PROPOSAL
i
i
iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan tindakan bedah
minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh
dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. Sirkumsisi atau sunat ini sering
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis. Gejala fisiologis
diantaranya yakni: peningkatan tekanan darah, nafas cepat dan pendek, serta gugup
(Tromb, 2000 dalam Nasution, 2011). Cemas tidak hanya menimbulkan gejala
fisiologis tetapi juga gejala psikologis dan gejala somatik. Kecemasan yang terjadi
pada anak kemungkinan pemicunya ialah persepsi yang salah (negatif) tentang
Cemas pada anak adalah perasaan takut yang bersifat khayalan yang tidak ada
pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orang tua, buku bacaan atau komik, radio
6
Sirkumsisi pada anak menjadi suatu hal yang menakutkan. Hal ini dikarenakan
orang tua maupun orang dewasa yang berada disekeliling anak tersebut memposisikan
anak terhadap sirkumsisi menjadi semakin bertambah. Kecemasan pada anak dapat
timbul oleh beberapa faktor, salah satunya yakni tindakan medis seperti injeksi,
pemeriksaan gigi, dan hospitalisasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Yuliana, 2009) tentang “Hubungan peran ibu dengan tingkat kecemasan anak
usia prasekolah (3-6 tahun) saat melakukan perawatan gigi di poli gigi RSUD dr.
Soebandi-Jember”.
buku cerita, video, gambar, ataupun alat peraga dengan teknik yang interaktif.Bercerita
interaktif antara dua orang atau lebih. Terapi bercerita bermanfaat untuk
mengembangkan moral, guna mengetahui perbuatan yang baik dan buruk. Bercerita
merupakan suatu cara untuk memberikan nasehat, pesan, pencerahan, dan motivasi
Judul cerita Timun Mas, Asal Usul Nama Pulau Bali, dan Keong Mas, cerita
serta ketuhanan Terapi bercerita ini dilakukan dengan cara berkelompok, terapi
7
prasekolah (Elfira, 2011).
……….kecamatan …… di dapatkan data selama periode tahun 2021 anak yang telah
disirkumsisi sebanyak 48 anak. Dari 48 anak yang telah di sirkumsisi yang mengalami
kecemasan ringan. Dari studi pendahuluan ini peneliti menyimpulkan bahwa sirkumsisi
pada anak menjadi suatu hal yang menakutkan. Hal ini dikarenakan orang tua maupun
orang dewasa yang berada disekeliling anak tersebut memposisikan sirkumsisi sebagai
dengan judul pengaruh tehnik bercerita terhadap tingkat kecemasan akibat sirkumsisi di
klinik…….
8
9
1.2 Rumusan Masalah
sirkumsisi di klinik …
sirkumsisi di klinik ….
10
1.4 Manfaat Penelitian
11
1.5 Keaslian Penelitian
2.
3.
12
4.
13
5.
6.
14
7.
15
16
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak,
18
timbul dari kondisi medis tertentu, seperti phimosis (kondisi dimana
kulup tidak bisa ditarik kembali dari sekitar ujung penis). Secara medis,
1) Agama
Bukhari Muslim).
alasan sosial atau budaya seperti anak merasa malu jika belum
19
sebagai alasan motivasi menuju kedewasaan pada anak (Miller,
2007)
3) Medis
a) Fimosis
terkumpul diantaranya.
b) Parafimosis
c) Balanitis
20
Kebanyakan kasus balanitis terjadi pada pria yang tidak
d) Kondiloma Akuminata
kasus.
1) Hipospadia
2) Epispadia
21
sekitar 1 dalam 120.000 laki-laki. Perbaikan dengan
Hemostasis
sedangkan anak yang lebih besar harus dengan memakai anestesi umum
1) Persiapan pasien
22
terlebih dahulu.
c) Menanyakan riwayat penyakit anak, bila ada riwayat alergi obat atau
lainnya.
dilakukan.
(Mansjoer, 2000).
2) Alat-alat dan bahan Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan
sirkumsisi, meliputi
b) Cairan disinfekstans.
f) Handscone steril.
23
3) Hal yang pertama kali dilakukan sebelum sirkumsisi, meliputi
(Krill, 2011).
24
sirkumsisi dengan teknik dan alat yang steril. Apabila terjadi infeksi,
diantaranya reaksi alergi dari obat bius atau bisa juga gangguan
25
26
2.2 Konsep Terapi Bermain
bermain anak-anak akan berkata kata atau berkomunikasi selain itu mereka
dapat dilakukannya dan mengenai waktu jarak serta suara (Apriana, 2019).
dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi lebih percaya diri, dan
dan ekspresi diri. Bermain merupakan bagian integral dari masa kanak-kanak,
salah satu media dan penting untuk memfalitasi perkembangan yaitu ekspresi
Terapi bermain adalah bermain sebagai terapi salah satu sarana yang di
gunakan dalam membantu mengatasi anak, sebab bagi anak bermain adalah
27
belajar terhadap suatu kondisi prilaku yang bermasalah atau di anggap
28
2.1.2 Fungsi bermain
ruangan.
b. Perkembangan intelektual
c. Sosialisasi
yang diterima masyarakat. Anak akan belajar tentang benar dan salah,
29
d. Kreatifitas
e. Kesadaran diri
f. Nilai moral
terutama dari orang tua dan guru. Melalui aktivitas bermain, anak akan
belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar
g. Manfaat terapeutik
30
Bermain bersifat terupetik pada berbagai usia. Bermain
31
melepaskan implus yang tidak dapat diterima dalam di terima di
bahasa mereka.
berbeda.
misalnya anak laki-laki suka main bola dan anak perempuan suka
bermain boneka.
permainan anak.
32
e. Alat permainan yang cocok, disesuaikan dengan tahap Tekhnik
Bercerita
Bercerita atau membaca secara psikologis merupakan salah satu bentuk dari
bermain yang sangat sehat. Banyak anak kecil yang sangat menyukai cerita tentang
hewan atau orang yang mereka kenal. Karena itu pada anak kecil cenderung
egosentrik, mereka senang akan cerita yang berfokus pada dirinya sendiri. Pada
sekolah anak yang lebih besar atau dewasa akan lebih realistik dan teralihnya minat
a. Boneka
kreatif tentang anak ada cara yang menyenangkan adalah cara memberikan cerita
Boneka merupakan mainan yang universal baik bagi anak laki – laki maupun anak
perempuan, secara alami akan tertarik dengan bermain boneka yang menstimulasi
pada anak. Ketika anak sedang menceritakan diri mereka atau mendengarkan cerita
dari terapisnya, akan membantu anak untuk menambah kosakata yang baru, ini juga
mampu membantu anak dalam berkomunikasi dengan baik, anak juga lebih kreatif
33
pada saat mereka memainkan boneka tangan atau bermain boneka tangan sehingga
mereka bisa mengeluarkan ide – ide cerita sesuai karakter yang dibentuk. Ini
informasi yang penting tentang dirinya dan keluarga sesuai karakter yang dia
Dengan mendengarkan cerita yang diceritakan anak, terapis dapat memahami akan
lebih baik pertahanan anak, perilaku yang dimiliki anak melalui cerita yang
disampaikan, konflik anak, serta kosakata yang dimiliki anak. Proses analisis cerita,
terapis harus mencari alat peraga edukatif yang mendidik anak dan mampu menarik
perhatian anak, mencari tema dan yang sedang diulang anak yang dapat dijadikan
kunci penting akan perjuangan, moral dan perasaan – perasaan pada anak. Terapis
juga harus bisa akrab, mencari alat peraga edukatif seperti boneka baik boneka bayi,
boneka hewan maupun manusia untuk mendidik anak dan menstimulasi untuk
melatih dan mengembangkan kemampuan kerja otak dengan anak serta bersikap
kosakatanya secara tepat dan wajar. Semua tergantung pada pertimbangan terapis
dan keterampilan.
Manfaat akan membaca secara langsung sangat banyak sekali yang bisa diambil dan
dipetik khususnya pada proses membaca dan menulis. Pada anak TK dimulai
kegiatan ini. Anak – anak bisa melihat hubungan antara tulisan dan gambar dan
menemukan mula kata atau ejaan maupun suara. Dengan membaca secara langsung
34
dari buku, tanpa bersifat menggurui dan system drilling yang disengaja, tanpa ada
c. Menceritakan dongeng
Mendongeng adalah cara membaca atau bercerita yang meneruskan warisan budaya
sebuah tekhnik yang dikenal lebih lama. Selain itu dapat digunakan untuk
daerah, adat istiadat, budaya dari tempat berasalnya dongeng itu. Sehingga, dongeng
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan buku – buku cerita yang baik untuk anak
Kerap sekali kita menjumpai buku cerita yang memiliki isi yang baik dan bagus
namun isinya terlalu panjang dan kurang banyak dalam manampilkan ilustrasi
gambar. Tentu sangat sulit bagi anak TK untuk mandengarkan cerita tanpa sebuah
ilustrasi gambar karena menuntut pemusatan dalam perhatian yang sangat besar
35
Tekhnik bercerita dengan menggunakan media boneka juga tidak kalah menarik
untuk anak. Banyak sekali alat atau media boneka yang bisa digunakan pada tekhnik
ini, yaitu boneka tangan dan boneka jari. Seperti pada boneka tangan berbentuk
macam – macam binatang, namun ada juga yang dijual perset, misal boneka tangan
“keluargaku” terdiri atas keluarga inti yaitu kakek, nenek, ayah, ibu, anak laki – laki
yang berupa papan penyekat dilengkapi dengan sebuah penutup atau layar yang
Kecemasan
Kecemasan adalah kekawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya dan keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik (Stuart, 2006). Kecemasan adalah keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam
berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik (Carpenito, 2007). Kecemasan
adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa
cemas, individu merasa tidak nyaman (takut) atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008).
