Skripsi
Oleh:
Skripsi
Oleh:
Nur Shabrina
NIM: 11140321000083
Di bawah bimbingan:
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya canfumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlak-u di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi
memperoleh gelar Sag'ana Agama (S. Ag) pada program studi Studi Agama-
agama.
Anggota,
Penguii II,
It
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan kenikmatan jasmani dan rohani, serta rahmat dan hidayah-Nya, dan
bisa menyelesaikan skripsi ini berkat pertolongan-Nya. Tidak lupa juga salam
serta sholawat terus saya ucapkan teruntuk Nabi Muhammad SAW semoga kelak
kita termasuk umat yang mendapat syafaat darinya. Serta doa untuk keluarganya,
sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan
salah satu tugas akhir yang harus saya selesaikan untuk menamatkan kuliah dan
Ushulludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan bisa
tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi dari banyak
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih sebanyak-
skripsi ini.
rasa terima kasih kepada beliau-beliau yang telah banyak berjasa dalam
1. Papah tercinta Maulana Hafid dan Mamah tercinta Ummi Salamah yang tidak
pernah lepas memberikan kasih sayangnya mulai dari kecil sampai waktu
yang tak terkira, Terima kasih selalu memberikan semangat, motivasi, kasih
sayang, dan doa yang tulus untuk kesuksesan penulis, dan juga untuk kakakku
vi
vii
tersayang Nafi Aisyah, dan adik-adikku Desy Afriany, Hanifah, & M. Yusuf
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A Selaku Rektor UIN
4. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ushuluddin dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku sekertaris Jurusan Studi
dukungan moril maupun materil sehingga saya bisa seperti sekarang ini.
Rifka Dwi Aryanti, Hujjatul Maryam, Sarah Swatika Perwira Ningrum Terima
viii
semua. Āmīn
agama angkatan 2014. Khususnya kepada Dede, Meli, Afida, Tika, Elva,
Windi, Wulan yang selalu mengisi hari-hari kuliah penulis dengan penuh
kenangan. Semoga kita semua tetap dalam ikatan silaturahmi dan jalinan
9. Teman-teman KKN KOMIKA-ku Saphira & Rifda si skripmate ku, Eli, Iffah,
Iis, Hani, Ninis, Anyzah, Azmi, Yaqub, Fitrah, Wildan, Haris, Arie, Adim,
Abdul terima kasih atas kebersamaan dan warna baru dalam perjalanan akhir
kuliah, semoga pertemanan kita akan terus berlanjut dan kita dapat terus
menjalin silaturahmi.
sepantasnya dan mendapatkan ridho dari Allah SWT Āmīn. Semoga penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umunya bagi para
pembaca agar selalu berpegang pada ajaran-ajaran Rasulullah Saw. Āmīn. Kritik
dan saran serta solusi sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
ix
x
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
2
Harsja W. Bachtiar, Agama dan Perubahan Sosial di Indonesia dalam buku “Kajian
Agama dan Masyarakat” (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Penelitian dan Pengembangan
Agama, 1993), h. 168.
3
Nella Sumika Putri, Pelaksanaan Kebebasan Beragama di Indonesia (External Freedom)
Dihubungkan Ijin Pembangunan Rumah Ibadah, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11 No. 2 Mei
2011,” h. 231.
4
Sosialisasi PBM & Tanya Jawabnya, cet IV (Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2016), h. 61.
1
2
lainnya.
yaitu rumah ibadah. Sementara itu, jika dilihat dari kuantitas penganut agama
maka agama akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu agama yang
perbedaan yang cukup signifikan antara golongan mayoritas dan minoritas ini
ibadah, seperti kasus pendirian Gereja Yasmin di Bogor, Gereja Santa Clara di
Filadelfia di Kab. Bekasi, GPIB Galilea Villa Galaxi di Bekasi, Mushalla al-
Qori di Bali, Gereja Katolik Paroki Kalvari di Kel. Lubang Buaya, Gereja
satu motif dari berbagai tindakan anarkis yang dilakukan atas dasar agama
ibadah.5 Misalnya, umat agama Islam yang berada di Papua dan Bali.
cukup sempit, penulis akan mengambil pengalaman kota Bekasi khusus umat
relasi Islam dan Kristen. Ketiga, Bekasi sendiri merupakan wilayah tinggal
Kecamatan Jati Sampurna. Gereja tersebut merupakan salah satu dari beberapa
FKUB tidak pernah menolak pembangunan rumah ibadah, tetapi kami hanya
5
Nella, Pelaksanaan Kebebasan Beragama di Indonesia (External Freedom)
Dihubungkan Ijin Pembangunan Rumah Ibadah, h. 231.
6
Diakses dari: http://www.beritasatu.com/megapolitan/173631-fui-halangi-
pembangunan-gereja-st-stanislaus-kostka-kranggan.html pada tanggal 14 Oktober 2018, pukul
23.29.
7
Wawancara dengan bapak Syafrudin selaku anggota FKUB pada tanggal 23 Oktober
2018.
4
dalam diri saya sebagai penulis, apa alasan masyarakat menolak pembangunan
gereja tersebut dan bagaimana akhirnya rumah ibadah umat Katolik ini bisa
berdiri.
Rumah Ibadah di Bekasi (Studi Pendirian Gereja St. Stanislaus Kostka di Kec.
Jati Sampurna)”
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
8
Wawancara langsung dengan Irfan Muhammad selaku masyarakat sekitar, pada tanggal
29 Oktober 2018.
5
2. Kegunaan Penelitian
kemudian hari.
D. Tinjauan Pustaka
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Tahun 2014. Skripsi
oleh pihak pemerintah Kabupaten Bekasi, serta dampak yang terjadi atas
Berawal pada Tanggal 07 April 2002 yang mana pihak Gereja Santa Maria
mendirikan gereja tanpa izin kepada Warga dan aparat yang lain, hingga
akhirnya berlanjut pada tanggal 12 maret tahun 2012 yang mana pihak
hingga sampai pada tahun 2014 yang mana bertepatan pada hari natal
pihak gereja telah melakukan cara yang tidak baik dengan memberikan
oleh panitia gereja dalam mendirikan rumah ibadah tidak sesuai dengan
ada warga Desa Bedahan yang beribadah disitu, warga Desa Bedahan
tidak memberikan izin untuk pembangunan. Bahkan dari tim FKUB pun
pendirian rumah ibadah yang terjadi di Tangerang. Pada tahun 1992 PGDP
setiap warga yang tanda tangan diberikan uang oleh Panitia Pembangunan
Tahun 2017. Skripsi berjudul “Konflik Isu Agama (Studi Kasus tentang
konflik isu agama yang terjadi di Kota Bekasi, konflik ini terjadi karena
pihak gereja serta MSUIB dengan Pemerintah Kota Bekasi, Kemenag dan
FKUB Kota Bekasi. Konflik ini memicu kekerasan yang terjadi di saat
gereja.
sebutkan di atas, penulis mencatat bahwa memang persoalan rumah ibadah ini
merupakan persoalan yang sangat krusial dengan berbagai faktor atau latar
belakangnya. Namun, hal lainnya adalah bahwa berbagai skripsi ini tidak
bisa berdiri dengan baik. Kemudian, riset-riset sebelumnya ini berbeda dengan
riset yang akan penulis lakukan. Riset yang akan penulis lakukan adalah riset
pembangunan rumah ibadah tersebut, tetapi dalam skripsi ini penulis juga
Gereja St. Stanislaus Kostka yang belum dilakukan penelitian oleh para
peneliti sebelumnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
hal ini pendekatan historis yang digunakan peneliti dalam tulisan ini
sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena
3. Sumber Penelitian
a. Sumber Data
seperti ini berarti berdasarkan sumber utama atau primer (primary data
sources), data yang diperoleh secara langsung dari sumber data ini
menggunakan data atau informasi yang sudah tersedia dari pihak lain
(secondary data sources). Data dari pihak lain ini disebut data
sumber sekunder.
Bekasi.
2011.
11
Abuzar Azra dan Puguh Bodro Irawan, Metodologi Penelitian Survei (Bogor: IN
MEDIA, 2015), h. 99-101.
13
September 2010.
Juli-September 2010.
b. Sumber Lapangan
yang ada.12
segala sesuatu hal yang diduga ada kaitannya. 14 Dalam hal ini
2) Wawancara
12
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 22.
13
Abuzar Asra dan Puguh, Metodologi Penelitian Survei, h. 105.
14
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003), h. 57-
58.
15
3) Analisa Dokumen
15
Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial (Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET, tanpa tahun), h. 97.
16
Sukandarrumidi, Metode Penelitian (Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS, 2012), h. 100-101.
16
5) Teknis Penulisan
F. Sistematika Penulisan
skripsi ini, penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab, dengan sistematika
penelitian.
17
BAB II: Bab ini membahas tentang teori-teori yang dipakai dalam skripsi ini
BAB III: Bab ini membahas mengenai dinamika kehidupan umat beragama di
Kota Bekasi serta sejarah mengenai Gereja St. Stanislaus Kostka dan
BAB IV: Bab ini menceritakan bagaimana konflik yang terjadi pada gereja
BAB V: Bab ini adalah penutup yang merupakan bagian akhir dari skripsi
keseluruhan permasalahan.
