Anda di halaman 1dari 4

Pengelompokan Kriteria Risiko COVID-

19 di Daerah Berdasarkan Zonasi


Warna

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 atau Gugus Tugas Nasional merincikan empat level
kriteria zonasi daerah berdasarkan warna, sebagai indikator kategori risiko COVID-19 yang dilihat dari
tingkatan transmisi atau penyebarannya.

Penentuan zona pada daerah-daerah tersebut berdasarkan pada pengumpulan data dan kajian maupun
analisis dari tim pakar Gugus Tugas Nasional. Penentuan zona tadi menggunakan indikator-indikator yang
secara total terdapat 15 indikator utama, di antaranya adalah Indikator kesehatan masyarakat, yang terbagi
menjadi 11 indikator epidemiologi, dua indikator surveilans kesehatan masyarakat dan dua indikator
pelayanan kesehatan.

Adapun level yang pertama adalah Zona Hijau atau Tidak Terdampak.Pada level ini, suatu daerah dapat
dikategorikan ke dalam Zona Hijau apabila risiko penyebaran virus ada, akan tetapi tidak ada kasus positif.

Selain tidak ditemukannya kasus postifi, penyebaran COVID-19 juga terkontrol. Risiko penyebaran tetap
ada, namun hanya di tempat-tempat isolasi. Dalam hal ini, pengawasan tetap dilakukan secara ketat dan
berkala guna mencegah timbulnya potensi kasus baru.

Secara implementasinya, pengawasan tetap dilakukan dengan pemeriksaan ketat di semua pintu masuk
menuju atau dari daerah yang berstatus zona hijau. Testing secara intensif juga tetap dijalankan termasuk
penelusuran kontak agresif jika ada Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
dan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Pada daerah dengan Zona Hijau, beberapa jenis kegiatan seperti belajar mengajar di sekolah, aktivitas
perjalanan atau transportasi, bisnis, kegiatan keagamaan sudah dapat dijalankan namun tetap harus
memperhatikan standar protokol kesehatan yang meliputi, jaga jarak, memakai masker dan cuci tangan
menggunakan sabun.

Seluruh kegiatan di luar rumah tersebut dikecualikan bagi seseorang yang memiliki sakit dengan gejala flu.
Maka seseorang itu wajib tetap tinggal di rumah.

Kemudian level kedua adalah Zona Kuning atau Risiko Rendah. Pada level ini, suatu daerah dianggap
masuk dalam Zona Kuning apabila penyebaran COVID-19 dapat terkendali dan tetap ada kemungkinan
transmisi.

Pada situasi ini, beberapa transmisi seperti dari imported case dan tingkat rumah tangga dapat terjadi.
Namun kluster penyebaran tersebut dapat terkendali dan tidak bertambah.

Sebagai implementasinya, masyarakat dapat beraktivitas di luar rumah dengan protokol kesehatan.
Kegiatan seperti melakukan perjalanan, industri, bisnis, tempat olahraga, pelayanan kesehatan dan kegiatan
keagamaan terbatas dapat dilakukan namun tetap dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Selanjutnya level ketiga adalah Zona Oranye atau Risiko Sedang. Secara umum, risiko penyebaran
COVID-19 pada level ini tinggi dan potensi virus tidak terkendali.
Pada level ini, transmisi lokal hingga imported case kemungkinan dapat terjadi dengan cepat. Pemerintah
di daerah harus memantau kluster-kluster baru dan mengontrol pergerakan melalui testing dan tracking  
yang agresif.

Oleh karena itu, seluruh masyarakat terutama kelompok rentan yang berada di daerah dengan status Zona
Oranye disarankan untuk tetap berada di rumah, bekerja dari rumah kecuali untuk fungsi-fungsi tertentu.
Apabila harus keluar rumah diwajibkan untuk selalu menjaga jarak di semua aspek.

Penumpang transportasi umum dibatasi dan wajib menerapkan protokol kesehatan. Tempat-tempat dan
fasilitas umum termasuk sekolah ditutup. Kegiatan bisnis hanya dibuka secara terbatas selain keperluan
esensial seperti farmasi, supermarket bahan pokok, klinik kesehatan, stasiun bahan bakar dengan tetap
menerapkan physical distancing.

