Kelompok 15 / Kelas I :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
ANALISIS KASUS
Penurunan biaya pengembangan dan perolehan pangsa pasar global adalah alasan yang kuat
untuk mensubkontrakkan pekerjaan secara internasional. Namun, selalu ada bahaya bahwa
The Boeing Company, dan perusahaan multinasional lainnya yang mengikuti strategi yang
sama, menciptakan pesaing di masa depan. Boeing menyadari potensi kerugian dari strategi
ini, tetapi dorongan mereka untuk bersaing dalam jangka pendek melawan Konsorsium
Industri Airbus Eropa telah melebihi potensi risiko penurunan. Diharapkan kerja sama antara
negara-negara Asia dan The Boeing Company menjadi peluang di masa depan.
Konsekuensi Perampingan
Masalah yang terkait dengan perampingan karena outsourcing dapat menimbulkan
konsekuensi yang serius. Pada suatu studi kasus memberikan contoh bagaimana perampingan
perusahaan dapat dicapai dengan sukses melalui upaya kerja sama dan kepemimpinan yang
kuat di antara berbagai konstitusi yang terlibat. Sejak perampingan hampir 55.000 karyawan,
Perusahaan Boeing tidak memiliki satu gugatan yang diajukan terhadap perusahaan dari
karyawan atau serikat masing-masing .
Hasil
Dari sekitar 55.000 pekerja yang terkena dampak, sekitar 40% di-PHK sementara
pengurangan normal, pensiun dini sukarela, dan penjualan aset menyumbang 60% .
Pengurangan tersebut cukup linier selama bertahun-tahun, meskipun pengurangan tahun 1995
sedikit lebih tinggi karena 9.000 orang yang memilih Program Pensiun Khusus Satu Kali
Saja. Dari tahun 1990-1993, lebih banyak pekerja per jam diberhentikan, tetapi pada tahun
1994-1995 lebih banyak pekerja yang digaji pergi. Persentase pengurangan dalam
manajemen adalah 33% yang mendekati pengurangan total karyawan sebesar 32,2% selama
lima tahun.
Pada pertengahan tahun 1996, Wall Street Journal melaporkan bahwa 61 mantan karyawan
memulai bisnis mereka sendiri, dan hanya dua yang gagal. Percakapan dengan para eksekutif
The Boeing Company pada Mei 1996, meningkatkan angka ini menjadi 80 bisnis baru yang
baru dimulai dengan hanya dua kegagalan. Undang-Undang Perdagangan memiliki dana
yang tersedia untuk pekerja yang kehilangan pekerjaan karena persaingan di luar negeri.
Namun, setelah penilaian independen, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan pada bulan
April 1994 bahwa pekerja Boeing yang di-PHK memenuhi syarat untuk mendapatkan dana
ini yang merupakan pendorong untuk program penganggaran perusahaan.
Epilog
Sejak Juni 1998, sebagian besar karyawan yang di-PHK telah kembali bekerja di Boeing.
Namun, pertanyaan yang menarik adalah apakah karyawan yang ditarik sekarang
dipekerjakan dalam pekerjaan yang memanfaatkan keterampilan yang baru mereka peroleh
yang diperoleh dari Program Pengangguran Boeing. Menurut survei tahun 1996 yang
dilakukan oleh Universitas Negeri Washington , sekitar lima puluh persen dari karyawan
yang ditarik sekarang berada dalam posisi yang menggunakan keterampilan baru ini. “Pemain
asli” yang membentuk Komite Manajemen Tenaga Kerja Boeing terus bertemu setiap
triwulan untuk memantau potensi aktivitas perampingan dan bersiap untuk yang cepat.
IDENTIFIKASI MASALAH
Alasan perusahaan melakukan downsizing yaitu untuk menurunkan total biaya produksi, hal
ini dikarenakan adanya relokasi pekerjaan ke daerah dengan upah lebih rendah
dibandingkan dengan tempat asal perusahaan tersebut sehingga biaya bisa lebih rendah.
