dilaksanakan makan malam keluarga. Tampak ramai sekali ruang makan itu dikarenakan kedua anaknya yang sudah menikah membawa istri atau suami beserta anak-anaknya. Anak pertama dari Pak wisnu dan Bu Maryam adalah seorang laki-laki yang bernama Ghaffar Ruzain yang biasanya dipanggil Zain.sedangkan anak keduanya yang bernama Mahreen Safaana yang biasa dipanggil ana dan anak terakhirnya bernama Raveena Mishall Gazalla yang biasanya dipanggil Rara,kini ia masih kuliah di salah satu universitas di Bandung dengan jurusan kedokteran. Kedua kakaknya sudah berkeluarga dan sudah memiliki anak,kak zain sudah mempunyai istri yang disebut teh ziyya dan memiliki anak 1 yang sudah masuk TK. Sedangkan teh Ana sudah memiliki suami yang biasanya disebut kak Hanif mereka baru saja menikah 6 bulan lalu dan kini dikaruniai anak yang masih 2 bulan usia kandungannya. “Dek,gimana kuliahnya?” tanya kak Zain ketika semuanya berkumpul diruang keluarga. “Alhamdulillah,semuanya berjalan dengan lancar kak” jawab rara sambil main dengan ponakannya. “pasti susah banget ya,ngambil jurusan kedokteran?kalo teteh sih sepertinya gak mampu untuk ambil kuliah jurusan kedokteran” sambung teh ana yang sedang memakan rujak. Iya teh Ana sedang ngidam rujak mangga muda. “ iya,dek. Teteh aja pas liat bukunya pda tebel-tebel gitu udah ngeri liatnya.” Sambung teh ziyya yang duduk disebelah kak zain. “kalau aku sih alhamdulillah masih mampu teh,cuman untuk sekarang aku ngga sanggup untuk menghabiskan mangga yang asem ini” balas Rara sambil menatap kearah teh ana yang sedang memakan mangga muda. “ih enggak asem tau,initu enak bangett,ya gak a’?”elak teh ana minta dukungan kepada suaminya yaitu kak hanif.hanif yang mengetahui bahwa istrinya sensitif hanya bisa menganggukkan kepala saja. Tak lama kemudian kedua kakak Rara pamit pulang dikarenakan besok hari minggu yang mengharuskan mereka kembali ke aktivitas awalnya.setelah mengantar kedua kakaknya ke gerbang depan, Rara pun langsung ke kamar untuk mempersiapkan keperluannya ke kampus. Sedangkan ayah dan ibunya sudah masuk ke kamar mereka. “hemm,aku pake gamis yang mana ya?”gumam rara dalam hati sambil melihat koleksi gamisnya.setelah ia membanding- bandingkan gamisnya ia mengambil gamis berwarna hitam dan khimar berwarna peach dan tak lupa ia mengambil kaos kaki dan sepatunya. Ketika sedang memasukkan buku catatannya kedalam tas,pintu kamar Rara diketuk.Tak lama suara ibu yang memanggil ia untuk turun kebawahpun terdengar didepan pintu kamarnya. “ Ra,turun dulu yuk. Ada yang mau ibu sama ayah omongin ke Rara.”ucap ibu setelah mengetuk pintu kamar Rara. “ iya bu,sebentar lagi rara turun” jawab Rara sambil memasukan buku catatannya kedalam tas. Rara pun turun kebawah menuju ruang keluarga. Dilihatnya ada ayah dan ibu sudah duduk disofa menunggunya. “ sayang,ayah mau berbicara serius denganmu” ucap ayah Wisnu setelah Rara duduk. “ bicara tentang apaan yah?” jawab Rara dengan nada suara yang sedang kebingungan karena tumben ayah ingin berbicara dengan sangat serius. “ sayang,ayah punya sahabat sejak smp dan kami bernazar jika memiliki anak yang berbeda jenis kelamin,kami ingin menjodohkannya dan sahabat ayah memiliki 2 orang putra. Anak yang pertama sudah menikah,dan yang keduan masih kuliah semester akhir” jelas ayah sambil mengingat-ngingat pertemuannya dengan william (sahabat smpnya) ketika di masjid. “ kok Rara sih yah?kenapa pas itu gak teh ana aja.” Tolak Rara kepada ayahnya. “ sayang waktu itu, teh Ana sudah dikhitbah kak Hanif jadi ayah tidak bisa menjodohkan nya dengan anak pertama sahabat ayah.sekarang harapan ayah cuman Rara.” Bujuk ayah kepada rara.rara masih diam karena kesal kepada ayah dan ibunya kenapa hanya dia saja yang dijodohkan sedangkan kedua kakaknya tidak. “Rara cantik,anaknya ibu dan ayah.Rara emang mau lihat ayah disiksa gara-gara tidak melunasi nazarnya?” bujuk ibunya yang meluluhkan hati Rara.Rara tidak tega jika kedua orang tuanya disiksa nanti dineraka.’baiklah jika dengan cara aku menerima perjodohan ini aku bisa berbakti kepada mereka,insyaallah aku terima’.batin Rara berbicara. “yasudah yah,Rara terima perjodohannya.Rara mau naik kearas dulu ya yah,bu” putus rara sambil mengecup pipi kedua orang tuanya. “alhamdulillah,iya” balas ayah dan ibu dengan raut bahagianya.