Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUHAMMAD SALECHORRAHMAN INDRAWAN

NPM : 202146500455

KELAS : DKV R1F

1. Identitas Buku
Judul : FARMAKOLOVA
Tema : Ketulusan dan Pengorbanan Cinta
Penulis : Ozy Efer
Jumlah Bab : 28 Bab

2. Sinopsis Cerita
Berawal dari kisah seorang mahasiswi program studi farmasi semester enam yang
bernama Ana Renata. Ana harus membayar uang kuliah agar dapat mengikuti ujian akhir
semester, namun karena faktor ekonomi yang sulit dia meminta dispensasi waktu biaya
kuliah. Ana menghampiri ruangan Wakil Direktur untuk membicarakan dispensasi waktu.
Saat itulah pertemuan pertama dia dengan Pak Rendra. Orang tua Ana memang agak
kesulitan dalam faktor ekonomi. Ayah Ana membuka kedai Roti di Pasar dan Ibu Ana hanya
ibu rumah tangga pada umumnya.
Perkuliahan semester tujuh sudah di depan mata. Ana dan temannya, Fera masih
bingung harus memilih Dosen untuk mata kuliah Kimia Medisinal. Mereka bingung karena
pilihan dosen yang mengajar itu semua killer. Tanpa terasa, perkuliahan pun dimulai
kembali. Ternyata dosen killer yang mengajar mata kuliah Kimia Medisinal di mutasi ke
Universitas lain, sehingga digantikan oleh dosen lain, yaitu Pak Rendra. Berbeda dengan
dosen lainnya yang sudah berumur, dia tergolong masih muda, saat ini ia baru berusia 28
tahun. Dia juga sedang menyelesaikan pendidikan S3-nya di salah satu universitas ternama
di Amerika Serikat, MIT. Tidak heran jika banyak mahasiswa yang kagum terhadapnya.
Azhar adalah seorang perantauan yang sedang mencari pekerjaan. Dia merupakan
lulusan sarjana komputer. Sambil menunggu pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, dia
bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar kontrakan. Mencari
pekerjaan di masa sekarang memang bukanlah hal yang mudah. Namun azhar tidak putus
asa, dia bertekad untuk tidak pulang kampung sebelum mendapat pekerjaan di Jakarta.
Semenjak Ana dipilih menjadi penanggung jawab mata kuliah Kimia Medisinal, itu
membuat komunikasi Ana dan Pak Rendra menjadi intensif. Ana seakan menjadi
penghubung antara mahasiswa dan Pak Rendra jika ada pertanyaan-pertanyaan terkait mata
kuliah. Hubungan mereka kian mendekat saat Pak Rendra menghampiri Ana untuk makan
siang bersama di Kantin Universitas. Setelah kejadian itu, Ana mulai bingung dengan
perasaannya sendiri. Tapi dia tetap berpikir jernih, karena Pak Rendra itu memang pria yang
baik dan dosen mata kuliah nya sendiri.
Sudah mencari kesana kemari namun hasilnya nihil. Azhar memang pria yang tidak
kenal kata menyerah, dia tetap berusaha untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan
bidangnya. Seharian berkeliling, Azhar menghampiri warung Indomie untuk meredakan rasa
laparnya. Disana dia bertemu dengan Pak Reza yang sedang kebingungan karena laptop nya
mati. Dengan latar belakang pendidikan komputer, Azhar mencoba membantu untuk
memperbaiki laptop tersebut. Tak lama kemudian, laptop itu kembali menyala. Mereka pun
mengobrol santai. Mengetahui Azhar sedang mencari pekerjaan, Pak Reza menawarkan
pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan Azhar. Tidak pikir lama, Azhar
langsung menyetujui tawaran tersebut. Setelah mengikuti rangkaian wawancara, Azhar
akhirnya diterima di perusahaan tersebut.
Hari itu, perkuliahan selesai tepat sebelum adzan magrib berkumandang. Ana bergegas
menuju tempat kosnya. Malam itu Ana sedang membaca buku tentang perkuliahan. Tiba-
tiba Pak Rendra menelpon, Ana berpikir mungkin itu terkait dengan perkuliahan. Namun
kenyataan tidak seperti itu, Pak Rendra hanya ingin mengobrol santai dengan Ana. Perasaan
aneh itu muncul lagi. Hanya senyuman kecil yang terlihat di bibir Ana. Perbincangan itu
cukup lama, masing-masing dari mereka tersirat tanda kebahagiaan.
Esok harinya, kabar kedekatan Ana dengan Pak Rendra tersebar cepat. Ternyata, saat
makan bersama siang tempo hari itu yang membuat kabar kedekatan Ana dan Pak Rendra
tersebar. Namun Ana tetap harus bersikap normal dan sewajarnya. Ana dikejutkan dengan
kiriman makanan dan minuman, yang ternyata dari Pak Rendra. Fera pun mengetahui jika
itu adalah kiriman dari Pak Rendra. Sontak saja Fera langsung menggoda Ana dengan canda
tawa, karena kabar kedekatan Ana dan Pak Rendra itu benar.
Rendra sangat senang dan bersemangat untuk mengajar. Tak lain dan tak bukan karena
kehadiran sosok Ana. Sabtu itu, Rendra memiliki rencana untuk mengantarkan Ana pulang
ke rumahnya di Tangerang. Saat makan siang tempo hari, Ana bercerita jika tiap weekend
dia akan pulang ke rumahnya. Rencana Rendra berjalan lancar, dengan sedikit memaksa,
akhirnya Ana mau diantar pulang oleh Rendra ke rumahnya. Ana semakin bingung dengan
perasaannya, dia meminta nasihat ibunya tentang keresahan hatinya.
Tak terasa perkuliahan sudah masuk pertemuan terakhir. Pak Rendra harus kembali ke
Amerika untuk menyelesaikan studi S3-nya. Namun raga terasa berat karena harus
meninggalkan orang yang dicintainya, Ana. Dia berpamitan kepada Ana, berjanji akan
pulang setelah dua bulan dan melamarnya. Keduanya memang memiliki rasa cinta yang
besar. Rindu pasti menghampirinya setiap hari. Bagaikan sahabat, rindu adalah sahabat yang
tidak menyenangkan. Namun Ana harus bersabar, karena kebahagiaan lama menantinya.
Sejak kejadian hari itu, hari-hari Ana terasa begitu menyenangkan dan indah.
Menunggu dengan dengan rasa rindu Ana rasakan setiap harinya. Kerinduan itu semakin
terasa dan melekat pada dirinya. Beberapa pekan Rendra hilang kabar, Ana mencoba
menghubunginya namun tidak bisa.
Ana harus melanjutkan hari-harinya tanpa kabar dari Rendra. Ana harus fokus
terhadap kuliahnya, karena sudah memasuki semester akhir. Ana hanya bisa bersabar
menunggu Rendra yang sampai kini tak ada kabar. Sebagai wanita muslim, dia hanya bisa
menahan kerinduan dan memasrahkannya kepada Allah.
Di tengah jalan menuju rumahnya, Ana di jambret. Beruntunglah ada seorang pemuda
yang melihat kejadian itu dan menolongnya, yaitu Azhar. Itu adalah pertemuan pertama
Azhar dan Ana. Azhar langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Beberapa bulan kemudian, akhirnya Ana dapat menyelesaikan kuliahnya. Ana masih
mengharapkan kedatangan sosok Rendra. Namun kenyataan berkata lain, Rendra tak
kunjung datang. Justru Azhar yang datang, dengan membawa boneka beruang bertoga kecil.
Ana bekerja sebagai asisten apoteker di sebuah apotek milik dosen pembimbingnya,
Bu Yusni. Malam hari, saat Ana hendak pulang, namun tidak ada satupun kendaraan umum
yang lewat. Akhirnya Ana menelpon Azhar untuk menolongnya mengantar pulang. Azhar
berpikir, ini adalah kesempatan agar hubungannya dengan Ana semakin dekat. Setelah
kejadian itu, Ana selalu diantar pulang oleh Azhar.
Beberapa waktu berlalu, Azhar memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya
kepada Ana. Namun Ana hanya memberikan jawaban tidak pasti, karena didalam lubuk
hatinya dia masih mengharapkan kedatangan Rendra. Jiwa pantang menyerahnya, membuat
Azhar tidak pernah berhenti mencoba mendekati Ana.
Pagi itu, Ana menjalani aktivitas seperti biasanya sebagai seorang asisten apoteker.
Sebelum pulang, Ana diminta untuk ke ruangan Bu Yusni untuk menemui seorang tamu.
Betapa terkejutnya Ana, ternyata seorang tamu itu adalah Rendra yang selama ini ia
nantikan. Ana menangis sejadi-jadinya, dia berlari keluar tanpa sepatah kata pun. Rendra
hanya bisa melihat kepergian Ana dari kejauhan. Memang sangat sulit bagi Ana menerima
kedatangan Rendra yang telah menghilang selama dua tahun dari hidupnya. Rendra berkali-
kali mencoba menghubungi Ana, namun tidak dijawab. Beberapa hari kemudian, Rendra
pergi menemui Ibu Ana. Dia meminta nasihat untuk hubungan dia dengan Ana. Rendra
mengaku bersalah atas apa yang dia lakukan terhadap Ana. Ada alasan yang tidak bisa ia
jelaskan saat dia menghilang. Menunggu memang bukan pekerjaan yang mudah. Dua tahun
tanpa kepastian pasti sangat melukai hati Ana.
Saat bekerja, Ana tiba-tiba pingsan. Azhar yang melihat itu langsung mengantar Ana
ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Ternyata Ana sakit tipes, jadi harus dirawat di
rumah sakit. Mendengar kabar itu, Rendra langsung pergi untuk melihat keadaan Ana.
Dalam kondisi itu, Ana memaafkan perlakuan Rendra terhadap dirinya. Rendra dan Azhar
mengobrol santai di ruang tunggu. Keduanya memiliki perasaan yang terhadap Ana. Mereka
saling merendahkan diri masing-masing. Namun keduanya tidak menganggap itu sebagai
persaingan, mereka memasrahkan takdir itu ke yang maha kuasa.
Rendra tidak menyia-nyiakan permintaan maaf tempo hari. Dia langsung berencana
untuk melamar Ana secepatnya. Dia juga tahu, jika ditunda pasti Azhar akan melamar Ana
terlebih dahulu. Di lain sisi, Azhar pun berpikiran sama dengan Rendra. Tepat keesokan
harinya setelah Rendra melamar Ana, Azhar juga datang untuk melamar Ana. Sungguh
sangat sulit bagi Ana untuk mengambill keputusan siapa yang harus dipilih menjadi masa
depannya kelak. Hati memang bekerja seperti itu, jauh di dalam lubuk hatinya tersimpan
nama Rendra. Cinta sejati Ana adalah Rendra. Dia sudah membulatkan keputusan untuk
menikahi Rendra. Azhar yang mendapat penolakan dari Ana, juga diminta untuk menjadi
saksi di hari pernikahan mereka. Dengan mudahnya ia menyanggupi permintaan itu,
bagaimana mungkin seorang lelaki bisa melihat pernikahan perempuan yang sangat
dicintainya. Ia hanya bisa berdoa kepada sang maha kuasa agar dikuatkan hati dan pikiran
nya untuk bisa merelakan perempuan yang sangat dicintai itu menikah dengan orang lain.
Beberapa hari menjelang pernikahan, Rendra merasakan keresahan di hatinya. Padahal
menikahi Ana adalah penantian yang selama ini ia dambakan. Ada perasaan bersalah yang
begitu mendalam di dalam hatinya.
Hari pernikahan pun tiba, Ana dan sekeluarga sudah siap untuk menyambut Rendra.
Rendra memang cinta sejati Ana, tapi di lain sisi dia juga merasa bersalah karena meminta
Azhar untuk menjadi saksi dipernikahannya. Rombongan Rendra akhirnya sampai ditempat
pernikahan. Namun masih belum terlihat sosok Azhar yang akan menjadi saksi. Akad
pernikahan segera dimulai, tiba-tiba Azhar datang dengan kemantapan hatinya. Ia berpikir
mungkin disana akan menjadi pertemuan terakhir dengan Ana.
Ijab kabul pun dimulai, seruan ijab penghulu sudah terdengar. Namun Rendra tidak
dapat mengikuti perkataan penghulu. Keresahan hatinya seakan membuat dia tidak dapat
berkata apa-apa. Ia tiba-tiba menangis dan menyerahkan posisinya itu ke Azhar. Semua
orang kebingungan. Ayah Rendra yang ingin berkata sesuatu, namun di cegah oleh Bu
Sarah, Ibunya Rendra. Bu Sarah seakan tahu apa yang dialami oleh anaknya itu, keresahan
yang sangat terlihat dari raut wajahnya. Rendra telah membulatkan tekadnya untuk
mengikhlaskan orang yang sangat dicintainya itu menjadi milik orang lain. Selepas selesai
ijab kabul, Rendra langsung pergi tanpa sepatah kata pun. Ada alasan yang tidak dapat
disampaikan tentang tindakannya itu.
Sebuah rahasia takdir yang dapat menyatukan Ana dan Azhar menjadi sepasang suami
istri. Allah lah dzat yang maha kuasa di dunia ini, yang dapat membolak-balikan hati dan
tidak dapat disangka-sangka oleh siapapun. Takdir sendiri sudah tertulis jauh sebelum kita
lahir.
Tak berasa waktu berlalu, Ana sudah mengandung empat bulan. Sore hari itu, Bu
Sarah datang menemui Ana. Dia menceritakan keadaan Rendra yang saat ini sedang kritis di
rumah sakit akibat kanker paru-paru stadium akhir. Ana yang mendengar kabar itu terkejut
karena selama ini Rendra tidak pernah merokok dan selalu menjaga pola hidup sehat.
Rendra adalah perokok pasif karena teman-temannya yang perokok berat selama kuliah S2
di Boston. Rendra sengaja menyembunyikan penyakitnya dan ingin menghilang dari
kehidupan Ana sejak kepergiannya 2 tahun lalu. Ini juga menjadi penyebab Rendra
membatalkan pernikahannnya dengan Ana. Karena ia tak tega, hanya karena kebahagiaan
sesaat yang nantinya akan menjadi luka yang dalam. Bu Sarah meminta kepada Ana untuk
bisa menemui Rendra. Sejak kritis, Rendra terus-menerus memanggil nama Ana. Mendengar
penjelasan itu air mata terlihat di wajahnya. Jauh di dalam hati, Ana masih mencintai
Rendra.
Ana dan Azhar bersama Bu Sarah pergi ke rumah sakit untuk menemui Rendra. Ana
terdiam di depan pintu kamar rumah sakit, dia masih tidak menyangka bahwa lelaki yang
sangat dicintainya dulu terbaring lemah. Ana mencoba untuk berkomunikasi dengan Rendra
yang masih menutup matanya. Air matanya terus mengalir, namun dia mencoba untuk tetap
tenang karena kondisi kandungannya juga harus ia jaga. Kekuatan cinta memang nyata,
telinganya perlahan mendengar suara samar dari Ana. Dia tahu bahwa suara itu dari sosok
yang sangat dicintainya. Keadaan begitu hening, suara penyemangat Ana begitu terdengar.
Seketika Rendra melirih kesakitan, dia tidak lagi kuat menahan rasa sakit yang pasti teramat
dashyat. Lengkingan ICU Monitor terdengar ditengah tangisan semua orang. Rendra telah
meninggalkan semuanya untuk selamanya.
Beberapa bulan kemudian, Ana melahirkan bayi laki-laki yang lucu. Azhar langsung
mengumandangkan adzan di telinga kanan anaknya itu. Tangisan bahagia keluar dari
keduanya. Mereka sepakat untuk menamai putra pertamanya Muhammad Rendra.

3. Pesan yang hendak disampaikan


Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat ditebak oleh semua orang. Kita sebagai
manusia hanya bisa berusaha dan memasrahkan hasilnya pada Allah. Semuanya sudah diatur
jauh sebelum manusia lahir. Siapa jodohmu, seberapa rezekimu, dan kapan ajal mu itu sudah
pasti tertulis di atas sana dan tidak ada yang mengetahuinya.
Kita juga belajar tentang ketulusan dan pengorbanan cinta. Ketulusan cinta Rendra
terhadap Ana mengajarkan arti cinta sesungguhnya. Mencintai seseorang itu pasti tanpa
pamrih. Jika mengharapkan pamrih itu bukan cinta. Itu terbukti pada saat Rendra merelakan
Ana untuk menikahi orang lain. Rendra berpikir, jika dia tetap memaksakan menikahi Ana,
itu hanya akan meninggalkan luka yang begitu dalam. Karena ia tahu hidupnya tidak lama
lagi karena kanker paru-paru yang dideritanya.
Kita juga harus tetap berjuang dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan. Sisanya kita hanya bisa berdoa pada Allah agar diberi jalan yang terbaik.
Kegigihan pasti akan terbayarkan suatu saat nantinya. Itu terbukti saat Azhar yang tak
pernah menyerah untuk mencari pekerjaan, meski sangat sulit ia tak pernah putus asa. Dan
Allah menunjukan jalan yang tidak terduga melalui petermuannya dengan Pak Reza saat ia
sedang istirahat sehabis mencari pekerjaan. Dia juga selalu bersyukur atas nikmat yang
diterima dan tak pernah mengeluh dalam hidupnya.

4. Kelebihan novel
- Terdapat kritik terhadap pemerintah tentang dukungan negara kepada para ilmuwan
indonesia yang sering terjadi penolakan.
- Mengajarkan kegigihan dan ketabahan.
- Mengajarkan ketulusan cinta.
- Mengandung unsur pendidikan kesehatan.

5. Kelemahan novel
Terdapat banyak bahasa atau istilah ilmiah sehingga akan sangat sukar dimengerti dan
dipahami oleh pembaca dari kalangan umum.

6. Saran kepada penulis


Karena ini novel, seharusnya bahasa-bahasa ilmiah tidak terlalu sering ditunjukan.
Mungkin bagi para pembaca yang ada di bidang farmasi dan kesehatan justru akan sangat
relate dengan alur cerita yang disajikan. Tapi bagi kalangan umum yang membaca, saya
rasa dia tidak akan membaca penjelasan-penjelasan ilmiah semacam itu.

7. Kesimpulan
Dengan topik utama cerita tentang percintaan, sudah semestinya target pasar ini adalah
anak muda. Kisaran usia 17 sampai 30 tahun. Novel ini memang menarik perhatian para
pembaca dengan alur cerita yang jarang terjadi pada kehidupan nyata. Saya sempat terkejut
karena plot twist yang disajikan menjelang akhir cerita. Namun ada sedikit rasa bosan saat
membaca penjelasan ilmiah yang tidak saya mengerti.

Anda mungkin juga menyukai