Kategori yang terakhir adalah level keempat atau Risiko Tinggi. Pada level ini, penyebaran virus SARS-
CoV-2 atau korona jenis baru penyebab COVID-19 tidak terkendali. Transmisi lokal sudah terjadi dengan
cepat, wabah menyebar secara luas dan banyak kluster-kluster baru.

Pada kondisi ini, Pemerintah di daerah wajib melakukan testing yang intensif dan penelusuran kontak
secara agresif pada kasus ODP dan PDP.

Dalam keadaan tersebut. masyarakat harus berada di rumah. Aktivitas seperti perjalanan, pertemuan
publik, belajar mengajar dan kegiatan keagamaan tidak diperbolehkan. Kegiatan bisnis ditutup kecuali
untuk keperluan yang bersifat esensial seperti farmasi, supermarket bahan pokok, klinik kesehatan dan
stasiun bahan bakar.

Selain itu, tempat-tempat umum, area publik/keramaian, fasilitas sekolah juga ditutup untuk mencegah dan
menghentikan laju penyebaran virus.

NEW NORMAL

Pemerintah kembali mengizinkan masyarakat untuk berpergian ke luar daerah.


Terlebih lagi, larangan mudik telah selesai diberlakukan pemerintah, sesuai dengan
selesainya pelaksanaan Permenhub 25 tahun 2020 per 7 Juni 2020 yang lalu.

Hanya saja, ada syarat ketat yang mesti dipenuhi apabila mau ke luar daerah. Hal
itu diatur dalam Surat Edaran (SE) Gugus Tugas COVID-19 nomor 7 tahun 2020.

Sesuai SE Gugus Tugas yang dilihat detikcom, Selasa (9/6/2020), masyarakat yang
mau berpergian ke luar daerah dengan transportasi umum diwajibkan memiliki hasil
tes PCR yang negatif, ataupun memiliki surat uji rapid test dengan hasil non reaktif
Corona.

Dalam SE dijelaskan, masa aktif hasil tes PCR adalah 7 hari sementara untuk surat
uji rapid test hanya berlaku 3 hari.

Baca juga: Syarat Naik Kapal Laut Saat New Normal Juni 2020, Cek di Sini
Masyarakat juga diwajibkan memiliki surat keterangan bebas gejala penyakit seperti
influenza (influenza-like illnes) yang bisa didapatkan dari dokter rumah sakit ataupun
Puskesmas.

Semua aturan tersebut hanya berlaku bagi masyarakat yang mau berpergian ke luar
daerah lintas provinsi. Namun, untuk perjalanan lokal di wilayah aglomerasi, antar-
Jabodetabek misalnya, persyaratan ini tidak diwajibkan untuk dipenuhi.

Sementara itu, bagi masyarakat yang mau berpergian keluar masuk DKI Jakarta
tetap wajib memiliki Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) sesuai Pergub DKI Jakarta 47
tahun 2020.

Kajian New Normal LSI

Lembaga Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA melakukan riset tentang strategi
menghadapi new normal Covid-19. Hasilnya, ada enam strategi yang direkomendasikan LSI
kepada para pemangku kepentingan untuk menyambut era new normal. "LSI sudah mencoba
menyimpulkan ada enam rekomendasi terkait dengan new normal ini untuk melanjutkan baik kita
berdampingan hidup dengan virus maupun juga melanjutkan roda berputarnya ekonomi di
Indonesia," kata Peneliti LSI Rully Akbar dalam konferensi pers daring yang digelar Jumat
(5/6/2020). Pertama, penurunan pembatasan wilayah ke level RT, RW, dan desa. Baca juga:
Menuju New Normal, Ketua MPR Minta Pemerintah Beri Fasilitas Kesehatan Rumah Ibadah
Apabila sebelumnya pembatasan dilakukan di tingkat provinsi atau kota, disarankan untuk
menurunkannya ke level yang lebih kecil. Dengan begitu, kawasan RT, RW atau desa di suatu
provinsi atau kota yang sudah dinyatakan zona hijau Covid-19 dapat beraktivitas kembali.
Sedangkan kawasan yang masih dikategorikan sebagai zona merah tetap harus melakukan
pembatasan. Kedua, pemberian kewenangan kepada RT, RW atau desa untuk menerapkan
kebijakan pembatasannya sendiri. Artinya, setiap RT, RW dan desa dapat menutup atau
membatasi wilayah mereka apabila masih terjadi penularan Covid-19. Baca juga: Pemerintah
Diingatkan Lakukan Hal Ini Sebelum Berlakukan New Normal Sebaliknya, pembatasan dapat
dilonggarkan setelah kawasan tersebut sudah minim penularan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Riset LSI Denny JA: Ada 6 Rekomendasi
Strategi Hadapi New Normal", https://nasional.kompas.com/read/2020/06/05/17070941/riset-lsi-
denny-ja-ada-6-rekomendasi-strategi-hadapi-new-normal?page=1.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Fabian Januarius Kuwado

"Di luar kebijakan dari RT, RW dan desa tersebut pemerintah pusat dan pemerintah daerah
harus juga memperbanyak jumlah tes terkait dengan corona ini, harus juga melakukan
pelacakan hubungan atau contact tracing," ujar Rully. Strategi ketiga, yakni keterlibatan aktif
pemimpin masyarakat dalam menata kehidupan new normal. Diharapkan, jalannya kebijakan
tidak hanya bergantung pada kepala daerah maupun pemimpin RT dan RW, tetapi ada peran
serta tokoh masyarakat. Misalnya, para tokoh agama menyampaikan pedoman beribadah sesuai
dengan protokol kesehatan pencegahan penyebaran virus. Baca juga: Kapan New Normal KAI
Akan Diberlakukan? Keempat, perlindungan yang lebih optimal pada kaum rentan. Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa usia 45 tahun paling rentan terinfeksi
corona. Selain itu, mereka yang memiliki sejumlah penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes
melitus, hingga paru-paru juga lebih mudah terserang virus. "Jadi orang-orang yang sudah
berumur di atas 45 tahun, orang-orang yang mempunyai penyakit bawaan tadi otomatis harus
ada protokol tersendiri," tutur Rully. Strategi kelima, masyarakat harus secara sadar menguatkan
imunitas tubuh mereka masing-masing. Selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, setiap orang
diminta rajin berolahraga, makan makanan bergizi dan memenuhi kebutuhan vitamin untuk
menghindarkan diri dari infeksi virus. Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus saat New Normal di
Bekasi, Pemkot Tetap Gelar Rapid Test Terakhir, pemerintah harus memperkuat dan
melengkapi peralatan medis. Tidak boleh lagi terjadi kekurangan alat pelindung diri (APD) bagi
tenaga kesehatan. "RS harus terbiasa petugas medisnya menggunakan APD yang lengkap,
karena mau tidak mau mereka korban palng rentan terpapar virus corona ni," kata Rully. Untuk
diketahui, riset ini dilakukan menggunakan metodologi kualitatif dengan kajian data sekunder.
Ada tiga data besar yang menjadi acuan riset. Pertama, data dari Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 terhitung sejak awal Maret hingga 2 juni 2020. Kemudian data dari
Worldometer, dan dari World Health Organization.

Terakhir, pemerintah harus memperkuat dan melengkapi peralatan medis. Tidak boleh lagi
terjadi kekurangan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan. "RS harus terbiasa petugas
medisnya menggunakan APD yang lengkap, karena mau tidak mau mereka korban palng rentan
terpapar virus corona ni," kata Rully. Untuk diketahui, riset ini dilakukan menggunakan
metodologi kualitatif dengan kajian data sekunder. Ada tiga data besar yang menjadi acuan riset.
Pertama, data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 terhitung sejak awal Maret
hingga 2 juni 2020. Kemudian data dari Worldometer, dan dari World Health Organization.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Riset LSI Denny JA: Ada 6 Rekomendasi
Strategi Hadapi New Normal", https://nasional.kompas.com/read/2020/06/05/17070941/riset-lsi-
denny-ja-ada-6-rekomendasi-strategi-hadapi-new-normal?page=2.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Fabian Januarius Kuwado

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Riset LSI Denny JA: Ada 6 Rekomendasi
Strategi Hadapi New Normal", https://nasional.kompas.com/read/2020/06/05/17070941/riset-lsi-
denny-ja-ada-6-rekomendasi-strategi-hadapi-new-normal?page=2.
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Fabian Januarius Kuwado

Anda mungkin juga menyukai