36
Tanda-tanda Kecemasan
a. Ketegangan motorik dan alat gerak Gemetar, tegang nyeri otot, tidak dapat santai,
telapak tangan dan kaki bawah, mulut kering, pusing, kepala terasa dingin, sering BAK,
diare, rasa tidak enak diulu hati, muka merah atau pucat, denyut nadi dan nafas cepat waktu
istirahat.
c. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal yang akan datang Cemas, khawatir, takut
berfikir berulang atau membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau
orang lain.
mengakibatkan perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, merasa nyeri,
mudah tersinggung.
Tingkat Kecemasan
a.Kecemasan Ringan
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya dengan tanda dan gejala sebagai
berikut: detak jantung cepat dan berdebar-debar, tangan terasa gemetar, sedikit gelisah, serta
berkeringat lebih banyak dari biasanya, cemas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan kreatifitas.
37
1) Respon fisiologis Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, muka berkerut,
bibir bergetar.
3) Respon perilaku dan emosi Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan,
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain dengan tanda dan gejala sebagai berikut: mulut kering, anoreksia, gelisah dan
gemetar, ekspresi wajah ketakutan, tidak mampu bersikap rileks, suka tidur banyak,
berbicara dengan suara yang keras dan nadi biasanya lebih cepat. Cemas sedang pada
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.
Kecemasan yang ditandai dengan menurunnya konsentrasi dan persepsi, sakit kepala, sering
berkemih.
1) Respon fisiologis Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, gelisah
2) Respon kognitif Lapang persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima,
3) Respon perilaku dan emosi Gerakan tersentak-sentak, meremas tangan, bicara banyak,
c. Kecemasan Berat
38
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain ditandai dengan tanda dan
gejala sebagai berikut: meremas-remas tangan, kecewa, tidak berdaya, merasa tidak
bahagia, merasa bodoh terhadap tindakan yang dilakukan, sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang yang cenderung memusatkan pada sesuatu yang spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain, semua perilaku di tujukan untuk mengurangi ketegangan individu
1) Respon fisiologis Nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit
2) Respon kognitif Lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah.
3) Respon perilaku dan emosi Perasaan ancaman meningkat, merasa tidak bahagia.
d. Panik
Individu kacau tidak terkontrol dan persepsi menyimpang, berfikir tidak teratur dan perilaku
tidak tepat, berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain, keadaan kritis dan ditandai dengan
dan sulit bernafas, rasa mau muntah dan otot tubuh terasa tegang dan tidak mampu
melakukan apa-apa. Pada tingkat ini tahap persepsi sudah terganggu sehingga individu tidak
dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melaksanakan apa-apa walaupun sudah
berfikir logis.
39
3) Respon perilaku dan emosi Mengamuk dan marah, ketakutan,
Menurut Hawari (2004) tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang
1. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.
4. Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak.
sepanjang hari.
7. Gejala somatik/fisik (otot): sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot.
8. Gejala somatik/fisik (sensorik): Telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah atau
pucat.
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi (denyut jantung cepat),
10. Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit didada, sering menarik nafas,
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan,
nyeri sebelum dan sesudah makan, rasa penuh atau kembung, mual, muntah.
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering BAK, tidak bisa menahan pipis,
tidak datang bulan, darah haid sedikit, haid sangat pendek, ejakulasi dini, ereksi hilang dan
40
impotensi.
13. Gejala autonom: mulut kering, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat.
14. Tingkah laku (sikap): gelisah, tidak tenang, jari gemetar, wajah tegang, otot
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk
melawan kecemasan tersebut. Intensitas perilaku tersebut akan meningkat sejalan dengan
41
BAB III
KERANGKA
KONSEP
KPSP KPSP
Tingkat Kecemasan:
1. Ringan
2. Sedang
Keterangan : 3. Berat
: Diteliti
: Tidak diteliti
42
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian pengaruh terapi bercerita terhadap
tingkat kecemasan akibat sirkumsisi pada anak di klinik …
43
3.2 Hipotesis
sirkumsisi di klinik
44
BAB IV
METODE
PENELITIAN
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian jenis quasi
pada penelitian ini mengambil jenis pretest and posttest with control group
sirkumsisi di klinik ….
45
diobservasi terlebih dahulu (pretest) sebelum diberikan perlakuan terapi
46
Selama 1 x 24 jam dalam durasi bercerita 20 menit (posttest) yang dilakukan oleh
peneliti.
A O X O
B O O
Time
Keterangan :
A : Kelompok
Eksperimen B :
Kelompok Kontrol
47
4.2. Populasi, Sampel, dan Sampling
4.2.1. Populasi
2018:80). Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 5 – 8 tahun yang
berjumlah 30 anak.
4.2.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2018: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel dalam penelitian
sejumlah 30 anak.
inklusi pada saat screening. Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini
sebagai berikut
1. Kriteria inklusi
48
Kriteria inklusi penelitian ini :
49
2. Kriteria eksklusi
4.2.3. Sampling
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi (Siregar, 2017).
50
4.3. Kerangka Kerja
Judul
Pengaruh terapip bercerita terhdap tingkat kecemasan akibat sirkumsisi di klinik …
Populasi
Semua anak usia 5-8 Tahun di klinik sejumlah 30 anak
Sampel
Anak usia 5-8 Tahun sejumlah 30 anak
Sampling
Tehnik pengambilan sampling dengan purposive sampling
Desain Penelitian
Quasi eksperimen dengan rancangan pretest and posttest with control
group design
Pengolahan Data
Editing, coding,, analiting, cleaning, Scoring
Pengumpulan Data
Kuesioner Hars
Analisa Data
Uji Wilcoxon
Kesimpulan
H0 diterima, jika p value > α = α : 0,05
H1 diterima, jika p value < α = α : 0,05
Bagan 4.2 Kerangka kerja penelitian pengaruh terapi bercerita terhadap tingkat
51
kecemasan akibat sirkumsisi di klinik …
52
4.4. Variabel Penelitian
menurut Sugiyono (2018: 38), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
penelitian juga merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-8 tahun di Klinik …. , maka
terikat adalah faktor yang diamati atau diukur untuk menentukan ada tidaknya
53
4.5. Tempat Pengambilan Data
yaitu bulan ….
yang sama kepada setiap orang mengenai variabel yang dirumuskan dalam
54
Definisi
Variabel Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor
55
Variabel Keadaan emosi 1. gejala somatic HARS Ordinal Skor
dependen : tanpa objek 2. gejala psikomatik menggunakan
tingkat tertentu penilaian :
kecemasan Tidak
akibat Cemas : <14
sirkumsisi Ringan : 14-
20
Sedang : 21-
27
Berat : 28-41
Panik : 45-56
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen.
56
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang
57
1. Perijinan
2. Skirining Sampel
penelitian
informed consent.
dengan maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif
maupun data
58
kuantitatif (Nursalam, 2017). Observasi merupakan cara penggumpulan data
HARS.
penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan
d. Analisa (Analiting)
59
Data yang telah dikumpul pada saat penelitian kemudian dilakukan
analisis
60
e. Cleaning
f. Scoring
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
1. Analisa Univariat
61
2. Analisa Bivariat
dengan software SPSS 16.0, dimana p<α = 0,05 maka ada pengaruh terapi
ijin kepada institusi atau lembaga terkait tempat penelitian. Setelah mendapat
1. Informed consent
yang akan dilakukan. Jika responden bersedia maka diberi lembar permohonan
62
2. Tanpa nama (Anonimity)
akan mencantumkan nama dari responden pada lembar pengumpul data, tetapi
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti dengan cara bahwa informasi tersebut hanya akan diketahui oleh
63
DAFTAR PUSTAKA
Aprina, A., Ardiyansa, N., & Sunarsih, S. (2019). Terapi Bermain Puzzle pada
Anak Usia 3-6 Tahun Terhadap Kecemasan Pra Operasi. Jurnal
Kesehatan, 10(2), 291-297.
Aizid. 2011. Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Jakarta: Transmedia
64
Grace. 2011. Support Pasien Pre Operasi. Bandung: Yayasan IKAPI
Hidayat A.Aziz Alimul (2014), Metode Kebidanan dan Teknik Analisa Data,
Jakarta: Salemba Medika.
65
Tampunik Nagari Kambang Timur Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Stikes perintis Padang).
Khairi, H. (2018). Krakteristik Perkembangan Anak Usia Dini Dari 0-6 Tahun
Jurnal Warna, 2(2), 15-28.
Cipta
Medika:Jakarta
66
yogyakarta).
67
Siregar, S. 2017. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : KENCANA (Divisi
dari PRENADAMEDIA Group).
68
51
70