Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KOPI ROBUSTA

DI KABUPATEN TEMANGGUNG
(Studi Kasus di Kecamatan Candiroto)

Tri Risandewi
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah
Email: reesha83@yahoo.com

ABSTRACT
This research has the aim and purpose to find out the efficiency of the robusta coffee
production, analize the production factors which influence the production of the coffee itself,
and get the recommendation in order to improve the efficiency of the coffeee using DEA
analysis and regretion in Candiroto District. The efficiency of the average robusta coffee
production has not been efficient that is 73,24% . Mento area is the village that has the
highest efficiency level and karawitan and Muntung village is the lowest among those villages
that we observed. The factors that influence the production in Candiroto District are the
width of the land, the workers, the quantity of the plants, the fertilizer, and the age of the
plant. The age of the plant is the only variable which is negative toward the production of
the robusta coffee. The recommendation for improving the production of the robusta coffee
are the people surround the area should limit the unappropriate workers, replanting the
coffee plants, reducing the unnecessary fertilizer which can cause infertility of the land, and
land intensification.
Keywords: Production efficiency robusta coffe, width of the land, labour/worker, quantity
of the plants, fertilizer, age of the plants.

PENDAHULUAN dengan daerah lainnya di Pulau Jawa,


Latar Belakang namun produksinya terus menurun sebesar
Kopi merupakan komoditas 3.132 ton dari tahun 2007 sampai 2008.
pertanian yang paling akrab dengan Posisi kedua daerah dengan luas lahan kopi
masyarakat, mulai dari kalangan ekonomi terluas ditempati oleh Provinsi Jawa
atas sampai bawah. Hingga saat ini, kopi Tengah. Berdasarkan data statistik Dinas
masih menduduki komoditas andalan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun
ekspor hasil pertanian Indonesia selain 2011, kopi merupakan salah satu komoditas
kelapa sawit, karet, dan kakao. Kopi perkebunan yang cukup berpotensi
merupakan salah satu komoditi perkebunan terutama jika dilihat dari proporsi luas lahan
yang diharapkan mampu meningkatkan tanaman kopi seluas 35.611,63 ha pada
nilai devisa ekspor Indonesia (Santoso, tahun 2010. Adapun, luas dan jumlah
1999). produksi tanaman kopi arabika dan robusta
Provinsi Jawa Timur merupakan di Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel 1.3
daerah yang memiliki luas areal penanaman berikut ini.
kopi yang paling besar dibandingkan

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 87


Tabel 1.1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kopi Arabika dan Robusta Di Jawa
Tengah Tahun 2006-2010.

Jenis 2006 2007 2008 2009 2010


Kopi (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
Kopi Arabika 5.278,1 972,6 4.779,5 1.319,4 4.359,8 1.320,1 4.525,4 1.394,2 4.594,6 1.485
Kopi Robusta 30.245,2 11.424,4 30.651,7 12.340,7 30.644,8 12.972,1 30.834 13.615,8 31.017 14.739,6
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jateng (Jateng Dalam Angka Tahun 2011).

Berdasarkan tabel tersebut, tembakau. Menurut data BPS tahun 2009,


produksi kopi arabika dan robusta di Jawa produksi perkebunan rakyat terutama kopi
Tengah terus meningkat setiap tahunnya. arabika dan kopi robusta di Kabupaten
Walaupun terjadi penurunan luas areal Temanggung merupakan yang paling besar
tanam kopi arabika, namun tingkat dibandingkan dengan 34 kabupaten/kota
produksinya terus bertambah selama tahun lainnya di Provinsi Jawa Tengah yaitu
2006 sampai 2010. Para petani kopi di Jawa sebesar 5.927,78 ton atau 39,50% dari total
Tengah lebih memilih menanam kopi produksi kopi di Provinsi Jawa Tengah. Di
robusta dibandingkan dengan arabika Kabupaten Temanggung, komoditas kopi
karena tidak membutuhkan perawatan yang yang ditanam terbagi menjadi 2 jenis yaitu
terlalu rumit. kopi arabika dan robusta. Namun yang
Komoditas kopi di Kabupaten paling banyak ditanam di Kabupaten
Temanggung merupakan salah satu Temanggung adalah jenis kopi robusta
komoditas unggulan disamping tanaman dibandingkan kopi arabika.

Tabel 1.2. Luas Area, Jumlah Produksi, dan Jumlah Petani Kopi Robusta di Kabupaten
Temanggung Tahun 2011.
Kecamatan Luas Area (ha) Produktivitas Produksi (ton) Jumlah Petani
(kg/ha)
Parakan 3,13 334,7 0,81 16
Bulu 16,40 335,4 4,41 172
Temanggung 26,24 299,2 7,85 368
Tembarak 18,48 330,1 6,1 415
Kranggan 42,39 333,4 9,59 955
Pringsurat 1.076,05 336,3 260,2 5.813
Kaloran 400,22 338,6 133,45 1.839
Kandangan 1.333,25 299,6 277,3 5.250
Kedu 132 334,9 40,25 437
Ngadirejo 14,28 332,0 4,15 248
Jumo 606,43 343,8 205,3 2.402
Candiroto 1.620,6 327,1 529,65 8.283
Tretep 138 317,8 41,02 405
Kledung 1,10 318,2 0,35 16
Bansari 1,20 312,5 0,25 12
Tlogomulyo 8,00 327,3 1,8 32
Selomampang 22,00 351,7 7,35 293
Gemawang 1.005,76 336,5 490,25 5.363
Bejen 1.241,00 346,4 364,64 1.818
Wonoboyo 555,49 340,6 159,5 2.085
Jumlah 9.262,02 331,8 2.544,22 36.222
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Temanggung, 2011.
Menurut data Dinas Pertanian, Temanggung tahun 2011, luas area kopi
Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten arabika hanya seluas 1.287,89 ha sedangkan

88 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013


kopi robusta seluas 9.262,02 ha. Hampir Kecamatan Candiroto Kabupaten
diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung.
Temanggung ditanami kopi robusta. Pada 2. Menganalisis faktor-faktor produksi
tabel 1.4 di atas dapat dilihat perbandingan yang mempengaruhi tingkat produksi
luas area, produksi, dan jumlah petani kopi kopi rakyat di Kecamatan Candiroto?
robusta di 20 kecamatan yang ada di 3. Merumuskan rekomendasi apa yang
Kabupaten Temanggung. dapat dilakukan untuk meningkatkan
Kecamatan Candiroto merupakan efisiensi produksi kopi robusta di
daerah yang paling banyak menanam kopi Kecamatan Candiroto?
robusta dibandingkan dengan daerah
lainnya di Kabupaten Temanggung. Namun Manfaat Penelitian
jika dilihat dari tingkat produktivitasnya Manfaat penelitian ini diharapkan antara
lebih rendah daripada tingkat produktivitas lain:
rata-rata Kabupaten Temanggung, padahal 1. Bagi petani kopi diharapkan dapat
luas area dan jumlah petani yang ada di memberikan masukan bagi peningkatan
Kecamatan Candiroto merupakan yang efisiensi produksi kopi robusta terutama
paling besar diantara daerah lainnya. di Kecamatan Candiroto
Dengan kata lain telah terjadi inefisiensi 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian
produksi kopi robusta di Kecamatan merupakan rekomendasi/masukan bagi
Candiroto. Sebagai salah satu kecamatan pengambil kebijakan di Kabupaten
yang tergabung dalam klaster kopi Temanggung terkait dengan
Kabupaten Temanggung, menarik untuk peningkatan efisiensi produksi kopi
dianalisis tingkat efisiensi produksi kopi robusta di Kecamatan Candiroto
robusta di Kecamatan Candiroto Kabupaten
Temanggung. Hasil
Adapun hasil yang diharapkan dalam
Rumusan Masalah penelitian ini adalah: masukan dan
Berdasarkan uraian diatas, maka rekomendasi bagi peningkatan efisiensi
pertanyaan penelitian yang dikemukakan produksi kopi robusta di Kecamatan
adalah sebagai berikut: Candiroto.
1. Bagaimana tingkat efisiensi produksi
usaha perkebunan kopi rakyat di TINJAUAN PUSTAKA
Kecamatan Candiroto Kabupaten Teori Produksi
Temanggung? Proses produksi adalah proses yang
2. Bagaimana faktor-faktor produksi dilakukan oleh perusahaan berupa kegiatan
mempengaruhi tingkat efisiensi mengkombinasikan input (sumberdaya)
produksi kopi rakyat di Kecamatan untuk menghasilkan output. Dengan kata
Candiroto? lain produksi merupakan proses perubahan
3. Apa yang dapat dilakukan untuk dari input menjadi output (Samsubar Saleh,
meningkatkan efisiensi produksi kopi 2000). Sedangkan menurut Pindyck and
robusta di Kecamatan Candiroto? Rubinfeld (1999), produksi adalah
perubahan dari dua atau lebih input (sumber
Tujuan Penelitian daya) menjadi satu atau lebih output
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (produk). Dalam kaitannya dengan
1. Mengetahui tingkat efisiensi produksi pertanian, produksi merupakan esensi dari
usaha perkebunan kopi rakyat di suatu perekonomian. Untuk berproduksi
diperlukan sejumlah input, dimana

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 89


umumnya input yang diperlukan pada variable) X, sekaligus juga untuk
sektor pertanian adalah adanya kapital, mengetahui hubungan antara variabel
tenaga kerja, tanah atau sumber daya alam penjelas.
dan teknologi. Dengan demikian terdapat Menurut Adiningsih (1999), fungsi
hubungan antara produksi dengan produksi menunjukkan berapa banyak
input,yaitu output maksimal yang jumlah maksimum output yang dapat
dihasilkan dengan input tertentu atau diproduksi apabila sejumlah input tertentu
disebut fungsi produksi. digunakan dalam proses produksi.
Dalam pengelolaan sumberdaya Sedangkan menurut Soekartawi (1990),
produksi, aspek penting yang dimasukkan fungsi produksi adalah hubungan teknis
dalam klasifikasi sumberdaya pertanian antara variabel yang dijelaskan (Y) dan
adalah aspek alam (tanah), modal dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel
tenaga kerja, selain itu juga aspek yang dijelaskan biasanya berupa output dan
manajemen. Pengusahaan pertanian selalu variabel yang menjelaskan adalah input.
dikembangkan pada luasan lahan pertanian Fungsi produksi sangat penting dalam teori
tertentu. Pentingnya faktor produksi tanah produksi karena:
bukan saja dilihat dari luas atau sempitnya 1. Dengan fungsi produksi, maka dapat
tanah, tetapi juga macam penggunaan tanah diketahui hubungan antara faktor
dan topografi. produksi dan produksi (output) secara
langsung dan hubungan tersebut dengan
Fungsi Produksi mudah dapat dimengerti.
Fungsi produksi sangat penting 2. Dengan fungsi produksi, maka dapat
dalam teori produksi karena dengan fungsi diketahui hubungan antara variabel
produksi dapat diketahui hubungan antara yang dijelaskan (Y) dan variabel yang
faktor produksi dan produksi (input) menjelaskan (X), sekaligus juga untuk
secara langsung dan hubungan tersebut mengetahui hubungan antar variabel
dapat dengan mudah dimengerti, dan juga penjelas.
dengan fungsi produksi maka dapat Dalam usaha produksi pertanian secara
diketahui hubungan antara variabel yang metematis dapat dirumuskan sebagai
dijelaskan (dependent variable) Y dan berikut (Suprihono, 2003):
variabel yang menjelaskan (independent

Q  f X 1 , X 2 , X 3, ......X n  ……………………………………………………(2.2)

dimana : Q : tingkat produksi


X1……Xn : faktor-faktor produksi (input)

