Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625

Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

PENDEKATAN ECOLITERACY UNTUK BERPIKIR HOLISTIK SISWA DI


SEKOLAH DASAR

Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana


Universitas Majalengka
winad1211@gmail.com
ronirodiyana@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang penelitian adalah mempersiapkan anak berpikir holistik


di era digital, tujuan yang ingin dicapai adalah ingin mengetahui penerapan
pendekatan ecoliteracy di enam sekolah dasar di Majalengka, serta ingin
mengetahui berpikir holistik siswa setelah menggunakan pendekatan
ecoliteracy. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian secara keseluruhan pada tindakan 1, 2,
dan 3 mengalami peningkatan secara baik yaitu mencapai target yang
diharapkan. Adapun rata-rata siswa secara akhir yaitu 85,7, hal tersebut
sudah memenuhi target dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
yaitu sebesar rata-rata ≥ 80. Lalu secara sikap siswa sudah baik dalam
berkomunikasi, berkolaborasi, bekerjasama, dan mulai muncul sikap kreatif,
inovatif, serta kompetitif.

Kata kunci: berpikir holistik, pendekatan ecoliteracy, sekolah dasar.

237 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

PENDAHULUAN bahan perhatian pendidik dengan


Latar belakang dari penelitian ini mengedepankan pendekatan ecoliteracy
adalah bagaimana cara mempersiapkan bagi peserta didik, karena ecoliteracy
anak sedini mungkin untuk menghadapi relevan dengan permasalahan yang
era digital yang sangat canggih dan dikemukakan di atas. Pendekatan
sangat berkembang pada saat ini, ecoliteracy ini perlu diimplementasikan
revolusi industri 4.0 memberikan inovasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
yang baik tetapi juga ada dampak negatif dasar yang sudah menggunakan
baik secara fisik maupun psikis, secara pembelajaran tematik hampir di semua
fisik timbulnya pemanasan global, kelas. Pendekatan ecoliteracy dapat
perubahan iklim yang tidak teratur, dimasukan dalam kegiatan
hutan yang ditebang untuk lahan intrakurikuler, kokurikuler, serta
pertanian, industri serta perumahan, ekstrakurikuler. Pendekatan ecoliteracy
adanya bencana banjir, longsor, dan dalam pembelajaran tematik akan
kekeringan, itu semua merupakkan mendorong siswa untuk berpikir
respon dari alam terhadap manusia yang holistik, karena fokus pembelajarannya
memperlakukan alam secara tidak wajar. yaitu menstimulus siswa melihat sesuatu
Kemudian masalah secara psikis yaitu secara keseluruhan, tidak bagian per
hubungan sosial manusia seperti adanya bagian serta untuk mengembangkan
pergeseran etika sosial dalam pergaulan, potensi anak yang mencakup potensi
dimana tindakan acuh tak acuh sosial, emosi, intelektual, moral/karakter,
seseorang karena lebih fokus pada gadget kreatifitas, dan spiritual (Megawangi,
daripada membangun sebuah 2005). Menurut Sudrajat (2008) berpikir
komunikasi/percakapan, sehingga holistik merupakan pemikiran bahwa
seseorang lebih banyak menggunakan pada dasarnya seorang individu dapat
gadget (phubbing=phone snubbing) menemukan identitas, makna dan tujuan
daripada bergerak atau berolahraga dan hidup melalui hubungannya dengan
pada akhirnya akan menimbulkan masyarakat, lingkungan, dan nilai-nilai
seseorang yang obesitas. Masalah ini kemanusiaan seperti kasih sayang dan
semua perlu adanya kesadaran dari perdamaian. Dalam menangani berbagai
semua orang, dan perlu adanya tindakan macam masalah yang ada di lingkungan,
preventif dari sejak anak usia dini, tentu membutuhkan sosok orang yang
kemudian hasil observasi peneliti dalam bijaksana, seseorang dikatakan bijaksana
melaksanakan berbagai penelitian di ketika seseorang itu sudah mampu
sekolah dasar tahun 2018 di kabupaten berpikir secara holistik, hal ini senada
majalengka terutama di kecamatan dengan pernyataan Miller (2005) yaitu
majalengka dan kecamatan kasokandel “Thinking holistically means trying to teach
yang notabenenya termasuk sekolah the whole person as a human soul which
dasar di perkotaan yang hampir includes mind, body, emotions, and spirit”.
mayoritas anak dibekali smartphone oleh Berdasarkan permasalahan yang
orang tuanya, terlihat bahwa kurangnya telah dipaparkan di atas, maka rumusan
kemampuan anak dalam berkomunikasi, masalah secara umum rencana penelitian
berkolaborasi, bekerjasama dan ini adalah “Bagaimana membentuk
minimnya sikap kreatif, inovatif, serta berpikir holistik siswa di revolusi
kompetitif siswa. industri 4.0 dengan pendekatan
Revolusi industri 4.0 akan ecoliteracy dalam pembelajaran tematik di
berdampak secara umum kepada aspek sekolah dasar?”.
lingkungan anak, hal ini harus menjadi

238 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

Tujuan khusus pada penelitian Menurut Miller, et al. (2005)


yang ingin dicapai adalah ingin holistic education attempts to nurture the
mengetahui penerapan pendekatan development of the whole person. This
ecoliteracy di sekolah dasar, serta ingin includes the intellectual, emotional, physical,
mengetahui berpikir holistik siswa social, aesthetic, and spiritual. Kemudian
setelah menggunakan pendekatan menurut Rubiyanto (2010) juga
ecoliteracy. menyatakan bahwa berpikir holistik
Urgensi penelitiannya yaitu adalah upaya membangun seluruh aspek
mengedepankan kemampuan berpikir pembelajaran yang mencakup spiritual,
Higher Order Thinking Skills terutama moral, imajinatif, intelektual, budaya,
kemampuan berpikir holistik, dimana estetika, emosi, fisik pada siswa secara
mengarahkan anak kepada kemampuan utuh dan seimbang yang mengarahkan
untuk bisa berpikir multipersfektif, seluruh aspek tersebut ke arah
sehingga mendorong anak untuk pencapaian sebuah kesadaran tentang
mampu berpikir secara bijaksana dalam hubungannya dengan Tuhan. Lalu
menangani berbagai macam masalah menurut Mahmoudi dalam Scott Forbes
pada era revolusi industri 4.0 ini. (2012) menyatakan bahwa “The goal of
holistic education is best encapsulated by the
KAJIAN LITERATUR term ‘ultimacy’ as, (1) the highest state of
Berpikir Holistik Siswa di Era Revolusi being that a human can aspire to, either as a
Industri 4.0 stage of development (e.g. enlightenment), as
Di sekolah dasar kemampuan a moment of life that is the greatest but only
berpikir kritis dan kreatif selalu rarely experienced by anyone (e.g. grace), or
dikedepankan hal itu sesuai dengan tesis as a phase of life that is common in the
peneliti yang melakukan penelitian population but usually rare in any particular
tentang kemampuan dua berpikir ini, individual’s life (e.g., Maslow’s
tetapi pada era revolusi industri 4.0 hal peakexperience); and (2) a concern or
yang paling penting diterapkan terhadap engagement that is the greatest that a person
anak sekolah dasar adalah kemampuan can aspire to (e.g., being in service to
berpikir holistik, karena ruang something sacred). These two meanings can
lingkupnya cukup luas dan overlap or intertwine”.
mengarahkan anak kepada kemampuan Berdasarkan beberapa
untuk bisa berpikir multipersfektif, pernyataan di atas, maka dapat diambil
sehingga mendorong anak untuk kesimpulan tentang berpikir holistik
mampu berpikir secara bijaksana dalam siswa dimana penekanan berpikir
menangani berbagai macam masalah holistik menekankan pada
yang datang, hal ini senada dengan perkembangan manusia seutuhnya
pernyataan Ruggerio dalam Othman dimana didalamnya terdapat aspek
(2002) yaitu “…a holistik thinking model intelektual, emosional, fisik, sosial,
fits a broader range of thinking situations estetika, dan spritual. Lalu adanya
than does a creative model or a critical peningkatan hubungan secara vertikal
model”. Lebih lanjut Locke, dkk. (2013) antara individu dengan Tuhan serta
mengatakan “…designing education for the hubungan antar manusia, serta
purpose of creating an ecological literacy pembelajaran holistik yang menekankan
community is one of the most important pada tanggung jawab terhadap
needs of today's society both at global and pemeliharaan lingkungan sekitar.
local levels”.

239 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

Pendekatan Ecoliteracy dengan mencapai tingkat kesadaran tinggi akan


Pembelajaran Tematik pentingnya lingkungan hidup (Keraf,
Era revolusi industri 4.0 2013). Pendekatan ecoliteracy ini perlu
merupakan tantangan yang sangat berat diimplementasikan dalam kegiatan
dihadapi guru. Jika guru tidak mengubah pembelajaran di sekolah dasar yang
cara mendidik, maka sebentar lagi guru sudah menggunakan pembelajaran
akan mengalami kesulitan besar atau tematik hampir di semua kelas.
mungkin perannya dapat digantikan Pendekatan ecoliteracy dapat dimasukan
dengan teknologi. Paradigma dalam kegiatan intrakurikuler,
sebelumnya bahwa guru adalah kokurikuler, serta ekstrakurikuler.
segalanya sumber belajar bagi siswa, Menurut Apandi (2019) contoh
tetapi lupa untuk mengakui bahwa guru sederhana dalam kegiatan intrakurikuler
tidak lagi menjadi satu-satunya sumber yaitu dalam mata pelajaran agama
belajar siswa pada saat ini. Guru zaman seperti mengaitkan pentingnya menjaga
sekarang harus terus belajar lingkungan dengan berbagai keterangan
meningkatkan kompetensi sehingga dari kitab suci; lalu pada mata pelajaran
mampu menghadapi peserta didik PKn yaitu merelevansikan antara
generasi Z atau generasi milenial ini, menjaga alam dengan sikap
guru harus lebih adaptif, mampu nasionalisme seseorang; kemudian pada
menginspirasi, memberikan sugesti, dan mata pelajaran MIPA seperti diajak
memotivasi siswa agar mampu bersaing untuk berkebun atau melakukan gerakan
di era revolusi industri 4.0 ini, kalau tidak penghijauan baik di lingkungan sekolah
maka pendidikan kita akan terus maupun di lingkungan tempat
tertinggal dibandingkan dengan negara tinggalnya; selanjutnya pada mata
lain yang telah siap menghadapi pelajaran IPS seperti mempelajari
perubahan besar ini. Penjelasan tadi karakteristik bentang alam, masalah
cukup menggambarkan betapa rumitnya seputar pencemaran dan dampaknya
sistem dan strategi yang perlu terhadap lingkungan serta kehidupan
dipersiapkan di lingkungan pendidikan manusia; dan pada mata pelajaran bahasa
kita. Sebuah pekerjaan rumah yang siswa diminta untuk membuat karya apa
harus direlevansikan dengan perubahan saja yang isinya kampanye menjaga dan
zaman ini yang meliputi perubahan dari melestarikan lingkungan alam; serta
sisi budaya, sistem, dan sumber daya. pada mata pelajaran seni budaya dan
Oleh sebab itu, sudah selayaknya hal itu prakarya guru bisa mendorong siswa
dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, mengekspresikan cinta akan lingkungan
bukan dibiarkan berlalu dengan dengan berbagai karya seninya; hingga
sendirinya. pada mata pelajaran olahraga siswa
Bagi pendidik pendekatan diajak untuk berolah raga sembari
ecoliteracy sebagai sebuah paradigma mengitari lingkungan alam. Pada
baru yang dipopulerkan oleh Fritjof kegiatan kokurikuler, guru dapat
Capra tahun 1995 bersama para praktisi memberikan tugas membuat laporan,
lain menggagas gerakan dalam upaya kampanye, serta media untuk
kepedulian terhadap lingkungan dan menguatkan materi yang telah dipelajari
bertujuan meningkatkan kesadaran oleh siswa pada kegiatan intrakurikuler.
ekologis masyarakat. Ecological literacy Terakhir pada kegiatan ekstrakurikuler
(ecoliteracy) adalah istilah yang bisa dilakukan melalui kegiatan
digunakan oleh Capra untuk pramuka, kelompok pecinta alam, karya
menggambarkan manusia yang telah ilmiah remaja, kelompok seni, dan

240 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

sebagainya. Dalam menerapkan


ecoliteracy, guru memasukan kegiatan
ecoliteracy dalam setiap pembelajaran
tematik yang ada di setiap kelas di
sekolah dasar. Dengan menerapkan
prinsip ekologi dalam setiap
pembelajaran tematik di kelas, maka
akan dapat menumbuhkan rasa simpati
siswa terhadap lingkungan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan peneliti
adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau classroom action research,
model penelitiannya adalah model Elliot Berdasarkan gambar yang
Adapted from Hopkins yang dilaksanakan terdapat di atas antara komponen yang
di enam sekolah dasar di Kabupaten satu dengan yang lainnya saling
Majalengka, menurut Abidin (2011) berhubungan. Hubungan tersebut akan
model PTK yang dikembangkan oleh membangun sebuah pembelajaran yang
Elliot dalam pelaksanaannya terdiri dari disusun secara berulang untuk dapat
beberapa siklus dan satu siklusnya menghasilkan sebuah perbaikan dalam
terdapat beberapa tindakan. Alasan pembelajaran.
peneliti mengambil metode PTK karena Teknik analisis data dengan
peneliti ingin meningkatkan kesadaran menggunakan data secara kualitatif
ecoliteracy siswa, sebab pada hakikatnya ditunjang dengan data kuantitatif, yaitu:
PTK merupakan suatu proses dimana 1. Data kualitatif
adanya proses antara guru dan siswa Seleksi dan reduksi data, klasifikasi
untuk melakukan perbaikan, perubahan, data, deskripsi data, dan interpretasi
dan peningkatan dalam pembelajaran data.
yang lebih baik. Instrumen penelitian 2. Data kuantitatif
yang akan digunakan terdiri dari lembar Data kuantitatif diawali dengan
observasi siswa, lembar wawancara, mengumpulkan data-data yang
lembar kerja siswa, alat tes evaluasi, bersifat kuantitatif dari hasil
studi dokumentasi, dan lembar catatan penelitian. Data-data kuantitatif yang
lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah diolah melalui analisis kuantitatif
siswa mampu berpikir holistik secara bersumber dari hasil tes dan nontes
optimal serta siswa paham, sadar, dan yang dilakukan selama penelitian
mampu melakukan aksi akan betapa berlangsung. Analisis data pada
pentingnya menjaga lingkungan alam penelitian tindakan kelas bertujuan
sekitar. Berikut ini disajikan mengenai untuk memeroleh data sebagai bukti
rancangan perlakuannya: akurat dalam penelitian tindakan
kelas yang dilakukan. Selain itu,
sebagai langkah dalam memeroleh
kesimpulan apakah ada perbaikan
dalam hasil sesuai dengan target
yang ditetapkan dengan
menggunakan tindakan yang
direncanakan dan diujicobakan.

241 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

3. Rumus untuk mencari nilai tes Majalengka Kulon I, SDN Majalengka


proses dan tes evaluasi, serta lembar Kulon V, SDN Tarikolot I, SDN Tarikolot
observasi siswa: II, serta SDN Cikasarung. Pembelajaran
a. Rumus mencari nilai Tes Proses dilaksanakan selama dua kali
dan Tes Evaluasi pertemuan, yaitu dengan melakukan
𝑆𝑘𝑜𝑟 tindakan 1, tindakan 2 dan tindakan 3 di
𝑁= × 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 setiap sekolahnya, dengan tiga tindakan
Keterangan: ini ternyata kemampuan berpikir holistik
N = Nilai yang diperoleh siswa dengan pendekatan ecoliteracy ini
Skor = Skor yang dihasilkan cukup baik.
Skor ideal = Skor maksimal 1. Tindakan 1
b. Untuk menilai lembar observasi a. Perencanaan Tindakan 1
siswa dengan menggunakan Perencanaan dalam penelitian
rumus dan rentang sebagai tindakan kelas merupakan bagian
berikut: terpenting. Perencanaan merupakan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 pijakan awal yang akan dilaksanakan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 dalam tindakan. Perencanaan yang
× 100 dibuat oleh peneliti harus semaksimal
c. Rumus mencari nilai akhir: mungkin sehingga pembelajaran pada
𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3 tindakan 1 berjalan dengan baik.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = × 100
3 Sehingga peneliti menyusun silabus,
Keterangan:
menyusun Rencana Pelaksanaan
𝑁1 = Nilai dari Tes Proses
Pembelajaran (RPP), dan menyusun
𝑁2 = Nilai dari Tes Evaluasi
instrumen penelitian.
𝑁3 = Nilai dari Hasil Observasi
b. Pelaksanaan Tindakan 1
Siswa
Pelaksanaan tindakan tindakan 1
Rentang didasarkan pada hasil perencanaan pada
No. Kriteria
Nilai tindakan 1. Hal ini dikarenakan
1. 81% – 100% Baik Sekali pelaksanaan tindakan merupakan
2. 61% – 80% Baik aplikasi dari perencanaan yang dibuat
3. 41% – 60% Cukup oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan 1
4. 21% – 40% Kurang selama 6 hari yaitu 16 Maret 2020 di SDN
5. 1% – 20% Kurang Sekali Leuwikidang, 17 Maret 2020 di SDN
Sumber: (Arikunto, 2010: 30) Majalengka Kulon I, 18 Maret 2020 di
SDN Majalengka Kulon V, 19 Maret 2020
PEMBAHASAN di SDN Tarikolot I, 20 Maret 2020 di SDN
Penelitian ini memberikan Tarikolot II, dan 23 Maret 2020 di SDN
gambaran tentang pendekatan Cikasarung. Seluruh pelaksanaan
ecoliteracy dalam pembelajaran tematik pembelajaran dilaksanakan dengan
di sekolah dasar sebagai upaya menggunakan pendekatan ecoliteracy.
pembentukan berpikir holistik siswa c. Observasi Tindakan 1
untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Setelah melaksanakan
Capaian yang sudah diperoleh mencapai pembelajaran dengan pendekatan
100 % dari agenda penelitian yang ecoliteracy, langkah selanjutnya dalam
dijadwalkan. Penelitian ini bertujuan penelitian ini adalah melakukan tes
untuk pembentukan berpikir holistik kemampuan berpikir holistik siswa. Soal
siswa dengan menggunakan pendekatan disesuaikan dengan indikator tes
ecoliteracy di SDN Leuwikidang, SDN kemampuan berpikir holistik. Berikut ini

242 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

disajikan hasil tes kemampuan berpikir pengamatan yang diperoleh, diduga


holistik pada tindakan 1: bahwa hal ini disebabkan karena belum
Tabel terbiasa dengan menggunakan
Hasil Kemampuan Berpikir Holistik pendekatan ecoliteracy. Dalam
Siswa Tindakan 1 kesempatan ini peneliti akan
No Nama Sekolah Rata-rata T1 merencanakan pembelajaran dengan
1 SDN Leuwikidang 64,6 menggunakan pendekatan ecoliteracy
2 SDN Majalengka Kulon I 68,9 yang dilaksanakan tindakan 2 dengan
3 SDN Majalengka Kulon V 70,2
berpedoman pada Kurikulum 2013.
b. Pelaksanaan Tindakan 2
4 SDN Tarikolot I 66,7
Pelaksanaan tindakan tindakan 2
5 SDN Tarikolot II 69,5 didasarkan pada hasil perencanaan pada
6 SDN Cikasarung 67,4 tindakan 2. Hal ini dikarenakan
Dari tabel di atas bisa dilihat dari pelaksanaan tindakan merupakan
rata-rata tindakan 1 bahwa enam sekolah aplikasi dari perencanaan yang dibuat
belum mencapai standar minimal oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan 1
keberhasilan klasikal yaitu rata-rata ≥ 80, selama 6 hari yaitu 26 Maret 2020 di SDN
semua sekolah ada dalam rentang Leuwikidang, 27 Maret 2020 di SDN
predikat cukup, sehingga penelitian Majalengka Kulon I, 28 Maret 2020 di
masih perlu diberikan tindakan lagi. SDN Majalengka Kulon V, 30 Maret 2020
d. Refleksi Tindakan 1 di SDN Tarikolot I, 31 Maret 2020 di SDN
Setelah melaksanakan tindakan pada Tarikolot II, dan 1 April 2020 di SDN
tindakan 1, kemudian peneliti bersama Cikasarung. Seluruh pelaksanaan
observer berkumpul di ruang guru pembelajaran dilaksanakan dengan
dengan tujuan melaksanakan refleksi menggunakan pendekatan ecoliteracy.
untuk perbaikan-perbaikan pada c. Observasi Tindakan 2
pembelajaran selanjutnya. Pada tahap Pengamatan dilakukan untuk
refleksi peneliti mengadakan analisis mengetahui kegiatan siswa dan guru
proses pembelajaran yang sudah selama proses pembelajaran
dilakukan, kemudian mengidentifikasi berlangsung. Untuk memperoleh hasil
faktor-faktor yang menjadi penghambat pengamatan yang akurat dan
dalam proses pembelajaran, kemudian menyeluruh, peneliti dibantu oleh
merumuskan alternatif tindakan yang seorang guru yang bertindak sebagai
akan dilaksanakan selanjutnya. observer dan dalam menjalankan tugas
2. Tindakan 2 pengamatan menggunakan lembaran
a. Perencanaan Tindakan 2 observasi. Setelah melaksanakan
Peneliti membuat rancangan pembelajaran dengan pendekatan
penelitian tindakan yaitu berupa ecoliteracy, langkah selanjutnya dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang penelitian ini adalah melakukan tes
akan dilakukan dalam penelitian ini. kemampuan berpikir holistik siswa. Soal
Pelaksanakan tindakan pada tindakan disesuaikan dengan indikator tes
tindakan 2 akan dilakukan dalam satu kemampuan berpikir holistik. Berikut ini
pertemuan. Berdasarkan hasil survei dan disajikan hasil tes kemampuan berpikir
pengamatan peneliti pada penelitian holistik pada tindakan 2:
bahwa siswa kurang mampu dalam
menguasai materisehingga nilai siswa
masih tergolong rendah. Setelah
mengkaji dan mempertimbangkan hasil

243 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

Tabel tindakan yaitu berupa Rencana


Hasil Kemampuan Berpikir Holistik Pelaksanaan Pembelajaran. Perencanaan
Siswa Tindakan 2 pada tindakan 3 ini disesuaikan dengan
No Nama Sekolah Rata-rata T2 berbagai macam masalah yang ada
1 SDN Leuwikidang 77,2 dalam hasil dari kegiatan tindakan 1 dan
2 SDN Majalengka Kulon I 80,5 tindakan 2, yang tentu saja didalamnya
masih banyak masalah yang harus
3 SDN Majalengka Kulon V 82,6
diperbaiki di tindakan 3 ini, terutama
4 SDN Tarikolot I 79,8
nilai hasil akhir dari berpikir holistik ini
5 SDN Tarikolot II 78,4 masih belum mencapai indikator
6 SDN Cikasarung 81,7 keberhasilan klasikal yaitu rata-rata
Dari tabel di atas bisa dilihat dari minimal 80. Hal ini menjadi sebuah
rata-rata tindakan 2 bahwa enam sekolah tantangan tersendiri dari peneliti untuk
belum mencapai standar minimal bagaimana kiranya bisa mengoptimalkan
keberhasilan klasikal yaitu rata-rata ≥ 80, pembelajaran pada tindakan ketiga ini.
semua sekolah ada dalam rentang Tindakan ketiga ini perlu disepakati
predikat baik, sehingga penelitian masih bersama terutama dengan anggota
perlu diberikan tindakan lagi. peneliti dan guru yang ada di setiap
d. Refleksi Tindakan 2 sekolah terutama 6 sekolah yang
Sebagai bahan refleksi, data yang dijadikan penelitian ini. Berbagai macam
diperoleh melalui pengamatan terhadap persiapan dan strategi selalu
siswa dikumpulkan kemudian dianalisis. dioptimalkan terutama menggunakan
Berdasarkan hasil pengamatan yang pendekatan ecoliteracy. Pendekatan
dilaksanakan selama proses pelaksanaan ecoliteracy ini disusun dengan seoptimal
tindakan, peneliti melakukan refleksi mungkin yang nantinya dibentuk
dan diperoleh kesimpulan sebagai disesuaikan dengan kondisi yang ada di
berikut: siswa melakukan kegiatan sekolah terutama ini bagaimana caranya
sesuai yang diperintahkan guru namun supaya literasi akan lingkungan anak ini
sebagian siswa yang pasif belum mampu bisa baik, dan hal ini dijadikan indikator
meningkatkan kemampuan berpikir untuk membentuk bagaimana berpikir
holistiknya. Dari hasil pengamatan holistik siswa ini bisa terbangun dengan
bahwa kategori kegiatan siswa berada baik, karena pendekatan ecoliteracy ini
pada kategori cukup, hal ini artinya merupakan bagian dari bagaimana cara
perlu perbaikan, siswa belum siswa berpikir secara menyeluruh
menggunakan waktu dengan efektif dan tentang keadaan lingkungan yang ada di
efisien dalam kegiatan pembelajaran, sekitar, bukan hanya berpikir tentang
mereka masih sering ramai dan bercanda bagaimana pembelajaran di kelas, teori
dengan teman lain, pendekatan yang ada, kemudian kemampuan
ecoliteracy yang tepat dapat memicu berpikir kognisi saja, tapi ini
pengembangan potensi dan kreativitas menekankan kepada cara berpikir
siswa dalam belajar serta dapat peduli menyeluruh atau berpikir holistik untuk
terhadap lingkungan. supaya mereka mengenal memahami
3. Tindakan 3 akan pentingnya menjaga, melestarikan
a. Perencanaan Tindakan 3 lingkungan yang ada di sekitar anak
Sama seperti perencanaan khususnya lingkungan yang ada di
kegiatan tindakan 2 dalam sekolahnya masing-masing.
merencanakan tindakan tindakan 3 b. Pelaksanaan Tindakan 3
peneliti membuat rancangan penelitian

244 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

Pelaksanaan tindakan tindakan 3 dengan baik terhadap masalah yang


didasarkan pada hasil perencanaan pada diberikan oleh guru.
tindakan 3. Hal ini dikarenakan d. Refleksi Tindakan 3
pelaksanaan tindakan merupakan Dari analisis hasil penelitian
aplikasi dari perencanaan yang dibuat tindakan 3 secara keseluruhan baik pada
oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan 1 pelaksanaan tindakan 1, dan 2 diperoleh
selama 6 hari yaitu 4 April 2020 di SDN data berupa hasil kegiatan siswa pada
Leuwikidang, 6 April 2020 di SDN tindakan 3 sudah meningkat, hal ini
Majalengka Kulon I, 7 April 2020 di SDN berarti kegiatan siswa sudah berhasil
Majalengka Kulon V, 8 April 2020 di mencapai indikator keberhasilan yang
SDN Tarikolot I, 9 April 2020 di SDN ditetapkan sebelumnya yaitu kategori
Tarikolot II, dan 11 April 2020 di SDN baik. Hasil tes kemampuan berpikir
Cikasarung. Seluruh pelaksanaan holistik selama tindakan 3 sudah
pembelajaran dilaksanakan dengan mencapai target yang diharapkan.
menggunakan pendekatan ecoliteracy. Adapun rata-rata nilai siswa secara
c. Observasi Tindakan 3 keseluruhan pada tindakan 3 ini sebesar
Pengamatan dilakukan untuk 85,7. Hal tersebut sudah memenuhi
mengetahui kegiatan siswa dan guru target dari indikator keberhasilan yang
selama proses pembelajaran telah ditetapkan yaitu sebesar rata-rata ≥
berlangsung. Setelah melaksanakan 80.
pembelajaran dengan pendekatan Berdasarkan hasil refleksi
ecoliteracy, langkah selanjutnya dalam tindakan 3 ini menunjukan bahwa hasil
penelitian ini adalah melakukan tes observasi pelaksanaan tindakan 3
kemampuan berpikir holistik siswa. Soal melalui pendekatan ecoliteracy untuk
disesuaikan dengan indikator tes meningkatkan kemampuan berpikir
kemampuan berpikir holistik. Berikut ini holistik siswa sudah berhasil karena
disajikan hasil tes kemampuan berpikir seluruh indikator keberhasilan telah
holistik pada tindakan 3: terpenuhi. Oleh sebab itu, penelitian
Tabel tindakan kelas ini tidak perlu dilanjutkan
Hasil Kemampuan Berpikir Holistik karena pada tindakan 3 penelitian
Siswa Tindakan 3 tindakan kelas sudah berhasil.
No Nama Sekolah Rata-rata T3 Berdasarkan pemaparan dan
1 SDN Leuwikidang 82,5 analisis data maka dapat disimpulkan
2 SDN Majalengka Kulon I 85,7 bahwa pendekatan ecoliteracy untuk
3 SDN Majalengka Kulon V 88,4
meningkatkan kemampuan berpikir
holistik siswa dengan melihat aspek hasil
4 SDN Tarikolot I 83,8
observasi dan aspek tes kemampuan
5 SDN Tarikolot II 86,6 berpikir holistik siswa telah mencapai
6 SDN Cikasarung 87,4 indikator keberhasilan penelitian yang
Dari tabel di atas bisa dilihat dari telah ditetapkan. Sehingga penelitian ini
rata-rata tindakan 3 bahwa enam sekolah tidak dilanjutkan pada tindakan
sudah di atas standar minimal berikutnya.
keberhasilan klasikal yaitu rata-rata ≥ 80,
semua sekolah ada dalam rentang SIMPULAN
predikat baik. Aktivitas yang mengalami Penelitian ini memberikan gambaran
peningkatan diantaranya adalah tentang pendekatan ecoliteracy dalam
perhatian siswa, siswa dapat berdiskusi pembelajaran tematik di sekolah dasar
sebagai upaya pembentukan berpikir

245 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

holistik siswa. Penelitian ini dilakukan di McBride, B. et. al. (2013). Environmental
SDN Leuwikidang, SDN Majalengka literacy, ecological literacy,
Kulon I, SDN Majalengka Kulon V, SDN ecoliteracy: What do we mean and
Tarikolot I, SDN Tarikolot II, serta SDN how did we get here?. Ecosphere, 4
Cikasarung. Hasil penelitian secara (5), 1-17.
keseluruhan mengalami peningkatan Mahmoudi, Sirous, et. al. (2012). Holistic
yaitu rata-rata siswa secara akhir yaitu Education: An Approach for 21
85,7, dan secara sikap siswa sudah baik Century.
dalam berkomunikasi, berkolaborasi, Megawangi, Ratna. (2005). Pendidikan
bekerjasama, dan mulai muncul sikap Holistik. Indonesia Heritage
kreatif, inovatif, serta kompetitif di Foundation, 5-6.
dalam proses pembelajaran di sekolah. Miller, John P., et al. (2005). Holistic
Learning and Spirituality in Education.
DAFTAR PUSTAKA New York: State University of New
Abidin, Yunus. (2011). Penelitian York Press.
Pendidikan dalam Gamita Pendidikan Othman, Nurliza. (2002). Thinking Skills
Sekolah Dasar dan PAUD. Bandung: - a Motivational Factor in ELT. Jurnal
Rizqi Press. Pendidikan IPBA, 2 (5).
Apandi, Idris. (2019). Integrasi Ecoliteracy Rubiyanto, Nanik & Haryanto, Dany.
pada Kurikulum 2013. [Online]. (2010). Strategi Pembelajaran Holistik
Diakses dari di Sekolah. Jakarta: Pustaka Pelajar.
https://www.kompasiana.com/idri Schwab, Klaus. (2016). The Fourth
sapandi. Industrial Revolution. New York:
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Crown Business.
Jakarta: Rineka Cipta. Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian
Barnes, James G. (2013). Secerets of Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik
Customer Relationship Management. dan Model Pembelajaran. Bandung:
Jakarta: Penerbit Andi. Sinar Baru Algensindo.
Bruyere, B. L. (2008). The Effect of Supriatna, Nana. (2016). Local Wisdom
Environmental Education on the in Constructing Students’
Ecological Literacy of First-Year Ecoliteracy Through Ethnopedagogy
College Students. Journal of Natural and Ecopedagogy. Proceedings of the
Resources & Life Sciences Education, 1st UPI International Conference on
37, 20-26. Sociology Education (UPI ICSE 2015).
Euis. (2018). Mengutip survei 126-133.
International Center for Research on
Women (ICRW) NGO Research.
Keraf, A. S. (2013). Fritjof Capra tentang
Melek Ekologi Menuju Masyarakat
Berkelanjutan. Jurnal Filsafat dan
Teologi, 12 (1), 54-81.
Locke, S., Russo, R. O., & Montoya, C.
(2013). Environmental Education
and Eco-Literacy as Tools of
Education for Sustainable
Development. Journal of Sustainability
Education, 4.

246 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar


Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

Anda mungkin juga menyukai