Anda di halaman 1dari 17

MATERI KONFERENSI MAJELIS WAKIL CABANG I

PCNU KABUPATEN OGAN ILIR, TAHUN 2022

Konsolidasi diartikan sebagai satu upaya pengurus untuk membangun kekuatan dan kesolidan di
tubuh organisasi NU. Sehingga semua gerakan NU dalam menjalankan programnya, baik yang
bernuansa keagamaan, kemasyarakatan dan bahkan kenegaraan akan tampak ke permukaan.
Kekuatan dan kesolidan di internal pengurus itu juga akan bernilai postif dalam perjalanan organisasi
dalam menghadapi persoalan. NU selama ini tentu tak menafikan dalam menghalau kelompok atau
organisasi yang dianggap membahayakan masyarakat dan keutuhan Negara Republik Indonesia yang
semakin berkembang.

Konsolidasi Lembaga-lembaga di tingkat cabang


Kebutuhan konsolidasi organisasi juga sangat penting bagi PCNU Kabupaten Ogan Ilir masa khidmat
2021-2026 guna menunjang berjalannya program-program kerja PCNU kabupaten Ogan Ilir,
sehingga memberikan maslahat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi warga nahdliyin pada
khususnya. Ditataran PCNU sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU,
terdapat beberapa lembaga yang harus dibentuk oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang sebagai
kelengkapan organisasi antara lain:
1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul
Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah.
2. Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama disingkat LP Maarif NU, bertugas melaksanakan
kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pendidikan dan pengajaran formal.
3. Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama disingkat RMINU, bertugas melaksanakan
kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan
keagamaan.
4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama disingkat LPNU, bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlatul Ulama.
5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat LPPNU, bertugas melaksanakan
kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pengelolaan pertanian, kehutanan
dan lingkungan hidup.
6. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan
kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan.
7. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama disingkat
LAKPESDAM NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengkajian dan
pengembangan sumber daya manusia.
8. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama disingkat LPBHNU, bertugas
melaksanakan pendampingan, penyuluhan, konsultasi, dan kajian kebijakan hukum.
9. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat LESBUMI NU, bertugas
melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan seni dan budaya.
10. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama disingkat LAZISNU, bertugas
menghimpun zakat dan shadaqah serta mentasharufkan zakat kepada mustahiqnya.
11. Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama disingkat LWPNU, bertugas mengurus tanah
dan bangunan serta harta benda wakaf lainnya milik Nahdlatul Ulama.
12. Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama disingkat LBMNU, bertugas membahas masalah-
masalah maudlu’iyyah (tematik) dan waqi’iyyah (aktual) yang akan menjadi Keputusan
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
13. Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama disingkat LTMNU, bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid.
14. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama disingkat LKNU, bertugas melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama di bidang kesehatan.
15. Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama disingkat LFNU, bertugas mengelola masalah ru’yah, hisab
dan pengembangan iImu falak.
16. Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama disingkat LTNNU, bertugas mengembangkan
penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab/buku serta media informasi menurut faham
Ahlussunnah wal Jama’ah.
17. Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama disingkat LPTNU, bertugas mengembangkan
pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama.
18. Lembaga Penanggulangan Bencanadan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama disingkat LPBI NU,
bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dalam pencegahan dan penanggulangan
bencana serta eksplorasi kelautan
Dari delapan belas lembaga tersebut tentu saja tidak semuanya dapat terbentuk dalam waktu
singkat mengingat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh PCNU Kabupaten Ogan Ilir, maka
menjadi tugas bersama peserta Konferensi Majelis Wakil Cabang I untuk menyepakati lembaga-
lembaga mana yang diprioritaskan pembentukannya.

Konsolidasi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU)


Kabupaten Ogan Ilir yang memiliki 16 kecamatan, secara organisasi berarti harus memiliki 16
MWCNU yang sah dan resmi. Jika pada masa lalu pengesahan kepengurusan MWC ditetapkan
dengan SK dari PWNU, maka sekarang ini pengesahan kepengurusan MWCNU cukup dengan SK
PCNU. Dengan kondisi ini tentu lebih memudahkan akselerasi konsolidasi organisasi ditingkat
Cabang dan MWC. Penyusunan dan atau penyegaran kepengurusan MWCNU haruslah dilakukan
dengan memperhatikan kelengkapan administrasi dan prosedur pelaksanaan sesuai AD/ART
Nahdlatul Ulama, sehingga kepengurusan yang terbentuk memiliki legitimasi secara organisasi dan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Prosedur pembentukan kepengurusan MWCNU adalah
dilakukan melalui Konferensi Majelis Wakil Cabang NU ditingkat kecamatan. Secara administratif
terdapat beberapa dokumen yang harus dipenuhi dalam kegiatan tersebut yakni:

Daftar hadir peserta Konferensi MWC NU


Daftar hadir ini sangat penting untuk membuktikan siapa saja yang hadir dalam konferensi tersebut,
sehingga memberikan gambaran bahwa penyusunan kepengurusan MWC NU dilakukan secara
bersama-sama oleh warga Nahdliyin di kecamatan tersebut sesuai dengan ketentuan organisasi.

Contoh Daftar hadir Konferensi MWC NU


NO NAMA JABATAN/UTUSAN NO KONTAK TANDA TANGAN
Berita Acara Pemilihan
Berita acara pemilihan pengurus dibuat untuk memberikan gambaran proses pemilihan
yang berlangsung sehingga diketahui kronologis peristi wa tersebut dengan baik dan
jelas, berikut contoh berita acaranya;

BERITA ACARA
PEMILIHAN MAJELIS WAKIL CABANG NADLATUL ULAMA (MWCNU)
KECAMATAN.....................MASA KHIDMAT......................

Pada hari ini, ............................bertempat di......................telah dilaksanakan sidang


Pleno Konferensi Majelis Wakil Cabang Kecamatan..................dengan agenda acara
pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang Masa Khidmat ................sebagai berikut:
Pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang yang dimaksud adalah pemilihan Rois
Syuriyah dan Ketua Tanfi dziyah Pengurus Majelis Wakil Cabang serta Anggota Mede
Formatur
Pemilihan Rois Syuriah dengan menggunakan sistem Ahlul Halli wal Aqdi. Sedangkan
pemilihan Ketua Tanfi dziyah menggunakan dua tahap, yaitu tahap pencalonan dan
tahap pemilihan. Sementara pemilihan Anggota Mede Formatur ditentukan secara
aklamasi berdasarkan zona wilayah.
Pemilihan Rois Syuriah menggunakan sistem Ahlul Halli wal Aqdi dengan hasil sebagai
berikut:
Anggota Ahlul Halli wal Aqdi akan diisi oleh 5 (lima) orang kyai terpilih dengan suara
terbanyak yang diusulkan oleh Ranti ng NU se-Kecamatan...................Selanjutnya 5
(lima) orang Kyai tersebut melakukan pemilihan Rois Syuriah MWC NU
Kecamatan...............Masa Khidmat ..................... Dari usulan-usulan Pengurus
Ranti ng, perolehan suara untuk nama-nama anggota Ahlul Halli wal Aqdi, sebagai
berikut:

Nomor Nama Jumlah Suara

1
2
3
4
5
6
7
......

a. Berdasarkan Tata Tertib Konferensi Majelis Wakil Cabang, anggota Ahlul Halli wal Aqdi adalah 5
(lima) kyai yang mendapatkan suara terbanyak dari usulan MWCNU se-Kecamatan................
Dengan demikian, 5 (lima) nama Kyai yang mendapatkan suara terbanyak ditetapkan menjadi
anggota Ahlul Halli wal Aqdi yaitu:
Nomor Nama Jumlah Suara
1
2
3
4
5

Kemudian Anggota Ahlul Halli wal Aqdi tersebut bermusyawarah untuk memilih Rois Syuriyah
Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan............Kabupaten Ogan Ilir.
b. Hasil rapat Anggota Ahul Halli wal Aqdi memutuskan dan menetapkan Sdr.
KH. ..........................................sebagai Rois Syuriyah MWC NU Kecamatan............... Masa
Khidmat ..................

1. Tahapan Ketua Tanfidziyah dengan hasil sebagai berikut:


a. Jumlah suara pada tahap pencalonan adalah ..... suara dan menghasilkan rincian nama
perolehan suara sebagai berikut;

No. Nama Bakal Calon Jumlah Suara


1
2
3
4
...
Suara Tidak Sah / Abstain
JUMLAH TOTAL SUARA

b. Pada tahap selanjutnya, sesuai dengan Tata tertib yang sudah diputuskan bahwa tahap
pemilihan akan diikuti oleh calon yang memperoleh minimal dukungan 3 suara, berikut ini
peroleh suara pada tahap pemilihan:

No. Nama Calon Jumlah Suara


1
2
3
....
Abstain/Tidak Sah
JUMLAH TOTAL SUARA

c. Berdasarkan penghitungan akhir dengan perolehan suara terbanyak maka diputuskan dan
ditetapkan Sdr.......................................sebagai Ketua Tanfidziyah MWC NU
Kecamatan............... Masa Khidmat .......................

2. Pemilihan Anggota Mede Formatur yang bertugas bersama Rois Syuriyah dan Ketua
Tanfidziyah terpilih untuk melengkapi kepengurusan MWCNU dilakukan secara aklamasi dan
hasilnya sebagai berikut:
Nomor Nama
1
2
3
......

Demikian berita acara ini dibuat sesuai kenyataan yang sebenarnya, dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

...................., ..................20..

Pimpinan Sidang Pleno


Pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU)
Kecamatan....................... Masa Khidmat .....................

Ketua Sekretaris

Keputusan-keputusan sidang Pleno

1. Pengesahan tata tertib Konferensi

TATA TERTIB KONFERENSI


MAJELIS WAKIL CABANG NAHDLATUL ULAMA (MWCNU)
KECAMATAN.........................KABUPATEN OGAN ILIR

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Yang dimaksud dengan Konferensi Majelis Wakil Cabang merupakan forum
permusyawaratan tertinggi setelah Konferensi Cabang yang dipimpin dan
diselenggarakan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang sebagaimana diatur dalam Pasal
23 Anggaran Dasar dan Pasal 81 Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.
2. Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama membicarakan Konferensi Majelis
Wakil Cabang membicarakan dan menetapkan:
a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama yang
disampaikan secara tertulis;
b. Pokok-Pokok Program Kerja 5 (lima) tahun merujuk Pokok-Pokok Program Kerja Pengurus
Wilayah dan Pengurus Cabang;
c. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan pada umumnya;
d. Rekomendasi Organisasi;
e. Ahlul Halli wal ‘Aqdi;
f. Memilih Ketua Pengurus Majelis Wakil Cabang
3. Konferensi Majelis Wakil Cabang sebagaimana dimaksud ayat 1, diselenggarakan oleh
Panitia yang dibentuk oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama
Kecamatan..................Kabupaten Ogan Ilir
4. Yang dimaksud Panitia adalah Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana.

Pasal 2
Penyelenggaraan Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama
Kecamatan...................Kabupaten Ogan Ilir adalah pada tanggal ................ M atau ...............
H bertempat di .........................kabupaten Ogan Ilir.

BAB II
QUORUM
Pasal 3
1. Konferensi Majelis Wakil Cabang penyelenggaraannya dianggap sah jika dihadiri
sekurang-kurangnya oleh 2/3 dari jumlah Ranting.
2. Ranting yang sah sebagaimana dimaksud ayat 1, pasal ini dibuktikan dengan Surat
Pengesahan dan atau Surat Keputusan Organisasi yang berlaku.
3. Jika dalam waktu yang ditentukan, quorum Konferensi Majelis Wakil Cabang belum
terpenuhi, maka penyelenggaraan Konferensi Majelis Wakil Cabang ditunda untuk
waktu sekurang-kurangnya 15 (lima belas) menit untuk memberikan kesempatan
kepada Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama untuk melakukan koordinasi
dan konsultasi seperlunya.
4. Apabila setelah diberikan penundaan, quorum Konferensi Majelis Wakil Cabang masih
belum terpenuhi, maka Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama dengan
persetujuan peserta yang hadir dapat melanjutkan penyelenggaraan musyawarah
dengan mengesampingkan quorum.

BAB III
PESERTA
Pasal 4
Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Ogan Ilir dihadiri oleh :
1. Pengurus Majelis Wakil Cabang.
2. Ranting Nahdlatul Ulama.
3. Undangan dan Peninjau

Pasal 5
Peserta peninjau yang selanjutnya disebut Peninjau terdiri atas :
Pengurus Ranting Anak Ranting NU, Badan Otonom NU, Lembaga-lembaga NU, Utusan
Pondok Pesantren dan undangan lain yang ditetapkan oleh Panitia.

Pasal 6
Setiap peserta dinyatakan sah apabila membawa surat mandat dari Pengurus Majelis Wakil
Cabang, Pengurus Ranting yang diwakili, Pengurus Badan Otonom dan Lembaga-lembaga
NU serta telah mendaftarkan diri pada Panitia Konferensi Majelis Wakil Cabang.

Pasal 7
Setiap peserta berkewajiban :
1. Mentaati peraturan tata tertib serta ketentuan yang berlaku selama Konferensi Majelis
Wakil Cabang
2. Menghadiri sidang-sidang Konferensi Majelis Wakil Cabang sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan
3. Menjaga ketertiban dan kelancaran kegiatan Konferensi Majelis Wakil Cabang
4. Memakai tanda pengenal yang telah diberikan oleh panitia selama mengikuti sidang-
sidang
5. Panitia Konferensi Majelis Wakil Cabang berhak mempertanyakan seorang peserta,
apabila tidak jelas identitasnya dan atau tidak mengenakan tanda pengenal.

Pasal 8
Setiap peserta berhak  :
1. Mendapatkan fasilitas yang telah disediakan
2. Menyampaikan pendapat, saran terhadap masalah pembahasan yang berkembang dalam
sidang-sidang.

BAB IV
PERSIDANGAN
Pasal 9
Sidang-sidang Konferensi Majelis Wakil Cabang terdiri atas :
1. Sidang pleno
2. Sidang komisi

Pasal 10
1. Sidang pleno diselenggarakan untuk pembahasan materi-materi Konferensi Majelis
Wakil Cabang,
2. Pembahasan materi sidang pleno terdiri atas :
a. Pengesahan Tata Tertib Konferensi Majelis Wakil Cabang
b. Pengesahan hasil sidang komisi
3. Sidang Komisi terdiri atas :
a. Komisi A untuk pembahasan organisasi
b. Komisi B untuk pembahasan program kerja
c. Komisi C untuk pembahasan rekomendasi

BAB V
PIMPINAN SIDANG
Pasal 11
Pimpinan sidang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang Ketua dan seorang Sekretaris.

Pasal 12
1. Pimpinan sidang pleno ditetapkan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama
2. Dalam hal sidang Pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlataul Ulama dipimpin oleh
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Ogan Ilir.

Pasal 13
1. Pimpinan sidang komisi dipimpin oleh seorang ketua sidang dibantu oleh seorang
sekretaris sidang
2. Pimpinan sidang komisi dipilih oleh dan dari peserta sidang yang selanjutnya bertindak
sebagai penyampaian laporan hasil sidang.

Pasal 14
Pimpinan sidang berkewajiban  :
1. Memimpin dan menjaga ketertiban selama sidang, agar pembicaraan tidak menyimpang
dari pokok pembahasan
2. Memberikan kesempatan kepada peserta sidang untuk memberikan pendapat dan saran
3. Menyimpulkan pembahasan sidang serta menandatangani hasil keputusan sidang.

Pasal 15
Pimpinan sidang berhak  :
1. Mengatur urutan pembicara
2. Mengatur alokasi waktu tiap pembicara
3. Menegur pembicara yang menyimpang dari pembahasan, setelah diperingatkan terlebih
dahulu.
Pasal 16
Apabila ketua sidang turut berbicara tentang hal yang dirundingkan (lobiying) maka untuk
sementara ketua sidang harus meninggalkan tempat dan pimpinan sidang diserahkan kepada
sekretaris sidang.
BAB VI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 17
1. Keputusan-keputusan Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama diambil atas
dasar musyawarah mufakat
2. Apabila keputusan atas dasar musyawarah mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak melalui voting.
3. Apabila pengambilan voting suara berimbang, maka diadakan pemungutan suara dan
apabila masih tetap berimbang, maka keputusan diambil dengan cara formatur yang
dibentuk oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang
4. Pemungutan suara mengenai semua masalah diambil secara terbuka, sedangkan
pemungutan suara mengenai orang dilakukan secara tertutup.

BAB VII
PEMILIHAN PENGURUS MAJELIS WAKIL CABANG
Pasal 18
1. Pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang dilakukan di dalam sidang pleno yang diadakan untuk
itu
2. Sebelum acara pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang, Pimpinan sidang terlebih dahulu
meminta Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama
Kecamatan ............................................  periode ................. untuk menyatakan demisioner
3. Pimpinan sidang melakukan verifikasi ulang kepada peserta sesuai dengan daftar hadir dan
surat mandat yang dibuat untuk itu
4. Pemilihan dan penetapan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama dilakukan sesuai
dengan Pasal 44 Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.

Pasal 19
Pelaksanaan Pemilihan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama dilakukan dalam 2 (dua)
tahap :
a.   Tahap 1 untuk pemilihan Rais
b.   Tahap 2 untuk pemilihan Ketua
Pasal 20
Pemilihan Rais :
1. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli Wal
‘Aqdi ( Pasal 44, ayat 1 huruf a ART NU )
2. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi ditetapkan secara langsung dalam sidang pleno Konferensi Majelis Wakil
Cabang sebanyak 5 (lima) orang, yang kriterianya sebagai mana diatur dalam pasal 44 huruf
c  ART Nahdlatul Ulama.
3. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi diusulkan dari hasil musyawarah Harian Syuriyah Pengurus Ranting NU
yang selanjutnya diserahkan ke sidang pleno pemilihan yang secara teknis akan di bimbing oleh
Pimpinan Sidang.
Pasal 21
1. Pemilihan Ahlul Halli wal ‘Aqdi sebagaimana ayat (2) pasal (21) dilaksanakan dengan
mentabulasi nama-nama usulan Ahlul Halli wal ‘Aqdi dari Rois MWC dan Rois Ranting
2. Tabulasi nama-nama usulan Ahlul Halli wal ‘Aqdi dilakukan oleh Panitia Konferensi sebelum
Sidang Pleno Pemilihan Rois dilakukan
3. Pimpinan sidang menetapkan 5 orang Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang mendapat dukungan terbanyak
dalam tabulasi nama-nama calon Ahlul Halli wal ‘Aqdi

Pasal 22
1. 5 (lima) Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang telah ditetapkan dalam Sidang Pleno mengadakan rapat,
dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi secara musyawarah
2. Rapat anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi memilih 1 (satu) di antara anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi
sebagai Rais
3. Apabila di antara anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi tidak ada yang bersedia maka dapat menunjuk
ulama di luar anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang memenuhi syarat sebagaimana anggota Ahlul
Halli wal ‘Aqdi
4. Calon Rois mengisi daftar kesediaan dan pakta integritas dihadapan anggota Ahlul Halli wal
‘Aqdi
5. Rois terpilih ditetapkan dan diumumkan dalam Sidang Pleno Pemilihan sebagai Rois
MWCNU ............................................ masa khidmat .................

Pasal 23
Pemilihan ketua :
1. Kertas pencalonan dan kertas pemilihan disediakan oleh Panitia Konferensi  dengan dibubuhi
stempel Panitia Konferensi
2. Pimpinan sidang menghitung jumlah kartu suara dengan jumlah hak suara yang hadir dan sah
3. Pimpinan sidang membaca satu demi satu nama yang tertera di kartu suara dengan disaksikan 3
(tiga) orang saksi dan menuliskannya di papan yang disediakan untuk itu
4. Setelah dilakukan penghitungan suara, pimpinan sidang mengumumkan hasilnya dan
menetapkan nama yang sah sebagai calon
5. Seorang calon dinyatakan sah apabila didukung sekurang-kurangnnya 3 (tiga) suara
6. Apabila tidak terdapat calon yang memperoleh dukungan 3 suara, maka calon yang
memperoleh dukungan suara dengan rangking 1 (satu) dan 2 (dua) dinyatakan sebagai calon
yang sah
7. Setiap calon yang sah harus menyatakan kesediaanya secara langsung dan harus hadir di depan
sidang Pleno Pemilihan Pengurus, dan bagi Calon Ketua Tanfidziyah harus menyampaikan visi
dan misi MWCNU ............................................ selama 5 (lima) tahun kedepan setelah mendapat
persetujuan dari Rois terpilih

BAB VIII
PENCALONAN
Pasal 24
Kriteria calon  :
1. Seorang calon harus sudah aktif menjadi pengurus Ranting atau Majelis Wakil Cabang atau
Pengurus Badan Otonomnya sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun terakhir (ART NU Pasal
40 ayat (3))
2. Calon berdomisili di Kecamatan ............................................
3. Tidak sedang memiliki jabatan lain dalam pengurus harian sebagaimana yang diatur dalam Bab
XVI, Pasal 51 tentang Rangkap Jabatan.
4. Seorang Calon tidak boleh merangkap jabatan pengurus harian Partai politik, dan Organisasi
yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Perjuangan Nahdlatul Ulama.
5. Menyatakan kesediaan secara lisan atau tulisan dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih
sesuai dengan Pasal 42 huruf d Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama

Pasal 25
1. Pencalonan ketua dilakukan melalui tahap penjaringan dalam sidang pleno pemilihan Pengurus
Majelis Wakil Cabang
2. Penjaringan calon dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menulis satu nama
calon yang selanjutnya dimasukkan dalam kotak yang disediakan
3. Pimpinan sidang menghitung satu demi satu dan menuliskan diatas papan tulis yang disediakan
4. Apabila nama calon yang sah hanya 1 (satu) orang, maka pimpinan sidang dapat langsung
mengesahkan sebagai ketua terpilih.

Pasal 26
1. Pemilihan ketua dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia dengan menulis satu nama calon
yang selanjutnya dimasukkan dalam kotak yang disediakan untuk itu
2. Setelah semua kertas pencalonan masuk, pimpinan sidang menghitung satu demi satu dan
menuliskan pada papan tulis yang khusus disediakan untuk itu
3. Seorang calon dinyatakan terpilih apabila mendapat dukungan suara terbanyak
4. Apabila dalam penghitungan suara terdapat dua calon ketua Tanfidziyah atau lebih yang
mendapat jumlah suara yang sama maka dilakukan pemilihan ulang, dan apabila masih
mendapat jumlah suara yang sama, maka pemilihan diserahkan kepada Rois terpilih
5. Apabila keputusan harus diambil dengan cara Qur’ah (diundi) maka tatacara pelaksanaan dan
penentuan calon terpilih diatur oleh pimpinan sidang dengan persetujuan peserta
Konferensi Majlis Wakil Cabang
Pasal 27
1. Rois dan Ketua terpilih bertugas melengkapi Susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah,
dengan dibentuk oleh mede formatur selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
pelaksanaan konferensi.
2. Mede formatur ditetapkan sebanyak 5 (lima) orang peserta konferensi dari unsur ranting yang
dipilih dari dan oleh peserta konferensi mewakili wilayah:
a. Perwakilan wilayah tengah 1 orang
b. Perwakilan wilayah selatan 1 orang
c. Perwakilan wilayah barat 1 orang
d. Perwakilan wilayah utara 1 orang
e. Perwakilan wilayah timur 1 orang

Pasal 28
1. Tim formatur terdiri dari Rais dan Ketua terpilih dan mede formatur bertugas menyusun
Pengurus Harian MWCNU ............................................ masa khidmat ............ secara lengkap.
2. Tim formatur terdiri dari:
a. Rois dan Ketua terpilih
b. Rois dan Ketua demisioner atau yang mewakili
c. Mede formatur yang mewakili wilayah
3. Tim formatur dipimpin oleh Ketua terpilih

BAB VIII
PENUTUP
Pasal 29
1. Setelah diplenokan, Rancangan Tata Tertib ini ditetapkan sebagai Tata Tertib Konferensi
Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan................... Kabupaten Ogan Ilir
2. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian oleh panitia atau
pimpinan sidang dengan persetujuan peserta.

                                                Ditetapkan di         : .......................
                                                 Pada tanggal          :  ......................

PIMPINAN SIDANG
                     Ketua                                                                 Sekretaris

....................    .............................
KEPUTUSAN KONFERENSI MAJELIS WAKIL CABANG (MWCNU)
KECAMATAN...........................KABUPATEN OGAN ILIR
Nomor : ....../K.MWCNU/II/20....
Tentang:
PENETAPAN ROIS SYURIAH, KETUA TANFIDZIYAH, DAN MEDE FORMATUR
Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan...................Kabupaten Ogan Ilir,
Menimbang : a. Pasal 23 Anggaran Dasar dan Pasal 81 Anggaran Rumah Tangga
Nahdlatul Ulama.
b. Nahdlatul Ulama hasil Muktamar Jombang 2015 Konferensi Majelis
Wakil Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi yang
dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang.
c. Bahwa Konferensi Majelis Wakil Cabang memiliki kewenangan
membicarakan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus MWCNU,
Pokok-Pokok Program Kerja 5 (lima) tahun, Hukum atas masalah
keagamaan dan kemasyarakatan pada umumnya, Rekomendasi
Organisasi, Ahlul Halli wal ‘Aqdi, dan Memilih Ketua Pengurus Majelis
Wakil Cabang.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama Pasal 23.


2. Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Pasal 81.
Memperhatikan : Keputusan Sidang Pleno II Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama
Kabupaten Ogan Ilir pada tanggal .................. H / ...................... M.

Dengan senantiasa bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seraya memohon taufik dan
hidayah-Nya:

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KONFERENSI MAJELIS WAKIL CABANG NAHDLATUL ULAMA
KECAMATAN.......................TENTANG ROIS SYURIAH, KETUA TANFIDZIYAH, DAN
MEDE FORMATUR TERPILIH
Kesatu : Menetapkan KH...........................sebagai Rois Syuriah terpilih;
Kedua : Menetapkan saudara.....................sebagai Ketua Tanfidziyah Terpilih;
Ketiga : Menetapkan saudara ................, .............., ................sebagai mede formatur
Keempat : Memberikan amanah kepada Rois Syuriah, Ketua Tanfidziyah, dan Mede
Formatur terpilih untuk melengkapi susunan kepengurusan MWCNU
Kecamatan...............Kabupaten Ogan Ilir Masa Khidmah .......................paling
lambat 30 hari setelah keputusan ini ditetapkan.

Ditetapkan di : ........................
Pada tanggal : .............................
.............................

PIMPINAN SIDANG PLENO

.......................... ..........................
Penggalangan Dana untuk NU

Sebagai sebuah organisasi besar non-propit, yang didirikan untuk melayani umat sebagai
jamiyah diniyah, NU akan terus berkhidmat demi kemaslahatan umat dan kejayaan Islam.
Dalam pergerakannya NU membutuhkan pendanaan yang tidaklah sedikit, sehingga mampu
terus memperbesar perannya dibidang dakwah, pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan
umat. PCNU Ogan Ilir sebagai organ NU ditingkat kabupaten tentu saja menjadi begian dari
perjuangan mulia mewujudkan amanah para ulama. Namun disadari bahwa PCNU Ogan Ilir
memiliki begitu banyak keterbatasan terutama dalam hal pendanaan guna menunjang
berbagai program yang akan dijalankan. Sebagian besar kegiatan PCNU yang berjalan selama
ini nyaris sangat mengandalkan bantuan dari pemerintah, sementara kontribusi warga
nahdliyin belumlah optimal. Seyogyanya pendanaan oleh para anggota merupakan bagian
terbesar yang menjadi pendorong kegiatan NU. Karena niat yang tertanam adalah untuk
mengabdi. Sesuai Anggaran Dasar NU Pasal 29 ayat (1) dinyatakan bahwa Keuangan
Nahdlatul Ulama digali dari sumber-sumber dana di lingkungan Nahdlatul Ulama, umat
Islam, maupun sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat. Sumber keuangan yang
digali pada urutan pertama adalah dari lingkungan NU terlebih dahulu, baru bergerak
kesumber-sumber lainnya. Praktek organisasi yang berjalan selama ini terbalik. Situasi ini
haruslah diperbaiki bersama, dengan ikhtiar sungguh dan keikhlasan dari seluruh kader
Insyaallah sumber-sumber pendanaan internal dilingkungan NU dapatlah digali dan menjadi
penopang penting dalam menjalankan berbagai program NU untuk umat. Pada ayat (2)
dinyatakan bahwa sumber-sumber pendanaan dilingkungan NU diperoleh melalui uang
pangkal, uang I’anah Syahriyah, Sumbangan, dan Usaha-usaha lain yang halal.

Pengumpulan sumbangan dengan jumlah yang ditentukan dan dibayar secara rutin setiap
bulan seharusnya menjadi opsi yang ideal dalam mewujudkan pendanaan dilingkungan NU,
namun menjalankan opsi ini sangat sulit dan nyaris tidak ada cabang yang berhasil
melaksanakannya. Maka haruslah ada alternatif cara bagaimana menghimpun iuran dengan
cara yang tidak dirasa tidak memberatkan namun dapat dilaksanakan dengan baik. Diantara
alternatif pilihan yang ada adalah menempatkan kotak sumbangan dan atau kotak tabungan
dirumah-rumah warga NU. Lalu warga NU mengisi kotak tabungan tersebut secara sukarela
dan secara periodik kotak tabungan tersebut dihimpun isinya oleh pengurus NU terdekat.
Dengan kotak tabungan yang ada dirumah-rumah warga dan ataupun tempat-tempat lainnya
warga dapat memasukkan uang receh tanpa merasa terbebani. Ibarat kata pepatah,”sedikit
demi sedikit, maka dapat menjadi bukit”. Asalkan kegiatan ini dijalankan dengan baik, tentu
akan memberikan dampak yang sangat positif bagi NU di kabupaten Ogan Ilir. Selain
terkumpulnya dana disatu sisi, disisi lain rasa memiliki warga terhadap NU semakin kental
dan militan. Menjalankan kegiatan ini juga dapat mendorong terbentuknya ranting-ranting
NU didesa-desa dalam wilayah kabupaten Ogan Ilir.

Dana yang berhasil dihimpun melalui kotak tabungan ini proporsi pembagiannya hendaklah
seperti piramida, besar dibawah dan makin mengerucut keatas, sehingga ranting dan MWC
NU akan menjadi penggerak utama penggalangan dana ini. Proporsi pembagian tersebut
menjadi tugas peserta Musyawarah kerja cabang untuk menyepakatinya. Dapat saja
proporsinya, 40% untuk ranting, 35% untuk MWC, dan 25% untuk PCNU, ataupun dalam
proporsi yang lainnya.

Kedudukan MWC NU

Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) sebagai perwakilan NU ditingkat


kecamatan menjadi organ NU yang terdekat dengan ranting. Kebutuhan untuk melakukan
konsolidasi, pelaksanaan program, konsultasi berbagai hal dari warga NU didesa-desa kepada
MWC NU sangatlah penting. Belum lagi kebutuhan berbagai pihak eksternal seperti
pemerintah kecamatan, organisasi-organisasi lain, dan berbagai pihak yang berkebutuhan
terhadap NU maupun kebutuhan NU sendiri untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak
tentu membutuhkan kejelasan lokasi dan alamat sekretariat MWC NU dikecamatan.
Dengan jelasnya kedudukan MWCNU di kecamatan akan memberikan manfaat bagi semua
pihak maupun MWCNU itu sendiri.

Selain alamat sekretariat yang jelas untuk mempermudah berbagai pihak yang
berkepentingan menemukan sekretariat MWCNU, perlu dipasang tanda-tanda organisasi
secara layak, misalnya terdapat papan nama dan bendera NU di area sekretariat MWCNU
tersebut. Dengan adanya tanda atau simbol-simbol NU tersebut selain memberikan
kemudahan menemukan sekretariat MWCNU, sekaligus menjadi syiar NU diwilayah
tersebut.

Sekretariat NU yang telah memiliki alamat lengkap, disertai pula dengan adanya papan nama
dan bendera NU tersebut, haruslah juga dilengkapi dengan struktur kepengurusan MWCNU
setempat dibagian dalam ruangannya, sehingga memberikan informasi kepada masyarakat,
siapa-siapa saja pengurus MWCNU setempat. Hal-hal sederhana dan mendasar ini hendaklah
dapat kita penuhi sebelum kita melangkah lebih jauh menjalankan berbagai kegiatan dan
program organisasi.

Kartu Tanda Anggota NU


Warga masyarakat kabupaten Ogan Ilir ini secara kultural mayoritas adalah penganut Islam
Ahlussunnah wal Jama’ah dengan mengikuti mazhab Syafi’i. Secara kultural dapatlah
dikatakan mayoritas warga Ogan Ilir adalah Nahdliyin. Namun secara administratif jumlah
anggota NU dikabupaten Ogan Ilir masih sangat minim, dibuktikan masih minimnya Kartanu
yang dimiliki warga. Bukan hanya warga masyarakat umum, bahkan para pengurus NU pun
belum seluruhnya memiliki Kartanu sebagai bukti keanggotaan NU. Sebagai langkah awal
konsolidasi massa NU, maka menjadi wajib hukumnya bagi seluruh pengurus NU disemua
tingkatan untuk memiliki Kartanu.

Sekretariat PCNU Kabupaten Ogan Ilir


Keberadaan PCNU Kabupaten Ogan Ilir secara eksisting sama usianya dengan umur
Kabupaten Ogan Ilir. Namun dalam perjalanan selama beberapa belas tahun PCNU Ogan Ilir,
hingga saat ini belum memiliki sekretariat sendiri yang permanen. Saat ini sekretariat PCNU
Ogan Ilir berstatus sewa. Disisi lain saat ini PCNU Kabupaten Ogan Ilir telah memiliki
sebidang tanah dengan ukuran 10 x 30 M2 yang merupakan hibah dari Kapolres Ogan Ilir
bapak AKBP. Imam Turmudzi, yang berlokasi di Desa Tanjung Pering Kecamatan Indralaya
Utara. Keberadaan lahan ini tentu saja tidak selayaknya dibiarkan terlalu lama. Sudah saatnya
dimulai gerakan untuk memanfaatkan lahan tersebut guna dijadikan sekretariat PCNU
Kabupaten Ogan Ilir. Guna menampung aktifitas PCNU, Lembaga, dan Banom-banomnya,
tentu dibutuhkan bangunan yang cukup luas, sekaligus ketersediaan tempat parkir yang
memadai. Dengan keterbatasan luas lahan yang ada maka pilihan bangunan vertikal dengan
beberapa lantai menjadi alternatif yang mungkin harus dipilih. Sebagai konsekwensi pilihan
tersebut tentu saja membutuhkan dana pembangunan yang tidak kecil. Maka berbagai upaya
harus dilakukan guna mewujudkan cita-cita dan rencana tersebut. Pemerintah kabupaten
melalui bapak Bupati telah berkomitmen untuk membantu pembangunan Gedung PCNU
tersebut, demikianpun pihak legislatif melalui Pimpinan DPRD Kabupaten Ogan Ilir, secara
lisan telah menyatakan dukungannya. Namun terlepas dari berbagai komitmen tersebut,
kekompakan warga Nahdliyin di kabupaten Ogan Ilir diharapkan menjadi penggerak utama
gerakan pembangunan sekretariat PCNU tersebut. Sehingga ketika bangunan tersebut
terwujud, warga NU merasa memiliki karena turut berkontribusi sesuai kemampuan masing-
masing.

Bahaya Narkoba
Kehidupan masyarakat terutama generasi muda dewasa ini semakin mengkhawatirkan,
terutama terkait dengan makin maraknya peredaran narkoba. Sudah menjadi rahasia umum,
ketika terdapat acara-acara keramaian yang diiringi oleh musik banyak terjadi peredaran
gelap narkoba. Efek kecanduan narkoba sangat dahsyat, karena menyebabkan pecandu
menjadi hilang akal sehatnya, sehingga terkadang memicu tindakan kejahatan berikutnya
seperti melakukan pencurian, pembegalan dan lain sebagainya. Dari sisi kesehatan juga
kecanduan narkoba ini menyebabkan menurunnya kualitas kesehatan yang bersangkutan.
Sekarang ini narkoba ternyata juga telah menyasar berbagai kalangan, bukan hanya para
pemuda. Melihat kondisi yang sedemikian ini, PCNU Kabupaten Ogan Ilir menyerukan
kepada semua warga NU untuk membentengi diri dan keluarga dari pengaruh bahaya
peredaran gelap narkoba ini. Selain itu diharapkan seluruh warga NU untuk turut berperan
aktif dalam melakukan pencegahan bahaya narkoba dengan terlibat dalam berbagai kegiatan,
baik yang dilakukan melalui kegiatan yang digagas oleh NU, maupun pemerintah dan
berbagai LSM yang peduli dalam perang melawan narkoba tersebut.

Pemilihan Kepala Desa Serentak


Rencana dilaksanakannya pemilihan kepala desa serentak di 173 desa dalam wilayah
kabupaten Ogan Ilir pada bulan Oktober 2022 nanti haruslah menjadi perhatian semua pihak,
termasuk tentu saja PCNU Kabupaten Ogan Ilir. Proses pemilihan kepala desa yang akan
melalui berbagai tahap mulai dari pencalonan hingga pencoblosan memiliki potensi
kerawanan konflik yang cukup tinggi. Sebagaimana dalam sebuah kontestasi politik, pasti
akan ada beberapa pihak yang saling berhadap-hadapan dalam upaya memenangkan
kontestasi tersebut. PCNU Kabupaten Ogan Ilir berharap agar semua pihak menjalankan
aturan yang telah ditetapkan dan disepakati dengan baik. Diharapkan agar penyelenggara
bersikap netral demikianpun pemerintah supra desa agar dapat menjadi pembina yang baik
dalam kegiatan tersebut. Masyarakat desa diharapkan dapat berpikir jernih dalam menyikapi
perbedaan pandangan dan pilihan dalam kegiatan pemilihan kepala desa tersebut. Ikatan
persaudaraan, pertemanan, dan kekeluargaan jangan sampai terputus karena berbeda
dukungan. Semua pihak diharapkan tidak melontarkan pernyataan-pernyataan yang dapat
memprovokasi pihak lain. Demikianpun setelah pemilihan, siapapun yang memenangkan
Pilkades tersebut haruslah dihormati dan juga bagi yang terpilih untuk dapat menjadi
pemimpin bagi seluruh warga desanya, tanpa memandang pendukung atau bukan pendukung.
Dengan kemampuan semua pihak menjaga sikap dan tuturkata akan menjaga suasana
kondusif yang saat ini ada tetap terpelihara. Sejatinya Pilkades sebagai sebuah proses
demokrasi haruslah mampu dimaknai sebagai pesta rakyat yang membawa kegembiraan dan
tumbuhnya harapan-harapan baru yang lebih baik bagi desa-desa yang ada di kabupaten Ogan
Ilir.

Anda mungkin juga menyukai