Disusun Oleh:
Mengingat kawasan hutan yang kian hari semakin berkurang dan digantikan dengan
kawasan sektor industri yang berkembang pesat tentunya menjadi tantangan besar bagi kita
untuk menghidupkan kembali kawasan hijau yang semakin tergerus, sedangkan kehidupan
makhluk hidup di muka bumi akan terus berlanjut. Sebagai makhluk hidup yang bertanggung
jawab tentunya kita tidak ingin membiarkan anak dan cucu kita merasakan bencana
pemasanan global dan perubahan iklim yang mengancam kehidupan mereka kelak.
Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi ilmiah bahwa tumbuhan lidah
mertua (Sansevieria Trifasciata P) berpotensi sebagai tanaman yang mampu memerangi
pemanasan global dan menyebabkan perubahan iklim serta memberikan sebuah inovasi
berupa rak tanaman yang terbuat dari kayu kaso dan reng yang menjadi solusi dari
terbatasnya lahan untuk membuat kawasan hijau sebagai bentuk aksi nyata dalam
menghadapi perubahan iklim.
Mengapa Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata P)?
Lidah mertua (Sansevieria Trifasciata P) merupakan tanaman hias yang dapat tumbuh
di luar maupun di dalam ruangan. Lidah mertua (Sansevieria Trifasciata P) juga mampu
hidup di bawah terik matahari bahkan tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan berbagai tipe
tanah. Tanaman ini memiliki kelebihan yang jarang ditemukan pada tanaman lain,
diantaranya mampu menyerap polutan salah satunya CO2.
Kaso dan reng merupakan bagian dari rusuk kayu yang digunakan untuk membentuk
kerangka penyusun genteng pada bangunan. Jika dilihat dari bentuknya, kerangka atap
bangunan ini dapat dimodifikasi menjadi Korsa (Kaso dan Reng Sansevieria Trifasciata P.).
Korsa adalah rak tanaman yang tersusun dari beberapa atap sehingga dapat memuat lebih
banyak tanaman. Bentuk korsa yang bertingkat tersebut tentunya dapat menjadi solusi
kurangnya ketersediaan tempat untuk membuat lahan hijau khususnya di area perkotaan.
Korsa juga dapat diletakkan di ruangan-ruangan terbuka yang terkena paparan langsung gas
emisi CO2.
Perakitan Korsa
Korsa dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak ada ketentuan khusus
untuk membuat Korsa. Namun, penulis telah merancang desain Korsa yang cukup ideal untuk
menerap gas CO2 jika diletakkan pada ruangan terbuka seperti di atas gedung, teras, dll.
- Kayo kaso (kayu yang dipasang secara vertikal) dan reng (kayu yang dipasang secara
horizontal)berukuran lebar dan tinggi 4 cm dengan ketentuan sebagai berikut.
- Panjang 144 cm berjumlah 84 ruas (untuk 3 atap Korsa)
- Kayu berukuran lebar dan tinggi ±5 cm Panjang 148 cm berjumlah 4 ruas
- Pipa PVC menyesuaikan dengan ukuran korsa
- Penutup pipa PVC berjumlah 12 buah
- Paku ukuran 0,2 cm
- Corong menyesuaikan dengan ukuran pipa PVC
Setelah itu, Korsa dapat di rakit sehingga berbentuk seperti kerangka di bawah ini.
Corong
Pipa yang telah dilubangi secara
acak menggunakan paku
Kaso
Reng
Penutup pipa
Jarak antar
atap ±70 cm
Setelah Korsa dirakit, susun lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) yang telah
diletakkan di pot pada setiap slot yang terdapat pada Korsa hingga memenuhi semua slot
seperti gambar berikut ini.
Laju penyerapan CO2 oleh lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) tergantung pada
jumlah emisi CO2 pada ruang tertutup atau terbuka. Semakin banyak emisi CO2, maka akan
semakin banyak CO2 yang diserap oleh lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Whika Febria Dewatisari dkk bahwa lima helai daun atau
satu buah tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) mampu menyerap hingga 69
ppm gas CO2 pada konsentrasi gas CO2 pada tabung berukuran 1 m 3 yang berisi CO2
sebesar 855 ppm atau sekitar 80.07% dari konsentrasi gas CO2 selama 5 hari. Nilai Ambang
Batas (NAB) CO2 di udara sebesar 5000 ppm dan Baku Mutu Lingkungan (BML) CO2
adalah sebesar 1000 ppm. Kadar CO2 di udara sekitar lidah mertua (Sansevieria trifasciata
P.) selama percobaan masih di bawah Nilai Ambang Batas (Whika Febria Dewatisari, 2009).
Sedangkan rata-rata konsentrasi paparan gas CO2 pada udara bebas mencapai 403,3ppm
dengan jumlah tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) pada Korsa sesuai dengan
desain dapat memaut sebanyak 216 pot lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.) tentunya
dapat menyerap lebih banyak emisi CO2.
Berdasarkan hasil penelitian serta gagasan Korsa, jika setiap bangunan memiliki
minimal satu Korsa maka tentunya dapat mengurangi emisi CO2 yang terpapar di udara serta
yang terperangkap di atmosfer bumi sebagai Gas rumah kaca hingga 80.07% per 216 m 3
(tergantung jumlah tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata P.)). Bekurangnya emisi
yang terperangkap di atmosfer bumi tentunya dapat mengurangi dampak negatif dari
pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Korsa diharapkan sebagai
implementasi yang dapat diterapkan pada jangka panjang dengan upaya pengadaan secara
maksimal untuk menyelamatkan kehidupan makhluk hidup di muka bumi serta sebagai salah
satu bentuk aksi nyata dalam menanggulangi perubahan iklim menuju Sustainable
Development Goals (SDGs).
DAFTAR PUSTAKA
Boer, Faqih. 2004. Climate risk and adaptation country profile (Indonesia). Vulnerability,
Risk Reduction And Adaptation To Climate Change. World Bank Group.
Dewatisari, Whika Febria, 2009. Uji Anatomi, Metabolit Sekunder, dan Molekuler
Sansevieria Trifasciata. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Novik Kurnianti. Pada Friday, October 18, 2013 Teknik Menanam Tanaman Hias
Sansevieria.
Working Group I. 2013. Intergovernmental Panel on Climate Change pada Climate Change
2013 the Physical Science Basis.