Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MID - PSIKOLOGI POLITIK

FENOMENA POLITIK

SATRIO PERWIRA NUSANTARA PUTRA (1771040025)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
Fenomena Pencitraan Dalam Perspektif Psikologi Politik

Istilah pencitraan mulai di perbincangkan dan populer pada saat menjelang


pilkada tahun 2015, yang pada saat itu semua pasangan calon berlomba-lomba,
seolah-olah menunjukan pribadi yang sempurna sebagai pemimpin kepada
masyarakat. Berbagai citra ditunjukan oleh pasangan calon seperti sikap yang begitu
ramah, murah hati, bahkan melakukan hal yang tidak biasa dilakukan oleh para
pejabat atau pemimpin lakukan demi menarik empati dari masyarakat.

Citra menurut Water Lippman, (1965) dalam makalah yang disusun oleh
Aritonah dkk, menjelaksan bahwa citra adalah dunia menurut persepsi kita, atau
Pictures in our head yang merupakan gambaran tentang realitas yang mungkin saja
tiddak sesuai dengan realitas. Menurut Musdalifah & Aris dalam jurnal nya yang
berjudul "Memahami Pencitraan Politik Melalui Pendekatan Mekanisme Pertahanan
Diri, menjelaskan bahwa dalam politik, pencitraan identik dengan perilaku pamer
(show off), berusaha untuk menonjolkan diri dengan melakukan perubahan hingga
simbol-simbol tertentu dengan tujuan untuk memudahkan para pemilih mengingat
partai ataupun calon. Intinya politik pencitraan dilakukan dengan tujuan agar orang
lain (pemilih) kagum, terpesona, dan memunculkan rasa kedekatan dengan pemilih
yang memang sengaja dibangun demi popularitas.

Salah satu contoh kasus politik pencitraan yang dilakukan oleh salah satu kontestan
politik yaitu Jokowi, sukses mendapatkan simpatik dari para pemilihnya, terbukti
dengan apa yang ia lakukan seperti blusukan, bertemu langsung dengan masyarakat,
hingga masuk ke saluran air. Dengan begitu, citra yang selama ini di bangun Jokowi,
sukses dalam setiap kontestasi pemilihan umum yang di ikuti nya, terbukti pada saat
pilgub DKI Jakarta, hingga Pilpres citra sebagai orang yang sederhana, dekat dengan
rakyat kecil, pekerja keras, memuluskannya menjadi Presiden Republik Indonesia 2
peroide.

Namun yang menjadi persoalan, pencitraan tidak selalu seiring sejalan dengan
kenyataan perilaku sesungguhnya. Politik mampu merubah perilaku dari orang yang
biasa saja menjadi luar biasa. Musdalifah & Aris mengatakan sring dijumpai seorang
politisi tampak seperti ada dorongan (paksaan) yang berlawanan dari apa yang
sesungguhnya. Seperti senyum yang terpaksa, memuji yang berlebihan, perilaku yang
terlihat sangat baik. Menurut Psikologi hal-hal tersebut merupakan sistem pertahanan
diri (defence mechanism) yaitu upaya menunjukan proses tak sadar yang melidungi si
Individu dari kecemasan dengan cara memutarbalikan kenyataan.
REFERENSI

Dachrud, M., & Soleman, A. 2015. Memahami pencitraan politik melalui pendekatan
mekanism pertahanan diri. Potret Pemikiran, 19 (2)

Handayani, A., Stefanu, A., & Ariyantoni, D. 2018. Fenomena pencitraan politik dalam
perspektif psikologi sosial Herbert Mead. Makalah. Universitas Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai