Anda di halaman 1dari 104

Bahan Pengajaran

Gereja Masehi Injili di Timor

Kasih Kristus
Dasar Hidup Suami-Istri

“Sebab itu seorang laki-laki


akan meniggalkan
bapaknya dan ibunya
dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya
menjadi satu daging.”
- Kejadian 2:24

MAJELIS SINODE GMIT

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 1


KATA PENGANTAR

Sudah lama ada kesadaran di GMIT bahwa percakapan pastoral bagi para calon pasangan
suami isteri mestinya dilakukan secara lebih serius. Untuk itu kita bersyukur akhirnya dalam
Persidangan Majelis Sinode pada Bulan Agustus 2019 yang lalu, GMIT telah memutuskan
mulai dipakainya dokumen pengajaran katekisasi pranikah ini.

Kami mengharapkan agar para pendeta dan majelis jemaat lainnya mulai memanfaatkan buku
ini sebagai bahan pengajaran para calon pasangan mempelai yang mempersiapkan pernikahan
mereka. Karena hal ini masih baru, perlu ada penjelasan kepada anggota jemaat mengapa
katekisasi pranikah perlu. Percakapan persiapan nikah untuk mereka yang akan hidup
bersama seumur hidup tidak bisa dilakukan hanya dua atau tiga jam menjelang pemberkatan
nikah. Para calon pasangan nikah membutuhkan pendampingan yang lebih serius sebelum
melangkah masuk ke dalam pernikahan.

Dalam buku ini dapat ditemukan tema-tema penting bagi pasangan suami isteri. Pokok-pokok
dalam buku ini mencakup dasar dan prinsip pernikahan Kristen, maupun hal-hal praktis
seperti mengelola keuangan keluarga, mencegah KDRT, menyikapi perceraian, dan
pengasuhan anak.

Tak ada gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna. Kami mohon agar ketika
ditemukan kekurangan ketika buku ini dipakai, temuan itu dicatat supaya menjadi bahan
rujukan bagi peningkatan kualitas bahan-bahan pengajaran gereja kita di masa yang akan
datang.

Kita bersyukur kepada Tuhan yang memimpin perjalanan gerejaNya dan memampukan kita
mempersiapkan bahan-bahan pengajaran gereja ini. Kami berterima kasih kepada UPP
Teologi dan Tim Penulis yang bekerja keras memfasilitasi sehingga tersedianya bahan-bahan
dalam buku ini. Tuhan Yesus kiranya memberkati kita semua. Terpujilah NamaNya.

Kupang, awal Oktober 2019

Majelis Sinode Gereja Masehi Injili Di Timor

Ketua, Sekretaris,

Pdt. Dr. Mery L.Y. Kolimon Pdt. Yusuf Nakmofa, M.Th

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page i


Tim Penulis
Pdt. Batsyeba Fanggidae - Nunuhitu, M. Th
Pdt. Yosepus Asbanu, M. Th
Pdt. Yudith Nunuhitu - Folabessy, M. Th
Pdt. Dina Takalapeta - Meler, S. Th, M.Pd
Pdt. Delviana Poych - Snae, S. Th, M. Pd. K
Pdt. Maria A. Litelnoni - Johannes, S.Th, MA

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page ii


PETUNJUK PEMAKAIAN

Buku ini diharapkan akan dapat dipakai untuk membekali para calon mempelai

ataupun para pemuda/pemudi yang telah menyelesaikan Katekisasi Sidi dan melanjutkan

Katekisasi Pra Nikah. Buku ini berisi duapuluh sesi yang terbagi dalam empat bagian: bagian

pertama - dasar & karakter pernikahan kristen, bagian kedua - kehidupan pernikahan

kristen, bagian ketiga - anak dan keluarga, bagian keempat - peran orangtua sejak

kehamilan sampai usia 2 tahun dan satu materi mengenai lingkungan hidup (biogas) yang

dipandang penting untuk membekali anggota jemaat pra nikah dan kelompok kategorial. Oleh

karena itu diharapkan Bapak/Ibu pendeta dapat membuka kelas katekesasi pra nikah di awal

tahun pelayanan (bulan Januari/Februari) untuk mengadakan kelas katekesasi pra nikah ini.

Maka mereka yang berencana untuk menikah di tahun yang berjalan atau tahun-tahun yang

akan datang sudah dapat mengikuti kelas katekesasi pra nikah ini. Sehingga kapan dan

dimanapun rencana pernikahan itu akan dilaksanakan, mereka telah menyelesaikan kelas

katekesasi pra nikah ini.

Sebaiknya seluruh materi diberikan secara keseluruhan dan tidak ada yang terlewati.

Setiap peserta katekesasi pra nikah yang telah menyelesaikan ke 20 sesi ini akan diberikan

‘sertifikat’ tanda selesai dari kelas ini, maka surat ini dapat dipakai sebagai bukti bahwa yang

bersangkutan telah selesai mengikuti katekesasi pra nikah. Mereka bisa saja menikah di

jemaat yang berbeda dengan tempat katekesasi pra nikah itu.

Akhirnya, kiranya buku ini sungguh dapat menjadi bekal bagi para calon mempelai atau para

pemuda-pemudi GMIT yang siap untuk memasuki kehidupan pernikahan kristiani.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page iii


DAFTAR ISI

{ Cover
{ Kata Sambutan i
{ Tim Penulis Ii
{ Petunjuk Pemakaian Iii
{ Daftar Isi Iv

BAGIAN PERTAMA:
DASAR & KARAKTER PERNIKAHAN KRISTEN
{ Sesi 1: Mengapa Menikah 2
{ Sesi 2: Pernikahan Kristen Antara Laki-laki & Perempuan Seiman 6
{ Sesi 3: Pernikahan Kristen Melampaui Penampilan Fisik 8
{ Sesi 4: Kesetaraan dan Keunikan Laki-laki-Perempuan 10

BAGIAN KEDUA:
KEHIDUPAN PERNIKAHAN KRISTEN
{ Sesi 5: Mengenal Diri dan Pasangan 13
{ Sesi 6: Seksualitas dan Berbagai Permasalahannya 19
{ Sesi 7: Mengelola Keuangan Keluarga 27
{ Sesi 8: Tinggal Serumah Bersama Orangtua/Mertua 33
{ Sesi 9: Gadget dan Keluarga 35
{ Sesi 10: Mengelola Konflik Dalam Rumah Tangga 39
{ Sesi 11: Mencegah Kekerasan Dalam Rumah Tangga 42
{ Sesi 12: Perzinahan 48
{ Sesi 13: Keluarga Tanpa Anak 50
{ Sesi 14: Perceraian 53

BAGIAN KETIGA:
ANAK DAN KELUARGA
{ Sesi 15: Anak adalah Karunia Tuhan Yang Berharga 56
{ Sesi 16: Pendidikan Karakter Dalam Keluarga 59
{ Sesi 17: Teladan Pendidikan Orang Tua 65
{ Sesi 18: Mengapa Anakku Lahir Disabilitas? 69

BAGIAN KEEMPAT:
PERAN ORANGTUA SEJAK KEHAMILAN SAMPAI USIA 2 TAHUN
{ Sesi 19: Konsep 1.000 Hari Pertama Kehidupan 72
{ Sesi 20: Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan 75

{ Artikel 88
{ Profil penulis 96
{ Lampiran: contoh sertifikat 99

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page iv


BAGIAN PERTAMA
Dasar & Karakter Pernikahan Kristen

Pernikahan merupakan lembaga pertama yang ditetapkan dan dikehendaki oleh Tuhan Allah.
Ia berfirman: “tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan Dia” (Kej. 2:18). Untuk pertama kali Allah melihat hasil
ciptaan-Nya dan mengatakan “tidak baik” (2:18). Sebelumnya, Allah menilai setiap ciptaan
pasti baik (Kej 1:4, 10, 12, 18, 21, 25), bahkan keseluruhan ciptaan adalah sungguh amat baik
(Kej 1:31).
Nilai “baik” dan “tidak baik” dinyatakan oleh Allah sendiri. Ketika Ia menilai manusia
sorang diri “tidak baik”, Ia melanjutkan dengan tindakan konkret. Terhadap keadaan “tidak
baik seorang diri” ini pun Allah segera menciptakan penolong sepadan bagi Adam (2:18b)
agar yang tidak baik itu menjadi baik dan rencana Allah sejak semula (1:26-28) dapat
terpenuhi. Inilah yang menjadi dasar pernikahan, yang ditetapkan oleh Allah.
Allah memiliki tujuan istimewa melalui pernikahan. Rasul Paulus menyebutnya, “rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat” (Ef. 5:32).
Pernikahan seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah refleksi dan representasi dari
relasi Kristus dan jemaat-Nya. Relasi yang kudus dan kekal. Pentingnya lembaga
pernikahan/keluarga juga menjadi metafora yang dipakai oleh GMIT dalam Pokok-pokok
Eklesiologinya, GMIT sebagai gereja milik Tuhan digambarkan sebagai Keluarga Allah
(familia Dei). Sedangkan Prinsip Teologis GMIT dalam pernikahan adalah:
a. Pernikahan Kristen untuk memuliakan Allah (Kej 1:28).
b. Relasi seksual yang Kudus dalam Pernikahan (Efesus 5:22-23)
c. Keluarga Kristen melambangkan Umat Perjanjian (Hosea 1)
d. Keluarga Kristen sebagai basis hidup bergereja.
Oleh karena itulah, maka setiap orang yang hendak memasuki lembaga pernikahan,
sangat perlu menyiapkan dirinya dengan baik melalui pemahaman yang benar akan hakekat
dan tujuan pernikahan Kristen, agar melaluinya tujuan Allah dalam pernikahan dapat
terpenuhi, segala kemuliaan bagi Allah.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 1


 Sesi Pertama: Mengapa Menikah 

Tujuan: setelah mengikuti katekesasi ini peserta mampu:


a. menyebutkan alasan orang kristen menikah dan memiliki alasan sendiri yang benar sesuai
Alkitab;
b. menjelaskan karakter pernikahan kristen yaitu monogami.
Gagasan Utama:
Materi ini membahas dasar pernikahan Kristen yang bersumber dari Allah dan berlaku bagi
pernikahan seorang perempuan dan seorang laki-laki dewasa yang saling mencintai.
Metode:
Ceramah dan Diskusi/Evaluasi.

Alasan Menikah Yang Keliru


Ada beragam alasan mengapa orang memutuskan untuk menikah. Untuk menjawabnya, kita
akan melihat alasan menikah dari dua aspek, yaitu secara negatif dan secara positif. Pertama,
ada beberapa alasan yang keliru (negatif).

Alasan Desakan orang tua/usia


Beberapa orang tua berkata, "Kamu sudah umur 30 cepatlah menikah." Usia menjadi ukuran
utama yang menentukan kesiapan seseorang untuk menikah. Akibatnya sebagian orang
memutuskan menikah hanya karena sudah cukup usia. Akan tetapi, kedewasaan manusia tidak
hanya diukur dengan angka usia kronologis dan biologis, melainkan juga kematangan mental-
spiritual dan kematangan secara psikologis. Kesiapan diri untuk masuk dalam pernikahan
sangat perlu dan ukurannya bukan hanya usia. Karena itu tidak perlu merasa bersalah karena
belum menikah di usia tertentu.
Dalam beberapa kasus, orang tua juga mendesak anaknya untuk menikah selain karena usia
tapi juga mungkin karena balas jasa terhadap pihak lain, karena perjodohan dan karena
beberapa alasan lainnya.

Alasan ”Sudah Terlanjur”


Ada orang yang menikah karena sudah terlanjur hamil. Sesungguhnya terlanjur hamil bukan
alasan utama untuk sebuah pernikahan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
pernikahan membutuhkan kesiapan mental dan spiritual dari kedua pihak. Kehamilan
menandakan kesiapan fisik (bilogis), tetapi mesti disertai juga kematangan mental-spiritual
dan psikologis.

Alasan Kebutuhan Seks


Ada orang yang menikah karena desakan kebutuhan seks atau supaya tidak merasa berdosa
karena berhubungan seks sebelum menikah. Sesungguhnya kebutuhan seks adalah wajar bagi
manusia, namun ia bukan alasan utama untuk menikah. Jika seks dijadikan alasan utama
menikah maka kita membuat makna pernikahan yang mulia menjadi dangkal. Seks adalah
bagian dari pernikahan yang kudus dan disadari bahwa kebutuhan seks akan menurun seiring
usia dan kemampuan fisik, namun kehidupan bersama suami-istri akan tetap bertahan.

Alasan Prokreasi

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 2


Ada orang yang menikah karena ingin memiliki anak atau karena permintaan orang tua untuk
memiliki cucu. Itu berarti pernikahan dipandang hanya sebagai alat memperoleh keturunan.
Sebenarnya alasan prokreasi ini tidak sepenuhnya salah. Karena dalam Kejadian 1:28
”Beranak cuculah dan bertambah banyak: penuhilah bumi..” Perintah ini dimandatkan oleh
Allah kepada Adam dan Hawa sebagai lembaga keluarga yang pertama. Namun memiliki
anak tidak boleh menjadi tujuan utama atau tujuan satu-satunya dalam pernikahan. Karena
jika demikian maka ketiadaan anak dalam pernikahan akan mengganggu relasi suami-istri dan
dapat menjadi alasan untuk saling menyalahkan, berzinah bahkan berakhir pada perceraian.
Prokreasi hendaknya tidak menjadi tujuan utama dalam pernikahan, karena memiliki
keturunan tidak ditentukan oleh pernikahan melainkan kehendak dan kuasa Allah semata-
mata.
Bagi sebagian keluarga malah alasan prokreasi dipahami sebagai tuntutan untuk mempunyai
anak ”sebanyak mungkin” tanpa memperhitungkan kemampuan untuk memberikan asuhan
dan asupan yang baik bagi tumbuh kembang anak, malah dapat semakin membebani ibu yang
harus menanggung akibatnya.

Alasan Menikah Yang Benar


Berdasarkan beberapa alasan negatif di atas, hendaknya kita memahami dan menumbuhkan
alasan positif bagi pernikahan Kristen. Hendaknya alasan inilah yang dimiliki oleh setiap
orang percaya yang memutuskan untuk menikah, yaitu:

Karena Allah Yang Merencanakan


Sejak penciptaan Allah sendiri yang mengatakan tidak baik manusia hidup seorang diri saja
dan Allah sendiri pula yang menciptakan manusia laki-laki menjadi pasangan yang sepadan.
Allah yang merancang pernikahan dan jika bukan Allah yang membangun, maka sia-sia usaha
manusia.

Karena Cinta Kasih


Manusia sebagai makhluk relasional memiliki potensi untuk mengasihi dan dikasihi. Ia perlu
mencintai dan dicintai. Allah adalah kasih adanya, maka manusia yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah juga diberikan potensi kasih seperti Allah, yang adalah Sumber Kasih
dan sekaligus Ia mau manusia memberikan cinta kasih berdasarkan kasih yang diterima dari
Allah. Cinta kasih yang membuat suami-istri dapat menikmati kebutuhan seks bersama,
seperti Adam dan Hawa (Kej. 2:25) dan dari sanalah lahir keturunan bagi mereka.

Karena Kedewasaan
Idealnya seorang laki-laki dan perempuan yang akan menikah sudah dewasa. Kedewasan
yang di maksudkan adalah pertama kedewasaan fisik atau biologis, yaitu kesiapan dan
kemampuan bilogis (reproduksi ) bagi laki-laki dan perempuan untuk hamil dan melahirkan.
Kedua, kedewasan mental, yaitu mampu membuat pertimbangan yang matang dan bijaksana
sebelum mengambil keputusan dan tindakan dalam membina dan mengatur pernikahan.
Ketiga, kedewasaan emosional, yaitu siap merespon dan menghadapi masalah bahkan konflik
dalam rumah tangga dengan sikap dewasa. Keempat, kedewasaan rohani, yaitu memiliki
hubungan yang baik dengan Allah, takut akan Allah, taat dan terus bertumbuh dalam iman
teguh (telah dewasa dalam iman antara lain dinyatakan dalam tahbisan sidi dan siap mengikuti
katekesasi pra nikah). Kelima, kedewasaan/kemapanan ekonomi, dalam hal ini pasangan yang

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 3


siap menikah telah memiliki kesiapan secara ekonomi sehingga tidak akan membebani orang
tua untuk mengelola kehidupan rumah tangga mereka kelak.
Hal-hal ini akan menjadi pondasi yang kuat baginya untuk menjalankan rumah tangga dan
berusaha keras untuk menuntun baik dirinya maupun anggota keluarganya kepada Tuhan
(Yosua 24:15).

Karakter Pernikahan Kristen: Monogami


Allah menciptakan manusia, seorang laki-laki dan seorang perempuan dan melalui
mereka berdua Allah menetapkan lembaga pernikahan yang bersifat monogami. Dalam
penciptaan, Adam sebagai manusia tunggal menyebut istrinya juga dalam bentuk tunggal,
“inilah dia” dan mereka berdua menjadi satu daging (Kej. 2:23-24). Allah tidak memberikan
banyak Adam kepada satu Hawa (poliandri) atau satu Adam kepada banyak Hawa (poligami).
Pernikahan monogamy adalah pernikahan yang sah antara satu orang laki-laki dan perempuan
secara eksklusif dan seumur hidup (Peraturan Pastoral GMIT, 2017) Penetapan pernikahan
monogami terjadi saat penciptaan dan sebelum manusia jatuh dalam dosa. Itu berarti
pernikahan monogami merupakan ketetapan Tuhan Allah sendiri sejak semula.
Sejak permulaan hanya ada satu laki-laki dan satu perempuan, keduanya menjadi satu
daging dan apa yang telah disatukan Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Ini
merupakan dasar pernikahan Kristen yang sesuai Alkitab. Berdasarkan pemahaman ini,
Alkitab menjelaskan implikasi pernikahan monogami dalam beragam kondisi:
a. Seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang keduanya sama-sama belum pernah
menikah (Kej. 2:18-25; Mat. 19:4-6; Mrk. 6 :6-9);
b. Seorang laki-laki yang belum pernah menikah dengan seorang perempuan yang telah
ditinggal mati oleh suami (janda). Atau seorang perempuan yang belum pernah menikah
dengan seorang laki-laki yang telah ditinggal mati oleh istrinya (duda) (Rm. 7:23:1Kor.
7:39);
c. Seorang laki-laki yang telah ditinggal mati oleh istrinya (duda) dengan seorang perempuan
yang telah ditinggal mati oleh suaminya (janda) (1Kor. 7:39);
d. Seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya yang
tidak beriman (janda cerai) (1Kor. 7:15, demikian pula bagi perempuan).

Alkitab menjelaskan juga implikasi bagi pernikahan yang tidak termasuk monogami dan tidak
diperkenankan Allah, antara lain:
a. Inses, yaitu pernikahan antara dua orang yang memiliki hubungan darah (Im. 18:6-18;
20:11; 17-21);
b. Homo/lesbi, yaitu pernikahan atau hubungan seksual sejenis antara laki-laki dengan laki-
laki atau perempuan dengan perempuan (Kej. 2:24;Im. 18:22; Rm. 1:26-28; 1Kor. 6:9-10);

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 4


c. Perzinahan, yaitu pernikahan atau hubungan seksual antara seorang laki-laki yang belum
menikah atau sedang terikat pernikahan dengan seorang perempuan yang sedang terikat
pernikahan (Im. 18:20; 20:10, 13-14; Mat. 19:9; 5:35); demikian pula sebaliknya seorang
perempuan yang belum menikah atau sedang terikat pernikahan dengan laki-laki yang
belum menikah atau sedang terikat pernikahan;
d. Bestialitas, yaitu hubungan seksual antara manusia dengan binatang (Kel. 22:19; Im.
18:23; 20:15-16).

