Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan bimbingan kepada kami sehingga penulisan buku “Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian Awal Risiko Kesehatan Lingkungan Kerja Bagi Puskesmas ini
dapat terselesaikan. Buku pedoman ini tersusun berkat kontribusi banyak pihak yang
telah mencurahkan pikiran dan meluangkan waktu untuk bersama-sama memberikan
konten terbaik.
Semoga buku petunjuk pelaksanaan ini dapat memberikan manfaat untuk tenaga
puskesmas, khususnya petugas kesehatan kerja. Kami, tim penulis, menyadari bahwa
buku petunjuk pelaksanaan ini masih jauh dari sempurna, kiranya saran dan kritik
dapat diberikan untuk pengembangan buku petunjuk pelaksanaan ini di kemudian
hari.
Terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.3 Sasaran ........................................................................................................................ 3
ii
BAB III BORANG PENILAIAN AWAL RISIKO KESEHATAN DI LINGKUNGAN
KERJA .......................................................................................................................... 26
3.1 Form Penilaian Awal Bising di Tempat Kerja ............................................................... 27
3.2 Form Penilaian Awal Getaran di Tempat Kerja ............................................................ 29
3.3 Form Penilaian Awal Heat Stress di Tempat Kerja ....................................................... 33
3.4 Form Penilaian Awal Pencahayaan di Tempat Kerja .................................................... 35
3.5 Form Penilaian Awal Radiasi UV di Tempat Kerja ........................................................ 36
3.6 Form Penilaian Awal Bahaya Kimia di Tempat Kerja .................................................... 38
3.7 Form Penilaian Awal Bahaya Biologi di Tempat Kerja .................................................. 46
3.8 Form Penilaian Awal Aspek Ergonomi di Tempat Kerja ................................................ 48
3.9 Form Penilaian Awal Bahaya Psikososial di Tempat Kerja ............................................ 55
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tingkat kebisingan dari sumber suara yang umum terdengar ............... 7
Gambar 2. 2 Prediksi intensitas getaran seluruh tubuh. ........................................... 12
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Estimasi getaran tangan dan lengan dari berbagai alat dengan berbagai
kondisi ........................................................................................................................ 8
Tabel 2. 2 Tingkat bahaya (TB) dari bahan kimia ..................................................... 15
Tabel 2. 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pajanan ................................. 16
Tabel 2. 4 Tingkat Pajanan ...................................................................................... 19
Tabel 2. 5 Tingkat risiko ........................................................................................... 19
Tabel 2. 6 Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk vektor dan binatang
pembawa penyakit ................................................................................................... 20
Tabel 2. 7 Kategori Bahaya Psikososial ................................................................... 23
iv
DAFTAR SINGKATAN
IH : Indeks Habitat
MR : Modifying factors
UV : Ultraviolet
v
BAB I PENDAHULUAN
Lebih dari 60 juta UMKM terdaftar di Kementerian KUKM pada tahun 2017
dengan mayoritas UMKM berada pada sektor pertanian, peternakan, perkebunan,
dan perikanan, diikuti dengan sektor perdagangan, hotel, dan restorasi, dengan
jumlah 28,8%. Kontribusi UMKM terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia tidak kurang dari 60%. Besarnya kontribusi UMKM dalam pertumbuhan
ekonomi nasional dan PDB selayaknya mendapatkan apresiasi dan perhatian khusus
terutama terkait aspek keselamatan dan kesehatan bagi para pekerjanya.
1
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. Untuk tercapainya tujuan upaya
kesehatan kerja, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap risiko kesehatan yang
ada di tempat kerja, guna menjamin bahwa risiko kesehatan tersebut telah
diidentifikasi, dikaji, dikendalian dan dikomunikasikan.
1.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Memberikan panduan dalam melakukan penilaian awal risiko kesehatan
lingkungan kerja. dalam rangka meningkatkan kesehatan kerja pada seluruh
pekerja baik sektor formal dan informal guna mewujudkan pekerja yang sehat
dan produktif.
2
1.3 Sasaran
Sasaran pengguna petunjuk pelaksanaan penilaian awal risiko ini adalah
pengelola kesehatan kerja di Puskesmas yang tersebar di seluruh bagian wilayah
Indonesia.
1.3.3 Pengertian
Kesehatan lingkungan kerja adalah upaya pencegahan penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan kerja yang
terdiri dari faktor bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial
untuk mewujudkan kualitas lingkungan kerja yang sehat.
Bahaya Fisika dalam buku petunjuk ini meliputi bising, getaran (terhadap
tangan-lengan dan seluruh tubuh), iklim kerja, pencahayaan, dan radiasi
UV.
Bahaya Kimia adalah zat atau material kimia yang berwujud padat, cair,
dan gas yang dikategorikan ke dalam: uap, debu, asap (smoke), fume,
mist, fog, dan serat (fiber) yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui
jalur inhalasi, absorbsi, atau penyerapan lewat mata atau kulit, dan
ingesti (saluran cerna) yang dapat menimbulkan dampak terhadap
kesehatan kerja.
Bahaya Biologi adalah bahaya yang berasal dari cairan dan jaringan
tubuh manusia, produk binatang, binatang hidup, limbah biologis, dan
kultur laboratorium seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit yang dapat
menyebabkan infeksi akut dan kronis dengan memasuki tubuh baik
secara langsung atau melalui luka di kulit.
3
Aspek Ergonomi adalah bahaya kesehatan yang disebabkan karena
adanya ketidaksesuaian interaksi antara pekerja, peralatan, lingkungan,
dan organisasi kerja seperti desain peralatan, tempat, prosedur, dan
postur kerja.
Bahaya Psikososial adalah bahaya yang disebabkan karena
ketidakharmonisan hubungan antara individu dengan organisasi kerja,
pekerjaan, dan individu lain yang dapat mengakibatkan risiko kesehatan
mental dan fisik seperti stres.
Konsekuensi dari pajanan bahaya kesehatan linfkungan kerja adalah
dampak kesehatan yang bersifat akut maupun kronis, seperti iritasi,
kanker, penurunan daya dengar, gangguan otot tulang rangka, stress,
depresi, dan sebagainya.
Risiko adalah ukuran kemungkinan munculnya konsekuensi (sakit)
akibat pajanan bahaya kesehatan lingkungan kerja
4
BAB II PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
5
2.1 Bahaya Fisik
Bahaya fisik merupakan bahaya kesehatan lingkungan kerja yang dalam buku
petunjuk ini difokuskan pada bahaya bising, getaran tangan dan lengan, getaran
seluruh tubuh, iklim kerja, pencahayaan dan radiasi UV. Berikut adalah penjelasan
mengenai masing-masing jenis bahaya fisik tersebut.
2.1.1 Bising
Bising merupakan suara yang tidak diinginkan. Bising di tempat
kerja dapat ditimbulkan dari alat kerja ataupun mesin di tempat kerja dan
lingkungan sekitar tempat kerja. Pajanan bising secara terus menerus
dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, baik dampak auditori
seperti tuli akibat bising, tinnitus, kehilangan pendengaran sementara,
ataupun non-auditori seperti gangguan konsentrasi, sulit tidur, dan lain-lain.
Dalam pedoman ini, penilaian awal risiko kesehatan terkait pajanan bising
mempertimbangkan beberapa faktor risiko yaitu intensitas bising, seberapa
dekat jarak antara sumber bising dengan pekerja, durasi pajanan, dan
upaya pengendalian yang ada dalam mengurangi bising.
6
Gambar 2. 1 Tingkat kebisingan dari sumber suara yang umum terdengar
2.1.2 Getaran
Terdapat dua tipe bahaya getaran yaitu getaran tangan dan lengan
(hand-arm vibration) dan getaran seluruh tubuh (whole body vibration).
Berikut merupakan penjelasan untuk kedua tipe getaran tersebut.
7
kontak dengan perkakas sebagai sumber getaran; (3) tindakan
pengendalian yang telah dilakukan untuk menurunkan risiko.
Tabel 2. 1 Estimasi getaran tangan dan lengan dari berbagai alat dengan berbagai
kondisi
Intensitas
No Alat Kondisi alat getaran
6 m/s2
Kondisi dan kinerja perkakas dan
keadaan terbaik
8
Kondisi dan kinerja perkakas dan
25 m/s2
keadaan buruk
4 Needle scalers
Desain perkakas modern 5 – 7 m/s2
20 – 40 m/s2
6 Gerinda (besar)
Desain modern dengan getaran
4 m/s2
yang rendah
7 Gerinda (kecil)
2 – 6 m/s2
Angle grinders (small)
9
9 Obeng Pengikis (Chipping
hammers)
11 Mesin gergaji
12 Brushcutters
10
13 Sanders (random orbital)
11
Gambar 2. 2 Prediksi intensitas getaran seluruh tubuh.
12
2.1.3 Iklim kerja (panas)
Iklim kerja merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan
kenyamanan dan kesehatan lingkungan kerja guna memelihara dan
meningkatkan produktivitas pekerja. Iklim kerja merupakan kondisi
temperatur lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh temperatur udara,
panas radiasi dari permukaan benda yang ada disekitar pekerja, kecepatan
aliran udara, kelembaban, pakaian kerja, kecepatan metabolisme tubuh
yang dipengaruhi oleh aktivitas kerja dan pengendalian yang telah
dilakukan (AC, kipas angina, penyediaan air minum di tempat kerja, dan
sebagainya). Iklim kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan tubuh, baik
terlalu panas ataupun terlalu dingin dapat menurunkan kinerja pekerja dan
bahkan dapat menyebabkan dampak kesehatan seperti heat ataupun cold
stress, frost bites (luka pada kulit karena kontak dengan benda yang sangat
dingin), heat cramps, dan heat stroke.
2.1.4 Pencahayaan
Pencahayaan di tempat kerja dinilai secara kualitatif berdasarkan
persepsi penilai risiko dan/atau pekerja. Dalam pedoman ini tingkat
penilaian awal risiko pencahayaan dinilai berdasarkankecukupan
pencahayaan yang dirasakan, keberadaan cahaya silau, dan distribusi
pencahayaan di area kerja.
2.1.5 Radiasi UV
Radiasi UV merupakan salah satu jenis bahaya fisik yang dapat
menyebabkan risiko kesehatan seperti luka bakar atau kemerahan
(eritema) pada kulit atau permukaan mata (fotokeratitis), terbakar pada
retina mata (photoretinitis) dan kerusakan pada lensa mata yang
menyebabkan karatarak secara dini.
13
Penilaian awal risiko radiasi UV dinilai secara kualitatif dengan
mempertimbangkan ada atau tidaknya sumber radiasi dengan berbagai
intensitas, ada atau tidaknya permukaan yang dapat memantulkan cahaya,
pengendalian yang sudah ada dalam upaya mengurangi pajanan radiasi,
serta keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja. Sumber radiasi dapat
dibagi menjadi sumber radiasi UV dengan intensitas rendah (contoh:
lampu), menengah (contoh: laser), dan tinggi (contoh: pengelasan dan
sinar matahari langsung pada jam 10-14).
A. Tingkat Bahaya
14
dampak toksisitas spesifik pada target organ, dan sebagainya. Semakin parah
dampak yang ditimbulkan maka akan semakin tinggi tingkat bahayanya (Tabel
3.1). Informasi mengenai tingkat bahaya dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi jenis bahaya kimia yang ada di tempat kerja dan mempelajari
lembar data keselamatan (LDK) dari bahan kimia tersebut.
Efek kesehatan yang bersifat reversible (dapat balik), tidak cukup parah untuk
dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Contohnya adalah:
2
Efek kesehatan reversibel setelah pajanan berhenti
Efek narkotik dari pajanan tunggal
Kerusakan yang serius terhadap manusia akibat terpajan berulang kali (Repeated
exposure):
Gangguan kesehatan fisik yang sangat serius yang disebabkan oleh pajanan
4 tunggal atau berulang
Kerusakan serius pada organ akibat pajanan tunggal (single exposure)
Diduga kuat sebagai karsinogenik terhadap manusia.
Diduga kuat menyebabkan mutasi yang diwariskan dalam sel nutfah manusia
Diduga kuat bersifat toksik terhadap sistem reproduksi manusia
15
B. Tingkat Pajanan
Tingkat pajanan (TP) dipengaruhi oleh Tingkat Frekuensi dan Durasi (TF&D)
dan Tingkat Pelepasan dan Inhalasi (TP&I). Berikut adalah penjelasan dari faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat pajanan:
Tingkat frekuensi
1 2 3 4 5
Tingkat 1 1 2 2 2 3
durasi
2 2 2 3 3 4
3 2 3 3 4 4
4 2 3 4 4 5
5 3 4 4 5 5
16
B Menengah Pelepasan moderat seperti: pelarut yang memiliki waktu
pengeringan sedang, penyimapanan bahan kimia dalam
wadah yang tidak tertutup atau tada potensi pajanan ke
lingkungan kerja;
Tercium bau bahan kimia.
Volatilitas sedang dengan titik didih pada 50oC hingga
150oC.
Saat digunakan, terlihat, ada debu yang mengendap
dengan cepat, sehingga terlihat debu menempel pada
permukaan benda di ruang kerja, atau pada pakaian kerja.
5 Tingkat Inhalasi
17
a) Pengangkatan barang, pendorongan atau menarik berat
secara terputus (seperti pekerjaan yang melibatkan sekop)
b) Pekerjaan berat dan kontinu
Tingkat inhalasi
Rendah 1 2 3
Tingkat pelepasan
Sedang 2 3 4
bahan kimia
Tinggi 3 4 5
TP&I dipengaruhi oleh perilaku kerja. Oleh karena itu, terdapat beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan atau menurunkan TP&I seperti:
A +1 (syarat: tingkat Cara bekerja yang buruk dan/atau hygiene personal yang
pelepasan&inhalasi buruk yang mempunyai potensi bahan kimia tetap pada kulit
tidak melebihi 5) atau pakaian setelah pajanan terjadi.
Adanya kasus mengenai insiden pajanan bahan kimia.
Terdapat keluhan penyakit dari pekerja berhubungan dengan
pajanan bahan kimia.
Adanya kasus mengenai gejala pra-klinik pada pekerja yang
berhubungan dengan bahan kimia
Terdapat orang yang rentan di unit kerja
b -1 (syarat: tingkat Bahan kimia yang digunakan hanya sedikit, dalam bentuk padatan
pelepasan&inhalasi (dalam satuan gram atau biasanya diterima dalam paket atau
tidak lebih kecil dari botol) maupun untuk cairan (dalam satuan milimeter atau biasanya
1) diterima dalam botol).
18
Dengan menggunakan faktor-faktor di atas, maka tingkat pajanan (TP) dapat
ditentukan seperti yang terdapat dalam Tabel
Tabel 2. 4 Tingkat Pajanan
Tingkat pelepasan & inhalasi
(TP&I)
1 2 3 4 5
1 1 2 2 2 3
2 2 2 3 3 4
Tingkat Frekuensi
dan Durasi 3 2 3 3 4 4
(TF&D)
4 2 3 4 4 5
5 3 4 4 5 5
C. Tingkat Risiko
1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
Tingkat
3 3 6 9 12 15
bahaya
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
Keterangan:
19
2.3 Bahaya Biologi
Bahaya biologi yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan kerja terdiri dari
vektor dan binatang pembawa penyakit. Vektor adalah artropoda yang dapat
menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Binatang
pembawa penyakit adalah binatang selain artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Penyakit tular vektor dan
zoonotik merupakan penyakit menular melalui vektor dan binatang pembawa
penyakit, antara lain malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), chikungunya,
japanese encephalitis (radang otak), rabies (gila anjing), leptospirosis, pes, dan
schistosomiasis (demam keong). Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian
yang cukup tinggi serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan/atau
wabah serta memberikan dampak kerugian ekonomi masyarakat. Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit yang diatur dalam juknis ini adalah nyamuk Anopheles
sp., nyamuk Aedes, nyamuk Culex sp., nyamuk Mansonia sp., kecoa, lalat, pinjal dan
tikus.
Tabel 2. 6 Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk vektor dan binatang
pembawa penyakit
Nilai Baku
No. Vektor Parameter Satuan Ukur
Mutu
Man biting rate Angka gigitan nyamuk
Nyamuk Anopheles sp. <0,025
1. (MBR) per orang per malam
Persentase habitat
Larva Anopheles sp. perkembangbiakan yang <1
2. Indeks habitat
positif larva
Angka kepadatan
Nyamuk Aedes aegypti Angka Istirahat
nyamuk istirahat (resting) <0,025
3. dan/atau Aedes albopictus (Resting rate)
per jam
20
Persentase rumah/
Larva Aedes aegypti Angka Bebas
bangunan yang negatif ≥95
4. dan/atau Aedes albopictus Jentik (ABJ)
larva
Persentase habitat
perkembangbiakan yang
Larva Culex sp. Indeks habitat <5
6. positif larva
Jumlah pinjal
Indeks Pinjal Xenopsylla cheopis
Pinjal <1
8. Khusus dibagi dengan jumlah
tikus yang diperiksa
21
Postur janggal atau tidak netral saat bekerja berkaitan dengan gangguan otot tulang
rangka. Postur yang dinilai merupakan postur yang dominan berdasarkan durasi
terlama ataupun seberapa sering postur tersebut dilakukan. Postur yang termasuk ke
dalam penilaian ini antara lain postur punggung, leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan posisi kaki. Penentuan postur diperhitungan dari sudut
penyimpangan dari sudut netral tubuh.
Demikian pula pada aktivitas material manual handling, selain postur saat
mengangkat objek, berat dan posisi objek yang diangkat juga dapat meningkatkan
tekanan pada sistem otot tulang belakang. Selain itu, dalam penilaian ini diperhatikan
pula ukuran, pegangan, kestabilan, dan apakah benda memiliki bagian tajam, panas,
atau dingin.
22
Bahaya psikososial secara umum dapat berkaitan dari sisi lingkungan kerja (job
context) ataupun pekerjaan itu sendiri (job content) (Cox, 2000 dalam Kursten 2012).
Aspek-aspek di tempat kerja yang dijadikan sebagai bahaya psikososial di tempat
kerja pada proses asesmen ini merupakan modifikasi atau perluasan dari Permenaker
No.5 Tahun 2018 tentang bahaya psikososial di tempat kerja.
Bahaya Definisi
1. Status pekerja Status ketenagakerjaan merujuk status pekerja di
tempat kerja, seperti pekerja tetap,
kontrak/borongan atau harian
2. Pengupahan Masalah upah merujuk pada sistem pengupahan
atau pembayaran kepada pekerja
3. Jam kerja Jam kerja merujuk pada lama waktu kerja 8
jam/hari atau lebih dari 8 jam/hari.
4. Jadwal Kerja Jadwal kerja merujuk pada pembagian waktu kerja
menjadi tiga shift kerja, yaitu pagi/siang/malam.
5. Beban kerja Beban kerja dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu jumlah banyaknya pekerjaan yang harus
dilakukan, dan tingkat kesulitan pekerjaan yang
harus dilakukan.
