Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

KOPI KALOSI

1.1 Uraian Isi


1.1.1 Pendahuluan Kopi Kalosi
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan yang lainnya dan
berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan
penting sebagai sumber devisa negara melainkan juga merupakan sumber
penghasilan bagi satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo,
2012). Perkembangan kopi Indonesia di dominasi oleh perkebunan rakyat dengan
total areal 1,06 juta ha atau 94,14%, sementara areal perkebunan besar negara dan
perkebunan besar swasta masing-masing seluas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8
ribu ha (2,38%). Tidak hanya luas areal perkebunan kopi yang berpengaruh
terhadap produksi kopi, jenis kopi yang digunakan juga sangat berpengaruh
terhadap besarnya produksi kopi yang dihasilkan. Indonesia juga
membudidayakan jenis kopi yang berkualitas seperti kopi spesialti (Herman,
2008).
Kopi spesialti adalah kopi Indonesia yang punya nama di pasar internasioanal,
kopi spesialti Indonesia yang sudah punya nama dipasar internasional seperti Java
Coffee, Gayo Mountain Coffee, Mandheling Cofee, dan, Kalosi Coffee
keseluruhan dari jenis kopi tersebut merupakan kopi arabika spesialti (Karo,
2010). Ekspor kopi arabika dari Indonesia sebagian besar dipasarkan ke segmen
pasar khusus (kopi spesialti) karena mutu citarasanya khas dan digemari oleh para
penikmat kopi di negara-negara konsumen utama. Di segmen spesialti harga kopi
lebih mahal dan fluktuasinya tidak terlalu tajam, yang tentunya berdampak pada
pendapatan petani dan devisa negara (Wahyudi, 2008).

Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi di kawasan timur Indonesia


yang memiliki potensi pengembangan kopi. Hal ini ditunjukkan dengan areal
penanaman yang cukup luas serta keadaan agroklimatologi yang sangat
mendukung. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sulawsi Selatan (2009), volume
ekspor kopi arabika asal Sulawesi Selatan periode 2009 tercatat 4,11 juta ton
dengan nilai ekspor sebanyak 14,45 juta dolar AS. Dari total volume ekspor kopi
arabika tersebut, terbanyak dikirim ke AS yakni 1,9 juta ton, kemudian Jepang
628.037 ton, dan Belgia 379.200 ton. Sementara ekspor kopi ke Italia hanya
36.000 ton dengan nilai ekspor 113.400 dolar AS. Lokasi produksi kopi di
Sulawesi Selatan tersebar pada tujuh kabupaten. Produksi kopi robusta sekitar
1000 ton/tahun dihasilkan di Kabupaten Bulukumba, Bantaeng, Sinjai, Pinrang,
Luwu, Lutra dan Toraja. Sementara kopi arabika di Kabupaten Toraja, Enrekang,
dan Gowa yang produksinya juga masing-masing mencapai di atas 1000 ton per
tahun (Alam, 2006). Kopi arabika yang dihasilkan oleh Kabupaten Tana Toraja
dan Kabupaten Enrekang di Sulawesi Selatan ini sudah dikenal luas di luar negeri
dengan nama Kopi Toraja dan Kopi Kalosi.

Kopi kalosi adalah salah satu kopi terbaik di dunia, yang merupakan salah satu
komoditi unggulan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Di Indonesia, jenis
kopi kalosi ini hanya bisa tumbuh di Kabupaten Enrekang yang terletak di daerah
pegunungan (dengan ketinggian kurang 2.000 meter di atas permukaan laut)
dengan iklim dingin. Kabupaten Enrekang, menjadi salah satu penghasil kopi
berkualitas bagus yang mendapat pengakuan dari beberapa negara di dunia. Sejak
beberapa tahun silam, kopi Kalosi sudah terkenal dan diekspor hingga ke luar
negeri dengan harga tinggi, seperti ke Jerman, Jepang dan Amerika. Kopi ini
disukai di luar negeri karena rasa dan aromanya yang khas. Kopi kalosi lebih
dikenal diluar negeri, dan untuk di Indonesia sendiri kopi ini masih kalah pamor
dengan kopi luwak, kopi Bali, atau kopi Toraja. Selain itu pemasarannya khusus
di Indonesia masih terbatas karena kelangkaannya. Kopi kalosi biasanya dicampur
dengan kopi dari toraja yang kualitasnya lebih rendah lalu diolah menjadi kopi
bubuk. Kualitas cita rasa kopi merupakan perpaduan antara kualitas bahan baku
serta cara pengolahan buah kopi (Nugrawati, 2016). Indikator kualitas kopi
meliputi aroma, kadar keasaman, berat, cita rasa, daya tahan cita rasa, dan
kemanisan (Panggabean, 2009). Kopi kalosi sendiri mempunyai aroma kopi
khusus ini khas dengan tingkat keasaman yang rendah, halus, lembut, cita rasa
floral serta fruity. Sensasi rasa kopinya kuat, menembus lidah. Ada juga rasa
kecut. Pahitnya nampak di ujung lidah tidak lama sesudah diteguk. Tampilan
kopinya terlihat lebih bening sesudah dituang kedalam cangkir, serupa teh pekat.

1.1.2 Peta Lokasi Kopi Kalosi


Adapun peta lokasi kopi kalosi terdapat pada gambar dibawah ini:

1.1.3 Produksivitas Kopi Kalosi

Salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang memproduksi Kopi adalah


Kabupaten Enrekang. Enrekang menjadi Kabupaten yang memberikan kontribusi
paling besar dalam produksi kopi di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten
Enrekang mencatatkan rata-rata persentase sebesar 26 persen dari total produksi
kopi di provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan beberapa kabupaten-kabupaten
seperti Tana Toraja (12,71 persen), Gowa (9,70 persen), Tana Toraja Utara (9,03
persen), Pinrang (8,88 persen) dan Sinjai (6,32 persen) turut menyumbangkan
kontribusi dalam produksi kopi di Sulawesi Selatan.
Tabel 1. Jumlah Produksi dan persentase Kontribusi Produksi kopi kabupaten
Enrekang di Sulawesi Selatan

Persentasi Kontribusi
Jumlah Produksi
Tahun Produksi Di Sulsel
(Ton)
(%)
2010 8.915,53 26,14
2011 7.932,74 26,68
2012 7.923,00 24,73
2013 7.915,00 27,07
2014 7.916,00 27,20
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian Prov. Sulawesi Selatan
Berdasarkan pada data Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa dalam waktu 5
tahun (2010-2014) produksi Kopi di Kabupaten Enrekang yang paling tinggi
terjadi pada tahun 2010 yaitu jumlah produksinya sebanyak 8.915,53 Ton.
Sedangkan produksi terkecil terjadi pada tahun 2013 yaitu 7.915 Ton. Sejak tahun
2011 produksi Kopi Kabupaten Enrekang terus merosot, suatu masalah yang
harus segera ditemukan akar persoalan dan dampak yang ditimbulkan dari
penurunan jumlah produksi tersebut.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan (2005), volume
ekspor kopi arabika asal Sulawesi Selatan periode 2009 tercatat 4,11 juta ton
dengan nilai ekspor sebanyak 14,45 juta dolar AS. Dari total volume ekspor kopi
arabika tersebut, terbanyak dikirim ke AS yakni 1,9 juta ton, kemudian Jepang
628.037 ton, dan Belgia 379.200 ton. Sementara ekspor kopi ke Italia hanya
36.000 ton dengan nilai ekspor 113.400 dolar AS.

1.1.4 Luas Lahan Produksi Kopi Kalosi

Di Kabupaten Enrekang tercatat sekitar 1.480 ha dari total area 10.444 ha


merupakan tanaman berumur lanjut yang perlu untuk diremajakan. Tanpa usaha
peremajaan Kabupaten Enrekang akan kehilangan pertanaman kopi arabika
sekitar 1.480 ha. Setara dengan produksi tidak kurang dari 1.036 ton atau 5
kehilangan penerimaan sebesar US $ 1,15 juta/tahun (Dinas Perkebunan
Enrekang, 2005).

