Anda di halaman 1dari 4

Awal Akhir.

Baiklah, bagaimana seharusnya kita mengawali kisah ini?


Mungkin dengan pertemuan tidak sengaja kedua insan manusia, “Pernah
denger ga? Kata orang pertemuan pertama itu ga di sengaja, pertemuan
kedua artinya kebetulan dan pertemuan ketiga artinya takdir, dan
kayaknya, kita dipertemukan lagi kali ini buat kenalan deh.” gadis
dengan tas dipundaknya tersebut duduk di depan pria yang sejak tadi
sedang sibuk berkutat dengan laptop di depannya.
Pria dihadapannya itu otomatis mengubah arah pandangnya
menghadap gadis yang saat ini ada di depannya, “Loh?? Lo yang
kemarin di perpustakaan and di toko buku itu kan?” gadis tersebut
mengangguk menjawab pertanyaan si pria, “Abigail Chavali, panggil aja
Abi.” pria dihadapannya tersenyum sebelum akhirnya memperkenalkan
dirinya sendiri, “Nanda Harendra, panggil aja Rendra.” tanpa mereka
sadari, bahwa semesta juga sedang ikut tersenyum melihat suatu kisah
yang tidak mereka sadari menjadi awal kisah mereka tersbut dengan
menampilkan senja yang entah mengapa terlihat jauh lebih cantik dari
biasanya.
“Anyway, sendiri aja?” tanya Rendra setelah Abi kembali ke
hadapannya dengan segelas ice coffee di genggamannya, “Iya, eh engga
si, kan ada lo hehe.” perempuan tersebut tertawa kecil sebelum akhirnya
menyesap kopi yang sedang dipegangnya tersebut, “Maksud gw dateng
ke sininya sendirian?” kembali Rendra mengajukan pertanyaannya
setelah mengoreksi maksud dari pertanyaan tersebut, “Iya, gw sering kok
kesini, dari tempat kuliah gw ga jauh soalnya, lo first time ya kesini? Gw
ga pernah liat soalnya, padahal gw hapir tiap hari kesini, sampai bosen
kali kasirnya ngeliat gw lagi,gw lagi hahahaha.” Rendra tertawa kecil
dan mengangguk menanggapi jawaban Abi.
Sore hari itu, mereka menghabiskan waktu saling mengenal satu
sama lain yang ternyata mempunyai satu ketertarikan yang sama pada
literasi dan bahasa, dan pertemuan ketiga mereka tersebut membawa
mereka ke pertemuan-pertemuan lainnya.
“Ren, ke sini yukk,” ujar Abi menunjukan handphonenya
kepada Rendra yang sedang berfokus pada laptop di hadapannya, siang
hari ini Rendra mengajak Abi untuk menemaninya menyelesaikan
pekerjaannya.
“Ayo, mau kapan? Lusa? Besok gw gabisa mau ketemu client.”
Rendra menjawab setelah menatap singkat foto yang ditunjukan Abi
padanya, “Lusa? Boleh, gw ada kelas dulu tapi, satu kelas pagi doank si,
kalau dosennya ga korupsi waktu ya…. Paling jam 10 udah selesai.”
Rendra mengangguk singkat, “Yauda lusa jam 10 gw jemput di kampus
lo, kita jalan seharian.” senyum bahagia tak lepas dari wajah Abi setelah
ia mendengar jawaban memuaskan dari mulut Rendra.
Seperti yang Rendra janjikan, hari ini mereka akan berjalan-
jalan seharian, tidak hanya ke tempat yang ingin di kunjungi Abi, Rendra
juga sudah merencanakan kemana saja mereka akan pergi hari ini, dan
kalau Abi dapat memberikan rating pada trip yang Rendra buatkan untuk
mereka berdua, Abi akan memberikan bintang lima!!
Saat ini mereka sedang dalam menuju tempat destinasi terakhir
perjalanan mereka hari ini, “Ini rumah siapa Ren? LO BENERAN MAU
NYULIK GW?!” Rendra menatap gemas gadis disampingnya tersebut,
“Untungnya apa gw nyulik lo coba, makannya banyak, mana teriak-
teriak terus, sakit telinga gw Bi, rumah gw ini, ayo.” Abi terdiam terkejut
mendengar perkataan yang Rendra lontarkan, “Ren….yaallah, kok
nervous gw Ren….” Abi memegang dadanya yang kini berdebar dua kali
lebih cepat, “Santai si, nyokap gw ga makan orang Bi.”
“Mah, Rendra pulang nih.” Rendra melangkahkan kakinya di
susul oleh langkah kecil Abi, “Hai sayang, eh ini perempuan siapa?” Abi
tersenyum kepada perempuan yang Rendra sapa Mama itu, “Hai tante,
aku Abi tante.” senyum mama Rendra terulas di wajahnya yang sudah
tak lagi muda tetapi masih terlihat sangat cantik tersebut, “Wah….
Pacarnya Rendra kah ini?” Abi baru saja ingin menggeleng sebelum
Rendra menjawabnya terlebih dahulu, “Iya mah, on the way jadi calon
mantu nih.” wajah Abi memanas seperti saat ia berdiri dibawah sengatan
matahari saat upacara bendera dulu begitu mendengar pernyataan
Rendra.
Setelah puas bercakap dan makan malam di rumah Rendra,
mereka berdua berpamitan begitu melihat jam yang sudah menunjukan
pukul 8, keheningan menyeliputi begitu mobil Rendra beranjak bergerak
dari rumah Rendra. 15 menit berlalu setelah keheningan tersebut sampai
akhirnya Rendra memulai percakapan di antara keduanya begitu ia
menepikan mobilnya tersebut.
“Yang tadi…. Beneran Bi, i mean…. Gw beneran berharap lo
nerima gw bukan sebagain temen lagi, it’s been 3 month since that time,
dan seperti yang lo katakan waktu itu, mungkin emang pertemuan ketiga
kita itu takdir, takdir dimana gw mau memulai awal kisah gw berdua
sama lo, karna entah sejak kapan, kehadiran lo merupakan hal yang gw
perlukan setiap hari, jadi…. Lo mau?” pernyataan Rendra yang diakhiri
oleh pertanyaan itu membuat semburat merah di pipi Abi semakin jelas
terlihat meskipun saat ini hanya lampu jalan yang menerangi gelapnya
malam.
“Mau apa??” tanya Abi dengan suara kecil, “Jadi babu gw Bi.”
Abi melayangkan pukulannya pada pria yang ada disampingnya,
“Hahahhaha,,.. ya jadi pacar aku lah Abigail Chavali, kamu mau ga?”
senyum Rendra malam itu seakan menyihir Abi untuk ikut tersenyum
menatapnya, “Iya udah aku mau Nanda Harendra.” dan malam itu, lampu
jalan dan gelapnya malam menjadi saksi awal kisah kedua insan tersebut.
Tetapi, berbeda dengan tumpukan novel-novel fiksi romantis
yang sering mereka baca, mempertahankan suatu hubungan bukanlah hal
yang mudah, karena entah bagaimana masalah-masalah di dalam
hubungan mereka membuahkan sebuah ucapan ‘putus’ di malam tepat
pada tahun pertama kisah mereka tersebut.
Sampai dua tahun berlalu sejak berakhirnya hubungan mereka,
dan tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya belum ada yang benar-benar
berakhir di antara mereka selain hubungan mereka tersebut, mereka kira
seperti kisah tokoh fiksi di novel kesukaan mereka, seperti Geandra dan
Sandra yang pada akhirnya dapat mengawali kisah baru mereka dengan
peran utama yang baru, mereka juga dapat mencari peran utama baru
untuk awal baru kisah mereka.
Entah berapa kali hubungan yang mereka coba bangun dengan
peran utama yang berbeda, tapi nyatanya, perasaan mereka masih sama-
sama menginginkan peran utama dari kisah yang mereka kira sudah
berakhir, dan disinilah mereka, Abi dengan hati yang mengatakan bahwa
Rendra yang masih menjadi peran utama yang ia inginkan, dan logika
yang berkata bahwa bukan lagi Rendra peran utamanya saat ini, dan
Rendra yang berdiri di antara ego dan rindu yang tanpa sadar perlahan ia
bangun.
Dan sepertinya semesta mendukung hubungan kedua insan
manusia tersebut, sore hari ini dibawah halte bis yang dipadati kumpulan
manusia yang berharap dapat pulang ke rumah masing-masing tanpa
terguyur tetesan air hujan yang turun di kota Jakarta, semesta kembali
mempertemukan, mempertemukan kedua insan pada kisah yang mereka
kira sudah berakhir padahal belum pernah benar-benar berakhir tersebut
setelah mereka kira mereka sudah menemukan peran utama baru dalam
kisah mereka.
Well, berbeda dengan Geandra dan Sandra yang mungkin dapat
mengawali kembali kisah mereka dengan peran utama yang baru,
sepertinya semesta menawarkan hal yang berbeda untuk kisah mereka,
karna sebenarnya, kita ga perlu peran utama yang baru untuk mengawali
kisah yang baru kan? Mengawali kembali kisah yang sempat mereka kira
sudah berakhir juga merupakan awal dari kisah yang baru bukan?

Anda mungkin juga menyukai