6. Gangguan kesehatan Keluhan yang muncul setelah pekerja bekerja di
tempat kerja yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
7. Lingkungan kerja terkait Segala sesuatu yang terdapat di lingkungan kerja
keselamatan saat bekerja yang dipersepsi atau dinilai oleh pekerja dapat
membahayakan pekerja.
8. Peralatan kerja terkait Peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja yang
terkait keselamatan saat dipersepsi atau dinilai oleh pekerja dapat
bekerja membahayakan pekerja.
9. Konflik dengan rekan Konflik interpersonal yang terjadi antara pekerja
kerja dengan rekan kerja. Dapat terjadi karena
23
perbedaan nilai, atau ketidakcocokan peran satu
dengan yang lain.
10. Diskriminasi/ketidakadilan Merujuk pada perbedaan perlakuan, pembagian
di tempat kerja peran pekerjaan yang tidak merata, perbedaan
pembagian insientif atau perbedaan perlakuan
antara satu perkerja dengan pekerja yang lain.
11. Perlakuan kasar di Merujuk pada perlakuan kasar secara verbal dan
tempat kerja non verbal (fisik) sepeti caci maki, pemukulan,
pencakaran, pengigitan, menjambak, melempar
benda, atau penyerangan fisik dalam bentuk
apapun terhadap pekerja.
12. Keterampilan bekerja Terkait dengan keterampilan yang dimiliki sesuai
atau tidak dengan pekerjaan yang dilakukan, serta
apakah keterampilan yang dimiliki cukup baik atau
tidak.
13. Masalah rumah terbawa Merujuk pada masalah yang terkait dengan konflik
ke tempat kerja yang terjadi di rumah, seperti terkait peran dalam
pernikahan, masalah dengan anak. Masalah rumah
tangga membutuhkan waktu dan komitmen untuk
penyelesaiannya, sehingga dapat berdampak ke
tempat kerja.
14. Keberlangsungan usaha Merujuk pada masalah terkait dengan
keberlangsungan usaha yang dijalankan dalam
waktu tertentu atau tidak.
Catatan:
1. Untuk subyek yang akan menjadi responden adalah para pekerja di UMKM
2. Berkaitan dengan sampling; jumlah responen yang akan diambil dari setiap unit
usaha UMKM adalah sebagai berikut:
a. Jika jumlah pekerja 1 - 25 orang maka sampelnya adalah seluruh
pekerja.
b. Jika lebih dari 25 oran maka sampelnya adalah 50% dari jumlah pekerja.
24
3. Data bahaya dan risiko psikososial merupakan data tingkat individu bukan data
tingkat organisasi. Ini berarti, data yang diambil pada level indvidu bukan pada
level organisasi. Pada proses analisis data lebih lanjut data dari individu
tersebut dapat dijadikan gambaran pada level organisasi.
4. Kegiatan asesmen HRA Aspek Psikososial dapat dilakukan setiap 6 bulan
sekali.
5. Instrumen ini ditujukan untuk mengidentifikasi Bahaya Psikososial dan
(Tingkat) Risiko Psikososial. Penghitungan (tingkat) risiko psikososial dengan
menggunakan perhitungan Risk yakni :
25
BAB III BORANG PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN DI LINGKUNGAN KERJA
26
3.1 Form Penilaian Awal Bising di Tempat Kerja
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pada
saat kegiatan penilaian dilakukan.
Ya 1
2. Apakah bising tersebut sekeras atau lebih keras dari suara seperti truk, traktor, mesin
amplas, gerinda, suara bor listrik, mesin pabrik, bengkel kayu, kereta, blower, bor pneumatik,
pesawat, jet, dan genset?
Tidak 1
Ya 2
3. Apakah terdapat kesulitan saat percakapan langsung antar dua atau beberapa orang dalam
jarak 1 meter? (kesulitan seperti pekerja harus berteriak ketika berbicara atau pekerja
mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh lawan bicara)
Tidak 1
Ya 2
Ya, telah dilakukan lebih dari 1 upaya pengendalian (alat pelindung telinga dan atau
-3
pengendalian secara administratif dan atau secara teknis)
Ya, sumber bising telah dikendalikan secara teknis (seperti meletakkan sumber
-2
bising di ruang terpisah dan terisolasi, menggunakan peredam bising)
27
Tidak ada pengendalian 1
28
3.2 Form Penilaian Awal Getaran di Tempat Kerja
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pada
saat kegiatan penilaian dilakukan.
29
Prioritas Pengendalian tambahan:
30
II. Getaran Seluruh Tubuh
1. Apakah terdapat pekerjaan yang menimbulkan getaran seluruh tubuh ? (seperti
menyetir kendaraan pada jalanan yang tidak rata, mengoperasikan peralatan (forklift,
traktor, dll) yang menimbulkan getaran seluruh tubuh?)
Tidak (Bila tidak terdapat pekerjaan yang menimbulkan getaran seluruh tubuh, penilaian
0
tidak dilanjutkan)
Ya 1
2. Seberapa besar intensitas getaran kendaraan yang digunakan ? (Mengacu pada tabel
contoh getaran seluruh tubuh)
Intensitas Getaran
0,8661 m/s2 1
1,2249 m/s2 2
1,7322 m/s2 3
2,4497 m/s2 4
3. Sebutkan berapa lama pekerja menggunakan kendaraan ? (dalam/jam)
Durasi Pajanan per Hari Kerja
1 jam 1
2 jam 2
4 jam 3
8 jam 4
4. Apakah telah dilakukan upaya pengendalian getaran seluruh tubuh di tempat kerja?
Ya, telah dilakukan lebih dari 1 upaya pengendalian (alat pelindung dan atau
-3
pengendalian secara administratif dan atau secara teknis)
Ya, telah dilakukan pengendalian secara teknis (seperti menggunakan tempat duduk
kendaraan yang telah terpasang alat peredam getaran, cara mengetahuinya adalah -2
dengan melihat spesifikasi alat)
Ya, telah dilakukan pengendalian secara administratif (seperti dilakukan pengaturan
-1
jam kerja atau penyediaan waktu istirahat atau pemeliharaan alat)
Tidak dilakukan pengendalian 1
31
Prioritas Rekomendasi Pengendalian
32
3.3 Form Penilaian Awal Heat Stress di Tempat Kerja
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pada
saat kegiatan penilaian dilakukan.
33
Mengenakan pakaian kerja ringan (seperti celana pendek dan kaos) 2
Mengenakan pakaian kerja tertutup (hampir menutupi seluruh bagian tubuh, coverall, 3
jaket)
9. Apakah telah dilakukan upaya pengendalian iklim kerja panas di tempat kerja?
Ya, telah dilakukan lebih dari 1 upaya pengendalian (alat pelindung dan atau
-3
pengendalian secara administratif dan atau secara teknis)
Ya, sumber panas telah dikendalikan secara teknis (seperti menggunakan AC,
-2
ataupun penghalang)
Ya, telah dilakukan pengendalian administratif (seperti menerapkan shift kerja,
-1
ataupun rotasi kerja, menyediakan akses air minum bagi pekerja)
Ya, telah digunakan alat pelindung diri (seperti rompi pendingin/cooling vest) -1
Tidak ada pengendalian 1
4 s.d 9 Rendah
10 s.d 16 Sedang
17 s.d 23 Tinggi
34
3.4 Form Penilaian Awal Pencahayaan di Tempat Kerja
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pada
saat kegiatan penilaian dilakukan.
1. Apakah pencahayaan di tempat kerja cukup? (Pekerja dapat melihat benda atau
membaca tulisan dengan jelas dan nyaman di area kerja)
Ya 1
Tidak 2
2. Apakah terdapat cahaya silau di area kerja ? (Contoh : pantulan sinar matahari, lampu sorot
atau sumber cahaya lainnya yang menganggu namun diterima mata pekerja)
Ya 2
Tidak 1
3. Apakah sebaran cahaya di area kerja sudah merata ?
*Area kerja adalah tempat dimana terdapat pekerja yang sedang bekerja saat observasi
dilakukan.
Ya 1
Tidak 2
Total Skor Pencahayaan
3 Rendah
4 s.d 5 Sedang
6 Tinggi
35
3.5 Form Penilaian Awal Radiasi UV di Tempat Kerja
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pada
saat kegiatan penilaian dilakukan.
1. Apakah terdapat radiasi UV di tempat kerja? (seperti penggunaan lampu neon, laser, sinar
matahari langsung, kegiatan pengelasan, dsb)
Tidak (Bila tidak terdapat radiasi UV, penilaian tidak dilanjutkan) 0
Ya 1
2. Bagaimana intensitas radiasi sinar UV di tempat kerja
3 Rendah
4 s.d 5 Sedang
6 Tinggi
36
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
37
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja
pada saat kegiatan penilaian dilakukan.
Petunjuk : Penilai mengamati dan mewawancarai pekerja untuk mengetahui efek kesehatan yang
timbul. Kemudian, penilai melingkari skor tingkat bahaya pada kolom paling kanan sesuai dengan efek
kesehatan yang didapatkan. Terakhir, penilai harus menuliskan skor tersebut pada kotak skor berwarna
biru muda yang ada di pojok kanan bawah.
Skor Tingkat
Efek Kesehatan
Bahaya
Kerusakan yang minimal terhadap kesehatan
1
Efek kesehatan yang bersifat reversible (dapat balik), tidak cukup parah
untuk dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Contohnya
adalah:
2
Efek kesehatan reversibel setelah pajanan berhenti
Efek narkotik dari pajanan tunggal
38
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Skor :
Tingkat pajanan bahaya kimia dipengaruhi oleh Tingkat Frekuensi dan Durasi (TF & D) serta
Tingkat Pelepasan dan Inhalasi (TP & I).
Skor :
2) Durasi
Petunjuk : Penilai melakukan observasi dan wawancara kepada pekerja untuk mengetahui
berapa lama pekerja menggunakan bahan kimia tersebut dalam bekerja. Setelah
mendapat jawaban, penilai melingkari kolom paling kanan sesuai dengan jawaban yang
didapat. Terakhir, penilai harus menuliskan skor tersebut pada kotak skor berwarna hijau
yang ada di pojok kanan bawah.
39
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Skor Durasi
Durasi Pajanan
Pajanan
Kurang dari 1 jam pajanan per shift 1
Skor :
Tingkat frekuensi-durasi
Tingkat frekuensi
1 2 3 4 5
Tingkat 1 1 2 2 2 3
durasi
2 2 2 3 3 4
3 2 3 3 4 4
4 2 3 4 4 5
5 3 4 4 5 5
Skor :
40
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tingkat
Deskripsi Tingkat Pelepasan Bahan Kimia ke Udara Pelepasan Bahan
Kimia
Pelepasan bahan kimia ke udara rendah atau sedikit sehingga
tidak ada debu yang menempel pada permukaan benda di lokasi
kerja atau pada pakaian kerja.
Rendah
Volatilitas bahan kimia rendah dengan titik didih lebih dari 150oC.
Kandungan debu sedikit seperti bahan kimia berwujud pellet atau
padat.
41
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Skor:
Petunjuk : Penilai melakukan observasi dan wawancara kepada pekerja untuk mengetahui
tingkat bahaya kimia yang dihirup pekerja. Setelah mendapat jawaban, penilai melingkari
kolom paling kanan sesuai dengan jawaban yang didapat. Terakhir, penilai harus
menuliskan tingkat pelepasan tersebut pada kotak skor berwarna orange yang ada di pojok
kanan bawah.
Tingkat
Bahaya
Deskripsi Tingkat Bahaya Kimia Inhalasi Kimia
Inhalasi
42
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Petunjuk : Masing-masing Tingkat Pelepasan Bahan Kimia ke Udara dan Tingkat Bahan
Kimia Inhalasi dimasukan ke dalam matriks dibawah ini, untuk kemudian didapatkan Skor
Tingkat Pelepasan & Inhalasi. Skor Tingkat Pelepasan & Inhalasi kemudian dimasukan
ke dalam kotak berwarna abu-abu di pojok kanan bawah.
Contoh : Tingkat Pelepasan Bahan Kimia adalah Rendah, Tingkat Bahan Kimia Inhalasi
adalah Tinggi, maka dalam matriks didapatkan Skor Tingkat Pelepasan & Inhalasi adalah
3.
Rendah 1 2 3
Tingkat pelepasan
Sedang 2 3 4
bahan kimia ke udara
Tinggi 3 4 5
Skor :
4) Modifying Factors
Petunjuk : Setelah mendapatkan Tingkat Pelepasan dan Inhalasi bahaya kimia, penilai
harus melihat kondisi lain yang dapat menurunkan atau meningkatkan Skor Tingkat
Pelepasan dan Inhalasi.
Contoh : Berdasarkan penilaian, didapatkan Skor Tingkat Pelepasan dan Inhalasi adalah
3. Namun, ditemukan faktor modifikasi lain yang memiliki skor -1. Maka Skor Tingkat
Pelepasan & Inhalasi menjadi 2.
Skor Modifying
Modifying factors
Factors
Cara bekerja yang buruk dan/atau hygiene personal yang
buruk yang mempunyai potensi bahan kimia tetap pada
kulit atau pakaian setelah pajanan terjadi. +1 (syarat: tingkat
Adanya kasus mengenai insiden pajanan bahan kimia. pelepasan&inhalasi
Terdapat keluhan penyakit dari pekerja berhubungan tidak melebihi 5)
dengan pajanan bahan kimia.
Adanya kasus mengenai gejala pra-klinik pada pekerja
yang berhubungan dengan bahan kimia
43
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
-1 (syarat: tingkat
Bahan kimia yang digunakan hanya sedikit, dalam bentuk
pelepasan&inhalasi
padatan (dalam satuan gram atau biasanya diterima
tidak lebih kecil
dalam paket atau botol) maupun untuk cairan (dalam
dari 1)
satuan milimeter atau biasanya diterima dalam botol).
(TP&I)
1 2 3 4 5
1 1 2 2 2 3
2 2 2 3 3 4
Tingkat frekuensi-
durasi 3 2 3 3 4 4
(TF&D)
4 2 3 4 4 5
5 3 4 4 5 5
Skor :
Tingkat risiko
Tingkat pajanan
1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
44
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
Tingkat
bahaya
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
Skor :
45
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Petugas melingkari pilihan skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja
pada saat kegiatan penilaian dilakukan.
1. Apakah terlihat tanda-tanda kehidupan vektor di tempat kerja? (seperti nyamuk, lalat, dan
kecoa)
1.a. Indeks habitat perkembangbiakan (IH) yang positif larva Anopheles sp.
IH <1% 1
IH ≥1% 2
1.b. Angka Bebas Jentik (ABJ) larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus di lingkungan kerja
ABJ ≥95% 1
ABJ <95% 2
1.c. Indeks habitat perkembangbiakan (IH) yang positif larva Culex sp.
IH <5% 1
IH ≥5% 2
Ya 1
46
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3. Apakah terdapat keluhan terhadap investasi binatang pembawa penyakit di tempat kerja?
(seperti ular, biawak)
Tidak 0
Ya 1
Tidak 0
Ya 1
47
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Petugas melingkari pilihan angka skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi lingkungan kerja
pada saat kegiatan penilaian dilakukan.
I. POSTUR KERJA
1. Bagaimana posisi tulang punggung saat bekerja?
Agak
Tidak Membungkuk (20° - Sangat membungkuk
1 membungkuk (0° 2 3 4
membungkuk 60°) (>60°)
- 20°)
48
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Sedikit terangkat ke
Terangkat ke Sangat terangkat /
Sejajar dengan badan depan / ke belakang
1 2 depan (fleksi 3 terangkat melebihi 4
(fleksi/ekstensi 20o) (fleksi 20o-45o /
45o-90o) bahu (fleksi >90o)
ekstensi >20o)
Sedikit tertekuk ke bawah / sedikit terangkat Tertekuk ke bawah / terangkat (fleksi atau
1 2
(fleksi atau ekstensi 0o-15o) ekstensi >15o)
49
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
10-13 Sedang
14-18 Tinggi
50
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Total Skor :
Total Skor Tingkat Risiko
Tingkat Risiko :
1 Rendah
2 Sedang
3 Tinggi
3. Apakah ukuran benda yang diangkat melebihi lebar bahu pekerja (70 cm)?
Tidak 1
Ya 2
51
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4. Apakah benda sulit dipegang (misalnya karena ukurannya besar, bentuknya bulat,
bertekstur halus, basah, berminyak)?
Tidak 1
5. Apakah benda tersebut tidak stabil atau berisi material yang mudah berpindah (misalnya
cairan atau serbuk?)
Tidak 1
Ya 2
Ya 2
9 – 11 Sedang
12 – 14 Tinggi
52
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Ya 1 Ya 1
Tidak 2 Tidak 2
Apakah
3. 4. Apakah
kemiringan
tinggi kursi
sandaran
dapat
kursi dapat
diatur?
diatur?
Ya 1 Ya 1
Tidak 2 Tidak 2
5. Apakah 6. Apakah
kursi yang tinggi
digunakan sandaran
memiliki lengan
sandaran dapat
lengan? diatur?
Ya 1 Ya 1
Tidak 2 Tidak 2
Apakah Apakah
7. tinggi meja 8. meja yang
yang digunakan
digunakan memiliki
dapat ruang untuk
diatur? kaki?
Ya 1 Ya 1
Tidak 2 Tidak 2
53
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
11 – 13 Sedang
14 – 16 Tinggi
27 – 35 Tinggi
41 – 51 Tinggi
54
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
FORM 1
BAHAYA DAN RISIKO PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA
Data Responden
1. No. Responden :
2. Jenis Usaha :
3. Jenis Kelamin :L/P
4. Usia : Tahun
5. Lama Kerja : Tahun
6. Status Pekerja : 1. Tetap 2. Borongan 3. Harian
7. Jam Kerja Perhari : Jam/hari
8. Jadwal Kerja : 1. Reguler (8 jam/hari) 2. Shift siang 3. Shift malam
9. APD yang digunakan : 1. Masker 2. Sarung tangan 3. Helm 4. Sepatu kerja
5. Kaca mata kerja 6.Baju kerja 7. Lainnya:
Bekerja sebagai :
PETUNJUK PENGISIAN
PETUGAS/SURVEYOR menanyakan kepada responden pertanyaan-pertanyaan dibawah ini. Berikan penilaian pada daftar
berikut ini,dengan cara memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan jawaban dialami,
dirasakan dan diketahui oleh responden sampai saat ini. Bukan yang ideal atau yang seharusnya.
55
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
28 - 64 Tinggi
Apakah upah yang Anda terima, dirasakan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari?
2
Tidak. Lanjut ke no.3 Ya. Lanjut ke no.2a-2b-2c
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
Apakah anda merasa tidak nyaman dengan jadwal kerja saat ini?
4
Tidak. Lanjut ke no.5 Ya. Lanjut ke no.4a-4b-4c
56
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
Apakah anda merasa tidak nyaman dengan beban kerja selama ini?
5
Tidak. Lanjut ke no.6 Ya. Lanjut ke no.5a-5b-5c
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
57
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
58
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
59
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
1 - 18 Rendah
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
60
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
28 - 64 Tinggi
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
Apakah anda merasa khawatir dengan keberlangsungan usaha tempat kerja anda?
14
Tidak. Ya
19 - 27 Sedang
Tingkat Risiko R S T
28 - 64 Tinggi
61
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
FORM 2:
REKAPITULASI BAHAYA DAN TINGKAT RISIKO PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA
Data UMKM
1. No. UMKM :
2. Jenis Usaha :
3. Alamat :
Tingkat Risiko
Bahaya Keterangan/
NO Aspek Psikososial Psikososial
Psikososial Catatan
R S T
1
Status pekerja
2 Pengupahan
3 Jam kerja
4 Jadwal Kerja
5 Beban kerja
6 Gangguan kesehatan
12 Keterampilan bekerja
14 Keberlangsungan usaha
Jumlah
62
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Cara Skoring
1. Cara pengisian FORM 1 : Bahaya dan Risiko Psikososial di Tempat kerja untuk surveyor
dilakukan sebagai berikut :
Apakah anda merasa tidak nyaman dengan status kerja anda saat ini?
1
Tidak. Lanjut ke no.2 Ya. Lanjut ke no.1a-1b-1c
1
Seberapa berat dialami? Ringan (1) Berat (3)
1a 2
Agak berat (2) Sangat berat (4)
1 - 18 Rendah
Total Skor 5
19 - 27 Sedang 6
Tingkat Risiko
28 - 64 Tinggi R S T
63
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jarang = 1
Agak sering = 2
Sering = 3
Sangat sering = 4
Isi pada kolom skoring 3 sesuai dengan pilihan respon no.1b
g. Cara skoring ini dari tahapan a sampai dengan tahapan f adalah sama untuk no.2 sampai
dengan no.14.
64
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2. Cara pengisian Form 2 : Rekapitulasi Bahaya dan Risiko Psikososial dilakukan sebagai
berikut :
REKAPITULASI
BAHAYA DAN TINGKAT RISIKO PSIKOSOSIAL DI TEMPAT KERJA
Data UMKM
1. No. UMKM :
2. Jenis Usaha :
3. Alamat :
Tingkat Risiko
Bahaya Psikososial Keterangan/
NO Aspek Psikososial
Psikososial Catatan
R S T
8
1 Status pekerja 7
2 Masalah upah 11
Jumlah
9 10
3. Isi nomor UMKM berdasarkan nomor urut, jenis usaha, alamat dan jumlah pekerja sesuai dengan
Form 1 Bahaya dan Risiko Psikososial
4. FORM 2 :Rekapitulasi Bahaya dan Tingkat Risiko Psikososial merupakan rekapitulasi hasil dari
FORM 1 yang diisi oleh seluruh responden pada satu UMKM.
5. Untuk pengisian kolom Bahaya Psikososial (lihat kolom skoring 7) beri tanda talli ( I ) jika
responden menjawab Ya pada setiap nomor Bahaya Psikososial. Untuk no.1 sampai dengan
no.14 dilakukan dengan cara yang sama (lihat kolom Aspek Psikososial) mengacu pada kolom
skoring 1 pada Form 1 : Bahaya dan Risiko Psikososial.
6. Untuk Tingkat Risiko Psikososial (lihat kolom skoring 8) pengisian dilakukan dengan
memberikan tanda talli ( I ) mengacu pada kolom skoring 6 pada pada Form Bahaya dan Risiko
Psikososial.
7. Untuk pengisian Jumlah Bahaya Psikososial (lihat kolom skoring 9) dilakukan dengan
menjumlah seluruh tanda talli ( I ) dari no.1 sampai dengan no.20 (lihat kolom Aspek Psikososial).
8. Untuk pengisian Risiko Psikososial berdasarkan kategori Tingkat Risiko Psikososial (lihat
kolom skoring 10) dilakukan dengan menjumlah seluruh tanda talli ( I ) pada kolom skoring 9
sesuai dengan kategori Ringan, Sedang dan Tinggi.
65
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
9. Untuk pengisian kolom skoring 11 merupakan catatan surveyor untuk melakukan intervensi atau
lebih lanjut setelah data terkumpul.
66
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
67
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4.1.1 Bising
1. Teknis:
Meletakkan sumber bising di ruang terpisah dan terisolasi
Memodifikasi dan atau menggunakan alat peredam tambahan seperti
silencer atau muffler (peredam suara)
Menggunakan penutup seperti menggunakan lapisan penyerap suara
Mengganti mesin ataupun peralatan yang memiliki bising lebih rendah
apabila memungkinkan
2. Administratif:
Survei tingkat kebisingan di tempat kerja
Melakukan pemetaan kebisingan untuk mengidentifikasi area
kebisingan yang aman dan tidak aman.
Membuat peraturan terkait penggunakan alat pelindung telinga
sebelum memasuki area kerja yang bising
Menggambarkan area dimana alat pelindung telinga perlu untuk
digunakan.
Menandai area dimana alat pelindung telinga perlu untuk digunakan
Mengoptimalkan pemeliharaan mesin ataupun fasilitas yang bising.
Menerapkan shift kerja, ataupun rotasi kerja.
Pemantauan efektivitas penggunaan alat pelindung telinga
Memberikan pelatihan kepada pekerja cara mencegah gangguan
pendengaran.
68
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4.1.2 Getaran
Getaran Seluruh Tubuh
1. Teknis :
Menggunakan tempat duduk kendaraan yang telah terpasang alat
peredam getaran
Melakukan pemeliharaan berkala terhadap kendaraan
Memberikan bantalan pada tempat duduk guna menurunkan tingkat
getaran
2. Administratif
Dilakukan pengaturan jam kerja atau penyediaan waktu istirahat atau
pemeliharaan kendaraan
Edukasi terkait bahaya getaran seluruh tubuh
1. Teknis:
Menggunakan perkakas tangan yang telah terpasang alat peredam
getaran
Melakukan pemeliharaan berkala terhadap perkakas tangan
2. Administratif
Dilakukan pengaturan jam kerja atau penyediaan waktu istirahat atau
pemeliharaan alat
Edukasi terkait bahaya getaran tangan dan lengan
69
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2. Administratif:
Menerapakan program aklimatisasi bagi pekerja berisiko
Menerapkan shift kerja, ataupun rotasi kerja.
Menyediakan akses air minum bagi pekerja
Menyediakan area sejuk dan bersih untuk pekerja beristirahat atau
memulihkan diri (seperti menyediakan payung besar dapat mengurangi
pajanan panas radiasi)
Pemantauan efektivitas penggunaan alat pelindung diri
Memberikan pelatihan kepada pekerja cara mencegah heat stress
4.1.4 Pencahayaan
1. Teknis
Memasang jendela di ruang kerja, sehingga cahaya alami dari matahari
masuk ke dalam ruangan secara maksimal.
Memasang lampu pada tempat yang membutuhkan cahaya tambahan,
lampu yang digunakan seperti lampu neon, yang mensimulasikan
kepadatan spektral sinar matahari.
Cahaya silau dapat dikurangi dengan mengendalikan cahaya alami sinar
matahari yang masuk ke ruangan menggunakan tirai atau warna
jendele, dan mengurangi kontras antara latar depan dan belakang.
2. Administratif
Menerapkan shift kerja, ataupun rotasi kerja.
70
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4.1.5 Radiasi UV
1. Teknis
Menyediakan penapis ataupun penghalang sinar matahari pada area
kerja yang terpapar dengan material yang tidak transparan, baik alamiah
seperti pohon maupun buatan seperti atap.
Menyediakan ruang tertutup khusus untuk kegiatan yang menggunakan
peralatan yang dapat menghasilkan sinar UV seperti pada pengelasan,
pemotongan dengan laser dsb
Penggunaan kaca yang memiliki lapisan film atau kaca riben pada
jendela yang bersinggungan langsung dengan area kerja
2. Administratif
Mengatur kegiatan kerja di luar ruangan agar hanya dilakukan pada
pagi hari atau sore hari saat kadar radiasi sinar UV tidak terlalu besar
Membatasi durasi kegiatan yang melibatkan paparan radiasi UV
Menerapkan shift kerja, ataupun rotasi kerja.
71
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2. Administratif
Pengaturan jam kerja untuk menurunkan durasi dan frekuensi pajanan
Area kerja tidak digunakan sebagai tempat tinggal. Pisahkan area kerja
dengan akomodasi
Edukasi mengenai bahaya kimia
Melakukan monitoring lingkungan kerja
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setelah bekerja dengan
bahan kimia
Tidak makan dan minum di area kerja dimana terdapat bahan kimia
Meningkatkan kebersihan area kerja
72
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2. Administratif:
Melakukan perenggangan setiap 1 jam kerja
Memposisikan dekat dengan alat ataupun benda yang diangkat.
73
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
74
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
75
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
9. Konflik dengan rekan kerja Para pihak yang berkonflik dipertemukan agar
tercapai kesepahaman dan permasalah yang
menjadi konflik dapat terselesaikan. Lakukan
pertemuan secara berkala dan informal antara
pemilik usaha dan pekerja untuk menjalin keakraban
antara satu dengan yang lainnya. Untuk tindak
lanjutnya dapat dilakukan konseling oleh petugas jika
dibutuhkan.
10. Diskriminasi/ketidakadilan Adakan pertemuan dengan para pihak yang merasa
di tempat kerja diperlakukan tidak adil atau diskriminatif untuk
dilakukan klarifikasi. Petugas dapat menjadi mediator
antara pemilik dan pekerja untuk menyelesaikan
masalah ini. Untuk tindak lanjutnya dapat dilakukan
konseling kepada pekerja oleh petugas kesehatan.
11. Perlakuan kasar di tempat Lakukan klarifikasi kepada para pihak yang merasa
kerja diperlalukan kasar di tempat kerja. Apakah
menimbulkan cidera atau luka bias dirujuk ke klinik
atau lembaga kesehatan lainnya. Petugas dapat
menjadi mediator untuk menyelesaikan masalah ini.
Dapat dilakuka konseling jika dibutuhkan. Namun
Jika masalah tidak mencapai titik temu dapat
dilanjutkan kepada pihak berwajib untuk diproses
lebih lanjut.
12. Keterampilan bekerja Identifikasi terhadap kemempuan atau keterampilan
pekerja sebaiknya dilakukan. Ini bertujuan agar
diketahui kemampuan apa yang belum dimiliki oleh
pekerja untuk dapat mengerjakan tugasnya secara
maksimal. Peningkatan keterampilan pekerja dapat
dilakukan dengan memberikan pelatihan tertentu.
Pemilik usaha sangat diharapkan perannya untuk
dapat membantu pekerjanya dalam meningkatkan
keterampilan kerja. Dapat dilakuka konseling jika
dibutuhkan.
76
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
13. Masalah rumah terbawa Jika permasalahan yang dihadapi oleh pekerja cukup
ke tempat kerja berat maka pemilik dapat merujuk pekerja untuk
mendapatkan konseling di tempat layanan kesehatan
yang menyediakan. Ini perlu dilakukan agar pekerja
saat bekerja fokus dan dapat menghindari terjadinya
insiden.
14. Keberlangsungan usaha Lakukan komunikasi antara pemilik usaha dan
pekerja secara berkala untuk membicarakan kondisi
unit usaha secara umum. Jika pemilik usaha sedang
menghadapi iklim usaha yang kurang baik atau
omset sedang anjlok tidak perlu ragu untuk
menyalmpaikan kepada pekerja. Ini bertujuan agar
pekerja mendapatkan informasi yang sebenarnya
mengenai keberlangsungan usaha tempatnya
bekerja. Dapat dilakuka konseling jika dibutuhkan.
77
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Referensi
ACGIH. Threshold Limit Values for Chemical Substances and Physical Agents &
Biological Exposure Indices. 2017. p 208.
Hignett, S., & McAtamney, L. (2000). Rapid Entire Body Assessment (REBA). Applied
Ergonomics, 31(2), 201-205.
HSE UK. Manual handling. Manual Handling Operations Regulations 1992 (as
amended). Guidance on Regulations.
Lynn McAtamney et al., (1993) RULA: a survey method for the investigation of world-
related upper limb disorders. Applied Ergonomics, 24. 91-99.
78
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan no. 48 tahun 2016 tentang standar keselamatan dan
kesehatan kerja perkantoran
Peraturan Menteri Kesehatan no. 50 tahun 2017 tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan untuk vektor dan binatang
pembawa penyakit serta pengendaliannya.
Peraturan Menteri Kesehatan no. 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Pp. 25 .
Safe work australia. Guiede to measuring and assessng workplace exposure to whole-
body vibration.
https://www.safeworkaustralia.gov.au/system/files/documents/1703/guidetomeasurin
gassessingwholebodyvibration.pdf
79
PETUNJUK PELAKSANAAN PENILAIAN AWAL RISIKO
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PETUGAS PUSKESMAS
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
80