Efisiensi Produksi output yang dihasilkan, kemudian


Pengertian efisiensi dalam produksi membandingkan antara input dan output
merupakan perbandingan antara output dan tersebut. Efisiensi juga dapat dilihat sebagai
input, berkaitan dengan tercapainya output produktifitas yaitu perbandingan antara
maksimum dengan sejumlah input. Jika output dan input. Konsep efisiensi dapat
rasio output besar maka efisiensi dikatakan dilihat melalui 2 hal, yaitu konsep
semakin tinggi. Untuk mengukur tingkat minimisasi biaya dan konsep maksimisasi
efisiensi, diperlukan informasi mengenai output. Dalam konsep minimisasi biaya,
estimasi input yang digunakan dan estimasi yang menjadi tujuan adalah

90 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013


anggaran/belanja yang minimum, produksi untuk menghasilkan sejumlah
sedangkan fungsi kendalanya adalah produk tertentu secara efisien.
output/utility. Sementara itu, dalam konsep Faktor-faktor produksi dalam usaha
maksimisasi output yang menjadi tujuan pertanian (Soekartawi, 1990):
adalah output/utility yang maksimum 1. Lahan pertanian, dibedakan dengan
sedangkan fungsi kendalanya adalah tanah pertanian. lahan pertanian banyak
anggaran atau belanja (Nicholson, 1995). diartikan sebagai tanah yang
Menurut Mardiasmo (2009) dipersiapkan untuk usaha tani, misalnya
pengertian efisiensi berhubungan erat sawah, tegal, dan pekarangan.
dengan konsep produktifitas. Pengukuran Sedangkan tanah pertanian adalah tanah
efisiensi dilakukan dengan menggunakan yang belum tentu diusahakan dengan
perbandingan antara output yang dihasilkan usaha pertanian.
terhadap input yang digunakan (cost of 2. Tenaga kerja, merupakan faktor
output). Indikator efisiensi menggambarkan produksi yang perlu diperhitungkan
hubungan antara masukan sumber daya dalam proses produksi dalam jumlah
oleh suatu unit organisasi yang cukup bukan hanya dilihat dari
(misalnya:staf,upah, biaya administratif) ketersediaannya tetapi juga kualitas
dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja ini
tersebut memberikan informasi tentang banyak dipengaruhi dan dikaitkan
konversi masukan menjadi keluaran dengan jenis kelamin, musim, dan upah
(yaitu:efisiensi dari proses internal). tenaga kerja.
3. Modal, dalam proses produksi
Faktor Produksi pertanian, modal dibedakan menjadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dua macam, yaitu modal tidak
produksi dibedakan menjadi 2 kelompok, bergerak(tanah, bangunan, dan mesin-
antara lain (Soekartawi, 1990): mesin) dan modal tidak tetap atau modal
1. Faktor biologi, seperti lahan pertanian variabel (biaya membeli benih, pupuk,
dengan macam dan tingkat obat-obatan, upah tenaga kerja).
kesuburannya, bibit, varietas, pupuk,
obat-obatan, gulma, dan sebagainya. Usaha Tani Kopi
2. Faktor-faktor sosial ekonomi, seperti Sebagian besar (94%) perkebunan
biaya produksi, harga, tenaga kerja, kopi diusahakan oleh rakyat, sedangkan
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, sisanya oleh perkebuman milik negara atau
resiko dan ketidakpastian, swasta. Komoditas kopi baik yang
kelembagaan, ketersediaan kredit, dan dihasilkan oleh perkebunan rakyat maupun
sebagainya. perkebunan besar, selain untuk dikonsumsi
Input merupakan hal yang mutlak, sendiri juga untuk memasok pabrik seperti
karena proses produksi untuk menghasilkan Tugu Luwak, Nescaffe, Java Coffe,
produk tertentu dibutuhkan faktor produksi Torabika, dan lain-lain. Pada umumnya
tertentu. misalnya untuk menghasilkan biji perkebunan kopi rakyat belum dikelola
kopi dibutuhkan lahan, tenaga kerja, secara baik seperti pada perkebunan besar
tanaman, pupuk, pestisida, tanaman sehingga berbagai masalah salah satunya
pelindung dan umur tanaman. Proses yaitu masalah produktivitas. Produktivitas
produksi menuntut seorang pengusaha yang tinggi akan dicapai apabila semua
mampu menganalisis teknologi tertentu dan faktor produksi dialokasikan secara optimal
mengkombinasikan berbagai macam faktor (Santoso, 1999).

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 91


Ada beberapa penelitian yang usahatani Kopi Rakyat di Aceh Tengah
menganalisis efisiensi produksi kopi seperti menunjukkan bahwa faktor produksi yang
yang dilakukan oleh Sudaryati (2004) yang berpengaruh secara signifikan terhadap
meneliti tentang faktor-faktor yang produksi kopi adalah jumlah tenaga kerja,
mempengaruhi produksi kopi rakyat luas lahan dan umur pohon kopi.
dengan metode fungsi produksi frontier. Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa
Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor- penelitian terdahulu, maka variabel-
faktor yang berpengaruh terhadap produksi variabel penelitian yang akan digunakan
kopi secara signifikan adalah luas lahan, dalam penelitian ini adalah luas lahan,
jumlah tanaman, dan penggunaan pupuk. jumlah batang tanaman, penggunaan
Sedangkan menurut penelitian yang pupuk, jumlah tenaga kerja sebagai variabel
dilakukan oleh Fatma (2011) mengenai input dan jumlah produksi kopi selama
analisis fungsi produksi dan efisiensi setahun sebagai variabel outputnya.

Kerangka Pemikiran

Luas Lahan

Jumlah Tenaga Kerja

Produksi Tingkat Efisiensi


Kopi Produksi
Jumlah Tanaman

Jumlah Pupuk

Umur Tanaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian.

