Anda di halaman 1dari 8

Your Future BigBoss's

MANAJEMEN PERUBAHAN JAPAN AIRLINE “Restrukturisasi”

tiarasofyani tiarasofyani

3 tahun yang lalu

Iklan

1.1 PENDAHULUAN

Japan Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan dunia yang sudah dikenal reputasinya yang
baik. Baik dalam hal pelayanan di darat maupun di udara. Itulah mengapa, maskapai yang berdiri
sejak 1 agustus 1951 serimg menjadi barometer pelayanan maskapai lain di dunia.

Setelah melakukan marger dengan nama Japan Air System terjadi sedikit perubahan dalam
manajemen Japan Airlines. Salah satu yang dilakukan adalah masuk ke dalam aliansi OneWorld sejak
1 april 2007. Sayangnya, keputusan ini justru tidak diikuti dengan perkembangan positif dalam
transkasi keuangan Japan Airlines.

Salah satu dampak yang terasa adalah kerugian besar yang menimpa Japan Airlines pada tahun
transaksi 2009. Perusahaan ini mengalami goncangan yang sangat dahsyat dan mengancam
stabilitas. Japan Airlines tak kuasa menanggung beban utang korporat sekitas US$25,6 miliar. Japan
Airlines mengajukan perlindungan pailit kepada Pengadilan Distrik di Tokyo. Maskapai itu juga
dibebani dengan pembayaran gaji dan pensiun yang terus membengkak dan rute domestik nirlaba
yang secara politis wajib dipertahankan.

Untuk menyelamatakan perusahaan dari ancaman kebangkrutan, akhirnya pemerintah memberikan


dana talangan sebesar 100 juta yen. Selain itu dibentuk pula kepanitian yang bertugas menangani
penyelesaian masalah keuangan maskapai ini.

Beberapa program pun dirancang demi menghindarkan Japan Airlines dari kebangkrutan. Salah
satunya dilakukan dengan menjual saham mayoritas kepada American Airlines yang juga anggota
dari OneWorld. Selain kepada American Airlines, Japan Airlines sempat menjajaki kemungkinan
menjual saham mereka kepada Delta Airlines.

Namun demikian proses penjualan saham kepada Delta Airlines mengalami hambatan. Hal ini
disebabkan Delta Airlines merupakan anggota Sky Team, aliansi penerbangan seperti OneWorld.
Dengan kondisi ini, Japan Airlines memutuskan tidak melanjutkan proses transaksi dengan Delta,
maka keanggotaan Japan Airlines akan berada di bawah aliansi Sky Team serta keluar dari
OneWorld.
Jika ini terjadi dikhawatirkan akan terjadi kebingungan dikalangan konsumen. Selain itu, Japan
Airlines akan kehilangan kesempatan perlindungan antimonopoli dari agen Amerika Serikat. Hal ini
merupakan salah satu kesepakatan yang didapat dari perjanjian ruang terbuka Jepang dan Amerika
Serikat.

Akhirnya American Airlines menjadi salah satu maskapai yang memiliki kesempatan untuk membeli
saham mayoritas dari Japan Airlines. Meski pada saat yang bersamaan ada beberapa maskapai besar
lain yang sebenarnya juga berminat untuk memiliki saham dari Japan Airlines seperti Prancis melalui
Air France KLM, Britrish Airways dari inggris dan juga Qantas dari Australia, namun Japan Airlines
menolak semua tawaran tersebut.

Namun, meski sudah menjual saham mayoritas mereka masalah keuangan yang melanda Japan
Airlines belum juga selesai. Akhirnya sejak 19 januari 2010. Maskapai dimasukkan ke dalam program
Perlindungan Kebangkrutan Jepang. Dampak dari kondisi ini adalah terjadinya restrukturisasi atau
pengurangan jumlah karyawan mereka. sebelum mengalami masalah keuangan, Japan Airlines
memiliki 47 ribu karyawan. Namun dengan kesulitan finansial yang melanda, mereka harus
menghentikan 15 ribu karyawan. Selain itu, aramda yang dimiliki pun dikurangi jumlahnya disamping
juga mengadakan pembaruan pesawat. Sementara untuk masalah rute penerbangan internasional,
Japan Airlines mengadakan penjadwalan ulang guna mendapatkan efisiensi.

1.2 KAJIAN TEORITIS

1.2.1 Pengertian Restrukturisasi:

Restrukturisasi dapat berarti memperbesar atau memperkecil struktur perusahaan. Menurut


beberapa ahli, definisi restrukturisasi adalah sebagai berikut :

Menurut David F (1997)

Restrukturisasi, sering disebut sebagai downsizing atau delayering, melibatkan pengurangan


perusahaan di bidang tenaga kerja, unit kerja atau divisi, ataupun pengurangan tingkat jabatan
dalam struktur oganisasi perusahaan. Pengurangan skala perusahaan ini diperlukan untuk
memperbaiki efisiensi dan efektifitas.

Menurut Bramantyo (2004)


Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar bagi perusahaan yang tidak
berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi organisasi, atau industri diambang pintu perubahan
yang signifikan. Pemilik umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan
strategi, atau masuknya teknologi baru dalam perusahaan

1.2.2 Tujuan Restrukturisasi:

Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.


Perusahaan melakukan pembenahan supaya segera lepas dari krisis melalui berbagai aspek.
Perbaikan-perbaikan tersebut menyangkut berbagai aspek perusahaan, mulai dari perbaikan
portofolio perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen, perbaikan sistem
pengelolaan perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia. Dengan demikian, restrukturisasi
perusahaan merupakan kepentingan semua pihak. Bukan saja pihak manajemen, namun juga
merupakan kepentingan komisaris yang mewakili kepentingan pemegang saham. Restrukturisasi
juga merupakan kepentingan karyawan secara keseluruhan karena tindakan restrukturisasi akan
berdampak pada semua karyawan.

1.2.3 Alasan Restrukturisasi

Masalah Hukum/desentralisasi

Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong korporasi untuk mengkaji ulang cara
kerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat, yang kebanyakan di Jakarta, dengan anak-anak
perusahaan yang menyebar di seluruh pelosok tanah air.

Masalah Hukum/monopoli

Perusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan telah dinyatakan bersalah oleh
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar
terbebas dari masalah hukum. Misalkan, perusahaan harus melepas atau memecah divisi supaya
dikuasai pihak lain, atau menahan laju produk yang masuk ke daftar monopoli supaya pesaing bisa
mendapat porsi yang mencukupi.

Tuntutan pasar
Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi dalam era perdagangan bebas,
produsen dari manapun boleh ke Indonesia. Hal ini menuntut korporasi untuk memenuhi tuntutan
konsumen, yang antara lain menyangkut :1) kenyamanan (convenience), 2) kecepatan pelayanan
(speed), 3) ketersediaan produk (conformity), dan 4) nilai tambah yang dirasakan oleh konsumen
(added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila perusahaan paling tidak mengubah cara kerja,
pembagian tugas, dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan tuntutan tersebut.

Masalah Geografis

Pertimbangan sistem keorganisasian dan hubungan induk-anak perusahaan supaya anak perusahaan
di manca negera dapat bekerja baik.

Perubahan kondisi

Perubahan kondisi korporasi sering menuntut manajemen untuk mengubah iklim supaya
perusahaan semakin inovatif dan menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa
diciptakan bila perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-aspek keorganisasian, misalnya
kondisi kerja, sistem insentif, dan manajemen kinerja.

Hubungan holding-anak perusahaan

Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, dimana induk dapat terjun
ke dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi,
holding perlu bergeser dan berlaku sebagaisupporting holding, yang hanya mengambil keputusan-
keputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik.

Masalah Serikat Pekerja

Era keterbukaan, yang diikuti dengan munculnya undang-undang ketenaga kerjaan yang terus
mengalami perubahan mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan
mereka.

Perbaikan image korporasi

Korporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka menciptakan image baru, atau
memperbaiki image yang selama ini melekat pada stakeholderskorporasi. Sebagai contoh, beberapa
tahun lalu, PT Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan supaya image korporasi mengalami
perubahan.

