24071116078
Ada 3 poin penting dalam pembahasan ini, yaitu : Personal, Sosial dan Politis. Pembahasan
mengenai Karakter Hubungan Opini Publik dari 3 poin diatas menggambarkan bahwa bila suatu
kebijakan tidak ada yang absolute menerjemahkan permasalahan yang ada. Pragmatisme
berkehidupan sosial membuat sesuatu hal mengaburkan kebijakan yang menyelesaikan suatu
masalah. Dan jika melihat sebuah realitas di ruang publik, demokrasi yang dibangun oleh politisi
ini tidak pernah mencerminkan kepentingan publik/masyarakatnya justru kepentingan politisi itu
di framing atau dikemas seolah-olah untuk kepentingan masyarakat. Narasi yang dibentuk dan
dijalankan seolah-olah kebijakan itu penting, disini realitas opini publik berbeda jauh dengan
narasi-narasi yang digaungkan oleh pembuatan kebijakan. Opini publik pada dewasa ini sudah
dapat dimanipulasi, digiring untuk menghasilkan diksi yang seolah membentuk citra pembuat
kebijakan itu postif, buzzer adalah contoh nyata dalam kasus ini.
Media Politik
Dimasa dewasa ini media massa merupakan alat politik atau yang terafiliasi dengan partai politik
tertentu. Media massa adalah tempat yang strategis untuk menciptakan opini publik yang
menguntungkan politisi atau partai. Monopoli media massa sudah dianggap lumrah sekarang ini,
dinegara adidaya yang paling demokratis dan liberal media massa dikuasa oleh elit-elit partai.
Bila mengacu pada demokrasi yang dicita-cita oleh setiap edealis dan pemikir, demokrasi yang
bersih dan penuh penghormatan dalam setiap proses sudah punah. Media massa sebagai
fitrahnya yang menjadi wacth dog/ anjing penjaga menjadi sebuah ironi, karena media massa itu
sendiri dibiayayai dan dimodali oleh penguasa. Media massa dizaman sekarang hanyalah sebuah
accesoris partai politik/ alat partai politik untuk mengpropagandakan sesuatu hal demi
kepentingan partai