Bab Ii Kajian Pustaka: Ankle Tersusun Oleh Tulang, Ligamen, Tendon, Dan Jaringan Penghubung
Bab Ii Kajian Pustaka: Ankle Tersusun Oleh Tulang, Ligamen, Tendon, Dan Jaringan Penghubung
KAJIAN PUSTAKA
Susunan sendi ankle terdiri atas distal tibia,fibula, dan superior talus. Ligamen
bahwa sendi ankle disusun oleh tiga ligamen ankle yakni ligamen anterior
(Nugroho, 2016). Susunan sendi ankle dapat dilihat pada Gambar 2.1.
7
8
struktur, lebih kuat dibandingkan anterior talofibular ligament, dan berfungsi pula
untuk mencegah adduksi pada posisi netral dan posisi dorsifleksi. Selain itu,
subtalar joint, ligamen ini berkontribusi terhadap stabilitas untuk sendi ankle dan
mortise dan rotasi eksterna dari talus. Apabila terdapat disrupsi pada anterior
berfungsi membatasi rotasi interna dan aduksi pergelangan kaki ketika dorsifleksi
(Hoagland, 2015).
ligamentum, otot juga memiliki peranan dalam menjaga stabilitas sendi. Pada
gerakan supinasi dan menjaga dari timbulnya sprain pada pergelangan kaki.
9
Selain kedua otot tersebut, otot pada bagian anterior tungkai bawah seperti m.
saat terjadi gerakan supinasi, sehingga otot dapat memperlambat gerakan plantar-
fleksi pada gerakan supinasi dan cedera dapat dihindari. Berikut ini merupakan
kaki:
a. m. tibialis anterior
bagian medial dari bagian tarsometatarsal. Setelah sampai duapertiganya otot ini
m. extensor hallucis longus di bagian distal. Origonya pada tibia dan membrana
interossea, berinsersio pada phalanx medial dan distal digitorum II-V, dipersarafi
digitorum longus, lalu pada bagian tengahnya berada di antara kedua otot tersebut
hingga akhirnya pada bagian distal terletak di superfisial. Berorigo pada fibula
10
Otot yang berfungsi sebagai plantar flexor.Otot ini berorigo pada facies
e. m. peroneus longus
Otot ini mempunyai fungsi gerakan plantar fleksi dan eversi. Berorigo pada
condylus lateralis tibiae, capitulum fibulae dan 2/3 bagian atas lateralis corpus
f. m. peroneus brevis
Otot ini berorigo pada m.peroneus brevis dan 2/3 bagian bawah fibulae
oleh n. peroneus superficialis (VL4, VS1). Dan otot ini mempunyai fungsi
g. m. fibularis tertius
pronasi.
11
h. m. fibularis longus
i. m. fibularis brevis
j. m. gastrocnemius
Merupakan otot paling luar pada bagian posterior tungkai bawah. Berbentuk
seperti tanduk dan bersama dengan m. soleus membentuk triceps surae. Berorigo
pada condylus femoralis dan berinsersio pada tuber calcanei melalui tendo
k. m. soleus
plantarfleksi. Origonya pada linea musculi solei tibiae et fibula, insersionya pada
l. m. tibialis posterior
Merupakan otot yang letaknya paling dalam pada bagian posterior tungkai
Otot ini berorigo pada facies posterior tibia, fascia cruris lembar dalam dan
2014).
Trochlea tali terjepit diantara kedua malleoli, tetapi sendi ini merupakan
sendi yang flexible. Menurut bentuk facies articularis sendi ini merupakan
articulatio trochlearis. Axis gerak adalah axis transversal yang melewati kedua
(plantarfleksi). Trochlea tali pada bagian distal (anterior) lebih lebar, sehingga
pada waktu ekstensi malleolus lateralis agak terpisah dari tibia, dan ligamentum
antara kedua tulang menjadi tegang. Capsula articularis pada sendi ini di sebelah
depan dan belakang longgar sehingga memungkinkan fleksi dan ekstensi. Capsula
collaterale. Saat berjalan gaya berat menarik tungkai bawah ke depan, untuk
lintang trochlea tali lebih besar pada bagian depan, kedua malleoli tidak terletak
tepat disamping trochlea tetapi sedikit dibelakang. Sehingga trochlea tali yang
merupakan ossa sesamoidea ini tidak bergeser ke belakang. Gerakan lain yaitu
bergesernya kaki terhadap tungkai bawah dihalangi oleh oleh susunan ligamentum
13
dari tibia atau fibula yang berjalan ke arah belakang melekat pada talus atau
calcaneus. Susunan lain yang juga menjaga gerakan sendi ini adalah ujung distal
trochlea tali kedua susunan ini mencegah bergesernya tungkai bawah ke depan
(Mariaulfah, 2014).
keseimbangan pada orang dewasa juga merupakan penyebab utama jatuh yang
keseimbangan adalah kompleks dan tergantung pada input sensorik dari vestibular
dan sistem visual, pusat pengolahan saraf pada sistem saraf pusat, dan input motor
dari pusat proprioseptif. Kerusakan fungsional atau defisit dalam sistem ini dapat
diri yang rendah dan kecemasan pada anak (Taylor et al., 2016).
tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi kita bergerak.
Keseimbangan statis atau static balance, ruang geraknya biasanya sangat kecil,
misal berdiri di atas dasar yang sempit atau balok keseimbangan, rel kereta api,
14
kemampuan orang untuk bergerak dari satu titik ke titik yang lain dengan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Keseimbangan
muskuloskeletal dan kognitif dengan perubahan dari center of gravity. Anak usia
7-8 tahun memiliki keseimbangan dinamis yang belum optimal. Usia 7 tahun
keseimbangan. Faktor risiko internal dapat berupa usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik, riwayat jatuh dan indeks massa tubuh (IMT). Faktor risiko eksternal dapat
a) Visual
keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak static dan
dan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika kita menerima sinar yang
berasal dari objek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh
b) Vestibuler
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibuler berada di dalam telinga. Reseptor dari sistem sensoris ini
c) Somatosensoris
serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemnikus
medialis dan thalamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam
ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan
sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf beradaptasi lambat
di synovial dan ligament. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit
dan jaringan lain, serta otot di korteks menjadi sadar akan posisi tubuh dalam
ruang.
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari
dan keseimbangan. Keseimbangan dalam tubuh dalam berbagai posisi hanya akan
memungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai
reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergis berarti adanya respon yang tepat suatu otot terhadap otot
telapak kaki tersebut menyentuh tanah. Flatfoot dapat bersifat fisiologik atau
patologik atau rigid flatfoot. Perlu diketahui, bahwa semua anak terlahir
dengan flatfoot, namun secara perlahan seiring dengan bertambahnya usia pada
terbentuk, biasanya pada usia sekitar 5 atau 6 tahun. Flatfoot pada umumnya
lebih lanjut. Meski begitu, flatfoot menyebabkan kekhawatiran bagi para orang
tua terkait dengan tampilan kaki yang abnormal serta timbulnya rasa sakit dan
ketidak mampuan anak untuk berjalan normal ketika dewasa kelak (Hestiyarini,
2013).
anak. Tidak ada definisi yang diterima secara universal dan tepat untuk
menentukan kaki datar, tetapi secara umum telah diakui pada pemeriksaan klinis,
hingga 6 derajat. Pada kondisi flatfoot sering ditemui kelainan bentuk yang
kondisi ini yaitu kelemahan pada ligamen, kelainan otot dan neurologis, kondisi
genetik dan sindrom, dan gangguan kolagen. Flatfoot pada anak dapat dibagi ke
dalam kategori yang flexible dan kaku. Flatfoot yang flexible ditandai dengan
18
normal selama tidak ada berat bantalan pada lengkungan dan mendatarkan
lengkungan pada sikap atau posisi. Flatfoot yang flexible mungkin tanpa gejala.
Sedangkan flatfoot yang kaku berhubungan dengan patologi yang mendasari dan
mengevaluasi bentuk permukaan plantar pada kaki tanpa gejala pada orang
normal usia 1 sampai 80 tahun dan ini menunjukkan bahwa sebagian besar bayi
kelemahan ligamen yang berlebihan adalah kelainan utama dalam flexible flatfoot
dan kelainan bentuk tulang merupakan cerminan sekunder flatfoot dalam posisi
berdiri. Ini menegaskan bahwa aktivitas otot tidak diperlukan untuk mensupport
bentuk dari kaki. Flatfoot ditandai dengan hilangnya arkus medial longitudinal
arkus longitudinal. Flatfoot yang sering ditemui dalam praktek rawat jalan rutin
akan lebih akurat dilihat sebagai akibat dari kelemahan ligamen kaki. Dalam 90%
dari anak usia<2 tahun, variasi menyerupai anatomi flatfoot dapat dilihat dari
pembentukan bantal adiposa infantile yang terlokalisasi pada bagian medial kaki.
Selain balita yang mulai berjalan dapat diasumsikan memiliki postur flatfoot.
Bahkan saat berjalan dengan kaki posisi istirahat dimana kaki sepenuhnya di tanah
19
sehingga dapat menjaga postur yang seimbang. Akibatnya, kaki akan menahan
Gambar 2.2 Pemeriksaan (observasi) flexible flatfoot pada anak. (A) Pada posisi
non-weight bearing menunjukkan arkus longitudinal medial masih terlihat. (B)
Pada posisi weight bearing arkus longitudinal medial terlihat rata atau menghilang
(Harris et al., 2004).
Dalam sebagian besar anak-anak lengkungan longitudinal yang biasa
berkembang pada 3-5 tahun dan hanya 4% dari mereka mengalami flatfoot
berlanjut setelah 10 tahun. Jumlah populasi anak di dunia yang mengalami flat
foot sekitar 20-30% anak. Prevalensi anak dengan kelainan bentuk kaki di Taiwan
pada tahun 2006 dari 18.006 anak usia 6-12 tahun yang mengalami kaki datar
sekitar 2499 atau 13,88% anak, dan kaki dengan arkus tinggi sekitar 237 atau
1,32% anak. Hasil survey pada tahun 2012 yang dilakukan di SDN Coblong 2
(Wardanie, 2013).
20
Etiologi dari flatfoot berasal dari riwayat keluarga, dan obesitas, dan
kelemahan ligament, bentuk tulang kaki yang didukung dengan ligamen, tendon,
kelompok otot akan menjaga stabilisasi dinamis dari arkus. Dalam sebuah
fasia adalah struktur anatomi yang paling penting yang berkontribusi pada
stabilitas arkus medial, diikuti oleh talonavicular, dan ligamen. Dalam pola
menahan beban normal, tepi lateral kaki yang pertama dan metatarsal kelima akan
kontak dengan tanah. Namun, pada individu flatfoot pergeseran valgus dari
hilang, pola bergeser ke medial, dan telapak kaki bertumpu lebih berat di tanah.
kemampuan untuk bergerak. Namun sendi kaki pronasi menjadi lebih mobile.
Selama menahan beban, eversi dari tumit, hilangnya midfoot, memperpendek dari
menanggung seluruh berat. Pada saat achilles tendon lebih pendek, eversi kaki
21
merupakan struktur sendi yang sangat kompleks yang terdiri dari banyak tulang,
ligamen, otot dan tendon yang berfungsi sebagai stabilisasi dan penggerak tubuh.
Otot dan ligament pada foot dan ankle merupakan stabilisator sendi, termasuk
dalam fungsi sensorimotor. Pada komponen sendi foot and ankle ini akan terjadi
pergerakan plantar fleksi, dorso fleksi, inversi dan eversi (Kisner and Colby,
2012).
Latihan kekuatan otot kaki ekstrinsik akan membantu dalam stabilisasi sendi
midtarsal dan lengkungan kaki bagian longitudinal medial selama fase berdiri.
posisi pronasi.Dalam studi di India efektivitas latihan kekuatan otot-otot pada kaki
berkisar pada anak yang berumur 10-12 tahun. Latihan diberikan melalui aktifitas
seperti transfer kaki yang dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi gerakan dan
Dinamis
22
untuk penyerapan tekanan. Otot-otot ini juga memiliki pengaruh pada gerakan
kaki pronasi. Individu dengan kaki datar melengkung memiliki pronasi signifikan
lebih tinggi pada sikap dari individu yang arkusnya tinggi. Ada beberapa
peningkatan risiko cedera akut atau cedera regangan berulang. Para peneliti telah
menilai perubahan postur kaki setelah berjalan jarak jauh. Ketika otot-otot
intrinsik plantar kaki yang lelah, ada perubahan postur kaki ke posisi pronasi.
perubahan lain dalam bagian proksimal ekstremitas bawah. Plantar fascia ini
terdiri dari fleksor toe, tendon achilles dan trisep surae, hamstring, ligamentum
sacrotuberous, fasia dari daerah sacrolumbar, erector spine dan fasia epicranial.
Beberapa penulis telah mengamati bahwa latihan yang berfokus pada otot kaki
bagian plantar dapat meningkatkan fleksibilitas dan lingkup gerak sendi proksimal
di tungkai bawah dan di tulang lumbal. Mereka menyarankan bahwa efek ini
dapat dicapai karena koneksi anatomis dan fungsional antara fasia dan otot di
tulang belakang. Itu juga mungkin salah satu alasan mengapa peningkatan dalam
pada otot kaki. Oleh karena itu, disarankan bahwa latihan penguatan singkat pada
otot kaki memiliki efek yang menguntungkan dalam pencegahan pronasi kaki
23
berlebihan dan plantar fasia dan dapat menurunkan risiko cedera pada anak. Ada
beberapa keterbatasan penelitian ini yang perlu ditangani (Sulowska et al., 2016)
otot di bagian bawah ankle yang menggunakan beban tubuh sendiri. Latihan ini
gerakan plantar fleksi dan dorso fleksi. Pada saat melakukan gerakan calf raises,
maximus. Otot-otot stabilisasi pada gerakan dorso fleksi ankle pada peregangan
gerakan plantar fleksi ankle pada saat gerakan menjinjit adalah m.gastrocnemius,
menghadap dinding dengan kaki sedikit maju dan lutut sedikit ditekuk. Posisi kaki
di belakang dalam keadaan lurus dengan tumit datar dan jari-jari kaki sedikit
menekuk. Menjaga kedua tumit datar di lantai, dan menekan pinggul maju menuju
dinding. Mekanisme latihan heel cord stretch dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Dinding
Lantai
Heel Cord Stretch with bent knee merupakan mekanisme latihan yang
menggunakan otot soleus, dimana cara latihannya adalah anak berdiri menghadap
dinding dengan kaki mengarah maju dengan lutut sedikit ditekuk. Kaki yang
terkena adalah kaki bagian belakang dengan lutut sedikit ditekuk. Menjaga kedua
Lantai
25
tumit dalam keadaan datar. Mekanisme latihan heel cord stretch with bent knee
Dinding
Lantai
3. Calf Raises
dengan berat badan merata pada kedua kaki. Tangan memegang bagian belakang
kursi atau dinding untuk menjaga agar tetap seimbang. Angkat kaki hingga berat
badan bertumpu pada kaki satunya yang bertumpu pada jari-jari kaki. Mekanisme
Kursi
4. Towel Curls
flexor, dimana cara latihannya adalah anak duduk dengan kedua kaki yang datar
dan tempatkan handuk kecil di atas lantai di depan kaki. Ambil dan pusatkan
handuk menggunakan jari-jari kaki, lekukkan kaki dan arahkan handuk hingga
mendekat. Mekanisme latihan towel curls dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Handuk
27
menggunakan otot-otot medial ankle complex, dimana cara latihan yaitu anak
dalam posisi duduk dengan punggung menempel pada dinding. Lalu diikatkan
theraband pada ankle dan perlahan kaki dibuka sambil melawan tarikan dari
theraband, lalu kembalikan pada posisi awal. Mekanisme latihan wall sits with
masing-masing sesi terdiri dari 3 set 10-12 repetisi (Listyorini et al., 2015).
2.5 Kinesiotaping
28
menggunakan teknologi tinggi. Lakban ini terbuat dari bahan khusus yang sangat
Kinesiotaping merupakan salah satu metode yang bisa digunakan oleh fisioterapi
serta limfe pada proses penyembuhan tanpa membatasi gerakan tubuh, karena
fungsi utama dari kinesiotaping ini adalah memberikan support bagi otot dan juga
melindungi otot untuk mencegah terjadinya overstretch yang berlebihan baik pada
abnormal,
gerakan sendi atau posisi sendi. Selain itu mechanoreceptors pada kulit memiliki
fungsi dalam mendeteksi gerakan sendi dan posisi yang dihasilkan dari
kemampuannya untuk meningkatkan panjang langkah, stride length dan toe out.
Arkus longitudinal medial telah digambarkan sebagai struktur kritis kaki yang
ekstrinsik seperti otot tibialis posterior dan otot-otot kaki intrinsik. Otot-otot kaki
photolytic. Enzim ini dapat memecah konstituen dari tendon tibialis posterior dan
tinggi arkus medial dan jumlah deformasi tinggi arkus selama berjalan. Sebuah
pronasi berlebihan dikaitkan dengan kelemahan pada otot plantar fleksor dan
kemampuan untuk push off menurun. Tidak memiliki arkus akan membuat push-
off kurang efektif. Oleh karena itu, akan membuat berjalan lebih efisien dan lebih
memposisikan otot atau sendi ke posisi yang tepat untuk rehabilitasi. Pengaruh
meningkatkan rasa pada posisi inversi dan lebih efektif untuk meningkatkan
weight bearing dalam mengoreksi pronasi yang abnormal dan sebagai bagian dari
sebagai metode yang paling obyektif, di mana peningkatan tekanan lateral dan
efektif. Kebanyakan penelitian tentang taping pada arkus dan pergelangan kaki
menyoroti efek mekanik kinesiotaping pada sendi. Namun ada bukti yang
neuromuskular. Hal ini diduga terjadi karena ditemukan bahwa efek kinesiotaping
untuk menstabilkan pergelangan kaki masih ada, bahkan setelah periode latihan
pergelangan kaki, melalui traksi dari pita pada kulit.Gangguan masukan aferen
dari mechanoreceptors akan mempengaruh beberapa hal, tidak hanya rasa gerakan
dan posisi, tetapi juga refleks neuromuskuler dalam mengontrol postur dan
koordinasi. Di sisi lain, bahwa kinesiotaping pada pergelangan kaki memiliki efek
samping stabilitas postural selama posisi kaki tunggal dimana subyek kurang
efisiensi terhadap hilangnya tekanan saat pendaratan. Efek dari medial arkus
persepsi bahwa pusat massa telah bergeser ke arah kaki yang distimulasi, yang
kaki.Sesuai dengan ini, efek dari kinesiotaping pada kontrol neuromuskuler pada
ekstremitas bawah yaitu mengontrol stabilitas postural, waktu reaksi otot dan
mengetahui keseimbangan dinamis pada anak. Dimana anak akan berjalan di atas
Walking Test ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan yang dapat dilihat pada
dalam 6 detik.
2. Nilai 4 jika mampu melewati balance beam dengan agak goyah tanpa
3. Nilai 3 mampu melewati balance beam dengan berhenti lebih dari satu kali
4. Nilai 2 jika mampu melewati balance beam dengan berhenti lebih dari satu
kali dan hampir jatuh, dan atau memakan waktu lebih dari 6 detik,
5. Nilai 1 jika terjun dari balok sebelum menyelesaikan lintasan balance beam
Pelaksanaan beam balance walking test dapat dilihat pada Gambar 2.9.
34