Fleksibilitas Manajemen

Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih lincah, pengambilan keputusan
lebih cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya berkaitan dengan
perubahan job description, kewenangan tiap tingkatan manajemen untuk memutuskan pengeluaran,
kewenangan dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan bentuk organisasi.

Pergeseran kepemilikan

Perubahan paling sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan kepada anak-anaknya. Tapi
cara ini seringkali tidak cukup.

Akses modal yang lebih baik

Menjual sebagian sahamnya di Bursa Efek New York (NYSE) dengan tujuan supaya akses modal
menjadi lebih luas. Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak harus membanjiri BEJ dengan
sahamnya setiap kali membutuhkan modal. Sebagai dampak tindakan ini, struktur kepemilikan
otomatis berubah.

1.2.4 Jenis Restrukturisasi

Pada intinya, restrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis:

Restrukturisasi portofolio/asset,

Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio perusahaan supaya kinerja


perusahaan menjadi semakin baik. Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan adalah setiap
aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU (Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan.

Restrukturisasi modal atau keuangan,

Restrukturisasi keuangan atau modal adalah penyusunan ulang komposisi modal perusahaan supaya
kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat dievaluasi berdasarkan laporan
keuangan, yang terdiri dari: neraca, Rugi/Laba, laporan arus kas, dan posisi modal perusahaan.
Berdasarkan data dalam laporan keuangan perusahaan, akan dapat diketahui tingkat kesehatan
perusahaan. Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasar rasio kesehatan, yang antara lain: tingkat
efisiensi (efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio),
tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over), leverage ratio dan market
ratio. Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian (risk return
profile).

Restrukturisasi manajemen/organisasi.
Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen,
struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
masalah managerial dan organisasi. Dalam hal restrukturisasi manajemen/organisasi, perbaikan
kinerja dapat diperoleh melalui berbagai cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efisien dan
efektif, pembagian wewenang yang lebih baik sehingga keputusan tidak berbelit-belit, dan
kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.

1.3 TAHAPAN MANAJEMEN PERUBAHAN

Upaya bangkit yang dilakukan oleh Japan Airlines tentu menyakitkan. Dalam kasus Japan Airlines
melakukan manajemen perubahan dalam segi restrukturisasi yang akan memakan banyak korban.
Seperti yang sudah kita ketahui Restrukturisasi Menurut David F (1997) sering disebut sebagai
downsizing atau delayering, melibatkan pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja, unit kerja
atau divisi, ataupun pengurangan tingkat jabatan dalam struktur oganisasi perusahaan.

Japan Airlines pun melakukan pengurangan perusahaan akibat dari masalah yang dihadapinya Japan
Airlines harus mem-PHK lebih dari 15 ribu karyawannya, memotong fasilitas pensiun dan menutup
rute-rute domestik yang tidak menguntungkan. Lebih parah lagi, Japan Airlines juga harus
memotong banyak kontrak dengan biro perjalanan, hotel dan berbagai jaringan pariwisata yang
telah ada selama ini. Hal itu bisa merugikan kalangan pengusaha, penguasa dan tentu politisi yang
punya kepentingan selama ini.

1.4 SOLUSI

Solusi yang dapat diberikan untuk kasus Japan Airlines adalah pembaharuan Perusahaan. Platt
(2001) membedakan perubahan strategis suatu perusahaan ke dalam tiga kategori yaitu :
Tranformasi Manajemen, Manajemen Turn Around, dam Manajemen Krisis.

Untuk aplikasi pada Japan Airlines, maka yang dilakukan adalah dengan Manajemen Krisis, dimana
Japan Airlines sudah memasuka masa krisis yaitu saat perusahaan sudah mulai kehabisan dana (Cash
Flow), bahkan menimbun banyak hutang dan energi (Reputasi, Motivasi). Langkah penyelamatan
yang diambil adalah langkah penyelamatan strategi ( Stop The Bleeding)/ hentikan pendarahan
dapat berupa Cash Flow (aliran dana segar).
1.5 Aplikasi dalam kasus Japan Airlines adalah dengan:

Mencari Investor yang Tepat

Cara untuk menyelamatkan Japan Airlines mungkin dengan cara mencari investir yang tepat.
Contohnya dengan menawarkan investasi kepada Delta Airlines atau American Airlines yang
merupakan raksasa industri penerbangan di Amerika. Dengan investor semacam ini, Japan Airlines
dapat melunasi hutang-hutangnya dan mendapatkan perubahan yang diperlukan agar menjadikan
Japan Airlines kompetitif dan profitable lagi. Japan Airlines yang memiliki279 pesawat (kebanyakan
dari Boeing) dan mempunya rute penerbangan di 220 bandara di 35 negara merupakan investasi
yang menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan seperti Delta Airlines atau American Airlines yang
tentunya akan mendapatkan akses bisnis ke Asia melalui akuisisi atau investasi tersebut.

Restrukturisasi dan Revitalisasi

Selain itu, berbagai upaya perampingan seharusnya dilakukan Japan Airlines agar tidak
mengeluarkan biaya terlalu banyak, terutama biaya opeasional, karena itu sudah seharusnya Japan
Airlines melakukan restrukturisasi karyawan dan penguarangan armada. Setelah tercipta
restrukturisasi, maka Japan Airlines dibawah bendera manajemen yang baru harus dapat melakukan
rivitalisasi dan perbaikan manajemen dengan konsep baru, seperti yang dilakukan Garuda Indonesia
agar dapat lkembali bersaing dengan industri maskapai dunia

1.6 HASIL MANAJEMEN PERUBAHAN

Maskapai penerbangan asal Jepang, Japan Airlines (JAL), memulai kembali masa kejayaannya setelah
menyatakan bangkrut pada 2010 lalu. Saat ini, saham JAL kembali diperdagangkan (relisting) di bursa
Tokyo alias Tokyo Stock Exchange.

Dilansir dari Straits Times, Rabu (19/9/2012), momentum ini ditandai dengan saham JAL yang
melonjak 3,03 persen menjadi 3,905 yen per lembar saham dari harga penawaran. Kendati kasus
kebangkrutan JAL membuat malu Negeri Sakura tersebut, namun kehadiran maskapai ini di bursa
Tokyo menghidupkan kembali minat investor untuk berinvestasi di JAL.

Pada perdagangan awal hari ini setelah penawaran, telah meraup dana sekira USD8,5 miliar. Angka
ini dinilai cukup fantastis dan merupakan pencapaian yang terbesar kedua di dunia pada tahun 2010
setelah Facebook.
Kendati sempat kehilangan “keseimbangan” terhadap harga saham perseroan, namun saham JAL
terpantau masih stabil. JAL menandai kelahirannya kembali dengan perubahan yang cukup
menakjubkan mengingat maskapai ini telah bangkrut.

Seperti diketahui, Pemerintah Jepang sempat mempunyai rencana penyelamatan maskapai ini pada
19 Januari 2012, yakni dengan menggunakan paket penyelamatan dari kebangkrutan. Proses
penyelamatan tersebut membutuhkan dana sebesar 300 miliar yen atau setara dengan USD3,2
miliar. Dana investasi tersebut pun digunakan untuk menampung bangkrutnya JAL dengan
menanyakan kepada kreditur untuk mencari pinjaman sebesar 300 miliar yen. JAL diketahui telah
mencari pinjaman dana dari pemerintah sejak 2001 untuk membiayai utang-utang perusahaan yang
semakin menumpuk. Selain itu, perusahaan yang rugi sekira USD1,5 miliar selama kurun waktu enam
bulan ini juga berencana untuk memangkas ribuan pekerjanya dan mengurangi rute penerbangan
sebagai bagian dari cara untuk mengembalikan keuntungan perusahaan.

Iklan

Bagikan ini:

Kategori: Tak Berkategori

Berikan Komentar

Your Future BigBoss's

Kembali ke atas

Iklan

Anda mungkin juga menyukai