Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN VOKASI

Disusun oleh :

Sitanggang Grace T - 2007749

Dosen pengampu :

Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd.

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi
pengetahuan tentang Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Vokasi.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Danny


Meirawan, M.Pd. selaku dosen pengampu dan terima kasih kepada Ibu Sri
Rahayu, M.Pd. selaku yang membimbing pada mata kuliah Kajian Teknologi dan
Vokasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Tidak lupa saya
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyusun makalah ini.

Saya mengakui masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kami. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

KAJIAN TEORI..............................................................................................................3

2.1 Pengertian Pendidikan Vokasi..............................................................................3

2.2 Keunggulan Pendidikan Vokasi............................................................................3

BAB III.............................................................................................................................5

PEMBAHASAN...............................................................................................................5

3.1 Pandangan Masyarakat terhadap Pendidikan Vokasi........................................5

3.2 Kehadiran Pendidikan Vokasi..............................................................................5

3.2 Vokasi dan Lapangan Tenaga Kerja....................................................................8

BAB IV..............................................................................................................................9

KESIMPULAN................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................9

3.2 Saran.......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Dewey bahwa tujuan pokok pendidikan ialah untuk memenuhi
kebutuhan individu dalam pemenuhan kebutuhan pribadi dan persiapan untuk
kehidupannya (Rojewski,2009). Lebih lanjut, pendidikan vokasi adalah
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan
kerja (Billet, S., 2009; Hiniker, L.A.).Jadi, pendidikan vokasi merupakan
pendidikan yang ditujukan dalam persiapan pemenuhan individu dalam rangka
memasuki dunia kerja sesuai kebutuhan industry.

Bentuk penyelenggaraan pendidikan vokasi yaitu Program Diploma 1,


Diploma 2, Diploma 3, dan Diploma 4, Sarjana Terapan (S.Tr), Magister
Terapan (M.Tr), dan Doktor Terapan (D.Tr). Perguruan Tinggi Vokasi banyak
bekerja sama dengan industry karena banyak diperlukan praktek di industry,
atau lebih dikenal dengan sistem ganda atau dual system. Pavlova
(2009)menuliskan bahwatradisi dari pendidikan vokasi ialah menyiapkan
mahasiswa untuk bekerja Pendidikan vokasi ialah pendidikan yang
menyiapkan terbentuknyaketerampilan, kecakapan, pengertian, perilaku,
sikap,kebiasaan kerja, dan apresias terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
dibutuhkan oleh segenap masyarakat dunia usaha/industry diawasi oleh
masyarakat dan pemerintah, atau dalam sebuah kontrak dengan lembaga
sertaberbasis produktif.

Pemahaman terkait pendidikan vokasi ini belum dipahami secara baik oleh
masyarakat, Indikasi awal menunjukkan masyarakat belum mampu
membedakan pendidikan vokasi dengan pendidikan akademik. Bahkan,
masyarakat belum terinformasi mengenai pendidikan vokasi dan
karakteristinya. Padahal, saat ini sudah banyak kampus berbasis pendidikan
vokasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pendidikan vokasi?

2. Bagaimana pandangan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan vokasi?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Kajian Teknoloi dan Vokasi.
2. Memahami apa itu pendidikan vokasi.
3. Mengetahui bagaimana pandangan masyarakat Indonesia terhadap
pendidikan vokasi.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Pendidikan Vokasi


Program Vokasi merupakan program pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki
keahlian dan keterampilan di bidangnya, sehingga lebih memiliki kesiapan
kerja. Adapun beban pengajaran pada pendidikan vokasi disusun dengan
lebih mengutamakan mata kuliah keterampilan atau praktik yang lebih
banyak dibandingkan dengan mata kuliah teori. Untuk jenjang vokasi,
perbandingan praktikum dengan teori adalah 70 persen banding 30 persen,
sedangkan untuk jenjang sarjana merupakan sebaliknya.

2.2 Keunggulan Pendidikan Vokasi


1. Lebih Banyak Praktek dibanding Teori

Pendidikan vokasi berorientasikan praktek. Hal ini berdampak


pada pembelajaran di pendidikan vokasi sangat menyenangkan, karena
lebih sering di lapangan atau di laboratorium.

2. Masa Pendidikan Beragam

Pendidikan vokasi biasanya dikenal dengan program diploma yang


terdiri dari Diploma 1 dengan lama pendidikan 1 tahun, Diploma 2
selama 2 tahun, Diploma 3 selama 3 tahun hingga Diploma 4 selama 4
tahun. Keberagaman masa pendidikan ini bisa menjadi pilihan anda dalam
menentukan masa pendidikan.

3. Prospek Kerja Yang Luas

Beberapa industri saat ini menjadikan lulusan pendidikan vokasi


sebagai prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan SDM nya. Hal ini
tidak terlepas dari skill/keahlian yang dimiliki oleh lulusan ini, yang
memang sudah siap kerja dan terampil.

3
4. Bisa Melanjutkan Pendidikan Ke Pendidikan Akademik

Tidak perlu khawatir jika memiliki keinginan untuk mengenyam


pendidikan akademik. Lulusan pendidikan vokasi, khususnya lulusan D3
memiliki kesempatan yang luas untuk melanjutkan pendidikan S1.
Diantaranya di universitas terbaik di Indonesia, seperti UI, UGM, ITS dan
masih banyak lainnnya.

5. Biaya Pendidikan Cenderung Murah

Pembelajaran pada pendidikan vokasi memang lebih banyak di


kegiatan praktek, yang biasanya dianggap memerlukan biaya lebih banyak.
Namun anda tidak perlu khawatir, Biaya pendidikan pada Pendidikan
vokasi biasanya cenderung lebih murah, apabila dibandingkan dengan
pendidikan akademik.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pandangan Masyarakat terhadap Pendidikan Vokasi


Pendidikan vokasi masih sering dipandang sebelah mata oleh
sebagian masyarakat Indonesia, hal ini tidak terlepas dari kurangnya
pengetahuan masyarakat akan kelebihan dari pendidikan ini. Banyak
stigma di masyarakat beredar bahwasanya peserta didik di bangku vokasi,
merupakan orang buangan yang gagal masuk ke universitas negeri.
Padahal saat ini pemerintah indonesia sedang gencar-gencarnya
menggalakkan pendidikan ini, dikarenakan tingginya kebutuhan industri
akan keahlian lulusan vokasi.

Meski dipandang sebelah mata, program vokasi ini masih


mendapat minat yang besar. Terbukti dari tingginya angka pendaftar yang
mengikuti ujian masuk program vokasi di PTN. Di Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta misalnya, jumlah pendaftar yang bersaing
memperebutkan kursi di Sekolah Vokasi pada tahun 2017 mencapai 7.041
peserta, sementara jumlah mahasiswa yang dapat ditampung sebanyak
2.266 siswa.

Selain itu, jumlah pendaftar ujian seleksi masuk Program Vokasi


Universitas Indonesia juga tidak kalah banyak. Pada 2017, jumlah siswa
yang ingin menjadi “anak vokasi” mencapai 9.750 orang, dengan daya
tampung sebanyak 330 siswa. Kemudian di Universitas Airlangga
Surabaya, peserta ujian masuk vokasi pada 2016 mencapai 3.471 orang,
dengan daya tamping sebanyak 1.355 siswa.

3.2 Kehadiran Pendidikan Vokasi


Pendidikan vokasi, seperti halnya program pendidikan tinggi
lainnya, mempunyai misi mempersiapkan generasi siap kerja dan

5
profesional. Dalam pendidikan vokasi terdapat dua bagian pendidikan,
yakni pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi vokasi.

Manajer Sumber Daya Manusia, Penelitian, dan Pengabdian


Masyarakat Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Deni
Danial Kesa mengatakan, dalam sejarahnya, Pendidikan D3 diadakan
sebagai sebuah sarana memperluas akses pendidikan publik. Salah satu
tujuannya adalah mempersingkat waktu pendidikan. Di sisi lain,
kurikulum yang dirancang masih sama dengan jenjang pendidikan S1.

Permasalahan lain yang timbul dalam pengembangan program


vokasi adalah meningkatnya jumlah pengangguran dari angkatan kerja
lulusan diploma atau vokasi. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukan
bahwa pengangguran dari angkatan kerja lulusan program diploma atau
vokasi menunjukan kenaikan. Pada Februari 2014 misalnya, angka
pengangguran tercatat sebanyak 195.258 orang. Lalu per Februari 2015
angka pengangguran meningkat cukup banyak menjadi 254.312 orang.
Sementara pada Februari 2016, jumlahnya menurun sedikit menjadi
249.362 orang. Terakhir pada Februari 2017, angka penganggurangan
hampir sama dengan tahun lalu namun cenderung naik sebesar 249.705.

Dalam hal pendidikan vokasi, Jerman bisa dikatakan sebagai salah


satu acuan. Pada 2000, UNESCO dan pemerintah Jerman menandatangani
kesepakatan yang menunjuk kota Bonn di Jerman sebagai tuan rumah
pusat pengembangan kebijakan dan pelatihan pendidikan vokasi. Pusat
kajian tersebut adalah cikal bakal terbentuknya UNESCO-UNEVOC,
sebuah lembaga internasional yang menghubungkan negara-negara
anggota UNESCO untuk memperkuat pendidikan vokasi.

Pengembangan pendidikan vokasi terus dilanjutkan oleh UNESCO


dan Jerman, hingga pada 2002, Kofi Annan, sekjen PBB saat itu,
mensahkan Bonn sebagai Kota PBB. Belakangan, kota itu dideklarasikan
sebagai Kampus PBB. Laporan tinjauan OECD pada 2010 mengakui

6
kekuatan dari sistem pendidikan dan pelatihan vokasi (VET) Jerman
dengan sistem ganda (dual system) sebagai salah satu unggulannya.

Pendidikan dan pelatihan vokasional rupanya sangat tertanam dan


dihargai oleh masyarakat Jerman. Menurut laporan OECD, sistem VET
Jerman tersebut memiliki sejumlah keunggulan, di antaranya kualifikasi
dalam spektrum profesi yang lebih luas dan fleksibel dalam penyesuaian
dengan perubahan kebutuhan pasar tenaga kerja. Keunggulan kedua,
sistem ganda pendidikan vokasi Jerman mengintegrasikan pembelajaran
berbasis kerja dan berbasis sekolah, dengan tujuan mempersiapkan masa
transisi sebelum mahasiswa menjalani dunia kerja yang sesungguhnya.
Keunggulan ketiga adalah sumber daya yang dimiliki Jerman.
Sistem pendanaan VET Jerman menggabungkan pendanaan publik dan
swasta. Jerman sendiri telah mempertahankan dukungan keuangan yang
kuat dan tawaran magang untuk sistem VET bahkan selama krisis
ekonomi 2008.

Terakhir, Jerman memiliki kapasitas penelitian VET yang


dikembangkan dengan baik dan terlembaga. Institut Federal untuk VET
(BIBB), misalnya, adalah salah satu upaya Jerman untuk mengembangkan
sistem VET berbasis penelitan.

Meski demikian, ada juga beberapa negara yang gagal ketika


hendak menerapkan sistem pendidikan vokasi. Dalam “The Value of
Vocational Education: High School Type and Labor Market Outcomes in
Indonesia” (2011), David Newhouse dan Daniel Suryadarma menyebut
Korea sebagai contohnya. Negeri ginseng itu sempat merespons
kurangnya tenaga kerja melalui pendirian sekolah-sekolah vokasi.

Sayangnya, kebijakan pemerintah Korea Selatan yang bertujuan


mendorong para pelajar untuk melanjutkan pendidikan di sekolah vokasi
tidak membawa dampak yang menggembirakan. Menurut laporan Bank
Dunia, seiring masyarakat Korea Selatan melihat pentingnya mengenyam
pendidikan di sekolah umum dan perguruan tinggi, status pendidikan

7
vokasi menurun. Selain itu, jumlah lulusan sekolah vokasi yang memasuki
pasar tenaga kerja anjlok dari 76,6 persen (1990) menjadi 20,2 persen
(2007).

3.2 Vokasi dan Lapangan Tenaga Kerja


Menjadi pekerja berketerampilan menengah, tersertifikasi, dan
produktif sangat diperlukan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar
tenaga kerja professional.

Tenaga kerja di Indonesia akan menghadapi persaingan dari


negara-negara Asia Tenggara lainnya. meningkatnya persaingan di dunia
kerja harus diantisipasi dengan melakukan formulasi ulang arah dan
kebijakan strategis terkait pendidikan politeknik saat ini.

Dalam menghadapi persaingan di pasar MEA, sudah semestinya


seorang yang belajar di Perguruan Tinggi mempelajari teori dan praktik
yang cukup, agar kelak ketika lulus menjadi unggul dan mampu bersaing
di dunia kerja nyata. Sementara itu program vokasi kini menjadi penting
karena mampu mencetak alumni yang sudah siap bekerja secara
profesional.

8
BAB IV

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Sangat penting memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam
memahami pendidikan vokasi, karaketristiknya, serta perbedaannya
dengan pendidikan kejuruan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku terkait pendidikan. Masyarakat perlu mampu membedakan
perbedaan pendidikan vokasi dengan pendidikan akademik di jenjang
Pendidikan Tinggi.Masyarakat perlu memahami prosek lulusan
pendidikan vokasi di dunia industry nantinya.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang saya buat, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang
telah di jelaskan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Johan Bhimo Sukoco1, Nurul Imani Kurniawati, Riandhita Eri Werdani, dan
Anafil Windriya. 2019. “Pemahaman Pendidikan Vokasidi Jenjang
Pendidikan Tinggi Bagi Masyarakat”. Program Studi Administrasi
Perkantoran, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro.

http://dailysharing.net/kelebihan-pendidikan-vokasi/

https://tirto.id/nasib-pendidikan-vokasi-yang-masih-dipandang-sebelah-mata-
cPGw

10

Anda mungkin juga menyukai