Anda di halaman 1dari 5

A.

Penjelasan Gambar 1: Pelabuhan Atapupu


Jika diamati pada sketsa, terdapat beberapa simbol pada gambar tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pelabuhan Atapupu; pelabuhan Atapupu terletak di Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk
Mesak, Kabupaten Belu. Letak pelabuhan ini sangat strategis di mana berada di teluk dan
merupakan jalur penguhubung antara Timor Leste dan Kupang.
2. Pelabuhan Pertamina Atapupu; Pelabuhan pertamina berada di sebelah kanan pelabuhan
Atapupu. Pelabuhan ini sebagai tempat bongkar muat minyak yang akan ditampung di
pertamima Atapupu.
3. Tempat Pelelangan Ikan; tempat pelelangan ikan berada di kampung Abad. Dahulunya
kampung Abad merupakan daerah yang banyak ditanami tumbuh-tumbuhan seperti
kelapa, kopi, jagung, dan lain-lain. Pelabuhan ikan ini dipisahkan agar tidak menganggu
lalu lintas kapal-kapal besar yang berada di Pelabuhan Atapupu.
4. Gedung Peninggalan Belanda; kemungkinan gedung tersebut merupakan tempat logistik
atau juga bisa dikaitkan sebagai kantor pelabuhan pada masa itu. Tiang penyangga di
setiap sudutnya menggunakan kayu bukan besi.
5. Mangrove; pohon mangrove bertumbuh di sekeliling teluk Atapupu. Kehadiran mangrove
juga memberikan dampak positif yaitu sebagai pengahalang arus dan mencegah abrasi.
6. Bukit dan Hutan; tempat tumbuhnya pohon cendana sebagai komoditas unggulan Atapupu.
Disisi lain lebah juga banyak membuat sarangnya di pohon cendana dan menghasilkan
madu dan lilin sebagai komoditas lain dari Timor.
7. Jalan Raya Trans Timor; jalan raya ini menghubungkan seluruh pusat perdagangan di
Timor. Berada di dekat pelabuhan untuk mempermudah akses transportasi dan
distribusi ke daerah lain di Timor.
Pelabuhan Atapupu berasal dari dua kata yaitu Ata (hamba) dan Fufu (diikat). Jika
diterjemahkan menjadi hamba yang diikat. Maksud dari hamba yang diikat ini adalah para
budak. Diberitakan bahwa konon pelabuhan ini menjadi salah satu tempat penjualan budak-
budak. Ada yang menyebutkan bahwa budak-budak tersebut merupakan orang-orang yang
ditangkap secara paksa dan juga orang yang terlilit utang kemudian oleh tuannya digadai dan
dijual.
Selain budak pelabuhan Atapupu juga terkenal dengan komoditas kayu cendana dan madu
serta lilin lebah. Kayu cendana banyak dihasilkan di daerah Timor terutama di
pegunungan bertumbuh secara liar. Daerah Timor yang beriklim tropis cocok dalam
budidaya pohon cendana. Selain itu Madu dan lilin juga menjadi komoditas utama dari
daerah ini karena lebah banyak membuat sarangnya di pohon-pohon cendana. Disamping itu,
penduduk Belu juga menjual kuda karena mereka juga peternak kuda. Namun beberapa
waktu, kuda-kuda di Belu menderita penyakit influenza sehingga pernah mengalami
kemerosotan dalam perdagangan kuda kala itu.
Sebelum Atapupu dipengaruhi oleh Portugis dan Belanda, pelabuhan dan daerah sekitar
Atapupu telah didatangi oleh orang-orang Cina dan Arab untuk mencari komoditas-komoditas
unggulan di Timor. Orang-orang Cina bahkan membuat tempat ibadahnya (Klenteng) di desa
Jenilu.
Pelabuhan Atapupu dibangun disebuah teluk pesisir pantai selatan pulau Timor. Teluk
adalah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya.
Oleh karena letaknya yang strategis, teluk banyak dimanfaatkan sebagai pelabuhan. Teluk
merupakan tempat yang aman bagi berlabuhnya kapal-kapal agar terhindar dari angin
kencang dan ombak yang besar. Dua tanjung berupa perbukitan di sebelah timur dan
barat di pelabuhan Atapupu menghalangi arus laut yang kuat. Arus laut di pelabuhan
ini tenang juga karena ditumbuhi mangrove disekitarnya dan menjadi pengahalang
arus ombak yang kuat. Itulah sebabnya air laut di pelabuhan Atapupu cukup tenang.
Di sebelah kanan pelabuhan Atapupu terdapat pelabuhan pertamina sebagai tempat
bongkar muat bahan bakar. Kehadiran pelabuhan pertamina ini juga menguntungkan
karena menjadi tempat pengisian bahan bakar bagi kapal-kapal yang bersandar di
pelabuhan Atapupu, mengingat bahwa pelabuhan tersebut menjadi pelabuhan transit antara
Indonesia dan Timor Leste. Sebelum memasuki pelabuhan Atapupu terdapat sebuah gedung
tua peninggalan Belanda. Kemungkinan gedung ini dibuat sebagai kantor pelabuhan atau juga
dimungkinkan sebagai tempat logistik barang-barang dagang. Diujung kanan terdapat
pelabuhan ikan yang dahulunya bersama pelabuhan Atapupu, namun karena Atapupu dilalui
oleh kapal-kapal besar pelabuhan ikan dipisahkan agar tidak menganggu lalu lintas kapal.
B. Penjelasan Gambar 2: Gereja Pertama di Timor
Jika diamati pada sketsa, terdapat beberapa simbol pada gambar tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Gereja pertama di Timor
Menurut catatan sejarah, pada bulan Juli 1879, seorang misionaris Jesuit bernama Pastor
Jacobus Kraaijvanger, SJ ditugaskan untuk menyelidiki kelayakan pendirian sebuah stasi di
Atapupu. Setelah memastikan kesiapan Atapupu, beliau menulis surat kepada Gubernur
Jenderal Hindia Belanda di Batavia yang isinya memohon untuk mendirikan Stasi Atapupu.
Atas permohonan itu, Gubernur Hindia Belanda menerbitkan surat izin pendirian Stasi
Atapupu pada 1 Agustus 1883. Stasi Atapupu merupakan stasi pertama di Pulau Timor dan
menjadi bagian dari Vikariat Apostolik Batavia dengan jumlah umat Katolik sampai dengan
penyerahan misi dari SJ kepada SVD (1913) tercatat sebanyak 2.500 jiwa.
Dalam menjalankan tugas pelayanan pastoral di stasi yang baru ini, P. Kraaijvanger
dibantu oleh P. Lammker, SJ (1885) dan P. Kuijper, SJ (1886-1888). Diceritakan bahwa P.
Kraaijvanger dan P. Kuijper meninggal secara beurutan yaitu tahun 1888 P. Kuijper dan tahun
1889 P. Kraaijvanger. Meninggalnya Pater ini akibat terserang penyakit malaria. Melihat
hal tersebut gereja kemudian dipindahkan lokasinya, karena di tempat tersebut
terdapat banyak nyamuk penyebab malaria. Bukan saja karena takut terserang malaria
atau dahulu biasa disebut demam kuning, tetapi juga karena terlalu sempit.
2. Gereja Kedua dan 3. Gereja Ketiga
Dipilihnya lokasi gereja kedua berada sekitar 300 m dari gereja Stela Amaris yang
sekarang. Tempat ini diberikan raja Jenilu kepada Misi untuk membangun gereja. Pada masa
kepemimpinan P. Deuling bersama umat Atapupu berhasil membangun sebuah gereja pada
tahun 1971. Setelah berusia 41 tahun, gereja tersebut dibongkar dan diganti dengan gereja
yang baru. Gereja ini diruntuhkan dan dibangun gereja ketiga di bawah kaki gunung Lakaan
sebagai pusat pastoral. Di pilihnya lokasi tersebut karena terdapat banyak sumber air
dari pegunungan. Kemudian dibangun lagi paroki Atapupu yang menaungi beberapa stasi.
Lokasi gerejanya adalah gereja yang sekarang ini (Gereja Stella Maris).
4. Gereja Sekarang
Sejak tahun 2001, Paroki Atapupu di bawah pimpinan Rm. Maxi Alo Bria, Pr sebagai
Pastor Paroki dibantu oleh Rm. Yoris Giri, Pr sebagai Pastor Rekan. Pada masa kepemimpinan
kedua Pastor ini berhasil dibangun sebuah gereja baru yang dimulai tahun 2005 hingga selesai
dan ditahbiskan oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku pada 1 Agustus 2012. Gereja
tersebut dibangun berdekatan dengan jalan raya, sehingga memudahkan masyarakat
untuk pergi ke gereja dan dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Paroki Stella Maris Atapupu memiliki wilayah yang terbentang dari kampung Halibada,
Stasi Silawan hingga Roti Klot, Lingkungan Santa Maria Bunda Allah Fuka Laran. Umumnya
umat berdomisili di sepanjang pesisir pantai Atapupu, Mota Ain, Seroja hingga Teluk Gurita.
Dari letaknya tersebut, bagian Utara berbatasan dengan Selat Ombai. Bagian Selatan
berbatasan dengan Paroki Sadi dan Haliwen. Bagian Barat berbatasan dengan Paroki Fatuoni,
Dekenat Mena, dan bagian Timur berbatasan dengan Distrik Bobonaro, Negara Timor Leste.

C. Penjelasan Gambar 3: Kerajaan Jenilu


1. Pelabuhan Atapupu; berada di pantai selatan Atapupu (Timor Barat).
2. Bukit dan Hutan; berada sekitar kerajaan Jenilu dahulunya ditanami berbagai macam
tumbuh-tumbuhan bernilai ekonomis, seperti kopi, cendana, kelapa, dan sebagainya.
3. Muara sungai; aliran sungai ini berasal dari pegunungan-pegunungan di Belu bagian Utara
4. Kerajaan Jenilu; berada disekitar kawasan Atapupu
5. Kerajaan Lidak, Naitimu, Mandeu; merupakan kerajaan saudara dari kerajaan Jenilu yang
menyebar di seluruh daerah Belu.
Kerajaan ini terletak di dekat pantai dan merupakan pusat perdagangan di Timor
Barat. Pelabuhan Atapupu telah mendorong kerajaan ini menjadi sebuah kerajaan yang
terkenal karena sering dikunjungi oleh para pedagang asing dan pribumi. Pusat kerajaannya
terletak di kampung Abad. Diceritakan bahwa nama “Abad” artinya banyak ditanami tumbuh-
tumbuhan seperti kelapa, jangung, kacang, kopi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan
kondisi ekonomi kerajaan dapat dikatakan bahwa kerajaan Jenilu cukup makmur saat itu.
Letaknya di dekat pantai mempermudah Jenilu untuk memantau musuh yang
datang dari seberang Laut. Selain itu daerah ini kaya akan sumber air di mana
merupakan muara sungai yang mengalir dari pegunungan-pegunungan di Timor Barat
termasuk dari Gunung Lakaan. Daerah sekitar kerajaan Jenilu di kelilingi perbukitan
sehingga dapat melindungi Jenilu dari ancaman musuh. Hutan dan pegunungan di
Jenilu dapat dijadikan tempat bergerilya sewaktu-waktu apabila terjadi perang baik
antarkerajaan maupun dengan pihak asing.
Pada umumnya orang-orang pantai jauh lebih terbuka daripada orang-orang
pegunungan karena orang pantai sering berjumpa dengan orang-orang baru. Penduduk
Jenilu pada umumnya mudah berdaptasi dengan orang-orang asing sejak nenek moyang
mereka. Semenjak adanya pelabuhan tradisional Atapupu di Jenilu terdapat orang-orang Cina
dan Arab bermukiman dan bahkan mendirikan tempat ibadahnya di sana.

Anda mungkin juga menyukai