1.00%
0.00%
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D
Berdasarkan data diatas, Nilai pengembangan volume pada masing
masing sempel masih dalam ketegori standar, yang menurut standar
JISA5908 yaitu maksimal 12 %. Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa
sampel A yaitu batako dengan kosentrasi serabut kelapa sebesar 12,5 %,
mengalami pengembangan volume sekitar 5,57 %. Sampel B yaitu batako
dengan kosentarasi serabut kelapa sebesar 22,2 mengalami pengembangan
volume sekitar 6,07 %. Sampel C yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 30 % mengalami pengembangan volume mencapai
6,81 %. Sedangkan untuk Sampel D yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 0 %, mengalami pengembangan volume sekitar 4,20
%. Nilai pengembangan volume cenderung meningkat seiring dengan
semakin besarnya kosentrasi serabut kelapa yang digunakan dalam penelitian
kali ini, namun masih dalam kategori standar JISA5908.
5000
4000
Rata Sempel A
3000 Rata Sempel B
Rata Sempel C
2000 Rata Sempel d
1000
0
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D
Berdasarkan data diatas, Nilai uji kuat impek dari masing-masing model
yang disisipkan serabut kelap tampak terjadi peningkatan dari pada model
kontrol yang tidak disisipkan serabut kelapa. Dari data di atas dapat
dijelaskan bahwa sampel A yaitu batako dengan kosentrasi serabut kelapa
sebesar 12,5 %, memiliki kuat impek sebesar 5204,8 J/M 2 . Sampel B yaitu
batako dengan kosentarasi serabut kelapa sebesar 22,2 % memiliki kuat
impek sebesar 5990,6 J/M2 . Sampel C yaitu batako yang memiliki kosentrasi
serabut kelapa sebesar 30 % memiliki kuat impek sebesar 4465,9 J/M 2.
Sedangkan untuk Sampel D yaitu batako yang memiliki kosentrasi serabut
kelapa sebesar 0 %, memiliki kuat impek sebesar 2980,5 J/M 2 . Nilai kuat
impek cenderung meningkat seiring dengan semakin besarnya kosentrasi
serabut kelapa yang digunakan dalam penelitian kali ini. Model yang paling
besar memiliki kuat impek adalah model B sedangkan yang paling kecil
adalah model D. Selisih antara model B dan D adalah 3010,1 J/M2.