Tabel 2. Luas Area (Ha), Jumlah Produksi (Ton/tahun), dan Jumlah Petani usahatani kopi
di Kabupaten Enrekang tahun 2010-2014
Luas Areal (Ha) Produksi Jumlah
Tahun TBM TM TR/TT Jumlah
(ton/tahun) Petani (KK)
2010 1.100 8.401 2.410 11.911 8.915,53 16.850
2011 1.132 8.409 2.408 11.949 7.932,53 17.521
2012 1.130 8.452 2.397 11.979 7.923,00 17.551
2013 1.130 8.494 2.368 11.975 7.919,00 17.471
2014 1.180 8.494 2.369 12.043 7.915,00 17.920
Sumber : BPS Kabupaten Enrekang (2011-2015)
Dinas Perkebunan Kab. Enrekang (2011-2015)
Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman menghasilkan
TR = Tanaman Rehabilitasi
TT = Tanaman Tua
KK = Kepala Keluarga
Tabel 3. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Kopi Tiap Kecamatan Di Kabupaten
Enrekang
Kecamatan Luas Lahan (Ha) Jumlah Produksi (Ton)
Maiwa 40 15,6
Bungin 1.223 685,0
Enrekang 721 386,1
Cendana - -
Baraka 2.505 1.568,0
Buntu Batu 2.476 1.641,7
Anggeraja 255 173,7
Malua 630 285,7
Alla 761 531,3
Curio 1.681 559,8
Masalle 1.315 779,2
Baroko 1.754 1.278,8
Sumber : BPS Kecamatan Bungin Kab Enrekang Tahun 2016
Kecamatan Bungin merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di
Kabupaten Enrekang. Dari total 12 kecamatan tersebut terdapat 11 kecamatan,
kecuali Cendana yang memproduksi kopi. Dari Publikasi BPS Kabupaten
Enrekang tahun 2015 menunjukkan produksi usahatani kopi di kecamatan Bungin
termasuk tinggi yakni sebesar 685 ton dengan luas area perkebunan kopi sebesar
1.223 ha. Walaupun masih kalah tinggi apabila dibandingkan dengan kecamatan
Baraka, Buntu Batu, Masalle, ataupun Baroko. Namun bila ditinjau dari sudut
pandang kepadatan penduduknya kalah jauh dari kecamatan lainnya. Jika
dibandingkan dengan semua kecamatan lain yang memproduksi kopi, Kecamatan
Bungin merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit dan
dengan luas area pertanian kopi yang begitu luas. Olehnya itu dapat dikatakan
bahwa Kecamatan Bungin merupakan suatu Daerah yang mayoritas penduduknya
berprofesi sebagai petani kopi.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang
tahun 2008, luas areal produksi kopi Arabica seluas 11.515,50 Ha yang
diusahakan oleh 16.657 KK atau sekira 81.680 jiwa (45 persen penduduk
Kabupaten Enrekang) dengan jumlah produksi mencapai 5.122,3 ton. Perkebunan
kopi yang dikembangkan oleh rakyat ini tersebar di beberapa kecamatan, yakni
Kecamatan Bungin, Baraka, Alla, Buntu Batu, Curio, Masalle, Baroko dan
sebagian kecil di wilayah Kecamatan Enrekang, Malua dan Anggeraja.

