Membuat Naskah Komik
Membuat Naskah Komik
Naskah yang dimaksud disini adalah naskah tulis (name) bukan naskah gambar. Agar tidak
membingungkan anda semua, saya menggunakan istilah manuskrip untuk naskah gambar.
Menulis naskah komik mungkin hampir mirip dengan menulis naskah untuk film, bedanya
kata "adegan" diganti dengan "panel".
oke sekarang kita lanjutkan dengan mengetahui berbagai macam tipe adegan / shoot dalam
sebuah komik:
Coba perhatikan gambar jelek di bawah ini (Sengaja dibikin jelek. Supaya, cuma kritikus
kapiran kurang kerjaan yang sudi untuk mengkritiknya..hi..hi..hi).
Penjelasan atas sebaiknya jangan dianggap sebagai peraturan baku tapi sebagai panduan,
terutama untuk naskah tulis. Karena perbedaan antar shoot tersebut memang tidak pernah
definitif.
Anda mungkin bisa menyebutkan jenis shoot dalam panel tersebut, tapi ketika anda menulis
naskah komik untuk pengarang lain atau mengerjakan gambar untuk naskah yang ditulis
orang lain, yang harus anda perhatikan adalah komposisi halaman secara keseluruhan
bukan perpanel. Aturlah seluruh panel tersebut sebagai satu kesatuan dan komposisinya
menjadi menarik.
Selain tipe tampilan gambar kita juga mengenal yang dinamakan sudut pandang kamera
atau camera angle. Ada tiga sudut pandang kamera yang paling populer:
2. Human Eye View (HEV): Menempatkan kamera seolah sejajar dengan mata manusia,
tidak ada deformasi gambar (foreshortening) untuk penempatan kamera seperti ini.
3.Birds Eye View (BEV) :
Atau sudut pandang mata burung, menempatkan kamera ada di atas objek atau karakter
sehingga memunculkan deformasi gambar (foreshortening). Sudut pandang seperti ini bisa
digunakan untuk membuat objek terletak jauh di bawah atau seolah pembaca melihat dari
atas ketinggian.
Naskah
3.Naskah Hybrid:
Naskah jenis ini pada dasarnya merupakan naskah gambar kasar (name) dengan teks
ballon yang telah diketik, sehingga bisa di copy/paste ke dalam manuscript yang telah jadi.
Biasanya setelah anda selesai membuat naskah ini, anda menyerahkannya pada editor
untuk didiskusikan atau diperiksa. Jika ada kesalahan teks atau ejaan terutama pada bagian
dialognya (teks baloon) maka editor bisa langsung memperbaikinya. Nah itulah sebabnya
kenapa penting membuat naskah gambar kasar (name) dengan teks yang bisa
dicopy/paste. Ini bisa meminimalisir kesalahan penulisan (typo) dibanding jika dialog
tersebut harus diketik ulang.
***
Hal 1
Malam hari, angin meniup pucuk pohon. Dikegelapan malam sebuah bayangan putih
melesat melintasi dedaunan dan kemudian hinggap diatap sebuah rumah. Bayangan putih,
yang ternyata merupakan hantu perempuan tersebut, kemudian masuk kedalam rumah
dengan cara menembus atap rumah, seolah-olah atap rumah tersebut terbuat dari air atau
bahkan hanya terbuat dari udara.
Hal 2
Kepala hantu tersebut muncul dari langit-langit kamar, terus turun sehingga kaki hantu
tersebut menapak terbalik di langit kamar. Berjalan menghampiri si neneng yang sedang
tertidur. Neneng yang sedang tidur seperti merasakan sesuatu dan membuka mata, dia
terkejut dan berkata “Kamu siapa?”. Close up wajah sang hantu yang berkata “Aku adalah
ibumu”.
Hal 1
Panel 1 (WI)
Narasi : Karawang, Malam 1 Suro.
Malam hari disebuah perumahan yang rindang. Pucuk-pucuk pohon yang tertiup angin.
Panel 2 (ME/FEV)
Sebuah bayangan putih melesat dari pucuk pohon
Suara : SEET
Panel 3 (CU/HEV)
Bayangan putih yang mulai tampak menyerupai kain hinggap diatap salah satu rumah.
Suara : JLEG
Panel 4 (ME/HEV)
Bayang putih seluruhnya tampak dari belakang, yang menyerupai sosok kuntilanak.
Panel 5 (CU)
Close up wajah dari kuntilanak tersebut, dengan wajah sebagian tersamar karena tertutup
rambut, terlihat bibirnya menyunggingkan senyuman.
Kuntilanak: Hi….hi…
Panel 6 (CU)
Wajah kuntilanak yang menembus atap rumah seperti seolah atap tersebut hanya terbuat
dari air.
Panel 7 (ME)
Sebagian tubuh dari kuntilanak tersebut masuk menembus atap rumah tersebut.
Hal 2
Panel 1 (ME/FOV)
Tubuh kuntilanak tersebut mulai muncul dari langit-langit kamar si neneng.
Panel 2 (ME/FOV)
Seluruh tubuh tersebut terlihat sehingga tampak seperti sosok yang berdiri terbalik dengan
kaki menapak pada langit-langit kamar si neneng. Dan rambut yang terjuntai diatas perut si
neneng
Panel 3 (ME)
Wajah neneng tampak gelisah, terlihat dari balik rambut si kuntilanak
Panel 4 (CU)
Neneng mulai membuka mata
Panel 5 (CU/HEV)
Neneng yang kaget terbangun, dan berhadapan dengan si kuntilanak
Neneng: SIAPA KAMU?
Panel 6 (CU)
Kuntilanak dengan wajah yang jelas terlihat dan sangat menyeramkan.
Kuntilanak: AKU ADALAH IBUMU…..
Berikut ini adalah beberapa poin penjelasan untuk naskah di atas:
● Aku Adalah Ibumu ini adalah judul komik, jika ini adalah naskah komik
bersambung, maka nomor jilid komik juga harus ditulis, biasanya di bawah judul
sertakan juga nama penulisnya dan keterangan lain yang diperlukan.
● Penulisan nomor halaman harus dibuat cetak tebal (bold) atau bisa juga dibuat
dengan warna yang berbeda. Hal ini bertujuan agar anda bisa dengan mudah
menemukannya. Ketika kita menulis naskah ada kalanya kita ingin mengubah
naskah dengan menyisipkan halaman baru ke tengah naskah yang sudah jadi, hal ini
mengakibatkan nomor halaman yang ada di bawahnya harus dirubah sesuai jumlah
halaman baru. Kelalaian dalam memberi nomor halaman dengan benar, bisa
berakibat "malapetaka" pada saat komik mulai dikerjakan. Untuk satu komik hitam
putih bisa terdiri dari 150-200 halaman. Silahkan konsultasikan jumlah halaman ini
dengan penerbit anda.
● Panel biasanya diikuti dengan setting (keadaan), setting ini bisa cuaca atau waktu,
tujuannya adalah sebagai kode pencahayaan bagi pensiler. Misalnya: Panel 1
(Cerah Berawan/WI/HEV), maka seorang pensiler akan paham bahwa gambar yang
ia buat akan terlihat terang dengan cahaya matahari. Meskipun demikian tidak
semua panel harus diberi setting, jika sebuah panel tidak memiliki setting maka
anggap saja setting yang digunakan sama dengan panel sebelumnya atau bisa
melihat deskripsi panel.
● (WI/HEV) ini adalah kode untuk jenis shoot dan sudut kamera, nah jadi sebenarnya
penyutradaraan sebuah komik sudah dimulai bahkan sejak naskah itu ditulis. Jika
anda membuat naskah untuk dikerjakan oleh pihak lain maka sebaiknya anda
mendiskusikannya dengan pengarang/pensiler anda, umumnya seorang pensiler
memiliki pengalaman bagaimana tampilan terbaik dari suatu adegan tertentu.
● Deskripsi panel adalah keterangan isi gambar dalam suatu panel, jika anda menulis
untuk diri sendiri, anda bisa membuatnya sesingkat mungkin selama anda masih
bisa mengingat keseluruhan adegan dengan lengkap. Walau demikian untuk adegan
yang unik dan menjadi adegan andalan komik anda, sebaiknya tulis dengan sedetail
mungkin .Stress atau tekanan deadline kadang membuat anda hanya ingat garis
besarnya saja sehingga ketika digambar, tidak semua detail yang awalnya ada
dipikiran anda, tercurah dalam gambar. Anda mungkin baru menyadarinya ketika
komik itu telah terbit.
● Ketentuan lain adalah deskripsi ini hanya boleh diisi satu adegan, berikut ini adalah
contoh yang salah: Panel 1 (Cerah Berawan/WI/HEV) Adi berlari-lari kecil di taman
dan terjatuh. Hal ini bisa membuat anda atau pensiler menjadi bingung apakah ingin
menggambar Adi sedang berlari di taman atau Adi yang sedang terjatuh. Jadi ingat
satu panel hanya untuk satu adegan.
● Narasi bisa berisi aneka ragam informasi, biasanya informasi tahun, nama tempat,
peristiwa atau bisa juga penjelasan awal sebuah cerita. Komik Indonesia tahun 70-an
umumnya memiliki narasi cukup panjang yang terletak hampir di setiap bagian atas
panel, narasi ini tujuannya untuk mempersingkat cerita. Namun sekarang
penggunaan narasi jadi sangat minimal sekali karena pada dasarnya setiap narasi
bisa dengan dirubah menjadi gambar. Narasi ini sebaiknya/seharusnya ditulis
dengan mempergunakan aturan bahasa yang baku.
● Efek suara atau yang sering disingkat menjadi suara saja, berisi segala jenis suara
yang muncul didalam adegan, suara pistol yang umum adalah "DOR" sedangkan
untuk komik Amerika adalah "BANG". Anda juga harus memperhatikan jenis komik
anda, suara kaleng jatuh untuk komik serius adalah "KLANG" sedangkan untuk
komik humor bisa diganti "KLONTRANG".
● Dialog ini berisi seluruh kata-kata yang diucapkan oleh siapapun yang ada dalam
sebuah komik. Dialog ini umumnya ditulis seluruhnya dalam huruf besar (huruf
kapital), karena kalimat yang diucapkan dianggap tidak sama dengan kalimat
langsung dalam sebuah novel melainkan dianggap sebagai suara. Pengarang komik
ingin agar dialog tersebut terlihat sebagai bagian dari gambar dan seolah-olah
terdengar langsung ditelingga anda. Pada awalnya penggunaan huruf besar ini untuk
memudahkan penulisan dan membacanya karena komik generasi awal, teksnya
ditulis tangan manusia, kebiasaan ini berlanjut bahkan ketika penulisan teks sudah
memakai komputer. Perhatikan ruang/space yang tersedia untuk suatu dialog.
Umumnya empat baris kalimat untuk satu panel gambar, sudah terlalu panjang.
Untuk komik ada beberapa macam jenis dialog. Berbeda dengan narasi, dialog bisa
ditulis dengan beragam gaya bahasa, termasuk bahasa gaul selama itu sesuai
dengan cerita.
***
Membuat Name
Berikut ini adalah naskah gambar kasar/name untuk cerita yang sama. Name ini
diasumsikan dibuat oleh orang yang mahir mengarang cerita tapi sama sekali tidak bisa
menggambar.
Jika anda membuat name untuk orang lain, Anda juga bisa menambahkan keterangan
seperlunya di dalam name tersebut, sebaiknya ditulis dalam huruf sambung agar bisa
dibedakan dengan dialog.
Hasil Akhir dari Naskah 2 Halaman Diatas
Gambar Hal 1
Gambar Hal 2