Anda di halaman 1dari 4

Menjelang Ujian

Suasana kelas hening, hanya terdengar bunyi jam dinding dan suara goresan pulpen di atas
kertas. Ulangan harian Matematika sedang berlangsung dan seisi kelas sedang berkonsentrasi
mengerjakannya. Hanya ada satu perempuan yang tampak santai. Dia hanya menunduk, pura
pura mengerjakan, tetapi sebenarnya nggak ada satu soal pun yang bisa dia jawab. Rasha yang
memperhatikan Naura yang duduk di depannya. Temannya itu baru saja menghela napas
panjang, tanda tanda bahwa dia sudah selesai mengerjakan semua soal.
Ini saatnya beraksi! Seru Rasha berbisik pelan
Naura menoleh, lalu menaikan alis “Apa?” bisik Naura.
“Pinjem kertas jawaban lo”
“Tapi…..” Naura melirik ke meja guru takut takut. Bu Rini tampak sedang memeriksa ketas
kertas jawaban ulangan kelas lain
“Nggak ada tapi tapian!” seru Rasha, masih dengan berbisik “Buruan…!”
Naura menghela napas. Dia bersandar dikursi lalu pelan pelan menarik kertas jawaban ke
bawah meja dan menyerahkan ke tangan Rasha yang sudah terulur dikolong meja. Begitu
kertas jawaban Naura ada ditangannya, Rasha langsung menunduk, menyalin semua jawaban
Naura, mulai dari pilihan ganda, esai sampai uraian.
Kursi digeser dan Bu Rini bangkit dari singgahsananya. Beliau berjalan pelan pelan, mulai dari
baris pertama sampai baris paling belakang, kemidian memutar ke deretan kedua. Naura ketir
ketir. Sebentar lagi pasti Bu Rini sampai ke tempat duduknya!
“Rasha…” Naura berbisik lagi
“Sebentar”
Naura sudah banjir keringat dingin. Suara hak sepatu Bu Rini bergema di kelas, membuat
jantungnya berdetak lebih kencang. Rasha menatap tajam punggung Bu Rini yang sudah
sampai di baris terdepan deretan kedua. Dia cepat cepat menyerahkan kertas jawaban ke Naura.
Naura langsung menyambarnya dan meletakan di meja, lalu buru buru menunduk. Tepat saat
itu, Bu Rini memutar badannya dan menatap Rasha tajam. Rasha bersandar dikursi, sengaja
membalas tatapan Bu Rini, lalu pelan pelan membereskan alat tulisnya. Rasha pun berdiri,
kemudian berjalan keluar kels dengn santai.

Naura menyusul Rasha yang sudah nongkrong dikantin sambil menyantap sepiring somay
pedas. Perempuan itu duduk didepan Rasha memasang wajah yang tidak bersahabat. Sejak
SMP, Naura memang sudah bersahabat dengan Rasha. Dulu Rasha nggak malas belajar seperti
sekarang malahan Rasha masuk 10 besar dalam kelasnya. Tapi sejak kelas 1 SMA, Rasha
menjadi malas. Dia jadi kebiasaan menyontek. Bukan cuma di satu dua mata pelajaran. Yang
membuat Naura prihatin, Rasha sempat bercerita bahwa kedua orang tuanya bertengkar hebat
dan akan bercerai. Sejak itu Rasha malas belajar dan Naura mau membantu Rasha dengan
memberi contekan. Setelah dua tahun berlalu akhirnya kedua orang tua Rasha bertengkar
berkurang, nggak separah dulu. Rasha berharap kedua orang tuanya bisa akur dan harmonis
sepert keluarga yang lain. Suasana dirumah itu membuat Rasha nggak nyaman. Selain itu
kakak Rasha sudah nggak naik kelas dua kali, sekarang dia sama dengan Rasha, kelas 12
dengan peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Itulah yang membuat Rasha malas belajar.
Keadaan Keluarga Rasha yang nggak harmonis itu yang hanya Naura tau. Rasha nggak pernah
cerita kepada siapa pun.

Menjelang beberapa hari selesai ujian Papa Rasha di rawat dirumah sakit. Kata Dokter, Papa
Rasha tiba tiba nggak sadarkan diri karena penyakit vertigonya kambuh. Sepertinya vertigo
yang menyerangnya kali ini sangat berat. Sudah tiga hari Rasha nggak masuk sekolah.
Perempuan itu sedang mengkhawatirkan Papanya walaupun Dokter sudah bilang keadaannya
sudah membaik. Menurut Dokter keadaan Papa Rasha pulih cepat dan besok sudah boleh
pulang ke rumah. Dan Mama pun menyuruh Rasha untuk pergi ke sekolah pagi ini. Saat
melangkah masuk ke gerbang sekolah peraaan Rasha sudah tidak karuan. Segala macam hal
berkecokol di dadanya. Rasha masuk ke kelasnya dengan menunduk, tanpa mau
memperhatikan sekeliling. Bel belum bunyi dan teman temannya masih sibuk berceloteh.
Perempuan itu melangkah ketempat duduknya dengan segera. Naura yang duduk didepan
Rasha memutar badan dan bertanya
“Rash, kamu kemarin kenapa nggak masuk?” Tanya Naura pelan.
“Papaku masuk rumah sakit” Jawab Rasha datar. Tidak lama pun pelajaran dimulai.
Kring…
Bel terdengar nyaring dan jam menunjukan waktu pelajaran siswa kelas XIII selesai. Rasha
pulang dengan murung. Rasha tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Rasha baru akan
menutup pagar saat Kenji sang kakak laki laki Rasha tib tiba datang dan mendorong pagar besi
hingga terbuka dan membuat Rasha terjengkang.
Keesokan harinya Rasha berkonsentrasi dalam setiap mata pelajaran yang berlangsung hari itu.
Dia nggak banyak bicara. Perempuan itu bahkan bertanya kepada sahabatnya Naura ketika
nggak mengerti rumus Matematika yang baru saja di ajarkan. Rasha memang bukan perempuan
yang popular disekolah. Dia bukan juara kelas, dia bahkan nggak pintar, Ralat mungkin dia
pintar jika kalau dia rajin belajar. Dia nggak modis dan secantik perempuan yang high class
disekolahnya. Perempuan itu berperawakan kurus dan tinggi, dengan potongan rambut yang
pendek. Ia tampak cantik dengan senyum yang mengembang dan mata bulat yang bersinar.
Tujuan utama gadis itu sekarang adalah belajar dan menguasai ilmu disetiap mata pelajaran
sehingga ayahnya tidak kecewa ketika pembagian rapor. Entah apa yang di pikiran Rasha
sehingga berubah drastis. Yang awalnya ia hanya mengandalkan seorang sahabatnya Naura,
sekarang ia berusaha untuk meraih nilai yang bagus.

Beberapa bulan kemudian…


Rasha menahan napas membaca selembar kertas penting berisi daftar nilai hasil ujiannya. Hari
ini adalah hari pengumuman kelulusan tingkat SMA. Sekolah dipenuhi murid murid kelas 3
yang sudah resah menunggu hasil kelulusan.
Rasha menapat angka angka yang tertera di kertas itu. Mata Rasha terus menatap angka angka
di mata pelajaran selanjutnya. Ternyata cewek itu mendapatkan nilai antara 70-75. Rasha
menghela napas. Walau nilainya nggak gemilang, tetapi Rasha dinyatakan lulus. Rasha mulai
mengembangkan senyum dan mengedarkan pandang ke sekelilingnya. Naura menghampirinya
sambil tertawa senang.
“Lulus kan?” Tanya Naura.
Rasha mengangguk senang.
“Hore!!!” seru Naura sambil langsung melompat memeluk Rasha kuat kuat.
“Tuh kan, kamu berhasil!Hebat!Nggak sia sia selama semester akhir ini kamu belajar mati
matian” “Congrats ya Rash!” kata Naura sekali lagi. “Lebih puas kan kalau hasil ujiannya itu
hasil berlajar sendiri?”. Rasha pun meng iyakan dengan anggukan.
Senyum Rasha melebar, lama lama menjadi sebuah tawa. Tidak lama mereka pun tertawa
bersama. Rasha menerkam momen paling indah dibenaknya. Baginya, mengenal Naura adalah
suatu keberuntungan karena Naura telah mengajari banyak hal kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai