Anda di halaman 1dari 148

PERANCANGAN SPORT CENTER

DI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh
ADINDA JASMINE QOWI

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRAK

PERANCANGAN SPORT CENTER


DI BANDAR LAMPUNG

ADINDA JASMINE QOWI

Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah fasilitas olahraga di


Bandar Lampung dengan tahapan tahapan arsitektural serta konsep yang
hijau juga dapat menghemat pemakaian energi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
dokumentatif, serta mengumpulkan data dari kuisioner tentang pentingnya
sadar akan kesehatan berolahraga dan ketertarikan masyarakat dalam
berolahraga juga kebutuhan masyarakat dalam berrekreasi diruang terbuka
publik sehingga penelitian ini kuat untuk dilakukan di kota Bandar
Lampung.
Hasil Menunjukan bahwa masyarakat kota Bandar Lampung memiliki
ketertarikan berolahraga yang tinggi akan tetapi dalam pelaksanaannya
terhambat akan waktu dan fasilitas, maka dari itu penulis merancang sebuah
bangunan Sport Center menggunakan konsep Eco Architecture untuk
meningkatkan minat berolahraga dengan fasilitas terpadu dan serta
dukungan ruang terbuka hijau yang sangat dibutuhkan masyarakat Bandar
Lampung untuk berolahraga dan berrekreasi.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu menyatukan fasilitas berolahraga dapat
meningkatkan kualitas hidup dengan cara membiasakan diri berolahraga di
tempat yang telah diperuntukan atau didesign dengan baik dan benar.

Kata Kunci : sport, sport center, ekologis, berkelanjutan, arsitektur


ABSTRACT

SPORT CENTER DESIGN


IN BANDAR LAMPUNG

ADINDA JASMINE QOWI

This study aims to design a sports facility in Bandar Lampung with


architectural stages and a green concept that can also save energy.
The method used in this research is descriptive and documentary, as well as
collecting data from questionnaires about the importance of being aware of
the health of sport and community interest in sports as well as community
needs in recreation in the public open space so that this research is strong
to be conducted in the city of Bandar Lampung.
Results Shows that the people of Bandar Lampung city have a high interest
in exercising but their implementation is hampered by time and facilities,
therefore the authors designed a Sport Center building using the concept of
Eco Architecture to increase interest in exercising with integrated facilities
and support for green open spaces. Bandar Lampung people needed to
exercise and recreation.
The conclusion of this research is that uniting sports facilities can improve
the quality of life by getting used to exercising in a place that has been
intended or designed properly.

Keywords: sport, sports center, ecological, sustainable, architecture


PERANCANGAN SPORT CENTER
DI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh
ADINDA JASMINE QOWI

Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan


Program studi sarjana (strata – 1) pada department arsitektur
Fakultas teknik universitas lampung

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Bandar Lampung, tanggal 17

Februari 1996. Merupakan anak Ketiga dari Tiga

bersaudara, yang terlahir dari pasangan suami istri,

Bapak Budi Arsanto A.Md dan Ibu Bertha Sitepu SKM.

Pendidikan yang telah ditempuh antara lain adalah


sebagai berikut :

1. TK Pertiwi, Bandar Lampung, Lampung , 2002


2. Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Bandar Lampung , Lampung
2008.
3. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, SMP Negeri 23 Bandar
Lampung, Lampung, 2011
4. Pendidikan Sekolah Menengah Atas, SMA Negeri 10 Bandar Lampung ,
Lampung, 2014

Pada tahun 2014 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S1

Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Kemudian tahun 2017 penulis

melakukan Penelitian dan menyusun laporan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan tugas pada mata kuliah Seminar Arsitektur.


MOTTO

“Sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”


PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur dan dengan penuh kerendahan hati, kupersembahkan karyaku

ini kepada :

1. Kedua orang tua ku (Bertha Sitepu dan Budi Arsanto) yang telah bersabar

mendidik, membimbing dan membesarkan saya. Tanpa dukungan kalian

saya tidak akan mencapai titik ini. Kalian sangatlah berarti.

2. Kepada Keluarga Besarku , terimakasih atas dukungan selama

mengerjakan skripsi.

3. Kepada Ibu dan Bapak Dosen Arsitektur, terimakasih telah memberikan

ilmu yang begitu banyak.

4. Kepada Sahabat dan teman teman ku, dukungan mental kalian sangatlah

membantuku, terimakasih kawan.

5. Kepada Handy Widjaya, terimakasih telah bersabar mendengarkan segala

keluhan dan dukunganmu berarti disetiap harinya.


KATA
Dengan rasa syukur, selaku penulis, saya telah menyelesaikan penulisan
Laporan Seminar Arsitektur. Secara singkat, bersama laporan ini ada serangkaian
kolaborasi dalam perencanaan ke-arsitektur-an, antara ilmu yang bersifat teoritis
dan pengetahuan yang didapat selama praktikum serta adanya peran tenaga teknik
selain arsitek dan pemerintah sebagai regulator.

Sehingga hal ini secara menjadi pengalaman tersendiri bagi penulis.


Dalam proses penulisan laporan ini, tentu tidak sedikit pihak yang turut terlibat
baik yang memberikan saran, bimbingan maupun hanya sekedar mengoreksi kata
– kata.

Untuk itu disertai dengan harapan membawa keberkahan, penulis


mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang Tua penulis yang telah memberikan dukungan serta doa yang tak
terhingga, dukungan mental serta fisik kalian sangatlah saya banggakan.
2. Ketua Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Lampung – Nandang,
Drs.,M.T. terimakasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini.
3. Kelik Hendro Basuki,S.T.,M.T selaku Dosen Pembimbing 1 Pra Tugas
Akhir dan Tugas Akhir Arsitektur Universitas Lampung – Bandar
Lampung. Terimakasih telah bersabar membimbing saya selama ini serta
ilmu kalian sangatlah berharga bagi saya.
4. MM Hizbullah Sesunan ,S.T.,M.T selaku Dosen Pembimbing 2 Pra Tugas
Akhir dan Tugas Akhir Arsitektur Universitas Lampung – Bandar
Lampung. Terimakasih telah bersabar membimbing saya selama ini serta
ilmu kalian sangatlah berharga bagi saya.
5. Kepada Keluarga Besar Arsitektur 2014 yang sudah menemani saya
sejauh ini , see you on top !
6. Kepada Keluarga Besar Arsitektur S1 2014, terimakasih kepada kalian
yang telah bersusah payah membantu dan mendukung mental maupun
fisik saya, saya sayangat beruntung mempunyai kalian.
7. Kepada #Timkejartayang (Eva Gracia Anggina, Kurnia Ageng, Intiyas
Wibisno, M Hariansyah, M Phildo Nugroho, Danu TrI Hartono, Dita
Halimah Aprilia, Aris Hidayat, Dhea Anggraini, Zulfahmi Afif, Qonita Al-
Afwa, Asih Dwi Astuti, Chairul Ashar, Incik Gilang.) Semangat kalian
sangat membantu dan mendukung mentallku saat studio, tanpa kalian aku
tidak akan mencapai titik ku. IM SO LUCKY TO HAVE YOU ALL! I love
you !
8. Kepada Donna Exsanti C, Sisca Aprllia, Leila Fauziah terimakasih atas
dukungan mental kalian saudariku, selama 11 tahun ini kalian selalu
menemaniku dan selalu menghiburku dikala sedih juga selalu ada dikala
bahagia. Teruslah bersahabat sampai akhir nanti. I love you bunda!
9. Kepada Yenny Afriani, Debra Andini, Amanda teman sepernakalanku
sejak SMA sejak remaja menuju dewasa, kalian sangat berarti dan
terimakasih telah mendukungku selama ini., aku sayang kalian !
10. Kepada Vidya Putri, Zsa Zsa Ratna, Rani Bunga terimakasih kalian selalu
menemaniku dan membantu mendukung mentalku dikala aku sedang
penat akan semua hal hal ini, aku sayang kalian !
11. Kepada Julia Eka Citra, terimakasih kamu adalah sahabat yang selalu
mendengarkan keluh kesah dan semua masalahku diwaktu yang tepat.
Walau kita jauh dan berpisah, tetapklah semangat! Loveyou julea!
12. Kepada Gege Gultom, semua masalah pernah kita lewati, apapun
masalahnya tetalah menjadi sahabat dan saudariku sampai akhir. Maafkan
temanmu yang seringkali ceroboh dan membutuhkan bantuanmu ini.
Dukungan mental serta fisikmu adalah yang palingku nanti. Tetaplah
menjadi gege versi terbaikmu. Dan tetaplah bersamaku walau kita jauh
nanti. Terimakasih atas segalanya bi e! Iloveyouuuusooooo from biuda!
13. Kepada Dhea Anggraini, Terimakasih telah mengantarkanku dititik ini,
semoga kelak kita bertemu lagi dan dapat bersenda gurau seperti dulu.
Kamu tetaplah dea yang ku tau, dan jangan pernah berubah tetaplah
disampingku saudariku, iloveyouuusoo from biuda!
14. Kepada Dita Halimah, Terimakasih telah menemaniku dan memacuku
serta memberitahuku banyak hal yang kadang sulitku mengerti hey teman
seperstudioku. Jangan lah bosan dengan tingkah konyolku dan selalu
menjadi teman se”frekuensi”ku hingga akhir nanti. Loveyouu from biuda!
15. Kepada Handy Widjaya yang telah menemani serta mendukung selalu
penulis dimasa masa kritis, yang tidak pernah bosan mengingatkanku akan
selalu tetap semangat untuk mencapai impianku. Terimakasih telah hadir
kembali disisi. Dukunganmu sangat berharga. Im so lucky to have you!
16. Rekan – rekan penulis dan pihak yang terkait lainnya.

Demikianlah untaian kata – kata pengantar ini, semoga laporan ini dapat berguna
bagi semua pihak. Amiiin!
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................x
BAB I. Pendahuluan.................................................................................................1
I.1. Latar Belakang.......................................................................................1
I.1.1. Latar Belakang Objek...................................................................1
I.1.2. Latar Belakang Pendekatan..........................................................4
I.2. Permasalahan..........................................................................................5
I.2.1. Identifikasi Masalah.....................................................................5
I.2.2. Rumusan Masalah........................................................................5
I.3. Tujuan, Manfaat dan Sasaran.................................................................6
I.3.1. Tujuan...........................................................................................6
I.3.2. Sasaran..........................................................................................6
I.4.3. Manfaat.........................................................................................7
I.4. Ruang Lingkup.......................................................................................7
I.5. Metodelogi..............................................................................................8
I.5.1. Metode Penulisan.........................................................................8
I.5.2. Metode Pengumpulan Data..........................................................9
I.6. Sistematika Penulisan...........................................................................10
I.7. Kerangka Pikir......................................................................................12

BAB II. Tinjauan Literatur...................................................................................13


II.1. Tinjauan Umum Olahraga...................................................................13
II.1.1. Pengertian Olahraga..................................................................13
II.1.2. Tujuan Olahraga........................................................................14
II.1.3. Jenis - Jenis Olahraga................................................................15
II.1.3.1. Berdasarkan Tujuan Olahraga....................................15
i
II.1.3.1. Berdasarkan Kegiatan Fisik.......................................17
II.1.3.1. Berdasarkan Pelaku Olahraga....................................18
II.1.3.1. Berdasarkan Ruang Aktifitas Olahraga......................19
II.2. Tinjauan Umum Sport Center.............................................................19
II.2.1. Pengertian Sport Center............................................................19
II.2.2. Fungsi Sport Center..................................................................21
II.2.3. Klasifikasi Jenis Kegiatan Sport Center....................................22
II.2.4. Fasilitas Olahraga pada Sport Center........................................23
II.3. Landasan Teori Sport Center..............................................................24
II.3.1. Klasifikasi Sport Center............................................................24
II.3.2. Standar Perencanaan Sport Center............................................25
II.3.3. Persyaratan Umum Sport Center..............................................28
II.3.4. Macam – macam Olahraga dan Ukuran Lapangan...................29
II.3.5. Fasilitas Pendukung dan Standar Ukuran.................................41
II.4. Tinjauan Umum Pendekatan...............................................................52
II.4.1. Pangertian Eco Architecture.....................................................52
II.4.2. Fungsi dan Tujuan Eco Architecture........................................53
II.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Eco Architecture...........................54
II.4.3. Karakteristik Eco Architecture.................................................55
II.5. Studi Preseden.....................................................................................62
II.5.1. Palais des Sport de Rouen, Prancis...........................................62
II.5.2. Swimming Pool of the east Oakland Sport Center...................66
II.5.3. GOR UNY................................................................................69
II.5.4. Kesimpulan...............................................................................74

BAB III. Metode Penelitian dan Perencanaan.....................................................76


III.1. Metode Penelitian..............................................................................76
III.2. Pengumpulan Data.............................................................................76
III.3. Analasis Tapak...................................................................................78
III.4. Konsep Perancangan..........................................................................80
III.5. Kerangka Perancangan......................................................................82
BAB IV. Analisa Perancangan...............................................................................84
i
IV.1. Lokasi Tapak.....................................................................................84
IV.2. Analisa Tapak....................................................................................87
IV.2.1. Analisis Pencapaian.................................................................87
IV.2.2. Analisa View...........................................................................91
IV.2.3. Analisa Kebisingan..................................................................93
IV.2.4. Analisa Klimatologi.................................................................95
IV.2.5. Analisa Sirkulasi....................................................................100
IV.2.6. Analisa Zonasi.......................................................................101
IV.2.7. Analisa Vegetasi....................................................................103
IV.3. Analisa Fungsional..........................................................................105
IV.3.1. Pengguna Bangunan..............................................................105
IV.3.2. Analisa Pola Kegiatan Pengguna...........................................106
IV.3.3. Analisa Aktifitas Ruang........................................................107
IV.3.4. Analisa Besaran Ruang.........................................................113
IV.4. Analisa Bentukan Massa.................................................................114
IV.5. Analisa Tampilan Arsitektur...........................................................117
IV.6. Analisa Utilitas................................................................................118
BAB V. Konsep Perancangan..............................................................................122
V.1. Konsep Dasar....................................................................................122
V.1.1. Urban Ecology........................................................................122
V.1.2. Energy Strategy......................................................................125
V.1.3. Water.......................................................................................129
V.1.4. Community in Neighborhood.................................................130
V.1.5. Economy Strategy...................................................................131

V.2. Konsep Perancangan Arsitektur........................................................132


V.2.1. Konsep Gubahan Masa...........................................................132
V.2.2. Konsep Fasad Bangunan.........................................................134
V.2.3. Konsep Tata Ruang Luar........................................................136
V.2.4. Konsep Tata Ruang Dalam.....................................................137
V.3. Konsep Perencanaan Struktur...........................................................138
V.4. Konsep Kenyamanan........................................................................138
i
V.2.1. Konsep Pencahayaan..............................................................138
V.2.2. Konsep Penghawaan...............................................................139
V.2.3. Konsep Akustik......................................................................140
V.5. Konsep Green Building Council Indonesia......................................141
V.6. Hasil Perancangan.............................................................................142
BAB VI. Kesimpulan dan Saran.........................................................................152
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Persentase Penduduk yang Melakukan Olahraga...................................2

Gambar 2.1 Standar Ukuran Lapangan Badminton..................................................30

Gambar 2.2 Lapangan Bola Tenis............................................................................32

Gambar 2.3 Lapangan Bola Basket..........................................................................35

Gambar 2.4 Standar Tinggi Papan Pantul dan Ring Basket.....................................36

Gambar 2.5 Kolam Renang dan Ukuran...................................................................38

Gambar 2.6 Ukuran Tribun.......................................................................................41

Gambar 2.7 Layout Ruang Pengelola.......................................................................42

Gambar 2.8 Layout Ruang Kerja Administrasi........................................................42

Gambar 2.9 Ekologi Kota.........................................................................................56

Gambar 2.10 Bangunan dengan Solar Panel............................................................57

Gambar 2.11 Embung yang dapat menampung air...................................................58

Gambar 2.12 Contoh Ruang komunikasi lingkungan...............................................60

Gambar 2.13 Pembangunan merupakanstrategiekonomi.........................................61

Gambar 2.14 Palais des Sport de Rouen, Perancis...................................................62

Gambar 2.15 Denah Lantai 1 Palais des Sport de Rouen.........................................63

Gambar 2.16 Denah Lantai 2 Palais des Sport de Rouen.........................................63

Gambar 2.17 Fasad Sisi Tenggara............................................................................64

Gambar 2.18 Fasad Sisi Barat Laut..........................................................................64

Gambar 2.19 Area Olahraga Utama dan Tribun Penonton.......................................65

Gambar 2.20 Tampak Depan Swimming Pool Oakland Sport center......................66

Gambar 2.21 Fasade Bangunan Outdoor..................................................................67


v

Gambar 2.22 Denah Lantai 1 East Oakland Sport center.........................................67

Gambar 2.23 DenahLantai 2 East Oakland Sport center..........................................67

Gambar 2.24 Siteplan East Oakland Sport center.....................................................68

Gambar 2.25 Tampilan Swimming Pool Of The East Oakland Sport center...........69

Gambar 2.26 Tampilan Swimming Pool Of The East Oakland Sport center...........69

Gambar 2.27 Tampilan Massa GOR Universitas Negeri Yogyakarta......................70

Gambar 2.28 DenahLantai Dasar GOR UNY...........................................................70

Gambar 2.29 DenahLantai 1 GOR UNY..................................................................71

Gambar 2.30 DenahLantai 2 GOR UNY..................................................................71

Gambar 2.31 KapasitasPenonton GOR UNY...........................................................71

Gambar 2.32 Kawasan GOR UNY...........................................................................72

Gambar 2.33 Kolam RenangPertandingan UNY......................................................73

Gambar 2.34 Kolam RenangLompat Tinggi UNY...................................................73

Gambar 4.1 Peta Provinsi Lampung.........................................................................84

Gambar 4.2 Peta Kota Bandar Lampung..................................................................85

Gambar 4.3 Peta Lokasi Tapak.................................................................................85

Gambar 4.4 Peta Zonasi Lingkungan sekitar lahan.................................................86

Gambar 4.5 Analisis Pencapaian..............................................................................88

Gambar 4.6 Respon terhadap Analisis Pencapaian...................................................89

Gambar 4.7 Analisis View........................................................................................91

Gambar 4.8 Respon terhadap Analisis View............................................................92

Gambar 4.9 Analisa Kebisingan...............................................................................93

Gambar 4.10 Respon terhadap Analisis Kebisingan.................................................94


vii
Gambar 4.11 Analisa Matahari................................................................................95

Gambar 4.12 Analisa Arah Angin...........................................................................97

Gambar 4.13 Analisa Hujan.....................................................................................98

Gambar 4.14 Respon terhadap Analisis Hujan.........................................................99

Gambar 4.15 Analisa Sirkulasi...............................................................................100

Gambar 4.16 Analisa Zonasi...................................................................................102

Gambar 4.17 Analisa Vegetasi...............................................................................103

Gambar 4.18 Pemilihan Bentuk Massa..................................................................116

Gambar 5.1 Konsep Pedestrian...............................................................................123

Gambar 5.2 Konsep Ruang Terbuka Hijau.............................................................124

Gambar 5.3 Konsep Strategi Energi Matahari........................................................126

Gambar 5.4 Konsep Strategi Energi Angin............................................................128

Gambar 5.5 Gambaran Konsep Penghematan air...................................................129

Gambar 5.6 Gambaran Konsep Komunikasi Lingkungan......................................130

Gambar 5.7 Konsep Strategi Ekonomi...................................................................131

Gambar 5.8 Sarang Lebah.......................................................................................132

Gambar 5.9 Gambaran Gubahan Massa pada Sport Center...................................133

Gambar 5.10 Gambaran Transformasi Bentuk Gubahan Massa............................133

Gambar 5.11 Contoh Progresif berirama................................................................134

Gambar 5.12 Contoh fasad bangunan progresif berirama......................................135

Gambar 5.13 Contoh fasad bangunan progresif berirama......................................135

Gambar 5.14 Skema Elemen Tata Ruang Luar......................................................136

Gambar 5.15 Transformasi Bentuk.........................................................................142


viii
Gambar 5.16 Siteplan Bandar Lampung Sport center............................................142

Gambar 5.17 Denah Aquatic Center.......................................................................143

Gambar 5.18 Master Zoning Sport Center B..........................................................143

Gambar 5.19 Denah Gedung 1 dan Gedung 2........................................................144

Gambar 5.20 Denah Gedung 3 dan Gedung 4........................................................144

Gambar 5.21 Denah Gedung 5 lantai 1 dan Gedung 5 lantai 2..............................145

Gambar 5.22 Retail Area........................................................................................145

Gambar 5.23 Car Park.............................................................................................146

Gambar 5.24 Tampak Depan dan Tampak Belakang Sport Center........................146

Gambar 5.25 Tampak Samping Kanan dan Kiri Sport Center...............................147

Gambar 5.26 Potongan Bandar Lampung Sport Center.........................................147

Gambar 5.27 Axonometric Bangunan Tenis dan Bulu Tangkis.............................148

Gambar 5.28 Axonometric Bangunan Aquatic Center...........................................148

Gambar 5.29 Detail Eco Sclupture Bandar Lampung Sport center........................149

Gambar 5.30 Detail Dynamic Roof Bandar Lampung Sport center.......................149

Gambar 5.31 Hardworking Interior Aquatic Center Sport Center.........................150

Gambar 5.32 Hardworking Interior Lapangan Tenis Sport Center........................150

Gambar 5.33 Hardworking pada Lansekap Sport Center.......................................151


ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Cabang Olahraga dan Jumlah Pertandingan/Latihan.......................24

Tabel 2.2 Ukuran Minimal Matra Ruang Gedung Olahraga....................................25

Tabel 2.3 Kapasitas Penonton Gedung Olahraga.....................................................25

Tabel 2.4 Koefisien Refleksi dan Tingkat Warna.....................................................26

Tabel 2.5 Ukuran / Dimensi Lapangan Badminton..................................................29

Tabel 2.6 Level Iluminasi.........................................................................................31

Tabel 2.7 Kesimpulan dari Preseden........................................................................74


x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A...............................................................................................................25

Lampiran B.............................................................................................................113

Lampiran C.............................................................................................................141
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Latar Belakang Objek

Ungkapan Latin “Mens sana in corpore sano” adalah sebuah

mahakarya sastra dari seorang pujangga Romawi, Decimus Iunius

Juvenalis, dalam Satire X sekitar abad kedua Masehi. “Mens sana in

corpore sano” dijadikan jargon olahraga dan kesehatan di seluruh

dunia, tak terkecuali di Indonesia. Ungkapan Latin itu diterjemahkan

dengan sangat indah. “Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang

sehat”. Untuk mendapatkan tubuh yang kuat dan sehat kita perlu

berolahraga. Bila badan kuat dan sehat maka jiwa akan sehat. Kalau

jiwa sehat, pikiran akan jernih. Akan tetapi kalau jiwa sakit, pikiran

jernih pun hilang, logika memudar. Maka dari itu fisik dan mental

yang kuat juga jasmani dan rohani yang sehat akan menghasilkan

individu tangguh dan muaranya adalah sebuah bangsa yang hebat dan

diperhitungkan.

Maka tingkat kemajuan pembangunan olahraga di Indonesia

harus diperhatikan. Index pembangunan olahraga dapat dihitung


2

berdasarkan angka indeks partisipasi masyarakat, ruang terbuka,

sumber daya manusia dan kebugaran. Berdasarkan data SDI (Sport

Development Index) Indonesia hanya mencapai 34% tingkat kemajuan

dalam pembangunan olahraga. Dan nilai indeks partisipasi masyarakat

untuk berolahraga hanya mencapai 35% sedangkan 65% lainnya tidak

ikut berpartisipasi dalam keolahragaan. Sedangkan data SDI 2018

menunjukkan kondisi kebugaran masyarakat Indonesia belum

mencapai 30%.

Gambar 1.1 Persentase Penduduk yang Melakukan Olahraga Menurut Provinsi dan
Jenis Kelamin
(Sumber : Penyajian Data dan Informasi Statistik Keolahragaan)
3

Begitu juga di Bandar Lampung, Presentase penduduk yang

melakukan olahraga di Bandar Lampung masih sangat rendah yaitu

sekitar 22,94%, menurut Penyajian Data & Informasi Statistik

Keolahragaan Indonesia, dengan angka 22,94% Bandar Lampung

masih menempati urutan ke 23 dari 33 provinsi untuk melakukan

olahraga. Bisa dibilang Bandar Lampung masih sangat jauh dari kata

puas akan budaya berolahraga. Menurut survey yang dilakukan

disekitar Bandar Lampung, salah satu yang alasan kurangnya minat

dalam berolahraga adalah kurangnya sarana dan prasarana umum

untuk olahraga. Hal tersebut menyebabkan semakin sempitnya ruang

publik untuk olahraga sehingga pada akhirnya mempengaruhi sikap

dan minat masyarakat Bandar Lampung terhadap olahraga. Dan

berdampak pada menurunnya prestasi olahraga. Penurunan prestasi ini

juga dikarenakan kurang intensifnya pembibitan dan pembinaan

prestasi olahraga dalam pengembangan olahraga yang berjenjang dan

berkelanjutan.

Salah satu fasilitas umum masyarakat yang mewadahi aktivitas

olahraga adalah sports center yang memegang pernana perkembangan

olahraga. Pengadaan fasilitas berolahraga harus merupakan ruang

publik terbuka maupun gedung olahraga.


4

1.1.2. Latar Belakang Pendekatan

Selain harus menjaga kesehatan individu masing masing, sebagai

penghuni bumi pun kita juga harus ikut andil dalam menjaga dan

memperbaiki keadaan bumi yang sekarang semakin rusak dikarenakan

Pemanasan Global. Pemanasan Global merupakan suatu bentuk

ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses

peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi.

Masalah pemanasan global dan kerusakan lingkungan yang terjadi

sejak revolusi industri ini disebabkan tindakan manusia salah satunya

adalah pembangunan yang menyumbangkan CO2 terbanyak. Maka sejak

tahun 1992 PBB melaksanakan konferensi tentang Lingkungan hidup dan

Pembangunan yang terkenal dengan nama Earth Summit dan pada tahun

1996 PBB melakukan konferensi habitat yang berfokus pada sustainability

dalam sudut perancangan menggunakan konsep Ecology Architecture.

Pentingnya memilih konsep arsitektur yang tepat untuk sarana

Olahraga yang dapat mendukung tujuan utama dari sadarnya akan

kesehatan terhadap olahraga itu sendiri. Dengan itu konsep Eco

Architecture merupakan sebuah konsep pada arsitektur bangunan yang

dapat menjadikan bangunan ini menjadi lebih meningkatkan kualitas dari

hasil bangunan maupun lingkungan nya serta pemakai nya. Lingkungan

global alami yang meliputi unsur udara, air, bumi dan energi yang harus

dilestarikan. Eco-Architecture ini disebut juga arsitektur hemat energi yang

berkiblat pada konservasi lingkungan global alami.


5

Sebab itu timbul suatu ide menyediakan sebuah fasilitas yang dapat

mampu mewadahi kegiatan tersebut di satu lokasi yang terpadu dengan

bentuk sebuah Sport Center yang memiliki konsep Eco-Architecture

sehingga dapat melengkapi tujuan peneliti untuk meningkatkan kualitas

hidup dengan cara menjadikan kesehatan, edukasi serta rekreasi adalah

kunci dari kebahagiaan seseorang.

1.2. Permasalahan

1.2.1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini merupakan :

1. Tidak terpacunya minat berolahraga masyarakat Bandar Lampung

2. Kurang tersedianya fasilitas Olahraga terpadu (Sport Center) yang

dapat memenuhi minat akan berolahraga sekaligus berrekreasi.

3. Ruang Publik untuk berolahraga yang semakin menyempit.

4. Faktor terbesar yang menyumbangkan emisi terbanyak untuk

global warming merupakan pembangunan.

1.2.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana meningkatkan minat olahraga masyarakat Bandar

Lampung ?

2. Bagaimana perencanaan fasilitas sport center yang dapat

menambah minat masyarakat untuk berolahraga ?

3. Bagaimana perencanaan ruang publik untuk berolahraga di sport

center dengan memakai konsep eco architecture ?


6

4. Bagaimana perencanaan fasilitas sport center yang dapat mewadahi

kegiatan olahraga rekreasi maupun prestasi bagi masyarakat di

Bandar Lampung dengan meminimalisir penyebab global warming

dengan menerapkan konsep konsep eco architecture ?

1.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Tujuan pembahasan ini yaitu mengumpulkan, mengungkapkan

dan merumuskan potensi juga masalah yang berkaitan dengan tapak

sehingga perencanaan sebuah sport center sebagai sarana olahraga

terpadu dengan konsep eco architecture dikota Bandar Lampung

meliputi sarana, prasarana dan kondisi fisik sebagai landasan bagi

proses perancangan.

1.3.2. Sasaran

Sasaran pembahasan ini adalah untuk mendapatkan dan

merumuskan landasan program perancanaan dan perancangan

arsitektural sebagai landasan konseptual bagi perancangan sport

center di kota Bandar Lampung dengan memperhatikan potensi yang

ada.
7

1.3.3. Manfaat

Manfaat dari penulisan skripsi dengan judul Perencanaan Sport

Center di Bandar Lampung adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Teknik Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Lampung. Manfaat dari penulisan ini

adalah sebagai acuan selanjutnya dalam perancangan Sport Center di

Tugas Akhir dan dapat menjawab segala permasalahan yang ada

pada Fasilitas Olahraga di Bandar Lampung. Selain itu penulis juga

berharap agar bisa mendapat wawasan dan pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis sendiri, mahasiswa lain dan masyarakat

umum.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup ini diutamakan pada masalah dalam lingkungan arsitektur,

antara lain :

a. Perencanaan ditekankan pada kelengkapan fasilitas olahraga utama

yang terpilih, fasilitas olahraga rekreasi serta fasilitas penunjang yang

ada didalamnya.

b. Lokasi bangunan sport center yang berada di kota Bandar Lampung

dengan lokasi yang strategis, serta perencanaan bangunan yang

disesuaikan dengan kondisi keadaan setempat dan kebijakan

perencanaan pemerintah Bandar Lampung.


8

c. Bangunan Sport Center ini harus menerapkan konsep Eco Architecture

sebagai tema utama, sehingga bangunan ini memiliki karakteristik –

karakteristik dari konsep Eco Architecture.

d. Sasaran pengguna fasilitas sport center ini adalah masyarakat,

khususnya milenials , sehingga fasilitas olahraga yang nantinya akan

disediakan ialah hanya beberapa fasilitas yang terpilih sesuai minat.

1.5. Metodelogi

1.5.1. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penyusunan penulisan ini antara lain:

a. Metode deskriptif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data.

pengumpulan data ini ditempuh dengan cara: studi pustaka/studi

literatur, data diperoleh dari instansi terkait, wawancara dengan

narasumber, penyebaran kuisioner secara random, observasi

lapangan, serta browsing di internet.

b. Metode dokumentatif, yaitu dengan mendokumentasikan data

yang akan menjadi bahan penyusunan dalam penulisan ini. Cara

pendokumentasian data adalah dengan mengambil gambar dari

kamera digital.
9

1.5.2. Metode Pengumpulan Data

Penyusunan laporan pra tugas akhir ini dilakukan dengan

langkah-langkah berikut:

a. Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan dari lokasi eksisting maupun dari daerah sekitar

lokasi dengan cara:

 Melakukan ssurvey ke lokasi untuk mendapatkan gambaran

visual dari lahan yang tersedia serta batas-batas di sekitar

lokasi. Selain itu, survey ini juga dilakukan untuk

mendapatkan gambaran dari keadaan eksisting pada lokasi

seperti vegetasi, drainase, lahan hijau, zonasi fungsi, serta

keadaan fisik lokasi (suhu, kontur, alur matahari, dll.).

 Melakukan survey di luar lokasi yang masih satu cakupan

daerah untuk mendapatkan data-data mengenai jumlah dan

fungsi bangunan yang sama ataupun hampir sama dengan

bangunan sport center yang ingin dibangun.

b. Wawancara dan Kuisioner

Wawancara dan kuisioner dilakukan untuk mengetahui apa yang

ada dalam pikiran masyarakat tentang bangunan olahraga yang

telah ada saat ini dan apa yang diharapkan masyarakat untuk

bangunan-bangunan olahraga yang akan datang, serta untuk

mengetahui jenis olahraga apa saja yang paling besar minatnya di

kalangan masyarakat sehingga penulis dapat menentukan fasilitas


1

apa saja yang nantinya akan disediakan untuk mewadahi minat

masyarakat terebut. Sasaran dari wawancara dan kuisioner ini

adalah beberapa orang yang ditunjuk secara random.

c. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan demi mendapatkan data-data tertulis,

baik berupa data-data faktual maupun standar-standar yang telah

ditetapkan, baik yang berasal dari pemerintah setempat maupun

sumber lain (buku, majalah, dan internet). Data-data tertulis ini

nantinya akan menjadi bahan analisis perbandingan dengan

pengamatan lapangan yang dilakukan.

1.6. Sistematika Penulisan

Urutan pembagian sistematika penulisan per bab nya adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,

sasaran, lingkup pembahasan, metodologi, dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

Bab ini memuat studi literatur mengenai teori perancangan suatu

bangunan, meliputi gambaran umum bangunan sport center, tentang

prinsip, jenis, dan persyaratan bangunan sport center. Selain itu, bab ini juga

akan menjelaskan prinsip dan teori dari penekanan yang diterapkan dalam

bangunan sport center ini, sehingga dapat menjadi acuan dalam melakukan

penyusunan konsep pada bab selanjutnya.


1

Bab III. Metodologi Perencanaan

Menguraikan secara khusus tentang Metode Perencanaan yang akan

digunakan pada Pra Tugas Akhir ini.

Bab IV. Analisis Perencanaan

Penjabaran ini merupakan simulasi data yang didapat dengan apa yang

dibutuhkan dalam proses perancangan. Pada bab ini nantinya akan

didapatkan suatu program ruang yang dibutuhkan dalam bangunan sport

center. Bab ini juga berisi tentang penyelesaian masalah pada kasus yang

dirangkum ke dalam sebuah pendekatan konsep yang akan dijadikan bahan

dalam pembuatan konsep. Pada bab ini juga menjelaskan tentang analisis,

baik dalam hal program ruang, hubungan antar ruang, zonasi, dan

sebagainya.

Bab V. Konsep

Bab ini berisi tentang hasil yang didapat dari pendekatan konsep yang

nantinya adalah sebuah pengembangan pemikiran berupa konsep eco

architecture yang akan diterapkan pada bangunan, gubahan massa,

penentuan zonasi, maupun bentuk kasar dari bangunan sport center yang

akan dirancang.

Bab VI. Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan saran dari keseluruhan karya tulis.
1

1.7. Kerangka Pikir


BAB II
TINJAUAN LITERATUR

II.1. Tinjauan Umum Olahraga

II.1.1. Pengertian Olahraga

Menurut Undang – Undang No.3 tahun 2005, olahraga adalah

kegiatan sistematis untuk mendorong, membinam mengembangkan

potensi jasmani, rohani dan sosial.

Secara umum olahraga menurut hakekatnya merupakan salah

satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk

menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan yang melibatkan

gerak tubuh berulang-ulang seseorang. Sedangkan arti kesehatan

itu sendiri adalah suatu keadaan normal, baik jasmani maupun

rohani yang dialami mahluk hidup.

Bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani melibatkan

bentukbentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas

dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan

kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa

adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa

ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di


1

Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi

kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga.

Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk

kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk

kombinasi keduanya.

II.1.2. Tujuan Olahraga

Keolahragaan berfungsi mengembangkan kemampuan

jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian

bangsa yang bermartabat. Menurut BAPPENAS Rancangan

Repelita III, 1979/1980 – 1983/1984 Buku II, fungsi olahraga

mencakup beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek Paedagogis

Mempertinggi kecerdasan `serta keterampilan dan tujuan lain

dari pendidikan.

2. Aspek Psikologis

Membentuk keberanian, kejujuran, dan tanggung jawab.

3. Aspek Biologis

Meningkatkan kesehatan jasmani serta memperkuat fisik.

4. Aspek Sosial-Kultural

Sebagai sarana bersosialisasi dalam masyarakat serta

meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan.


1

Keolahragaan nasional juga bertujuan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, kebugaran, prestasi, kualitas manusia,

menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, disiplin,

mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,

memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat,

martabat, dan kehormatan bangsa.

Keolahragaan diselenggarakan dengan Prinsip :

1. Demokratis, tidak diskriminatif dan menjunjung tinggi nilai

keagamaan, nilai budaya, dan kemajemukan bangsa,

2. Keadilan sosial dan nilai kemanusiaan yang beradab,

3. Sportifitas dan menjunjung tinggi nilai etika dan estetika,

4. Pembudayaan dan keterbukaan,

5. Pengembangan kebiasaan hidup sehat dan aktif bagi

masyarakat,

6. Pemberdayaan peran serta masyarakat,

7. Keselamatan dan keamanan,

8. Keutuhan jasmani dan rohani.

II.1.3. Jenis – Jenis Olahraga

II.1.3.1. Berdasarkan Tujuan Olahraga

Olahraga secara spesifik memiliki karakteristik yang

berbeda. Berdasarkan tujuan olah raga, olahraga dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu:


1

a. Olahraga Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional, olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani

dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses

pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk

memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,

kesehatan dan kebugaran jasmani. Olahraga pendidikan

adalah olahraga yang dikenalkan lewat dunia pendidikan.

b. Olahraga Prestasi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional, olahraga prestasi adalah olahraga yang membina

dan mengembangkan olahragawan secara terncana,

berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk

mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan

teknologi keolahragaan. Pembinaan prestasi olahraga

melalui kegiatan di sekolah dapat digunakan sebagai

pembinaan olahraga prestasi.

Tujuan dari pembinaan olahraga prestasi ini yaitu

untuk menjaring siswa-siswa yang kompeten sejak dini,

sehingga dapat dilakukan pembinaan lebih awal dan dapat

dilakukan secara berjenjang. Penjaringan siswa sebagai

bibit-bibit ini akan lebih efektif dan efisien karena


1

dilakukan secara meluas dan merata pada setiap jenjang

satuan pendidikan dan pada semua wilayah di Indonesia.

Penjaringan bibit-bibit yang dilakukan melalui perlombaan

secara nasional ini juga dapat menumbuhkan motivasi bagi

siswa untuk berprestasi, sehingga memudahkan dalam

pembinaan pada tingkat lebih lanjut.

c. Olahraga Rekreasi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional, olahraga rekreasi adalah olahraga yang

dilakukan masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan

yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan

nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan,

kebugaran, dan kegembiraan.

II.1.3.2. Berdasarkan Kegiatan Fisik

Menurut UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005

tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga dibagi

beberapa golongan menurut kegiatan fisik, antara lain :

a. Golongan I (olahraga murni), yaitu : Atletik, Senam,

Sepak Bola, Dayung, Karate, Hokey Bola, Voli, Tenis

Lapangan, Taekwondo, Basket, Yudo, Tennis, Pencak


1

Silat, Balap Sepeda, Sepak Takraw, Renang, Gulat,

Badminton, Kempo, Anggar dan Polo Air.

b. Golongan II (olahraga kurang murni), yaitu : Golf, perahu

Layar, Ski Air, Panahan dan Loncat Indah.

c. Golongan III (olahraga untuk kesenangan), yaitu : Catur,

Biliar, Mountain Bridge, Terbang Layang, dan Layang

Gantung.

II.1.3.3. Berdasarkan Pelaku Olahraga

Menurut UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga

dibagi berdasarkan pelakunya, antara lain :

a. Olahraga Perorangan Olahraga yang dilakukan secara

individu, yaitu satu lawan satu.

b. Olahraga Berhadapan Tunggal atau Ganda Olahraga

yang dilakukan secara berpasangan atau berdua.

c. Olahraga Majemuk atau Beregu Olahraga yang

dilakukan secara beregu.


1

II.1.3.4. Berdasarkan Ruang Aktifitas Olahraga

Menurut UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga

dibagi Berdasarkan ruang aktivitas, olahraga dibagi menjadi

dua jenis, yaitu:

a. Olahraga Indoor (olahraga di dalam ruangan)

Olahraga yang fasilitas kegiatan olahraganya di dalam

ruangan.

b. Olahraga Outdoor (olahraga di luar lapangan)

Olahraga yang fasilitas kegiatan olahraganya di luar

ruangan.

II.2. Tinjauan Umum Sport center

II.2.1. Pengertian Sport center

Pengertian objek menurut penjabaran kata yaitu:

A. Sport :

 Olahraga.

 Suatu aktivitas yang mengasah kemampuan fisik maupun

otak.

 Olahraga : Gerak badan untuk menguatkan dan

menyehatkan tubuh (seperti senam, sepak bola, basket,

berenang, dll).
2

B. Center :

 Pusat atau berada di tengah-tengah atau bagian yang

berada ditengah suatu tempat, menunjukkan satu titik

benda atau tempat tertentu.

Sport center dalam Bahasa Indonesia biasa disebut dengan

Gelanggang Olahraga. Gelanggang Olahraga berasal dari kata

„gelanggang‟ dan „olahraga‟. Gelanggang memiliki pengertian

ruang atau lapangan tempat meyabung ayam, tinju, berpacu,

berolahraga, dan sebagainya sedangkan olahraga adalah gerak

badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Pengertian dari

Gelanggang Olahraga adalah ruang atau lapangan yang digunakan

sebagai tempat/media untuk menggerakkan badan dengan tujuan

untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh.

Sport center adalah sebuah perluasan dari skala tertentu

yang dapat diasosiasikan dengan satu sport hall yang

menyediakan fasilitas lainnya yang berguna bagi masyarakat.

Sport center dapat berupa gedung olahraga yang mewadahi

kegiatan olahraga baik kegiatan latihan, rekreasi, maupun

kompetitif.

Kegiatan olahraga terbagi menjadi 2 bagian, yaitu latihan

dan kompetisi. Perancangan gedung yang berfungsi sebagai

tempat latihan tidak terlalu membutuhkan area untuk penonton,

sedangkan gedung yang berfungsi sebagai tempat pertandingan

membutuhkan area yang dapat memiliki kapasitas penonton.


2

Sport center adalah bangunan yang mewadahi berbagai

olahraga didalam ruangan tertutup maupun terbuka. sarana dan

prasarana yang dimiliki juga memasukkan unsur pendukung

seperti sarana rekreasi, sarana perdagangan (retail) dan restoran.

II.2.2. Fungsi Sport Center

Fungsi utama sport center adalah sebagai wadah dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan olahraga. Namun

dikarenakan olahraga juga terdapat jenisnya, maka fungsi sport

center pendapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Kompetisi

Sport center yang lebih bersifat kompetisi biasanya

memiliki tribun untuk penonton serta memakai standard ruang

dan luasan yang sesuai dengan ketentuan dan standard

internasional.

2. Rekreasi

Sport center yang lebih bersifat rekreasi biasanya tidak

terdapat tribun penonton. Terdapat juga beberapa sport center

yang menyediakan tribun, namun dengan kapasitas yang

seadanya saja. Fasilitas di dalam sport center ini juga lebih

santai dan tidak terlalu formal, bahkan terdapat beberapa sport

center yang ruang dan luasannya tidak sesuai dengan

ketentuan yang ada.


2

Selain dari segi fasilitas yang tergolong santai, biasanya

kategori sport center ini dilengkapi dengan cafe atau restoran,

tempat nonton bareng, dan lain-lain.

II.2.3. Klasifikasi Jenis Kegiatan Sport Center

Jenis kegiatan yang biasa dilakukan pada sport center, yaitu :

a. Kegiatan Olahraga

 Perlombaan atau pertandingan

 Pelatihan rutin

 Olahraga Rekreasi

b. Kegiatan Non – Olahraga

 Menonton Pertandingan

 Makan dan Minum

 Jual- Beli

 dll
2

II.2.4. Fasilitas Olahraga pada Sport Center

Jenis olahraga dibagi ke dalam 3 kelompok kegiatan, yaitu:

1. Outdoor Activities, yaitu kegiatan keolahragaan yang

dilakukan di area/udara terbuka tanpa batas atau penutup

ruang. Contoh keolahragaan yang menggunakan outdoor :

Polo Bola voli


Panahan Kasti
Bersepeda Bola jaring
Baseball Mini hoki
Futsal Soft ball
Sepak bola Tennis
Bola tangan Dll
Tarik tambang

2. Indoor Activities, yaitu kegiatan keolahragaan yang

membutuhkan ruang yang tertutup dengan penutup khusus.

Contoh keolahragaan yang menggunakan lapangan indoor:

Bulu Tangkis Bola tangan


Basket Judo
Sepak bola Bowling
Futsal Tennis meja
Hoki Anggar
Senam aerobic Tinju
Bola Voli Karate
Gulat Dll

3. Water-based Activities, yaitu kegiatan keolahragaan yang

membutuhkan/menggunakan air sebagai media utama. Contoh

keolahragaan yang membutuhkan media air:

 Senam air

 Renang

 Lompat Indah, dll


2

II.3. Landasan Teori Sport Center

II.3.1. Klasifikasi Sport Center

Menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan

Gedung Olahraga yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan

Umum, gelanggang olahraga dibagi menjadi 3 tipe yaitu :

a. Gelanggang Olahraga Tipe A

Merupakan gelanggang olahraga yang dalam penggunaan

melayani wilayah Provinsi Tingkat 1.

b. Gelanggang Olahraga Tipe B

Merupakan gelanggang olahraga yang dalam penggunaan

melayani wilayah Kabupaten/Kotamadya.

c. Gelanggang Olahraga Tipe C

Merupakan gelanggang olahraga yang dalam penggunaan

hanya melayani wilayah Kecamatan.

Klasifikasi pada sport center direncanakan berdasarkan

ketentuanketentuan berikut ini:

a. Jenis cabang olahraga dan jumlah untuk pertadingan serta

latihan, seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Jenis Cabang Olahraga dan Jumlah Pertandingan/Latihan


(sumber: standar tata cara perencanaan teknik bangunan gedung olahraga)
2

b. Ukuran efektif matra ruang gedung olahraga harus memenuhi

ketentuan seperti yang tercantum pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Ukuran Minimal Matra Ruang GedungOlahraga


(sumber : Standar tata cara perencanaan teknik bangunan gedung
olahraga)

c. Kapasitas penonton gedung olahraga harus memnuhi ketentuan

seperti yang tercantum pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Kapasitas Penonton Gedung Olahraga


(sumber : Standar tata cara perencanaan teknik bangunan gedung olahraga)

II.3.2. Standar Perancanaan Sport Center

Persyaratan gedung olaharaga telah ditentukan oleh lembaga

lembaga, baik nasional maupun internasional, yang berwenang

mengurusi masalah olahraga. Persyaratan standar gedung olahraga

di Indonesia sudah dibakukan ke dalam Standar Nasional

Indonesia. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain:

1. Tata Cahaya

Tingkat penerangan, pencegahan silau, serta sumber

cahaya lampu harus memenuhi ketentuan berikut:


2

a. Penerangan buatan dan penerangan alami tidak boleh

menimbulkan penyilauan bagi para pemain.

b. Sumber cahaya lampu atau bukaan harus diletakkan

dalam satu area pada langit-langit sedemikian rupa

sehingga sudut yang terjadi antara garis yang

dihubungkan sumber cahaya tersebut dengan titik terjauh

area setinggi 1,5 m garis.

c. Masing-masing tata lampu harus merupakan instalasi

satu dengan yang lainnya.

d. Apabila menggunakan tata cahaya buatan, harus

disediakan generator set yang kapasitas daya minimum

60 % dari terpasang, generator set harus dapat bekerja

maksimum 10 detik pada saat aliran PLN padam.

2. Tata Warna

Koefisien refleksi dan tingkat warna langit-langit, dinding dan

lantai arena harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

No Komponen Koefisien dan Tingkat


Refleksi Warna
1 Langit – langit 0.5 - 0.7 Cerah
2 Dinding dalam 0.4 - 0.6 Sedang
arena
3 Langit arena 0.1 - 0.4 Agak Gelap

Tabel 2.4. Koefisien Refleksi dan Tingkat Warna


(sumber : Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung
Olaharaga,2019)
2

3. Tata Suara

Tingkat kebisingan lingkungan maksimal yang diizinkan

adalah 25dB

4. Tata Udara

Tata Udara dapat menggunakan ventilasi alami atau ventilasi

mekanis, serta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Apabila menggunakan ventilasi alami, maka harus

memenuhi :

 Luas bukaan minimun adalah 6% dari luas lantai

efektif

 Peletakan venilasi alami harus diatur mengikuti

pergerakan udara silang

b. Apabila menggunakan ventilasi buatan, maka alat

ventilasi buatan tidak menimbulkan kebisingan didalam

arena dan tempat penonton.

5. Komponen Bangunan

a. Tempat Duduk

b. Tangga

c. Lantai

d. Dinding Arena

e. Pintu, Penerangan dan Ventilasi


2

II.3.3. Persyaratan Umum Sport Center

Sebuah gedung olahraga indoor harus tersedia beberapa fasilitas ,

antara lain :

a. Area olahraga utama : terdiri dari lapangan olahraga, area

penonton (tribun), area official (wasit, hakim garis, pelatih, dan

lainnya), ruang peralatan olahraga, ruang teknik, ruang ganti,

kamar mandi, toilet, janitor, dan sebagainya

b. Area olahraga indoor: meliputi tempat latihan bulutangkis,

bola voli, tempat latihan kebugaran (fitness), kolam renang dan

sebaginya.

c. Area administrasi : meliputi ruang resepsionist, kantor

pengelola, ruang rapat pengelola, pantry, gudang, ruang arsip,

dan sebagainya.

d. Area peneriaan tamu, meliputi front office, loket penjualan

tiket, loket pendaftaran keanggotaan dan penyewaan, entrance

hall, lobby toilet umum, dan sebagainya.

e. Area rekreasi : cafe, taman bermain, sport shop/retail, jogging

track, dan sebagainya.

f. Area pendidikan : perpustakaan buku buku dan majalah

olahraga

g. Keamanan : faktor keamanan dari api (fire hydrant, sprinkler,

dan lain lain). Faktor keamanan dari kecelakaan, keributan dan

sebagainya.

h. Area ibadah : musholla dan tempat wudhu.


2

II.3.4. Macam – macam Olahraga dan Ukuran Lapangan

A. BADMINTON

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan

perancangan lapangan badminton :

Lapangan

 Ukuran lapangan badminton dan area di luar permainan.

Secara keseluruhan ukuran lapangan badminton adalah 13,40 x

6,10 meter. Wilayah servis untuk tunggal yakni dengan lebar

5,18 meter dan panjang 13,40 meter. Area servis untuk ganda

berukuran lebar 6,10 meter dan panjang 18,88 meter. Wilayah

servis terbagi dalam dua belahan, dan di tengah-tengah

lapangan terdapat jarring/net setinggi 1,55 meter. Garis-garis

lapangan harus selebar 40 mm dan harus berwarna kontras

dengan lapangan dan warna putih kusam merupakan warna

yang direkomendasikan. Pemberian area bebas setinggi 9,1

meter pada area permainan.

Tabel 2.5. Ukuran / Dimensi Lapangan Badminton


(sumber : Sport Council,2019)
3

 Pada layout lapangan bila disusun secara “side to side” maka

harus ada jarak antar 6 meter diantara kedua lapangan. Jarak

tersebut berfungsi sebagai area safety dan penempatan kursi

wasit dan hakim garis. Bila lapangan disusun secara “end to

end” harus terdapat penyekat pemisah diantara dua lapangan.

Gambar 2.1. Standar Ukuran Lapangan Badminton


(sumber : Perpustakaan.id,2019)

Elemen Pembatas Ruang

 Menurut standar internasional, lantai lapangan bulutangkis

harus terbuat dari material keras yang dilapisi dengan Vinyl

Absorbent setebal 22 mm atau Parket Hardwood. Finishing

lantai harus kusam untuk menghindari kesilauan dan nilai-nilai

reflektansi lantai harus diantara 20-40%.

 Lapangan bulutangkis yang ideal memiliki empat bidang

dinding tanpa jendela atau roof light. Tidak boleh terdapat

elemen tambahan yang dapat menimbulkan distraksi, terutama

yang berwarna terang. Hendaknya tidak terdapat cekungan

atau tonjolan yang dapat memerangkap kok.


3

 Finishing dinding harus berwarna kusam dengan nilai

reflektansi 30-50%. Warna yang dapat memberikn kondisi

permainan terbaik adalah warna hijau (setara Dulux Colour 30

GG 45/362) atau biru (setara Dulux Colour 86 BG 43/321).

 Perhatian khusus perlu diberikan pada tribun penonton, karena

terkadang dapat memberikan kesulitan dan distraksi saat

dipandang dari lapangan. Finishing area ini harus berwarna

sama dengan dinding. Setiap pencahayaan harus

disembunyikan dan tidak terlihat lang sung dari lapangan.

 Finishing plafond harus berwarna kusam dengan nilai

reflektansi 70-90%. Warna dengan nilai reflektansi lebih dari

90% misalnya putih dapat menimbulkan distraksi dan tidak

boleh digunakan. Luminer harus dipasang pada ketinggian 5

meter dari permukaan lapangan dan satu meter dari pinggir

lapangan. Skema penempatan luminer adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6. Level Iluminasi


(sumber :
www.sportengland.org/index/get_resources/resource_downloads/design_guidel
ines.html)

Penghawaan

 Temperatur yang dapat diterima sebagai zona nyaman untuk

pemain bulutangkis dan penonton adalah 16-19ºC, dan tingkat

pertukaran udara minimal 1,5 ACH.


3

 Penempatan sistem ventilasi harus pada perimeter gedung

untuk mengatasi pergerakan udara pada area lapangan.

Kecepatan pergerakan udara pada area lapangan adalah 0,1

meter per detik.

 Apabila menggunakan AC penempatannya yang paling umum

digunakan adalah penempatan pada dinding-dinding pada

posisi tinggi. Penempatan AC pada posisi rendah tidak

direkomendasikan.

B. TENNIS

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan

perancangan lapangan tennis :

 Lapangan

Lapangan tenis memiliki bentuk persegi panjang dengan

permukaan datar dan rata. Standar ukuran lapangan tenis memiliki

panjang 78 kaki (23,78m) dengan lebar 27 kaki (8,2m) untuk

single, dan 36 kaki (10,97m) untuk double.

Gambar 2.2. Lapangan Bola Tenis


(Sumber : Perpustakaan.id)
3

 Material Permukaan Lapangan

Permukaan lapangan dapat dibedakan berdasarkan jenis material

penutup permukaan lapangan tenis, yaitu: aspal, rumput, tanah liat,

acrylic, beton, rumput buatan, tanah liat buatan, karpet, dan

material lainnya (keramik, ubin kayu).

 Pagar Pembatas Lapangan

Dalam tenis lapangan, diperlukan pagar untuk lapangan outdoor

untuk keamanan dan kelancaran bermain. Pagar pembatas memiliki

ketentuan sebagai berikut:

a. Tinggi pagar pembatas keliling harus sama, yaitu 2,5m – 5 m.

b. Konstruksi harus kuat dan kaku, tidak boleh ada bagian yang

menonjol, yang dapat membahayakan pemain. Handle pintu,

pengait, dan sebagainya harus tersembunyi dan rata dengan

pembatas.

c. Akses pintu harus cukup lebar untuk keluar masuk roller atau

peralatan lain ke dalam lapangan yang digunakan sebagai alat

pemeliharaan lapangan. Letak pintu harus berada sedemikian

rupa sehingga tidak menggangu kegiatan

permainan/pertandingan.

d. Jika menggunakan pagar padat-solid (tanah-dinding), maka

sebaiknya dilapisi kawat plastik. Ukuran maksimum pagar

seperti ini adalah 50 mm x 50 mm (lebih baik 45 mm x 45 mm).


3

 Lantai Lapangan dan Fasilitas Indoor

Standar konstruksi lantai lapangan dan fasilitas dalam gelanggang

indoor harus memenuhi kriteria berikut ini:

a. Elevasi permukaan lantai harus sama, atau dengan toleransi

kemiringan maksimum 0,5 cm per 10 m.

b. Kontruksi seluruh lantai harus memiliki kualitas yang sama.

c. Lantai lapangan harus dapat memberikan tingkat efek pantul dan

gesek yang sesuai dengan karakteristik gerakan kaki dan

pantulan/putaran bola.

d. Permukaan lantai harus mudah dibersihkan.

e. Pembuatan garis batas harus rata dan memiliki sifat yang sama

atau cocok dengan karakteristik material permukaan lapangan.

f. Warna permukaan lapangan dapat bervariasi, meskipun secara

umum warna merah dan hijau menjadi warna yang sering

dipilih.

g. Konstruksi lantai tidak boleh menghasilkan atau meningkatkan

tingkat kebisingan pada lapangan, dan masalah kebisingan pada

lantai bawah harus mempertimbangkan fungsi lantai di atasnya.

h. Jika gelanggang dilengkapi fasilitas penonton, kebutuhan

karakteristik penonton, seperti TV atau layar harus

diperhitungkan.

i. Lantai harus memiliki nilai refleksi/pantul 0,2 (Munsell: nilai 5).

j. Sekat ruang harus disediakan pada tipe gelanggang untuk multi

cabang olahraga, agar tidak saling menggangu antar pengguna.


3

k. Permukaan lantai lapangan dengan sistem rolldown (gulung),

overlay (lapisan), atau moveable (lepas-pasang) dapat

dipertimbangkan untuk kebutuhan pertandingan turnamen.

C. BASKET

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan

perancangan lapangan basket :

 Lapangan

Lapangan bola basket harus rata, mempunyai permukaan keras

yang bebas dari segala sesuat yang menghalangi dengan ukuran

panjang 28 m dan lebar 15 m diukur dari sisi dalam garis batas.

Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah

1,80 meter dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 m. Panjang

garis akhir lingkaran daerah serang yaitu 6 m. Sedangkan

panjang garis tembakan hukuman yaitu 3,60 m.

Gambar 2.3. Lapangan Bola Basket


(Sumber : Data Arsitek Jilid 2, 2002, Hal. 151)
3

 Papan Pantul

Perlengkapan papan pantul terdiri dari papan pantul, keranjang

yang terdiri dari ring tahan tekanan, jaring, struktur penyangga

papan pantul, dan lapisan pengaman struktur penyangga. Papan

pantul berukuran 1.80 m x 1,20 m, sedangkan papan pantul

bagian dalam berukuran 0.59 m x 0.45 m. Jarak lantai sampai ke

papan pantul bagian bawah adalah 2,75 m. Sementara jarak ring

basket sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 0,30 m.

Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 m. Jarak tiang

penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 m.

Gambar 2.4. Standar Tinggi Papan Pantul dan Ring Basket


(Sumber : Data Arsitek Jilid 2, 2002, Hal. 151)

 Tata Cahaya

Tingkat penerangan, pencegahan silau serta sumber cahaya lampu

harus memenuhi ketentuan berikut:

a. Kelas penerangan horizontal pada arena 1 m di atas permukaan

lantai untuk ke-tiga tipe:

- Latihan dibutuhkan minimal 200 lux.


3

- Pertandingan dibutuhkan minimal 300 lux.

- Pengambilan video dokumentasi minimal 1000 lux.

b. Penerangan buatan maupun penerangan alami tidak boleh

menyilaukan pemain. Sumber cahaya lampu/bukaan harus

diletakkan dalam satu area pada langit-langit sehingga sudut

yang terjadi antara garis yang menghubungkan sumber cahaya

tersebut dengan titik terjauh dari arena setinggi 1,5 m garis

horizontalnya minimal 30°.

D. RENANG

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan

perancangan kolam renang, antara lain adalah:

a. Layout dan dimensi kolam renang dengan 6 track

pertandingan.

b. Lokasi kolam renang yang terbuka harus terletak pada tempat

yang mendapat sinar matahari yang cukup.

c. Kedalaman kolam renang yang dibedakan untuk pemula,

bukan perenang, dan perenang.

d. Adanya ruang-ruang penunjang untuk kolam renang itu

sendiri, seperti kamar ganti, kamar bilas, loker, dan

sebagainya.

e. Lebar jalan setapak di sekeliling kolam renang.


3

f. Sirkulasi air dilakukan tiap 6 jam dan apabila pemakaiannya

cukup padat maka pergantian air dilakukan tiap 3 jam.

Gambar 2.5. Kolam Renang dan Ukuran


(Sumber : sepakbolaind.com)

Ukuran Kolam Renang Standar Nasional

 Panjang kolam : 50 m

 Lebar kolam renang : 25 m

 Kedalaman kolam Renang minimum : 2 meter

 Lebar lintasan kolam renang : 2, 5 m

 Jumlah Lintasan Kolam Renang : 8

 Temperatur Air pada kolam renang : 25° C – 28° C

 Malam hari pencahayaannya adalah 1500 lumen

Ukuran Kolam Renang di atas merupakan yang memenuhi syarat

untuk digunakan sebagai tempat atau arena olahraga yang resmi.

Kolam renang berdasarkan jenisnya dibagi menjadi beberapa

macam, antara lain:


3

1. Kolam Renang Tertutup

Titik pokok perencanaan sebuah kolam renang tertutup

biasanya di tujukan untuk olahraga, latihan, dan rekreasi. Hal

ini biasanya dilihat dengan desain kolam renang tertutup

cenderung terletak di pusat kota dengan lalu lintas yang baik,

aman, dan terjangkau.

2. Kolam Renang Terbuka

Titik berat penggunaan kolam renang terbuka biasanya

pada penggunaan yang ditujukan untuk istirahat, rekreasi, dan

aktivitas ruang tertentu semua lapisan masyarakat.

3. Kolam Renang Terbuka dan Tertutup

Kombinasi kolam renang terbuka dan tertutup

memerlukan satu kesatuan ruang, fungsi, dan teknis kerja yang

besar. Kombinasi bentuk dan posisi masing-masing kolam

renang memberikan banyak nilai lebih dari pada jika disusun

secara terpisah-pisah. Setiap kolam renang memerlukan

kebutuhan dan perawatan yang berbeda baik untuk kolam

renang yang berada pada dalam (indoor) maupun pada kolam

renang luar (outdoor).


4

E. FUTSAL

Beberapa standar yang perlu dipenuhi dalam sebuah gelanggang

futsal adalah lapangan yang standar dari ukuran dan bahan

termasuk adanya tribun bagi penonton. Untuk ukuran standar

lapangan futsal yaitu :

Tingkat Nasional mempunyai panjang lapangan 25 m – 42 m

dan lebar lapangan 15 m – 25 m .

F. PUSAT KEBUGARAN

Pusat Kebugaran (Fitness center) adalah sebuah tempat terpadu

berisi peralatan yang bertujuan untuk melakukan latihan fisik.

Pada perkembangannya, fitness center cenderung tidak hanya

memberikan fasilitas yang bersifat latihan fisik menggunakan

peralatan berat saja, namun menjadi lebih berkembang sebagai

pusat olahraga, dengan suatu fungsi olahraga berbasis perawatan

kesehatan fisik dan perawatan mental (relaksasi). Beberapa

fitness center yang sudah ada sekarang ini biasanya memberikan

fasilitas tambahan berupa sauna, senam, yoga, dan lain-lain

sebagai suatu standard pelayanan tambahan di dalamnya.


4

II.3.5. Fasilitas Pendukung dan Standar Ukuran

A. Ruang Primer

Ruang primer merupakan ruang-ruang utama yang harus

disediakan pada perencanaan sebuah gedung olahraga. Ruang-

ruang ini meliputi ruang khusus pengelola dan pengguna bangunan.

Ruang ini terbagi atas:

1. Tribun

Tribun merupakan bagian yang penting pada sport center.

Saat diadakan kegiatan lomba atau even-event tertentu sangat

dibutuhkan tribun penonton agar penonton dapat menyaksikan

lomba baik berdiri maupun duduk dari sisi lapangan atau arena

lomba. Kapasitas penonton di tribun bermacama-macam, mulai

dari kapasitas yang kecil hingga ke kapasitas yang besar. Berikut

merupakan gambar standar dimensi tribun penonton:

Gambar 2.6. Ukuran Tribun


(Sumber : sepakbolaind.com)

2. Ruang Pengelola

Dalam perencanaan sebuah sport center pasti terdapat

ruang-ruang bagi pengelola bangunan. Hal ini di berikan agar

memberikan ruang untuk istirahat, makan atau bekerja bagi para


4

pengelola yang bertugas untuk menjaga perawatan dan

pemeliharaan bangunan baik dari sisi dalam maupun luar

bangunan.

Gambar 2.7 Layout Ruang Pengelola


(Sumber : Data Arsitek Jilid 2, hal 25)

Gambar 2.8. Layout Ruang Kerja Administrasi


(Sumber : Data Arsitek Jilid 2,hal 13)

Gambar di atas menunjukkan layout dari ruang kerja.Berbagai

macam bentuk layout ruang kerja administrasi, variasi bisa dibuat

dengan bentuk meja yang bersampingan memanjang atau dengan


4

bentuk meja yang disusun bentuk huruf “U” atau di susun bentuk

huruf “L”. Bentuk-bentuk layout biasa dibuat menyesuaikan

dengan besar dan kapasitas ruangan yang disediakan. Berikut

merupakan gambar standar area ruang kerja:

B. Ruang Sekunder

Ruang sekunder merupakan ruang-ruang yang disediakan

pada perencanaan sebuah gedung olahraga untuk menfasilitasi

kegiatankegiatan yang berlangsung di dalam bangunan. Ruang-

ruang ini meliputi ruang pemain, toilet, ruang wasit, ruang medis /

P3K, ruang rapat / pertemuan, ruang mesin & panel, loket, ruang

penyiar, dan gudang.

1. Ruang ganti atlit

Direncanakan untuk tipe A dan B minimal dua unit dan

tipe C minimal 1 unit, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan

melalui koridor yang berada di bawah tempat duduk

penonton.

b. Kelengkapan fasilitas tiap – tiap unit antara lain :

 Toilet Pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci

tangan, 4 buah urinoir dan 2 buah kamar mandi.

 Ruang bilas Pria dilengkapi 9 buah shower.


4

 Ruang ganti pakaian Pria dilengkapi tempat simpan benda

– benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi

bangku panjang minimal 20 tempat duduk.

 Toilet Wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kamar

mandi dan 4 buah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin.

Ruang bilas Wanita harus tertutup dengan jumlah minimal

20 buah.

 Ruang ganti pakaian Wanita dilengkapi tempat simpan

benda – benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan

dilengkapi bangku panjang minimal 20 tempat duduk.

2. Ruang ganti wasit dan pelatih

Direncanakan untuk tipe A dan B minimal satu unit untuk

wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan

melalui koridor yang berada di bawah tempat duduk

penonton.

b. Kelengakapan fasilitas untuk Pria dan Wanita, tiap unit

minimal :

 1 buah bak cuci tangan

 1 buah kamar mandi

 1 buah ruang bilas tertutup

 1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat

simpan dan bangku panjang 2 tempat duduk.


4

3. Ruang pijat

Direncanakan untuk tipe A, B, dan C minimal 12 m² dan

tipe C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya

minimal 1 buah tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah

kamar mandi.

4. Ruang P3K

Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti

atau ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A,B dan C minimal

1 unit yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas

minimal 15 m². Kelengkapan minimal 1 buah tempat tidur untuk

pemeriksaan, 1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah

kamar mandi yang mempunyai luas lantai dapat menampung

untuk kegiatan pemeriksaan dopping.

5. Ruang pemanasan

Direncanakan untuk tipe A minimal 300 m², tipe B

minimal 81 m² dan maksimal 196 m², sedangkan tipe C minimal

81 m².

6. Ruang latihan beban

Direncanakan mempunyai luas yang disesuaikan dengan

alat latihan yang digunakan minimal 150 m² untuk tipe A, 80 m²


4

untuk tipe B dan tipe C diperbolehkan tanpa ruang latihan

beban.

7. Toilet penonton

Direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan perbandingan

penonton Wanita dan Pria adalah 1: 4 yang penempatannya

dipisahkan. Fasilitas yang dibutuhkan minimal dilengkapi

dengan :

a. Jumlah kamar mandi jongkok untuk Pria dibutuhkan 1 buah

kamar mandi untuk 200 penonoton Pria dan untuk Wanita 1

buah kamar mandi jongkok untuk 100 Wanita.

b. Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan

minimal 1 buah untuk 200 penonton Pria dan 1 buah untuk

100 penonton Wanita.

c. Jumlah urinoir yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100

penonton Pria.

8. Kantor Pengelola lapangan

Direncanakan tipe A dan B direncanakan sebagai berikut :

a. Dapat menampung minimal 10 orang, maksimal 15 orang dan

tipe C minimal 5 orang, dengan luas yang dibutuhkan

minimal 5 m² untuk tiap orang.

b. Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas

keamanan, petugas kebakaran dan polisi yang masing –


4

masing membutuhkan luas minimal 15 m². Untuk tipe C

diperbolehkan tanpa ruang – ruang tersebut.

9. Gudang

Direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat

olahraga dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan

atau alat olahraga yang digunakan, antara lain :

a. Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120

m² dan 20 m² untuk gudang alat kebersihan.

b. Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m²

dan 20 m² untuk gudang alat kebersihan.

c. Tipe C, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 20 m²

dan 9 m² untuk gudang alat kebersihan.

10. Ruang panel

Direncanakan untuk tipe A,B dan C harus diletakkan dekat

dengan ruang staf teknik.

11. Ruang mesin

Direncanakan untuk tipe A, B, dan C dengan luas ruang

sesuai kapasitas mesin tidak menimbulkan bunyi bising yang

menggangu ruang arena dan penonton.


4

12. Ruang kantin

Direncanakan untuk Tipe A, untuk tipe B dan C

diperbolehkan tanpa ruang kantin.

13. Ruang pos keamanan

Direncanakan untuk tipe A dan B, tipe C diperbolehkan

tanpa ruang pos keamanan.

14. Tiket box

Direncanakan untuk tipe A dan B sesuai kapasitas

penonton.

15. Ruang Pers

Direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:

a. Harus disediakan kabin untuk awak TV dan film.

b. Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex,

sedangkan untuk tipe C tidak disediakan ruang telepon dan

telex.

c. Toilet khusus untuk Pria dan Wanita masing – masing

minimal 1 unit terdiri dari 1 kamar mandi jongkok dan 1 bak

cuci tangan.
4

16. Ruang VIP

Ruang VIP untuk tipe A dan B yang digunakan untuk

tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus.

17. Tempat parkir

Direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut:

a. Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat

pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk

gelanggang olahraga 1500 m².

b. 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal 4 orang

pengunjung pada jam sibuk.

18. Toilet Disabelitas

Toilet Penyandang cacat direncanakan untuk tipe A dan B

sedangkan untuk tipe C diperbolehkan tanpa toilet penyandang

cacat. Fasilitas yang dibutuhkan minimal sebagai berikut :

a. 1 unit yang terdiri dari 1 buah kamar mandi, 1 urinoir, 1 buah

bak uci tangan untuk Pria dan 1 buah kamar mandi duduk

serta 1 buah bak cuci tangan untuk Wanita.

b. Toilet Pria harus dipisahkan dari toilet Wanita.

c. Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan

perpindahan dari kursi roda ke kloset duduk yang diletakkan

didepan dan disamping kloset duduk setinggi 80 cm.


5

C. Ruang Penunjang

Ruang penunjang merupakan ruang-ruang pelengkap yang

merupakan fasilitas tambahan yang dapat digunakan pelaku

kegiatan pada perencanaan sebuah gedung olahraga. Ruang-ruang

tersebut meliputi :

1. Tempat Parkir

Tempat parkir merupakan tempat yang disediakan untuk

kendaraan yang ditinggalkan sementara oleh pengemudinya.

Penyediaan ruang parkir sangat penting untuk memenuhi

fasilitas pemakai gedung olahraga saat berolahraga. Tempat

parkir pada umumnya dibatasi oleh garis berwarna (putih atau

kuning) yang terletak di samping dan di depan dengan lebar

antara 12 – 20 cm. Posisi dinding pembatas ditinggikan terhadap

dataran sekitar sampai 1,0 m agar area parkir dan luar terpisah

dengan baik.

2. Area Hiburan/Rekreasi

Sarana hiburan / rekreasi merupakan sarana tambahan

yang bersifat rekreasi, yakni sarana yang membuat pengunjung

merasa nyaman di dalamnya dan tidak merasa seperti berada di

ruangan yang asing atau monoton. Sarana hiburan biasanya ialah

berupa taman dengan dilengkapi beberapa fasilitas tambahan,

yakni jogging track, tempat berkumpul (berupa meja dan kursi),

dan beberapa fasilitas permainan.


5

3. Retail

Retail / Sport Station merupakan sarana perbelanjaan yang

masih berhubungan dengan kegiatan olahraga, baik jenis

olahraga yang difasilitasi oleh sport center ini maupun jenis

olahraga lainnya. Tentunya hal ini dapat memudahkan

pengunjung untuk mendapatkan aksesoris untuk olahraga yang

diinginkan atau dibutuhkannya.

4. Café/Restaurant

Seperti pada tujuan awalnya, yakni sport center yang akan

direncanakan adalah yang bersifat rekreasional, sehingga

penambahan fasilitas restaurant / café merupakan suatu daya

tarik tersendiri bagi pengunjung. Biasanya para pengguna

fasilitas olahraga akan pergi makan bersama rekan-rekannya

setelah mereka berolahraga atau berlatih. Hal ini memudahkan

mereka agar tidak perlu lagi pergi ke tempat lain untuk makan

atau sekedar bersantai minum sambil mengobrol bersama.

5. Mini Market

Penyediaan mini market sebagai fasilitas penunjang sport

center dapat memudahkan pengunjung untuk membeli minuman

atau makanan ringan yang dapat dikonsumsi saat istirahat

berlangsung atau saat menonton suatu pertandingan. Selain

minuman dan makanan ringan, mini market juga menyediakan


5

barang-barang lainnya yang mungkin dibutuhkan oleh

pengunjung.

II.4. Tinjauan Umum Pendekatan

II.4.1. Pengertian Eco Architecture

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst

Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu

interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti

kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah

tangga atau cara bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau

ilmiah. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dan lingkungannya.

Sastrawan, rohaniawan, dan tokoh seni rupa Indonesia

dibidang arsitektur ini menyatakan arsitektur sebagai vastuvidya

atau wastuwidya yang berarti ilmu bangunan. Wastuwudya

mencakup ilmu tata bumi, tata gedung, dan tata kemudian lintas

(dhara, harsya, dan kana). Mangunwijaya juga menafsirkan

arsitektur sebagai penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra.

Arsitektur tidak dilihat dari kemewahan bahan, teknologi, dan

harganya. Sebab, dari bahan-bahan sederhana pun bisa

memberikan cerminan refleksi keindahan yang puitis dari suatu

arsitektur dan jauh lebih bersih dari godaan maupun kepongahan.


5

Pada perkembangannya Eco Architecture disebut juga

dengan istilah green architecture (arsitektur hijau) mengingat

subyek arsitektur dan konteks lingkungannya bertujuan untuk

meningkatkan kualitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya.

Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah

lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan

energi yang perlu dilestarikan. Eco Architecture atau arsitektur

hijau ini dapat disebut juga sebagai arsitektur hemat energi yaitu

salah satu tipologi arsitektur yang ber-orientasi pada konservasi

lingkungan global alami.

II.4.2. Fungsi dan Tujuan Eco Architecture

Eco Architecture mempunyai beberapa fungsi dan tujuan

diantaranya adalah:

 Eco Architecture berfungsi sebagai konsep bangunan yang

dapat mendukung dan bertujuan pengurangan global warming

dengan cara penghematan energi.

 Eco Architecture berfungsi sebagai batasan untuk pengingat

bahwa penghuni bumi bukan hanya Manusia tetapi biotik dan

abiotik lainnya.
5

II.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Eco Architecture

Adapun kelebihan Eco Architecture yang berorientasi pada

alam secara holistik adalah sebagai berikut :

a. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.

b. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan

mengirit penggunaan energi.

c. Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).

d. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan

penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa

depan.

e. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik,

air) dan limbah (air limbah, sampah).

Adapun kekurangan Eco Architecture adalah sebagai berikut :

a. Sulitnya maintance pada bangunan.

b. Mahalnya proses pembangunan dan maintance.

c. Belum biasa diterima oleh pemikiran masyarakat sekitar,

sehingga masyarakat harus mendapat sosialisasi terlebih

dahulu.
5

II.4.4. Karakteristik Eco Architecture

Eco Architecture sendiri merupakan sebuah konsep pada

pembangunan yang direncanakan oleh arsitek sedemikianrupa

sehingga bangunan tersebut dapat menjadi bangunan yang mandiri

terhadap masa depan kelak. Eco Architecture mempunyai elemen

komponen dasar untuk konsep yang dapat kita uraikan dan jelaskan

pada sub bab ini. Elemen dasar Eco Architecture meliputi:

1. Urban Ecology

2. Energy Strategy

3. Water

4. Waste

5. Material

6. Community in Neighborhood

7. Economy Strategy

Komponen komponen dasar diatas juga dapat dibilang prinsip

– prinsip yang akan diterapkan pada bangunan yang berkonsep Eco

Architecture. Dibawah ini akan dijelaskan ke tujuh elemen konsep

Eco Architecture :
5

1. Ekologi Perkotaan (Urban Ecology)

Gambar 2. 9 Ekologi Kota


(sumber: turatea.com)

Penataan ruang suatu perkotaan mulai memasukkan konsep

ekologis sebagai pertimbangan dalam menjadikan kota mandiri. Pada

saat ini kota terkesan tidak mandiri, bersifat parasitik, banyak tergantung

pada desa dalam hal pemenuhan sumberdaya alam untuk konsumsi dan

pembuangan sampah perkotaan. Hal ini dapat menunjukkan

ketidakberlanjutan kota dapat terjadi. Untuk itu kota perlu

memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut

Urban Ecology / Eco-city (ekologi perkotaan) lebih

mempertimbangkan interaksi antara manusia dengan alamnya agar

menjadi kreatif. Kota dibangun untuk memaksimalkan pertukaran

(exchange, dari barang, jasa, emosi, dan lain-lain) dan meminimalkan

pergerakan. Namun karena pembangunan kota lebih ditujukan kepada

manusia, maka dalam konsep ini, pergerakan jalan kaki lebih

didahulukan daripada transportasi massa, yang menggunakan

mesin.Ekologi Perkotaan memiliki beberapa kriteria arsitektur

berkelanjutan, diantaranya :
5

a. Melindungi Lingkungan abiotik dan biotik

b. Melindungi flora dan fauna serta ekosistem yang ada

c. Optimasi sumber daya alam

d. Keseimbangan nutrisi alami

2. Strategi Energi (Energy Strategy)

Gambar 2.10 Bangunan dengan Solar Panel sbg Strategi Energi


(sumber: turatea.com)

Strategi energi pada prinsip Eco Architecture ini adalah strategi

bagaimana sebuah karya arsitektur bisa meminimalisir pengeluaran

energi ataupun mendaur ulang energi yang keluar menjadi sesuatu yang

baru dan dapat dimanfaatkan kembali untuk bangunan itu sendiri maupun

untuk sekitarnya.

Sumber energi yang dimanfaatkan pada strategi ini merupakan

sumber energi dari alam contohnya seperti matahari, angin dan

geotermal. Pemanfaatan sumber – sumber energi yang terdapat di alam

merupakan salah satu langkah untuk mengurangi emisi gas CO2. Untuk

perancangan strategi energi ini terbagi menjadi 2 , diantara :


5

a. Perancangan Pasif

Perancangan pasif adalah cara penghematan energi melalui

pemanfaatan sumber energi alam secara pasif atau dapat disebut

melalui hasil design tanpa menggunakan teknologi tertentu.

b. Perancangan Aktif

Perancangan aktif merupakan cara penghematan energi melalui

teknologi yang semakin berkembang dan canggih. Teknologi tersebut

dapat dimanfaatkan untuk mengubah energi alam menjadi energi yang

dapat kita pakai sehari – hari.

3. Air (Water)

Gambar 2.11 Embung yang dapat menampung air


(sumber:www.solosop.com)

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan

yang diketahui sampai saat ini di Bumi. Senyawa penting ini terdapat

diseluruh bagian bumi dari air laut, air hujan maupun air yang terdapat di

dalam bumi.Dalam siklus nya air dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

 Rain Water (air bekas, buangan dari air hujan)

 Grey Water (air bekas cuci dan air bekas mandi)


5

 Black Water (limbah cair dan padat dari toilet)

Konsep Eco Architecture sebuah konsep yang dapat memanfaatkan

atau menggunakan kembali air air tersebut untuk kebutuhan maupun

tambahan dalam bangunan dengan melalui pengolahan kembali. Sebuah

bangunan yang menggunakan konsep Eco Architecture biasanya banyak

menyediakan area penampungan air. Penampungan air yang sudah

melalui beberapa tahap pengolahan sehingga tidak berbau dan tidak

berbahaya juga dapat dikembangkan menjadi rekreasi.

Terdapat beberapa kriteria tentang air pada konsep Eco

Architecture , diantaranya :

1. Water Efficiency (penghematan dalam penggunaan air)

2. Water Sufficiency (kecukupan air)

3. Water Substitution (pergantian air)

4. Water Reuse, Recycle and Harvesting (penggunaan kembali untuk

kebutuhan lain skala bangunan / kota)


6

4. Komunikasi Lingkungan (Community in Neighborhood)

Gambar 2.12 Contoh Ruang komunikasi lingkungan


(sumber: membacaruang.com)

Hubungan sosial ini banyak yang berkaitan dengan ekologi

arsitektur karena sumber daya sosial adalah keseimbangan antar generasi.

Jenis komunikasi di unit lingkungan ini juga dapat memberikan motivasi

dalam upaya berkelanjutan dari lingkungan tempat tinggal mereka,

misalnya menggalakkan budaya menanam dalam urban farming, atau

mengolah kembali air bekas pakai, dan mengolah kembali sampah

menjadi biomassa. Maka, kriterianya untuk arsitektur berkelanjutan,

adalah :

 Human needs

 Social needs

 Komunitas

 Diversitas

 Hubungan antar manusia

 Hak asasi manusia


6

5. Strategi Ekonomi (Strategy Economy)

Gambar 2.13 Pembangunan merupakan strategi ekonomi


(sumber: piawai-faktor.com)

Strategi ekonomi ini menggalakkan usaha – usaha yang bersifatnya

green economy. Model ekonomi seperti ini adalah ekonomi kerakyatan

yang membuka seluas – luasnya peluang bagi usaha kecil yang

merupakan penopang terbesar perekonomian. Hal ini diwujudkan sebagai

pondasi kehidupan kota dan pembangunan sebuah negera.

Sebuah perwujudan yang ramah lingkungan dilihat sebagai nilai

ekonomis yang terus dikembangkan. Misalnya urban farming di atas

sebuah hotel untuk mensubsidi makanan yang ada dihotel tersebut dan

meminimalkan transportasi menggunakan bahan bakar fosil. Maka untuk

konsep ekologi arsitektur mempunyai kriterianya adalah :

 Membuka lapangan pekerjaan baru

 Mengurangi kesenjangan sosial yang terjadi


6

II.5. Studi Preseden

II.5.1. Palais des Sports de Rouen, Perancis

Palais des Sports de Rouen atau biasa disebut Kindarena

Sports Center dirancang untuk mewadahi berbagai pertandingan

nasional dan internasional di Perancis. Proyek ini bertujuan untuk

mencapai pembangunan infrastruktur daerah setempat maupun

perkotaan yang sukses sehingga fasilitas olahraga ini dirancang

menjadi tuan rumah berbagai jenis pertandingan dan acara, baik

olahraga maupun budaya. Kindarena Sports Center merupakan

sport center yang dapat memfasilitasi lebih dari 1 jenis olahraga.

Gambar 2.14. Palais des Sport de Rouen, Perancis


(Sumber : www.archdaily.com)

Architects : Dominique Perrault Architecture

Location : Rue Lillebonne, 76000, Rouen, France

Structure : Khephren Engeniering

Client : La Crea

Project Year 2012

Site Area : 31.500 m2

Project Area : 17.000 m2


6

Gambar 2.15. Denah Lantai 1 Palais des Sport de Rouen


(Sumber : www.archdaily.com)

Gambar 2.16. Denah Lantai 2 Palais des Sport de Rouen


(Sumber : www.archdaily.com)

Kindarena Sports Center dibagi menjadi tiga fungsi

bangunan, pada bagian tengah bangunan merupakan area olahraga,

bagian selatan bangunan merupakan area penerimaan, dan bagian

utara bangunan merupakan area pelayanan dan administratif.


6

Bangunan ini mempunyai area olahraga utama seluas 4.400 m2

dengan kapasitas 6.000 penonton, sedangkan area olahraga

penunjang seluas 2.400 m2 dengan kapasitas 864 penonton.

Fasilitas penunjang olahraga pada bangunan Kindarena Sports

Center terdiri dari ruang meeting, ruang ganti, kantor pelatih dan

wasit, dan ruang kesehatan dengan luas total sebesar 1.300 m2.

Area penunjang untuk penonton terdiri dari area ticketing, area

pertokoan, ruang kesehatan, dan area rekreasi dengan luas 2.200

m2.

Gambar 2.17. Fasad Sisi Tenggara


(Sumber : www.archdaily.com)

Gambar 2.18. Fasad Sisi Barat Laut


(Sumber : www.archdaily.com)
6

Sisi tenggara bangunan berbentuk seperti piramida terbalik

yang ditempatkan dengan dua dasar yang tidak memiliki puncak.

Bangunan dikelilingi tangga dan kaca transparan sebagai fasad dari

bangunan. Bangunan Kindarena Sports Center memiliki dua area

olahraga yang dibatasi oleh tribun sehingga menciptakan arena

ganda. Fungsi utama bangunan sebagai area olahraga berada pada

pusat bangunan dengan semua fungsi teknis yang berada di sekitar

tepi bidang tersebut.

Fasad halus dan gelap pada sisi barat laut dengan

menggunakan material metal dan kaca kontras dengan fasad

bangunan sisi tenggara yang berkontur tegas dan berwarna cerah.

Sisi barat laut pada bangunan ini digunakan sebagai akses teknis

dan jalur sirkulasi atlet, official, staf administrasi, dan media.

Gambar 2.19. Area Olahraga Utama dan Tribun Penonton


(Sumber : www.archdaily.com)
6

II.5.2. Swimming Pool Of The East Oakland Sports Center

The East Oakland Sports Center di desain dengan bentuk dan

tampilan bangunan yang mengkolaborasikan ELS Arsitektur dan

Urban Design. Bentuk bangunan yang kotak-kotak dengan material

fasade transparan menunjukkan tampilan bangunan arsitektur masa

kini, sehingga aktivitas dan kolam renang dapat terlihat dari luar

bangunan.

Gambar 2.20. Tampak Depan Swimming Pool Oakland Sport center


(Sumber : www.archdaily.com)

Architect : ELS Architecture and Urban Design

Location : Oakland, California

Design and Production Team : William Gordon, LEED AP, Sims

Key, Gerald Navarro, Rick Wang

Project Year 2011

Project Area : 25.000m2


6

Gambar 2.21. Fasade Bangunan Outdoor


(sumber : www.archdaily.com)

Gambar 2.22. Denah Lantai 1 East Oakland Sport center


(sumber : www.archdaily.com)

Gambar 2.23. Denah Lantai 2 East Oakland Sport center


(sumber : www.archdaily.com)
6

Gambar 2.24. Siteplan East Oakland Sport center


(sumber : www.archdaily.com)

Gambar perencanaan desain The East Oakland Sports Center

memperlihatkan fokus pembangunan gedung olahraga ditujukan untuk

olahraga rekreasi. Hal ini biasa dilhat dari komposisi massa bangunan

yang ada pada siteplan. Memfokuskan pada rekreasi tidak berarti

menyampingkan fungsi untuk latihan, pada gambar diperlihatkan

rencana pengembangan kawasan dengan adany 3 buah lapangan

sepakbola yang akan dibangun ke depannya.

Penataan ruang, rancangan struktur dan material bangunan The

East Oakland Sport center dengan tampilan fasade yang transparan

memberikan kenyamanan tersendiri baik dari dalam maupun luar

bangunan. Hal ini memperlihatkan tampilan arsitektur masa kini

dengan penggunaan material bangunan dengan teknologi tinggi,

sehingga memberikan kesan ringan dan ramah lingkungan yang

merupakan prinsip dasar High-Tech Expression.


6

Gambar 2.25. Tampilan Massa Swimming Pool Of The East Oakland Sport center
(sumber : www.archdaily.com)

Gambar 2.26. Tampilan Massa Swimming Pool Of The East Oakland Sport center
(sumber : www.archdaily.com)

II.5.3. Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta

Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta atau biasa disebut

GOR UNY merupakan gedung olahraga kebanggaan Universitas Negeri

Yogyakarta. Gedung olahraga berstandar internasional yang diresmikan

oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada hari

Selasa 22 Januari tahun 2008. GOR UNY memiliki luas bangunan 7.880

m2 diatas lahan seluas 20.000 m2. Selain digunakan sebagai tempat


7

pertandingan dan aktivitas olahraga, GOR UNY juga sering digunakan

sebagai tempat pameran dan perlombaan. Gedung olahraga ini terletak satu

kompleks dengan kolam renang UNY, lapangan voli, lapangan basket, dan

stadion sepak bola serta lintasan atletik berstandar internasional.

Gambar 2.27. Tampilan Massa Swimming Pool Of The East Oakland Sport center
(sumber : fik.uny.ac.id)

GOR UNY terdiri dari area GOR indoor yang mampu menampung

kurang lebih 5000 tempat duduk. GOR UNY memiliki fasilitas parkir yang

luas, dan sarana prasarana olahraga yang lengkap.

Gambar 2.28. Denah Lantai Dasar GOR UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)
7

Gambar 2.29. Denah Lantai 1 GOR UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)

Gambar 2.30. Denah Lantai 2 GOR UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)

Gambar 2.31. Kapasitas Penonton GOR UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)
7

Sarana dan prasarana olahraga di kawasan GOR UNY sendiri

diantaranya adalah stadion olahraga dan lintasan atletik, hall bulutangkis

dan voli, hall senam, lapangan hoki, lapangan softball/baseball, lapangan

basket, lapangan sepak takraw, lapangan voli, lapangan voli pasir, arena

wall climbing, dan fitness center.

Gambar 2.32. Kawasan GOR UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)

Selain sarana dan prasarana yang telah disebutkan, GOR UNY juga

memiliki fasilitas kolam renang bertaraf internasional yang memiliki akses

terpisah dari kawasan sarana dan prasarana yang lain, namun masih berada

dalam satu kawasan. Berikut merupakan sarana dan prasarana yang

terdapat pada kawasan Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta :

a. Kolam Renang Universitas Negeri Yogyakarta. Kolam renang UNY

adalah kolam renang bertaraf internasional yang terdiri dari kolam

untuk lomba, kolam loncat indah, kolam pemanasan, kolam terapi, dan

kolam anak. Berikut merupakan gambar kolam renang pertandingan

dan lompat tinggi milik Universitas Negeri Yogyakarta.


7

Gambar 2.33. Kolam Renang Pertandingan UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)

Gambar 2.34. Kolam Renang Lompat Tinggi UNY


(sumber : fik.uny.ac.id)

b. Lapangan Terbuka Olahraga

 Stadion Sepak Bola

 Lintasan Atletik

 Lapangan Voli

 Lapangan Voli Pasir

 Lapangan Basket

 Lapngan SoftBall

 Lapangan Sepak Takraw

 Lapangan Hoki/Sepak Bola


7

 Lapangan Tenis

 Arena Wall Climbing

 Lapangan Panahan

c. Hall Olahraga

 Hall Bulu Tangkis / Voli

 Hall Senam

 Hall Beladiri

 Hall Tenis Lapangan

 Hall Tenis Meja

d. Fitness Center

e. Laboratorium

II.5.4. Kesimpulan

Dari ketiga preseden yang telah dipelajari, didapatkan hasil

perbandingan yang dapat digunakan sebagai referensi desain sport center

seperti pada tabel berikut :

Aspek Palais des Sports Swimming Pool Of GOR UNY


The East Oakland
de Rounen
Sport center

Lokasi France Oakland, Amerika Yogjakarta,Indonesia

Serikat

Gubahan 1 buah 1 buah 3 buah

Masa
7

Fungsi Fasilitas Pelatihan Fasilitas Fasilitas pelatihan dan

dan Pertandingan Pelatihan pertandingan

dan Pertandingan
Fasilitas Lapangan utama Hall Aerobik, Gedung Olahraga

Olahraga untuk Fitness, Kolam Multifungsi, Hall

pertandingan, Renang Rekreasi, bulutangkis dan voli,

Lapangan Kolam Renang Hall senam, Lapangan

penunjang untuk Kompetisi. baseball, Lapangan

pelatihan. basket, Lapangan

*memfasilitasi hoki, Stadion atletik

lebih dari 1 jenis dan sepak bola,

olahraga Lapangan Sepak

*dengan tribun Takraw, Lapngan

penonton dengan Voli, Hall Beladiri,

kapasitas masing - Fitness Center

masing

Kapasitas 6000 orang 5000 orang

Penonton (utama)

864 orang

(penunjang)

Tabel 2.6. Kesimpulan dari Preseden


(sumber : studio pribadi)
BAB III

METODELOGI

III.1. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penyusunan penulisan ini antara lain:

1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dihitung (tidak memiliki

jumlah pasti) tetapi dapat dirasakan atau dibandingkan.

Analisa data bisa dilakukan secara kualitatif. Langkah langkah ini

meliputi survey objek-objek komparasi, lokasi tapak untuk mendapatkan

data-data dan komparasi yang berhubungan dengan objek perancangan.

III.2. Pengumpulan Data

Tahap selanjutnya yaitu pengumpulan dan pengolahan data. Data

yang dianalisis untuk perancangan ini ada dua yaitu data primer dan data

sekunder. Dalam pengumpulan data primer juga data sekunder digunakan

metode yang akan dijelaskan sebagai berikut :


7

1. Data Primer

Merupakan data yang diambil dengan proses pengambilan data

langsung di lokasi, dengan cara berikut ini :

a. Metode Observasi

Yaitu metode dengan mengumpulkan data melalui cara

pengadaan pengamatan juga pencatatan sistematis mengenai hal

penting terhadap objek serta pengamatan terhadap masalah yang

ada secara langsung. Pelaksanaan survei ini dilaksanakan

langsung dengan fungsi untuk mendapatkan data berupa :

 Kondisi fisik dan alam kawasan perancangan

 Dokumentasi gambar dan pengamatan aktivitas dengan

menggunakan kamera.

b. Metode Dokumentasi

Metode pengumpulan data ini dengan cara mencari gambar

dari obyek yang diteliti. Pengambilan gambar objek dilakukan

dengan kamera berupa photo atau ilustrasi. Metode ini bisa

memperkuat metode sebelunya yaitu metode observasi, agar lebih

memperjelas data data sebelumnya.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berkaitan dengan objek secara langsung juga

sangat mendukung perancangan, yaitu :


7

a. Studi literatur

Merupakan metode yang mengambil data dari internet

maupun buku sebagai referensi untuk permasalahan yang ada

dipembahasan. Data yang diperoleh dari studi pustaka ini akan

akan menjadi dasar dalam menganalisa. Data yang diperoleh dari

penelusuran literatur bersumber dari majalah ,data pemerintahan

,buku atau internet. Data ini meliputi:

 Literatur kawasan berupa peta, peraturan pemerintah yaitu

RDRTK Kota Bandar Lampung. data ini selanjutnya

digunakan untuk menganalisis kawasan tapak

 Literatur tentang proyek yang diambil, yaitu Sport Center

b. Studi Komparasi

Metode ini dilakukan untuk mendapat perbanding data

mengenai bangunan dan tema sejenis.

Data data diatas yang telah diolah dengan metode metode diatas akan

menghasilkan alternatif konsep.

III.3. Analisis Tapak

Tahap berikutnya yaitu tahap analisis. Dalam proses analisis

dilakukan pendekatan yang merupakan tahapan kegiatan terhadap kawasan

rencana. Metode analisis yang digunakan terdiri dari dua yaitu analisis

mikro dan analisis makro. Analisis makro adalah analisis dalam skala

kawasan yaitu analisa kawasan. Analisa mikro adalah analisis terhadap


7

tapak, meliputi analisis tapak, analisis pelaku, analisis fungsi, analisis

ruang dan aktifitas juga analisis bentuk dan tampilan secara utilitas dan

struktur.

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis melalui pendekatan

programatik perancanan, yaitu dengan menggunakan teori-teori

perancangan arsitektur yang berkaitan dengan perancangan sport center di

Bandar Lampung serta nilai-nilai di atas sebagai dasar analisis yang akan

diintegrasikan sebagai berikut:

1. Analisis Tapak

Analisis tapak pada perancangan Sport Center di BandarLampung

menghasilkan program tapak yang berkaitan dengan fasilitas dan

fungsi. Analisis iklim, view, orientasi,pencapaian, sirkulasi,

kebisingan, zoning, dan vegetasi.

2. Analisis Fungsional

Proses ini menghasilkan analisa pelaku dan aktivitas, analisa ruang,

analisa besaran ruang dan organisasi ruang.

3. Analisis Aktivitas

Metode analisis ini menghasilkan alur pergerakan dan zoning pada

tapak.

4. Analisis Pelaku

Analisis ini menentukan pengguna tapak dan penduduk sekitar mulai

dari masuk dan keluar.

5. Analisis Ruang
8

Berupa analisis persyaratan ruang, sirkulasi ruang, organisasi ruang,

pola hubungan antar ruang, besaran ruang dan zoning ruang.

6. Analisis Bentuk dan Tampilan

Analisis ini memunculkan bentukan serasi pada tapak dengan fungsi

didalamnya. Tatanan ruang, bentuk ruang, besaran dan organisasi

ruang yang akan keluar pada hasil analisis ini.

7. Analisa Sistem Bangunan

Analisis ini berkaitan dengan lingkungan dan tapak sekitarnya.

Analisis sistem struktur akan menghasilkan pilihan yang tepat untuk

struktur sebuah bangunan, sedangkan analisis utilitas seperti sistem

drainase, air bersih, sistem pembuangan sampah, sistem penghawaan,

sistem pencahayaan, dan sistem listrik.

III.4. Konsep Perancangan

Tapak selanjutnya adalah menentukan konsep tapak dan bangunan.

Hasil analisis yang menghasilkan hubungan konsep yang nantinya akan

menjadi pedoman dalam perancangan. Konsep ini meliputi konsep dasar,

konsep arsitektural, konsep struktur dan utilitas, konsep kenyamanan dan

konsep GBCI.

1. Konsep Dasar

Konsep dasar merupakan hasil dari pengerucutan tema, yaitu

arsitektur ekologi.

2. Konsep Perencanaan Arsitektural


8

Konsep perencanaan arsitektural merupakan gambaran terhadap dasar

dasar hasil akhir nantinya. Konsep bentuk,tampilan,tata ruang luar dan

tata ruang dalam dapat diambil dari teori perancangan arsitektur.

3. Konsep Utilitas dan Struktur

Konsep Utilitas dan Struktur merupakan hasil penarikan kesimpulan

atau pengambilan satu kosep yang paling tepat dan sesuai.

4. Konsep Kenyamanan

Konsep kenyamanan merupakan gambaran konsep yang akan dipakai

ketika merancang bangunan sport center ini nantinya.

5. Konsep Green Building Council Indonesia

Konsep GBCI adalah konsep yang mengharuskan penulis menilai

sebuah rancangan sesuai tolak ukur dan memberikan nilai. Sehingga

hasil akhir nilai tersebut akan menjadi sebuah predikat green untuk

bangunan tersebut.

III.5. Kerangka Perancangan

Kerangka yang digunakan dalam perancangan Sport Center Kota

Bandar Lampung, diuraikan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1. Pencarian ide/gagasan dengan merumuskan masalah sehingga terlihat

seberapa besar peluang perancangan sport center kota bandar lampung

dapat mengakomodasi keinginan masyarakat sehingga lahirlah suatu

gagasan untuk merencakan fasilitas sport center.

2. Memastikan jenis metode penelitian yang tepat untuk dapat

mengembangkan pra tugas akhir tersebut.


8

3. Pemantapan ide perancangan melalui penelusuran informasi dan data

– data arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai bahan

perbandingan dalam pemecahan masalah.

4. Menganalisis faktor faktor utama yang mendukung berdirinya sebuah

desain.

5. Mengelola konsep konsep yang telah ditemukan dari hasil analisis

sebelumnya, sehingga konsep dapat kita terapkan pada bangunan.

Konsep sistem maupun konsep bentukan.

6. Dari pengemasan ide (analisis dan konsep) perancangan yang

diperoleh kemudian dapat diekspresikan dalam bentuk sebuah gambar

dan karya.
8

Berikut merupakan skema dari kerangka perancangan pra tugas akhir :

SKEMA PERANCANGAN

Kurangnya fasilitas olahraga terpadu di Bandar Lampung yang dapat memenuhi minat olahraga
Emisi yang diproduksi pembangunan merupakan isu global

Memacu peningkatkan prestasi dan minat masyarakat terhadap olahraga dan kesehatan
Mengurangi dampak dari polusi emisi akibat pembangunan

Perencanaan Sport Center dengan pendekatan Eco Architecture menggunakan jenis penelitian kualitatif ko

Pengumpulan Data

Data Sekunder :
-Studi Literatur Data Primer :
-Studi Komparasi -Metode Observasi
-Jurnal / Buku -Metode Dokumentasi

Analisis :
Analisis Tapak, Analisis Fungsi, Analisis Aktifitas, Analisis Pelaku, Analisis Ruang, Analisis Bentuk/Tampilan, Analisis Sistem Bangun

Konsep Perancangan :
Konsep Dasar, Konsep Tapak, Konsep Bentuk, Konsep Struktur

Desain
“Perancangan Sport Center di Bandar Lampung”
DAFTAR
BAB IV
ANALISIS PERENCANAAN

IV.1. Lokasi Tapak

Lokasi tapak Perancangan Sport Center ini terdapat di

BandarLampung, yang merupakan kota terbesar di Provinsi Lampung dan

kota terpadat ketiga di Pulau Sumatera setelah Medan dan Palembang.

Gambar 4. 1 Peta Provinsi Lampung


(sumber: google.co.id/maps/lampung)

Kota BandarLampung merupakan kota sebagai gerbang utama pulau

sumatera. Kota BandarLampung memiliki luas wilayah daratan 169,21

km2 yang terbagi ke dalam 20 kecamatan dan 126 kelurahan dengan

populasi penduduk 1.015.910 jiwa. Saat ini kota BandarLampung

merupakan kota yang berkembang dalam segala bidang akademis maupun

keterampilan.
85

Gambar 4. 2 Peta Kota BandarLampung


(sumber: wikipedia.org/kotabandarlampung)

Area tapak perencangan Sport Center sendiri terletak di Jalan Sultan

Agung Way Halim kota Bandar Lampung, tapak dengan luas lahan

76311,3 m2 atau 7,6 Ha memiliki batasan wilayah diantara lain :

Gambar 4. 3 Peta Lokasi Tapak


(Sumber : Data Pribadi)
86

 Bagian barat : Lahan Kosong landai

 Bagian timur : Baypas Lintas Sumatera

 Bagian selatan : Transmart Bandar Lampung

 Bagian utara : PKOR Bandar Lampung

Gambar 4. 4 Peta Zonasi Lingkungan sekitar lahan


(sumber : data pribadi, 2019)

Disekitar tapak terdapat beberapa zonasi seperti rumah sakit,

pemukiman yang tersebar, pusat perdagangan yang tersebar di pinggir

jalan merupakan ruko ruko, hutan kota yang sejuk tersebar di bagian timur

dan selatan, stadion PKOR dan juga beberapa sekolah dari sd sampai sma

yang tersebar di daerah tapak Bandar Lampung sport center ini,


87

IV.2. Analisa Tapak

IV.2.1. Analisa Pencapaian

Tujuan dari analisa pencapaiam ini adalah untuk mementukan

letak pintu masuk utama (Main Entrance) yang paling tepat. Kriteria

untuk Entrance sendiri antara lain , adalah :

a. Main Entrance

 Mudah dijangkau oleh seluruh pengunjung (pengunjung

lokal maupun pengunjung luar)

 Mudah diakses oleh kendaraan (Umum maupun Pribadi)

 Mudah diakses oleh Pejalan kaki

 Ekspose pintu masuk mudah dikenali penempatannya

 Tidak mengakibatkan kemacetan

 Mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengendara

kendaraan maupun penjalan kaki

b. Second Entrance

 Sedikit tersembunyi atau terbatas untuk masuknya

pengelola maupun servis

 Mudah diakses oleh pengelola dan servis

 Tidak mengakibatkan kemacetan

 Mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengendara

kendaraan maupun pejalan kaki


88

Menurut Ching (2000:231) ada beberapa macam pencapaian yaitu :

a. Langsung, mengarah menuju tempat bangunan yang dituju,

searah dengan sumbu bangunan.

b. Tersamar, merubah arah pencapaian unuk memperpaanjang

urutan pencapaian, dapat menambah efek perspektif fasade dan

bentuk bangunan.

c. Berputar, pencapaian dengan jalan yang berputar mengelilingi

bangunan, dengan memperpanjang urutan pencapaian

memberikan efek prespektif fasade dan bentuk bangunan secara

menyeluruh.

Analisa Pencapaian untuk Tapak , adalah :

Gambar 4. 5 Analisis Pencapaian


(Sumber : Data Penulis , 2019)
89

1. Lokasi tapak berada di lokasi yang strategis yaitu di Jalan Sultan

Agung, sebelum memasuki Jalan Sultan Agung perlu

menulusuri jalan Zainal Abidin bagi pengunjung dari arah barat,

bagi pengunjung dari arah timur dapat melalui jalan Baypas

Lintas Sumatera. Kedua Jalan ini (Jalan Sultan Agung dan Jalan

Zainal Abidin) adalah jenis jalan Sekunder dan jalan Baypas

Lintas Sumatera merupakan klasifikasi jalan Nasional.

2. Jalan Sekunder (jalan berwarna kuning) menuju lokasi memiliki

lebar ±7m dan Jalan Tersier (jalan berwarna orange) menuju

lokasi ±5m.

Konsep Pencapaian untuk Tapak , adalah :

Gambar 4. 6 Respon terhadap Analisis Pencapaian


(Sumber : Data Penulis , 2019)

1. Jalan Sultan Agung yang memiliki lebar ±7m merupakan paling

cocok untuk jalan masuk utama (panah kuning) , selain memiliki

ukuran yang lebar jalan Sultan Agung juga jalan yang paling

aman serta nyaman dilalui para kendaraan pribadi maupun umum


90

serta dapat menonjol sehingga pengunjung dapat langsung

mengetahui pintu masuk ke bangunan.

2. Memaksimalkan site dengan tujuan menghindari cross antara

pengandara yang akan masuk dan keluar.

3. Untuk Second Entrance bagian barat tapak dan utara tapak

adalah yang paling cocok untuk dijadikan second entrance.


91

IV.2.2. Analisa View

Tujuan dari analisa view adalah untuk mendapatkan arah pandang

yang baik dan menemukan potensi dari luar maupun dalam site

sehingga menjadi point of interest.

Terdapat beberapa kriteria, yaitu :

 Merespon situasi lingkungan sekitar

 Memperhatikan potensi view dari dalam site

 Memperlihatkan potensi view dari luar site

Analisa View untuk Tapak , adalah :

Gambar 4. 7 Analisis View


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 View dari luar berasal Jl. Sultan Agung dan area PKor

 View dari dalam berpotensi ke arah barat yang direncanakan

akan menjadi area public space


92

 Pada bagian timur view sangat kurang dikarenakan adanya

jalan baypas dan pemukiman

 Bagian selatan terdapat view pusat perbelanjaan, hutan kota,

dan pemukiman

Konsep View untuk Tapak , adalah :

Gambar 4. 8 Respon terhadap Analisis View


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Bangunan dirancang menghadap serong barat sehingga view

dari luar dapat memenuhi kebutuhan public space sebuah

bangunan. Public space akan dirancang dengan baik sehingga

dapat dijadikan view juga berguna bagi penghijauan dan

keindahan tapak.

 Muka bangunan yang menghadap barat akan tetap terlindung

dari sinar matahari barat dan tetap terpapar sinar matahari

pagi dari arah timur.

 Bangunan dibuat mempunyai ketinggian sehingga bangunan

tersebut mendapat city view.


93

IV.2.3. Analisa Kebisingan

Tujuan dari analisa kebisingan ini adalah untuk meminimalisir

tingkat kebisingan yang akan terjadi disekitar tapak yang dapat

mempunyai potensi mengganggu aktivitas di dalam bangunan

sehingga mendapatkan kenyamanan yang maksimal.

Kriteria untuk dasar pertimbangan analisis kebisingan adalah :

 Sumber bunyi berasal dari sekitar site

 Integrasi terhadap konsep view

 Kenyamanan pengguna, pengunjung, dan pengelola

Analisa Kebisingan untuk tapak , adalah :

Gambar 4. 9 Analisa Kebisingan


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Sumber kebisingan paling tinggi berasal dari Jalan bypass

dan jalan sultan agung


94

 Jalan diarah utara merupakan jalan kecil yang mempunyai

kebisingan rendah terhadap tapak

 Jalan bagian barat bising disaat jam jam tertent karena adanya

transaksi ekonomi

Konsep Kebisingan untuk tapak , adalah :

Gambar 4. 10 Respon terhadap Analisis Kebisingan


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Penempatakan bangunan harus memiliki space antara satu

dengan yang lain sehingga dapat memecah kebisingan

 Ruang bagian timur harus ruang yang tidak memerlukan

tingkat konsentrasi yang tinggi

 Bangunan atau ruangan yang memerlukan suasana tenang

dapat diletakan lebih jauh dari sumber bising

 Mereduksi kebisingan dengan tanaman pereduksi bunyi di

bagian baypas
95

IV.2.4. Analisa Klimatologi

Tujuan dari analisa klimatologi adalah bagaimana

memanfaatkan potensi alam (iklim) guna menampung aktifitas di

dalam bangunan, dasar pertimbangan adalah :

A. Matahari

Kriteria :

 Arah datang sinar matahari

 Titik matahari terpanas

 Menentukan zona yang terkena sinar matahari

Analisa Klimatologi :

Gambar 4. 11 Analisa Matahari


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Bangunan yang ada di luar tapak merupakan lahan kosong

dan bangunan tinggi di bagian selatan yang tidak terlalu

mempengaruhi bayangan dalam tapak


96

 Intensitas matahari di daerah tapak cukup tinggi karena

didaerah sekitar tapak merupakan daerah tanpa kontur

Konsep Matahari :

 Mengoptimalkan lahan untuk membuat dan

memaksimalkan tempat teduh

 Memaksimalkan bukan pada ruang – ruang yang

membutuhkan sinar matahari untuk pencahayaan alami

sehingga mengurangi konsumsi listrik

 Penggunaan penal surya untuk mendukung sumber listrik


97

B. Angin

Kriteria :

 Menciptakan penghawaan alami yang sejuk dan optimal

 Mengurangi kelembapan udara

 Mengurangi polusi udara

Analisa Angin:

Gambar 4. 12 Analisa Arah Angin


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Angin berasal dari berbagai arah, tetapi angin paling kuat

berasal dari arah tenggara

 Lokasi tapak merupakan daerah yang lumayan panas dan

kering karena berada di dekat jalan lintas sumatera

Konsep Angin :

 Menggunakan tanaman – tanaman yang rimbun untuk

menyaring udara kotor sehingga udara yang masuk ke area


98

tapak adalah udara yang bersih

C. Hujan

Kriteria :

 Limpahan air hujan

 Genangan air yang disebabkan karena hujan

 Pengelohan air hujan

Analisa Hujan :

Gambar 4. 13 Analisa Hujan


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Terletak pada daerah tropis yang merupakan intensitas

hujan tinggi pada musim – musim tertentu

 Kontur pada lahan tidak curam atau bisa dikatakan relatif

datar sehingga tidak terjadi genangan air yang berlimpah

 Kurangnya daerah resapan air di tapak


99

Konsep Hujan :

Gambar 4. 14 Respon terhadap Analisis Hujan


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Menggunakan material perkerasan yang dapat menyerap

air sehingga air meresap ke tanah

 Menggunakan over hang pada bangunan sehingga air

hujan tidak dapat langsung masuk ke bangunan

 Membuat kolam resapan air yang dapat menampung air

hujan sehingga air hujan tidak memenuhi tapak dan dapat

dimanfaatkan kembali untuk kepentingan bangunan dan

sekitar
10

IV.2.5. Analisa Sirkulasi

Tujuan dari analisa sirkulasi ini untuk mendapatkan pola

sirkulasi yang nyaman dan tidak membuat pengunjung bingung.

Serta tidak menimbulkan kemacetan atau crossing dalam site

maupun sekitar site. Dasar pertimbangannya adalah :

Kriteria :

 Kelancarkan, keamanan dan kenyaman

 Pemisahan jalur sirkulasi menurut zona kebutuhan

Analisa :

Gambar 4. 15 Analisa Sirkulasi


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Sirkulasi paling lancar terdapat pada jalan dua arah bagian

barat tapak dengan kurang lebih jalan ±5m.

 Sirkulasi paling menonjol dan mempunyai potensi nyaman

dijangkau adalah jalan utama yaitu jalan sultan agung


10

Konsep Sirkulasi :

 Jalan sultan agung menjadi awal masuk sirkulasi ke tapak

 Jalan bagian barat menjadi jalan masuk keluar dari tapak

 Di dalam tapak terdapat pemisah jalur pejalan kaki dan jalur

kendaraan, sehingga tidak terjadi crossing area

 Area Parkir dapat diletakan pada lahan yang mudah

dijangkau dari main entrance maupun second entrance

 Sirkulasi pengunjung berupa pedestrian, dapat disebar

diseluruh tapak sesuai desain

 Jalur evakuasi kebakaran merupakan jalur yang cepat digapai

saat keadaan darurat

 Membuat jalur pemisah sirkulasi antara pejjalan kaki dan

kendaraan

IV.2.6. Analisa Zonasi

Tujuan dari analisa zonifikasi adalah pemisah massa sesuai

kebutuhan dan untuk penataan tata ruang sesuai tingkat privasinya,

dasar pertimbangannya adalah :

Kriteria :

 Kebutuhan kenyamanan dalam ruang

 Karakter kegiatan dalam bangunan bermacam – macam

 Tingkat kebisingan dan sirkulasi pada lingkungan yang

mempengaruhi zonifikasi
10

Analisa :

 Site terletak dilahan kosong

 Aktifitas sekitar site termasuk ramai dijam jam tertentu

seperti sore hari dan pagi hari jam pulang dan berangkat

kantor. Serta weekend saat malam karena diarah selatan

terdapat mall disekitar sute

Konsep Zonasi :

Gambar 4. 16 Analisa Zonasi


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Pemisahan antara zona public, semi public dan private

kedalam bentuk perzoning horizontal

 Zona public diletakan di tengah bangunan sehingga dapat

menjadi titik pusat pertemuan

 Zona semi public diletakan di daerah pinggir site

 Zona pivate diletakan jauh dari keramaian


10

IV.2.7. Analisa Vegetasi

Tujuan dari analisa vegetasi adalah untuk mengetahui sebaran

ragam hayati pada tapak, dasar pertimbangannya adalah :

Kriteria :

 Berapa banyak sebaran vegetasi dalam tapak

 Vegetasi apasajakah yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kenyamanan dalam tapak

Analisis :

Gambar 4. 17 Analisa Vegetasi


(Sumber : Data Penulis , 2019)

 Dibagian timur tapak terdapat pepohonan seri dan pohon

pisang yang tidak banyak

 Ditengah tapak tidak terdapat pepohonan sehingga dapat

diolah menjadi bangunan dengan baik

 Semak belukar sangat tersebar diberbagai arah

 Perlunya warna pada tapak sehingga tapak terlihat hidup

 Perlunya pohon peneduh dan pohon peredam kebisingan

sehingga tapak terhindar dari kebisingan dan tidak gersang


10

Konsep Vegetasi :

 Dibagiam timur tapak tidak memerlukan begitu banyak

vegetasi karena vegetasi disana sudah mencukupi untuk

menutupi kebisingan dari jalan bypass ke arah tapak.

 Menanam vegetasi peneduh seperti pohon trembesi atau

pohon tanjung dalam tapak sehingga tapak tidak gersang.

 Menanam Pohon Ulin sebagai tanaman penyerap kebisingan

dan penunjuk arah

 Menanam Tanaman Perdu seperti bunga jepun dan tanaman

puring karena kedua tanaman tersebut berkegunaan untuk

menyerap udara dan menghasilkan warna pada taman

sehingga taman terlihat sejuk dan segar.


10

IV.3. Analisa Fungsional

IV.3.1. Pengguna Bangunan

Pelaku kegiatan pada Sport Center ini dikelompokan menjadi:

a. Pengunjung Biasa

Pengunjung biasa merupakan orang yang ingin melakukan

olahraga dan juga rekreasi.

b. Pengunjung Luar Biasa

Pengunjung luar biasa terbagi menjadi dua yaitu atlet yang ingin

berlatih dan pelatih.

c. Pengelola

Sistem Perancangan Sport Center ditangan oleh pihak swasta

yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota. Dalam hal ini

mereka terbagi menjadi dua yaitu yang melayani

pengunjung,merawat bangunan,merawat taman, utilitas dan

yang melayani bagian sistem dalam sport center itu sendiri.

d. Penyewa

Penyewa merupakan perorangan atau suatu instansi yang

menyewa ruang atau toko di lingkup Sport Center tersebut.


10

IV.3.2. Analisa Pola Kegiatan Pengguna

a. Pengunjung biasa

b. Pengunjung Luar Biasa OR/ Rekreasi


Datang Parkir Istiraha
Loker/ R.Ganti
Datang Parkir Loket
Sholat
Istiraha
Toilet
Latihan OR
Pulang Sholat Kantin

Toilet ulang
c. Penyewa
P
Parkir
Datang Pelayanan
Pengunjung

Perawatan
Gedung

Pulang

Istiraha
10

d. Pengelola

Datang Parkir Loker Bekerja

Pulang Istirahat

IV.3.3. Analisa Aktifitas Ruang

a. Analisa aktifitas berdasarkan jenis kegiatan

Pelaku Kegiatan

Penonton  Mencari Informasi


 Membeli Karcis
 Menunggu di depan pintu
 Mencari Tempat Duduk
 Menonton
 Ke Toilet
 Menelpon
 Makan dan Minum
 Istirahat
 Sholat
Pengguna  Mendaftar
 Menyewa Peralatan
 Menyimpan barang
 Ganti pakaian
 Ke toilet
 Berolahraga
 Bermain
 Istirahat
 Membersihkan badan
 Membeli peralatan/ souvenir
olahraga
 Membaca buku olahraga
 Makan dan minum
 Sholat
10

Pengunjung  Berolahraga
 Bermain
 Istirahat
 Membersihkan badan
 Membeli peralatan/ souvenir
olahraga
 Membaca buku olahraga
 Makan dan minum
 Sholat
Pemain dan Pelatih  Ganti Pakaian
 Menerima Penjelasan pelatih
 Menyiapkan peralatan
 Pemansan
 Latihan
 Bertanding
 Istirahat
 Membersihkan badan
 Makan dan minum
Sholat
Karyawan  Rapat
 Mengatur kegiatan administrasi
 Mengawasi dan mengatur
jalannya pertandingan
 Menyiapkan masalah teknis
 Mengurus pelayanan,
administrasi dan pemeliharaan
bangunan
 Makan dan minum
 Sholat
Pengelola  Memberi informasi
 Menjual tiket
 Menyewakan peralatan
 Mengawasi penggunaan
fasilitas
 Memberikan fasilitas P3K
 Makan dan minum
 Sholat
Penyewa Retail  Menjual makanan dan minuman
 Menjual perlengkapan olahraga
dan souvenir
10

 Ke toilet
 Sholat

b. Analisa kebutuhan ruang

Kebutuhan Ruang

Fasilitas Parkir  Main Entrance


 Ruang Parkir
Fasilitas Penerima  Exihibition Hall
 Lobby
Fasilitas Utama Bulu Tangkis
 Tiket Box
 Lapangan Bulu Tangkis
 R. Pemanasan
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 R. P3K
 Toilet
 Gudang
Voli
 Tiket Box
 Lapangan Voli
 R. Pemanasan
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 R. P3K
 Toilet
 Gudang
11

Tennis
 Tiket Box
 Lapangan Tennis
 R. Pemanasan
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 R. P3K
 Toilet
 Gudang
Basket
 Tiket Box
 Lapangan Basket
 R. Pemanasan
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 R. P3K
 Toilet
 Gudang
Futsal
 Tiket Box
 Lapangan Futsal
 R. Pemanasan
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 R. P3K
 Toilet
 Gudang
11

Kolam Renang
 Tiket Box
 Kolam Renang Tanding
 Kolam Loncat Indah
 Kolam Pemanasan
 R. Pemanasan
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 R. P3K
 Toilet
 Gudang
Fasilitas Penunjang Pusat Kebugaran
 Tiket Box
 Main Workout Area
 Cardio Area
 Dance Area
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 Toilet
 Gudang
Water Park
 Kolam Renang Rekreasi
 Tiket Box
 R. Ganti
 R. Bilas
 R. Loker
 Kantor Pengelola Lapangan
 Lavatory
 Gudang
Ruang Control
 R. Sound System
 R. Lighting System
 R. Scoring Board
 R. CCTV
11

Penunjang lain
 R. Medis
 R. Konferensi Pers
 R. Pos Keamanan
 Retail
Fasilitas Pengelola  Front Office
 R. Tamu
 R. Direktur
 R. Manajer
 R. Sekertaris
 R. Marketing
 R. Personalia
 R. Training Manager
 R. IT Support Officer
 R. Custumer Service
 R. Auditor Keuangan
 R. Administrasi
 R. Rapat
 R. Arsip
 Toilet
Fasilitas Utilitas  R. Panel Trafo
 R. Pompa
 R. Genset
 R. Maintance
 Tempat Sampah
 Gudang
Area Pendukung  Cafetaria
 Shopping Center
 Food Court
 Area Bermain Outdoor
 Area Bermain Indoor
 Lavotory
 Mushola
11

IV.3.4. Analisa Besaran Ruang

Analisa besaran ruang diperuntukan menilai hasil dari rata rata

besaran ruang yang harus digunakan sehingga dapat memperkirakan

lahan yang terpakai untuk kebutuhan masing masing kegiatan.

Terdapat beberapa jenis fasilitas yang diperkirakan yaitu :

1. Fasilitas Parkir : 7208 m2

2. Fasilitas Penerima : 1240 m2

3. Fasilitas Utama : 7800 m2

4. Fasilitas Penunjang : 3000 m2

5. Fasilitas Pengelola : 220 m2

6. Fasilitas Utilitas : 100 m2

7. Fasilitas Area Pendukung : 2240,85 m2

8. Free Area : 4830 m2

Total Luas Ruang : 26638,78 m2

Tabel yang merincikan besaran ruang terdapat di lampiran B.


11

IV.4. Analisa Bentukan Massa

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mendapatkan bentuk-bentuk

yang menjadi dasar Perancangan Sport Center di Bandar Lampung ini,

sehingga dapat menjadikan bangunan dan kawasan menjadi daya tarik

pengunjung, dasar yang di pertimbangkan adalah:

 Kondisi Tapak serta lingkungan

 Tuntutan jenis aktivitas dan penggunanya

 Karakter serta jenis ruang sesuai dengan kegiatannya

 Bentuk bentuk arsitektural

Bentuk bangunan menggunakan bentuk bentuk dasar sebagai acuan

dan mengoptimalkan berbagai bentuk sekitar site maupun merupakan

bentukan dari beberapa campuran serta bentuk flora maupun fauna yang

dapat di transformasikan ke desain.

A. Pendekatan konsep tata massa bangunan

Jumlah massa jamak dengan koneksi antar massa kerena

kebutuhan ruang yang menuntut penambahan fungsi, kelancaran

aktivitas sekaligus mempermudah sirkulasi dengan melihat kegiatan

karakter kegiatan.

 Bentuk massa yang mempunyai fleksibelitas dalam pengolahannya

 Bentuk massa yang menyesuaikan konsep secara arsitektural


11

B. Alternatif bentuk dasar massa

1. Lingkaran

Bentuk massa yang menggunakan lingkaran biasanya

tersifat stabil dan terpusat dalam lingkungan. Dengan meletakan

sebuah elemen disekitarnya dapat memberikan suatu kesan

gerak melingkar.

2. Segi enam / lima / tiga

Bentuk massa yang menggunakan bentukan segienam,

segilima maupun segitiga akan terkesan kokoh. Dengan desain

yang tepat bentuk dasar massa segitiga dapat membuat kesan

rapih dan formal. Segi enam merupakan bidang yang stabil pada

semua sisinya dan namun dapat juga didesain dinamis

3. Bujur sangkar

Bujur sangkar mempunyai arti kemurnian dan rasionalitas.

Bujur sangkar meupakan figure yang statis dan netral yang tidak

mempunyai kecenderungan arah. Persegi panjang lainnya dapat

dianggap sebagai variasi bentuk bujur sangkar dengan

penyimpangan penambahan panjang atau lebar..


11

C. Pemilihan bentuk massa

Gambar 4. 18 Pemilihan Bentuk Massa


(sumber : data pribadi)

Pemilihan bentuk dasar massa adalah segi enam. Segi enam

sendiri diambil dari bentukan dasar alam yaitu sarang lebah. Sarang

lebah merupakan tempat diproduksinya dan disimpan nya madu.

Berkonsep untuk mencapai kesehatan, Bandarlampung Sport Center

ini selain bangunan yang berfungsi memfasilitasi untuk pencapaian

kesehatan (olahraga) dan pedekatan eco architecture untuk

pencapaian kesehatan lingkungan, bentukan massa nya pun

berkonsep pencapaian kesehatan dengan cara mengambil konsep

sarang lebah sebagai konsepan massa dasar bangunannya.

Yang dimana sarang lebah merupakan tempat bernaungnya

madu yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan tubuh. Dengan

desain arsitektural bangunan sarang lebah ini akan dibuat sedemikian

mungkin sehingga terlihat modern, artistik dan fleksibel.


11

IV.5. Analisa Tampilan Arsitektur

Dasar pertimbangan :

 Tampilan bangunan terkesan modern

 Kemudahan layout ruang

 Fleksibilitas

Konsep tampilan bangunan Sport Center agar terkesan lebih modern

dan alami, diharapkan dapat menjadi sebuah bangunan yang dapat dalam

proses kreatifitas sehingga bisa memberikan nuansa baru di Kawasan

Wayhalim

A. Analisa tampilan arsitektur

Pada tampilan arsitektur di Sport Center ini terdapat beberapa aspek

yang telah dipertimbangkan dalam perancangan, diantaranya adalah :

 Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung di kawasan sport center

 Suasana yang ada pada lingkungan sport center

 Kondisi pengunjung dan sasaran

B. Solusi tampilan Arsitektur

Umumnya perancangan suatu bangunan mempunyai beberapa solusi

atau konsep tampilan arsitektur, Sport Center ini mempunyai beberapa

konsep tampilan arsitektur, diantaranya adalah :

 Bangunan mempunyai tampilan arsitektur yang sesuai dengan

konsep perancangan

 Bentuk bangunan dan tampilan bisa menjadi identitas bagi

bangunan sport center


11

IV.6. Analisa Struktur Utilitas

A. Sistem Utilitas

1. Sistem Jaringan Air Bersih

Dasar pertimbangan :

 Kuantitas kebutuhan air

 Sumber air bersih

 Air hujan (Saluran air hujan di tampung kemudian di olah

untuk pengisian air danau dan juga menyerapi vegetasi)

Solusi :

Untuk keperluan penggunaan air bersih menggunakan air bersih

dari air sumbur bor dengan didukung oleh air hujan yang telah

disterilisasi sebelum didistribusikan ke pengguna.

2. Sistem Jaringan Air Kotor

Dasar pertimbangan:

 Jenis buangan

 Dampak terhadap kualitas lingkungan site dan sekitarnya

 Efesiensi sistem pembuangan yang tepat

Saluran pembuangan air kotor dibedakan menjadi 3, yaitu:

 Air kotor sisa pembuangan cair, berasal dari bak mandi dan

westafel

 Air kotor yang mengandung kemak, berasal dari dapur dan

pantry

 Air kotor lavolatory , berasal dari WC


11

Solusi :

Sistem yang digunakan pada pembuangan air kotor dilakukan

dengan proses penetralisir limbah, dimana air kotor sebelum

dibuang harus melalui bak control dan penetral terlebih dahulu.

Sedangkan sistem tanpa proses penetralisir limbah dilakukan

terhadap air kotor dari WC yang di buang ke saptictank.

3. Listrik

Penggunaan listrik yang berasal dari :

 Penggunaan listrik negra (PLN)

 Generator (Genset), sebagai sumber listrik cadangan yang akan

beroperasi apabila sumber listrik pln mengalami gangguan

Solusi :

Digunakan sistem Automatic Switch sebagai sakelar otomatis yang

akan mengaktifkan genset pada saat listrik utama mati atau

mengalami gangguan. Agar suara dan getaran genset tidak

mengganggu kegiatan maka peletakan ruang genset harus

dijauhkan dari dibuat terpisah dari bangunan utama.

4. Sistem Penanggulangan Kebakaran

Sistem penanggulang kebankaran yang digunakan disana

digunakan untuk menanggulangi kebakaran yang bisa terjadi kapan

saja. Cara sistem penanggulangannya yaitu dengan cara, alat

pemadan kebakaran berupa hydrant yang harus diletakan di dalam

maupun luar bangunan. Hydrant harus diletakan dengan maksimal

jarak 35 meter / hydrant.


12

B. Sistem Struktur

Sistem struktur pada bangunan dirancang untuk menahan dan

menyalurkan gaya gravitasi bumi dan beban lateral ke tanah. Dalam

sebuah bangunan terdapat 3 bagian sistem struktur, yaitu struktur atas,

struktur tengah dan struktur bawah. Bangunan dengan fungsi sport

center memiliki karakteristik kegiatan yang mempengaruhi karakter

dari pada ruang dan bentuk bangunannya. Karakteristik yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan sistem struktur pada sport center.

Pondasi : Menggunakan pondasi yang dapat menahan tanah

yang merupakan tanah lempung yang memiliki

pergerakan. Cut- Fill pada tanah perlu dilakukan

guna menstabilisasi tanah dengan menggunakan

jenis tanah padas, tanah yang dicampur oleh kapur,

semen dan belerang sehingga pondasi aman dari

penurunan yang berkelebihan.

Badan/Dinding : Struktur dinding yang dipakai berupa dinding

yang mampu menyerap panas matahari dengan baik

fabrikasi batu bata ringan (campuran

pasirkapur,semen dan lain lain) atau drywall

memiliki karakteristik tahan api, kuat terdahap

tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara

dan menyerap panas matahari secara signifikan.


12

Atap : Struktur atap yang digunakan harus menyesuaikan

fungsi bangunan sport center yang perlu bebas

kolom, sehingga menggunakan bentang lebar untuk

atap nya. Untuk kerangka bangunan utama dan atap

kini material kayu sudah mulai digantikan material

baja ringan untuk mengurangi pembabatan hutan

kayu.
BAB VI

KESIMPULAN

V1.1Kesimpulan

Dari semua teori, metode, dan pembahasan yang telah di analisa di bab-

bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan :

1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa minat olahraga harus bersamaan

dengan tumbuhnya fasilitas olahraga.

2. Pembangunan merupakan salah satu faktor terbesar yang

menyumbangkan emisi terbanyak untuk global warming, sehingga

konsep konsep Eco-Architecture dapat dijadikan tolak ukur untuk

merencanakan sebuah pembangunan.

3. Setelah di analisis tapak, tapak yang digunakan untuk perancangan Sport

Center terdapat di jalan Sultan Agung merupakan tapak yang memiliki

kecocokan pada fungsi bangunan untuk berolahraga dan lingkungan nya

yang sangat mendukung.

4. Konsep konsep eco architecture diterapkan pada bangunan itu sendiri

maupun lingkungan, sehingga konsep tersebut mempunyai nilai

maksimal untuk mendirikan prinsip eco architecture tersebut.


153

5. Berkembangnya serta terdesainnya dengan baik bangunan sport center

yang telah menerapkan konsep eco architecture, dapat menjadikan

bangunan ini sebagai tempat olahraga yang menyenangkan, tempat

rekreasi maupun ruang public yang nyaman dinangui oleh semua

golongan masyarakat Bandar Lampung.

V1.2 Saran

Saran penulis adalah memperhatikan minat dan bakat merupakan

sesuatu yang penting untuk kemajuan suatu wilayah dan kualitas masyarakat

sekitar , dimulai dari mendirikan fasilitas yang dapat mendukung minat dan

bakat jadi masyarakat dapat melakukan olahraga rutin sehingga bersamaan

meningkatnya kualitas kesehatan dalam diri. Dengan menambahkan konsep

eco architecture sebagai pendekatan utama sebuah bangunan sangatlah

berdampak positif dikarenakan dapat meminimalisir kerusakan serta dapat

memperbaiki lingkungan yang semakin hari semakin rusak. Sebuah bangunan

sport center dengan konsep eco architecture yang bersinergi satu sama lain

dapat menciptakan sebuah produk yang sehat serta dapat meningkatkan

kualitas hidup atas kesehatan diri.


DAFTAR PUSTAKA

Ernest Neufert, 1994 : Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Erlangga.


Jakarta Ernest Neufert, 1994 : Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2,
Erlangga. Jakarta Heinz, Frick. 1998. Dasar-dasar Eko Arsitektur
Rencana Tata Ruang Wilayah Bandar Lampung Tahun 2011-2030, Bappeda Kota
Bandar Lampung
Bandar Lampung Dalam Angka,2018 : Badan Pusat Statistik Bandar Lampung
Rancangan Repelita III Tahun 1979/1980 – 1983/1984, Bappenas Indonesia
Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga 2018,
Departemen Pekerjaan Umum
Ardiani, Yanita Mila. 2015. Sustainable Architecture
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3, 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional, DPR Republik Indonesia
http://www.koni.or.id

http://www.library.binus.ac.id/

http://www.kemenpora.go.id/

http://www.staff.uny.ac.id/

http://www.kepmenpu.pdf

http://www.buildingindonesia.com

http://www.kemenpora.go.id/pdf

http:/www./eprints.undip.ac.id

https://www.issuu.com/lampungpost

http://www.etd.repository.ugm.ac.id

http://www.dpr.go.id

https://www.ecopireagentcy.com

http://www.jurnal.unpand.ac.id

https://www.ejournal.unsrat.ac.id

http://www.eprints.undip.ac.id

https://www.perpustakaan.id

http://www.tatamegahfutsal.com

http://www.etheses.uin-malang.ac.id

https://www.isibangunan.com

https://www.archdaily.com

http://www.gor.uny.ac.id

http://www.repository.usu.ac.id

http://www.portal.fmipa.itb.ac.id

http://www.gbcindonesia.org

http://www.turbinventilator.co.id

Anda mungkin juga menyukai