Anda di halaman 1dari 2

Pabrik pengelolaan Minyak Kelapa Naga Bulan.

Pabrik ini didirikan di Jaman Kolonial Belanda antara Tahun 1900an


Kelapa Yang di keringan atau disebut juga kopra.Menjadi bahan Baku pembuatan Minyak Kelapa
Saat itu.Pabrik Naga Bulan Mempunyai Gudang Yang ada dipantai Boom.Untuk Mengangkut
Hasil minyak Kelapa Mengunakan Kereta Lori
Pasokan Kelapa Banyak disuplai dari sekitarn Banyuwangi yang diangkut dengan Kendaraan
Cikar
di Pabrik ini dulu banyak Monyet Besar2 Berkeliaran Di dalam Pabrik. Antara th.1990an
Monyet2 tsb Hilang Dengan Sendirinya
th.1972.Sudah Mulai Menutup pabriknya di banyuwangi dan Terbengkalai Hingga saat ini
Gedung Naga Bulan Berada di Jalan MT Haryono Tukang Kayu Banyuwangi

SEJAK dahulu, Kabupaten Banyuwangi kaya akan buah kelapa. Sejarah menunjukkan kekayaan
itu pernah dimanfaatkan Pemerintah Hindia Belanda saat mereka berkuasa. Tahun 1900an,
Sejalan dengan Pembangunan rel kereta api di banyuwangi. berdiri pabrik pengolahan kopra
untuk diolah menjadi minyak kelapa. N. V. Maatschappij tot Exploitatie van Olie-fabriek
("perusahaan untuk pengelolaan pabrik minyak") atau Mexolie adalah suatu perusahaan produser
minyak kelapa pada masa Hindia Belanda.
Pabrik minyak kelapa berlokasi di Pantai Boom Banyuwangi, posisinya yang strategis dekat
Pelabuhan Banyuwangi, Misalnya, tidak jauh terdapat stasiun kereta api, bahan baku kelapa yang
mayoritas dari Masyarakat banyuwangi dan juga Kiriman Dari Luar pulau yang dikirim di
pelabuhan pantai Boom, Kelapa dibawa dalam kondisi sudah dikupas dan terpisah antara daging
buah dengan batoknya. Kelapa itu kemudian dijemur di pelataran pabrik. Daging kelapa yang
sudah kering itulah yang disebut kopra. Kopra kopra itu, kemudian dicacah menggunakan mesin
pencacah dan dipress atau diperas hingga keluar minyaknya. Setelah itu, minyak ditambahkan zat
penjernih biasanya dibuat dari arang dan kemudian diuapi dengan uap panas dari ketel atau tanki
besar di dalam pabrik. Aroma Wangi langsung tercium dan gurih minyak kelapa di Sekiran Pantai
Boom. Beda aromanya dengan minyak sawit masa kini……
Tak hanya itu, Pegawai pabrik juga dibangun mess mess untuk karyawan, termasuk kepala pabrik
yang disapa sebagai bapak Resident Mexolie. Yang Terletak di Sekitaran Jln.Agung Supprapto,
Kini rumah Banyak yang Sudah Rata dengan Tanah, Hanya Tersisa 2 Rumah Bekas Resident
Mexolie
Dalam catatan sejarah Mexolie, pabrik minyak kelapa yang dibangun sejumlah kota di pulau
Jawa Antara Lain di Kebumen, Cilacap, Kediri, Banyuwangi dan Mexolie Rangkas Bitung.
Minyak – minyak tersebut diproduksi guna menyuplai kebutuhan minyak kelapa Belanda.
Pada masa Belanda sebagian areal lahan pabrik digunakan untuk proses pengeringan kopra. Di
samping tempat menjemur kopra, terdapat jalur rel lori yang berfungsi untuk mengangkut kopra
yang telah kering. Selanjutnya kopra diolah dengan menggunakan pemeras kelapa yang ada di
dalam pabrik. dalam proses pengolahan kelapa dilakukan secara berurutan dari satu gedung
pabrik ke gedung pabrik lainnya.
Dalam perjalanannya, Nabati Yasa pasca kemerdekaan menjadi aset Provinsi Jatim, Pabrik
Nabati Yasa memberikan kontribusi memenuhi kebutuhan minyak kelapa bagi masyarakat. Untuk
peningkatan hasil produksi, Nabati Yasa mengadakan program kopra di desa-desa penghasil
kelapa.
Saat ini bangunan bekas pabrik minyak kelapa dimiliki Oleh pelindo. Yang masih tersisa ialah
bangunan Gudang . Selain masih utuh. Gudang tersebut memiliki gaya arsitektur Indisch. Gaya
ini memeperlihatkan adanya perpaduan antara budaya barat dengan budaya timur.

SEJARAH PANTAI BOOM BANYUWANGI


Pantai Boom adalah sebuah pantai yang terletak di Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan
Banyuwangi,, adalah sebuah pelabuhan alam yang memiliki catatan panjang dalam sejarah
perkembangan Banyuwangi. Lebih dari dua abad silam, nama Banyuwangi dan Pantai Boom
sudah masuk dalam catatan sejarah perkembangan komunikasi dunia. Berdasarkan catatan
sejarah, peletakan kabel laut dari Australia menuju daratan Banyuwangi (Pantai Boom) selesai
pada 20 Nopember 1871. Dan sejak itu, Pantai Boom dan daratan Banyuwangi sudah mulai
berfungsi menjadi ‘jembatan’ dan jalur komunikasi yang menghubungkan Benua Australia
dengan Inggris dan daratan Eropa lainnya.
Pantai Boom Banyuwangi dahulu merupakan sebuah pelabuhan kuno dan merupakan tempat
singgah para pedagang dan saudagar antar daerah dan negara. Kapal-kapal membawa berbagai
angkutan, biasanya kopra dan kapal-kapal nelayan. Hal ini dibuktikan dengan dermaga-dermaga
pelabuhan, gudang-gudang bekas dan sebuah tempat pelelangan ikan yang sudah tidak dipakai.
sejarah Boom yang di masa lampau mempunyai peranan penting sebagai jalur pelayaran niaga
dan pelabuhan pada masa Lampau.
Kata Boom ini berasal dari bahasa Belanda yang bermakna pohon. Asal arti ini kemudian dalam
dunia konstruksi menjadi bermakna balok. Kata boom mungkin saat ini hanya terdengar di sekitar
pelabuhan. Saat ini boom merupakan kata yang kurang umum dikenal ,maknanya adalah struktur
rangka alat berat (crane) atau balok pengendali layar perahu (horisontal) yang terletak di bawah
tiang layar (vertikal). Dalam sejarah Surabaya, kata boom memiliki tempat yang unik karena ada
dua lokasi bea cukai di Surabaya yang bernama Kleine Boom ( di Ujung) dan Groote Boom (di
Willemsplein). Kleine Boom untuk bea cukai pendatang asing dari kapal dan Groote Boom untuk
bea cukai barang-barang sehingga otomatis membutuhkan tempat lebih besar dan dilengkapi
dengan alat angkat berat (crane). Sebuah literatur yang memberikan titik terang akan makna kata
ini adalah buku karya William Barrington d’Almeida “Life in Java: with sketches of the
javanese” (1864). Sepertinya pelabuhan-pelabuhan kolonial Belanda terdapat istilah Kleine Boom
atau Groote Boom. Barrington
Beberapa tahun kemudian, kawasan pelabuhan yang berada di sisi timur Kota Banyuwangi itu
juga tercatat sebagai pelabuhan untuk mengekspor buah Pisang ke Australia. Selain itu, ketika
para jamaah calon Haji masih harus menggunakan Kapal Laut untuk bisa sampai ke Arab Saudi,
Pelabuhan Boom sudah pernah menjadi salah satu titik pemberangkatan haji..
Pantai Boom dikenal warga sebagai dermaga penyeberangan penghubung Jawa-Bali, sebelum
pelabuhan Ketapang semegah sekarang ada. Boom sudah digunakan sebagai jalur transportasi
kedua pulau ke pulau bali. Seiring difungsikannya Jalur Terowongan Kereta Api yang membelah
antara Jember Banyuwangi dan adanya pelabuhan penyeberangan Ketapang, Kalipuro, perlahan-
lahan keramaian Pantai Boom mulai surut. Hanya aktivitas nelayan ikan yang melakukan
penangkapan di sekitaran selat Bali saja yang tetap menggunakan lokasi ini.
Di era tahun 1980-an Wisata Pantai Boom Banyuwangi sangat dikenal dengan taman hiburan
rakyatnya. Hampir semua permainan tersedia disini pada jaman itu. Karenanya, selain menyebut
nama Boom, warga lebih mempopulerkan nama pantai ini dengan sebutan THR (Taman Hiburan
Rakyat), namun THR hanya bisa dinikmati warga setiap hari raya Idul Fitri saja.
Pantai Boom Banyuwangi memiliki, semacam “Break Water” atau dulu di kenal dengan Boom
Meneng. Di sisi kanan kiri semenanjung buatan, saat ini masih dipergunakan sebagai tempat
sandaran perahu oleh nelayan tradisional setempat.Sumber@google& Berbagai Sumber
-.Photo@Pantai Boom Banyuwangi 1938

Anda mungkin juga menyukai