Alasan kedua adalah membantu mendapatkan pangsa pasar baru, kegiatan memperluas
pangsa pasar dapat terwujud karena dengan adanya relokasi pekerjaan ke daerah lain maka
secara otomatis daerah tersebut dapat menjadi pasar baru bagi perusahaan. Dan yang
terakhir adalah banyak negara akan berkontribusi pada biaya pengembangan perusahaan
untuk mendapatkan pabrik produksi dan mengembangkan industri. Berdasarkan alasan
tersebut, konsekuensi yang didapatkan oleh perusahaan. Hal ini terjadi ketika adanya
permasalahan di daerah tempat outsourcing pekerjaan dilakukan, seperti yang terjadi pada
General Motors di Amerika Utara yang mengalami hambatan dalam bekerja karena adanya
pemogokan di pabrik GM di Dayton yang merupakan supplier suku cadang untuk produksi.
Sehingga perusahaan tetap harus berhati-hati dan memikirkan dengan matang jika hendak
memutuskan untuk melakukan outsourcing pekerjaan, seperti apakah daerah tersebut aman
serta stabil baik itu dari segi pemerintah, rakyat, maupun kondisi ekonominya.
Perampingan telah menjadi bagian integral dari organisasi kehidupan selama beberapa
dekade terakhir sebagai perusahaan membuat perubahan untuk mengatasi global persaingan
dan lingkungan yang berubah dengan cepat. Rekayasa ulang proyek, merger dan akuisisi,
penerapan teknologi maju, dan kecenderungan menuju outsourcing semuanya telah
menyebabkan pengurangan pekerjaan. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa
perampingan besar-besaran seringkali tidak mencapai manfaat yang dimaksudkan, dan
dalam beberapa kasus telah merugikan organisasi secara signifikan
a. Organizational atrophy
b. Vulnerability
Jika dilihat kasus Boeing di atas, perusahaan penerbangan mereka telah melakukan
penurunan pekerja pada saat tahun 1990 sampai dengan tahun 1995.Mereka
melakukan pemangkasan tenaga kerja ini karena kala itu mereka juga sedang
mengalami penurunan bisnis pesawat komersial sekaligus berkurangnya juga
pengeluaran militer dalam bisnis pesawat terbang. Dapat diambil kesimpulan bahwa,
Boeing melakukan perampingan karyawan dengan cara yang amat terorganisir.
Tidak hanya itu, namun mereka juga bekerja sama dengan beberapa pihak, baik itu
komunitas lokal, pemerintah, sampai serikat buruh. Yang lebih bagusnya lagi Boeing
sampai mendirikan badan untuk pusat tempat pengangguran yang nantinya akan
sangat membantu karyawan yang akan segera merasakan masa transisi pekerjaan
mereka dari pekerjaan sebelumnya ke pekerjaan mereka nantinya. Perampingan ini
dianggap sangat efektif apabila suatu perusahaan mencoba untuk meningkatkan daya
saing global. Boeing mampu membuktikan hal ini saat mereka melakukan
perampingan tenaga kerja di tahun 1990 yang mana kala itu mereka dihadapkan
dengan penurunan bisnis pesawat dan berkurang pula pembelanjaan militer. Hal ini
dapat termasuk dalam environmental decline or competition, yang mana merupakan
faktor ketiga.
2. Exhibit 9.8 summarized a model of decline stages (Daft, 2018). Based on the case
and support data, at which stage did Boeing decide to downsize?
Menurut buku Daft, 2018, pada tampilan 9.8, terdapat 5 tahapan penurunan, yaitu :
● Blinded stage, terjadi perubahan internal dan eksternal yang dapat mengancam
kelangsungan hidup jangka panjang. Dalam tahapan ini suatu organisasi memiliki kelebihan
karyawan, prosedur yang tidak praktis, atau kurangnya keselarasan dengan pelanggan.
Solusi yang tepat untuk penurunan pada tahap ini adalah mengembangkan sistem
pemindaian dan kontrol secara efektif yang dapat menunjukkan permasalahan yang harus
diperbaiki.
● Inaction stage, adanya penolakan perubahan terjadi meskipun ada tanda-tanda kinerja
yang memburuk. Para pemimpin mungkin mencoba meyakinkan karyawan dan pemangku
kepentingan lainnya bahwa semuanya baik-baik saja. Solusinya adalah sebaiknya pemimpin
mengakui adanya penurunan dan mengambil tindakan dengan cepat untuk menyelaraskan
keadaan.
● Faulty action stage, yang mana organisasi menghadapi masalah serius dan indikator
kinerja yang buruk tidak dapat diabaikan. Hal ini terjadi karena kegagalan untuk
menyesuaikan diri. Para pemimpin harus untuk mempertimbangkan adanya perubahan
besar. Tindakan downsizing personel mungkin dilakukan untuk penghematan. Para
pemimpin harus mengurangi ketidakpastian karyawan dengan mengklarifikasi nilai-nilai
dan memberikan informasi.
● Crisis stage, yang mana organisasi masih belum mampu menghadapi kepanikan dan
mengatasi penurunan secara efektif. Yang terbaik bagi manajer adalah mencegah krisis pada
tahap ini, satu-satunya solusi adalah reorganisasi besar-besaran. Tatanan sosial organisasi
dan tindakan dramatis diperlukan, contohnya mengganti administrator puncak dan
melembagakan perubahan revolusioner dalam struktur, strategi, dan budaya.
● Dissolution stage, yang mana organisasi mengalami kehilangan pasar dan reputasi,
kehilangan karyawan terbaiknya, dan penipisan modal. Satu-satunya strategi yang tersedia
adalah menutup organisasi secara tertib dan mengurangi trauma pemisahan karyawan
Menurut kelompok kami, proses perampingan Boeing terjadi pada tahapan Faulty action
stage, yang mana organisasi menghadapi suatu masalah yang indikator kinerjanya buruk dan
tidak dapat diabaikan. Hal ini terjadi karena kegagalan untuk menyesuaikan diri seperti yang
dialami Boeing dalam hal penurunan bisnis pesawat komersial dan berkurangnya
pengeluaran militer, Perusahaan Boeing terpaksa mengurangi jumlah karyawan sekitar
55.000 orang selama periode lima tahun. Dimana manajemen perusahaan, tenaga kerja
terorganisir, komunitas lokal, berbagai tingkat pemerintahan, dan perguruan tinggi secara
kolektif bekerja sama untuk mengembangkan Pusat Pengangguran untuk membantu transisi
tenaga kerja khusus mereka ke dalam bentuk pekerjaan alternatif agar karyawan tetap bisa
dipekerjakan meskipun dalam bidang lain.
Para pemimpin dapat mencapai hasil yang positif jika mereka menangani perampingan
dengan cara yang memungkinkan karyawan yang keluar pergi dengan bermartabat dan
memungkinkan anggota organisasi yang tersisa untuk termotivasi, produktif, dan
berkomitmen untuk masa depan yang lebih baik.
Pada kasus tersebut dijelaskan bahwa Boeing sedang dihadapkan dengan penurunan dalam
bisnis pesawat komersial dan berkurangnya pengeluaran militer. Yang mengakibatkan
Perusahaan Boeing dengan terpaksa mengurangi jumlah karyawan sekitar 55.000 orang
selama periode lima tahun. Perampingan dianggap sebagai strategi sumber daya manusia
yang efektif untuk meningkatkan daya saing global. Alasan mengapa langkah perampingan
tepat dilakukan oleh Boeing adalah karena dengan melakukan perampingan dapat
mengurangi biaya overhead perusahaan dan juga membantu mendapatkan pangsa pasar.
Perampingan dinilai sangat beresiko untuk dilakukan, namun Boeing sukses melakukan
perampingan. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 1988, UU WARN menjadi efektif yang
mewajibkan pengusaha untuk memberikan pemberitahuan setidaknya enam puluh hari
sebelumnya tentang PHK yang akan datang kepada karyawannya. Boeing mengeluarkan
pemberitahuan WARN pertamanya pada Januari 1990; PHK akan dimulai pada Maret 1990.
Upaya pertama dan terpenting yang dilakukan untuk mengurangi efek negatif dari
perampingan ini adalah pembentukan Dewan Stabilitas Kerja (ESB). Mereka adalah individu
yang dapat, dan akan, membuat keputusan tentang penempatan kembali orang-orang
melintasi batas wilayah operasi, dan bahkan wilayah geologi, jika perlu. Menurut kelompok
kami, hal tersebut sesuai dengan hal yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan
perampingan. Sehingga, Boeing pun dapat degan sukses melakukan perampingan organisasi.