Anda di halaman 1dari 3

New normal terobosan pemerintah sebagai penanganan covid-19 yang menuai pro dan kontra

Belakangan ini pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yang cukup menuai pro dan kontra
yakni kebijakan new normal setelah sebelumnya pemerintah menerapkan penetapan
pembatasan sosial dalam skala besar atau yang biasah disebut PSBB.
Pemerintah Indonesia membuat kebijakan baru dengan memilih New Normal sebagai
strategi selanjutnya dalam menghadapi pandemi COVID-29 di Tanah Air.
Penyebaran COVID-19 di masyarakat memang belum sepenuhnya tuntas, terbukti dengan
lonjakan jumlah kasus positif baru yang masih masif setiap harinya.
Pemerintah kemudian melontarkan kebijakan New Normal untuk diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.perubahan ini ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna
mencegah terjadinya penularan Covid-19. New normal sendiri menurut pemerintah adalah
tatanan baru yang menerapkan prisip “tetap produktif dan aman covid “
Rencana ada 25 kabupaten/kota yang akan menerapkan new normal atau era normal baru
dengan protokol kesehatan Covid-19, seperti yang disinggung Pemerintah .
Selain itu, empat provinsi juga akan menjalankan new normal, yaitu aktivitas masyarakat
kembali seperti normal dengan ketentuan mengenakan masker wajah, menjaga jarak, dan
mencuci tangan dengan sabun. Provinsi yang ditargetkan menerapkan protokol tatanan hidup
baru yaitu Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Barat dan Gorontalo.Sebanyak 1.800 objek seperti
mal, pasar rakyat dan tempat wisata akan dibuka Kembali dengan ketentuan 'new normal'.
(new normal ) pemerintah mengerahkan TNI dan polri untuk ikut serta mendisiplikan warga
Namun kebijakan ini akan ditijau ulang. Namun meski begitu kebijakan ini saat ini menjadi
perbincangan berbagai kalangan dan menuai pro dan kontra.
Kebijakan ini dinilai kontra karena pemerintah dianggap terlalu dini dan tergesa-gesa . karena
menurut WHO sendiri penerapan new normal sendiri harus memenuhi bebrapa syarat
diantaranya :
1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.
2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk
mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.
3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi , terutama di panti
jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.
4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan - dengan jarak fisik, fasilitas
mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.
5. Risiko kasus impor dapat dikelola.
6. Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal.
Indonesia sendiri jika dilihat kurvanya belum mampu mengendalikan penyebaran COVID-19
justru pada bulan juni ini kasus bertambahnya sekamin banyak . kemudian Indonesia juga
belum mampu melewati puncak COVID-19 yang di prediksi pada bulan juni.
memberlakuan new normal ini, sejatinya dapat dilakukan jika kurva infeksi covid-19 di
Indonesia cenderung dapat dikendalikan (landai) bahkan berkurang. Jika Indonesia belum
menunjukkan kualitas penurunan kasus infeksi atau minimal tidak ada peningkatan, maka
pemberlakuan new normal tersebut rasanya “kurang aman” untuk diberlakukan. Sangat
diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi minimal untuk melindungi dirinya sendiri dan
memutus penyebaran mata rantai pandemic.
Akibatnya adanya istilah new normal justru membuat masyrakat berfikir kebebasan tanpa
memperhatikan penyebaran virus corona dan sedikit yang menerapkan protkol. Mengapa
saya katakan begitu , bisa dilihat saat pemberlakuan PSBB saja masyarakat masih bisa
melanggar dan berkerumun dengan bebas. Jika seperti itu maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat belum benar-benar mengerti mengapa kebijakan itu di terapkan , PSBB masih
dilakukan beberapa bulan saja belum terlalu menekan angka penyebaran COVID-19 . apalagi
new normal yang masyrakatnya harus paham bahwa new normal berarti ada perilaku baru,
budaya baru, dan juga ada fasilitas maupun kebijakan yang baru baik dari sisi masyarakat
maupun pemerintah berdasarkan kedisiplinan .
Hal ini dapat dikaji memalui analisa sosiologi dimana Adapun menurut PB Horton dan CL
Hunt ( 1992 ), hampir semua perubahan besar mencakup aspek sosial budaya. hal ini juga
dapat melihat masayrakat Indonesia yang tidak dapat langsung menerima atau cenderung
susah menerapakn new normal. Karena adanya pandemic ini membuat masyarakat Indonesia
harus beradaptasi pada hal-hal baru dan kebiasaan baru yang tentu saja tidak mudah .
pandemic ini membawa perubahan sosial besar Perubahan sosial besar merupakan
perubahan yang dapat membawa pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan serta
menimbulkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan,
Mungkin solusinya adalah dengan ini pemerintah harus juga memperhatikan dan mengkaji
ulang dengan berbgai alasan agar kebijkan baru ini dapat diterima dan dijalankan dengan
baik.baik dari segi pemerintah itu sendiri dan masyarakat. Mengubah pola konstruksi yang
ada dengan yang baru dengan sosialisasi hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Peter
Berger, setiap individu punya konstruksi sosial atas dunia kehidupannya yg oleh Peter Berger
disebut sebagai realitas subjektif. Untuk itu, perlu dibangun dulu Realitas Objektif, yaitu
melalui sosialisasi sosialisasi dan banyak lagi lainnya.

BIODATA PENULIS
NAMA : Savira Rahayu
TEMPAT TANGGAL LAHIR: Banyuwangi,14 juni 1999
ALAMAT : Dsn.krajan 1 tegalsari ,kecamatan tegalsari ,kabupaten banyuwangi ,jawa timur
NO HP: 083847723463
E-MAIL : savirarahayu31@@gmail.com
PEKERJAAN : MAHASISWA FISIP SOSIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG

Anda mungkin juga menyukai