Anda di halaman 1dari 2

Review Materi Politik dan Media

Dalam perkembangannya, media massa memang sangat berpengaruh di wilayah kehidupan sosial,
budaya, ekonomi, hingga politik. Dari aspek sosial-budaya, media adalah institusi sosial yang membentuk
definisi dan citra realitas serta dianggap sebagai ekspresi sosial yang berlaku umum, secara ekonomis,
media adalah institusi bisnis yang membantu masyarakat untuk memperoleh keuntungan dari berbagai
usaha yang dilakoni, sedang dari aspek politik, media memberi ruang atau arena pertarungan diskursus
bagi kepentingan berbagai kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat demokratis.

Sekarang ini, fenomena pemanfaatan media massa sebagai alat politik bagi pertarungan
kepentingan elit tertentu telah menjadi gejala umum yang terus menjalar tidak hanya di ranah nasional
tetapi juga di daerah. Berbagai ajang pencitraan yang berlebihan, tendensi sikap yang diskriminatif
terhadap golongan atau tokoh tertentu, serta berbagai upaya pemelintiran substansi pemberitaan pun kerap
dengan mudah kita jumpai.

Kondisi seperti ini merupakan paradoks dilematis yang telah menciderai kehidupan masyarakat
demokratis, dimana setiap orang memiliki hak untuk memperoleh informasi publik yang objektif.
Sementara media massa sebagai sarana pemenuhan informasi paling mainstream justru mulai ditunggangi
oleh elit politik tertentu yang berkepentingan mengarahkan pilihan politik masyarakat kepada apa yang
dia munculkan sebagai pilihan tunggal.

Sebagai konsumen informasi, masyarakat tidak boleh terus menerus pasrah melihat keadaan ini,
nalar kritis haruslah dijadikan pedoman setiap menerima informasi publik dari media manapun. Jangan
pula kondisi ini membuat kita menjadi apatis dan cenderung tak pro aktif mengikuti perkembangan
informasi publik, karena justru hanya akan merugikan kita. Upaya konfirmasi dan komparasi dengan
media massa lain tentang suatu tema pemberitaan yang sama haruslah dijadikan pertimbangan sebelum
kita menentukan kesimpulan sendiri.

Pada masa sekarang, politik dan media sudah menjadi dua elemen yang saling mempengaruhi
dalam hal pemilu yang akan segera terlaksana pada beberapa bulan kedepan. Dalam beberapa fenomena
terakhir, media mainstream kerap disorot karena seolah media hanya menjadi brosur pemerintah. Mereka
seakan-akan menjadi Humas dari rezim sekarang. Ketika ada hal yang dianggap itu sebuah gerakkan
oposisi, media enggan memberitakan hal tersebut. Tetapi ketika ada sesuatu yang dianggap masyarakat
hal tersebut hanya untuk sebuah pencitraan bagi pemerintahan yang ada. Jadi sekarang yang terjadi adalah
media seakan membantu pemerintah untuk mengejar margin of electability.

Pers berguna untuk menggiring opini publik. Tetapi fenomena sekarang ini pers ingin
mengarahkan opini masyarakat terhadap porsi yang mereka inginkan yang dimana itu sudah di brief oleh
rezim sekarang. Akibatnya masyarakat saling memproduksi hoax dimana mana. Seharusnya hal tersebut
dapat ditertibkan dalam satu editorial pers nasional, tapi realitasnya, tidak ada editorial bermutu yang
tumbuh dalam rapat redaksi, sehingga public tidak punya pegangan.

Dikaitkan dengan aspek politik komunikasi, maka implikasi yang harus diperhatikan pada pemilu
langsung di Indonesia 2004 adalah tidak meratanya akses Para calon kepada media, khususnya televisi.
Terutama karena tidak semua calon memiliki jumlah dana yang relatif sama untuk dibelanjakan
sebagai iklan politik khususnya di televisi. Apalagi jika terdapat sebuah kedekatan khusus antara
pengelola media dengancalon tertentu, entah karena kedekatan psikologis dan hubungan pribadi maupun
karena orientasi politik pemilik media.

Tapi selain aspek tersebut, para pemilik media kini cenderung ikut terjun ke dalam dunia politik
dan mereka memiliki partai politik yang berafiliasi dengan partai koalisi yang sedang berkuasa. Dan
akhirnya media mainstream yang sudah berkoalisi tersebut seperti enggan memberitakan hal hal yang
mereka anggap itu melakukan subversiv terhadap pemerintahan yang ada. Pers telah subjektif terhadap
berita yang ada.

Dan harapan kedepannya semoga semakin mendekati Pilpres yang ada, media menjadi netral dan
tidak memihak terhadap salah satu kubu. Dan media seharusnya tidak ditunggangi oleh elit politk. Sesuai
yang telah dikatakan Dewan Pers Indonesia bahwa mereka telah melakukan deklarasi untuk menyatakan
mereka tidak memihak suatu kubu.

Nama : Zaki Irhamna An- Nafi’


NIM : 201810040311360
Kelas : Ilmu Komunikas / F

Anda mungkin juga menyukai