Anda di halaman 1dari 20

Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 63

MODUL IV

BENCANA DAN TINDAKAN KRISIS

Bencana dapat menyebabkan individu dan keluarga mengalami gangguan secara fisik
maupun mental. Peristiwa bencana alam yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia;
seperti di Aceh dan Nias telah menyebabkan banyak individu, keluarga dan
masyarakat yang mengalami trauma; baik fisik maupun psikologis. Trauma yang
dialami menyebabkan individu jatuh pada kondisi krisis. Masalah kesehatan mental
yang lebih berat akan timbul bila krisis yang dialami tidak terselesaikan.

Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang turut serta dalam penanggulangan
bencana harus mempunyai ketrampilan khusus untuk membantu individu, keluarga
dan masyarakat mengatasi krisis yang dialami.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari konsep bencana dan tindakan krisis pada modul ini saudara
diharapkan mampu :
1. Memahami pengertian bencana
2. Memahami pengertian krisis
3. Memahami penyebab terjadinya bencana
4. Mengidentifikasi proses terjadinya bencana
5. Mengidentifikasi respons individu terhadap bencana
6. Mengenali tanda dan gejala klien yang mengalami krisis
7. Mempraktekkan langkah-langkah sistimatis yang dapat dilakukan saat
menghadapi klien yang mengalami krisis
8. Menilai keberhasilan tindakan krisis yang telah dilakukan
9. Merujuk klien krisis yang memerlukan penanganan lanjutan
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 64

B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN BENCANA ?

Pada bagian ini saudara akan mempelajari pengertian bencana. Pada akhir bacaan ini
saudara diharapkan dapat menyimpulkan pengertian bencana menurut kalimat
saudara sendiri.

Bencana adalah kejadian yang disebabkan oleh perbuatan manusia ataupun perubahan
alam yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran sehingga perlu bantuan orang
lain untuk memperbaikinya. Bencana akan selalu menimbulkan kerugian dan
penderitaan serta mempengaruhi aspek-aspek kehidupan seseorang, keluarga,
kelompok maupun masyarakat secara umum sehingga diperlukan cara-cara khusus
untuk mencegah dan mengelolanya.

Palang Merah Amerika mengartikan bencana sebagai kejadian yang bersifat alamiah
maupun buatan manusia dan mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan sehingga
korban bencana membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara lebih sederhana pengertian bencana adalah kejadian yang membutuhkan usaha
ekstra keras (luar biasa); lebih dari respons terhadap situasi kedaruratan biasa.

Latihan 1

Ceritakan bencana apa saja yang pernah saudara alami atau saksikan?

Diskusikan dengan teman mengapa bencana dapat menimbulkan


kesengsaraan dan penderitaan bagi manusia.

C. APA YANG MENYEBABKAN TERJADINYA BENCANA?

Bencana dapat terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh manusia. Beberapa
kejadian alam yang menyebabkan bencana adalah : gunung meletus, gempa bumi,
banjir bandang, angin topan, tsunami, angin puting beliung, wabah. Sedangkan
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 65

kejadian buatan manusia yang menimbulkan bencana antara lain teror bom, konflik
akibat pertikaian yang berkepanjangan.

Biasanya bencana disertai oleh benda-benda yang secara kimia, biologis, atau fisik
benda tersebut dapat mengancam keselamatan, kesehatan atau harta benda yang
dimiliki manusia. Lahar dan awan panas dari letusan gunung berapi, air bah akibat
banjir, angin yang menyertai topan, gas-gas berbahaya yang muncul dari tanah akibat
gempa, asap beracun akibat kebakaran dan lain-lain adalah benda-benda yang sering
menyertai bencana.

Tsunami dan gempa


bumi merupakan jenis
bencana alam yang
mengakibatkan banyak
kerusakan dan
penderitaan serta
kesengsaraan bagi
masyarakat luas.

Latihan 2

Bersama teman kelompok identifikasi beberapa daerah di Indonesia yang


yang berpotensi terjadinya bencana alam, apa alasannya?

Sebutkan beberapa perbuatan manusia yang dapat menimbulkan bencana.


Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 66

D. BAGAIMANA PROSES TERJADINYA BENCANA ?

Pada bagian ini saudara akan mempelajari bagaimana proses terjadinya bencana.
( Diagram 1 )

Non Bencana Bencana Pasca Bencana

Traum
Pra a E R
Stabil
Benc
Benc
krisis

Diagram 1. Proses terjadinya bencana

1. Non bencana (stabil)

Kita telah ketahui bersama bahwa daerah-daerah tertentu di Indonesia


cenderung mudah mengalami bencana karena indonesia terletak pada jalur
gempa. Kondisi non bencana adalah kondisi tidak ada bencana (stabil) pada
lokasi rawan bencana seperti daerah pantai atau pegunungan, daerah jalur
gempa, daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat, gedung-gedung
tinggi dan lain-lain.

2. Bencana

Tahapan ini meliputi 2 kondisi; pre bencana (saat di prediksi akan terjadi
bencana tetapi belum benar-benar terjadi) dan bencana (24 jam pertama setelah
terjadi bencana). Karakteristik fase ini adalah ada tanda-tanda awal terjadinya
bencana (seperti air yang meninggi, uap panas dan butiran batu dari kawah
gunung berapi), hingga 24 jam setelah bencana.
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 67

Untuk itu yang dilakukan adalah mengingatkan masyarakat (warning,

siaga I – III), mobilisasi dan evakuasi jika perlu.

Segera setelah terjadinya bencana individu atau masyarakat pada area yang
terkena akan mengalami trauma dan berada pada situasi krisis akibat perubahan
yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupannya. Perubahan ini dapat
menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu maupun masyarakat
yang terkena. Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana antara lain
adalah kematian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan
dengan orang yang dicintai.

3. Pasca Bencana

Individu yang mengalami bencana dapat dipastikan akan mengalami trauma.


Trauma adalah cedera fisik yang disebabkan oleh tindakan kekerasan,
kerusakan atau masuknya zat racun kedalam tubuh atau cedera psikologis akibat
syok emosional yang berat. Trauma psikologis sama pentingnya dengan trauma
fisik; bahkan dapat meninggalkan ”luka hati” yang tak kunjung sembuh.

Kondisi trauma yang dialami korban bencana menyebabkan kondisi krisis.


Krisis adalah reaksi terhadap kejadian, masalah atau trauma yang sangat dari
individual akibat ketidak mampuan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan yang dialami. Perubahan yang yang terjadi secara tiba-tiba akibat
sesuatu kejadian sehingga menimbulkan kegoncangan (ketidakseimbangan)
emosional, merupakan kondisi yang menandakan terjadinya krisis.

Bencana meninggalkan dampak psikologis yang bervariasi pada individu yang


terkena. Dukungan emosional sangat penting untuk membantu individu
memulai proses penyembuhannya dan membantu mereka mengatasi penderitaan
yang dialami akibat bencana.

Untuk mengatasi respons krisis pasca trauma, tindakan yang dilakukan


ditujukan pada kondisi pasca bencana meliputi fase emergency (segera setelah
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 68

bencana) dan rekonstruksi (mulai diberikan bantuan yang terkonsentrasi pada


perbaikan aspek-aspek kehidupan; kebutuhan dasar manusia).

E. BAGAIMANA RESPONS INDIVIDU TERHADAP BENCANA?


Pada bagian ini kita akan mempelajari perilaku yang diperlihatkan individu yang
mengalami bencana. Dampak psikologis yang diakibatkan bencana sangat bervariasi.
Faktor keseimbangan yang mempengaruhi respons individu terhadap krisis adalah
persepsi terhadap kejadian, sistem pendukung yang dimiliki dan mekanisme koping
yang digunakan. Reaksi emosi dapat diobservasi dari individu yang menjadi korban.
Ada 3 tahapan reaksi emosi yang dapat terjadi setelah bencana.

1. Reaksi individu segera (24 jam) setelah bencana adalah :


 Tegang, cemas, panik
 Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
 Gembira atau eforia, tidak terlalu merasa menderita
 Lelah, bingung
 Gelisah, menangis, menarik diri
 Merasa bersalah

Reaksi ini masih termasuk reaksi normal terhadap situasi yang


abnormal dan memerlukan upaya pencegahan primer.
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 69

2. Minggu pertama – ketiga setelah bencana


 Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur
 Khawatir, sangat sedih
 Mengulang-ulang kembali (flashback) kejadian
 Bersedih
 Reaksi positif yang masih dimiliki : berharap atau berpikir tentang masa
depan, terlibat dalam kegiatan menolong dan menyelamatkan
 Menerima bencana sebagai takdir

Kondisi ini masih termasuk respons normal yang membutuhkan


tindakan psikososial minimal; terutama untuk respons yang mal
adaptif
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 70

3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana


Reaksi yang diperlihatkan dapat menetap dan dimanifestasikan dengan:

 Kelelahan
 Merasa panik
 Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan
berpikir tidak realistis
 Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik
diri
 Kecemasan; yang dimanifestasikan
dengan : palpitasi, pusing, letih,
mual, sakit kepala, dll

Kondisi ini membutuhkan bantuan psikososial dari tenaga kesehatan


yang profesional

Pada sebagian korban bencana yang selamat dapat terjadi gangguan mental akut
yang timbul dari beberapa minggu hingga berbulan-bulan sesudah bencana.
Beberapa bentuk gangguan tersebut antara lain : reaksi akut terhadap stres,
berduka dan berkabung, gangguan mental yang terdiagnosis, gangguan
penyesuaian, gangguan mental yang kambuh kembali atau semakin berat dan
psikosomatis.
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 71

Latihan 3

Bahas bersama fasilitator anda mengapa bencana dapat menyebabkan


krisis pada individu.

Diskusikan dengan teman kelompok anda bagaimana perasaan anda


saat mengalami atau menyaksikan bencana.

Identifikasi kesesuaian respons yang anda alami sesuai dengan tahapan


respons terhadap bencana

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

F. BAGAIMANA CARA MENGELOLA BENCANA ?

Setelah saudara mempelajari tahapan bencana dan berbagai respons individu terhadap
bencana maka tindakan keperawatan dalam mengelola bencana; sesuai dengan proses
terjadinya, terbagi dalam 3 tahapan:

a. Program antisipatif untuk kondisi pra bencana


b. Tindakan segera untuk kondisi segera setelah bencana
c. Pemulihan untuk kondisi pasca bencana.

Non Bencana/ Rekon


& Pra emergenc struksi
bencana y

antisipasi Segera setelah bencana Pemulihan


Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 72

1. Program antisipatif terhadap bencana

Pada tahap ini lingkup tindakan ditujukan pada kesiapan individu dan masyarakat
untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi. Pada lokasi-lokasi yang
diperkirakan mengalami bencana perlu dilakukan tindakan antisipasi agar
masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat apabila terjadi bencana.

Secara professional petugas kesehatan perlu mengetahui secara jelas rencana


penanganan bencana (protap) yang telah disusun dan berkoordinasi dengan pihak-
pihak terkait; terutama Palang Merah Indonesia. Masyarakat perlu diajarkan
beberapa hal yang merupakan tanda-tanda bencana, mengingatkan bencana yang
pernah terjadi sebelumnya, mengingatkan tindakan yang perlu dilakukan
masyarakat, mobilisasi dan evakuasi jika perlu.

Beberapa contoh tindakan antisipatif antara lain sebagai berikut :

BILA TERJADI GEMPA ..... INGAT !!!


Segera berlindung di bawah meja dan lindungi kepala anda saat berada
dalam ruangan
Jika berada di bangunan bertingkat berlari ke lantai yang lebih tinggi.
Selamatkan diri terlebih dulu sebelum menyelamatkan orang lain

TANDA-TANDA TERJADI TSUNAMI


Bila terdengar suara gemuruh tetapi tidak disertai hujan
Bila air laut di pantai surut mendadak
Bau belerang/garam laut yang tercium dari jarak yang cukup jauh
Bila terjadi gempa berkekuatan besar
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 73

2. Tindakan segera setelah bencana ( emergensi )

Segera setelah bencana perilaku yang terlihat adalah masyarakat yang saling
membantu satu sama lain (karena bantuan dari luar belum ada). Jenis bantuan yang
perlu segera diberikan dari luar daerah bencana antara lain berupa : bantuan
kesehatan, perbaikan pada komunikasi dan transportasi, deteksi terhadap penyakit
menular dan gangguan mental dan evakuasi korban selamat jika diperlukan.

Tindakan yang perlu saudara lakukan harus sesuai dengan area yang mengalami
bencana dan bantuan yang dibutuhkan.

a. Tingkat I

Bencana pada tingkat ini membutuhkan bantuan emergensi medik, kepolisian,


pemadam kebakaran, SAR dari lokal. Misalnya kebakaran pada satu rumah,
tenggelam, kecelakaan lalu lintas.

b. Tingkat II

Pada tingkat ini dibutuhkan bantuan dengan cakupan yang lebih luas;
biasanya melibatkan tim kesehatan, SAR, kepolisian satu propinsi karena
lokasi bencana yang lebih luas. Misalnya kecelakaan atau bom di satu gedung
atau area khusus.

c. Tingkat III

Pada tingkat ini penanganan bencana sudah membutuhkan bantuan dari


berbagai unsur di masyarakat yang melibatkan satu negara, seperti gempa
bumi, angin ribut, banjir bandang, air bah.

Tsunami dan bencana di Aceh dan Nias termasuk pada bencana tingkat III. Saat di
masyarakat terjadi bencana yang menimbulkan krisis maka keterlibatan tenaga
kesehatan sangat diperlukan. Relawan kesehatan mental dibutuhkan segera setelah
terjadinya bencana; terutama di tempat-tempat yang bermasalah seperti rumah sakit
dan tempat pengungsian. Gunakan metode ”jemput bola” (mendatangi para korban)
dalam memberikan bantuan pada korban.
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 74

Jika saudara melakukan penanganan pada kondisi tersebut diatas penanganan


dilakukan di tempat pasien berada; di RS, puskesmas atau pengungsian.

Bila saudara menemukan korban-korban dengan kondisi mental yang berat


(gangguan orientasi realita; halusinasi, waham, bicara kacau) segera rujuk ke
pelayanan kesehatan (puskesmas, RSU, RS) agar memperoleh perawatan atau
pengobatan yang lebih tepat oleh perawat kesehatan jiwa masyarakat, psikolog dan
psikiater. Bentuk tindakan keperawatan lain yang dapat saudara lakukan adalah
melatih para korban untuk mengatasi rasa berdukanya atau penyuluhan massal
tentang manajemen stress.

Saat membantu korban gunakan pendekatan kelompok atau keluarga; bukan


individual, sehingga dapat menjangkau sebanyak mungkin korban seperti
membentuk kelompok-kelompok terapi.

Latihan 4

Saat saudara dikirim untuk membantu korban gempa 3 hari setelah terjadinya
bencana, apa tindakan yang akan saudara lakukan ? diskusikan dalam
kelompok.

Diskusikan masalah-masalah (bio-psiko-sosio-spiritual) akut yang dapat


dialami oleh korban bencana

3. Tindakan pemulihan
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 75

Tindakan pada tahap pemulihan (recovery) adalah keterlibatan seluruh pihak untuk
bergerak bersama memperbaiki kondisi ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Kondisi yang menunjukkan kondisi perbaikan diantaranya adalah : adanya
penanganan masalah-masalah kesehatan oleh Depkes atau dinas kesehatan bersama
LSM yang terkait, pembangunan perumahan dan jalan-jalan oleh Departemen
pekerjaan umum dan lembaga terkait, keamanan oleh tentara atau polisi, air bersih
oleh PAM, makanan, minuman, pakaian oleh kementrian kesejahteraan rakyat, dll.

Kondisi yang diperbaiki pada tahap ini meliputi seluruh aspek kebutuhan dasar
manusia : pangan, sandang, perumahan, transportasi, fasilitas-fasilitas umum,
keamanan, kesehatan.

Tindakan yang dilakukan pada fase ini adalah perbaikan, penataan kembali dan
mitigasi.
Tindakan yang termasuk perbaikan meliputi pembangunan kembali sarana fisik
yang rusak, kembali sekolah dan bekerja serta melanjutkan kehidupan sesuai
dengan kondisi saat ini.
Pada pelayanan kesehatan prevensi primer ditujukan bagi masyarakat yang tidak
terganggu sedangkan pada masyarakat yang menunjukkan masalah psikososial dan
gangguan jiwa pemulihan dilaksanakan melalui prevensi sekunder.
Fase penataan kembali dilakukan jika kehidupan masyarakat sudah lebih normal.
Penataan dilakukan terhadap infrastruktur yang rusak dan membangun kembali
sistem kehidupan bermasyarakat.
Pada fase mitigasi saudara dapat merencanakan aktivitas-aktivitas yang berorientasi
pada masa depan untuk mencegah bencana sekunder yang dapat terjadi atau
meminimalkan dampak bencana seperti menyiapkan program-program pelatihan
untuk meningkatkan ketrampilan kerja, melatih tenaga-tenaga kesehatan untuk
meningkatkan kesehatan dan lain-lain
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 76

Stress terbesar akan dialami tenaga kesehatan; karena selain mempunyai


tanggungjawab terhadap pasien mereka juga bisa menjadi korban. Konflik akan
timbul bila mereka harus mengurus keluarganya tetapi juga harus merawat orang
lain sesuai dengan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Maka petugas
kesehatan atau relawan yang akan bekerja harus sedapat mungkin sehat
secara fisik dan mental.

Latihan 5

Diskusikan bersama teman-teman anda, masalah kesehatan apa saja yang


belum teratasi pada fase emergensi

Susun rencana pencegahan primer, sekunder dan tersier sesuai dengan masalah
yang diidentifikasi

Lakukan bermain peran untuk melaksanakan salah satu rencana tindakan yang
disusun

G. APA TINDAKAN YANG DAPAT DILAKUKAN SAAT


TERJADI BENCANA?

Bagian ini akan menguraikan tentang tindakan-tindakan yang dapat saudara lakukan
untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mengatasi dampak bencana
(krisis yang dialami). Faktor penyeimbang yang membuat individu dapat melalui
krisis yang dialami adalah persepsi terhadap kejadian realistis, mempunyai sistem
pendukung dari lingkungan dan mempunyai mekanisme koping adekuat. Prinsip
tindakan untuk mengatasi krisis sesuai dengan tiga faktor penyeimbang tersebut yaitu
membina hubungan saling percaya yang erat dengan pasien, menggali permasalahan
yang dialami pasien dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah.

1. Segera (24 jam) setelah bencana


Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 77

Saudara perlu menilai dengan cermat


 kerusakan lingkungan yang terjadi,
 jenis cedera yang dialami,
 penderitaan yang dialami
 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi segera

Pada tahap ini yang perlu dilakukan segera adalah :


 Pertolongan kedaruratan untuk masalah-masalah fisik
 Memenuhi kebutuhan dasar
 Untuk membantu individu melalui fase krisisnya maka perawat perlu
memfasilitasi kondisi yang dapat menyeimbangkan krisis seperti menjadi
sumber koping (support system) bagi klien

2. Minggu pertama – ketiga setelah bencana


 Berikan informasi yang sederhana dan mudah diakses tentang lokasi jenazah
 Mendukung keluarga jika jenazah dimakamkan tanpa upacara tertentu
 Bantu mencari anggota keluarga yang terpisah pada individu yang beresiko
seperti lansia, ibu hamil, anak, remaja.
 Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan aktivitas kelompok yang
terorganisir seperti ibadah bersama,
 Motivasi anggota tim lapangan untuk terlibat dalam proses berkabung,
misalnya tahlilan, takziah.
 Lakukan aktifitas rekreasi bagi anak-anak
 Informasikan pada korban tentang reaksi psikologis normal yang terjadi
setelah bencana. Yakinkan mereka bahwa hal tersebut normal dan
berlangsung sementara; akan hilang dengan sendirinya dan dialami oleh
semua orang
 Informasikan tentang reaksi stres yang normal pada masyarakat secara massal
(libatkan ulama, guru dan pemimpin sosial lainnya)
 Motivasi para korban untuk bekerja bersama memenuhi kebutuhan mereka
seperti membersihkan lokasi bersama-sama, memasak bersama.
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 78

 Libatkan korban yang masih sehat dalam pelaksanaan bantuan


 Motivasi pemimpin masyarakat dan tokoh kunci lainnya untuk terlibat dalam
diskusi kelompok dan dapat memotivasi klien untuk berbagi perasaan
 Pastikan informasi yang diterima akurat
 Pastikan distribusi bantuan merata
 Berikan pelayanan dengan empati “yang sehat” dan tidak memihak pada salah
satu bagian dari masyarakat (misalnya golongan minoritas)

3. Setelah minggu ke tiga bencana

Pada fase ini saudara dapat melakukan tindakan dengan menggunakan metode
pemberian informasi, konseling, bimbingan antisipasi

Setelah melalui fase akut tindakan yang dapat saudara lakukan adalah :

a) Tindakan psikososial secara umum

Tujuan saudara melakukan tindakan ini adalah sebagian besar klien dan
keluarga mampu beradaptasi terhadap kondisi psikososial dengan
menggunakan mekanisme koping yang dimiliki walaupun dukungan dari
keluarga/orang lain di lingkungannya sangat minim atau tidak ada.

Tindakan yang saudara lakukan adalah pertolongan pertama pada


masalah psikososial sebagai berikut :
 Identifikasi individu dengan koping yang tidak efektif yang ditandai
dengan gejala psikologis yang dilaporkan
 Bina hubungan saling percaya
 Penuhi kebutuhan fisik yang mendesak
 Mobilisasi dukungan sosial (tapi jangan memaksa)
 Cegah timbulnya bahaya yang lain (seperti berjangkitnya penyakit
menular)
 Mulai berkomunikasi: mendengarkan masalah mereka, sampaikan
keprihatinan, berikan bantuan yang berkelanjutan (tapi tidak pernah
memaksa
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 79

 Sampaikan bahwa semua korban bencana merasakan perasaan yang


sama
 Tetap mensupervisi perawatan sampai reaksi berlalu

b) Tindakan psikososial khusus

Tindakan yang dapat saudara lakukan pada fase ini antara lain : konseling
trauma, konseling berduka dan bimbingan antisipasi

1) Konseling terhadap trauma

Dengarkan ungkapan perasaan pasien dengan penuh perhatian


Tanyakan dan klarifikasi untuk menggali lagi pengalamannya
tetapi jangan memaksa bila pasien menolak
Coba untuk memahami penderitaan yang dialami pasien dan
keluarganya
Sampaikan bahwa saudara akan selalu membantu dan perlihatkan
bahwa saudara memahami apa yang dirasakannya
Sampaikan bahwa orang lainpun akan mengalami hal yang sama
bila mengalami kejadian seperti yang dialami pasien.
Bicarakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah

2) Konseling terhadap proses berduka


Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 80

Saudara dapat membantu klien dan keluarga dengan memberikan konseling.


Langkah-langkah yang dapat saudara lakukan adalah

Lakukan pendekatan dengan cara yang lemah-lembut

Tanyakan tentang kondisi keluarganya dan kemudian bicarakan


tentang korban yang meninggal

Motivasi untuk berbagi informasi tentang anggota keluarga yang


meninggal (misalnya menunjukkan dan membicarakan foto anggota
keluarga)

Fokuskan pembicaraan pada hubungan dengan orang-orang terdekat


sebelum bencana dan arti kehilangan secara pribadi

3) Bimbingan antisipasi

Bantu klien untuk menerima bahwa reaksi yang mereka perlihatkan


adalah normal sehingga dapat mengurangi rasa tidak berarti dan putus
asa
Berikan informasi tentang reaksi stress yang alamiah dan intensitas
perasaan dapat berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Lakukan pertemuan-pertemuan yang berisi informasi-informasi yang
perlu diketahui korban
Jangan fokuskan perhatian hanya pada reaksi akibat stress secara
individu tetapi fokuskan pada kekuatan kelompok untuk menghadapi
krisis secara bersama-sama

4) Konseling krisis
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 81

Bersama klien mengidentifikasi masalah yang menyebabkan klien


meminta pertolongan
Bantu klien untuk membuat daftar alternative dan strategi untuk
mengatasi masalahnya
Bantu klien untuk menilai dukungan social yang tersedia untuknya
Bantu klien untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya
Bantu klien untuk melaksanakan keputusan yang sudah diambil
Mendiskusikan persepsi klien tentang kemampuannya.

5) Konseling untuk menyelesaikan masalah

Mengidentifikasi masalah
Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah melalui curah
pendapat
Bandingkan keuntungan dan kerugian dari tiap penyelesaian
masalah
Identifikasi solusi yang paling sesuai untuk klien
Implementasikan bentuk penyelesaian yang telah dipilih

H. EVALUASI DAN RUJUKAN


Bila melalui beberapa konseling diatas ternyata tidak membuat kondisi
emosional pasien semakin baik maka dibutuhkan evaluasi dan penanganan
oleh tenaga kesehatan mental professional (perawat jiwa, psikiater atau
psikologis). Penting bagi saudara untuk mempelajari dan mengidentifikasi
tanda dan gejala gangguan mental sehingga saudara dapat melakukan
rujukan pada perwat kesehatan jiwa masyarakat.
Kriteria kasus yang perlu dirujuk :
Modul IV Bencana dan Tindakan Krisis 82

 Kasus-kasus gangguan mental yang telah diketahui sebelumnya


 Korban dengan gejala-gejala psikologis yang tidak memperlihatkan
perubahan setelah 3 minggu dilakukan tindakan oleh perawat
 Korban yang mengalami disfungsi
 Korban yang berniat bunuh diri
 Penyalahgunaan alkohol / obat-obatan
 Kekerasan fisik dalam keluarga
 Kelompok resiko tinggi

Latihan 6

Tujuan : memberikan pengalaman melakukan intervensi krisis

Prosedur : 1. Pilih 3 orang pemain; satu sebagai pasien dan


dua sebagai perawat
2. Lakukan role play sesuai cerita dibawah ini atau
sesuai dengan pengalaman krisis yang pernah dialami
3. Perlihatkan tindakan yang dapat dilakukan
perawat untuk membantu Ny Ria melalui role play

Cerita : Ny. Ria, 27 thn tinggal di Huntara Bakoi bersama 2


orang anaknya. Sehari-hari klien hanya mengasuh anaknya yang
masih balita. Suami klien meninggal akibat gempa 1 bulan lalu.
Hingga saat ini pasien masih suka menangis menyesali dirinya
dan sering menolak saat diajak untuk berkumpul dengan penghuni
Huntara lainnya untuk sosialisasi dan mengikuti kegiatan di
Huntara.

Anda mungkin juga menyukai