BAB II
A. Resolusi Konflik
Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem
hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan
Konflik berasal dari kata kerja bahasa Latin configere yang berarti
saling memukul. Dari bahasa Latin diadopsi ke dalam bahasa Inggris, conflict
atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan antara dua tokoh
seseorang pada apa yang ia persepsikan mengenai situasi atau perilaku dari
orang lain.
17
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 1.
18
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik. h. 4.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
20
Mohammad Syawaludiin, Memaknai Konflik dalam Perspektif Sosiologi melalui
Pendekatan Konflik Fungsional (Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan
Budaya Islam UIN Raden Fatah Palembang), h.3-8.
18
19
konflik mengenai klaim hak, pernyataan suatu hak, klaim atau tuntutan di
hukum.
atau lebih individu, kelompok, atau sistem sosial yang lebih besar yang
dirinya sendiri dan individu lain atau kelompok tentang kepentingan dan
sumber daya, keyakinan, nilai, atau praktek yang penting bagi mereka.
them.” Sebuah proses dinamis yang mencerminkan interaksi dari dua atau
ancaman, yaitu mau tidak mau harus melakukan perlawanan dengan segala
(kepentingan dan sumber daya, keyakinan, nilai, atau praktek yang penting)
kelompok lainnya.
pengaturan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik (self regulation) atau
melalui pengaturan sendiri terjadi jika para pihak yang terlibat konflik
atas (1) resolusi melalui pengadilan, (2) proses administratif, dan (3) resolusi
Resolusi konflik
(Conflict resolution)
Intervensi pihak
Mengatur sendri
ketiga (Third party
(Self regulation)
intervention)
Resolusi perselisihan
Proses administrasi
Pengadilan (Court alternatif
(Administration
process) (Alternative despute
process)
resolution)
Arbitrase
Mediasi (Mediation) Ombusman
(Arbitration)
tergantung pada keluaran konflik yang diharapkan, potensi lawan konflik, dan
situasi konflik. Tidak ada satu pola interaksi konflik yang terbaik untuk semua
tujuan dan semua situasi konflik. Berikut adalah pola interaksi konflik dalam
21
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik Teori, Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2016), h. 177.
23
upaya mencapai keluaran konflik yang diharapkan oleh pihak yang terlibat
konflik:22
(win&win solution)
terlibat konflik sering kali tidak mampu menyelesaikan konflik yang sudah
pengorbanan yang sangat besar. Akan tetapi, kedua belah pihak yang terlibat
muka sering terjadi jika konflik berkaitan dengan harga diri atau citra diri.
sebentar, kemudian mulai lagi. Kedua belah pihak akan kehabisan tenaga
Dalam keadaan seperti ini, intervensi pihak ketiga (third party intervention)
diperlukan. Intervensi pihak ketiga sering kali lebih bermanfaat jika keda
melalui pihak ketiga merupakan kontinum dari intervensi pihak ketiga yang
22
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 178-181.
24
Intervensi pihak ketiga terdiri atas (1) resolusi melalui pengadilan, (2)
pihak atau kedua belah pihak yang terlibat konflik menyerahkan solusi
permintaan hakim agar kedua belah pihak berdamai terlebih dahulu. Jika
solution. Jika salah satu atau kedua belah pihak tidak puas dengan keputusan
resolusi konflik melalui pihak ketiga yang dilakukan oleh lembaga negara
23
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 184.
25
perselisihan alternatif adalah resolusi konflik melalui pihak ketiga yang bukan
yudikatif dan eksekutif. Resolusi perselisihan alternatif ini terdiri atas mediasi
dan arbitrase.24
Practical Strategies for Resolving Conflict, yang dikutip oleh Haidlor Ali
d. Mediation: munculnya pihak ketiga yang diterima oleh kedua pihak karena
24
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 194.
25
Haidlor Ali Ahmad, Resolusi Konflik Keagamaan di Berbagai Daerah, (Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2014) h. 9-
10.
26
f. Arbritration: suatu proses tanpa paksaan dari para pihak berkonflik untuk
pendekatan ini.
memiliki kekuatan legal dan mungkin tidak dimiliki oleh pihak lewan.
dan krusial. Dengan pengelolaan konflik yang benar maka konflik gagasan,
(violent conflict). Dengan tata kelola konflik yang baik pihak-pihak yang
membuat salah satu pihak menderita kerugian baik secara material maupun
yang berkonflik.
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kepada hasil
tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
B. Mediasi Konflik
Secara bahasa, mediasi berasal dari bahasa latin, yaitu mediare yang
disagreement by helping the two sides to talk about and agree on a solution27,
secara istilah adalah proses di mana pihak yang bertikai ditengahi oleh pihak
26
Abdul Jamil Wahab, Manajemen Konflik Keagamaan (Analisis Latar Belakang Konflik
Keagamaan Aktual), (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 16.
27
Diakses dari: https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/mediation pada
tanggal 30 September 2019 pukul 12.30.
28
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
29
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 199.
28
tepat dan sesuai dengan harapan pihak yang bertikai.30 Penyelesaian konflik
melalui mediasi merupakan jenis resolusi konflik alternatif yang telah lama
dalam negosiasi atau konflik pihak ketiga yang dapat diterima yang
yang dipersengketakan.
30
Imam Taufiq, Membangun Damai melalui Mediasi: Studi terhadap Pemikiran Hamka
dalam Tafsir Al-Azhar, Jurnal Al-Tahrir, Vol. 14, No. 2 Mei 2014, h. 307-309.
31
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 199-200.
32
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 199.
29
pihak ketiga yang netral ('mediator') yang membantu pihak yang berselisih
suatu proses penyelesaian dari pihak ketiga yang dilakukan secara sukarela
dan juga netral. Kesukarelaan dan kenetaralan para pihak yang memediasi
bertujuan agar kegiatan dan tujuan utama mediasi bisa diterima oleh sepuruh
30
tuntutan kedua belah pihak yang bertikai. Kedua, Facilitative mediation, yaitu
mediasi yang bertujuan untuk menghindarkan pihak yang bertikai dari posisi
untuk mencari kesepakatan berdasarkan hak sah kedua belah pihak yang
(dari pertemuan dan isi mediasi), kesukarelaan (tidak ada paksaan dari pihak
adalah fasilitator) dan solusi yang unik (solusi tidak harus sesuai standar
33
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik¸ h. 200.
31
setuju untuk menengahi kedua belah pihak yang bertikai. Tahap kedua,
belah pihak yang bertikai dengan mengajak berdialog atas permasalahan dan
informal, diselesaikan oleh beberapa pihak yang bertikai sendiri, jangka waktu
sebagai suatu proses dari pihak ketiga secara sukarela serta netral, dan juga
34
Imam Taufiq, Membangun Damai melalui Mediasi, Jurnal Al-Tahrir, 307-309.
32
atau perbedaan tujuan dari satu individu dengan individu lain atau dari
ibadah juga sebagai tempat penyiaran agama dan tempat melakukan ibadah.
dasar dari tiap agama, yang berfungsi sebagai pusat peribadatan dan peradaban
35
Himpunan Peraturan Terkait Pendirian Rumah Ibadah, (Jakarta: Pusat Kerukunan
Umat Beragama Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2015) h. 29.
36
Ndaru Amirudin Wibisono, Manajemen Pengelolaan masjid Agung Magelang dalam
Pelayanan Ibadah pada Umat Islam, skripsi Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017, h. 1.
37
Titik Suwariyati, Studi Kasus Pembangunan Gereja Kristen Bethany Indonesia dan
Gereja Katolik Santo Gabriel di Perumnas Kota Baru Driyorejo Kecamatan Driyorejo Kabupaten
Gresik, “Hubungan Umat Beragama Studi Kasus Penutupan/Perselisihan Rumah Ibadah”
(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2012), Ed. Haidlor Ali Ahmad, ed I, cet. I, h. 135.
33
menjelaskan bahwa pendirian rumah ibadah perlu mendapat izin dari kepala
daerah atau pejabat pemerintah di bawahnya yang dikuasakan untuk itu. Latar
beberapa daerah terjadi aksi perusakan terhadap gedung gereja. Pada masa
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006, dan Nomor 8 Tahun 2006.38
Peraturan Bersama Menteri (PBM) No. 9/2006 dan No. 8/2006 merupakan
realisasi dari tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya revisi atas SKB
13 September 1969.
itu merupakan bagian dari kebebasan beragama. Dalam hal ini, kementerian
agama menjelaskan bahwa yang diatur oleh Peraturan Bersama ini bukanlah
melainkan hal-hal yang terkait dengan lalu lintas para pemeluk agama yang
juga warga negara Indonesia ketika mereka bertemu sesama warga negara
38
Binsar A Hutabarat, Evaluasi Terhadap Peraturan Bersama Menteri Tahun 2006
tentang Pendirian Rumah Ibadah, “Societas Dei”, Vol. 4, No. 1, April 2017, h. 9-10.
34
Karena itu pengaturan ini sama sekali tidak mengurangi kebebasan beragama
yang disebut dalam pasal 29 UUD 1945.39 Beribadat dan membangun rumah
ibadat adalah dua hal yang berbeda. Beribadat adalah ekspresi keagamaan
ibadat adalah tindakan yang berhubungan dengan warga negara lainnya karena
kepemilikan, kedekatan lokasi dan sebagainya. Karena itu maka prinsip yang
dianut dalam Peraturan Bersama ini ialah bahwa pendirian sebuah rumah
dalam waktu yang sama harus tetap menjaga kerukunan umat beragama dan
penggunaan gedung atau rumah tinggal sebagai tempat ibadah bersama secara
rutin tanpa izin dan tanpa rekomendasi dari FKUB, pembangunan rumah
39
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
40
Sosialisasi PBM & Tanya Jawabnya, h. 7-8.
41
M. Yusuf Arsy, Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011) Ed. I, cet. 1, h. xxii-xxiii.
35
ibadah tanpa izin sementara, kesulitan pendirian rumah ibadah bagi pemeluk
tanda tangan pengguna rumah ibadah dan dukungan warga. Masalah lain yaitu
dan Pendirian Rumah Ibadah” Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
pasal 14.43
telah melakukan pengaturan tentang hal ini. Di provinsi Riau misalnya diatur
syarat minimal 50 KK, dan di Bali diatur jumlah syarat minimal itu 100 KK.
42
M. Yusuf Arsy, Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia, h. xxii-xxiii.
43
Pasal 14: (1) Pendirian rumah ibadah harus mematuhi persyaratan adminidtratif dan
persyaratan teknis bangunan gedung. (2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan khusus meliputi: a. Daftar
nama dan Kartu Tanda Penduduk Pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 (sembilan puluh)
orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat (3); b. Dukungan masyarakat setempat palng sedikit 60 (enam
puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa; c. Rekomendasi tertulis kepala kantor
departemen agama kabupaten/kota; dan d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota. (3) Dalam
hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan
huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi
pembangunan rumah ibadah.
36
majelis agama menyepakati jumlah 90 orang tersebut. Ini berarti bahwa yang
pengguna rumah ibadah mencapai angka 90 orang dewasa yang dapat berasal
sedikit 60 orang, dapat dijelaskan bahwa angka itu sebenarnya menjadi tidak
mutlak, karna apabila dukungan masyarakat setempat yaitu 60 orang itu tidak
ibadat, hanya saja mungkin lokasinya digeser sedikit ke wilayah lain yang
tentang tata cara pemberian izin pendirian rumah ibadah di kota Bekasi.
44
Sosialisasi PBM & Tanya Jawabnya, h. 12-13.
45
Sosialisasi PBM & Tanya Jawabnya, h. 13.
37
pasal 2.46 Adapun tata cara penyelesaian persetujuannya terdapat dalam bab III
46
(1) warga masyarakat yang akan membangun rumah ibadah harus mendapatkan izin
Walikota, (2) izin Walikota, sebagimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui sebuah panitia. (3)
untuk melaksanakan pembangunan rumah ibadah yang telah mendapat izin Walikota, panitia harus
memperoleh IMB dari perangkat daerah yang berwenang mengeluarkan rekomendasi dimaksud.
47
Pasal 3: (1) Panitia mengajukan permohonan izin mendirikan rumah ibadah, dilengkapi
syarat-syarat administrasi kepada walikota melalui Kabag Kesos; (2) Persyaratan administrasi
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari: a. Susunan panitia yang terdiri dari warga
masyarakat setempat di daerah; b. Keterangan status kepemilikan tanah yang telah dikuasai
panitia/yayasan berbadan hukum; c. Gambar rencana bangunan dan perhitnan rencana biaya; d.
Siteplan dari pengembang, untuk pendirian rumah ibadah di lingkungan komplek perumahan; e.
Daftar jama’ah pengguna rumah ibadah yang berdomisili di wilayah setempat dibuktikan dengan
rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan
oleh pejabat setempat; f. Pernyataan tidak keberatan dari masyarakat lingkungan setempat paling
sedikit 60 (enam puluh) orang diketahui oleh RT dan RW dan disahkan oleh lurah dengan
melampirkan bukti rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP); g. Surat pengantar dari Lurah yang
diketahui oleh Camat; h. Advis Plaining dari Kepala Bappeda untuk pendirian rumah ibadah di
atas tanah fasos/fasum di lingkungan komplek perumahan; i. Surat pertimbangan Kepala Dinas
Solinbermas; j. Rekomendasi Kakan Depag; k. Rekomendasi FKUB. (3) Kabag Kesos
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini menerima dan meneliti kelengkapan berkas permohonan
sesuai yang ditetapkan pada ayat (2) pasal ini kemudian memberikan tanda terima berkas
permohonan lengkap atau mengembalikan berkas permohonan kepada panitia untuk permohonan
yang persyaratan administrasinya tidak atau belum lengkap; (4) Untuk mendapatkan syarat
administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, panitia mengajukan permohonan kepada
instansi/lembaga yang mengeluarkan persyaratan tersebut dengan mempertimbangkan kebtuhan
nyata dan sungguh-sungguh warga masyarakat, untuk tetap terciptanya ketenteraman, keamanan
dan ketertiban umum; (5) Masa berlaku surat-surat dan rekomendasi paling lama 6 (enam) blan
dan dapat diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali, untuk jangka waktu 6 (enam) bulan berikutnya.
Pasal 4: (1) Kabag Kesos sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini selanjtnya memproses
permohonan izin pendirian rumah ibadah dengan melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga
terkait, melakukan peninjauan lokasi yang dituangkan dalam berita acara; (2) Instansi/lembaga
terkait sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebuah tim yang ditetapkan oleh walikota;
(3) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini apabila memenuhi persyaratan
meliputi pemenuhan kebutuhan nyata, teknis perencanaan kota, pertimbangan keamanan dan
lingkungan, maka Kabag Kesos menyampaikan pertimbangan disertai Berita Acara kepada
walikota untuk mendapatkan izin atau menolak disertai alasan penolakan; (4) Izin atau penolakan
walikota disampaikan kepada panitia dan tembusannya disampaikan kepada instansi/lembaga
terkait.
Pasal 5: (1) Khusus untuk permohonan persetujuan pendirian rumah ibadah yang
menggunakan tanah sarana sosial atau tanah di bawah pengasaan pemerintah daerah, maka luas
tanah yang diizinkan akan diperhitngkan berdasarkan jumlah jama’ah; (2) Jumlah jama’ah kurang
dari 90 (sembilan puluh) orang, permohonannya ditolak; (3) Dasar perhitungan sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini, sebagai berikut: a. Untuk jumlah jama’ah sebanyak 90 s/d 150 orang,
paling banyak seluas 200 m2; b. Untuk jumlah jama’ah sebanyak 151 s/d 200 orang, paling banyak
seluas 500 m2; c. Untuk jumlah jama’ah sebanyak 201 s/d 300 orang, paling banyak seluas 1.500
m2; d. Untuk jumlah jama’ah lebih dari 300 orang, paling banyak seluas 4.000 m2.
Pasal 6: (1) Pemberian izin atau penolakan walikota, diproses paling lambat 90 (sembilan
puluh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap; (2) Izin walikota berlaku selama 6 (enam)
bulan sejak dikeluarkannya dan dapat diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali untuk jangka waktu
yang sama setelah diteliti oleh instansi/lembaga terkait; (3) Izin walikota merpakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh IMB. (4) Renovasi bangunan rumah ibadah yang telah memiliki
IMB, diproses sesuai dengan ketentuan sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi.
BAB III
memperlihatkan pola yang hampir sama. Satu sisi terdapat kearifan lokal yang
potensial bagi kerukunan. Kearifan lokal ini bisa bersifat keagamaan, namun
sebagian besar bersifat budaya. Justru karena sifatnya yang budayawi ini,
dalamnya dirinya sendiri sering konfliktual. Hal ini sekaligus menjadi dasar
Artinya, kearifan lokal ini tidak lahir dari ajaran agama tertentu. Ia lahir dan
ragamnya masyarakat Kota Bekasi, baik dari segi agama, budaya, etnis dan
48
Syaiful Arif, “Memaksimalkan Potensi Kerukunan,” dalam buku Menggali kearifan
memupuk kerukunan Peta Kerukunan dan Konflik Keagamaan di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, 2015), h. 1.
49
Rumah Ibadat di Kota Bekasi, (Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota
Bekasi, 2009), h. 11.
38
39
hidup berdampingan dengan umat lain. Sehingga kerukunan hidup antar umat
lintas-agama. Hal ini menjadi ruang strategis, sebab konflik keagamaan sering
sebagai salah satu kota yang intoleran, karena beberapa kasus konflik yang
pernah terjadi di daerah ini. Selain kasus-kasus konflik yang pernah terjadi,
intolerasi yang dilekatkan pada kota Bekasi juga sering dikorelasikan dengan
besarkan oleh media massa mainstream, ternyata kondisi objektif kota Bekasi
sejatinya menunjukkan fakta kerukunan yang cukup baik dan tingkat toleransi
50
Rumah Ibadat di Kota Bekasi, h. 11.
51
Syaiful Arif, “Memaksimalkan Potensi Kerukunan,” h. 2.
40
yang sangat tinggi. Kesimpulan ini didukung oleh banyak faktor, di antaranya
sebagai berikut.52
kota Bekasi ini dapat hidup berdampingan dengan baik, jika dianalisa secara
sekalipun.
52
Ibnu Hasan Muchtar, “Toleransi Beragama di Kota Bekasi,” di dalam buku Ahsanul
Khalikin dan Fathuri, ed., Toleransi Beragama di Daerah Rawan Konflik (Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, 2016), h. 44.
41
Melati
Jati Asih 327 16 0 1 1 0 348
Bantar 178 2 0 0 0 0 180
Gebang
Mustika 273 4 0 0 0 0 277
Jaya
Bekasi 312 45 1 0 4 1 363
Timur
Rawa 199 17 0 0 3 0 219
Lumbu
Bekasi 224 31 1 0 0 0 256
Selatan
Bekasi 283 23 1 1 0 0 308
Barat
Medan 180 25 1 0 0 0 206
Satria
Bekasi 380 43 2 0 2 0 427
Utara
Sumber: Kementerian Agama Kota Bekasi, 2019
yang berkembang cukup baik, dapat dilihat pada terpeliharanya rumah ibadat
dari berbagai agama yang ada di kota Bekasi, menurut data Kementerian
Agama, untuk Islam terdapat 1.144 masjid dan 1.786 mushola, Kristen
memiliki 78 gereja permanen dan 182 gereja berupa rumah, ruko, mall dan
berupa ruko. Agama Hindu memiliki 1 Pura Agung dan 1 Pura Prajapti.
salah satu kota yang telah melakukan sosialisasi Peraturan Bersama Menteri
(PBM) nomor 9 dan 8 tahun 2006 sampai tingkat kelurahan, selain itu
rumah ibadah, hal ini tentunya mendukung kerukunan dan toleransi di Kota
Bekasi. Dalam aspek sosial, pemerintah kota Bekasi juga memfasilitasi tempat
pemakaman umum (TPU) bagi semua pemeluk agama. Bahkan umat Hindu
diberikan bagian di TPU Pewiraan (Bekasi Utara), karna memang jarang ada
yang dimakamkan, bagian itu sudah sudah banyak dimanfaatkan oleh umat
lain, umat Hindu saat ini memanfaatkan TPU yang ada di Kampung Jaha, Jati
Asih.54
massa, selain itu pemerintah kota Bekasi dan Ormas yang ada juga terlibat
yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik
53
Data Penduduk dan Rumah Ibadat di Kota Bekasi Per Mei 2019 oleh Kementerian
Agama.
54
Ibnu Hasan Muchtar, “Toleransi Beragama di Kota Bekasi,” h. 45-46.
43
tua. Lebih dari itu prinsip-prinsip toleransi harus betul-betul bekerja mengatur
urusan teologi atau akidah dan ibadah, maka umat Islam meyakini dan
Katolik juga hampir sama dengan yang dimaknai oleh umat Islam. Toleransi
guru Buddha itu sendiri, di mana Buddha mengatakan bahwa kebenaran yang
dibawanya hanya segenggam tangan saja, dalam arti bahwa pada selain agama
55
Prof. H. Abd. Rahman Mas’ud,Ph.D, Toleransi Beragama Mahasiswa, (Jakarta:
Maloho Jaya Abadi Press, 2010), h. v.
44
empati dan simpati yang ditujukan kepada mereka yang memeluk ajaran
agama dan atau kepercayaan yang berbeda dari agama yang dianut, selain itu
memberikan yang leluasa bagi pemeluk agama lain untuk beraktivitas sesuai
dengan agama dan keyakinannya serta sikap tidak turut campur terhadap
Bekasi terlihat dalam hubungan sosial yang baik yang dilakukan oleh
1. Penyiaran Agama
Penyiaran agama kepada umat lain tidak disetujui oleh mayoritas umat
penyiaran agama terhadap umat lain diperbolehkan. Satu hal yang harus
sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku. Pendirian rumah ibadat
56
Ibnu Hasan Muchtar, “Toleransi Beragama di Kota Bekasi,” h.46-47.
57
Ibnu Hasan Muchtar, “Toleransi Beragama di Kota Bekasi,” h. 46-50.
45
adalah salah satu isu toleransi yang utama dan mengemuka di Kota Bekasi.
lain seperti SKB 3 Menteri, aturan tentang PBM dan peraturan Walikota
tenteng hal ini, hal ini diamini oleh umat agama lain.
peraturan yang ada, masyarakat Islam Kota Bekasi juga masih menilai
berbeda ikut membantu persiapan acara bahkan ikut hadir dalam acara
masing.
beda agama, tetapi ada sebagian agama lain (Kristen, Katolik, Hindu
6. Pengangkatan Anak
anak sebagai generasi harapan bangsa, boleh-boleh saja. Karena hal itu
ada kesepakatan antara kedua belah pihak dan anak mendapat hak asuh
toleransi beragama adalah faktor budaya berupa gotong royong dan saling
beragama.
pengurus rukun warga (RW). Di samping itu juga peran Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB) dan Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi juga
baik internal dalam satu agama maupun antarumat beragama. Untuk Kota
baik secara individu maupun secara terorganisir yang melembaga selain peran
yang mendapat support baik sarana maupun prasarana dari Pemda dan
terjadi. Umat Kristen dan Katolik pun menjadi dilema karena permasalahan
yang terjadi tidak hanya terkait jika ada pembangunan gereja tetapi
58
Ibnu Hasan Muchtar, “Toleransi Beragama di Kota Bekasi,” h. 54.
48
ruko.59
Agama Katolik adalah salah satu agama yang dianut warga Jati
mayoritas ketiga setelah Islam dan Protestan. Dari sisi populasi, data
penganut Agama Katolik di Kec. Jati Sampurna adalah 3308 jiwa. Berbeda
komunitas Umat Katolik di Jati Sampurna per Juni 2019 berjumlah sebanyak
664 Kepala Keluarga atau lebih jelasnya sebanyak 2406 jiwa. Dalam BIDUK,
lingkungannya.
59
Kustini, “Interaksi Antar Kelompok Pemeluk Agama pada Masyarakat Urban: Studi
Kasus di Kota Bekasi”. Jurnal Multikultural & Multireligius. Vol.X No.4, 2011, h. 934.
49
Sebaran Lingkungan
Andreas Avellino
Maria Ratu Rosari
Katarina Siena
4% 4%
4% 3%
Maria Ratu PSR
4%
10% Katarina Volpicelli
5%
Andreas Kim Tae Gon
5% Bernardino Realino
8%
Vincentius Palloti
6% Vincentius Paulus
7% Vincentius Ferrer
6% Vincentius Yen
Andreas Bobola
7%
6% Andreas Rasul
7% 7% Vinscentius Zaragoza
7% Andreas Corsini
Maria Ratu Surgawi
Andreas Fournet
umat, Andreas Bobola sebanyak 139 umat, Andreas Corsini sebanyak 105
umat, Andreas Fournet sebanyak 90 umat, Andreas Kim Tae Gon sebanyak
170 umat, Andreas Rasul sebanyak 126 umat, Bernardino Realino sebanyak
164 umat, Katarina Siena sebanyak 243 umat, Katarina Volpicelli 180 umat,
Maria Ratu PSR sebanyak 195 umat, Maria Ratu Rosari sebanyak 78 umat,
Maria Ratu Surgawi sebanyak 104 umat, Vincentius Ferrer sebanyak 150
umat, Vincentius Palloti sebanyak 158 umat, Vincentius Paulus sebanyak 158
umat, Vincentius Yen sebanyak 141 umat dan yang terakhir lingkungan
50
Sebaran Umur
2% 0%
8%
20% 0-14
15-29
30-44
23%
45-59
60-74
23%
75-89
90-104
24%
yang berjumlah 2406 orang yang terbagi berdasarkan sebaran umur, dapat
dilihat umat yang umurnya berkisar antara 0-14 tahun terdapat sebanyak 486
umat, lalu yang umurnya berkisar 15-29 tahun sebanyak 544 umat, lalu yang
umurnya 30-44 tahun sebanyak 597 umat, lalu yang umurnya 45-59 sebanyak
552, lalu yang umurnya 60-74 sebanyak 194 umat, lalu yang umurnya 75-89
60
BIDUK Gereja St. Stanislaus Kostka
61
BIDUK Gereja St. Stanislaus Kostka
51
Gereja St. Stanislaus Kostka adalah sebuah Gereja Stasi yang secara
Gereja Katolik St. Stanislaus Kostka, Kranggan, Jati Sampurna yang dipimpin
14 April 2013, dan memulai proses pembangunannya pada tahun 2014. Gereja
seluas 5100 m2 ini berdiri dan diresmikan pada tanggal 2 Juli 2017 oleh Uskup
62
Diakses dari: https://stanislauskostka.org/about/ pada hari Kamis tanggal 25 April 2017
pukul 21.12.
63
Diakses dari: https://www.kiblat.net/2013/10/03/kronologis-pendirian-gereja-
kalamiring-kranggan-jatisampurna-bekasi/ pada tanggal 9 Mei 2019 pukul 14.50.
52
Agung Jakarta (KAJ), Monsinyur Ignatius Suharyo. Kalau dilihat dari segi
tahun 80an. Sebenarnya tahun 80-an itu sudah mulai ada ide untuk
Karena waktu itu di sekitar Kranggan ini sudah mulai muncul perumahan-
yang Katolik, hanya beberapa keluarga saja waktu itu. Tapi karena mulai ada
sini, nah jumlahnya itu waktu itu sudah semakin banyak. Jadi, sekitar tahun
80-an, ada sekelompok umat yang tinggal di sekitar Kranggan ini yang
terdekat dari Jati Sampurna adalah Gereja St. Servatious yang berada di Kp.
Sawah, sedangkan jarak dari Jati Sampurna ke Kp. Sawah itu sekitar 7 km.
angkutan karena memang jalanannya ketika itu masih tanah, jadi ini hanya
bisa ditempuh dengan jalan kaki. Jika ditempuh dengan berjalan kaki,
perjalanan menuju Kp. Sawah itu ± 1 jam, karna kondisi jalannya yang
setapak dan jalannya juga belum padat, ada beberapa jalan yang masih
berlubang, intinya memang belum bisa dilalui oleh kendaraan. Lebih parahnya
lagi dalam kondisi hujan, jalan itu kemudian menjadi sangat sulit untuk
dilewati, karena jalanannya yang kebanyakan masih tanah menjadi becek, jadi
waktu tempuh bisa mencapai satu setengah jam bahkan hampir 2 jam. Hal ini
53
yang mendasari keinginan umat untuk membangun tempat ibadah yang dekat
Alasan lain dari pembangunan gereja ini adalah Kehadiran Gereja St.
Stanislaus Kostka ini merupakan kebutuhan riil umat sebagai konsekuensi dari
umatnya sudah hampir 9000. Letaknya di pinggir jalan. Jadi setiap ada
perayaan besar menimbulkan kemacetan yang luar biasa. kami merasa telah
memecah jadi dua, agar tidak terjadi kemacetan akut. kita menginginkan
supaya terbagi, karena umat telah mencapai 9000. Belum lagi umat dari
paroki lain yang beribadah di Kampung Sawah karena kekhasan budaya yang
64
Wawancara dengan bapak Natar Sinaga sebagai Ketua Dewan Stasi Gereja St.
Stanislaus Kostka pada tanggal 5 Januari 2019.
65
Andreas Pamakayo, “Ditolak, setelah Diresmikan Walikota,” Tabloid Reformata, Edisi
166, Tahun X, 1-31 Agustus 2013, h. 4.
BAB IV
Sebenarnya gagasan untuk mendirikan Gereja sudah ada dari tahun 80-an.
Pada tahun 80-an ada sekelompok umat yang tinggal di sekitar Kranggan ini
perumahan dan cluster baru. Lalu akhirnya pada tanggal 14 April 2013,
Gereja St. Stanislaus Kostka meletakkan batu pertamanya dan memulai proses
pembangunannya pada tahun 2014. Gereja seluas 5100 m 2 ini berdiri dan
diresmikan pada tanggal 2 Juli 2017 oleh Uskup Agung Jakarta (KAJ),
Gereja ini bisa dibilang tidak mulus. Karena sesaat setelah Gereja meletakkan
Sekitar 1000 warga yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI)
66
Diakses dari: https://www.kiblat.net/2013/10/03/kronologis-pendirian-gereja-
kalamiring-kranggan-jatisampurna-bekasi/ pada Tanggal 23 Mei 2019.
54
55
mendatangi kantor Kecamatan Jati Sampurna pada tanggal 3 Mei 2013 silam.
Kecamatan Jati Sampurna yang telah mengantongi izin dari pihak pemerintah
Pembangunan Gereja tersebut telah memanipulasi data KTP dan tanda tangan
warga dengan modus pemberian sembako kepada warga sekitar.68 Selain itu
daerah Jati Sampurna RW 04 kurang lebih hanya 3 kepala keluarga yang mana
ketika warga Jati Sampurna mendapatkan sembako dari panitia gereja yang di
mana ketika setelah warga pengambilan sembako tersebut diminta untuk tanda
tangan sebagai tanda terima sembako. Namun setelah itu warga dikagetkan
67
Andreas Pamakayo, “Ditolak, setelah Diresmikan Walikota,” Tabloid Reformata, Edisi
166, Tahun X, 1-31 Agustus 2013, h. 4.
68
Andreas Pamakayo, “Ditolak, setelah Diresmikan Walikota,” h. 4.
69
Wawancara dengan bapak K.H Athaillah selaku tokoh masyarakat di Jati Sampurna
pada tanggal 10 April 2019.
56
warga marah akan hal itu. Setelah itu terjadilah penolakan pembangunan
gereja St. Stanislaus Kostka, dan tokoh-tokoh masyarakat sebanyak 103 orang
karena warga Jati Sampurna merasa syarat yang diajukan panitia gereja St.
konflik.
rumah ibadah telah dipenuhi oleh panitia pembangunan gereja St. Stanislaus
sudah terjadi ketika mereka beribadah di satu tempat yang dijadikan Kapel
Lalu kemudian umat pindah lagi ke Kapel lain di perumahan Citra Grand,
tetapi Kapel itu sebenarnya bukan Kapel Katolik melainkan Kapel yang orang
70
Andreas Pamakayo, “Ditolak, setelah Diresmikan Walikota,” h. 4.
71
Wawancara dengan bapak K.H Athaillah selaku tokoh masyarakat di Jati Sampurna
pada tanggal 10 April 2019.
57
mengeluarkan IMB. Atas dasar IMB tersebutlah pihak gereja memulai proses
Nomor 6 Tahun 2011 tentang pendirian rumah ibadah.73 Pihak FKUB juga
langsung kepada warga yang dimintai tanda tangan bahwa benar adanya
FKUB dan Ketua RT 3 juga mengatakan bahwa tidak banyak dari warga
72
Wawancara dengan bapak Natar Sinaga sebagai Ketua Dewan Stasi Gereja St.
Stanislaus Kostka pada tanggal 5 Januari 2019.
73
Andreas Pamakayo, “Ditolak, setelah Diresmikan Walikota,” h. 4.
74
Wawancara dengan bapak H. Moch Nasrullah sebagai anggota FKUB pada tanggal 8
Juli 2019.
58
di antara para aktor dalam mencapai suatu tujuan tertntu, yaitu kepentingan.
ini, menurut penulis sendiri hal paling dasar yang menjadi latar belakang
pembangunan rumah ibadah itu sendiri. Lalu aktor-aktor yang terlibat dalam
bersama Forum Umat Islam (FUI) dan Front Pembela Islam (FPI) melawan
75
Wawancara dengan bapak Bonda selaku Ketua RT. 3, RW. 4, Kel. Jati Sampurna, Kec.
Jati Sampurna pada tanggal 1 April 2019.
76
Mohammad Syawaludiin, Memaknai Konflik dalam Perspektif Sosiologi melalui
Pendekatan Konflik Fungsional (Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan
Budaya Islam UIN Raden Fatah Palembang), h.3-8.
59
Gereja
Masyarakat Muslim Jati Sampurna bersama Forum Umat Islam (FUI)77 dan
Front Pembela Islam (FPI) 78 di mana mereka merupakan aktor utama dalam
konflik ini karena mereka yang awalnya menuntut dan menolak pembangunan
Gereja St. Stanislaus Kostka ini. Mereka merasa pembangunan Gereja St.
Stanislaus Kostka ini tidak boleh dilakukan karena masyarakat yang ada di
masyarakat juga takut dengan adanya niat lain, seperti Kristenisasi.79 Selain
itu, pembangunan Gereja St. Stanislaus Kostka ini juga dianggap mengganggu
77
Forum Umat Islam (FUI) adalah salah satu organisasi umat Islam yang ada di
Indonesia. FUI kerap menggagas demo bela Islam seperti Aksi 212.
78
Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Indonesia yang mengusung
pandangan Islamisme konservatif, FPI memiliki basis massa yang signifikan dan menjadi motor di
balik beberapa aksi pergerakan Islam di Indonesia, seperti Aksi 2 Desember pada 2016. FPI
dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (24 Rabiuts Tsani 1419 H) di halaman Pondok Pesantren Al
Um, Kampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis
Muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek. Pendirian organisasi ini
hanya empat bulan setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat
pemerintahan orde baru presiden tidak mentoleransi tindakan ekstrimis dalam bentuk apapun. FPI
pun berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di negara sekuler. Organisasi ini
dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan
Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan.
79
Kristenisasi adalah sebuah istilah yang umumnya merujuk pada upaya-upaya Kristen
untuk memurtadkan umat Islam dan meningkatkan pengaruh agama kristen kepada mayoritas
Muslim Indonesia. Kristenisasi adalah konversi individu ke kristen atau konversi seluruh
masyarakat sekaligus. Hal ini juga mencakup praktik mengubah praktik agama asli dan budaya,
citra agaa asal, situs dan kalender asli untuk menggunakan Kristen, karena upaya penyebaran
agama Kristen diyakini berdasarkan tradisi dari “Amanat Agung” yang disepakati oleh para uskup.
Orang Kristen di Indonesia menyebarkan agama mereka dengan menggunakan metode atau
bentuk-bentuk dari yang “hard” secara terang-terangan, sampai yang “soft” secara diam-diam dan
tersamar. (1) penyebaran agama lewat kesaksian pribadi (personal testimony), (2) penyebaran
agama dari rumah ke rumah, (3) penyebaran agama lewat apologetika, (4) penyebaran agama
lewat dialog bermartabat, (5) penyebaran agama lewat inkulturasi dan kontekstualisasi teologi, (6)
penyebaran agama lewat aktivitas diakonia, (7) penyebaran agama lewat penerjemahan Alkitab.
60
tersebut.80 Alasan kristenisasi ini telah banyak dijadikan alasan dalam upaya
kristenisasi itu telah berjalan. Dari wawancara yang penulis lakukan dengan
salah seorang penyuluh, di wilayah Jati Rangga dan Jati Raden terdapat
itu pun tidak dikenakan biaya, maka banyak masyarakat yang memilih
80
Wawancara dengan bapak K.H Athaillah selaku tokoh masyarakat di Jati Sampurna
pada tanggal 10 April 2019.
81
International Crisis Group, “Indonesia: “Christianisation” and Intolerance,” dalam
Policy Briefing Crisis Group Asia Briefing No 114, (Jakarta/Brussels: 24 November 2010), h. 2.
82
Wawancara dengan bapak Narya selaku Penyuluh di KUA Jati Sampurna pada tanggal
29 Oktober 2018.
83
Secara terminologi, kata diakonia artinya memberikan pertolongan atau pelayanan.
Sedangkan dalam bahasa Ibrani adalah pertolongan, penolong. Diakonia dalam bahasa Ibrani
disebut juga syeret yang artinya melayani. Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia
disebutkan diakonia (pelayanan 33 kali dipakai dalam Perjanjian Baru), diakonein (melayani) dan
diakonos (seorang pelayan 29 kali dipakai dalam Perjanjian Baru). Kemudian Istilah “diakonia”
dalam Kitab Perjanjian Lama adalah terdapat dalam Kitab Kejadian dikatakan, di sana bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, langit dan bumi serta isinya
adalah diciptakan oleh Allah sungguh amat baik (Kejadian 1:10-31). Allah juga membuktikan
pemeliharaan-Nya secara khsusus ditujukan kepada manusia, yaitu sebagai pelayanan. Manusia
sebagai wakil Allah untuk melayani-Nya dalam mengurus bumi dan isinya. Inilah panggilan
61
pelayanan gereja. Diakonia pada umumnya dipakai bagi aktivitas gereja yang
namun juga di luar orang yang seiman. Oleh karena itu, panggilan gereja
bekas ke panti-panti asuhan, pasar murah untuk penduduk miskin yang tinggal
menyekolahkan dan melatih para pengangguran dan orang miskin agar mereka
memiliki bekal pengetahuan praktis dan keahlian yang dapat membuat mereka
mereka sendiri, sehingga tidak menjadi parasit yang tak disukai orang lain.84
pertama bagi manusia untuk melayani dan sebagai manusia ciptaan Tuhan, seharusnya ia
melayani.
84
Krido Siswanto, “Tinjauan Teoritis dan Teologis terhadap Diakonia Transformatif
Gereja”, Jurnal Simpson, (STT Simpson Ungaran), h. 98.
62
(FUI) dan Front Pembela Islam (FPI) menolak keras agar pembangunan
keluran Jati Rangga. Alasan lain masyarakat dan para tokoh masyarakat
5. Terciptanya konflik antar warga sekitar lokasi dan mengarah pada konflik
85
Dokumen pernyataan penolakan pembangunan Gereja Katolik St. Stanislaus Kostka.
63
Masyarakat Muslim Jati Sampurna bersama Forum Umat Islam (FUI) Jati
bersumber dari hasil wawancara penulis dengan Tokoh Agama yang juga
pemilik salah satu Pondok Pesantren Tahfidz yang terletak tepat di belakang
bermusyawarah dengan tokoh agama lainnya dalam rangka meminta izin atas
pembangunan Gereja St. Stanislaus Kostka. Sebagai tokoh agama yang paling
Abdullah Musfiq juga dibenarkan oleh Pak Narya, seorang Penyuluh di KUA
Jati Sampurna yang juga seorang ustad di Jati Sampurna, “....dari sekian
‘disetir.’ Ustad yang punya Pondok Pesantren di Jati Sampurna saja tidak
86
Wawancara dengan bapak Abdullah Musfiq selaku Tokoh Agama di Jati Sampurna
pada tanggal 23 Mei 2019.
64
wawancara penulis dengan FKUB dan juga aparat pemerintah. Dari hasil
Agama Kota Bekasi, beliau mengatakan bahwa adalah hal yang wajar bagi
Kota Bekasi juga harus kembali kepada peraturan pemerintah yang ada
mengenai pendirian rumah ibadah, yaitu PBM No. 8 dan 9 tahun 2006 dan
nyata itu adalah jamaahnya benar-benar ada dan membutuhkan tempat untuk
beribadah dan yang kedua tidak mengganggu atau merusak kerukunan. Jika
merujuk kepada dua hal tadi, kasus Gereja St. Stanislaus Kostka ini,
sekitar yang diketahui oleh lurah, camat dan jajarannya. Karena semua
87
Wawancara dengan bapak Narya selaku Penyuluh di KUA Jati Sampurna pada tanggal
29 Oktober 2018.
65
“......menurut pribadi saya adalah hal yang wajar jika ada penolakan atau
kontra dalam pembangunan rumah ibadah, tetapi tetap hukum yang kami
juga. Karena yang diprotes dalam kasus ini oleh masyarakat adalah SK yang
pembangunan Gereja St. Stanislaus Kostka ini. Pihak FKUB Kota Bekasi
FKUB tidak mengambil pusing hal ini. Jika memang yang ditakutkan oleh
pernah mendengar bahwa ada warga Bekasi yang keluar dari agama Islam
hanya karna semobako ya. Menurut saya itu sangat kecil ya kemungkinannya,
88
Wawancara dengan bapak Raden Deden Taufiqurrahman selaku Humas di
Kementerian Agama di Kota Bekasi pada tanggal 24 Mei 2019.
89
Wawancara dengan bapak Moch Nashrullah selaku anggota FKUB pada tanggal 8 Juli
2019.
66
jika ingin mendirikan gereja setidaknya harus ada 40 orang pengguna rumah
ibadah yang tinggal di sekitar rumah ibadah yang akan dibangun. Selain itu,
beliau juga menilai pihak gereja sangat tidak sopan, beliau mengatakan
silaturahmi dengan tokoh-tokoh agama yang ada di sekitar rumah ibadah yang
banyak tokoh-tokoh agama dan ulama-ulama yang tidak didatangi atau diajak
di wilayah tersebut hanya sekitar 3 Kepala Keluarga saja. “Kenapa kita tolak
St. Stanislaus Kostka ini. “...yang sangat disayangkan oleh kami para ulama
dan juga masyarakat Kota Bekasi adalah kenapa pihak pemerintah malah ikut
90
Wawancara dengan bapak Abdullah Musfiq selaku Tokoh Agama di Jati Sampurna
pada tanggal 23 Mei 2019.
67
kami.”91 Dalam hal ini Walikota Bekasi dinilai memihak kepada pihak Panitia
digunakan oleh dua pihak yang berkonflik untuk mencapai sebuah titik
suatu proses penyelesaian dari pihak ketiga yang dilakukan secara sukarela
dan netral. Munculnya orang ketiga dalam konflik, yang diterima oleh
91
Wawancara dengan bapak K.H Athaillah selaku tokoh masyarakat di Jati Sampurna
pada tanggal 10 April 2019.
92
Haidlor Ali Ahmad, Resolusi Konflik Keagamaan di Berbagai Daerah, (Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2014) h. 9-
10.
68
kedua belah pihak dipandang bisa membantu para pihak berkonflik dalam
Kostka ini yang berperan sebagai mediator adalah lurah, camat, FKUB,
dari pihak yang terlibat konflik. Setiap ada pembangunan gereja di Kota
Kostka ini berupa Evaluative mediation. Karena hasil dari mediasi yang
di antara kedua belah pihak yang bertikai hingga pada akhirnya konflik ini
Pada Konflik Gereja St. Stanislaus Kostka ini, Pemerintah Kota Bekasi
94
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik Teori, h. 200.
95
Pasal 21 ayat (1) Peraturan Bersama Menteri No.9 dan 8 Tahun 2006.
70
setempat.97
pembangunan gereja.
96
Pasal 21 ayat (2) Peraturan Bersama Menteri No.9 dan 8 Tahun 2006.
97
Pasal 21 ayat (3) Peraturan Bersama Menteri No.9 dan 8 Tahun 2006.
98
Wawancara dengan bapak Syafrudin selaku anggota FKUB pada tanggal 4 Juli 2019.
71
dan peran dalam mengatasi konflik ini agar tidak menjadi konflik yang
hal ini harus menjadi perhatian karena tindakan anarkis yang lebih besar
bisa datang kapan saja. Dalam hal ini peran Pemerintah Kota Bekasi
semua aspirasi dari pihak yang terlibat konflik. Selain itu Pemerintah Kota
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) rumah ibadah. Hal itu dilakukan karna
menemukan kesepakatan.
Jika dilihat dari konflik-konflik rumah ibadah yang sudah terjadi, aktor
utama dalam konflik rumah ibadah adalah tokoh agama, maka pemerintah
Jika melihat konflik pembangunan Gereja St. Stanislaus Kostka ini tampak
menolak pendirian rumah ibadah. Masyarakat dan juga tokoh agama yang
ini.
72
memanggil para pihak yang bertikai dan sejumlah tokoh agama untuk
Langkah ini dilakukan untuk menjaga agar tidak ada kekerasan di kedua
belah pihak, dan konflik tidak terus berlanjut. Mediasi yang dilakukan
peradilan.99
2014 dan dibacakan pada hari Kamis, 20 Maret 2014 yang amarnya
sebagai berikut:
99
Abdul Jamil Wahab, Manajemen Konflik Keagamaan (Analisis Latar Belakang Konflik
Keagamaan Aktual), (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2014), h. 189-190.
73
Dalam penundaan:
administrasi lebih lanjut dari Surat Keputusan Tergugat berupa Surat Izin
2012;
Dalam Eksepsi:
dapat diterima;
biaya yang timbul dalam sengketa ini secara tanggung renteng sebesar
permohonan tuntutan penggugat dalam hal ini Walikota Bekasi dan Pihak
Forum Umat Islam (FUI) dan Front Pembela Islam (FPI) mengajukan
MENETAPKAN:
diterima;
Republik Indonesia;
Pemohon Kasasi;
karena kurangnya bukti dari pihak penggugat, akhirnya pihak Gereja St.
75
tentang PBM No. 8 dan 9 Tahun 2006 ini dengan melibatkan para tokoh-
tokoh agama dan juga tokoh masyarakat. Kehadiran tokoh agama dan
Karena para tokoh agama lah yang biasa dijadikan panutan oleh
100
Wawancara dengan bapak Syafrudin selaku anggota FKUB pada tanggal 4 Juli 2019.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
mediator Kemenag dan FKUB beserta Lurah dan Camat Jati Sampurna,
dengan para tokoh agama. Kemenag dan FKUB juga melakukan validasi
pada prosesnya pihak gereja dianggap telah memanipulasi tanda tangan warga
menolak pembangunan gereja tersebut, begitu juga dengan pihak gereja yang
Muslim Jati Sampurna bersama Forum Umat Islam (FUI) dan Front Pembela
konflik ini adalah mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada atau proses hukum
76
77
mengajukan gugatan kepada pihak Gereja dan juga Walikota Bekasi agar
mencabut IMB, pihak gereja hanya mengikuti proses gugatan sampai akhirnya
ke persidangan.
dalam hal ini pihak tergugat yakni pihak Panitia Pembangunan Gereja tidak
puas dengan hasil dari persidangan pertama, maka dari itu pihak tergugat
sidang banding tersebut yakni pihak gereja St. Stanislaus Kostka mendapatkan
B. Saran
kesimpulan yang sudah dijelaskan dari hasil penelitian maka ada beberapa
upaya dan langkah-langkah yang serius, aturan dalam PBM 2006 bukan
2. Bagi semua elemen kelompok agama dan juga masyarakat harus terus
faktor yang sangat penting. Dengan adanya komunikasi yang baik antara
prasangka.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad, Haidlor Ali. Resolusi Konflik Keagamaan di Berbagai Daerah. Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI, 2014.
Azra, Abuzar dan Puguh Bodro Irawan. Metodologi Penelitian Survei. Bogor: IN
MEDIA, 2015.
79
80
Rumah Ibadat di Kota Bekasi. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota
Bekasi, 2009.
Subyantoro, Arief dan FX. Suwarto. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik Teori, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Humanika, 2016.
DOKUMEN
BIDUK Gereja St. Stanislaus Kostka.
Data Penduduk dan Rumah Ibadat di Kota Bekasi Per Mei 2019 oleh Kementerian
Agama.
WAWANCARA
Wawancara dengan bapak Abdullah Musfiq selaku Tokoh Agama di Jati
Sampurna pada tanggal 23 Mei 2019.
Wawancara dengan bapak Narya selaku Penyuluh di KUA Jati Sampurna pada
tanggal 29 Oktober 2018.
Wawancara dengan bapak Natar Sinaga sebagai Ketua Dewan Stasi Gereja St.
Stanislaus Kostka pada tanggal 5 Januari 2019.
82
Wawancara dengan bapak Syafrudin selaku anggota FKUB pada tanggal 4 Juli
2019.
Wawancara dengan Pak Bonda selaku ketua RT di RT 3, RW. 04, Kelurahan Jati
Sampurna, Kec. Jati Sampurna pada tanggal 1 April 2019.
INTERNET
Diakses dari: http://www.beritasatu.com/megapolitan/173631-fui-halangi-
pembangunan-gereja-st-stanislaus-kostka-kranggan.html pada tanggal
14 Oktober 2018, pukul 23.29.
Lampiran I
TENTANG
KEBEBASAN BERAGAMA DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL
KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT
Pasal 13
(1) Pendirian rumah ibadah didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-
sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat
beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.
(2) Pendirian Rumah Ibadah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak menganggu
ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-
undangan.
(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah
kelurahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan
komposisi jumlah penduduk digunakan atas wilayah kecamatan atau
kabupaten/kota atau provinsi.
Pasal 14
(1) Pendirian rumah ibadah harus mematuhi persyaratan adminidtratif dan
persyaratan teknis bangunan gedung.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian
rumah ibadah harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:
a. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk Pengguna rumah ibadah paling
sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat
sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal
13 ayat (3);
b. Dukungan masyarakat setempat palng sedikit 60 (enam puluh) orang yang
disahkan oleh lurah/kepala desa;
c. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota;
dan
d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.
(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi
sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah
berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadah.
Pasal 15
Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2) huruf d
merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam
bentuk tertulis.
Pasal 16
(1) Permohonan pendirian rumah ibadah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadah kepada bupati/walikota
untuk memperoleh IMB rumah ibadah.
(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh)
hari sejak permohonan pendirian rumah ibadah diajukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 17
Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung
rumah ibadah yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan
rencana tata ruang wilayah.
TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI
KOTA BEKASI
WALIKOTA BEKASI,
Menetapkan: Peraturan Walikota Bekasi tentang “Tata Cara Pemberian Izin
Pendirian rumah Ibadat di Kota Bekasi” terdapat pada:
BAB II
PENDIRIAN RUMAH IBADAT
Pasal 2
(1) warga masyarakat yang akan membangun rumah ibadah harus mendapatkan
izin Walikota,
(2) izin Walikota, sebagimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui sebuah
panitia.
(3) untuk melaksanakan pembangunan rumah ibadah yang telah mendapat izin
Walikota, panitia harus memperoleh IMB dari perangkat daerah yang
berwenang mengeluarkan rekomendasi dimaksud.
BAB III
TATA CARA PENYELESAIAN PERSETUJUAN
Pasal 3
(1) Panitia mengajukan permohonan izin mendirikan rumah ibadah, dilengkapi
syarat-syarat administrasi kepada walikota melalui Kabag Kesos;
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari:
a. Susunan panitia yang terdiri dari warga masyarakat setempat di daerah;
b. Keterangan status kepemilikan tanah yang telah dikuasai panitia/yayasan
berbadan hukum;
c. Gambar rencana bangunan dan perhitnan rencana biaya
d. Siteplan dari pengembang, untuk pendirian rumah ibadah di lingkungan
komplek perumahan;
e. Daftar jama’ah pengguna rumah ibadah yang berdomisili di wilayah
setempat dibuktikan dengan rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) paling
sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat;
f. Pernyataan tidak keberatan dari masyarakat lingkungan setempat paling
sedikit 60 (enam puluh) orang diketahui oleh RT dan RW dan disahkan
oleh lurah dengan melampirkan bukti rekaman Kartu Tanda Penduduk
(KTP);
g. Surat pengantar dari Lurah yang diketahui oleh Camat;
h. Advis Plaining dari Kepala Bappeda untuk pendirian rumah ibadah di atas
tanah fasos/fasum di lingkungan komplek perumahan;
i. Surat pertimbangan Kepala Dinas Solinbermas;
j. Rekomendasi Kakan Depag;
k. Rekomendasi FKUB.
(3) Kabag Kesos sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini menerima dan meneliti
kelengkapan berkas permohonan sesuai yang ditetapkan pada ayat (2) pasal ini
kemudian memberikan tanda terima berkas permohonan lengkap atau
mengembalikan berkas permohonan kepada panitia untuk permohonan yang
persyaratan administrasinya tidak atau belum lengkap;
(4) Untuk mendapatkan syarat administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal
ini, panitia mengajukan permohonan kepada instansi/lembaga yang
mengeluarkan persyaratan tersebut dengan mempertimbangkan kebtuhan
nyata dan sungguh-sungguh warga masyarakat, untuk tetap terciptanya
ketenteraman, keamanan dan ketertiban umum;
(5) Masa berlaku surat-surat dan rekomendasi paling lama 6 (enam) blan dan
dapat diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali, untuk jangka waktu 6 (enam) bulan
berikutnya.
Pasal 4
(1) Kabag Kesos sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini selanjtnya memproses
permohonan izin pendirian rumah ibadah dengan melakukan koordinasi
dengan instansi/lembaga terkait, melakukan peninjauan lokasi yang
dituangkan dalam berita acara;
(2) Instansi/lembaga terkait sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah
sebuah tim yang ditetapkan oleh walikota;
(3) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini apabila memenuhi
persyaratan meliputi pemenuhan kebutuhan nyata, teknis perencanaan kota,
pertimbangan keamanan dan lingkungan, maka Kabag Kesos menyampaikan
pertimbangan disertai Berita Acara kepada walikota untuk mendapatkan izin
atau menolak disertai alasan penolakan;
(4) Izin atau penolakan walikota disampaikan kepada panitia dan tembusannya
disampaikan kepada instansi/lembaga terkait.
Pasal 5
(1) Khusus untuk permohonan persetujuan pendirian rumah ibadah yang
menggunakan tanah sarana sosial atau tanah di bawah pengasaan pemerintah
daerah, maka luas tanah yang diizinkan akan diperhitngkan berdasarkan
jumlah jama’ah;
(2) Jumlah jama’ah kurang dari 90 (sembilan puluh) orang, permohonannya
ditolak;
(3) Dasar perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, sebagai berikut:
a. Untuk jumlah jama’ah sebanyak 90 s/d 150 orang, paling banyak seluas
200 m2;
b. Untuk jumlah jama’ah sebanyak 151 s/d 200 orang, paling banyak seluas
500 m2;
c. Untuk jumlah jama’ah sebanyak 201 s/d 300 orang, paling banyak seluas
1.500 m2;
d. Untuk jumlah jama’ah lebih dari 300 orang, paling banyak seluas 4.000
m2.
Pasal 6
(1) Pemberian izin atau penolakan walikota, diproses paling lambat 90 (sembilan
puluh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap;
(2) Izin walikota berlaku selama 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya dan dapat
diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali untuk jangka waktu yang sama setelah
diteliti oleh instansi/lembaga terkait;
(3) Izin walikota merpakan salah satu persyaratan untuk memperoleh IMB.
(4) Renovasi bangunan rumah ibadah yang telah memiliki IMB, diproses sesuai
dengan ketentuan sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi.
Pasal 7
Renovasi bangunan rumah ibadat yang telah memiliki IMB, diproses sesuai
dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi.
Lampiran 2
DIALOG WAWANCARA DENGAN ANGGOTA FKUB KOTA BEKASI
1. Nama, jabatan?
H. Moch Nasrulloh, sebagai anggota di FKUB Kota Bekasi.
2. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang peraturan pembangunan rumah ibadah?
jika iya apa saja?
Iya, persyaratannya itu harus ada persetujuan dari warga sekitar 60 orang
dengan melampirkan KTP dan diketahui oleh lurah dan camat, jamaah yang
akan menggunakan rumah ibadah paling sedikit 90 orang, lalu harus ada
rekomendasi dari Kementerian Agama, FKUB.
3. Apakah bapak/ibu mengetahui mengenai konflik Gereja St. Stanislaus
Kostka?
Iya saya tahu
4. Apa pendapat bapak/ibu mengenai konflik pembangunan rumah ibadah Gereja
St. Stanislaus Kostka yang ditolak oleh masyarakat?
Kalau kami, sepanjang konflik tersebut bisa diselesaikan, kami tidak ada
masalah, kami kan hanya berdasarkan PBM. kita ini negara hukum. Ya kami
hanya sebagai saksi waktu itu kan, saksi bahwa disitu diijinkan ya kami
menyuarakan, kami berdasarkan fakta fakta memang sesuai yang ada disitu.
Kan di pengadilan pembuktian akhir. Memang mungkin waktu sidang pertama
pembuktiannya kurang kuat, setelah dikuatkan dengan bukti2 yang ada kan.
Memang tekanan-tekanan ada lah pasti, kami terus terang saja ya sebagai
muslim ya bilang tidak, tapi kalau sebagai orang FKUB kan harus ngikutin
PBM.
5. Apakah ada upaya mediasi antara pihak gereja dengan masyarakat yang
menolak?
Jadi gini kalau masyarakat sudah bilang tidak boleh kan pokoknya tidak boleh.
Tapi tetep ada mediasi, sebenarnya FKUB hanya administrasinya, benar tidak
60/90 itu, ada atau engga, surat-suratnya bagaimana, terus masalah orangnya
ada atau tidak. Mediasi itu difasilitasi oleh aparat setempat, seperti lurah,
camat, pasti ada. Kami juga dilibatkan untuk hadir, dan mediasi itu ada
beberapa kali, sebetulnya kalo mediasi yang kami hadiri itu pembuktian surat-
surat saja, panitia gerejanya juga aktif ke sana, karna terus terang aja selama
ini yang kami alami, biasanya gereja itu berjalan gak ada masalah tapi begitu
mau ijin rata-rata jadi masalah.
6. Apa pengaruh/dampak bagi masyarakat setelah terjadinya konflik?
Sekarang sih sudah tidak ada pengaruh ya, gerejanya sudah berjalan sudah
lama. Jadi menurut saya sudah tidak apa-apa. Ya karna memang, jadi gini, kita
terus terang saja trauma, jangan sampai gereja itu menjadi kristenisasi. Kami
di Bekasi sudah bisa dikatakan, apalagi dalam 15 tahun ini, tidak ada orang
masuk Kristen itu gara-gara indomie atau beras karung tidak ada, kan yang
dicurigakan seperti itu ya, yang saya pantau, misalnya dari muslim masuk
Kristen itu Cuma 1 kalo menurut saya, yaitu perkawinan, lainnya saya rasa
kecil sekali, mungkin ada ya mungkin, tapi kecil sekali. Mudah-mudahan lah
masalah kristenisasi itu kita jaga, mudah-mudahan tidak ada. Terus terang saja
kota Bekasi tingkat pendidikannya sudah bagus, kan yang di khawatirkan itu,
kami terus terang saja kami dari muslim terus memonitor.
7. Menurut bapak/ibu, apa yang harus dilakukan jika hal seperti ini terjadi lagi?
Jadi kami terus terang saja dari FKUB dan pemerintah itu selalu mengadakan
pertemuan lintas agama, selalu mensosialisasikan PBM, dan kami sudah
sampai ke tingkat RW, sosialisasi PBM. Artinya kami menerapkan, ini loh
yang kalo mendirikan rumah ibadah, entah itu gereja, masjid, pura, vihara,
atau klenteng tahapannya harus begini. Makanya kami sosialisasi tingkat kota
sudah, tingkat kecamatan sudah, tingkat kelurahan sudah, tingkat sebagian
RW kami sudah, nah anggaran tahun ini kami RW yang belom kebagian
sosialisasi kami akan sosialisasi. Artinya untuk pertanyaan itu saya jawab,
untuk meminimalisir terjadinya sengketa konflik adalah dari bawah. Boleh
dikatakan kami tiap sosialisasi dengan lintas agama kami panggil dari tokoh-
tokoh muslim, dari tokoh-tokoh masyarakat, kami sering mengadakan
pertemuan untuk meminimalkan konflik2 itu.
DIALOG WAWANCARA DENGAN KETUA DEWAN STASI GEREJA
ST.STANISLAUS KOSTKA
Nama: Bonda
Alamat: Kranggan Pasar
Pekerjaan: Wiraswasta
Nama: Narya
Alamat: Jl. Lembur I RT/RW: 002/004, Jati Rangga, Jati Sampurna, Bekasi.
Pekerjaan: Penyuluh Agama Islam (ASN)
Foto Bersama Bapak Natar Sinaga selaku Ketua Dewan Stasi Gereja St.
Stanislaus Kostka
Foto bersama Ust. Abdullah Musfiq selaku Tokoh Agama serta pemilik Pondok
Pesantren Al-Qomariyah
Foto bersama Bapak Moch. Nasrullah selaku Anggota FKUB Kota Bekasi
Foto bersama Bapak Raden Deden Taufiqurrahman selaku Humas di Kementerian
Agama Kota Bekasi
Kepada Yth.
Di
Tempat
Dengan hormat,
Bersama ini disampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayahrliah Jakarta sebagai berikut:
Nama : Nur Shabrina
NIM : i 1140321000083
Jurusan : Studi Agama-Agama
Semester :X(Sepuluh)
Tahun Akademik :2018 I 201,9
Bidang Akadelrik,
MA,, Ph.D
I 001/
Tembusan
Dekan Fakultas Ushuluddin