0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
73 tayangan5 halaman
1. Pelabuhan Atapupu berada di pantai selatan Timor Barat dan menghubungkan Timor Leste dan Kupang.
2. Kerajaan Jenilu terletak di dekat pelabuhan dan merupakan pusat perdagangan yang makmur karena sering dikunjungi pedagang.
3. Letaknya yang strategis di pantai dan dekat sungai memberikan keuntungan pertahanan dan ekonomi bagi Kerajaan Jenilu.
1. Pelabuhan Atapupu berada di pantai selatan Timor Barat dan menghubungkan Timor Leste dan Kupang.
2. Kerajaan Jenilu terletak di dekat pelabuhan dan merupakan pusat perdagangan yang makmur karena sering dikunjungi pedagang.
3. Letaknya yang strategis di pantai dan dekat sungai memberikan keuntungan pertahanan dan ekonomi bagi Kerajaan Jenilu.
1. Pelabuhan Atapupu berada di pantai selatan Timor Barat dan menghubungkan Timor Leste dan Kupang.
2. Kerajaan Jenilu terletak di dekat pelabuhan dan merupakan pusat perdagangan yang makmur karena sering dikunjungi pedagang.
3. Letaknya yang strategis di pantai dan dekat sungai memberikan keuntungan pertahanan dan ekonomi bagi Kerajaan Jenilu.
Jika diamati pada sketsa, terdapat beberapa simbol pada gambar tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Pelabuhan Atapupu; pelabuhan Atapupu terletak di Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu. Letak pelabuhan ini sangat strategis di mana berada di teluk dan merupakan jalur penguhubung antara Timor Leste dan Kupang. 2. Pelabuhan Pertamina Atapupu; Pelabuhan pertamina berada di sebelah kanan pelabuhan Atapupu. Pelabuhan ini sebagai tempat bongkar muat minyak yang akan ditampung di pertamima Atapupu. 3. Tempat Pelelangan Ikan; tempat pelelangan ikan berada di kampung Abad. Dahulunya kampung Abad merupakan daerah yang banyak ditanami tumbuh-tumbuhan seperti kelapa, kopi, jagung, dan lain-lain. Pelabuhan ikan ini dipisahkan agar tidak menganggu lalu lintas kapal-kapal besar yang berada di Pelabuhan Atapupu. 4. Gedung Peninggalan Belanda; kemungkinan gedung tersebut merupakan tempat logistik atau juga bisa dikaitkan sebagai kantor pelabuhan pada masa itu. Tiang penyangga di setiap sudutnya menggunakan kayu bukan besi. 5. Mangrove; pohon mangrove bertumbuh di sekeliling teluk Atapupu. Kehadiran mangrove juga memberikan dampak positif yaitu sebagai pengahalang arus dan mencegah abrasi. 6. Bukit dan Hutan; tempat tumbuhnya pohon cendana sebagai komoditas unggulan Atapupu. Disisi lain lebah juga banyak membuat sarangnya di pohon cendana dan menghasilkan madu dan lilin sebagai komoditas lain dari Timor. 7. Jalan Raya Trans Timor; jalan raya ini menghubungkan seluruh pusat perdagangan di Timor. Berada di dekat pelabuhan untuk mempermudah akses transportasi dan distribusi ke daerah lain di Timor. Pelabuhan Atapupu berasal dari dua kata yaitu Ata (hamba) dan Fufu (diikat). Jika diterjemahkan menjadi hamba yang diikat. Maksud dari hamba yang diikat ini adalah para budak. Diberitakan bahwa konon pelabuhan ini menjadi salah satu tempat penjualan budak- budak. Ada yang menyebutkan bahwa budak-budak tersebut merupakan orang-orang yang ditangkap secara paksa dan juga orang yang terlilit utang kemudian oleh tuannya digadai dan dijual. Selain budak pelabuhan Atapupu juga terkenal dengan komoditas kayu cendana dan madu serta lilin lebah. Kayu cendana banyak dihasilkan di daerah Timor terutama di pegunungan bertumbuh secara liar. Daerah Timor yang beriklim tropis cocok dalam budidaya pohon cendana. Selain itu Madu dan lilin juga menjadi komoditas utama dari daerah ini karena lebah banyak membuat sarangnya di pohon-pohon cendana. Disamping itu, penduduk Belu juga menjual kuda karena mereka juga peternak kuda. Namun beberapa waktu, kuda-kuda di Belu menderita penyakit influenza sehingga pernah mengalami kemerosotan dalam perdagangan kuda kala itu. Sebelum Atapupu dipengaruhi oleh Portugis dan Belanda, pelabuhan dan daerah sekitar Atapupu telah didatangi oleh orang-orang Cina dan Arab untuk mencari komoditas-komoditas unggulan di Timor. Orang-orang Cina bahkan membuat tempat ibadahnya (Klenteng) di desa Jenilu. Pelabuhan Atapupu dibangun disebuah teluk pesisir pantai selatan pulau Timor. Teluk adalah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Oleh karena letaknya yang strategis, teluk banyak dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Teluk merupakan tempat yang aman bagi berlabuhnya kapal-kapal agar terhindar dari angin kencang dan ombak yang besar. Dua tanjung berupa perbukitan di sebelah timur dan barat di pelabuhan Atapupu menghalangi arus laut yang kuat. Arus laut di pelabuhan ini tenang juga karena ditumbuhi mangrove disekitarnya dan menjadi pengahalang arus ombak yang kuat. Itulah sebabnya air laut di pelabuhan Atapupu cukup tenang. Di sebelah kanan pelabuhan Atapupu terdapat pelabuhan pertamina sebagai tempat bongkar muat bahan bakar. Kehadiran pelabuhan pertamina ini juga menguntungkan karena menjadi tempat pengisian bahan bakar bagi kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan Atapupu, mengingat bahwa pelabuhan tersebut menjadi pelabuhan transit antara Indonesia dan Timor Leste. Sebelum memasuki pelabuhan Atapupu terdapat sebuah gedung tua peninggalan Belanda. Kemungkinan gedung ini dibuat sebagai kantor pelabuhan atau juga dimungkinkan sebagai tempat logistik barang-barang dagang. Diujung kanan terdapat pelabuhan ikan yang dahulunya bersama pelabuhan Atapupu, namun karena Atapupu dilalui oleh kapal-kapal besar pelabuhan ikan dipisahkan agar tidak menganggu lalu lintas kapal. B. Penjelasan Gambar 2: Gereja Pertama di Timor Jika diamati pada sketsa, terdapat beberapa simbol pada gambar tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Gereja pertama di Timor Menurut catatan sejarah, pada bulan Juli 1879, seorang misionaris Jesuit bernama Pastor Jacobus Kraaijvanger, SJ ditugaskan untuk menyelidiki kelayakan pendirian sebuah stasi di Atapupu. Setelah memastikan kesiapan Atapupu, beliau menulis surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia yang isinya memohon untuk mendirikan Stasi Atapupu. Atas permohonan itu, Gubernur Hindia Belanda menerbitkan surat izin pendirian Stasi Atapupu pada 1 Agustus 1883. Stasi Atapupu merupakan stasi pertama di Pulau Timor dan menjadi bagian dari Vikariat Apostolik Batavia dengan jumlah umat Katolik sampai dengan penyerahan misi dari SJ kepada SVD (1913) tercatat sebanyak 2.500 jiwa. Dalam menjalankan tugas pelayanan pastoral di stasi yang baru ini, P. Kraaijvanger dibantu oleh P. Lammker, SJ (1885) dan P. Kuijper, SJ (1886-1888). Diceritakan bahwa P. Kraaijvanger dan P. Kuijper meninggal secara beurutan yaitu tahun 1888 P. Kuijper dan tahun 1889 P. Kraaijvanger. Meninggalnya Pater ini akibat terserang penyakit malaria. Melihat hal tersebut gereja kemudian dipindahkan lokasinya, karena di tempat tersebut terdapat banyak nyamuk penyebab malaria. Bukan saja karena takut terserang malaria atau dahulu biasa disebut demam kuning, tetapi juga karena terlalu sempit. 2. Gereja Kedua dan 3. Gereja Ketiga Dipilihnya lokasi gereja kedua berada sekitar 300 m dari gereja Stela Amaris yang sekarang. Tempat ini diberikan raja Jenilu kepada Misi untuk membangun gereja. Pada masa kepemimpinan P. Deuling bersama umat Atapupu berhasil membangun sebuah gereja pada tahun 1971. Setelah berusia 41 tahun, gereja tersebut dibongkar dan diganti dengan gereja yang baru. Gereja ini diruntuhkan dan dibangun gereja ketiga di bawah kaki gunung Lakaan sebagai pusat pastoral. Di pilihnya lokasi tersebut karena terdapat banyak sumber air dari pegunungan. Kemudian dibangun lagi paroki Atapupu yang menaungi beberapa stasi. Lokasi gerejanya adalah gereja yang sekarang ini (Gereja Stella Maris). 4. Gereja Sekarang Sejak tahun 2001, Paroki Atapupu di bawah pimpinan Rm. Maxi Alo Bria, Pr sebagai Pastor Paroki dibantu oleh Rm. Yoris Giri, Pr sebagai Pastor Rekan. Pada masa kepemimpinan kedua Pastor ini berhasil dibangun sebuah gereja baru yang dimulai tahun 2005 hingga selesai dan ditahbiskan oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku pada 1 Agustus 2012. Gereja tersebut dibangun berdekatan dengan jalan raya, sehingga memudahkan masyarakat untuk pergi ke gereja dan dapat dikenal oleh masyarakat luas. Paroki Stella Maris Atapupu memiliki wilayah yang terbentang dari kampung Halibada, Stasi Silawan hingga Roti Klot, Lingkungan Santa Maria Bunda Allah Fuka Laran. Umumnya umat berdomisili di sepanjang pesisir pantai Atapupu, Mota Ain, Seroja hingga Teluk Gurita. Dari letaknya tersebut, bagian Utara berbatasan dengan Selat Ombai. Bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Sadi dan Haliwen. Bagian Barat berbatasan dengan Paroki Fatuoni, Dekenat Mena, dan bagian Timur berbatasan dengan Distrik Bobonaro, Negara Timor Leste.
C. Penjelasan Gambar 3: Kerajaan Jenilu
1. Pelabuhan Atapupu; berada di pantai selatan Atapupu (Timor Barat). 2. Bukit dan Hutan; berada sekitar kerajaan Jenilu dahulunya ditanami berbagai macam tumbuh-tumbuhan bernilai ekonomis, seperti kopi, cendana, kelapa, dan sebagainya. 3. Muara sungai; aliran sungai ini berasal dari pegunungan-pegunungan di Belu bagian Utara 4. Kerajaan Jenilu; berada disekitar kawasan Atapupu 5. Kerajaan Lidak, Naitimu, Mandeu; merupakan kerajaan saudara dari kerajaan Jenilu yang menyebar di seluruh daerah Belu. Kerajaan ini terletak di dekat pantai dan merupakan pusat perdagangan di Timor Barat. Pelabuhan Atapupu telah mendorong kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan yang terkenal karena sering dikunjungi oleh para pedagang asing dan pribumi. Pusat kerajaannya terletak di kampung Abad. Diceritakan bahwa nama “Abad” artinya banyak ditanami tumbuh- tumbuhan seperti kelapa, jangung, kacang, kopi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan kondisi ekonomi kerajaan dapat dikatakan bahwa kerajaan Jenilu cukup makmur saat itu. Letaknya di dekat pantai mempermudah Jenilu untuk memantau musuh yang datang dari seberang Laut. Selain itu daerah ini kaya akan sumber air di mana merupakan muara sungai yang mengalir dari pegunungan-pegunungan di Timor Barat termasuk dari Gunung Lakaan. Daerah sekitar kerajaan Jenilu di kelilingi perbukitan sehingga dapat melindungi Jenilu dari ancaman musuh. Hutan dan pegunungan di Jenilu dapat dijadikan tempat bergerilya sewaktu-waktu apabila terjadi perang baik antarkerajaan maupun dengan pihak asing. Pada umumnya orang-orang pantai jauh lebih terbuka daripada orang-orang pegunungan karena orang pantai sering berjumpa dengan orang-orang baru. Penduduk Jenilu pada umumnya mudah berdaptasi dengan orang-orang asing sejak nenek moyang mereka. Semenjak adanya pelabuhan tradisional Atapupu di Jenilu terdapat orang-orang Cina dan Arab bermukiman dan bahkan mendirikan tempat ibadahnya di sana.