1.1.5 Mutu dan Perdagangan Kopi Kalosi Sulawesi

Kopi kalosi adalah salah satu kopi terbaik di dunia, merupakan salah satu
komoditi unggulan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Kopi kalosi adalah
kopi jenis Arabica typica yang hanya bisa dibudidayakan pada daerah ketinggian
1.500 di atas permukaan laut, yang merupakan kopi langka dan tertua di dunia. Di
Indonesia, jenis kopi ini hanya bisa tumbuh di Kabupaten Enrekang yang terletak
di daerah pegunungan (dengan ketinggian kurang 2.000 meter di atas permukaan
laut) dengan iklim dingin. Kabupaten Enrekang, menjadi salah satu penghasil
kopi berkualitas bagus yang mendapat pengakuan dari beberapa negara di dunia.
Sejak beberapa tahun silam, kopi Kalosi sudah terkenal bahkan diekspor hingga
ke luar negeri dengan harga tinggi, seperti ke Jerman, Jepang dan Amerika. Kopi
ini disukai di luar negeri karena rasa dan aromanya yang khas. Memang kopi ini
lebih dikenal diluar negeri, dan untuk di Indonesia sendiri kopi ini masih kalah
pamor dengan kopi luwak, kopi bali, atau kopi toraja. Selain itu mungkin
pemasarannya khusus di Indonesia masih terbatas karena kelangkaannya
(Aak,2009).
Berdasarkan prestasi itu, Badan Pengelola Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (BP Kapet) Kota Parepare, Sulawesi Selatan, wilayah
Ajatappareng kemudian menjalin kerja sama dengan investor dari negeri jiran,
Malaysia, yang mulai melirik dan tertarik dengan biji kopi petani Enrekang.
Kedatangan investor Malaysia sebagai tindak lanjut atas rencana MoU ekspor
kopi Enrekang langsung ke Kuala Lumpur. Sebelumnya kopi Enrekang paling
banyak dibeli pengusaha-pengusaha dari Aceh yang kemudian memasarkan kopi
Enrekang ke luar negeri, di antaranya Kuala Lumpur sehingga kopi Enrekang
kemudian dikenal di Malaysia(Cahyono,2012).
Selain Malaysia, cita rasa kopi Enrekang juga menarik perhatian tiga
investor asal Australia, China, dan Jerman. Tiga negara itu belum lama ini juga
menyatakan keseriusannya menggarap potensi kopi arabika di Kabupaten
Enrekang, yang rata-rata per tahun di tiap desa bisa menghasilkan 300 ton.
Dengan semakin banyaknya investor yang tertarik dengan kopi Enrekang, hal itu
semakin menambah semangat petani setempat untuk lebih mengembangkan
tanaman kopi. Selain itu pemasaran lebih mudah, harga jual kopi Enrekang pun
terus merambat naik. Saat ini, harga kopi jenis arabika mencapai 180 dollar AS
(setara Rp 160.000) per kilogram (Fiyan, 2011).
Upaya lain yang ditempuh Pemkab Enrekang adalah menjalin kerjasama
dengan pihak swasta melalui ujicoba rasa menjadi kopi bubuk dan sari kopi. Hak
paten kopi kalosi ini pun sementara diurus sehingga dengan adanya hak paten
tersebut, petani bisa memasarkan kopi dengan brand specialty coffee Kalosi DP
sebagai ikon kopi dan brand mark Kabupaten Enrekang sehingga mampu
membangun kembali citra kopi Kalosi yang terkenal di luar negeri.

1.2 Rangkuman
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan yang lainnya dan
berperan penting sebagai sumber devisa negara. Perkembangan kopi Indonesia di
dominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%,
sementara areal perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta masing-
masing seluas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Ekspor kopi arabika
dari Indonesia sebagian besar dipasarkan ke segmen pasar khusus (kopi spesialti)
karena mutu citarasanya khas dan digemari oleh para penikmat kopi di negara-
negara konsumen utama.
Kopi kalosi adalah salah satu kopi terbaik di dunia, yang merupakan salah
satu komoditi unggulan Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Di Indonesia,
jenis kopi kalosi ini hanya bisa tumbuh di Kabupaten Enrekang yang terletak di
daerah pegunungan (dengan ketinggian kurang 2.000 meter di atas permukaan
laut) dengan iklim dingin. Kabupaten Enrekang, menjadi salah satu penghasil kopi
berkualitas bagus yang mendapat pengakuan dari beberapa negara di dunia. Kopi
kalosi sendiri mempunyai aroma kopi khusus ini khas dengan tingkat keasaman
yang rendah, halus, lembut, cita rasa floral serta fruity. Sensasi rasa kopinya kuat,
menembus lidah. Ada juga rasa kecut. Pahitnya nampak di ujung lidah tidak lama
sesudah diteguk. Tampilan kopinya terlihat lebih bening sesudah dituang kedalam
cangkir, serupa teh pekat. Enrekang menjadi Kabupaten yang memberikan
kontribusi paling besar dalam produksi kopi di Provinsi Sulawesi Selatan.
Kabupaten Enrekang mencatatkan rata-rata persentase sebesar 26 persen dari total
produksi kopi di provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan beberapa kabupaten-
kabupaten seperti Tana Toraja (12,71 persen), Gowa (9,70 persen), Tana Toraja
Utara (9,03 persen), Pinrang (8,88 persen) dan Sinjai (6,32 persen).

1.3 Tes Formatif

a. Jelaskan ciri khas kopi kalosi?

b. Berapa persen produksi kopi disetiap daerah di Sulawesi selatan?


c. Jumlah terbanyak kopi arabika asal Sulawesi selatan yang di ekspor?

d. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang tahun


2008, berapa luas area produksi kopi arabika?

e. Apa yang anda ketahui tentang kopi kalosi?

1.4 Kunci Jawaban Tes Formatif

a. Kopi kalosi mempunyai aroma kopi khusus ini khas dengan tingkat keasaman
yang rendah, halus, lembut, cita rasa floral serta fruity. Sensasi rasa kopinya kuat,
menembus lidah. Ada juga rasa kecut. Pahitnya nampak di ujung lidah tidak lama
sesudah diteguk. Tampilan kopinya terlihat lebih bening sesudah dituang kedalam
cangkir, serupa teh pekat.

b. Kabupaten Enrekang mencatatkan rata-rata persentase sebesar 26 persen dari


total produksi kopi di provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan beberapa kabupaten-
kabupaten seperti Tana Toraja (12,71 persen), Gowa (9,70 persen), Tana Toraja
Utara (9,03 persen), Pinrang (8,88 persen) dan Sinjai (6,32 persen) turut
menyumbangkan kontribusi dalam produksi kopi di Sulawesi Selatan.

c. Ekspor kopi arabika asal Sulawesi Selatan periode 2009 tercatat 4,11 juta ton
dengan nilai ekspor sebanyak 14,45 juta dolar AS. Dari total volume ekspor kopi
arabika tersebut, terbanyak dikirim ke AS yakni 1,9 juta ton, kemudian Jepang
628.037 ton, dan Belgia 379.200 ton. Sementara ekspor kopi ke Italia hanya
36.000 ton dengan nilai ekspor 113.400 dolar AS.

d. Luas area produksi kopi arabika seluas 11.515,50 Ha yang diusahakan oleh
16.657 KK atau sekira 81.680 jiwa (45 persen penduduk Kabupaten Enrekang)
dengan jumlah produksi mencapai 5.122,3 ton.

e. Kopi kalosi adalah kopi jenis Arabica typica yang hanya bisa dibudidayakan
pada daerah ketinggian 1.500 di atas permukaan laut, yang merupakan kopi
langka dan tertua di dunia. Di Indonesia, jenis kopi ini hanya bisa tumbuh di
Kabupaten Enrekang yang terletak di daerah pegunungan (dengan ketinggian
kurang 2.000 meter di atas permukaan laut) dengan iklim dingin.

1.5 Daftar Pustaka

Aak. 2009. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta : Kanisius.

BPS Enrekang, 2011. Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2011. BPS, Enrekang.

Cahyono, Bambang. 2012. Sukses Berkebun Kopi. Jakarta : Penerbit Mina.

Dinas Perkebunan Enrekang, 2005. Laporan Tahunan, Pengembangan Kopi di


Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi
Selatan.

Fiyank, 2011. Kualitas Kopi Kalosi Diakui Dunia (Kopi Kalosi Menarik Investor
dari Negara Eropa dan Amerika). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Herman. 2008. Membangkitkan Kembali Peran Komoditas Kopi Bagi


Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Karo, H. 2010. Analisis Usaha Tani Kopi di Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo. Jurnal. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wahyudi, T. 2008. Panduan Lengkap Pengolahan Kopi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai