait, dengan peran sebagai berikut :
1. Tingkat kabupaten/Kota
a. Menyiapkan data dan informasi dalam skala kabupaten dan kota tentang keadaan maupun perkembangan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan program desa / kelurahan siaga aktif
b. Menyampaikan berbagai data, infromasi dan masalah terkait pengembangan desa / kelurahan siaga aktif kepada instansi/lembaga terkait untuk
penyelesaian tindak lanjut
c. Menganalisis masalah dan kebutuhan intervesi program berdasarkan pilihan alternatif pemecahan masalah
d. Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan desa/kelurahan
siaga
e. Melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan dan evaluasi pengelolaan program kegiatan desa/kelurahan siaga aktif secara rutin
dan terjadwal
f. Menfasilitasi penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat dalam pengembangan desa/kelurahan siaga aktif
g. Mengembangkan kegiatan lain sesuai kebutuhan setempat
h. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Bupati/Walikota dan ketua Pokjanal desa/kelurahan siaga tingkat provinsi
2. Tingkat Kecamatan
a. Menyiapkan data dan informasi dalam skala kecamatan tentang keadaan maupun perkembangan berbagai kegiatan yang bekaitan dengan kualitas
program, kelembagaan dan SDM/personil pengelola program
b. Menyampaikan berbagai data, infromasi dan masalah kepada unsur terkait tingkat kecamatan untuk penyelesaian tindak lanjut
c. Menganalisa masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal
d. Menyusun rencana kegiatan tahunan dan megupayakan adanya sumber-sumber pendanaan yang mendukung kegiatan pembinaan desa/kelurahan siaga
aktif
e. Melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, avokasi, pemantauan dan evaluasi pengelolaan program kegiatan desa/kelurahan siaga aktif secara rutn dan
terjadwal
f. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat dalam pengembangan desa/kelurahan siaga aktif
g. Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan setempat
h. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Camat dan ketua Pokjanal desa/kelurahan siaga aktif tingkat Kab/Kota
3. Tingkat Desa/Kelurahan
a. Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan desa/kelurahan siaga aktif di desa/kelurahan
b. Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan desa/kelurahan siaga
aktif
c. Melakukan analisis masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan
d. Melakukan bimbingan pembinaan, rapat secara berkala minimal 4 kali setahun, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan keiatan dan
kinerja kader kader pemberdayaan desa/kelurahan secara berkesinambungan
e. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royon dan swadaya masyarakat dalam mengembangkan desa/kelurahan siaga aktif
f. Mengembangkan kegiatan lain sesuai kebutuhan desa/kelurahan
g. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada kepala desa/lurah dan ketua forum desa/kleurahan siaga aktif tk kecamatan.
B. EVALUASI
Evaluasi terhadap kemajuan pengembangan desa/kelurahan siaga aktif akan dilaksanakan dengan sistem
1. Evaluasi tahunan
Evaluasi tahunan dilaksanakan dengan cara :
a. Memanfaatkan laporan perkembangan desa/kelurahan siaga aktif setiap tahun
b. Pertemuan monitoring-evaluasi desa/kelurahan siaga aktif.
c. Supervisi dan bimbingan teknis desa/kelurahan siaga aktif.
d. Lomba Desa/Kelurahan siaga aktif.
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Jenis dokumen yang diperlukan dalam pencatatan Desa/Kelurahan Siaga Aktif antara lain : rekapitulasi hasil surveilans mulai dari tingkat Dasa Wisma
sampai dengan tingkat desa, Kesepakatan rencana Intervensi sebagai hasil MMD, Rencana kegiatan, hasil SMD yang dibuat dalam bentuk peta serta
pencatatan lain sesuai kebutuhan.
2. Surveilans dilakukan secara berkala, terus menerus sesuai dengan permasalahan kesehatan serta faktor risiko yang diamati.
3. SMD dilakukan minimal satu tahun sekali sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan.
4. Semua pencatatan dilakukan dan diarsipkan oleh FKD/FKK.
1. Pendataan/penetapan strata Desa/Kelurahan Siaga Aktif dapat dilakukan oleh FKD/FKK maupun Bidan Desa menggunakan instrumen pendataan
terlampir.
2. Pendataan dilaksanakan satu tahun sekali setiap bulan September.
3. Petugas Kesehatan Desa / Bidan Desa melaporkan hasil penetapan Strata Desa / Kelurahan Siaga Aktif ke Puskesmas paling lambat minggu pertama
bulan Oktober.
4. Petugas Puskesmas merekap hasil pendataan dari semua desa/ kelurahan di wilayahnya sesuai format terlampir dan melaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota paling lambat minggu ke 3 bulan Oktober.
5. Tembusan Laporan dari Puskesmas dikirimkan kepada Tim Pembina Desa/kelurahan siaga aktif Tingkat Kecamatan.
6. Petugas Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merekap laporan pendataan semua Desa di wilayah kabupaten/kota sesuai format terlampir dan
mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat minggu ke 4 bulan Oktober.
7. Tembusan laporan dari Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dikirimkan kepada Tim pembina Desa/kelurahan siaga aktif tingkat kabupten/Kota.
C. ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN
: Fungsi Koordinasi
: Alur pelaporan
BAB VI
PENUTUP
Pedoman Tingkat Perkembangan desa/kelurahan siaga aktif di Jawa Tengah edisi revisi ini dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam pengembangan
mewujudkan desa/kelurahan siaga aktif menuju desa/kelurahan sehat. Penyusunan pedoman ini merupakan hasil kajian pedoman pusat dan masukan dari seluruh
komponen program kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bentuk-bentuk operasional kegiatan di masyarakat. Pedoman ini dapat dilaksanakan sesuai
dengan kondisi dan situasi masyarakat di JawaTengah yang bersifat dinamis dan selalu mengikutl perkembangan. Apabila dalam perkembangan penerapan
pedoman ini dirasakan kurang relevan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan di desa/kelurahan siaga aktif, maka tidak menutup kemungkinan untuk
diadakan perubahan dan penyempurnaan.
Pelaksanaan desa/kelurahan siaga aktif merupakan tanggungjawab dari pimpinan dan perangkat pemerintah desa/kelurahan. Namun demikian
keberhasilan tentu tidak hanya bertumpu pada kinerja perangkat desa/kelurahan saja. Keberhasilan pelaksanaan desa/kelurahan siaga aktif di Provinsi Jawa
Tengah ini sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan, kerja keras, kemampuan dan ketulusan para fasilitator,di semua unit kesehatan, dukungan
lintas sektoral dan berbagai pihak termasuk dunia usaha dan unsur-unsur masyarakat lainnya di berbagai tingkat administrasi, serta bergantung pada petunjuk,
rahmat, dan perlindungan Tuhan Yang Mahe Esa.
Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN
PENGAMATAN DAN PEMANTAUAN
MASALAH KESEHATAN DAN FAKTOR PENYEBAB
(FAKTOR RISIKO)
Nama KK :
Alamat : RT...... RW ......
Desa :
Kecamatan :
Kab./Kota :
Tgl / Bln Pengamatan :
Nama Petugas :
15
No. Variabel Ya Tdk
angin (ventilasi).
4. Observasi/Pertanyaan :
Apakah anggota keluarga mempunyai kebiasaan
tidak membuka jendela pada pagi dan siang hari.
5. Observasi :
Apakah lantai rumah dari tanah.
6. Apakah rumah merupakan padat penghuni.
No. Variabel Ya 29
Tdk
6. Apakah persalinan ibu ditolong oleh tenaga non
kesehatan (dukun bayi)
7. Apakah ada faktor penyulit dalam mencapai tempat
pelayanan kesehatan (jarak tempuh, sarana
transportasi, medan yang sulit, kondisi ekonomi)
8. Apakah ada riwayat penyakit penderita pada waktu
hamil (jantung, darah tinggi, kencing manis, asma,
dll)
9. Apakah ada ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi
TT lengkap (5 dosis).
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT MALARIA (KHUSUS DAERAH YANG SELALU ADA PENDERITA MALARIA SETIAP TAHUN/ENDEMIS)
No. Variabel Ya Tdk
1. Observasi :
No.
30 Variabel Ya Tdk
Apakah ada kebiasaan anggota keluarga tidur tidak
pakai kelambu / obat anti nyamuk / pelindung gigitan
nyamuk.
3. Obervasi :
Apakah letak rumah berdekatan dengan tempat
perindukan nyamuk malaria (sawah, kebun, tambak
yang tidak ada ikannya, hutan, rawa, dll).
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT LEPTHOSPIRORIS (KHUSUS DAERAH YANG SELALU ADA PENDERITA LEPTHOSPIRORIS SETIAP TAHUN)
No. Variabel Ya Tdk
1. Apakah ada tikus di dalam rumah
2. Obervasi :
Apakah letak rumah terdapat di daerah yang sering
terkena banjir/rob.
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT KUSTA (KHUSUS DAERAH YANG SELALU ADA PENDERITA KUSTA SETIAP TAHUN)
No. Variabel Ya Tdk
1. Apakah ada penderita kusta/lepra di dalam keluarga
2. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai
bercak putih, mati rasa di badannya.
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT ANTHRAX (KHUSUS DAERAH YANG SELALU ADA PENDERITA ANTHRAX SETIAP TAHUN)
No. Variabel Ya Tdk
1. Observasi/Pertanyaan :
Apakah ada peternak/penggembala sapi, kambing,
32
No. Masalah Kesehatan/Penderita Ya Tdk
8 Apakah ada kasus penderita Malaria?
9 Apakah pernah terjadi kasus Leptospirosis?
10 Apakah ada kasus Kusta?
11 Apakah pernah terjadi kasus Antraks?
KESIMPULAN :
Rumah denga faktor resiko :
Keterangan :
Isilah dengan memberi tanda + bila KK mempunyai faktor resiko.
Petugas
Ttd
(....................... )
Lampiran 2a
DAWIS/RT :
DESA :
KECAMATAN :
KABUPATEN :
TAHUN :
Mengetahui,
Ketua Dawis/RT
.....................................
Lampiran 2b
RT/RW :
DESA :
KECAMATAN :
KABUPATEN :
TAHUN :
MASALAH KESEHATAN/
FAKTOR RISIKO
NO DAVIS/RT NAMA KK
MASALAH FAKTOR
KES RISIKO
Keterangan :
Mengetahui,
Ketua RT/RW
.................................
35 Lampiran 2c
DESA :
KECAMATAN :
KABUPATEN :
TAHUN :
MASALAH KESEHATAN/
FAKTOR RISIKO
NO RT/RW NAMA KK
MASALAH FAKTOR
KES RISIKO
Keterangan :
Mengetahui,
Ketua FKD
......................................
Lampiran 3
DESA :
KECAMATAN :
KABUPATEN :
TAHUN :
MASALAH
JENIS JANGKA WAKTU INTERVENSI
KESEHATAN/ PELAKSANA
No. INTER-
FAKTOR INTERVENSI
VENSI PENDEK MENENGAH PANJANG
RISIKO
Keterangan :
Mengetahui,
Ketua FKD
.................................
37
Lampiran 4
DESA :
KECAMATAN :
KAB/KOTA :
Sumber Pen.
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Lokasi
Dana Jwb
Mengetahui, ......................................
Kepala Desa/Kelurahan Ketua FKD/FKK
.................................... .........................................
Lampiran 5
DESA :
KECAMATAN :
KAB/KOTA :
Tgl.
No. Keg. Sasaran Hasil Pelaksana TTD
Kegiatan
Mengetahui, ...........................................
Kepala Desa/ Ketua FKD/FKK
Kelurahan
.......................................... ......................................
Lampiran 6
3 NOTULEN FKD/FKK
DESA :
KECAMATAN :
KAB/KOTA :
Hari / Tanggal :
Tempat :
Jam :
Peserta
Agenda rapat :
Hasil :
Mengetahui ....................................
Ketua FKD/FKK Notulen
......................................... ...................................
40
39
Lampiran 7
DESA :
KECAMATAN :
KAB/KOTA :
Tgl. Jenis
No. Jumlah Sumber Kondisi Ket.
Diterima Barang
DESA :
KECAMATAN :
KAB/KOTA :
Mengetahui, Bendahara,
Ketua FKD/FKK
........................................... .......................................
Lampiran 9
Keterangan : Pencapaian Strata Desa/Kelurahan siaga aktif terpenuhi apabila semua item terpenuhi dengan jawaban “Ya”.
Pusk :
Kab. :
Jumlah
Mengetahui,
Kepala Puskesmas
..............................
Lampiran 11
48
REKAPITULASI HASIL PENDAPATAN
SRATA DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
TINGKAT KABUPATEN
Kab. :
Jumlah
Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota........................
.....................................
DAFTAR LAMPIRAN
No.
No. Jenis lampiran
Lampiran
1 Daftar Pertanyaan Pengamatan dan Pemantauan 1
Masalah Kesehatan dan Faktor Penyebab (factor
risiko)
2 Rekapitulasi Hasil Surveilans Masalah Kesehatan 2a
dan factor risiko tingkat dawis/RT
3 Rekapitulasi Hasil Surveilans Masalah Kesehatan 2b
dan factor risiko tingkat RT/RW
4 Rekapitulasi Hasil Surveilans Masalah Kesehatan 2c
dan factor risiko tingkat Desa
5 Kesepakatan Rencana Intervensi Masalah 3
6 Rencana Kegiatan FKD/FKK 4
7 Buku Kegiatan FKD/FKK 5
8 Notulen FKD/FKK 6
9 Buku Inventaris FKD/FKK 7
10 Buku Keuangan (Kas Umum) FKD/FKK 8
11 Instrumen Pendataan Strata Desa/Kelurahan Siaga 9
Aktif
12 Rekapitulasi hasil Pendataan Strata Desa/Kelurahan 10
Siaga Aktif Tingkat Puskesmas
13 Rekapitulasi hasil Pendataan Strata Desa/Kelurahan 11
Siaga Aktif Tingkat Kabupaten
Penanggungjawab :
Dr. Mardiatmo, Sp.Rad
Pengarah :
Indro Darmadji, SKM, MKes
Sri Ratna Astuti, SKM, MKes
TIM PENYUSUN
EDITOR
Indiyah Widiastuti, SKM, MKes
-
21
.
\
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 26
Kontributor :