Anda di halaman 1dari 39

STANDAR ETIKA DAN KODE ETIK BIDAN

INDONESIA

PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA

(PP IBI)

Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018


KATA PENGANTAR

Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk
pelaksanaannya disahkan dalam rapat kerja nasional (Rakernas) IBI tahun 1991 sebagai
pedoman dalam berperilaku. Kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan
yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan pasal-pasal yang ada.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi IBI untuk para anggotanya.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam Kongres IBI. Kode etik bidan Indonesia
merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan tuntunan bagi
bidan untuk melaksanakan praktik kebidanan, baik yang berhubungan dengan klien,
keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi, dan dirinya sendiri.
Kode etik bidan Indonesia sejak disahkan pertama kalinya terus menerus
menyesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan dibidang kesehatan maupun
kebidanan.
Semoga dengan diperbaharuinya Buku ini, pelaksanaan Kode Etik Bidan dapat
diterapkan sesuai dengan standar pada setiap lini layanan yang diberikan serta mampu
meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan oleh Bidan Indonesia.

Tim Perumus
Pengurus Pusat IBI

2
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Sambutan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya Kongres XVI IBI 2018 dapat berjalan dengan lancar.
Kongres merupakan forum tertinggi tingkat nasional Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Melalui Kongres di evaluasi
pelaksanaan program selama lima tahun yang lalu dan disusun rencana
program lima tahun kedepan. Selain hal tersebut juga dilaksanakan pemilihan
Ketua Umum dan 4 (empat) Pengurus Harian Pengurus Pusat IBI periode 2018-
2023 serta pengesahan perangkat-perangkat organisasi.

Kongres XVI IBI 2018 telah dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober - 3 November
bertempat di JIEXPO Kemayoran Jakarta dengan kegiatan Sidang Organisasi
dan Sidang Ilmiah. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah,
Pengurus cabang, anggota dan utusan Institusi Pendidikan Kebidanan.

Salah satu keputusan Kongres tersebut adalah ditetapkan Standar Etika dan
Kode Etik Bidan Indonesia 2018 – 2023 dengan nomor 010/SKEP/Kongres
XVI/IBI/X/2018 dan diamanatkan kepada Pengurus Pusat IBI 2018 – 2023 untuk
menjadikan Standar Etika dan Kode Etik Bidan Indonesia tersebut sebagai
acuan dalam mengelola organisasi.

Naskah Standar Etika dan Kode Etik Bidan hasil Kongres tersebut diadakan
perbaikan redaksional oleh Tim Perumus, sehingga tersaji seperti dalam buku
ini, dengan harapan dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh semua jajaran
kepengurusan maupun anggota IBI seluruh Indonesia.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran Kongres
dan tersajinya buku Standar Etika dan Kode Etik Bidan Indonesia ini, semoga
amal ibadah kita mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jakarta, Desember 2018

Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes

Ketua Umum

3
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
4
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
5
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
SAMBUTAN KETUA UMUM IBI ........................................................................................... ii
KEPUTUSAN KONGRES XVI IBI 2018 ............................................................................... iii
SK PEMBERLAKUAN STANDAR PENDIDIKAN ............................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ v
I – KODE ETIK BIDAN INDONESIA ........................................................................................ 7
BAB I – KETENTUAN UMUM ................................................................................................. 8
BAB II – KEWAJIBAN UMUM BIDAN INDONESIA ............................................................ 9
BAB III – KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP KLIEN .......................................................... 10
BAB IV – KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TUGAS ......................................................... 11
BAB V – KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN
LAINNYA ........................................................................................................................... 12
BAB VI – KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESI ...................................................... 12
BAB VII – KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI ............................................ 13
BAB VIII – KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH, BANGSA DAN
TANAH AIR ........................................................................................................................... 14
BAB IX – PENUTUP ................................................................................................................ 14

II. STANDAR ETIKA ............................................................................................................... 16


A. Azas Umum Etika ........................................................................................................... 16
B. Standar Pelayanan Kebidanan .......................................................................................... 16

III. PEDOMAN IMPLEMENTASI KODE ETIK BIDAN INDONESIA ................................. 19


A. Permasalahan Etik ......................................................................................................... 19
B. Pencegahan Konflik dan Penyimpangan Etik ............................................................... 20
C. Peenyelesaian Masalah Etik ........................................................................................... 21
D. Pengambilan Keputusan Etis ......................................................................................... 25
E. Hak dan Kewajiban ....................................................................................................... 26
F. Alur Penanganan Dugaan Pelanggaran Etik................................................................... 28
G. Alur Proses Mediasi Jika Salah Satu Pihak Menyerahkan ke MPEB ............................ 29
H. Alur Proses Mediasi Jika Kedua Belah Pihak Menyerahkan ke MPEB ......................... 30
Lampiran .................................................................................................................................. 32
Rujukan ...................................................................................................................................... 38

6
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
I. KODE ETIK BIDAN INDONESIA

A. Pendahuluan
Kode etik profesi Bidan adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi baik selama menjalankan tugas profesinya maupun
dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya maka
kode etik bersifat dinamis, terus menerus berubah menyesuaikan situasi dan
kondisi yang terjadi. Perubahan kode etik Bidan Indonesia dilakukan melalui
kesepakatan dalam Konggres Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Kode etik Bidan Indonesia disusun mengacu pada kode etik profesi bidan
internasional (International Confederation of Midwives/ICM) yang disesuaikan
dengan kondisi masyarakat dan budaya Indonesia yang berazaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kode etik ini digunakan sebagai tuntunan bagi anggota Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) dalam melaksanakan pengabdian profesi bidan sesuai dengan keahlian
dan standar profesi serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tujuan ( perlu tujun umum dan khusus kah ?)


Tujuan disusunnya standar kode etik bidan ini untuk menjunjung tinggi
martabat dan citra profesi, melindungi masyarakat penerima pelayanan,
meningkatkan pengabdian para anggota serta meningkatkan kualitas pelayanan
profesi.

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program


pendidikan kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui
secara sah oleh pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan praktik kebidanan. (akan lebih pas bila pindah ke bab 1 Ketentuan
umum )

BAB I

7
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
KETENTUAN UMUM

1. Etika adalah ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni
tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan
moral pada umumnya.
2. Etika bidan adalah pedoman tingkah laku atau perilaku bidan yang baik dan
benar, yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh bidan sesuai
dengan prinsip moral profesi bidan.
3. Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi dan diterapkan oleh
setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
kehidupan di masyarakat.
4. Kode etik bidan adalah seperangkat norma yang disepakati oleh organisasi
profesi Ikatan Bidan Indonesia untuk melaksanakan tugas profesi.
5. Pelayanan kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi maupun rujukan untuk mencapai kualitas kesehatan ibu,
bayi dan balita yang optimal.
6. Majelis Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) merupakan majelis independen
IBI , yang berfungsi menegakkan disiplin anggotanya dalam penerapan
kode etik profesi bidan untuk mewujudkan akuntabilitas profesi, sesuai nilai
profesionalisme, dan keluhuran profesi.

8
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
BAB II
KEWAJIBAN UMUM BIDAN INDONESIA
Pasal 1

Bidan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah profesi


Bidan serta berpegang teguh pada falsafah kebidanan dalam melaksanakan
tugas pengabdiannya secara professional

Pasal 2

Bidan harus melakukan tugas profesinya menurut standar etika profesi Bidan

Pasal 3

Bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan


martabat kemanusiaan, tidak dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan
pribadi atau golongan yang mengakibatkan hilangnya kebebasan profesi.

Pasal 4

Bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan


klien

Pasal 5

Bidan senantiasa menciptakan suasana yang kondusif, mendorong partisipasi


klien, setiap tindakan atau nasehat hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan klien.

Pasal 6

Bidan tidak dibenarkan menyebarluaskan dan menerapkan setiap penemuan,


metode dan atau teknik baru yang belum diuji kebenarannya.

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang bidan harus mengutamakan


kepentingan masyarakat, menekankan pada aspek promotif dan preventif serta

9
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
rehabilitatif, tanpa mengabaikan kuratif sesuai kewenangan dan kebijakan yang
berlaku.

Pasal 8

Bidan dalam melakukan tugasnya dapat bekerja secara mandiri,


kolaborasi/kerjasama, dan atau rujukan, harus saling menghargai dan
menghormati untuk menciptakan suasana kerja yang selaras.

Pasal 9

Bidan dalam melaksanakan tugas profesinya harus berlaku adil, jujur, tidak
diskriminatif dan tidak menghakimi klien.

BAB III
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP KLIEN

Pasal 10

Bidan harus senantiasa memahami dan melaksanakan kewajiban kemanusiaan


untuk melindungi kehidupan makhluk insani.

Pasal 11

Bidan menghormati hak asasi manusia sejak dalam kandungan dan dilarang
melakukan tindakan yang melanggar peraturan perundang-undangan

Pasal 12

Bidan menggunakan multidisiplin ilmu dalam mendukung keterampilannya


untuk kepentingan yang bermanfaat bagi klien.

10
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Pasal 13

Bidan wajib menghormati hak klien

Pasal 14

Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan
privasinya, bahkan juga setelah klien itu meninggal dunia kecuali diminta
sebagai saksi didepan pengadilan

Pasal 15

Bidan wajib melakukan pertolongan kegawatdaruratan untuk penyelamatan


jiwa.

BAB IV
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP TUGAS
Pasal 16

Bidan senantiasa memberikan pelayanan berkualitas kepada klien, keluarga


dan masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangan

Pasal 17

Bidan harus menjaga kerahasiaan informasi dan/atau data klien, kecuali bila
diminta oleh pengadilan sehubungan kepentingan klien.

Pasal 18

Bidan memberikan pelayanan kepada masyarakat wajib menghormati


keragaman budaya setempat dan meminimalisir praktik budaya yang berbahaya

11
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Pasal 19

Bidan menggunakan ilmu dan teknologi terkini, berbasis bukti pengetahuan


profesional untuk memastikan praktik yang aman di semua tatanan pelayanan
kesehatan, lingkungan dan budaya.

Pasal 20

Bidan dalam melaksanakan tugasnya harus mendapat persetujuan dari klien


dan atau keluarganya atas tindakan yang akan dilakukan setelah memberikan
informasi yang jelas serta mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan
standar;

BAB V

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA


KESEHATAN LAINNYA

Pasal 21

Bidan harus menjalin hubungan baik dengan teman sejawatnya dan tenaga
kesehatan lainnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi dan harmonis.

BAB VI

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESI

Pasal 22

Bidan mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, menghargai dan


mendukung proses fisiologis.

Pasal 23

Bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

12
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Pasal 24

Bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan


profesional sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pasal 25

Bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah
lainnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesi.

BAB VII

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 26

Bidan harus memelihara kesehatan dirinya agar dapat melaksanakan tugas


profesinya dengan baik dan benar

Pasal 27

Bidan senantiasa mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan,


keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan/atau pelatihan dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan serta tetap menjaga nilai-nilai luhur profesi.

Pasal 28

Bidan dalam melaksanakan tugas harus berpenampilan baik sesuai dengan


tugas profesi

13
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Pasal 29

Bidan harus menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang bidan


professional.

BAB VIII
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH, BANGSA DAN
TANAH AIR

Pasal 30

Bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan kebijakan


pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak, kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana

Pasal 31

Bidan ikut serta dalam pengembangan kebijakan pemerintah untuk peningkatan


mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak,
kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana.

BAB IX

PENUTUP

Pasal 32

Bidan dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan kompetensi,


kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi,
standar prosedur operasional.

14
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Pasal 33

Bidan wajib berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
Pelanggaran kode etik akan diberikan sanksi, pemberian sanksi tergantung dari
sifat pelanggaran yang dilakukan

Pasal 34

Pemantauan pelaksanaan Etika Profesi Bidan dilaksanakan oleh Majelis


Pertimbangan Etik Bidan, sesuai dengan AD/ART IBI

Pasal 35

MPEB memiliki tugas pembinaan anggota, advokasi dan atau mediasi terhadap
permasalahan etik dan kasus hukum yang dihadapi anggota.

15
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
II. STANDAR ETIKA

Standar adalah ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai
tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran yang telah
ditetapkan.
Standar etika Profesi adalah Sikap etis yang dimiliki oelh seoarang profesional
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sikap hidup dalam menjalakan tugasnya
dan penerapan Standar Etika umum pada khusus (profesi) dalam kehidupan
manusia
Etika adalah ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan
yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada
umumnya.( seudah ada dalam Bab 1 Ketentuan umum )
Etika bidan adalah pedoman tingkah laku atau perilaku bidan yang baik dan benar,
yakni tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh bidan sesuai dengan prinsip
moral profesi bidan.(sudah ada dalam bab 1)
A. Azas Umum Etika
Azas umum etika terdiri dari:
1. Beneficience : Kewajiban berbuat baik
2. Non maleficience : Bertindak tidak memperburuk kondisi klien
3. Respect for Person
a. Autonomy : Menghormati hak klien dalam mengambil keputusan
b. Privacy : Hak klien untuk dilayani sebagai pribadi
c. Telling the truth: Berkata jujur dan benar
d. Confidentiality : Menjaga kerahasiaan kondisi penyakit klien
4. Justice : Keadilan

B. Standar Pelayanan Kebidanan


Bidan sebagai tenaga pemberi pelayanan kebidanan, hendaknya menyiapkan diri
untuk mengantisipasi perubahan kebutuhan klien akan pelayanan kebidanan.
Dalam standar ini dibahas tentang :
1. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan diberikan oleh bidan secara holistik, dengan
memperhatikan aspek bio, psiko sosio dan kultural sesuai kebutuhan klien.

16
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Klien memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Semangat untuk melayani.
b. Simpati.
c. Empati.
d. Tulus ikhlas.
e. Memberikan kepuasan

2. Dokumentasi Pelayanan Kebidanan


Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti bahan pustaka, baik
berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya, seperti pita
suara/cassette, video film, gambar dan photo (Suyono Trimo, 1987 hal 7).
Kegunaan dokumentasi adalah sebagai berikut :
a. Data atau fakta yang dapat dipakai untuk kebeerlangsungan asuhan ,
b. Sebagai bahan pengembangan keilmuan atau penelitian .
c. Merupakan alat untuk mengambil keputusan, perencanaan, Monitoring
evaluasi.
d. Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan terpelihara
dengan baik

Prinsip Dokumentasi
a. Tulisan Jelas
b. Mudah dibaca
c. Menggunakan istilah, simbol yang lazim digunakan
d. Isi dokumentasi meliputi 5W1H (What, Who , When Where, Why,How )
- What : Apa -> Menjelaskan / menayakan tentang inti dari
kejadian / apa yang terjadi
- Who : Siapa -> pertanyaan yang menjurus pada subyek atau
pelaku dari peristiwa atau masalah yang terjadi
- When : Kapan -> menitik beratkan pada keterangan waktu perihal
masalah atau peristiwa yang terjadi .

17
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
- Where : Dimana -> menjadi salah satu keterangan yang menjelaska
menjelaskan tempat suatu kejadian/masalah terjadi
- Why : Mengapa -> Menitik beratkan pada alasan atau latar belakang dari
peristiwa atau masalah yang diulas / yang terjadi
How : Bagaimana -> menitik beratkan pada cara penjelasan dan deskripsi
suatu peristiwa bisa terjadi .Unsur ini menjadi pernyataan yang
mendukung dari unsur whay telah terjabarkan sebelumnya digunakan

3. Keikutsertaan Suami Klien Dalam Proses Persalinan


Kehadiran suami untuk mendampingi istrinya saat melahirkan sangat
diharapkan, einkin et-all, 2002 meneliti, pendampingan oleh suami dan atau
keluarganya akan memperlancar proses persalinan. karena support kepada
istrinya, akan memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga kelahiran akan
berjalan lancar dan normal

4. Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan klien, kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan
kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan klien yang dilayani oleh
bidan.

18
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
III. PEDOMAN IMPLEMENTASI KODE ETIK BIDAN INDONESIA
Bidan dalam menjalankan tugas profesinya wajib mematuhi kode etik profesi yang
telah disepakati, agar dalam pelaksanaannya terstandar maka perlu dibuat pedoman
dalam implementasinya. Pedoman implementasi berdasarkan pada :

A. PERMASALAHAN ETIK
1. Permasalahan Etik Dalam Kehidupan Sehari-Hari
a. Persetujuan dalam proses melahirkan
b. Memilih/mengambil keputusan dalam persalinan
2. Masalah Etik Yang Berhubungan Dengan Teknologi
a. Perawatan intensive pada bayi
b. Skrening terhadap bayi
c. Transplantasi bayi
d. Teknik reproduksi dan kebidanan
3. Etik Dan Profesi
a. Pengembalian keputusan dan penggunaan Kode Etik
b. Otonomi bidan dan Kode Etik Profesi
c. Etik dalam penelitian kebidanan
d. Penelitian tentang masalah yang sensitif
4. Issue Etik Dan Dilema Etik
a. Agama/kepercayaan
b. Hubungan dengan klien
c. Hubungan dokter dengan bidan/perawat
d. Kebenaran
e. Pengambilan keputusan
f. Pengambilan data
g. Kematian Kerahasiaan
h. Aborsi
i. Aids
j. Invitro fertilization

19
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
B. PENCEGAHAN KONFLIK DAN PENYIMPANGAN ETIK

1. Informed Choice
Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) harus
dibedakan dari persetujuan (consent). Persetujuan penting dari sudut
pandang Bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan
otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan oleh Bidan. Sedangkan
pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (sebagai konsumen
penerima jasa asuhan Bidan) yang memberikan gambaran pemahaman
masalah yang sesungguhnya.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran
Bidan tidak hanya membuat keputusan dalam manajemen asuhan kebidanan
tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan
yang dinyatakan oleh ICM 1993.

2. Informed Consent
Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau walinya
yang berhak untuk dilakukan suatu tindakan kebidanan terhadap klien
sesudah memperoleh informasi lengkap dari bidan kepada klien sebelum
suatu asuhan kebidanan diberikan . Hal ini penting dilakukan karena setiap
klien berhak mengetahui risiko dan manfaat dari asuhan yang akan
dijalaninya guna mencegah kesalah fahaman yang seringkali mengangap
suatu asuhan kebidanan sebagai suatu malpraktik jika hasilnya tidak sesuai
harapan .Dalam formulir informed concent mencakup :
- Identitas pasien dan bidan
- Nama diagnosa atau informasi mengenai diagnosa
- Jenis prosedur asuhan yang akan dilakukan
- Risiko dan manfaat dari asuhan yang akan diberikan / dilakukan
- Risiko dan manfaat alternatif asuhan / tindakan jika tidak memilih
prosedur tersebut

20
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
- Perkiraan biaya asuhan / tindakan yang akan diberikan / dilakukan
Setelah klien membaca dan menyetujui informed consent artinya klien tersebut :
- Menerima semua informasi tentang asuhan / tindakan yang akan
diberikan
- Memahami informasi yang diberikan dan memiliki kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan
- Memutuskan apakah akan menjalani asuhan / tindakan yang akan
dijalaninya atau menolak asuhan / tindakan tersebut .
Jika klien setuju untuk menjalani Asuhan / tindakan yang akan diberikan .
dilakukan , bidan meminta klien untuk menandatangani surat / form informed
consent yang menyatakan persetujuan. , namun apabila klien menolak untuk
menandatangani maka klien diminta untuk menadatangani penolakan asuhan /
tindakan yang akan dilakukan dan memahami konsekuensi atas pilihan
penolakan tersebut.

3. Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang
terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan
bertentangan
Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu
kesepakatan melalui diskusi formal

4. Persuasi
Persuasi adalah komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan
meyakinkan orang lain. Melalui persuasi setiap individu mencoba berusaha
mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang lain.

C. PENYELESAIAN MASALAH ETIK


1. Tugas MPEB
Majelis Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) merupakan suatu komponen
dalam struktur organisasi IBI yang fungsinya untuk membina Etika dan
Kode Etik Bidan
Tugas MPEB :

21
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
a. Menyempurnakan pedoman penyelesaian masalah etika profesi dan kode
etik bidan
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketetapan
Pengurus Pusat
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
Pengurus Pusat
d. Membentuk tim sesuai kebutuhan masalah Etik Bidan
e. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan etika dan kode etik bidan
f. Memberikan solusi atau saran berkenaan dengan pembinaan etika dan
kode etik bidan
g. Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan
h. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala

2. Tujuan dari penanganan dugaan pelanggaran etika Bidan


a. Tujuan Umum
Majelis Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) bertujuan untuk memberikan
perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan penerima
layanan serta memberikan keadilan pada bidan bila terjadi
kesalahpahaman dengan klien atas pelayanan yang tidak memuaskan
yang dapat menimbulkan gugatan dari pihak klien.

b. Tujuan Khusus
a) Terselesaikannya berbagai masalah dugaan konflik etik dan
pelanggaran etika bidan dengan atau tanpa sanksi etik.
b) Tegaknya kebenaran dan keadilan bagi seluruh bidan sebagai
pemberi layanan kebidanan di Indonesia.
c) Terkompilasinya pelanggaran kasus-kasus etika sebagai hikmah
pembelajaran perbaikan praktik bidan yang akan datang.
d) Peningkatan kapasitas MPEB dilevel Pengurus Pusat, Pengurus
Daerah dan Pengurus Cabang.
e) Meningkatnya penghayatan, pengamatan etika bidan dan
profesionaslisme sebagai bentuk pengabdian profesi dalam
membantu program pemerintah menurunkan AKI dan AKB.

3. Wewenang dari MPEB


a. Menilai keabsahan dan meneliti pengaduan.
b. Memeriksa dan menilai bukti-bukti.
c. Menentukan hari untuk penanganan kasus.

22
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
d. Memanggil dan memeriksa saksi-saksi terkait adanya pelanggaran etik
atau tidak, kemudian menjatuhkan sanksi etik bagi yang terbukti
melanggar sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Memulihkan hak-hak profesi bidan yang telah selesai menjalani sanksi
etik atau tidak terbukti melakukan pelanggaran etik.
4. Pengaduan
a. Pengaduan dapat disampaikan langsung oleh pengadu yang
mengalami/menyaksikan sendiri seperti klien, teman sejawat, tenaga
kesehatan lainnnya, institusi pelayanan kesehatan dan organisasi profesi
lain.
b. Pengaduan dapat disampaikan langsung melalui Pengurus Daerah/MPEB
Daerah, Pengurus Cabang/MPEB Cabang tempat kejadian perkara kasus
aduan tersebut.
c. Pengaduan diajukan secara tertulis dan sekurang-kurangnya harus
memuat
a) Identitas pengadu
b) Nama dan alamat tempat praktik/kerja Bidan
c) Kronologi kejadian yang menjadi dasar aduan
d) Alasan sah pengaduan
e) Bukti-bukti atau keterangan saksi atau petunjuk yang menunjang
dugaan pelanggaran etika tersebut.

d. Dalam hal pengaduan tidak lengkap atau tidak sah atau berisi keterangan
yang dipandang tidak dapat dipertanggung jawabkan, maka
Pengurus/MPEB berhak menolak, dan meminta pengadu memperbaiki
atau melengkapinya.
e. Pemanggilan pengadu dapat dilakukan sampai tiga kali berturut-turut dan
jika telah tiga kali pengadu tetap tidak datang tanpa alasan yang sah,
maka pengaduan tersebut dinyatakan batal.
f. Apabila bidan teradu tidak datang saat dipanggil MPEB maka dilakukan
pemanggilan ulang dalam jangka waktu paling cepat satu minggu. Jika
teradu tidak datang tiga kali tanpa alasan yang sah, penanganan kasus

23
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
dilanjutkan tanpa kehadiran teradu dan putusan yang ditetapkan
dinyatakan sah dan tidak dapat diganggu gugat.
g. Pengadu, teradu dan saksi yang dimintakan keterangan dalam sidang-
sidang MPEB tidak diambil sumpah, melainkan diminta kesediaan untuk
menandatangani pernyataan tertulis didepan MPEB bahwa semua
keterangan yang diberikan adalah benar.
h. Jika pengadu, teradu dan saksi menolak permintaan ini sebagaimana
dimaksud diatas (g), maka hal tersebut dicatat untuk bahan pertimbangan
pada waktu pengambilan keputusan.
i. Pengaduan dianggap tidak sah jika tidak disertai dengan bukti-bukti
yang layak, tidak disertakan nama lengkap dan alamat pengadu atau
perkara/kejadian khusus yang diadukan tersebut telah melampaui masa
dua tahun sejak tanggal diterimanya pengaduan oleh MPEB
j. Dalam hal aduan serupa yang disampaikan pula ke Kepolisian/Instansi
hukum lain, MPEB tidak melanjutkan penelaahan aduan kecuali aduan
tersebut dilimpahkan kembali oleh Kepolisian/Instansi hukum lain ke
MPEB , atau pengadu mencabut aduan.

5. Pembahasan Kasus
a. Setelah proses pengaduan dinilai sah, dilakukan proses Penelaahan oleh
Ketua MPEB atau Majelis Pemeriksa yang didelegasikan.
b. Dalam penanganan Bidan teradu, tahap penelaahan sampai dengan
penjatuhan sanksi etik MPEB menggunakan asas praduga tak bersalah.
c. Penelaahan dapat dilakukan dalam bentuk sidang/rapat pengurus MPEB.
d. Urutan kegiatan penelaahan kasus dilakukan sebagai berikut :
a. Mempelajari keabsahan surat pengaduan
b. Bila perlu mengundang pasien atau keluarga
c. Mengundang Pengadu untuk klarifikasi awal pengaduan yang
diperlukan
d. Bila perlu mengundang teradu untuk klarifikasi awal yang
diperlukan
e. Bila diperlukan, melakukan kunjungan ke tempat kejadian.
e. MPEB bertanggung jawab atas pencatatan dan pelaporan risalah
penelaahan.

6. Hasil Pembahasan

24
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
a. Pembahasan akan menghasilkan keputusan akhir yang berupa ketetapan
bersalah atau tidak bersalah bidan yang teradu dengan dinyatakannya
melanggar atau tidak melanggar butir sumpah Bidan dan pasal-pasal
kode etik profesi.
b. Keputusan yang bersalah yang diikuti pemberian sanksi sekaligus
melakukan pembinaan etik terhadap Bidan yang melanggar.
c. Keputusan yang berupa pembinaan, teguran lisan, teguran tertulis, dan
memberikan rekomendasi pencabutan surat izin praktik sementara atau
tetap.
d. Apabila hasil pembahasan bidan yg teradu dinyatakan tidak bersalah
maka MPEB melalui ketua IBI memberikan pemulihan Nama Baik
kepada teman sejawat/Intansi pelayanan yang terkait dan masyarakat
yang berupa surat resmi atau melalui media sosial

7. Administrasi
a. Setiap berkas pengaduan diperlukan sebagai dokumen rahasia
b. Nama dan alamat serta identitas dari pengadu atau keluarganya jika
dianggap perlu oleh MPEB dapat dirahasiakan
c. Untuk pengaduan, pihak pasien atau keluarganya tidak dipungut biaya
apapun
Semua keterangan dan bahan-bahan bukti yang telah secara sah diberikan oleh
para pihak dalam MPEB harus dicatat dalam risalah dan didokumentasikan
sebagai hak milik IBI.

D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS


1. Teori Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dalam membuat keputusan secara etis harus mempertimbangan aspek
a. Tindakan utilitarianisme yaitu dengan mengutamakan keuntungan atau
kebaikan yang dihasilkan dari tindakan.
b. Aturan utilitarianisme yaitu dengan mepertimbangkan aturan yang benar.
c. Deontologi yaitu memprioritaskan “tugas” atau “kewajiban”, tanpa
mengindahkan konsekuensinya, dimanapun tempatnya dan kemampuan
yang dimilikinya, berfokus pada penyelamatan jiwa.

25
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
d. Meminimalisir risiko yang mungkin timbul akibat asuhan yang diberikan

2. Ciri Keputusan Etis


a. Mempunyai Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Tidak mungkin dihindari
d. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, kearifan lokal dan
lingkungan sosial

3. Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pengambilan Keputusan Etis


a. Mengacu pada falsafah prinsip etik dan landasan hukum yang berlaku
b. Memastikan alasan pentingnya pembuatan keputusan
c. Mengkaji manfaat dan resiko pengambilan keputusan
d. Mengkaji kesiapan semua kondisi klien dan keluarga, lingkungan,
peralatan yang diperlukan, ketersediaan fasilitas, tenaga kesehatan
e. Menentukan pilihan tindakan yang tepat/meminimalisir resiko dan
meminta persetujuan
f. Mengimplementasikan hasil keputusan
g. Mengevaluasi proses dan hasil keputusan

E. HAK DAN KEWAJIBAN


Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu klien. Sedangkan bidan
mempunyai kewajiban (keharusan) untuk klien. Jadi hak adalah sesuatu yang
diterima oleh klien, sedangkan kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh
bidan. Sebaiknya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban
yang harus diberikan oleh klien.
Menurut Undang-Undang no. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan Bab VII pasal
60 – 64 , mengenai Hak dan Kewajiban Bidan dan Klien sebagai berikut :

1. Hak Dan Kewajiban Klien


Dalam Praktik Kebidanan, Klien berhak:

26
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
a. Memperoleh Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kode etik,
standar profesi, standar pelayanan, dan standar operasional prosedur;
b. Memperoleh inforrnasi secara benar dan jelas mengenai kesehatan Klien,
termasuk resume isi rekam medis jika diperlukan;
c. Meminta pendapat Bidan lain;
d. Memberi persetujuan atau penolakan tindakan Kebidanan yang akan
dilakukan; dan
e. Memperoleh jaminan kerahasiaan kesehatan Klien

Dalam Praktik Kebidanan, Klien berkewajiban:


a. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk bidan;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan; dan
d. Memberi imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang diterima.

2. Hak Dan Kewajiban Bidan


Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi,
standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional;
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari klien
dan/atau keluarganya;
c. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan; menerima imbalan jasa atas
pelayanan kebidanan yang telah diberikan;
d. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar; dan
e. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi.

Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berkewajiban:

27
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
a. Memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi,
kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan
profesi, standar prosedur operasional;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan
Kebidanan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya;
c. Memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang
akan diberikan;
d. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
e. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan standar;
f. Menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;
g. Menghormati hak Klien;
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan
Kompetensi Bidan;
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;
j. Meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
k. Mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau
keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan; dan/ atau
l. Melakukan pertolongan gawat darurat

28
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
F. ALUR PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN ETIK

Setiap orang Pengaduan Penetapan Pemeriksaan


atau tertulis → Pemeriksaan awal investigasi
kepentingan verifikasi Pengaduan oleh → Keputusan
yang dirugikan MPEB MPEB

Ditolak Pelanggaran Etik

PELAKSANAAN KEPUTUSAN MPEB

Kepada Pengadu Organisasi Profesi

Pembahasan
lanjutan tim
MPEB bersama
Pengarus Harian
IBI

1. Teguran Lisan
2. Teguran Tertulis
3. Pembinaan
4. Rekomendasi:
a. Pelatihan
b. Pencabutan
Izin Praktek
ke Dinkes
Kab/kota

29
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
G. ALUR PROSES MEDIASI JIKA SALAH SATU PIHAK
MENYERAHKAN KE MPEB

Pihak I / MPEB
Pemohon

2 Hari

Menawarkan

Berhasil dan dibuat akta kesepakatan


Mediator

Pihak II /
2 Hari
Termohon

Mediator
Terpilih

21 Hari

Melakukan
proses Mediasi
Tidak berhasil, permasalahan
dikembalikan pada kedua belah pihak 10 Hari
Berhasil

-Ajukan gugatan ke Pengadilan


Negeri
-Ajukan Pendaftaran perdamian
ke pengadilan negeri

Putusan PN
keluar Akta
Perdamaian

Sumber: Junaidi, Eddi.Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Medik.2011

30
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
H. ALUR PROSES MEDIASI JIKA KEDUA BELAH PIHAK
MENYERAHKAN KE MPEB

Pihak I /
Pemohon
MPEB

Pihak II /
2 Hari
Termohon

Menawarkan

Berhasil dan dibuat akta kesepakatan


Mediator

2 Hari

Tidak berhasil, Mediator


permasalahan Terpilih
dikembalikan pada
kedua belah pihak 21 Hari

Melakukan
proses Mediasi

10 Hari
Berhasil
Ajukan gugatan
ke Pengadilan
Negeri

Putusan PN
keluar Akta
Perdamaian

31
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Sumber: Junaidi, Eddi.Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Medik.2011

Keunggulan mediasi dalam penyelesaian sengketa medik modern memiliki beberapa


karakteristik sebagai berikut:
a. Voluntary (sukarela)
Keputusan untuk bermediasi diserahkan kepada kesepakatan para pihak,
sehingga dapat dicapai suatu putusan yang benar-benar merupakan kehendak
para pihak.
b. Informal/fleksibel
Tidak seperti litigasi (pengadilan), proses mediasi sangat fleksibel. Bahkan bisa
saja para pihak dengan dibantu mediator dapat mendesain sendiri prosedur
mediasi.
c. Interest based (dasar kepentingan)
Dalam mediasi tidak dicari siapa yang benar atau salah, tetapi lebih untuk
menjaga kepentingan-kepentingan masing-masing pihak.
d. Future looking (memandang ke depan)
Karena lebih menjaga kepentingan masing-masing pihak, mediasi lebih
menekankan untuk menjaga hubungan para pihak yang bersengketa ke depan,
tidak berorientasi ke masa lalu.
e. Parties oriented
Dengan prosedur yang informal, maka para pihak yang berkepentingan dapat
secara aktif mengontrol proses mediasi dan pengambilan penyelesaian tanpa
terlalu bergantung kepada lawyer / pengacara.
f. Parties control
Penyelesaian sengketa melalui mediasi merupakan keputusan dari masing-
masing pihak. Mediator tidak dapat memaksakan untuk tercapainya
kesepakatan; lawyer / pengacara tidak dapat menunda-nunda waktu atau
memanfaatkan ketidaktahuan klien dalam hal beracara seperti di pengadilan
(litigasi).

32
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Contoh Draf Putusan Sidang MPEB

PUTUSAN MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN


PUSAT/DAERAH…/CABANG…
No…./Pusat-atau-Daerah-atau Cab/MPEB
Keputusan/… (bulan)/…(tahun)

Demi Keluhuran Profesi Bidan Berdasarkan Ketuhanan


Yang Maha Esa

Majelis Pertimbangan Etik Bidan Pusat/Daerah…/Cabang…, yang memeriksa dan


menyelesaikan perkara pengaduan pelanggaran etik bidan di tingkat rujukan telah
menetapkan putusan sebagai berikut dibawah ini :
……………………………………………………………
Dugaan pelanggaran etik bidan yang dilakukan oleh …. Sebagai terlapor pada saat
melakukan……

Majelis Pertimbangan Etik Bidan Pusat/Daerah…/Cabang… :……………………


- Telah memeriksa surat-surat : Ijazah bidan, tanda keanggotaan IBI, surat tanda
registrasi pada website Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) online, surat
ijin praktik bidan…………………………….
- Telah menerima laporan dan pandangan
mengenai…………………………………………………………………………..
- Telah mengundang, mendengar dan memeriksa…… sebagai….. pada
tanggal…….
- Telah mengundang, mendengar dan memeriksa…..sebagai…..pada
tanggal…………
- Telah mengundang, mendengar dan memeriksa…..sebagai…..pada
tanggal…………
- dst. (sesuai kondisi dan kebutuhan)
- Telah membaca dan menganalisis dokumen…..tentang…..
- Telah mengundang bidan terlapor…..pada tanggal :……

33
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Tentang duduknya pengaduan :
Menimbang bahwa terlapor tidak terbukti/terbukti telah
melakukan………………………….
Menimbang bahwa MPEB telah mendapatkan simpulan dari keterangan saksi-
saksi sebagai berikut : …………………………………………………………
Menimbang bahwa MPEB telah mendapatkan simpulan dari pemeriksaan bukti
dan dokumen-dokumen terkait sebagai berikut:………………………………….
Menimbang bahwa MPEB dalam siding-sidangnya menemukan hal-hal sebagai
berikut :……………………………………………………………………………
Menimbang bahwa MPEB dalam sidangnya selalu berpegang teguh pada
Sumpah Bidan dan Kode Etik Bidan Indonesia, sebagai cermin kepribadian
bidan, maka seharusnya terlapor melakukan tindakan sebagai berikut
:……………………………………………………………………………………
=============== (dibuat kajian komprehensif antara aduan kasus dengan
Sumpah Bidan serta Kode Etik Bidan Indonesia)=================
a. Selayaknya terlapor paham Sumpah Bidan….yang menyatakan……..
b. Selayaknya terlapor paham Kode Etik Bidan Indonesia pasal ….ayat….yang
menyakatakan…..
c. Dst

Memutuskan : …………………………………………………………………….
Menetapkan :………………………………………………………………………
Pertama, bahwa sejawat terlapor……………tidak terbukti/terbukti* telah
melakukan pelanggaran etik dengan temuan/bukti……………………………......
Kedua, bahwa dampak dari perbuatan sejawat terlapor adalah…..(cantumkan
analisis dampak)
Ketiga, bahwa sejawat terlapor selama ini dikenal ……(cantumkan analisis
riwayat pengabdian masa lalu, kebaikan,dsb. Jika ada)
Keempat, menetapkan sanksi pelanggaran etik bidan…..
Kelima, Majelis Pemeriksa memutuskan sifat keputusan ini adalah
tertutup/terbuka sebagian kepada………….(sebutkan semua instansi/lembaga
yang perlu untuk dibuka, termasuk apakah pelapor mendapatkan) (jelaskan pula
mekanisme pemberian putusan apakah surat putusan utuh, resume singkat
putusan tertulisnya, atau hanya verbal ke masing-masing pihak….) /terbuka
penuh* termasuk kepada pers/masyarakat.
Keenam, melaporkan kepada Ketua MPEB Pusat sebagai manajemen data
MPEB……………………………………………………………………………
Ketujuh, meminta……untuk menindaklanjuti dan menjalankan putusan ini
dengan sebaik-baiknya berupa…………(misalnya mencabut SIPB oleh
Dinkes,dsb) serta meminta Ketua MPEB melakukan segenap upaya demi
tegaknya putusan ini………………………………………………………………

34
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Kedelapan, ketetapan ini berlaku semenjak ditetapkan yaitu tanggal……..
(umumnya beri waktu yang cukup sejak tanggal diputuskan, misalnya 2-3 pekan)
dan berlaku hingga tanggal……….
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, selalu menuntun kita dengan petunjuk,
bimbingan dan perlindungan-Nya guna kebersamaan dan komitmen IBI dalam
mengabdi kepada bangsa. Amin……..
Ditetapkan di………., pada tanggal…….
Tim Majelis Pertimbangan Etik Bidan tentang kasus……….
1. Nama :………………………….(Ketua)…………………..(ttd)
2. Nama :………………………….(Sekretaris)………………(ttd)
3. Nama :………………………….(Anggota)………………...(ttd)
4. Dst.

Mengetahui,
Ketua MPEB…………

(nama & ttd)

35
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Lampiran 2 : Contoh Draf Putusan MPEB tentang Pemulihan Hak-Hak
Profesi Bidan

PUTUSAN MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN


PUSAT/DAERAH…/CABANG…

Nomor : /….//MPEB/Pusat-Daerah…-Cab…/….(bulan)/…(tahun)
Tentang
Pemulihan Hak-Hak Profesi Sejawat………..
Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka memenuhi asas keadilan terhadap sejawat
bidan teradu pasca pembinaan etik bidan.
2. Bahwa sejawat bidan tersebut telah menjalani dengan baik dan
patuh putusan MPEB
3. Bahwa sejawat tersebut dipandang kembali mampu untuk
melakukan praktik kebidanan secara terhormat
4. Bahwa untuk praktik tersebut diperlukan pemulihan hak-hak
profesi oleh Majelis
5. Bahwa untuk pemulihan hak-hak profesi tersebut diperlukan
keputusan Majelis

Mengingat : 1. Pedoman Organisasi dan Tata Laksana MPEB……


2. Laporan monitoring dan evaluasi Divisi Pembinaan
MPEB….terkait kasus sejawat…Nomor…………………….

Memperhatikan : 1. Putusan MPEB No………………..(ttg Kasus TS ybs)


2. Hasil Rapat MPEB……tanggal…..(notulen pemulihan
ybs)

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Menyakatakan bahwa bidan………. telah selesai menjalani
kewajiban pembinaan etika sesuai dengan putusan MPEB
Nomor……..menindaklanjuti aduan Tn/Ny/Sdr…….terhadap
dirinya, dengan ucapan terima kasih atas kepatuhannya selama
masa pembinaan tersebut;
Kedua : Memulihkan semua hak-hak profesi bidan ……..tersebut di
seluruh aspek kebidanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan.

36
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
Ditetapkan di :…………………
Pada tanggal :…………………

Ketua,

(nama)
(No KTA IBI)

Tembusan : sebutkan semua pihak/instansi terkait termasuk yang bersangkutan.

37
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
LAMPIRAN 3

Formulir 1

..............,................20...
Hal : Pelaporan Hasil Pembahasan Dugaan Pelanggaran Etik/Disiplin *) Bidan

Yang terhormat,
Majelis Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) Pusat
d/a Kantor PP IBI, Jl. Johar Baru V/13 D. Jakarta Pusat
di Jakarta

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat Laporan Hasil Pembahasan Dugaan
Pelanggaran Etik/Disiplin *) Bidan untuk mendapatkan perhatian.
Nama Lengkap Terlapor :
Tempat, tanggal lahir :
Alamat rumah :
Alamat Fasilitas Pelayanan :
Nomor Telp/Hp :
E-mail :
Bentuk pelanggaran etik/disiplin*) adalah sebagai berikut :

Hasil Pembahasan sebagai berikut:

Demikian,atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

MPEB Daerah
Stempel/Cap Tanda Tangan
Nama Terang
Tembusan :
1. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
2. Pengurus Daerah IBI.....

*) Coret yang tidak perlu

38
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018
RUJUKAN

1. Undang-undang No.4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.

2. PB IDI. Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Majelis Kehormatan Etik

Kedokteran (MKEK). 2018

3. PMK no. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan

4. J.Guwandi,SH. Informed Consent. 2004

5. Heni Puji Wahyuningsih. Etika Profesi Kebidanan. 2009

6. Husein Kerbala,SH. Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent. 1993

7. Guwandi, Etika dan Hukum Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Balai Penerbit FK-UI. 1991

8. Brownlee,M (1996) Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-fakto di dalamnya.

PT BPK Gunung, Mulia, Jakarta

9. Suyono Trimo. 1987

10. International Confederation of Midwives (ICM). 1998

11. Sumber: Junaidi, Eddi.Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Medik.2011

39
Standar Etika dan Kode Etik Bidan – November 2018

Anda mungkin juga menyukai