METODE PENELITIAN Lokasi


Jenis Penelitian Lokasi penelitian adalah di
Jenis penelitian yang akan Kecamatan Candiroto Kabupaten
digunakan adalah penelitian kuantitatif. Temanggung. Kecamatan ini dipilih
Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan sebagai lokasi penelitian dengan
adalah statistik non parametrik dengan pertimbangan Kecamatan Candiroto
menggunakan alat analisis Data merupakan sentra kopi robusta di
Envelopment Analysis (DEA) dan statistik Kabupaten Temanggung dengan luas lahan,
parametrik dengan menggunakan regresi. jumlah petani, dan produksi kopi yang
paling besar dibandingkan dengan
kecamatan lainnya yang ada di

92 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013


Temanggung. Adapun alasan pemilihan satu teknik pengumpulan data dalam bentuk
sepuluh desa di Kecamatan Candiroto yaitu pengajuan pertanyaan tertulis melalui
Desa Batursari, Candiroto, Gunung Payung, sebuah daftar pertanyaan yang sudah
Krawitan, Lempuyang, Mento, Muneng, dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi
Muntung, Plosogaden, dan Sidoharjo oleh responden.
karena di daerah tersebut masih banyak
lahan perkebunan kopi robusta yang Definisi Konseptual dan Operasional
ditanam oleh masyarakat sekitar. Selain itu Definisi Konseptual dalam penelitian ini
sebagian besar masyarakat desa tersebut adalah sebagai berikut:
bermata pencaharian sebagai petani kopi Tingkat efisiensi produksi menurut Shone
robusta. dalam Susantun (2000) adalah
perbandingan antara output dan input,
Populasi dan Sampel berkaitan dengan tercapainya output
Populasi dalam penelitian ini adalah maksimum dengan sejumlah input.
seluruh petani kopi robusta di Kecamatan Faktor-faktor produksi dalam usaha
Candiroto. Sampel dalam penelitian ini pertanian (Soekartawi, 1990):
adalah para petani kopi robusta yang ada di 1. Lahan pertanian, adalah tanah yang
sepuluh desa Kecamatan Candiroto. Teknik dipersiapkan untuk usaha tani misalnya
penarikan sampel dalam penelitian ini sawah, tegal, dan pekarangan.
menggunakan proposional quota sampling. 2. Tenaga kerja merupakan faktor
Sampel ditentukan sebanyak 50 orang produksi yang perlu diperhitungkan
petani yang tersebar secara proporsional di dalam proses produksi dalam jumlah
sepuluh desa di kecamatan Candiroto. yang cukup dan juga kualitas tenaga
Adapun sebaran sampel adalah kerja yang dipakai.
sebagaimana dalam tabel berikut: 3. Modal, dalam proses produksi pertanian
modal dibedakan menjadi dua macam
Tabel 3.1 yaitu modal tidak bergerak (tanah,
Sebaran Sampel Penelitian di Kecamatan bangunan, dan mesin-mesin) dan modal
Candiroto tidak tetap atau modal variabel (biaya
No. Desa
Populasi Sampel membeli benih, pupuk, obat-obatan,
(petani) (petani) upah)
1 Batursari 856 5
Definisi operasional dalam penelitian ini
2 Candiroto 532 3
3 Gunungpayung 214 2 adalah sebagai berikut:
4 Mento 813 5 a. Variabel input
5 Muneng 977 6  Luas lahan adalah lahan yang
6 Lempuyang 911 5 diusahakan oleh setiap petani kopi
7 Plosogaden 1711 10 yang dinyatakan dalam ha (ha).
8 Sidoharjo 1262 8
 Tenaga kerja adalah jumlah tenaga
9 Krawitan 497 3
10 Muntung 510 3 kerja yang mengolah perkebunan kopi
Jumlah 8283 50 rakyat yang dinyatakan dalam
Sumber: Data Primer diolah. orang/hari.
 Jumlah tanaman adalah jumlah
Instrumen Penelitian tanaman yang menghasilkan dan yang
Instrumen dalam penelitian ini ditanam untuk perkebunan kopi
menggunakan kuesioner, wawancara dan rakyat yang dinyatakan dalam batang
dokumentasi. Kuesioner merupakan salah per ha (btg/ ha)

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 93


 Pupuk adalah jumlah dan jenis pupuk secara khusus untuk mengukur efisiensi
yang dipergunakan untuk relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
pemeliharaan kopi yang dinyatakan yang menggunakan banyak input maupun
dalam kilogram per ha (kg/ha). output. UKE didefinisikan sebagai petani
 Umur tanaman adalah umur tanaman kopi robusta. Inti dari DEA adalah
kopi yang dimiliki oleh masing- menentukan bobot yang memiliki sifat:
masing petani terhitung mulai a. Tidak bernilai negatif
ditanam di lahan (th) b. Bersifat universal
b. Variabel output Pengukuran efisiensi dengan DEA
Produksi adalah produksi kopi robusta adalah sebagai berikut:
yang diperoleh dari usaha perkebunan
kopi rakyat yang dinyatakan dalam kg maksimumkan
m
per ha (kg/ha).
maksimisasi: ht   v rt q rt
c. Tingkat efisiensi adalah tingkat r 1
efisiensi yang dihasilkan oleh metode
(Data Envelopment Analysis) yang dengan batasan atau kendala
dinyatakan dengan angka 0 – 100%. kendala:
Dimana, dimana angka 100%
m n
merupakan yang paling efisien
 vrt qrs   uit xit  0, r  1,2........m
r 1 i 1
Teknik Pengumpulan Data
n
Teknik wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan
u
i 1
ik xik  1` , dan Ui dan Vr≥0,
dengan cara mengadakan tanya jawab,
secara bertatap muka dengan responden. dimana:
Dokumentasi merupakan teknik qrt adalah jumlah output r pada bidang t
pengumpulan data yang berasal dari xit adalah input I pada bidang t
berbagai arsip tertulis yang dimiliki oleh qrt adalah jumlah input r pada bidang s
instansi-instansi terkait penelitian xit adalah jumlah output i pada bidang t
(Abdurrahman dan Muhidin, 2011). m adalah jumlah sampel yang dianalisis
s adalah jumlah input yang digunakan
Analisis Data pada bidang t
Teknik analisis yang digunakan uik adalah nilai terbesar input I pada bidang
adalah Data Envelopment Analysis (DEA) k
dan regresi. Untuk menghitung tingkat uit adalah nilai tertimbang dari output r
efisiensi produksi kopi di Kecamatan yang dihasilkan pada bidang t
Candiroto menggunakan DEA, sedangkan ht adalah nilai yang dioptimalisasikan
untuk mengetahui faktor-faktor produksi sebagai indikator efisiensi
yang mempengaruhi tingkat produksi kopi
digunakan analisis regresi. 2. Regresi
Penggunaan analisa regresi
1. Data Envelopment Analysis (DEA) mensyaratkan adanya 1 variabel dependen
Metode DEA adalah pengembangan yaitu output (Y), sedangkan variabel
programasi linier yang didasarkan pada independennya adalah input yang
teknik pengukuran efisiensi relatif dari digunakan dalam proses produksi. Produksi
sekelompok unit input dan output. Metode komoditas kopi robusta di Kecamatan
DEA merupakan prosedur yang dirancang

94 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013


Candiroto Kabupaten Temanggung diduga variabel. Selanjutnya untuk memberikan
sebagai fungsi dari: luas lahan, jumlah gambaran faktor-faktor yang
tenaga kerja, jumlah tanaman kopi, pupuk, mempengaruhi produksi kopi robusta di
dan umur tanaman kopi. Model analisis Kecamatan Candiroto Kabupaten
yang digunakan untuk menduga faktor- Temanggung dikembangkan model log
faktor yang berpengaruh terhadap tingkat natural dan fungsi produksi frontier sebagai
produksi pada penelitian ini adalah model berikut:
fungsi produksi frontier dengan 5 input

LnY = Ln  0   1 LnX1   2 LnX 2   3 LnX 3   4 LnX 4   5 LnX 5   t ……(3.1)

dimana: Y : Produksi Kopi Robusta


X1 : Luas lahan kopi
X2 : Jumlah tenaga kerja
X3 : Jumlah Tanaman Kopi
X4 : Penggunaan Pupuk
X5 : Umur tanaman Kopi
α0 sampai α5 adalah slope yang diperoleh dari hasil regresi ini.

Model yang digunakan dalam HASIL PENELITIAN DAN


penelitian ini adalah model produksi yang PEMBAHASAN
dilakukan dengan analisa regresi. Model Gambaran Umum Pertanian
regresi yang baik harus bebas dari Kecamatan Candiroto
multikolinearitas, autokorelasi, dan Jika dilihat dari luas penggunaan
heteroskedastisitas. Pengujian model lahan menurut jenisnya di Kecamatan
terhadap asumsi klasik diberlakukan pada Candiroto pada tahun 2010 menurut data
persamaan tersebut yang meliputi deteksi BPS Temanggung, sebagian besar lahan
multikolinearitas yang berfungsi untuk yang ada merupakan lahan bukan sawah
mengetahui tidak ada hubungan linear (75,3%) sedangkan sisanya (24,7%) berupa
diantara variabel-variabel penjelas (X), sawah. Tanaman sub sektor perkebunan di
yang tercakup dalam regresi, Kecamatan Candiroto didominasi oleh
heteroskedastisitas yang bertujuan untuk tanaman kopi baik robusta maupun arabika
menguji apakah dalam model ini terjadi dan tembakau pada tahun 2010. Selain kopi
ketidaksamaan varians satu pengamatan ke (arabika dan robusta) dan tembakau,
pengamatan lainnya dan uji autokorelasi Kecamatan Candiroto juga menghasilkan
dengan menggunakan uji DW-tes, yang beberapa produk tanaman subsektor
bertujuan untuk menguji apakah dalam perkebunan dan buah-buahan seperti
model tersebut ada korelasi antar kesalahan cengkeh, kakao, aren, kelapa, kapulogo
pengganggu pada periode t dengan seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut
kesalahan pada periode t-1 (Gujarati, 2006). ini.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 95


Tabel 4.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan dan Buah-Buahan Menurut
Jenis Tanaman di Kecamatan Candiroto Tahun 2010.
Jenis Tanaman Panen (ha) Produksi (kw)
1.Kopi Arabika 35,68 17,12
2.Kopi robusta 1.620,60 1.368,71
3.Cengkeh 117,57 8,95
4.Kelapa 49,10 27,28
5.Aren 6,22 17,92
6.Kakao 15,07 5,84
7.Kapulogo 33,98 38,30
Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Temanggung, 2011.

Pada tahun 2010, diantara produksi diselang-seling dengan tanaman


tanaman perkebunan dan buah-buahan di perkebunan lainnya.
Kecamatan Candiroto yang paling sedikit Menurut data yang diperoleh dari
adalah kemukus dan panili. Sedangkan Balai Penyuluhan Kecamatan Candiroto,
produksi yang paling banyak adalah pisang jumlah petani kopi yang ada di daerah
dan kopi robusta yaitu 1.618 dan 1.368,71 Kecamatan Candiroto sebesar 8283 orang.
kuintal. Luas panen kopi robusta di Apabila dilihat dari jumlah penduduk yang
Kecamatan Candiroto sangat besar bila ada di Kecamatan Temanggung yaitu
dibandingkan dengan jenis kopi arabika sebesar 31.960 jiwa, maka hampir sebanyak
yaitu 1.620,60 ha dengan 35,68 ha. Khusus 26% penduduknya berprofesi sebagai
untuk tanaman buah-buahan, satuan luas petani kopi. Pada tabel 4.4 berikut ini, dapat
panen yang digunakan adalah jumlah diketahui luas perkebunan rakyat dan
tanaman karena tanaman tersebut kadang jumlah petani kopi yang ada di 10 desa
Kecamatan Candiroto.

Tabel 4.2. Luas Perkebunan Rakyat dan Jumlah Petani Kopi di Kecamatan Candiroto.
Perkebunan
No. Desa Petani kopi
Rakyat (ha)
1 Batursari 191 856
2 Candiroto 109 532
3 Gunungpayung 100 214
4 Mento 145 813
5 Muneng 147 977
6 Lempuyang 153 911
7 Plosogaden 358 1711
8 Sidoharjo 246 1262
9 Krawitan 18 497
10 Muntung 50 510
Jumlah 1.517 8283
Sumber: Balai Penyuluh Kecamatan Candiroto.

Apabila dilihat dari tabel tersebut, paling kecil diantara desa-desa


luas perkebunan rakyat dan jumlah petani lainnya.Tabel berikut ini akan menyajikan
yang paling besar ada di Desa Plosogaden data tentang profil usaha kopi robusta yang
dan Sidoharjo. Sedangkan Desa Krawitan ada di Kecamatan Candiroto.
memiliki luas perkebunan rakyat yang

96 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013


Tabel 4.3. Gambaran Umum Petani Kopi Robusta di Kecamatan Candiroto.
Variabel Minimum Maksimum Rata-Rata
Usia Petani 30 65 47
Pendidikan Sekolah Dasar SMU SMP
Luas Lahan 0,25 ha 1,25 ha 0,25 ha
Produksi 200 kg 1.500 kg 750 kg
Umur Tanaman Kopi 8 Tahun 18 Tahun 12 Tahun
Sumber: Data Primer diolah.

Berdasarkan tabel tersebut, usia rata-rata kopi robusta sebesar 750 kilogram
rata-rata petani kopi adalah 47 tahun dan per tahun.
yang paling muda berusia 30 tahun. Rata- Analisis Temuan dan Pembahasan
rata tingkat pendidikan petani kopi masih 1. Tingkat Efisiensi Produksi Kopi
rendah yaitu sekolah menengah pertama Robusta di Kecamatan Candiroto
(SMP), sebagian kecil petani tidak Sesuai dengan latar belakang pada
bersekolah atau hanya lulusan sekolah bab terdahulu, dimana diduga di Kecamatan
dasar. Luas lahan yang dimiliki para petani Candiroto telah terjadi inefisiensi dalam
kopi relatif kecil yaitu rata-rata 0,25 ha, hal produksi kopi robusta pada tahun 2012.
tersebut dikarenakan lahan yang dimiliki Untuk itu diperlukan penghitungan tingkat
petani kopi di Kecamatan Candiroto adalah efisiensi produksi kopi robusta, agar hasil
warisan dari orang tua sehingga harus produksinya dapat dimaksimalkan untuk
dibagi-bagi dengan saudara-saudaranya peningkatan kesejahteraan petani kopi.
yang lain. Rata-rata umur tanaman kopi di Tabel 4.4 berikut ini akan menyajikan hasil
Kecamatan Candiroto adalah 12 tahun dan penghitungan tingkat efisiensi produksi
yang paling muda 8 tahun. Tingkat produksi kopi robusta dengan menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA).

Tabel 4.4.
Tingkat Efisiensi Produksi Kopi Robusta di Kecamatan Candiroto Tahun 2012.
Tingkat Efisiensi
No. Desa
Produksi (%)
1. Batursari 95,49
2. Candiroto 88,89
3. Gunungpayung 58,81
4. Mento 99,10
5. Muneng 78,82
6. Lempuyang 88,89
7. Plosogaden 66,55
8. Sidoharjo 52,33
9. Krawitan 52,92
10. Muntung 50,62
Rata-Rata 73,24
Sumber: Data primer, diolah.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 97


Berdasarkan hasil analisis data korelasi antar variabel independen lahan,
tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat tenaga kerja, jumlah tanaman, jumlah
efisiensi produksi kopi robusta di pupuk yang digunakan, umur tanaman kopi
Kecamatan Candiroto masih belum efisien robusta seluruhnya kurang dari 0,8. Nilai
yaitu sebesar 73,24%. Tingkat efisiensi korelasi antar variabel independen yang
produksi kopi robusta di Kecamatan tertinggi adalah sebesar 0.6853. Hal ini
Candiroto masih harus dinaikkan lagi berarti bahwa antar variabel penelitian tidak
sebesar 26,76% agar efisien. Desa yang ada hubungan linier atau tidak ada gejala
memiliki tingkat efisiensi produksi yang multikolinearitas sehingga variabel-
paling tinggi yaitu 99,10% adalah Desa variabel tersebut dapat digunakan dalam
Mento. Sedangkan desa yang lainnya analisis regresi maupun Data Envelopment
memiliki tingkat efisiensi produksi di atas Analysis (DEA). Sedangkan untuk uji
50%. Diduga rendahnya tingkat efisiensi heteroskedastisitas menggunakan Uji Park,
produksi di Kecamatan Candiroto karena berdasarkan hasil uji tersebut diketahui
input produksi belum dialokasikan secara bahwa koefisien parameter untuk masing-
optimal sehingga menimbulkan kondisi masing variabel independen bersifat tidak
kontra produktif. Jadi para petani kopi signifikan (lihat uji t maupun
robusta di Kecamatan Candiroto harus probabilitasnya) sehingga dapat
mengalokasikan input produksi secara disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas.
optimal sebesar 26,76% untuk mencapai Sedangkan untuk uji autokorelasi
tingkat efisiensi produksi 100%. menggunakan uji Durbin-Watson (DW)
yang dihitung dengan Eviews, nilai Durbin-
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Watson menunjukkan 1,945221 dengan
Tingkat Produksi Kopi di Kecamatan derajat kepercayaan 5% hasil uji DW
Candiroto tersebut tidak mengandung autokorelasi
Sebelumnya agar model regresi karena nilai DW tersebut berada diantara
yang baik harus bebas dari nilai du dan 4- du.
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan Untuk lebih ringkas, persamaan
autokorelasi. Maka model regresi yang regresi akan ditampilkan dalam bentuk
digunakan akan dideteksi terlebih dahulu. tabel berikut ini:
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilai
Adj R2
Tabel 4.5. Hasil Regresi :
Variab Paramet Koefisi Probabil 0.5306
el er en ity 85
Regresi F
Statisti
Interse ά0 -12,04 0,918
c:
pt ά1 2,04 0,0494*
0.0000
Ln X1 ά2 0,59 0,003**
Ln X2 ά3 4,60 0,0394* Sumber: Output Eviews.
Ln X3 ά4 0,43 0,0045** Ket: ** : Signifikan pada taraf 1 %
Ln X4 ά5 -1,54 0,0006** * : signifikan pada taraf 5 %
Ln X5
R2 :
0.5785
75
Dari tabel tersebut terlihat bahwa
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,578575 atau 57, 86% menunjukkan

98 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013


bahwa keragaman hasil produksi kopi dapat yaitu sebesar 0,0394 yang berarti bahwa
dijelaskan oleh faktor-faktor produksi luas variabel jumlah tanaman kopi
lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah tanaman mempengaruhi produksi kopi secara
kopi, penggunaan pupuk, dan umur signifikan. Koefisien regresi untuk jumlah
tanaman kopi, sehingga fungsi produksi tanaman kopi sebesar 4,60 yang artinya jika
cukup baik untuk digunakan untuk jumlah tanaman kopi bertambah atau
mengetahui hubungan antara faktor meningkat sebesar 1% maka produksi kopi
produksi dengan hasil produksi kopi di robusta akan meningkat sebesar 4,60%
Kecamatan Candiroto. Sedangkan sisanya (ceteris paribus).
yaitu 42,14% dijelaskan oleh variabel
lainnya. d. Pupuk
a. Luas Lahan Variabel penggunaan pupuk (X4)
Variabel luas lahan (X1) mempunyai angka signifikansi di bawah
mempunyai angka signifikansi di bawah nilai probabilitas signifikansi 0,01 (ά : 1 %)
nilai probabilitas signifikansi 0,05 (ά : 5%) yaitu sebesar 0,0045 yang berarti bahwa
yaitu sebesar 0,0494 yang berarti bahwa variabel penggunaan pupuk mempengaruhi
variabel luas lahan mempengaruhi produksi produksi kopi secara signifikan. Koefisien
kopi secara signifikan. Koefisien regresi regresi untuk jumlah tanaman kopi sebesar
untuk luas lahan sebesar 2,04 yang artinya 0,43 yang artinya jika penggunaan pupuk
jika luas lahan naik atau meningkat sebesar ditambah atau meningkat sebesar 1% maka
1% maka produksi kopi robusta akan produksi kopi robusta akan meningkat
meningkat sebesar 2,04% (ceteris paribus). sebesar 0,43% (ceteris paribus).
Hal tersebut diduga karena lahan sebagai e. Umur Tanaman Kopi
salah satu input produksi dalam sektor Variabel umur tanaman kopi (X5)
perkebunan memegang peranan penting mempunyai angka signifikansi di bawah
dalam menentukan produktivitas hasil nilai probabilitas signifikansi 0,01 (ά : 1 %)
perkebunan (Endang Sudaryati, 2004). yaitu sebesar 0,0006 yang berarti bahwa
b. Tenaga Kerja variabel umur tanaman kopi mempengaruhi
Variabel tenaga kerja (X2) produksi kopi secara signifikan. Koefisien
mempunyai angka signifikansi di bawah regresi untuk jumlah tanaman kopi sebesar
nilai probabilitas signifikansi 0,01 (ά : 1 %) -1,54 yang artinya jika umur tanaman kopi
yaitu sebesar 0,003 yang berarti bahwa bertambah atau meningkat sebesar 1%
variabel tenaga kerja mempengaruhi maka produksi kopi robusta akan menurun
produksi kopi secara signifikan. Koefisien sebesar 1,54% (ceteris paribus). Hal ini
regresi untuk tenaga kerja sebesar 0,59 yang diduga karena umur tanaman kopi di
artinya jika jumlah tenaga kerja naik atau Kecamatan Candiroto sudah diatas 12 tahun
meningkat sebesar 1% maka produksi kopi sehingga perlu dilakukan peremajaan agar
robusta akan meningkat sebesar 0,59 % produksi kopi dapat meningkat.
(ceteris paribus). Hal ini berarti bahwa
penambahan jumlah tenaga kerja akan
meningkatkan jumlah produksi kopi 4. Peningkatan Efisiensi Produksi Kopi
robusta di Kecamatan Candiroto. Robusta
Metode Data Envelopment Analysis
c. Jumlah Tanaman Kopi (DEA) selain menghasilkan perhitungan
Variabel jumlah tanaman kopi (X3) tingkat efisiensi produksi juga dapat
mempunyai angka signifikansi di bawah membantu menelusuri penyebab inefisiensi
nilai probabilitas signifikansi 0,05 (ά : 5%) produksi kopi robusta di Kecamatan

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 99


Candiroto. Dari hasil perhitungan DEA yang bertanda negatif terhadap tingkat
tersebut akan didapatkan kombinasi input produksi kopi robusta.
dan output yang optimal bagi masing- 3. Cara meningkatkan efisiensi produksi
masing petani kopi agar tingkat kopi robusta untuk masing-masing
produksinya efisien. Untuk lebih petani di Kecamatan Candiroto rata-rata
lengkapnya ada di lampiran. Salah satu dengan cara mengurangi jumlah tenaga
contohnya adalah sebagai berikut: kerja yang tidak diperlukan, peremajaan
umur kopi robusta, mengurangi jumlah
Targets for Unit SUMADI efficiency 41.84% radial pupuk agar tidak berlebihan sehingga
VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN
ACHIEVED mengurangi kesuburan tanah,
-LAHAN 0.4 0.4 5.2% 94.8% intensifikasi lahan.
-TK 2.0 2.0 0.0% 100.0%
-JUMLTAN 510.0 510.0 0.0% 100.0%
-PUPUK 500.0 403.1 19.4% 80.6% Rekomendasi
-UMUR 14.0 10.1 27.6% 72.4%
+PROD 300.0 717.0 139.0% 41.8% 1. Bagi para petani kopi, untuk
Sumber: Output DEA (Lampiran) meningkatkan efisiensi produksi kopi
Petani kopi robusta bernama Sumadi yang robusta di Kecamatan Candiroto perlu
merupakan penduduk Desa Sidoharjo, dilakukan intensifikasi lahan,
tingkat efisiensi produksi kopinya sebesar mengurangi penggunaan pupuk yang
41,84%. Agar petani tersebut mencapai berlebihan agar tidak mengganggu
tingkat efisiensi produksi sebesar 100% kesuburan lahan sesuai dengan
maka, dia harus mengurangi jumlah pupuk ketentuan dari dinas pertanian,
yang digunakan menjadi sebesar 403,1 kg, mengurangi jumlah tanaman kopi agar
meremajakan umur tanaman kopinya jarak tanamnya tidak terlalu dekat,
sehingga tingkat produksi kopi meningkat perlunya peremajaan tanaman kopi agar
sebesar 139%. Rekomendasi ini hanya tingkat produksinya meningkat,
berlaku untuk masing-masing petani, sesuai mengurangi jumlah tenaga kerja yang
dengan jumlah variabel input dan tidak diperlukan agar tingkat
outputnya. produksinya optimal.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
Temanggung, khususnya dinas teknis
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
seperti Dinas Pertanian, Perkebunan,
Kesimpulan
1. Tingkat efisiensi produksi rata-rata kopi dan Kehutanan untuk meningkatkan
robusta di Kecamatan Candiroto masih produksi kopi robusta di Kecamatan
belum efisien yaitu 73,24%. Desa Candiroto maka perlu melakukan
Mento merupakan desa dengan tingkat peningkatan luas lahan kopi yang ada,
efisiensi produksi yang paling tinggi memberikan pelatihan dan sekolah
dan Desa Sidoharjo dan Muntung yang lapang khususnya bagi petani dan
paling rendah. tenaga kerja/buruh tani kopi,
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatkan jumlah tanaman kopi
secara signifikan terhadap tingkat baik dengan memberikan bibit kopi
produksi kopi robusta di Kecamatan maupun mengadakan pelatihan tentang
Candiroto adalah luas lahan, jumlah pembuatan bibit kopi kepada petani,
tenaga kerja, jumlah tanaman, mengatur penggunaan pupuk kimia
penggunaan pupuk, dan umur tanaman. maupun pupuk kandang yang dilakukan
Hanya variabel umur tanaman kopi oleh petani sesuai dengan anjuran dinas
pertanian Kabupaten Temanggung
maupun dari Departemen Pertanian.

100 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013
3. Selain itu, perlu juga adanya pelatihan robusta adalah dengan meningkatkan
teknologi paska panen kopi robusta, koordinasi dengan pemerintah daerah
pelabelan (packaging), dan dalam hal sosialisasi tentang
pemasarannya khususnya bagi para penggunaan pupuk yang sesuai dengan
petani kopi robusta di Kecamatan peraturan Menteri Pertanian,
Candiroto. pengembangan budidaya kopi dan
4. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, teknologi paska panen agar hasil
upaya yang dapat dilakukan untuk produksi kopi petani dapat optimal dan
meningkatkan efisiensi produksi kopi harga jualnya menguntungkan.

Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013 101
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Maman dan Sambas Ali Pusat Antar Universitas Studi


Muhidin. 2011. Panduan Praktis Ekonomi Universitas Gajah Mada,
Memahami Penelitian (Bidang Yogyakarta.
Sosial-Administrasi-Pendidikan). Santoso, B. 1999. Pendugaan Fungsi
CV Pustaka Setia, Bandung. Keuntungan dan Skala Usaha pada
Cahyono, Bambang. 2011. Sukses Usahatani Kopi Rakyat di lampung,
Berkebun Kopi.Pustaka Mina, Pusat Penelitian Agro Ekonomi,
Jakarta. Bogor.
Fatma, Zuraida. 2011. Analisis Fungsi Soekartawi.1990.Teori Ekonomi Produksi
Produksi dan Efisiensi Usahatani dengan pokok bahasan analisis
Kopi Rakyat di Aceh Tengah. Tesis fungsi Cobb-Douglas, Rajawali
Program Pascasarjana Studi Ilmu Pers, Jakarta.
Ekonomi Pertanian. IPB Bogor. Sudaryati, Endang. 2004. Faktor-Faktor
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi yang Mempengaruhi Produksi Kopi
Pertanian, Edisi 3, LP3ES, Jakarta. Rakyat di Kabupaten Temanggung.
Najiyati, S. dan Danarti. 1990. Kopi Tesis Program Pascasarjana
Budidaya dan Penanganan Lepas Magister Ilmu Ekonomi dan Studi
Panen. Pembangunan Universitas
Nicholson, W. 1995. Mikro Ekonomi Diponegoro.
Intermediate dan Penerapannya, Suprihono, B. 2003. Analisis Efisiensi
Jilid 1. Raja Grafindo, Jakarta. Usahatani Padi pada Lahan Sawah
Pindyck, RS., Dan Rubinfeld, DL.1999, di Kabupaten Demak. Tesis
Mikro Ekonomi, alih bahasa: Jenie, Universitas Diponegoro, Semarang
A. Prehallindo, Jakarta. Susantun, I. 2000. Fungsi Keuntungan
Samsubar Saleh. 2000. Data Envelopment Cobb-Douglas Dalam Pendugaan
Analysis (DEA): Konsep Dasar Efisiensi Relatif. Jurnal Ekonomi
dalam Metodologi Empiris Data Pembangunan, Vol.5 No.2,hlm 149-
Envelopment Analysis (DEA). 161.

102 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Volume 11 Nomor 1 – Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai