Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Langkah-Langkah Penyisipan Serabut Kelapa Pada Proses Mencetak


Material Batako
Pembuatan batako yang ditambahkan serabut kelapa tidak berbeda jauh
dengan pembuatan batako biasa. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut.
- Alat dan bahan
- Alat : alat pencetak, sekop pengaduk, dan pemukul.
- Bahan : pasir, koral, semen, air, dan serabut kelapa dari kelapa
yang sudah tua dan kering kemudian di suir-suir dan
direndam dalam air selama 10 ~ 30 menit agar
kelembaban terjaga
- Langkah kerja
- Lapisan I
- Campurkan semen, air dan pasir cor.
- Tuangkan adonan batako di alat pencetak sekitar 1/3 tinggi batako.
- Isi serabut kelapa.
- Tuangkan adonan batako di alat pencetak untuk menutupi serabut kelapa
sekitar ¾ tinggi batako.
- Lapisan II
- Isi serabut kelapa (Lapisan II)
- Tuangkan kembali adonan batako, hingga menutupi seluruh alat cetak
batako dan padatkan.
- Keluarkan batoko dari alat cetak dan didiamkan di tempat rindang selama
7 hari.
- Selama 7 hari batako dibasahi satu kali sehari
- Setelah 7 hari batako dipindahkan ke tempat terbuka (kena sinar matahari)
dam siap digunakan sebagai material bangunan.
Khusus untuk sampel penelitian ini disiapkan:
Sampel A =……………….
Sampel B = ……………..
Sampel C = …………………
Sampel D = …………………

4.2 Peningkatan Kekuatan Dan Daya Tahan Batako Yang Disisipkan


Serabut Buah Kelapa
Untuk menguji tingkat kekuatan dan daya tahan batako yang disisipkan
serabut kelapa digunakan 4 indikator, yakni kerapatan batako, pengembangan
volume batako, kuat impek batako, dan daya ketahanan batako. Masing-masing-
masing indikator tersebut dilakukan pangujian seperti dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1 Uji Kerapatan atau Densitas batako.


Kerapatan merupakan perbandingan antara massa batako dengan
volumenya pada saat kering udara (Haygreen dan Bowyer 1993). Berikut
adalah data-data pengujian kerapatan batako.
Tabel 05. Data pengukuran kerapatan batako
No Model Berat Batako (Cm)
Uji Model P L T Volume Kerapatan ∑ Kerapatan
(Grm) (Cm3) (Grm/Cm3) (Grm/Cm3)
1 A2.1 5200 37 8,5 15 4717,5 1,10
2 A2.2 5200 37,1 8,5 15,1 4761,7 1,09 1,08
3 A2.3 5100 37,1 8,6 15 4785,9 1,06
4 B2.1 5100 37,2 8,4 15,1 4687,2 1,09
5 B2.2 5100 37 8,5 15,1 4813,1 1,06 1,07
6 B2.3 5000 37,1 8,5 15 4730,2 1,06
7 C2.1 5100 37 8,6 15 4773 1,06
8 C2.2 5000 37,1 8,5 15 4730,2 1,05 1,063
9 C2.3 5100 37 8,5 15 4717,5 1,08
10 D2.1 5200 37 8,4 15 4662 1,11
11 D2.2 5200 37,1 8,5 15,1 4761,7 1,09 1,10
12 D2.3 5300 37,1 8,5 15 4730,2 1,12
Untuk memperjelas tingkat kerapatan masing-masing sempel batako,
maka dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut.
Diagram 01. Data pengukuran kerapatan batako

Berdasarkan data di atas, nilai kerapatan pada masing masing sempel


dapat dipergunakan dalam struktur ringan dengan nilai densitas antara 800 –
1400 kg/m3 yang digunakan dengan dinding memikul beban. Sedangkan
Pembagian beton ringan menurut penggunaan dan persyaratannya, dalam
penelitian ini masuk dalam kategori Beton dengan menengah (Moderate
Trenght Lighweight Concrete) dengan nilai densitas 800 – 1440 kg/m3
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa sampel A yaitu batako dengan
kosentrasi serabut kelapa sebesar 12,5 %, memiliki kerapatan 0,873
gram/cm3. Sampel B yaitu batako dengan kosentarasi serabut kelapa sebesar
22,2 %, memiliki kerapatan sekitar 0,853 gram/cm3. Sampel C yaitu batako
yang memiliki kosentrasi serabut kelapa sebesar 30 % memiliki kerapatan
mencapai 0,850 gram/cm3. Sedangkan untuk Sampel D yaitu batako yang
memiliki kosentrasi serabut kelapa sebesar 0 %, memiliki kerapatan mencapai
0,893 gram/cm3. Nilai kerapatannya cenderung menurun seiring dengan
semakin besarnya kosentrasi serabut kelapa yang digunakan dalam penelitian
kali ini.
4.2.2 Uji Pengembangan Volume
Uji pengembangan volume, dalam penelitian ini dilakukan dengan
merendam masing-masing sampel selama 2 jam di dalam air dan didapatkan
data sebagai berikut.
Tabel 06. Data pengukuran pengembangan volume batako
No Model Sebelum Sesudah
Uji Direndam (Cm) Direndam (Cm) PV ∑ PV
P L T P L T (%) (%)
1 A2.1 37 8,5 15 37,3 8,9 15,1 6,25
2 A2.2 37,1 8,5 15,1 37,2 8,8 15,2 4,49 5,57
3 A2.3 37,1 8,5 15 37,3 8,8 15,1 5,97
4 B2.1 37,2 8,4 15 37,2 8,8 15,1 5,76
5 B2.2 37 8,5 15,1 37,3 8,9 15,2 6,67 6,07

6 B2.3 37,1 8,5 15 37,3 8,9 15,1 5,97


7 C2.1 37 8,6 15 37,3 9,0 15 7,49
8 C2.2 37,1 8,5 15 37,3 8,9 15,1 6,27 6,81
9 C2.3 37 8,5 15 37,2 8,9 15,2 6,67
10 D2.1 37 8,4 15 37,1 8,7 15,1 4,54
11 D2.2 37,1 8,5 15,1 37,2 8,8 15,1 3,80 4,20

12 D2.3 37,1 8,5 15 37,2 8,8 15,1 4,28


Untuk memperjelas tingkat pengembangan volume masing-masing sempel
batako, maka dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut.
Diagram 02. Data pengukuran pengembangan volume batako.
7.00%
6.00%
5.00%
4.00% Rata Sampel A
Rata Sampel B
3.00% Rata Sampel C
2.00% Rata Sampel D

1.00%
0.00%
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D
Berdasarkan data diatas, Nilai pengembangan volume pada masing
masing sempel masih dalam ketegori standar, yang menurut standar
JISA5908 yaitu maksimal 12 %. Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa
sampel A yaitu batako dengan kosentrasi serabut kelapa sebesar 12,5 %,
mengalami pengembangan volume sekitar 5,57 %. Sampel B yaitu batako
dengan kosentarasi serabut kelapa sebesar 22,2 mengalami pengembangan
volume sekitar 6,07 %. Sampel C yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 30 % mengalami pengembangan volume mencapai
6,81 %. Sedangkan untuk Sampel D yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 0 %, mengalami pengembangan volume sekitar 4,20
%. Nilai pengembangan volume cenderung meningkat seiring dengan
semakin besarnya kosentrasi serabut kelapa yang digunakan dalam penelitian
kali ini, namun masih dalam kategori standar JISA5908.

4.2.3 Uji Impek Batako


Pengujian impek dimaksudkan untuk menghitung ketahanan benda uji
terhadap pukulan (blow) atau ketangguhan terhadap beban kejut. Pengujian
Impek dalam pnelitian ini dengan menjatuhkan beban di atas batako pada
ketianggian tertentu yang diubah-ubah sehingga batako menjadi pecah dan
itulah kekuatan maksimal yang dimiliki oleh batako. Berikut adalah data-data
pengujian kuat impek.
Tabel 07. Data pengukuran pengujian kuat impek batako.
No Model Berat Ketinggian (M) Luas HI ∑HI
Bola 1 1,5 2 2,5 3 Batako
1 A1.1 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,03145 5608,90
2 A1.2 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,03153 4475,73 5204,8
3 A1.3 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,03190 5529,78
4 B1.1 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,03124 5646,60
5 B1.2 7,2 Kg tetap tetap tetap tetap pecah 0,03145 6730,68 5990,6
6 B1.3 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,03153 5594,67
7 C1.1 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,03182 4434,94
8 C1.2 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,03153 4475,73 4465,9
9 C1.3 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,03145 4487,12
10 D1.1 7,2 Kg tetap pecah - - - 0,03168 3340,90
11 D1.2 7,2 Kg tetap pecah - - - 0,03153 3356,80 2980,5
12 D1.3 7,2 Kg pecah - - - - 0,03153 2237,86
Untuk memperjelas tingkat pengembangan volume masing-masing
sempel batako, maka dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut.
Diagram 03. Data pengukuran pengujian kuat impek batako.
6000

5000

4000
Rata Sempel A
3000 Rata Sempel B
Rata Sempel C
2000 Rata Sempel d
1000

0
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D

Berdasarkan data diatas, Nilai uji kuat impek dari masing-masing model
yang disisipkan serabut kelap tampak terjadi peningkatan dari pada model
kontrol yang tidak disisipkan serabut kelapa. Dari data di atas dapat
dijelaskan bahwa sampel A yaitu batako dengan kosentrasi serabut kelapa
sebesar 12,5 %, memiliki kuat impek sebesar 5204,8 J/M 2 . Sampel B yaitu
batako dengan kosentarasi serabut kelapa sebesar 22,2 % memiliki kuat
impek sebesar 5990,6 J/M2 . Sampel C yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 30 % memiliki kuat impek sebesar 4465,9 J/M 2.
Sedangkan untuk Sampel D yaitu batako yang memiliki kosentrasi serabut
kelapa sebesar 0 %, memiliki kuat impek sebesar 2980,5 J/M 2 . Nilai kuat
impek cenderung meningkat seiring dengan semakin besarnya kosentrasi
serabut kelapa yang digunakan dalam penelitian kali ini. Model yang paling
besar memiliki kuat impek adalah model B sedangkan yang paling kecil
adalah model D. Selisih antara model B dan D adalah 3010,1 J/M2.

4.2.4 Uji Daya Ketahanan Batako


Pengujian daya ketahanan dimaksudkan untuk menghitung besarnya
energi maksimal yang dapat diterima oleh batako sehingga batako menjadi
pecah atau retak. Pengujian daya ketahanan dalam penelitian ini dengan
menjatuhkan beban di atas batako pada ketianggian tertentu yang diubah-
ubah sehingga batako menjadi pecah dan itulah energi maksimal yang dapat
diterima oleh batako oleh batako. Berikut adalah data-data pengujian kuat
impek.
Tabel 08. Data pengukuran pengujian daya ketahanan batako.
No Model Berat Ketinggian (M) Waktu Daya ∑D
Bola 1 1,5 2 2,5 3 (s) (D)
1 A1.1 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,7141 247,02
2 A1.2 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,6387 220,94 238,3
3 A1.3 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,7141 247,02 2
4 B1.1 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,7141 247,02
5 B1.2 7,2 Kg tetap tetap tetap tetap pecah 0,7823 270,58 254,8
6 B1.3 7,2 Kg tetap tetap tetap pecah - 0,7141 247,02 7
7 C1.1 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,6387 220,94
8 C1.2 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,6387 220,94 220,9
9 C1.3 7,2 Kg tetap tetap pecah - - 0,6387 220,94 4
10 D1.1 7,2 Kg tetap pecah - - - 0,5531 191,35
11 D1.2 7,2 Kg tetap pecah - - - 0,5531 191,35 179,6
12 D1.3 7,2 Kg pecah - - - - 0,4516 156,24 4
Diagram 04. Data pengukuran pengujian daya ketahanan batako.

Berdasarkan data diatas, Nilai uji daya ketahanan dari masing-masing


model yang disisipkan serabut kelap tampak terjadi peningkatan dari pada
model kontrol yang tidak disisipkan serabut kelapa. Dari data di atas dapat
dijelaskan bahwa sampel A yaitu batako dengan kosentrasi serabut kelapa
sebesar 12,5 %, memiliki daya ketahanan sebesar 238,32 J/S . Sampel B yaitu
batako dengan kosentarasi serabut kelapa sebesar 22,2 % memiliki kuat
impek sebesar 254,87 J/S . Sampel C yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 30 % memiliki kuat impek sebesar 220,94 J/S.
Sedangkan untuk Sampel D yaitu batako yang memiliki kosentrasi serabut
kelapa sebesar 0 %, memiliki kuat impek sebesar 179,64 J/S . Nilai daya
ketahanan cenderung meningkat seiring dengan semakin besarnya kosentrasi
serabut kelapa yang digunakan dalam penelitian kali ini. Model yang paling
besar memiliki daya ketahanan adalah model B sedangkan yang paling kecil
adalah model D. Selisih antara model B dan D adalah 75,23 J/S.
Jadi, berdasarkan 4 pengujian terhadap model batako, diantaranya uji
kerapatan/densitas, uji pengembangan volume, uji kuat impek dan uji daya
ketahanan, model yang disipkan serabut kelapa memiliki kuat impek dan daya
ketahan yang lebih tinggi dari pada model yang tidak disisipkan serabut
kelapa.

4.3 Pendapat Panelis terhadap Penggunaan Serabut Kelapa Disisipkan


dalam pembuatan Batako
Untuk mengetahui pendapat panelis terhadap penyisipan serabut kelapa
dalam pencetakan batako dan perubahan tekstur batako, maka penulis melakukan
uji panelis terhadap beberapa kalangan masyarakat yang berjumlah 9 orang,
diantaranya berprofesi sebagai kontraktor, pemilik toko bangunan, PNS, buruh
bangunan, petani dan sopir. Penulis menyodorkan model batako, kemudian
memberikan penjelasan mengenai kandungan masing-masing model. Selanjutnya
Panelis diminta untuk mengamati dengan seksama model-model batako,
selanjutnya diminta mengisi penilaian tekstur batako dengan rentang 1 sampai 4.
Jika diberi skor 4 artinya sangat suka, 3 artinya suka, 2 artinya kurang suka dan 1
artinya tidak suka. Setelah semua panelis memberikan penilaian, dilakukan
tabulasi (lihat lampiran). Hasil tabulasi dicari, skor maksimal ideal (Xt), skor
minimal ideal (Xr), mean ideal (Mi), dan standar deviasi ideal (Sdi). Berdasarkan
rumus didapatkan angka sebagai berikut.
- Xt = (4 x 9) = 36
- Xr = (1 x 9) =9
- Mi = ½(Xt+Xr) = 22,5
- SDi = 1/6(Xt-Xr) = 4,5
- Dengan menggunakan rumus kurva normal diperoleh rentang nilai dan
5 (lima) atribut penilaian
n > 27 sangat suka
27 ≥ 22,5 suka
22,5 ≥ 18 kurang suka
18 ≥ 13,5 tidak suka
13,5 > n sangat tidak suka
Berdasarkan ketentuan kurva normal tersebut di atas dengan total penilaian
masing-masing model yang diperoleh kesimpulan kesukaan panelis terhadap
model batako yang disipkan serabut kelapa adalah sebagai berikut.
Tabel 09, Total skor penilaian panelis dan rujukan ke rentang skor kurva normal
Skor Penilain Kekuatan Model Skor Penilaian Texture Model
No Model Batako Batako
Skor Penilaian Skor Penilaian
1 A 24 Suka 21 Kurang suka
2 B 29 Sangat Suka 25 Suka
3 C 21 Kurang Suka 27 Suka
4 D 16 Tidak suka 17 Tidak Suka
Jadi model bambu pasca penyisipan serabut kelapa dilihat dari kandungan
dan tekstur masing-masing model, yang di sukai para panelis adalah model B,
yakni batako dengan kosentarsi serabut kelapa sebesar 22, 22 %.

Anda mungkin juga menyukai