Anda di halaman 1dari 54

AMOBILISASI ENZIM BROMELIN DARI BONGGOL BUAH NANAS

(Ananas comosus) DENGAN MATRIKS ZEOLIT

SKRIPSI SARJANA KIMIA

Oleh:
SARAH RAYHANA HAMDANI
NIM. 1710413028

PROGRAM STUDI SARJANA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
AMOBILISASI ENZIM BROMELIN DARI BONGGOL BUAH NANAS
(Ananas comosus) DENGAN MATRIKS ZEOLIT

SKRIPSI SARJANA KIMIA

Oleh:
SARAH RAYHANA HAMDANI
NIM. 1710413028

Skripsi diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas

PROGRAM STUDI SARJANA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Padang, 8 November 2021

Sarah Rayhana Hamdani

i
INTISARI

Amobilisasi Enzim Bromelin dari Bonggol Buah Nanas (Ananas comosus)


dengan Matriks Zeolit

Oleh:
Sarah Rayhana Hamdani (BP: 1710413028)
Pembimbing:
Prof. Dr. Zulkarnain Chaidir dan Dra. Elida Mardiah, M.S

Enzim bromelin diisolasi dari bonggol buah nanas menggunakan aseton 60%,
selanjutnya bromelin hasil isolasi dilakukan amobilisasi dengan matriks zeolit.
Amobilisasi dilakukan dengan memvariasikan berat zeolit 0,2; 0,4 dan 0,6 g.
Pengukuran kadar protein ditentukan dengan metoda Bradford dan aktivitas enzim
ditentukan dengan metoda Anson yang menggunakan kasein sebagai substratnya.
Efektivitas amobilisasi didapatkan sebesar 63% berat zeolit 0,4 g. enzim bromelin
bebas mempunyai suhu optimum 50oC dan pH optimum 7, sedangkan enzim bromelin
amobil mempunyai suhu optimum 70 oC dan pH optimum 7,5. Pada kondisi
optimumnya enzim bromelin amobil mempunyai aktivitas 23,450 unit/mL dan aktivitas
enzim bromelin bebas 26,183 unit/mL. Hasil uji FTIR membuktikan terjadinya
amobilisasi enzim bromelin ke dalam matriks zeolit. Bromelin amobil dapat digunakan,
dengan sebanyak 3 kali pengulangan bromelin amobil dapat mempertahankan
stabilitas 64,23% dengan aktivitas 15,176 unit/mL.
Kata Kunci: Bromelin, Zeolit, Amobilisasi, Bonggol nanas

ii
ABSTRACT

Immobilization of Bromelain Enzyme from Pinapple Core (Ananas comosus)


using Zeolite as Support

By:
Sarah Rayhana Hamdani (BP: 1710413028)
Advisor:
Prof. Dr. Zulkarnain Chaidir and Dra. Elida Mardiah, M.S

Bromelain enzyme isolated from pineapple core using 60% acetone, then the isolated
bromelin were immobilized using zeolite matrix. Immobilization was carried out by
varying the zeolite weight of 0.2; 0.4 and 0.6 g. The protein content was measured
using the Bradford method and the enzyme activity was determinated by the Anson
method using substrate casein. The immobilization effectiveness was obtained 63%
by using 0.4 g zeolite weight. Free bromelain enzyme optimum temperature is 50oC
and optimum pH 7, while immobilized bromelain has optimum temperature up to 70oC
and optimum pH 7,5. At its optimum condition, the activity of immobilized bromelain
enzyme is 23,450 units/mL and free bromelain enzyme is 26,183 units/mL. The FTIR
test results prove the bromelain enzyme immobilized into the zeolite matrix.
Immobilized bromelain can be used repeatedly for 3 times with a stability percentage
of 64,23% with 15,176 units/mL activity.
Keywords: Bromelain, Zeolite, Immobilization, Pineapple core

iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi berjudul “Amobilisasi Enzim Bromelin dari Buah Bonggol Nanas (Ananas
comosus) dengan Matriks Zeolit” diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains (S1), Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Penulis banyak menerima bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak baik yang bersifat moral
maupun material. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orangtua tercinta, Ayah (Muhammad Hamdani Hasan) dan Mama (Juita
Nuryasari) yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam bentuk
perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya
mengalir demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kedua adikku, Putri Sofiah Hamdani dan Muhammad Siroj Hamdani yang selalu
memberikan support dan menjadi teman cerita penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Zulkarnain Chaidir selaku dosen pembimbing tugas akhir dan
pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan,
dan semangat kepada penulis. dan Ibu Dra. Elida Mardiah, MS, selaku dosen
pembimbing yang tidak hentinya memberikan ilmu dan nasihat terbaik bagi
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
4. Ibu Prof. Dr. Sumaryati Syukur, ibu Dr. Armaini dan ibu Admi, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Mai Efdi selaku ketua Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
6. Bapak Dr. Syukri selaku Kaprodi S1 Jurusan Kimia, Universitas Andalas.
7. Bapak Ibu dosen Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama
perkuliahan.
8. Analis laboratorium dan civitas akademik Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

iv
9. Rekan kerja di Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
10. Teman-teman terdekat saya Iqamatulhaq Rakayama, Adetya Putri, Farras
Hasri, Rifi Iron Akhfifni, Syafira Riyanti, Ayu Valeri, Muhammad Hafiz Feza,
Nirwan Advani yang hadir sejak awal maupun di akhir masa perkuliahan dan
telah banyak serta memberikan dukungan penuh dalam masa sulit penelitian
tugas akhir penulis.
11. Teman seperbimbingan saya Annisa Frina Nabila dan Urwatul Wusqa yang
telah berjuang bersama dan selalu membantu dari awal penelitian.
12. Sahabat perkuliahan saya Ayuzia Puspa Indah, Firni Angreni, Vanny Andirosze,
Araffianti Kusuma Martin, Rifa Cantika, Amelia Effendi, Camilla Luqyana yang
selalu memberikan dukungan kepada penulis.
13. Sahabat SMA saya Afifah Aulia, Fathia Salzabila, Azmii Hanifah, Alia
Ramadhani, Nadhiva Yulishawn, Nabila Farah, Aldea Karinta, Rifdah Dinda,
Audrey Kurnia, Revino Fauzan, Fitrasha Niken yang selalu siap mendengarkan
keluh kesah dan suka duka penulis dalam masa perkuliahan.
14. Serta semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu yang juga berperan
dalam masa perkuliahan penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti umumnya kepada para
pembaca.

Padang, 8 November 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................................ i

INTISARI......................................................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4

2.1 Nanas................................................................................................................. 4

2.2 Enzim Bromelin ................................................................................................. 6

2.3 Isolasi Enzim...................................................................................................... 7

2.4 Amobilisasi Enzim ............................................................................................. 8

2.5 Zeolit ................................................................................................................ 10

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 12

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 12

vi
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 12

3.3.1 Alat ................................................................................................................... 12

3.3.2 Bahan............................................................................................................... 12

3.3 Prosedur Kerja ................................................................................................. 12

3.3.1 Isolasi Enzim Bromelin dari Bonggol Buah Nanas ......................................... 12

3.3.2 Aktivasi Zeolit Alam ......................................................................................... 12

3.3.3 Amobilisasi Enzim Bromelin pada Zeolit ........................................................ 13

3.3.4 Penentuan Efektivitas Amobilisasi .................................................................. 13

3.3.5 Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) .......................................... 13

3.3.6 Penentuan Aktivitas Enzim ............................................................................. 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 16

4.1 Isolasi Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas................................................... 16

4.2 Amobilisasi Enzim Bromelin dalam Matriks Zeolit .......................................... 16

4.3 Efektivitas Amobilisasi ..................................................................................... 17

4.4 Fourier Transformation Infra Red (FT-IR)....................................................... 18

4.5 Suhu Optimum Enzim Bromelin ...................................................................... 20

4.6 pH Optimum Enzim Bromelin .......................................................................... 21

4.7 Stabilitas Enzim Bromelin Amobil Pada Pemakaian Berulang ...................... 22

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….. 24

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 24

5.2 Saran ............................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

LAMPIRAN ................................................................................................................... 29

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Buah Nanas............................................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Enzim Bromelin .......................................................... 7
Gambar 2.3 Struktur Zeolit .......................................................................... 11
Gambar 4.1 Enzim Bromelin yang Telah Teradsorpsi dalam Matriks
Zeolit....................................................................................... 17
Gambar 4.2 Grafik Aktivitas Enzim Bromelin Setelah Amobilisasi ............ 18
Gambar 4.3 Spektrum FT-IR....................................................................... 19
Gambar 4.4 Pengaruh Suhu Optimum Enzim Bromelin ............................ 20
Gambar 4.5 Pengaruh pH Optimum Enzim Bromelin ................................ 21
Gambar 4.6 Aktivitas Enzim Amobil Pada Pemakaian Berulang ............... 22

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Fisikokimia Ekstrak Bonggol Nanas ..................................... 6
Tabel 4.1 Efektivitas Amobilisasi Enzim Bromelin pada Matriks Zeolit ..... 17
Tabel 4.2 Stabilitas Enzim Bromelin Bebas dan Amobil ............................ 23

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Isolasi Enzim Bromelin............................................................ 29
Lampiran 2. Aktivasi Zeolit .......................................................................... 29
Lampiran 3. Pembuatan Larutan Standar BSA .......................................... 30
Lampiran 4. Amobilisasi Enzim Bromelin pada Zeolit Alam....................... 30
Lampiran 5. Penentuan Kadar Protein Enzim Bromelin............................. 31
Lampiran 6. Pembuatan Larutan Standar Tirosin ...................................... 31
Lampiran 7. Penentuan Aktivitas Enzim ..................................................... 32
Lampiran 8. Analisis FT-IR .......................................................................... 35
Lampiran 9. Data Kurva Standar BSA ........................................................ 36
Lampiran 10. Data Kurva Standar Tirosin .................................................. 37
Lampiran 11. Data Kadar Protein Enzim Bromelin Bebas ......................... 37
Lampiran 12. Data Aktivitas Enzimatis Enzim Bromelin Bebas ................. 37
Lampiran 13. Data Aktivitas Enzimatis Enzim Bromelin Amobil pada
Variasi Zeolit ................................................................................................ 38
Lampiran 14. Data Aktivitas Enzim Bromelin Bebas dan Amobil pada
Variasi Suhu ................................................................................................ 38
Lampiran 15. Data Aktivitas Enzim Bromelin Bebas dan Amobil pada
Variasi pH .................................................................................................... 38
Lampiran 16. Perhitungan Pembuatan Larutan ......................................... 38
Lampiran 17. Contoh Perhitungan Pengenceran Larutan ......................... 40
Lampiran 18. Contoh Perhitungan Kadar Protein ...................................... 40
Lampiran 19. Contoh Perhitungan Efektivitas Amobilisasi ........................ 40
Lampiran 20. Contoh Perhitungan Aktivitas Bromelin................................ 40
Lampiran 21. Contoh Perhitungan Stabilitas Amobilisasi .......................... 41

x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian
Singkatan Arti Pertama pada
Halaman
pH Power of Hydrogen 6
USFDA U.S Food and Drug Administration 8
BSA Bovine Serum Albumin 13

Pemakaian
Lambang Arti Pertama pada
Halaman
% Persen 1
C Derajat Celcius 6
µg/mL Mikrogram per Mililiter 6
U/mL Unit per Mililiter 6
mL Mililiter 13
 Panjang Gelombang 13
nm Nanometer 13
mg/L Miligram per Liter 13
g Gram 13

xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan salah satu produk bioteknologi yang potensial dan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti industri kertas, pangan, farmasi,
pertanian, kosmetik dan lain sebagainya. Penggunaan enzim semakin meluas dan
meningkat setiap tahunnya. Salah satu alasan pemanfaatan enzim di berbagai proses
industri adalah karena sifat enzim yang memiliki efisiensi tinggi, spesifik, dan kerja
yang selektif serta reaksi tanpa menghasilkan produk samping. Enzim adalah protein
yang mampu mempercepat laju reaksi kimia (biokatalisator) dalam suhu dan derajat
keasaman yang lembut. Pada umumnya, enzim dihasilkan pada makhluk hidup seperti
mikroorgnisme dan beberapa buah-buahan, salah satunya adalah enzim bromelin.
Bromelin adalah nama yang umum diberikan untuk enzim proteolitik yang terdapat
pada jaringan nabati seperti kulit, batang, buah dan daun dari family Bromeliaceae,
termasuk nanas (Ananas comosus)1. Enzim proteolitik dapat mengkatalisis reaksi
hidrolisis dari protein dengan cara memutuskan jalan ikatan peptida dan menghasilkan
protein yang lebih sederhana. Karena kemampuannya, enzim ini banyak digunakan
dalam industri makanan, medis-farmasi, kosmetik dan lainnya. Contohnya pada
industri makanan, enzim ini digunakan untuk pelunakan daging, penjernihan bir,
produksi protein hidrolisat dan mencegah pencoklatan pada jus apel. Kemudian,
dalam industri kosmetik bromelin digunakan sebagai bahan aktif untuk memberikan
efek pengelupasan yang lembut, dan banyak lagi kegunaan bromelin pada berbagai
macam industri2.
Nanas merupakan buah tropis yang mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap
seperti, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Buah ini selain dapat
dikonsumsi secara langsung, dapat juga diproses dalam berbagai macam produk
seperti produk kalengan, jus, acar, selai dan perasa nanas. Saat proses produksi,
berbagai produk tersebut menghasilkan limbah organik dalam bentuk mahkota, inti,
kulit dan hiasan buah sekitar 55-70% dari berat nanas3, Biasanya limbah tersebut
dialokasikan ke ladang sebagai bahan pupuk untuk pembenahan tanah atau bisa
diolah menjadi dedak untuk pakan ternak. Padahal limbah tersebut bisa dimanfaatkan
dengan optimal menjadi produk dengan nilai tinggi dan banyak dibutuhkan oleh
berbagai industri karena memiliki kandungan enzim bromelin yang tinggi. Berdasarkan
beberapa penelitian mengenai keberadaan enzim bromelin pada buah nanas telah di-

1
2

lakukan, umumnya enzim tersebut diekstrak dari mahkota bunga, buah, batang,
bonggol dan kulitnya. Bonggol nanas merupakan salah satu penyumbang limbah pada
proses yaitu sekitar 14-20%. Selain itu, bagian bonggol nanas memiliki konsentrasi
bromelin yang paling tinggi. Untuk mengurangi limbah yang berlebih, bonggol nanas
yang terbuang bisa diproduksi menjadi enzim dengan nilai tinggi 4.
Pada penggunaannya, enzim memerlukan biaya yang cukup tinggi karena
penggunaannya yang terbatas hanya sekali pakai saja. Sehingga setiap mulai
pengolahan atau analisis lagi harus menggunakan enzim yang baru karena enzim
yang sudah dipakai dalam larutan akan sulit untuk dipisahkan dan tidak dapat
dipergunakan lagi. Karena itu perlu diatasi dengan teknologi enzim yaitu enzim amobil.
Amobilisasi enzim artinya enzim dibatasi atau terlokalisir sehingga enzim dapat
digunakan secara kontinyu atau berulang-ulang5. Teknologi ini dapat dilakukan
dengan beberapa metode, salah satunya yang sering digunakan adalah metode
adsorpsi enzim dalam kisi matriks zeolit. Zeolit merupakan mineral yang cukup
berlimpah di Indonesia. Mineral ini memiliki sifat yang memungkinkan untuk
dimodifikasi menjadi matriks pengamobil. Material berpori mikro ini berperan penting
pada beberapa teknologi karena memiliki spesifik area yang tinggi dan kemampuan
menyerap. Zeolit memiliki komponen kristal aluminasilikat dengan struktur tridimensi
yang berkombinasikan tetrahedron TO4 (T = Si, Al) berikatan dengan atom oksigen.
Menurut Calgaroto et al, semakin banyak rasio Si/Al makan semakin banyak enzim
yang teradsorpsi ke dalam pori zeolit6. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan
zeolit untuk amobilisasi enzim bromelin dari bonggol nanas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah zeolit bisa digunakan untuk amobilisasi enzim bromelin dari bonggol
nanas?

2. Bagaimana pengaruh amobilisasi dengan zeolit terhadap suhu optimum dan pH


optimum enzim bromelin dari bonggol nanas?

3. Berapa kali pengulangan enzim bromelin amobil dapat digunakan?


3

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan efektifitas amobilisasi bromelin dengan matriks zeolit.
2. Menentukan suhu optimum dan pH optimum enzim bromelin bebas dan amobil.
3. Menentukan berapa kali pengulangan enzim amobil dapat digunakan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kemampuan zeolit untuk amobilisasi bromelin dari bonggol nanas, pengaruh
penggunaan zeolit sebagai matriks amobilisasi terhadap kinerja enzim dan pemakaian
berulang enzim bromelin.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanas
Tanaman nanas berasal dari Amerika Selatan dan terletak lebih spesifik di darah
antara selatan Brazil dan Paraguay. Nanas (Ananas somosus) merupakan bahan
makanan yang paling ekonomis dari keluarga Bromeliaceae 7. Buah nanas dikenal
memiliki 4 jenis berdasarkan bentuk daun dan buahnya yaitu Cayenne, Queen,
Spanish dan Abacaxi, dimana jenis Cayenne dan Queen yang banyak ditanaman di
Indonesia, sedangkan selebihnya banyak dikembangkan di India, Mexico, Puerto Rico
dan Malaysia8. Buah ini banyak mengandung zat gizi antara lain vitamin A, B1 (tiamin),
b2 (riboflavin), B3 (niacin), B5 (asam pentotenat), B6 (piridoksin), B9 (folat), C (asam
askorbat), karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium,
dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta enzim bromelin yang dapat menghidrolisis
protein (proteolysis). Kandungan nutrisi pada nanas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti varietas, tanah, musim, tingkat kematangan dan penanganannya9.
Buah nanas ditunjukkan pada gambar 2.1. merupakan tanaman herba yang
tumbuh sekitar 1,0-1,5 meter atau lebih tinggi lagi.

Gambar 2.1 Tanaman Nanas

Secara penampilan, tanaman nanas memiliki batang yang pendek kekar dengan
daun bertekstur keras dan berlilin. Saat produksi buahnya, biasanya dapat
menghasilkan hingga 200 bunga dan pada kultivar berbuah besar bisa melebihi. Sekali
berbunga, buah individu dari bunga bergabung bersama untuk menciptakan buah yang
disebut sebagai nanas. Buah ini dapat melakukan fotosintesis CAM dimana pada
malam hari nanas memperbaiki karbondioksida dan menyimpannya sebagai asam
dasda
4
5

malat, kemudian dilepaskannya di siang hari untuk membantu proses fotosintesis 10.
Berdasarkan laporan dari Ardi et al, tanaman nanas diklasifikasikan sebagai berikut11:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromeiaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus (L.) Merr

Nanas merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropik yang


menempati urutan kedua terbesar setelah pisang. Menurut Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, Indonesia merupakan produsen terbesar kelima di dunia setelah
Costa Rica, Brazil, Filipina, dan Thailand. Dan Menurut data Statistik Tanaman Buah-
Buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada
tahun 2018, nanas merupakan tanaman dengan jumlah produksi terbanyak urutan
keempat dengan produksi mencapai 1.795.986-1.805.506 dari tahun 2017-201812.
Pada kehidupan sehari-hari nanas dapat membantu mengurangi keluarnya asam
lambung yang berlebih dan membantu mencerna makanan pada lambung, dalam
dunia pengobatan dapat digunakan sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretic),
dapat membersihkan jaringan kulit yang mati (skin debridement), menghambat
pertumbuhan sel kanker dan penggumpalan trombosit serta mempunyai aktifitas
fibrinolitik yang mampu menghidrolisis substrat fibrin 13. Dalam industri, pada saat
proses produksinya nanas menghasilkan limbah sekitar 50% dari keseluruhan berat
nanas yang terdiri dari mahkota, kulit, inti dan sisa irisan, dimana bonggol itu sendiri
menghasilkan sekitar 20% limbah. Bagian kulitnya kaya akan selulosa, hemiselulosa
dan karbohidrat lainnya. Limbah kulit tersebut sudah banyak dimanfatkan untuk
memproduksi kertas, uang kertas (banknotes), dan kain. Sedangkan bagian
bonggolnya digunakan untuk produksi konsentrat jus nanas beku atau jus yang
diekstraksi untuk minuman alkohol atau cuka. Selain itu, limbah bonggol nanas
digunakan sebagai pupuk dan pakan ternak14. Padahal bonggol nanas memiliki
kandungan bromelin yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Ekstrak bonggol nanas
6

memiliki sifat fisikokimia dan kandungan senyawa yang dilaporkan oleh Chaurasiya et
al sebagai berikut 15 :

Tabel 2.1 Sifat fisikokimia ekstrak bonggol nanas


Sifat/Senyawa Ekstrak
pH (25  2 oC) 4,12  0,20
Massa jenis (25  2 oC) 0,00  0,01 g/mL
Karbohidrat total 4,08  6,20 mg/mL
Gula pereduksi 3,23  2,71 mg/mL
Asam askorbat 0,015  0,002 mg/mL
Protein 12,60  0,60 mg/mL
Peroksidase 266,00  4,10 U/mL
Polifenoloksidase 288,75  3,33 U/mL
Bromelin 153,42  3,01 U/mL
Kalsium 0,02 mg/mL
Natrium 0,01 mg/mL
Kalium 0, 27 mg/mL
Magnesium 0,04 mg/mL
Iron 0,5 ppm
Zat besi 0,5 ppm

2.2 Enzim Bromelin


Enzim bromelin merupakan enzim berupa ekstrak kasar (crude extract) yang dapat
diperoleh dari batang, buah, mahkota bunga, daun, inti dan kulit buah nanas (Ananas
comosus). Bromelin ini berbentuk serbuk amori dengan warna putih bening sampai
kekuning-kuningan, berbau khas termasuk dalam protease (enzim pencerna)
ekstraseluler. Bromelin disebut juga enzim proteolitik yang dapat mempercepat reaksi
hidrolisis dari protein, yaitu menghidrolisis ikatan peptida pada protein menjadi molekul
yang lebih kecil yaitu asam amino sehingga mudah di cerna tubuh 16. Komponen utama
bromelain adalah fraksi proteolitik sulfhidril, sama halnya dengan papain dan fisin,
namun kedua enzim tersebut merupakan protein sedangkan bromelin tergolong
glukoprotein yaitu protein yang mengandung satu bagian oligosakarida pada tiap
molekul yang terikat secara kovalen dengan rantai polipeptida enzim tersebut. Adapun
deretan rantai asam amino di sekitar lokasi aktifnya: -Cys -Gly – Ala – Cys – Trp – Asn
7

– Gly – Asp – Pro – Cys – Gly – Ala – Cys – Cys – Trp. Dimana Sistein (Cys)
menunjukkan tempat lokasi aktifnya17. Bromelin terdiri dari 212 asam amino dan berat
molekul 33 kDa. Bromelain stabil pada pH 3,0-6,5. Setelah dikombinasikan dengan
substratnya, aktivitas tersebut tidak lagi rentan terhadap pengaruh pH. Kisaran suhu
efektif adalah 40oC - 65 oC dengan suhu optimum 50 oC - 60 oC. Bromelain dapat
diaktivasi oleh kalsium klorida, sistein, garam bisulfat, NaCN, H 2S, Na2S dan benzoat.
Namun, bromelain biasanya cukup aktif tanpa penambahan aktivator. Bromelain
dihambat oleh Hg++, Ag+, Cu++, iodoasetat18. Adapun struktur 3 dimensi enzim bromelin
dapat dilihat pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Struktur Enzim Bromelin

Penggunaan enzim bromelin dalam bidang kesehatan digunakan untuk


mengurangi inflamasi dan pembengkakan yang dapat menyebabkan nyeri sendi,
meredakan nyeri dan mati rasa. Bromelin juga menunjukan berbagai aktivitas
fibrinolitik, antiedema, antitrombotik, antiinflamasi in vitro dan in vivo, dapat membantu
dalam pengobatan penyakit kardiovaskuler karena dapat mengurangi penggumpalan
dari plateles (antiplatelet), pembekuan plak di arteri dan pembekuan dalam darah 19-20.
Selain itu, pada industri tekstil bromelin digunakan sebagai pelembut serat dalam
produksi deterjen, pelunak daging, penambah kue dan penjernih bir dalam industri
makanan banyak pula digunakan sebagai penjernih bir dan pengempuk daging21.
Bahkan bromelin dikategorikan sebagai bahan tambahan makanan (food additive)
oleh U.S Food and Drug Administration (US FDA) dan termasuk dalam daftar zat yang
diakui aman22.

2.3 Isolasi Enzim


Untuk isolasi dan pemurnian enzim dari sumbernya, banyak teknik yang sudah
digunakan para peneliti seperti pengendapan, ekstraksi pelarut dan filtrasi yang
8

biasanya memiliki daya konsentrasi tinggi namun dengan pemurnian yang rendah.
Kemudian metode yang lebih modern seperti kromatografi afinitas, pertukaran ionik,
filtrasi gel. Salah satu metoda paling sederhana dalam isolasi dan pemurnian enzim
yaitu pengendapan menggunakan pelarut organik seperti aseton. Langkah efektif
dalam proses pemurnian enzim tidak selalu harus menggunakan perlakuan tertentu,
seperti halnya pengendapan menggunakan ammonium sulfat yang memerlukan tahap
dialisis setelahnya untuk menyesuaikan kekuatan ion pada tingkat yang
memungkinkan untuk dilakukannya kromatografi penukar ion23. Penambahan pelarut
organik umumnya menurunkan konstanta dielektrik larutan sehingga gaya
elektrostatik yang melindungi gugus fungsi yang polar dan bermuatan pada protein
menurun dan interaksi tarik menarik antar molekul protein meningkat yang
mengakibatkan protein mengendap. Protein dapat diendapkan dengan pelarut organik
tanpa merusak struktur protein bila diendapkan pada suhu di bawah 4 oC24. Metode
pengendapan pelarut organik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
konsentrasi atau kejenuhan pelarut, pH dan waktu inkubasi setelah penambahan
pelarut25.

2.4 Amobilisasi Enzim


Amobilisasi enzim adalah suatu proses penahanan pergerakan molekul enzim pada
tempat tertentu dalam suatu ruang reaksi kimia yang dikatalisisnya sehingga membuat
enzim menjadi stabil terhadap pH, suhu, ion logam dan lebih mudah dipisahkan dari
campuran pada akhir reaksi untuk reaksi selanjutnya karena tidak larut dalam air dan
terbentuk sistem yang aktif26-27. Keadaan ini membuat enzim dapat menjadi aktif
sehingga dapat digunakan kembali atau berulang-ulang dan tidak berdifusi ke dalam
campuran reaksi. Dibandingkan dengan bentuk bebasnya, enzim amobil umumnya
lebih stabil dan lebih mudah ditangani. Selain itu, produk reaksi tidak akan
terkontaminasi dengan enzim amobil dan dapat berguna pada bidang industri
makanan dan farmasi28. Sistem ini memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dan
peningkatan kualitas produk sehingga banyak industri yang menggunakan suatu
reaksi dengan katalis enzim. Adapun untuk mengukur persentase konsentrasi enzim
yang berhasil terimobilisasi dalam suatu support dapat menggunakan pengukuran
enzim loading. Pengukuran enzim loading dapat dihitung melalui perbandingan antara
jumlah konsentrasi enzim yang terimobilisasi dengan jumlah enzim sebelum
dilakukannya imobilisasi. Tujuan utama dari imobilisasi enzim adalah untuk
memaksimalkan keuntungan dari katalisis enzim, yang dimungkinkan dengan
9

menggunakan dukungan dengan biaya sintesis rendah dan kapasitas pengikatan


tinggi29. Pemilihan metode imobilisasi sangat penting mencegah hilangnya aktivitas
enzim dengan tidak mengubah kelompok reaktif di tempat pengikatan enzim. Situs
aktif dapat dilindungi oleh kelompok pelindung. Prosedur imobilisasi enzim yang paling
umum adalah, ikatan kovalen, penjebakan ikatan silang, dan adsorpsi 18.
Metoda amobilisasi pengikatan kovalen melibatkan pembentukan ikatan kovalen
antara enzim dengan matriks. Gugus fungsi yang ada pada enzim terikat pada matriks
pendukung karena gugus fungsi ini tidak terlibat atas aktivitas katalitik enzim. Reaksi
pengikatan harus dilakukan dalam kondisi yang tidak menyebabkan hilangnya aktivitas
enzimatik, dan sisi aktif enzim tidak boleh terpengaruh oleh reagen yang digunakan.
Ikatan kovalen antara enzim dengan matriks terjadi akibat dukungan dari rantai
samping asam amino seperti arginin, asam aspartate, histidine dan tingkat reaktivitas
berdasarkan gugus fungsi yang berbeda seperti imidazol, indolil, hidroksil, fenolik, dan
sebagainya30. Terkadang gugus fungsi pada matriks pendukung diaktifkan oleh
reagen tertentu sebelum enzim dilekatkan ke matriks melalui ikatan kovalen 31.
Penjebakan enzim dalam gel atau serat merupakan metoda yang nyaman untuk
digunakan dalam proses yang melibatkan substrat dan produk dengan berat molekul
yang rendah. Namun, penggunaan substrat dengan berat molekul yang tinggi perlu
dihindari karena sulitnya molekul besar mendekati situs aktif enzim yang terperangkap
dalam matriks. Proses penjebakan terjadi akibat terperangkapnya enzim ke dalam
matriks atau adanya keterlibatan ikatan kovalen 30,. Enzim telah terperangkap dalam
polimer alami seperti agar, agarose, gelatin, alginate, karagenan, polifinilalkohol dan
poliakrilamida32-33.
Ikatan silang melibatkan penempelan biokatalis pada satu sama lain dengan
reagen atau ligan bi atau multifungsi30. Dengan cara ini, berat molekul yang sangat
tinggi biasanya agregat yang tidak larut terbentuk. Amobilisasi dengan ikatan silang
adalah proses yang relatif sederhana, termasuk metode yang disukai karena tidak
menggunakan matriks pendukung apa pun. Karena melibatkan ikatan jenis kovalen,
biokatalis yang diimobilisasi dengan cara ini sering mengalami perubahan konformasi
dengan akibat hilangnya aktivitas. Agen bifungsional yang paling umum digunakan
untuk ikatan silang adalah glutaraldehid. Gugus aldehida reaktif pada kedua ujung
glutaraldehid bereaksi dengan gugus amino bebas dari enzim melalui reaksi basa dan
telah banyak digunakan mengingat biayanya yang rendah, efisiensi tinggi, pada
stabilitasnya. Enzim atau sel biasanya telah terikat silang dengan adanya protein inert
seperti gelatin, albumin, dan kolagen dan dapat diterapkan pada enzim atau sel 34.
10

Adsorpsi enzim ke pendukung yang tidak larut adalah suatu metode yang
sederhana yang memiliki aplikasi luas dan kemampuan tinggi. Selain itu, metode
adsorpsi fisik tidak memberikan perubahan konformasi pada enzimnya ataupun
destruksi pada pusat aktif enzim. Enzim dapat diimobilisasi hanya dengan
mencampurkan enzim dengan adsorben yang sesuai pada kondisi pH dan ionik yang
sesuai kekuatannya. Setelah mencuci enzim yang terikat longgar dan tidak terikat,
Enzim yang teradsorpsi dapat dilindungi dari aglomerasi, proteolisis dan interaksi
dengan antarmuka hidrofobik28-35. Pemilihan adsorben dilakukan untuk meminimalkan
kebocoran enzim. Untuk mencegah modifikasi kimia dan kerusakan enzim, sifat
permukaan enzim yang ada dan dukungan perlu diperhatikan untuk menjaga ikatan
saat adanya perubahan pH dan suhu. Adsorpsi melalui metode fisik umumnya
melibatkan adsorpsi antara satu protein molekul dan sejumlah situs pengikatan pada
permukaan imobilisasi28.

2.5 Zeolit
Mineral zeolit disebut juga sebagai sedimen alami atau zeolit alami, yang terdiri dari
aluminosilikat dengan tiga dimensistruktur rangka AlO4 dan SiO4 tetrahedra. Senyawa
ini dihubungkan satu sama lain dengan saling berbagi oksigen untuk membentuk
kerangka yang saling berhubungan dan saluran yang berisi molekul air bergerak dan
alkali (natrium, kalium, litium, dan sesium) atau alkali tanah (kalsium, strontium, barium,
dan magnesium) kation. Kation yang dapat dipertukarkan ini menimbulkan sifat
pertukaran ion material36. Muatan negative pada kerangka zeolit diseimbangkan oleh
adanya kation, biasanya Na+, K+ dan Ca+ yang terletak di rongga-rongga di dalamnya.
Kehadiran rongga struktural yang saling terkait dengan bentuk dan ukuran tertentu
membedakan struktur zeolit dari alumosilikat dan bahan kristal lainnya 37. Struktur zeolit
dapat dilihat pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3 Struktur Zeolit


11

Rumus kimia zeolit secara umum ditulis berdasarkan satuan sel kristal sebagai
M2/nOAl2O3aSiO2bH2O atau Mc/n{(AlO2)c(SiO2)d}bH2O, dimana n merupakan valensi
logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d sebagai jumlah tetrahedra
alumina dan silika. Berdasarkan laporan Las et al rasio d/c atau SiO2/Al2O bervariasi
dari 1-5 dan saat ini sudah diketahui struktur dari zeolit alam yang tersebar sekitar 40
jenis serta 120 zeolit sintesis38.
Sebagai material anorganik tradisional, zeolit telah menjadi bahan pendukung
yang ideal untuk amobilisasi enzim karena struktur porinya yang beragam, sifat
permukannya yang dapat disesuaikan, stabilitas termal yang baik biayanya yang
rendah serta memiliki kompatibilitas lingkungan yang baik. Selain itu, zeolit sendiri
merupakan bahan katalitik kimia yang sangat baik, dan terkadang saat direaksikan
dengan biokatalis enzim dapat meningkatkan reaksi atau mencapai reaksi kemo
enzimatik39.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret hingga Agustus 2021 di
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Andalas Karakterisasi FTIR
dilakukan di Laboratorium Instrumen Jurusan Kimia Universitas Negeri Padang.
3.2 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, blender
(Miyako), neraca analitis (KERN ABJ-NM/ABS-N), penangas (PMC 502 Series),
sentrifus (H-C 12 Centrifuge), inkubator (GALLENKAMP Size 1), spektrofotometer UV-
Vis (Shimadzu UV-1280) dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bonggol nanas yang diperoleh dari
Pasar Baru, NaH2PO4 (Merck), Na2HPO4 (Merck), aseton, Bovin Serum Albumin
(BSA), Akuades, reagen Bradford (Merck), tirosin (Merck), Na2CO3 (PUDAK
Scientific), reagen folin-Ciaocalteau (Merck), kasein (Merck), Trikloroasetat (Merck)
dan zeolit alam Clinoptilolit-Ca yang diambil dari daerah lubuk Silasih, Kabupaten
Solok, Sumatera Barat.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Isolasi Enzim Bromelin dari Bonggol Buah Nanas
Enzim bromelin diisolasi dari bonggol nanas. Bonggol nanas dibersihkan, dipotong
kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 200 gram. Kemudian diblender dengan 400 mL
buffer fosfat pH 7, disaring menggunakan kain keju. Filtrat dari penyaringan
disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan diambil bagian filtratnya.
Filtrat ditambahkan dengan aseton dingin sebanyak 60% secara perlahan sambil
dilakukan pengadukan, lalu disimpan dalam pendingin selama 24 jam. Setelah itu filtrat
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Endapan yang dihasilkan
merupakan enzim bromelin, ditentukan kadar protein dan aktivitasnya.

3.3.2 Aktivasi Zeolit Alam


Sebanyak 30 g zeolit alam dicampurkan dengan 100 mL HCl 3 M dan diaduk pada
suhu 90oC selama 2 jam. Kemudian didinginkan, disaring dan dicuci dengan akuades

12
13

sampai air pencucian tidak berwarna kekuningan dan pH netral. Lalu dikeringkan
dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam.

3.3.3 Pembuatan Larutan Standar BSA


Larutan standar BSA dibuat dengan variasi konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000
mg/L. kemudian diambil 0,1 mL dari masing-masing konsentrasi dan ditambahkan 5
mL reagen Bradford. Larutan didiamkan selama 5 menit pada suhu ruang dan diukur
absorbansinya pada  = 595 nm.

3.3.4 Amobilisasi Enzim Bromelin pada Zeolit


Amobilisasi dilakukan dengan cara menambahkan zeolit teraktivasi pada 2 mL enzim
bromelin dan 2 mL buffer fosfat pH 7. Penambahan zeolit dilakukan bervariasi 0,2; 0,4
dan 0,6 gram. Campuran didiamkan selama 1 jam pada suhu kamar dengan sesekali
pengadukan, setelah itu dicuci, disaring dan dikeringkan. Endapan yang diperoleh
merupakan enzim amobil, ditentukan aktivitasnya.

3.3.5 Penentuan Kadar Protein Enzim Bromelin


Efektivitas amobilisasi ditentukan dengan mengukur kadar protein enzim sebelum
amobilisasi dan kadar protein dalam air sisa pencucian setelah amobilisasi. Kadar protein
enzim bromelin diukur dengan metoda Bradford menggunakan larutan standar BSA.
Kurva standar BSA dibuat dengan variasi kosentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 mg/L.
Masing-masing larutan standar diambil 0,1 mL ditambahkan 5 mL reagen Bradford 20%
dan dihomogenkan. Larutan diukur absorbannya pada  = 595 nm. Pengukuran kadar
protein enzim bromelin dan kadar protein dalam air sisa pencucian dilakukan denga cara
yang sama dengan pengukuran larutan standar BSA. Efektivitas amobilisasi dihitung
dengan menggunakan rumus :
kadar protein awal-kadar protein akhir
Efisiensi Amobilisasi= x 100%
kadar protein awal

Kadar protein awal = kadar protein enzim bromelin sebelum amobilisasi


Kadar protein akhir = kadar protein dalam air sisa pencucian
3.3.6 Pembuatan Larutan Standar Tirosin
Larutan standar tirosin dibuat untuk menentukan aktivitas enzim. Konsentrasi larutan
tirosin divariasikan 10, 15, 25, 35, 45, 55 dan 65 µg/mL. Masing-masing variasi
konsentrasi diambil sebanyak 2 mL, ditambahkan 3 mL Na2CO3 dan 1 mL reagen
14

Folin-Ciocalteu. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang dan diukur
absorbansinya pada  = 660 nm.

3.3.7 Penentuan Aktivitas Enzim


Untuk menentukan aktivitas enzim bromelin digunakan kasein sebagai substrat.
Sebanyak 0,5 mL substrat kasein 1% ditambahkan 0,5 mL larutan enzim. Kemudian
dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 20 menit. Kemudian,
ditambahkan 1 mL Trikloroasetat (TCA) 5%, diaduk dan didiamkan selama 10 menit,
disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit. Filtrat diambil, direaksikan dengan 3 mL
Na2CO3 0,5 M dan 1 mL reagen Folin-Ciaocalteau 25%, kemudian dihomogenkan dan
diinkubasi selama 30 menit. Larutan diukur serapannya pada  = 660 nm dengan
spektrofotometer UV-Vis. Hal yang sama dilakukan pada enzim amobil. Aktivitas enzim
(unit/mL) didasarkan kepada jumlah asam amino yang terbentuk. Aktivitas enzim
dinyatakan dalam unit aktivitas, 1 unit enzim sama dengan jumlah enzim yang
dibutuhkan untuk menghidrolisis substrat kasein menghasilkan 1 µg tirosin setiap
mililiter larutan per menit pada kondisi percobaan. Aktivitas enzim dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

U C x V1
Aktivitas bromelin ( )=
mL t xV2
Keterangan:
C = konsentrasi tirosin yang terbentuk
V1 = total volume yang digunakan dalam uji aktivitas sampel
t = waktu inkubasi enzim-substrat
V2 = volume sampel ekstrak enzim yang digunakan

3.3.7 Penentuan Suhu dan pH Optimum Enzim Bromelin


Untuk menentukan temperatur optimum, dilakukan variasi suhu 30 oC, 40 oC, 50 oC, 60
oC, 70oC dan 80oC. Kasein 1% diambil sebanyak 0,5 mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi danditambahkan 0,5 mL larutan enzim. setelah itu dihomogenkan dan
diinkubasi pada masing-masing variasi suhu selama 20 menit. Kemudian ditambahkan
1 mL larutan TCA 5%, diaduk dan didiamkan selama 10 menit pada suhu kamar.
Disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan endapan
dengan supernatan. Supernatan yang diperoleh diambil dan ditambahkan 3 mL
Na2CO3 0,5 M dan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu 25%. Selanjutnya dihomogenkan dan
15

diinkubasi pada suhu ruang selama 20 menit. Absorbansi larutan diukur pada  = 660
nm. Penentuan pH optimum dilakukan pada temperatur optimum yang diperoleh.
Kasein ditambahkan larutan buffer dengan variasi nilai pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5; dan 8,0.

3.3.8 Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR)


Analisis FT-IR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung dalam
zeolit, enzim bromelin bebas dan amobil serta membandingkan perbedaan susunan
ketiga senyawa tersebut dengan menggunakan alat FT-IR. Spektrum ini ini diukur
pada daerah panjang gelombang 4000 cm-1 - 400 cm-1 dengan resolusi pada mode
transmitan.

3.3.9 Perlakuan Ulang Enzim Bromelin Amobil


Untuk menentukan kemampuan enzim pada pemakaian berulang, bromelin yang
diamobil dikumpulkan setelah setiap reaksi, dicuci dengan air suling, kemudian
digunakan dalam siklus berikutnya pada temperatur dan suhu optimumnya.
Kemampuan enzim bromelin amobil dievaluasi dengan mengukur aktivitas enzim
dalam setiap siklus reaksi berturut-turut. Stabilitas enzim bromelin amobil dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:

aktivitas pemakaian ke n
Stabilitas (%) = x100%
aktivitas pemakaian awal
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolasi Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas


Enzim bromelin diisolasi dari bonggol buah nanas dengan cara pengendapan
menggunakan aseton dingin 60%. Pengendapan protein terjadi karena adanya
interaksi antar molekul protein, pelarut organik tersebut dapat mengurangi konstanta
dielektrik larutan, Sehingga kelarutan proteinnya berkurang dan terbentuklah agregat
protein karena interaksi antara protein dengan air berkurang. Dengan perlakuan dingin
struktur protein tidak rusak bila diendapkan dengan pelarut organik 24. Dengan
menggunakan metoda Bradford, didapatkan kadar protein enzim bromelin bebas 809
mg/L. Aktivitas enzim ditentukan dengan menggunakan susbtrat kasein, didapatkan
aktivitas bromelin sebesar 17,406 unit/mL.

4.2 Amobilisasi Enzim Bromelin dalam Matriks Zeolit


Pada penelitian ini dilakukan amobilisasi menggunakan metoda adsorpsi
menggunakan zeolit sebagai matriks pendukungnya. Metoda adsorpsi merupakan
metoda amobilisasi yang paling sederhana serta tidak memakan waktu yang lama.
Zeolit banyak dipakai sebagai matriks amobilisasi pada enzim karena memiliki
karakteristik struktur yang unik, tahan terhadap biodegradasi, luas permukaannya
yang tingi, bersifat hidrofoik dan hidrofilik serta interaksi elektrostatik40. Sebelum
dilakukan amobilisasi, zeolit diaktivasi terlebih dahulu menggunakan pelarut HCl
dengan konsentrasi 3 M guna menghilangkan pengotor-pengotor yang terkandung di
dalamnya. Dengan hilangnya pengotor pada matriks zeolit dapat memperbesar pori-
pori dan posisi atom yang tertukar akan kembali seperti semula, hal tersebut akan
meningkatkan aktivitas adsorpsinya. Setelah diaduk dalam larutan HCl selama 2 jam,
zeolit tersebut dicuci dengan akuades sampai warnanya jernih tidak kuning lagi serta
pH nya netral. Pada saat berlangsungnya amobilisasi terjadi adsorpsi fisik dan kimia
antara enzim dengan zeolit. Interaksi yang terjadi antara atom oksigen pada zeolit (Si-
O-Al) dengan atom H dari gugus amino (-NH2) pada rantai samping residu asam amino
penyusun bromelin atau dengan atom H pada residu asam amino (-COOH) akan
membentuk ikatan hidrogen26.

16
17

Pada gambar 4.1 dapat dilihat hasil enzim bromelin amobil yang berbentuk serbuk
setelah proses amobilisasi selama 1 jam dan pengeringan di dalam lemari pendingin.

(a) (b)

Gambar 4.1 Enzim Bromelin yang telah teradsorpsi dalam Matriks Zeolit : a) enzim
bromelin amobil dalam proses penyaringan b) enzim bromelin amobil kering

4.3 Efektivitas Amobilisasi


Untuk menghitung persentase jumlah enzim yang terserap ke dalam matriks zeolit
dilakukan dengan cara menentukan efektifitas amobilisasi dimana matriks zeolit
divariasikan beratnya.
Tabel 4.1 Efektivitas amobilisasi enzim bromelin pada matriks zeolit
Kadar protein awal Kadar protein akhir Persen
Berat Zeolit (g)
(mg/L) (mg/L) efektivitas
0,2 809 348,500 57%
0,4 809 301,833 63%
0,6 809 325,167 60%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa zeolit dengan berat 0,4 gram memiliki
persen efektivitas amobilisasi sebesar 63%. Dapat disimpulkan bahwa pada berat
zeolit 0,4 gram memberikan efektivitas amobilisasi yang maksimal, hal ini terjadi
karena interaksi antara enzim dengan matriks paling banyak dan enzim bromelin dapat
terikat dengan baik pada matriksnya. Penurunan persen efektivitas terjadi pada
penambahan 0,6 gram zeolit, karena kelebihan zeolit akan mengganggu pada
pengukuran aktivitas enzim. Pada berat zeolit 0,2 gram persen efektivitas menurun
yaitu 57%, hal tersebut dikarenakan jumlah matriks yang tidak cukup untuk mengikat
enzim yang menyebabkan banyak enzim yang lepas dari permukaan matriks.
18
18

Aktivitas Enzimatis (Unit/ml)


16
14
12
10
8
6
4
2
0
0.2 0.4 0.6
Berat Zeolit (g)

Gambar 4.2 Grafik Aktivitas Enzim Bromelin Setelah Amobilisasi

Pada gambar 4.2 menunjukkan grafik aktivitas enzim bromelin amobil dengan variasi
berat matriks zeolit. Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa aktivitas tertinggi
didapatkan pada enzim bromelin yang teradsorpsi oleh matriks zeolit 0,4 gram dengan
aktivitas 15,572 unit/mL. karena pada penggunaan zeolit 0,4 g enzim bromelin paling
banyak teradsorpsi.

4.4 Fourier Transformation Infra Red (FT-IR)


Analisis FTIR dilakukan untuk membandingkan gugus fungsi yang terdapat pada
senyawa bromelin bebas, amobil, dan zeolit serta melihat pergesaran pita pada enzim
amobil untuk melihat keberhasilan amobilisasi. Dari gambar 4.5 menunjukkan hasil
FTIR berupa spektrum dari bromelin bebas, amobil serta zeolit pada daerah bilangan
gelombang 4000 – 400 cm-1 dimana pada bromelin bebas terdapat gugus COO- pada
bilangan gelombang 1400, peregangan getaran oleh gugus C-N dari monoalkil
guanidinium pada daerah pita 1255 cm-1. Kemudian pada pita 1654 cm-1 menunjukkan
adanya puncak yang tajam oleh gugus C=O, dimana pada pita 1654 cm-1 merupakan
amida. Hal tersebut menjelaskan adanya asam amino yang mungkin mengandung
gugus amida sebagai rantai sampingnya, antara lain aspargin dan glutamin..
Selanjutnya pita yang menunjukkan adanya regangan gugus OH/NH- terdapat pada
daerah bilangan gelombang 3331 cm-1 41-42. Bromelain dapat dicirikan dengan adanya
puncak-puncak yang sesuai dengan gugus CN (1149–1179 dan 1255–1290 cm−1),
gugus amida I (1600–1690 cm−1), gugus C=O (1640–1700 cm−1) dan kelompok NH-
(3338–3380 cm−1) seperti yang dilaporkan oleh Soares et al23.
19

Gambar 4.3 Spektrum FTIR zeolit, enzim bromelin bebas, enzim bromelin amobil

Untuk melihat terjadinya amobilisasi, matriks zeolit dianalisis menggunakan FT-IR.


Pada spektrum matriks zeolit, menunjukkan pita yang tajam pada daerah bilangan
gelombang 3400 cm-1 oleh regangan OH dari H2O. Daerah bilangan gelombang 1045-
1070 cm-1 menandakan adanya peregangan kuat dari gugus T-O yang memiliki
kandungan Al. Menurut Elaiopoulos et al suatu klipnotilolit dikatakan ideal jika memiliki
kandungan Al sebanyak 6 buah per unit formula yang terdapat pada pita 1060 cm-1.
Dari diagram FTIR dapat dilihat pita spektrumnya cukup luas diduga bahwa matriks
zeolit mengandung berbagai macam fase kristal dan massa amorf. Terlihat pita lemah
lainnya pada daerah ~795 cm-1 milik peregangan getar ikatan SiO2 amorf. 37-43.
Berdasarkan spektrum bromelin bebas dan zeolit dapat dilihat bahwa pada
spektrum amobil terjadi pergesaran bilangan gelombang antara bromelin bebas dan
amobil dimana terdapat puncak pada ~795 cm-1 dan 1060 cm-1 yang menandakan
karakteristik zeolit. Kemudian pada bilangan gelombang 3331 cm -1 menandakan
OH/NH dan puncak 1654 cm-1 untuk C=O (amida I). Hal tersebut menandakan bahwa
enzim bromelin teradsorpsi ke dalam matriks zeolit dan amobilisasi berhasil dilakukan.
20

4.5 Suhu Optimum Enzim Bromelin


Uji suhu dilakukan pada kedua enzim baik bromelin bebas maupun amobil dengan
cara menghidrolisis substrat kasein pada suhu yang bervariasi. Aktivitas tertinggi
menunjukkan suhu optimum kedua enzim tersebut dan dibandingkan untuk melihat
adanya pengaruh amobilisasi yang ditunjukkan pada gambar 4.4.

30
Aktivitas Enzimatis (Unit/mL)

25

20

15

10

0
20 30 40 50 60 70 80 90
Suhu (o C)
Aktivitas Enzim Bebas Aktivitas Enzim Amobil

Gambar 4.4 Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Bromelin

Dapat dilihat pada gambar 4.4, enzim bromelin yang diamobilisasikan pada zeolit
alam mempunyai aktivitas maksimum pada suhu 70 oC dengan aktivitas 19,745
unit/mL dibandingkan dengan bromelin bebas yang hanya mampu hingga suhu 50oC
dengan aktivitas 26,183 unit/mL. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Ketnawa et al
yang melakukan uji suhu optimum bromelin bebas dari berbagai jaringan nanas yang
mendapatkan hasil aktivitas tertinggi bromelin bebas terdapat pada suhu 50 oC,
kemudian mengalami penurunan dengan aktivitas terendahnya pada suhu 90oC.
Dengan meningkatnya suhu, molekul memiliki energi kinetik yang cukup untuk
berjalannya reaksi. Jika suhu dinaikkan diatas titik optimum maka energi kinetik
mokekul enzim dan air sangat besar sehingga struktur molekul enzim mulai
terganggu14. Sedangkan untuk enzim amobil dapat mencapai suhu 70 oC dikarenakan
enzim yang terserap ke dalam matriks pendukung terlindungi dan tahan terhadap
lingkungannya yang mengakibatkan aktivitas katalitiknya stabil. Pergeseran suhu
optimum antara bromelin bebas dengan amobil dijelaskan oleh Banerjee et al akibat
pembentukan interaksi antara protein enzim dengan matriks dapat memberikan
ketahanan dan melindunginya dari kerusakan dengan adanya pertukaran panas 3.
21

4.6 pH Optimum Enzim Bromelin


Pengaruh pH pada aktivitas enzim bromelin diuji pada rentang pH 5,5-8 dapat dilihat
pada gambar 4.7.

30
Aktivitas Enzimatis (Unit/mL)
25

20

15

10

0
5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

Aktivitas Enzim Bebas Aktivitas Enzim Amobil

Gambar 4.5 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Bromelin

Berdasarkan grafik di atas, enzim bebas ditunjukkan pada pH optimum 7 dengan


aktivitas 26,183 unit/mL. Setelah amobilisasi, pH optimum bergeser menjadi 7,5
dengan aktivitas 23,450 unit/mL. Hal yang sama juga dilaporkan pada penelitian
Banerjee et al yang melakukan amobilisasi secara ikatan silang mengunakan
gultaraldehida, dimana didapatkan pH optimum bromelin bebas yaitu 7 dan bromelin
amobil pada pH 8. Pergeseran nilai pH dikarenakan adanya ikatan kimia yang terjadi
antara enzim dengan matriks, ikatan tersebut menyebabkan adanya perubahan
konformasi enzim yang merubah nilai pKa asam amino dekat sisi aktif enzim 3. Pada
pH optimum terjadi perubahan ionisasi dalam gugus ionik enzim pada sisi aktifnya atau
pada sisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi sisi aktif. Gugus pemberi dan
penerima proton berada dalam tingkat ionisasi yang diinginkan, sehingga konformasi
sisi aktif menjadi efektif dalam mengikat dan mengubah substrat menjadi produk 44.
Pada penelitian Wardoyo menyatakan bahwa enzim akan mengalami denaturasi
jika berada pada pH yang terlalu tinggi ataupun rendah 45. Struktur kerangka kovalen
protein globular tetap utuh, namun rantai polipeptidanya membuka menjadi bentuk
acak, tidak teratur, dan mengalami perubahan konformasi dalam ruang 46. Karena
rantai samping beberapa asam amino berperan sebagai asam atau basa lemah yang
melakukan fungsi kritis pada sisi aktif enzim sehingga enzim menjadi inaktif 44. Selain
22

itu penurunan aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar sisi aktif
enzim mengalami kekurangan jumlah proton dan terjadi peningkatan pKa17,47.

4.7 Stabilitas Enzim Bromelin Amobil Pada Pemakaian Berulang


Aktivitas pemakaian berulang bromelin yang teramobil dalam matriks zeolit dapat
dilihat pada gambar 4.6.

25
Aktivitas Enzimatis (U/mL)

20

15

10

0
1 2 3
Pemakaian ke-

Gambar 4.6 Aktivitas Enzim Amobil Pada Pemakaian Berulang

Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali, setelah pemakaian kedua aktivitas


bromelin amobil mengalami penurunan dari 23,673 unit/mL menjadi 16,723 unit/mL.
Pemakaian ketiga aktivitas enzim diperoleh sebesar 15,176 unit/mL. menurunnya
aktivitas enziim disebabkan karena terlepasnya enzim dari matriks zeolit pada saat
pencucian.
23

Tabel 4.2 Stabilitas enzim bromelin bebas dan amobil


Enzim Perlakuan ke Aktivitas (Unit/mL) Stabilitas (%)
Bebas 26,183
Amobil I 23,673
II 16,723 70,77%
III 15,176 64,23%

Pada tabel 4.2 dapat dilihat aktivitas enzim bromelin bebas dan amobil serta stabilitas
bromelin amobil terhadap pemakaian berulang sebanyak 3 kali. Bromelin bebas
maupun amobil diuji aktivitasnya pada suhu dan pH optimum. Aktivitas enzim
didapatkan dari reaksi hidrolisis substrat kasein. Pada perlakuan ulangan kedua enzim
amobil didapatkan persentase stabilitas sebesar 70,77% dan pada pemakaian ketiga
sebesar 64,23%. Enzim bromelin amobil mempunyai aktivitas lebih rendah dari enzim
bebas. Interaksi enzim dengan zeolit terjadi melalui adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia.
Karena adanya ikatan kimia dapat menyebabkan perubahan konformasi dekat situs
aktif enzim yang menyebabkan aktivitas enzim menurun. Kemampuan pori-pori zeolit
tidak maksimal dalam menyerap enzim. tidak semua enzim yang terikat secara kimia
dengan zeolit. Enzim yang hanya terserap ke dalam pori akan mudah lepas pada
proses pencucian. Hal ini menyebabkan penurunan stabilitas.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses amobilisasi dapat
dilakukan dan enzim terperangkap di dalam matriks zeolit. Efektivitas amobilisasi
sebesar 63% dengan menggunakan zeolit sebanyak 0,4 gram. Suhu optimum enzim
bromelin bebas berada pada suhu 50oC, sedangkan bromelin amobil mempunyai suhu
optimum 70oC. bromelin bebas mempunyai pH optimum pada pH 7 dan bromelin
amobil mempunyai nilai pH optimum 7,5. Pada kondisi optimum enzim bromelin bebas
mempunyai aktivitas 26,183 unit/mL, enzim amobil mempunyai aktivitas 23,450
unit/mL. Data FTIR menunjukkan terjadinya amobilisasi dengan bergesernya bilangan
gelombang antara bromelin bebas dan amobil. Spektrum bromelin amobil
memperlihatkan adanya pita-pita karakteristik zeolit di dalamnya dimana terjadi ikatan
kimia antara atom O pada zeolit dengan atom H dari gugus amina pada enzim. Enzim
bromelin yang diamobilisasi dengan menggunakan zeolit, dapat dipakai sebanyak 3
kali pengulangan memberikan persentase kestabilan 64,23% dengan aktivitas 15,176
unit/mL.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya
melakukan aktivasi zeolit dengan menggunakan konsentrasi asam dan lama
pengeringan yang bervariasi supaya didapatkan pori-pori zeolit yang mempunyai
kemampuan lebih besar dalam menyerap enzim. Selain itu, menambahkan siklus
pengujian pemakaian berulang enzim amobil sampai tidak terdapat aktivitas.

24
DAFTAR PUSTAKA
(1) Bresolin, I. R. A. P.; Bresolin, I. T. L.; Silveira, E.; Tambourgi, E. B.; Mazzola, P.
G. Isolation and Purification of Bromelain from Waste Peel of Pineapple for
Therapeutic Application. Brazilian Arch. Biol. Technol. 2013, 56 (6), 971–979.
(2) Ketnawa, S.; Rawdkuen, S.; Chaiwut, P. Two Phase Partitioning and Collagen
Hydrolysis of Bromelain from Pineapple Peel Nang Lae Cultivar. Biochemistry.
Engineering Journal 2010, 52 (2–3), 205–211.
(3) Banerjee, S.; Arora, A.; Vijayaraghavan, R.; Patti, A. F. Extraction and
Crosslinking of Bromelain Aggregates for Improved Stability and Reusability
from Pineapple Processing Waste. International Journal Biological
Macromolecul, 2020, 158, 318–326.
(4) Wiyati, P. I.; Tjitraresmi, A. Karakterisasi, Aktivasi, Dan Isolasi Enzim Bromelin
Dari Tumbuhan Nanas (Ananas Sp.). Farmaka 2018, 16 (2), 179–185.
(5) Wuryanti. Amobilisasi Enzim Bromelin Dari Bonggol Nanas Dengan Bahan
Pendukung (Support) Karagenan Dari Rumput Laut (Euchema Cottonii). Jurnal
Kimia Sains & Aplikasi, 2006, Vol. IX. N, 59.
(6) Calgaroto, C.; Scherer, R. P.; Calgaroto, S.; Oliveira, J. V.; De Oliveira, D.;
Pergher, S. B. C. Immobilization of Porcine Pancreatic Lipase in Zeolite MCM
22 with Different Si/Al Ratios. Appl. Catal. A Gen. 2011, 394 (1–2), 101–104.
(7) Astri, N.; Sukohar, A. Pengaruh Ekstrak Nanas ( Ananas Comosus ( L ) Merr )
sebagai Antihelmintik. Journal of Agromedicine, 2019. Vol. No 1. 173-179.
(8) Salahudin, F. Pengaruh Bahan Pengendap Pada Isolasi Enzim Bromelin Dari
Bonggol Nanas. Biopropal Industri, 2011, 02 (01), 27–31.
(9) Hassan, A.; Othman, Z.; Siriphanich, J. Pineapple (Ananas Comosus L. Merr.);
Woodhead Publishing Limited, 2011; Vol. 4.
(10) Prasenjit, D.; Prasanta, D.; Abhijit, C.; Tejendra, B. A Survey on Pineapple and
Its Medicinal Value. Scholars Academic Journal of Pharmacy 2012, 1 (1), 24–
29.
(11) Melia Akrinisa, SP .MP,. Muhammad Arpah. M.Si, J. A. Keragaman Morfologi
Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L) Merr) Di Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal
Agro Indragiri 1970, 4 (1), 34–38.
(12) Rugayah, A. I.; Yohannes C. G. Pengaruh Konsentrasi Dan Cara Aplikasi IBA
(Indole Butiric Acid) Terhadap Pertumbuhan Bibit Nanas (Ananas Comosus [L.]
Merr.). J. Agrotropika 2012, 17 (1), 35–38.

25
26

(13) Hardiyanto, dan A. D. N. F. Mengenal Sumber Daya Genetik Ranah Minang;


IAARD Press: Jakarta, 2015. 99
(14) Ketnawa, S.; Chaiwut, P.; Rawdkuen, S. Pineapple Wastes: A Potential Source
for Bromelain Extraction. Food Bioproduction Process. 2012, 90 (3), 385–391.
(15) Chaurasiya, R. S.; Umesh Hebbar, H. Extraction of Bromelain from Pineapple
Core and Purification by RME and Precipitation Methods. Sep. Purif. Technol.
2013, 111, 90–97.
(16) Jaziri, A. A.; Sukoso, M.; Firdaus, M. Karakteristik Protease Dari Ekstrak Kasar
Khamir Laut Dan Aktivitasnya Dalam Menghidrolisis Protein Ikan Rucah. Journal
of Fisheries and Marine Research. 2017, 1 (2), 78–87.
(17) Masri M. Isolasi Dan Pengukuran Aktivitas Enzim Bromelin Dari Ekstrak Kasar
Bonggol Nanas (Ananas Comosus) Pada Variasi Suhu dan PH. Biogenesis
Jurnal Ilmiah Biologi. 2014, Vol. 2 (2), 119–125.
(18) Gautam, S. S.; Kumar, S.; Lambda, M. Comparative Study of Extraction ,
Purification and Estimation of Bromelain from Stem and Fruit of Pineapple Plant
Abstract : Thai Journal Pharmacy Science, 2017, 67–76.
(19) Amalia, F.; Abrori, C.; Sutejo, I. R. Efektivitas Analgesik Kombinasi Parasetamol
Dan Ekstrak Kasar Nanas Terhadap Refleks Geliat Mencit Yang Diinduksi Asam
Asetat. e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2017, 5 (2), 531–536.
(20) Ilyas, N. M. Isolasi Dan Karakterisasi Enzim Bromelain Dari Bonggol Dan Daging
Buah Nanas (Ananas Comosus). Chem. J. Ilm. Kim. dan Pendidik. Kim. 2020,
21 (2), 133.
(21) Wu, W. C.; Ng, H. S.; Sun, I. M.; Lan, J. C. W. Single Step Purification of
Bromelain from Ananas Comosus Pulp Using a Polymer/Salt Aqueous Biphasic
System. J. Taiwan Inst. Chem. Eng. 2017, 79, 158–162.
(22) Orsini, R. A. Bromelain. Plast. Reconstr. Surg. 2006, 118 (7), 1640–1644.
(23) Soares, P. A. G.; Vaz, A. F. M.; Correia, M. T. S.; Pessoa, A.; Carneiro-Da-
Cunha, M. G. Purification of Bromelain from Pineapple Wastes by Ethanol
Precipitation. Sep. Purif. Technol. 2012, 98, 389–395.
https://doi.org/10.1016/j.seppur.2012.06.042.
(24) Sari, D. K. Lipase Isolat Lokal Pada Sintesis Biodiesel. Universitas Sriwijaya.1-
9.
(25) Sabilla, I. A.; Susanti, E. Pemurnian Parsial Ekstrak Kasar Selulase Bacillus
Circulans Dengan Metoda Pengendapan Aseton. J. Kim. Ris. 2019, 4 (1), 40.
(26) Sari, I. P.; Prasetyawan, S. Optimasi Amobilisasi Xilanase Dari Trichoderma
27

Viride Dengan Matriks Zeolit. Kimia Student Journal. 2014, 2 (1), 421–427.
(27) Ardian, A.; Roosdiana, A.; Sutrisno. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan
Terhadap Kestabilan Aktivitas Xilanase Diamobilisasi Dalam Pasir Laut. Kimia
Student Journal, 2014, 2 (1), 386–392.
(28) Meryam Sardar, R. A. Enzyme Immobilization: An Overview on Nanoparticles as
Immobilization Matrix. Biochemistry Analytic. 2015, 04 (02).
(29) Liese, A.; Hilterhaus, L. Evaluation of Immobilized Enzymes for Industrial
Applications. Chem. Soc. Rev. 2013, 42 (15), 6236–6249.
(30) Datta, S.; Christena, L. R.; Rajaram, Y. R. S. Enzyme Immobilization: An
Overview on Techniques and Support Materials. 3 Biotech 2013, 3 (1), 1–9.
(31) Hartmann, M.; Kostrov, X. Immobilization of Enzymes on Porous Silicas –
Benefits and Challenges. Chem. Soc. Rev. 2013, 42 (15), 6277–6289.
(32) Grosová, Z.; Rosenberg, M.; Rebroš, M.; Šipocz, M.; Sedláčková, B. Entrapment
of β-Galactosidase in Polyvinylalcohol Hydrogel. Biotechnol. Lett. 2008, 30 (4),
(33) Deshpande, A.; D’souza, S. F.; Nadkarni, G. B. Coimmobilization of D-Amino
Acid Oxidase and Catalase by Entrapment of Trigonopsis Variabilis in Radiation
Polymerised Polyacrylamide Beads. J. Biosci. 1987, 11 (1–4), 137–144.
(34) Sheldon, R. A. Enzyme Immobilization: The Quest for Optimum Performance.
Adv. Synth. Catal. 2007, 349 (8–9), 1289–1307.
(35) Fadillah Mufida; Anna Roosdiana; Sasangka Prasetyawan. Amobilisasi
Pektinase Dari Bacillus Subtilis Menggunakan Matriks Pasir Laut Yang
Diaktivasi NaOH. Kimia Jurnal. 2013, 1 (1), 43–49.
(36) Englert, A. H.; Rubio, J. Characterization and Environmental Application of a
Chilean Natural Zeolite. International Journal Mineral Process. 2005, 75 (1–2),
21–29. https://doi.org/10.1016/j.minpro.2004.01.003.
(37) Elaiopoulos, K.; Perraki, T.; Grigoropoulou, E. Monitoring the Effect of
Hydrothermal Treatments on the Structure of a Natural Zeolite through a
Combined XRD, FTIR, XRF, SEM and N2-Porosimetry Analysis. Microporous
Mesoporous Mater. 2010, 134 (1–3), 29–43.
(38) Las, T.; Zamroni, H. Penggunaan Zeolit Dalam Bidang Industri Dan Lingkungan.
Jurnal Zeolit Indonesia 2002, 1 (1), 27–34.
(39) Zhang, H.; Jiang, Z.; Xia, Q.; Zhou, D. Progress and Perspective of Enzyme
Immobilization on Zeolite Crystal Materials. Biochem. Eng. J. 2021, 172
(40) Homaei, A. A.; Sariri, R.; Vianello, F.; Stevanato, R. Enzyme Immobilization: An
Update. Journal of Chemical Biology. 2013, 6 (4), 185–205.
28

(41) Devakate, R. V.; Patil, V. V.; Waje, S. S.; Thorat, B. N. Purification and Drying of
Bromelain. Separation and Purification Technology, 2009, 64 (3), 259–264.
(42) Nor, M. Z. M.; Ramchandran, L.; Duke, M.; Vasiljevic, T. Characteristic
Properties of Crude Pineapple Waste Extract for Bromelain Purification by
Membrane Processing Journal Food Science Technol. 2015, 52 (11), 7103–
7112.
(43) Favvas, E. P.; Tsanaktsidis, C. G.; Sapalidis, A. A.; Tzilantonis, G. T.;
Papageorgiou, S. K.; Mitropoulos, A. C. Clinoptilolite, a Natural Zeolite Material:
Structural Characterization and Performance Evaluation on Its Dehydration
Properties of Hydrocarbon-Based Fuels. Microporous Mesoporous Mater. 2016,
225, 385–391.
(44) Nielsen, J. E.; Beier, L.; Otzen, D.; Borchert, T. V.; Frantzen, H. B.; Andersen,
K. V.; Svendsen, A. Electrostatics in the Active Site of an α-Amylase. European
Journal Biochemistry 1999, 264 (3), 816–824. https://doi.org/10.1046/j.1432-
1327.1999.00664.x.
(45) Wardoyo, F. A.; Kartika, A. I. Imobilisasi Enzim Lipase Pada Padatan Pendukung
Zeolit Alam. J. Muhammadiyah 2017, 141–145.
(46) Lehninger, A. L. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1; Erlangga, 1988.
(47) Kumaunang, Maureen; Tabaga, A. Amobilisasi Enzim Bromelin Yang Diisolasi
Dari Batang Nanas Dengan Menggunakan Karagenan. Jurnal Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetah. Alam, Univ. Sam Ratulangi, Manad. 2011, 85–
88.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Isolasi Enzim Bromelin dari Bonggol Nanas

200 g bonggol nanas

- dibersihkan, dicuci dengan akuades, dipotong kecil-kecil

- ditambahkan buffer fosfat pH 7 dengan ratio 1:2, diblender

- diinkubasi dalam lemari pendingin selama 24 jam


Campuran
- disaring dengan kain keju
- disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
Filtrat
- ditambahkan aseton dingin 60%

- diinkubasi dalam lemari pendingin selama 24 jam

- disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit

Endapan

Lampiran 2. Aktivasi Zeolit

30 gram Zeolit

- dicampurkan dengan 100 mL HCl 3 M dan diaduk pada


suhu 90oC selama 2 jam.

- didinginkan, disaring dan dicuci dengan akuades sampai air


pencucian tidak berwarna kekuningan dan pH netral.

- dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam.


Zeolit teraktivasi

29
30

Lampiran 3. Pembuatan Larutan Standar BSA

0,1 mL Larutan Standar BSA

- divariasikan dengan konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan


1000 mg/L

- diambil sebanyak 0,1 dari masing-masing konsentrasi

- ditambahkan 5 mL reagen Bradford pada masing- masing


konsentrasi

- didiamkan selama 5 menit pada suhu ruang

- diukur absorbansi pada  = 595 nm


Absorban larutan standar
- dibuat kurva antara konsentrasi dengan absorban

Lampiran 4. Amobilisasi Enzim Bromelin pada Zeolit Alam

2 mL Enzim Bromelin

- ditambahkan 3 mL buffer fosfat pH 7

- ditambahkan zeolit teraktivasi dengan variasi 0,2; 0,4 dan


0,6 g
Campuran

- didiamkan selama 1 jam pada suhu kamar dengan sesekali


pengadukan

- disaring

- dicuci dengan akuades

Endapan (Enzim amobil) Filtrat

- dihitung kadar protein sisa

Kadar protein sisa


31

Lampiran 5. Penentuan Kadar Protein Enzim Bromelin

Filtrat sisa pencucian

- diambil 0,1 mL

- ditambahkan 5 mL reagen Bradford

- didiamkan selama 5 menit pada suhu ruang

- diukur absorbansi pada  = 595 nm

-
Kadar protein

Enzim bebas

- diambil 0,1 mL

- ditambahkan 5 mL reagen Bradford

- didiamkan selama 5 menit pada suhu ruang

- diukur absorbansi pada  = 595 nm


Kadar protein

Lampiran 6. Pembuatan Larutan Standar Tirosin

Tirosin

- divariasikan dengan konsentrasi 10, 15, 25, 35, 45, 55 dan 65


µg/mL

- diambil sebanyak 2 mL pada masing-masing konsentrasi

- ditambahkan 3 mL Na2CO3

- ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu

- diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada  = 660 nm


Kurva Standar Tirosin
- dibuat kurva antara konsentrasi dengan absorban
32

Lampiran 7. Penentuan Aktivitas Enzim

Larutan Kasein 1%

- diambil 0,5 mL

- ditambahkan 0,5 mL enzim

- diinkubasi pada suhu 37oC selama 20 menit

- ditambahkan 1 mL TCA 5% dan dihomogenisasi


Campuran
- disentrifugasi selama 20 menit

Filtrat

- ditambahkan 3 mL Na2CO3

- ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu

- diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada  = 660 nm

Kadar Asam Amino Tirosin


33

• Penentuan Temperatur Optimum

Enzim Bromelin Bebas

- ditambahkan 0,5 mL larutan kasein 1%

- diinkubasi pada variasi temperatur 30oC, 40oC, 50oC, 60oC,


70oC, dan 80oC pada selama 20 menit

- ditambahkan 1 mL TCA 5% dan dihomoenisasi


Campuran

- disentrifugasi selama 20 menit


Filtrat
- ditambahkan 3 mL Na2CO3

- ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu

- diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada  = 660 nm

Kadar Asam Amino Tirosin

Enzim Bromelin Amobil


- ditambahkan 0,5 mL larutan kasein 1%

- diinkubasi pada variasi temperatur 30oC, 40oC, 50oC, 60oC,


70oC, dan 80oC pada selama 20 menit

- ditambahkan 1 mL TCA 5% dan dihomoenisasi


Campuran

- disentrifugasi selama 20 menit


Filtrat

- ditambahkan 3 mL Na2CO3

- ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu

- diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada  = 660 nm

Kadar Asam Amino Tirosin


34

• Penentuan pH Optimum

Enzim Bromelin Bebas

- ditambahkan 0,5 mL larutan kasein 1%

- diinkubasi pada variasi pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5; dan 8,0

- ditambahkan 1 mL TCA 5% dan dihomogenisasi

Campuran
- disentrifugasi selama 20 menit

Filtrat
- ditambahkan 3 mL Na2CO3

- ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu

- diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada  = 660 nm

Kadar Asam Amino Tirosin

Enzim Bromelin Amobil

- ditambahkan 0,5 mL larutan kasein 1%

- diinkubasi pada variasi pH 6,0; 6,5; 7,0; 7,5; dan 8,0

- ditambahkan 1 mL TCA 5% dan dihomogenisasi


Campuran
- disentrifugasi selama 20 menit

Filtrat
- ditambahkan 3 mL Na2CO3

- ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu

- diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit

- diukur absorbansinya pada  = 660 nm

Kadar Asam Amino Tirosin


35

Lampiran 8. Analisis FT-IR

Enzim Bromelin Bebas

- dianalisis pada daerah panjang gelombang 4000 cm-1


sampai 600 cm-1

Spektrum Enzim

Enzim Bromelin Amobil

- dianalisis pada daerah panjang gelombang 4000 cm-1


sampai 600 cm-1

Spektrum Enzim

Zeolit

- dianalisis pada daerah panjang gelombang 4000 cm-1


sampai 600 cm-1

Spektrum Enzim
36

Lampiran 9. Data Kurva Standar BSA

Konsentrasi BSA
Absorbansi
(mg/L)
200 0,203
400 0,360
600 0,445
800 0,613
1000 0,723

Kurva Standar BSA


0.8

0.7

0.6

0.5
Absorban

y = 0.0006x + 0.0809
0.4
R² = 0.9924
0.3

0.2

0.1

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
Konsentrasi (mg/L)
37

Lampiran 10. Data Kurva Standar Tirosin

Konsentrasi Tirosin
Absorbansi
(µg/mL)
10 0,137
15 0,214
25 0,366
35 0,477
45 0,648
55 0,768
65 0,900

Kurva Standar Tirosin


1
0.9
0.8
0.7
0.6
Absorban

0.5
0.4 y = 0.0139x + 0.0061
R² = 0.9983
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Kosentrasi (mg/L)

Lampiran 11. Data Kadar Protein Enzim Bromelin Bebas


Enzim Absorban Kadar protein awal (mg/L)
Bebas 0,566 809

Lampiran 12. Aktivitas Enzimatis Enzim Bromelin Bebas


Kadar Tirosin (m Aktivitas Enzimatis
Enzim Absorban
(µg/mL) (Unit/mL)
Bebas 0,490 34,813 17,406
38

Lampiran 13. Data Aktivitas Enzimatis Enzim Bromelin Amobil pada Variasi Zeolit
Aktivitas Enzimatis
Berat Zeolit (g) Absorban Kadar Tirosin (µg/mL)
(Unit/mL)
0,2 0,428 30,353 15,176
0,4 0,439 31,144 15,572
0,6 0,366 25,892 12,946

Lampiran 14. Data Aktivitas Enzim Bromelin Bebas dan Amobil pada Variasi Suhu
Aktivitas bromelin Aktivitas bromelin
Suhu
bebas amobil
(oC)
(Unit/mL) (Unit/mL)
30 9,493 9,097
40 12,766 9,277
50 26,183 11,363
60 22,335 13,701
70 9,637 19,745
80 4,853 10,608

Lampiran 15. Data Aktivitas Enzim Bromelin Bebas dan Amobil pada Variasi pH
Aktivitas bromelin bebas Aktivitas bromelin amobil
pH
(Unit/mL) (Unit/mL)
6 7,874 5,788
6,5 13,737 10,716
7 26,183 19,745
7,5 11,903 23,450
8 4,529 15,320

Lampiran 16. Perhitungan Pembuatan Larutan


16.1 Pembuatan 0,05 M Buffer Pospat
Pembuatan Larutan NaH2PO4 50 mM
119,980 g 0,05 mol
g NaH2 PO4 = x x 1 L = 5,999 g NaH2 PO4
1 mol 1L
Pembuatan larutan Na2HPO4 50 mM
141,969 g 0,05 mol
g Na2 HPO4 = x x 1 L = 7,098 g Na2 HPO4
1 mol 1L
39

Tabel Pembuatan 0,5 M Buffer Pospat dalam 100 mL


pH Volume NaH2PO4 (mL) Volume Na2HPO4 (mL)
6 90 10
6,5 70 30
7 40 60
7,5 25 85

16.2 Pembuatan Larutan Standar Bovine Serum Albumin 1000 mg/L


Pembuatan Larutan Induk BSA 1000 mg/L
1000 mg 1g
g BSA = x x 1 L = 1 g BSA
1L 1000 mg
Pengenceran Larutan 1000 mg/L menjadi 200 mg/L
200 mg/L x 25 mL
V1 = = 5 mL
1000 mg/L
Pengenceran Larutan 1000 mg/L menjadi 600 mg/L
600 mg/L x 25 mL
V1 = = 15 mL
1000 mg/L
Pengenceran Larutan 1000 mg/L menjadi 800 mg/L
800 mg/L x 25 mL
V1 = = 20 mL
1000 mg/L
16.3 Pembuatan Larutan Reagen Bradford 20%
20 mL Reagen Bradford
Reagen Bradford 20% = x 100 mL= 20 mL Reagen Bradford
100 mL
16.4 Pembuatan Larutan Induk Tirosin 100 µg/mL
100 mg 1g 1L
g Tirosin = x x x 250 mL = 0,025 g Tirosin
1L 1000 mg 1000 mL
16.5 Pembuatan Larutan Na2CO3 0,5 M
106 g 0,5 mol 1L
g Na2CO3 = 1 mol x 1L
x 1000 mL x 100 mL = 5,3 g

16.6 Pembuatan Larutan Kasein 1 %


1g
Kasein 1 % (b/v) = x 25 mL = 0,25 g
100 mL

16. 7 Pembuatan Larutan TCA 5%


5 mL
TCA 5% (v/v) = 100 mL x 100 mL = 5 mL
40

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Pengenceran Larutan


100 mg/L menjadi 10 mg/L
V 1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 mg/L = 25 mL . 10 mg/L
V1 = 2,5 mL

Lampiran 18. Contoh Perhitungan Kadar Protein


Persamaan regresi kurva standar BSA
y = 0,0006x + 0,0809
Absorbansi bromelin bebas dengan 60% aseton (y) = 0,566
Maka kadar protein bromelin bebas :
0,566 – 0,0809
x= 0,0006

x = 808,500 mg/L

Lampiran 19. Contoh Perhitungan Efektivitas Amobilisasi


Kadar protein bromelin bebas1= 808, 500 mg/L
Kadar protein sisa bilasan = 348,500 mg/L
Maka persen efektivitas amobilisasi bromelin pada zeolit 0,2 gram :
808,500 mg/L – 348,500 mg/L
Persen Efektivitas = = 57%
808,500 mg/L

Lampiran 20. Contoh Perhitungan Aktivitas Bromelin


Persamaan Regresi Kurva Standar Tirosin
y = 0,0139x + 0,0061
Absorbansi bromelin = 0,490
Maka kadar tirosin bromelin :
0,490- 0,0061
x= = 34,813 µg/mL
0,0139

V1 = 5 mL
T = 20 menit
V2 = 0,5 mL
Maka aktivitas bromelin :
Unit 34,813 µg/mL x 5 mL
Aktivitas Bromelin ( mL ) = = 17,406 Unit/mL
20 menit x 0,5 mL
41

Lampiran 21. Contoh Perhitungan Stabilitas Amobilisasi


Aktivias bromelin siklus pertama = 23,629 Unit/mL
Aktivitas bromelin siklus kedua = 16,723 Unit/mL
Maka persen (%) kestabilan bromelin amobil :
aktivitas pemakaian ke n
Stabilitas (%) = x 100%
aktivitas pemakaian awal
15,176 unit/mL
= x 100% = 70,77%
22,723 unit/mL

Anda mungkin juga menyukai