Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (1) jumlah klausanya, (2) predikatnya, (3) kategori
sintaktiknya, (4) kelengkapan unsurnya, (5) kemasan informasinya.
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas (a) kalimat simpleks, (b) kalimat
kompleks, (c) kalimat majemuk, (d) kalimat majemuk kompleks.
Berdasarkan jenis predikatnya, kalimat dapat dibedakan menjadi (a) kalimat berpredikat
verbal, (b) kalimat berpredikat adjektiva, (c) kalimat berpredikat nominal, (d) kalimat
berpredikat numeralia, (e) kalimat berpredikat preposisional. Kalimat berpredikat verbal dapat
dikelompokkan berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya
menjadi (i) kalimat taktransitif dan (ii) kalimat transitif.
Berdasarkan kategori sintaktisnya, kalimat dibagi atas (a) kalimat deklaratif yang lazim
digunakan untuk membuat pernyataan, (b) kalimat imperative yang lazim digunakan untuk
membuat perintah, (c) kalimat interogatif yang lazim digunakan untuk bertanya, (d) kalimat
eksklamatif yang lazim digunakan untuk menyatakan perasaan yang dalam, seperti keheranan
dan kekaguman.
Berdasarkan kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas (a) kalimat lengkap
(kalimat mayor) dan (b) kalimat taklengkap (kalimat minor). Terakhir, kalimat berdasarkan
kemasan informasinya dibedakan dari segi fungsi sintaksis dan fungsi pragmatis.
Kalimat berdasarkan kemasan informasinya, dapat dilihat dari (a) fungsi sintaktis dan (b)
fungsi pragmatisnya. Dari fungsi sintaksisnya, terdapat (i) kalimat biasa, (ii) kalimat inversi, dan
(iii) kalimat permutasi. Dari fungsi pragmatisnya, terdapat (i) kalimat berfokus sebagian, (ii)
kalimat berfokus penuh, dan (iii) kalimat berfokus kontras.
b. Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat
yang terdiri atas dua klausa dan salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang
lain. Klausa yang menjadi bagian klausa lain itu biasanya berupa perluasan salah satu
Konstituen ketika rapat telah selesai dan yang pernah menghebohkan merupakan anak
kalimat atau klausa subordinatif.
c. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk yang lazim disebut kalimat majemuk setara adalah kalimat yang
terdiri atas dua klausa atau lebih dan mempunya hubungan setara. Hubungan
antarklausa itu ditandai dengan kehadiran konjungsi dan, atau, tetapi.
Contoh:
Para demonstran terkonsentrasi di depan gedung DPR dan polisi berjaga-jaga untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pendukung kedua tim dapat menyaksikan pertandingan itu secara langsung atau
mereka dapat menyaksikannya melalui siaran televisi.
Mahasiswa ingin berdialog, tetapi ide itu dianggap tidak praktis.
Selain tiga konjungsi di atas, serta, sedangkan, padahal, dan melainkan dapat juga
digunakan. Konjungsi serta maknanya mirip dengan konjungsi dan. Sementara itu,
sedangkan, padahal, dan melainkan maknanya mirip dengan konjungsi tetapi.
Contoh di atas memperlihatkan bahwa kalimat majemuk kompleks yang terdiri atas
satu klausa utama, yaitu Partai yang propemerintah setuju dengan rencana kenaikan
harga BBM, dan satu kalimat kompleks, yaitu (tetapi) partai oposisi menentangnya
karena tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Hubungan klausa pada kalimat majemuk
ditandai dengan penggunaan konjungsi tetapi yang menyatakan hubungan
pertentangan, sedangkan hubungan klausa pada kalimat kompleks ditandai dengan
konjungsi karena yang menyatakan hubungan penyebaban.
Untuk memudahkan pemahaman, silakan cermati ilustrasi berikut:
c. Kalimat nominal
Dalam bahasa Indonesia ada kalimat yang predikatnya berupa nomina (termasuk
pronominal) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua nomina atau frasa nominal
yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan
predikatnya terpenuhi.
Contoh:
Buku cetakan Bandung itu
Buku itu cetakan Bandung.
Urutan kata “Buku cetakan Bandung itu” membentuk satu frasa dan bukan kalimat
karena cetakan Bandung itu merupakan pewatas dan buka predikat. Sebaliknya,
“Buku itu cetakan Bandung.” Membentuk kalimat karena penanda batas frasa itu
memisahkan kalimat menjadi dua frasa nominal: Buku itu sebagai subjek dan cetakan
Bandung sebagai predikat. Akan tetapi, jika frasa nominal pertama dibubuhi partikel
–lah, frasa nominal pertama itu menjadi predikat, sedangkan frasa nominal kedua
menjadi subjek.
d. Kalimat Numeral
Ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa frasa numeral.
Contoh:
Anaknya banyak.
Rumahnya dua (buah).
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
Pada contoh di atas tampak bahwa predikat yang berupa numeralia (kata bilangan)
taktentu (banyak) tidak dapat diikuti kata penggolong seperti buah dan wajib diikuti
ukuran seperti meter.
c. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif lazim digunakan untuk bertanya dank arena itu serting disebut
kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya apa, siapa, berapa,
kapan, bila, bagaimana, dan di mana dengan atau tanpa partikel –kah sebagai
penegas. Kalimat interogatif ditandai dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis atau
dengan intonasi naik pada bahasa lisan.
Kalimat interogatif biasanya digunakan untuk meminta (1) jawaban “ya” atau “tidak”
atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang kepada lawan bicara atau
pembaca. Ada tiga cara untuk membentuk kalimat interogatif dari kalimat deklaratif,
yaitu (a) dengan menambahkan partikel penanya apa, yang harus dibedakan dari kata
tanya apa, (b) dengan membalikkan susunan kata, (c) menggunakan kata bukan,
bukankah, tidak, tidakkah. Kalimat deklaratif dapat diubah menjadi kalimat
interogatif dengan menambahkan kata apa pada kalimat tersebut. Partikel –kah dapat
ditambahkan pada partikel tanya untuk mempertegas pertanyaan. Intonasi yang
dipakai dapat sama dengan intonasi kalimat berita.
Contoh:
Apakah pemerintah akan menaikkan harga minyak dan gas?
Dia dapat pergi sekarang. Dapatkah dia pergi sekarang?
Dia harus segera kuliah. Haruskah dia segera kuliah?
Dia sudah selesai dengan kuliahnya. Sudahkah dia selesai dengan kuliahnya?
*bentuk kata sedang, akan, dan telah tidak dipakai dalam kalimat seperti itu.
Masalah ini urusan Pak Ali. Urusan Pak Alikah masalah ini?
Dia menangis kemarin. Menangiskah dia kemarin?
Mereka menerima putusan hakim itu. Mereka menerima putusan hakim itu,
bukan?
Paket ini akan dikirim. Paket ini akan dikirim atau tidak?
Cara terakhir untuk membentuk kalimat interogatif adalah dengan memakai kata
tanya seperti apa, bagaimana, berapa, bilamana, kapan, ke mana, mengapa, atau siapa.
Contoh:
Siapa yang dia cari?
Bagaimana dia memecahkan masalah itu?
b. Kalimat Taklengkap
Kalimat taklengkap (kalimat minor) pada dasarnya adalah kalimat yang unsur-
unsurnya tidak lengkap. Keberterimaan kalimat itu sangat ditentukan oleh hadirnya
kalimat lain dalam konteks wacana, baik karena sudah diketahui maupun karena
sudah disebutkan. Perhatikan penggalan percakapan berikut.
Risma : Kamu tinggal di mana, Bim?
Bimo : Di Kampung Melayu.
Bentuk Di Kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat Saya
tinggal di Kampung Melayu. Di luar konteks wacana, kalimat taklengkap sering juga
digunakan dalam iklan, papan petunjuk, atau slogan.
Contoh:
Menerima pegawai baru untuk ditempatkan di luar Jakarta.
Belok kiri langsung.
Merdeka atau mati.
Bentuk-bentuk itu tampaknya secara berurutan berasal dari:
a. Kami menerima pegawai baru untuk ditempatkan di luar Jakarta.
b. Yang akan berbelok ke kiri langsung membelok.
c. Tekad para pejuang dulu hanya satu: merdeka atau mati.
(2) Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului subjek
dengan pola P-S. Kalimat ini mensyarakatkan subjek tak definit. Jika S pada kalimat
tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi kurang berterima
Contoh:
Ada masalah dalam tubuh partai.
P S K
Ada masalah tersebut dalam tubuh partai.
P S definit K
Masalah ada dalam tubuh partai.
S P K
(3) Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S atu P-O-S.
Berbeda dengan inversi, permutasi tidak mengharuskan urutan P-S, tetapi hanyalah
merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan yang baku. Biasanya,
permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang ingin difokuskan maknanya.
Contoh:
Tak perlu datang dia.
P S
Menjual air mineral anak itu.
P O S
(2) Kalimat berfokus penuh adalah kalimat yang keseluruhan unsurnya merupakan focus.
Contoh:
Hati-hati.
(3) Kalimat berfokus kontras adalah kalimat yang mengandung unsur positif dan
negative. Unsur positif berfungsi sebagai focus dan unsur negative berfungsi sebagai
latar atau sebaliknya unsur positif sebagai latar dan unsur negative sebagai focus.
Contoh:
Dialah yang korupsi, bukan saya.
Fokus Latar
Kantor itu direncanakan beroperasi Januari 2021, bukan Januari 2022.
Fokus Latar
Fungsi eksternal kalimat berhubungan dengan orientasi tujuan komunikasi bahasa. Terdapat
tujuh fungsi, di antaranya adalah fungsi heuristik, fungsi instrumental, fungsi representasional,
fungsi regulasi, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi imajinatif.
Yang pertama, fungsi heuristik yakni untuk mengetahui atau menyelidiki sesuatu, biasanya
diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh:
Kapan mereka akan berangkat?
Yang kedua, fungsi instrumental, yakni untuk menyatakan ketidaksetujuan atau penolakan,
biasanya diungkapkan dalam bentuk kalimat pengingkaran.
Contoh:
Dia bukan seorang tokoh masyarakat yang berwibawa, bersih, dan kompeten.
Tidak puas dengan putusan itu, ia mengajukan banding.
Yang ketiga, fungsi representasional, yakni untuk memberi informasi tentang sesuatu hal,
biasanya diungkapkan dalam bentuk kalimat berita.
Contoh:
Dia berangkat sekarang.
Yang keempat, fungsi regulasi, yakni untuk mengatur atau mengarahkan sesuatu hal, biasanya
diungkapkan dengan kalimat perintah baik dalam bentuk ajakan, permohonan, ataupun larangan.
Contoh:
Tarik talinya, Anton!
Silakan duduk sesuai dengan nomor peserta.
Mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME.
Mohon kiranya surat ini dapat menjadi pertimbangan.
Jangan mengingkari hati nurani rakyat!
Yang kelima, fungsi interaksional, yakni untuk menjaga keberlangsungan komunikasi agar tetap
lancar, biasanya dinyatakan dalam bentuk kalimat interaksional.
Contoh:
Selamat pagi, Pak.
Yang keenam, yakni fungsi personal untuk menyatakan perasaan atau emosi seperti rasa takut,
cemas, haru, simpati, empati, antipasti, kesal, marah, sedih. Biasanya dinyatakan dalam bentuk
kalimat seru.
Contoh:
Aduh…sakitnya!
Seni mencitarasakan kalimat dapat menimbulkan rasa tertentu seperti keteraturan, ketertegangan,
keterpikatan, dan keteriramaan. Seni mengolah kalimat ini biasanya digunakan dalam penulisan
karya tulis populer seperti esai, berita, cerita fiksi, anekdot, dan lain-lain.
1. Kalimat Berkompilasi
Pengompilasian kalimat dapat dilakukan dengan cara berklimaks dan berlepas.
Kalimat berklimaks dibuat dengan mengompilasikan anak kalimat dan induk kalimat,
sedangkan kalimat berlepas dilakukan dengan cara mengompilasikan induk kalimat
terlebih dahulu diikuti anak kalimat.
Kalimat berklimaks
Contoh:
Apabila peralatan diperbarui dan dilengkapi dengan yang sempurna, risiko
kecelakaan transportasi dapat berkurang.
Kalimat berlepas
Contoh:
Forbidden City disebut kota terlarang karena pengunjung yang bukan berasal dari
keluarga kaisar dilarang memasuki kota tersebut.
2. Kalimat Bervariasi
a. Variasi Kalimat Pernyataan
(1) Variasi kalimat pernyataan bisa berupa kalimat aktif dan kalimat pasif.
Contoh:
Bersih, rapi, dan teratur, itulah kesan pertama yang timbul saat mengunjungi
Malaysia. Orchard Road banyak dikunjungi wisatawan karena banyak
menyediakan barang-barang bermutu dengan harga murah.
(2) Variasi kalimat pernyataan bisa berupa kalimat langsung dan kalimat tidak
langsung.
Contoh:
“Jangan lupakan sejarah,” itulah pesan Bung Karno pada generasi muda
bangsa kala itu, Namun, kini pesan itu seolah hanya menjadi jargon semata.
Tal banyak di antara kita yang paham sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
b. Variasi Kalimat Pertanyaan
Kita bisa mengawali tulisan dengan kalimat tanya untuk merangsang pembaca
merespons tulisan.
Contoh:
Apakah metroseksual itu? Itulah kata yang sedang booming saat ini, gaya hidup
metroseksual saat ini tengah menjadi tren dan digandrungi oleh kaum pria. Pria
metroseksual? Ya, pria yang bau, tak rapi, dan kucel saat ini tak menarik lagi bagi
kaum hawa. Pria yang menarik kaum hawa saat ini yaitu pria yang suka
memperhatikan penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kuku. Selain itu,
4. Kalimat Berepetisi
Kalimat berepetisi atau berulang dipakai untuk mencitarasakan kalimat dengan
menghindarkan pengulangan kata yang lemah dayanya.
Contoh:
Lembaga pendidikan yang berkembang itu memerlukan para ahli seperti ahli hukum,
ahli computer, ahli komunikasi, dan ahli psikologi.
a. Kalimat Berepetisi Bentuk
Contoh:
Penekanan mata kuliah Bahasa Indonesia bukan pada bagaimana mahasiswa
dapat memahami kaidah bahasa Indonesia, melainkan pada bagaimana agar
mahasiswa dapat menulis, menulis, dan menulis.
b. Kalimat Berepetisi Makna
Contoh:
Surabaya adalah kota pahlawan, kota yang dikagumi karena penduduknya berani
berjuang melawan penjajahan.
Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara.
Kuntarto, Niknik. 2013. Cermat dalam Berbahasa dan Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Rokhman, Fathur. 2020. Linguistik Disruptif (Pendekatan Kekinian Memahami Perkembangan
Bahasa). Jakarta: Bumi Aksara.
Wiratno, Tri. 2018. Pengantar Ringkas Linguistik Sistemik Fungsional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.