Evaluasi: Masing- masing peserta/pasangan bertanya pada diri sendiri:


1. Mengapa saya mau menikah? Apakah saya sudah siap dan cukup dewasa untuk menikah?
2. Jelaskan apa arti dari karakter pernikahan monogami!

Referensi
1. Alkitab: TB LAI.
2. Majelis Sinode: Seribu Hari Pertama, 2015.
3. G. I. Williamson: Katekismus Singkat Westminster 2, (Surabaya: Momentum), 2009.

 Sesi Kedua: Pernikahan Kristen 

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 5


Antara Laki-laki dan Perempuan Seiman

Tujuan: setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu:


1. menjelaskan pentingnya kesatuan iman dalam pernikahan sesuai Alkitab.
2. mendaftarkan resiko yang akan dihadapi dalam pernikahan berbeda agama

Gagasan Utama:
Sesi ini akan membahas tentang pernikahan yang seiman, yaitu iman Kristen, sesuai
Alkitab, agar melalui iman mereka, pasangan suami istri mampu mewujudkan rencana
Allah melalui pernikahan dan mengatasi kemungkinan persoalan dalam pernikahan akibat
perbedaan agama dan ajaran.

Metode:
Ceramah dan Diskusi/Evaluasi

Tantangan Dunia Yang Terbuka


Dunia semakin terbuka dan menyediakan banyak pilihan termasuk pilihan pasangan
hidup. Keterbukaan menembus juga batas-batas keyakinan, sehingga seseorang sangat
mungkin terlibat relasi dengan orang dari latar belakang agama yang berbeda. Bagi mereka
yang berada dalam komunitas gereja yang jumlah anak-anak mudanya sangat terbatas, atau
mereka yang tinggal di kota, desa, lingkungan yang mayoritasnya beragama non-Kristen,
maka situasi seperti ini sangat sering dihadapi. Situasi menjadi lebih serius apabila jumlah
laki-laki dan perempuan di komunitas itu tidak berimbang. Jika mereka hidup di lingkungan
yang tidak banyak orang Kristen, maka pergumulan ini tentu saja akan semakin sulit,
sebagaimana di beberapa wilbapak pelayanan GMIT. Ketertarikan terhadap orang non-
Kristen atau sesama Kristen tetapi beda ajaran memiliki peluang besar.
Dalam persoalan ini Alkitab harus menjadi pedoman dan patokan hidup kita. Dalam I
Kor 7:39 kepada para janda yang suaminya sudah meninggal dunia, Paulus memberi
kesempatan untuk menikah lagi dengan siapa saja yang ia kehendaki, tetapi orang itu harus
orang percaya (1Kor 7:39). Selanjutnya, juga kepada jemaat di Korintus secara umum ia
mengatakan: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang
yang tidak percaya” (2Kor. 6:14). Ayat ini memang tidak secara langsung berbicara tentang
pacaran atau pernikahan, namun prinsip yang diajarkan juga berlaku dalam relasi pacaran atau
pernikahan. Alkitab sudah cukup memberikan petunjuk yang jelas bahwa orang Kristen hanya
boleh menikah dengan yang seiman. Karena itu, pernikahan Kristen yang ideal adalah
pernikahan yang melibatkan laki-laki dan perempuan yang seiman, yang sama-sama percaya
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan.

Perbedaan nilai hidup


Perbedaan iman/teologi suami dan istri, misalnya agama atau doktrin tertentu mengakui
poligami dalam pernikahan yang bertentangan dengan keyakinan iman Kristen. Perbedaan
doktrin dalam sesama agama kristenpun bisa menimbulkan persoalan misalnya soal beribadah
dalam suasana tenang atau ramai, baptisan dewasa atau anak dan lain sebagainya. Perbedaan
agama juga meliputi pandangan terhadap misalnya penggunaan alat kontrasepsi, transfusi
darah, atau apakah anak yang sakit perlu dibawa ke dokter atau cukup dengan berdoa saja?

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 6


Perbedaan agama atau doktrin dapat menimbulkan persoalan bagi suami istri, oleh karena itu
sejak awal calon pasangan sudah harus mempertimbangkan hal ini masak-masak.

Solusi
Dalam membangun relasi yang lebih serius, hendaknya setiap orang mengenali
pandangan dan keyakinan teologis atau agama pasangannya sebelum memutuskan untuk
berkomitmen. Hendaknya sebagai orang yang berpegang teguh pada pengakuan iman, setiap
pribadi harus mampu membicarakan perbedaan ini dengan serius dan penuh kasih. Pasangan
dapat membicarakan tentang perbedaan ini dengan pendeta, keluarga ataupun orang yang
dapat memberi pikiran-pikiran yang jujur dan terbuka. Segala resiko mengenai perbedaan
agama/doktrin ini harus benar-benar dibicarakan di awal keseriusan hubungan.
Dalam peraturan Pastoral GMIT Bab IV tentang Pernikahan Lintas Gereja/Agama pasal 8
(1) tertera: “Majelis jemaat dapat melaksanakan pelayanan pernikahan bagi pasangan anggota
GMIT dengan anggota gereja/agama lain berdasarkan pada kesepakatan bersama secara
tertulis antara majelis jemaat, pimpinan gereja/agama lain, kedua keluarga dan calon
mempelai”. (2) Majelis jemaat memberikan pendampingan bagi anggotanya yang menikah
dengan pasangan berbeda gereja/agama lain dan dilaksanakan oleh lembaga gereja/agama
lain, sambil berupaya mempertahankan status yang bersangkutan sebagai anggota GMIT.
Hal ini menyiratkan bahwa pernikahan lintas gereja/agama dimungkinkan dilakukan oleh
anggota GMIT baik yang dilayani dalam GMIT maupun di lembaga gereja/agama lain dan
namun ia tetap mempertahankan keanggotaannya dalam GMIT. Namun demikian, menyadari
dan memahami kesulitan dan tantangan yang akan dihadapi kelak dalam rumah tangga
pasangan berbeda gereja/agama maka keputusan pernikahan ini harus diambil dengan
pertimbangan yang sungguh-sungguh masak dengan pendampingan yang dilakukan baik oleh
orang tua, keluarga dan gereja. Karena pernikahan Kristen adalah pernikahan yang satu kali
untuk selamanya, maka apapun keputusan yang akan diambil terhadap perbedaan
iman/doktrin ini telah memperhitungkan kesiapan menghadapi segala resiko dan persoalan
yang mungkin akan timbul di depan.

Evaluasi
Peserta mengajukan pertanyaan reflektif dan mendiskusikan:
Jika sedang menjalin hubungan dengan pasangan yang berbeda agama atau doktrin,
mampukah saya menghadapi perbedaan ini tanpa mengkianati pengakuan iman saya?

Evaluasi:
1.Peserta diminta menjelaskan dasar Alkitab mengenai kesatuan iman dalam pernikahan
2. Peserta mendiskusikan resiko pernikahan berbeda iman

Referensi:
1. Alkitab TB-LAI
2. Majelis Sinode GMIT, Peraturan Pastoral GMIT, 2017
3. Pdt. Rinto Tampubolon (ed.), Ketika Dua Hati Bersama (Jakarta: Binawarga, 2016).
4. Yakub Susabda, Konseling Pranikah (Jakarta: Pionir Jaya, tidak ada tahun).

 Sesi Ketiga: Pernikahan Kristen Melampaui Penampilan Fisik 

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 7


Tujuan:
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menjelaskan bahwa pernikahan Kristen
mengutamakan karakter melampaui penampilan fisik.
Gagasan Utama:
Materi ini akan membahas pertimbangan menikah yang malampaui ketertarikan fisik dan
membutuhkan aspek bathiniah yang lebih permanen sebagai alasan ketertarikan yang
bertanggungjawab.
Metode:Ceramah, Sharing pengalaman, dan Diskusi

Dasar Alkitab

Alkitab tidak pernah merendahkan penampilan fisik. Beberapa ayat berbicara tentang
penampilan fisik misalnya Sara (Kej 12:11, 14), Ribka (Kej 24:16), Rahel (Kej 29:17) dan
Daud (I Sam. 16:12). Namun adalah lebih penting mempertimbangkan karakter, sikap dan
kedewasaan iman seseorang daripada hanya sekedar melihat penampilan fisik. Rasul Petrus
melarang para perempuan untuk berdandan seperti dunia, sebaliknya, mereka dinasihatkan
untuk mengenakan “perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan
tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Pet 3:3-4). Juga Amsal 31:30 mengajarkan
dengan tegas: “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang
takut akan TUHAN dipuji-puji”. Kisah Simson yang jatuh cinta kepada Delila, seorang
perempuan Filistin yang sangat cantik, namun akhirnya membawa kehancuran bagi Simson
( Hakim-hakim 16:4). Namun perlu diingat bahwa kecantikan/kegantengan tidak identik
dengan ‘penggoda’, atau karakter buruk atau kurang beriman. Tetapi kecantikan atau
ketampanan bukan satu-satunya criteria untuk mencari calon pendamping hidup dalam
pernikahan Kristen.

Keindahan Fisik dan Karakter

Memiliki pasangan yang cantik/ganteng adalah impian banyak laki-laki/perempuan. Hal


ini bukanlah sesuatu yang salah. Dalam masa berpacaran biasanya laki-laki atau perempuan
yang berwajah ganteng/cantik menjadi incaran banyak orang, Seiring dengan kedewasaan dan
usia yang bertambah maka pandangan mencari yang cantik/gantengpun semakin memudar
dan beralih pada yang menarik sikap dan ada kecocokan karakter dan kepribadian. Hal ini
patut disadari karena memang ternyata penampilan fisik bukanlah sesuatu yang kekal. Seiring
dengan berjalannya waktu, kecantikan dan kegantengan akan memudar. Para ibu yang telah
hamil dan melahirkan, perutnya akan membesar tidak lagi langsing seperti muda dulu kulit
wajahnya tidak sekencang dan semulus dulu. Para bapak pun demikian, rambut di kepalanya
semakin jarang, perut semakin buncit dan tanda-tanda penuaan lainnya. Tentu saja merawat
tubuh adalah penting karena Alkitab tidak merendahkan tubuh dari roh dan jiwa. Yesus
Kristus menebus tubuh kita (I Kor 6:19-20), persembahan yang berkenan kepada Allah (Rm
12:1). Namun kesempurnaan tubuh juga tidak perlu diagung-agungkan sedemikian rupa
sehingga melupakan kecantikan roh dan jiwa/karakter. Karakter krisitiani harus menjadi
dasar pertimbangan yang utama melampaui penampilan fisik semata dari setiap laki-laki atau
perempuan yang hendak menetapkan hati untuk memilih pasangan hidup.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 8


Bagi beberapa orang bahkan karena menyadari bahwa karakter lebih penting dari
penampilan fisik dan cinta melampaui kecantikan/kegantengan wajah maka beberapa
pria/wanita memilih pasangan hidup mereka dengan keterbatasan anggota tubuh, atau orang
dengan disabilitas. Keterbatasan anggota tubuh tidak menjadi penghambat bagi mereka yang
mencintai pasangannya dengan keindahan karakter untuk akhirnya membuat mereka
menetapkan hati menjadi pasangan suami istri. Tentu keduanya telah memperhitungkan
dengan hikmat segala hal yang akan dihadapi sehubungan dengan keputusan tersebut.
Sehingga jelaslah bahwa karakter dan cinta yang kuat menjadi dasar pernikahan yang kuat
melampaui sekedar kecantikan dan kegentangn.

Evaluasi:
1. Peserta menjelaskan bahwa karakter yang baik menjadi dasar pertimbangan utama
melampaui penampilan fisik
2. Sharing pengalaman bersama pasangan suami-istri yang telah menikah dalam kurun
waktu 20 tahun ke atas.

Referensi:
1. Alkitab TB-LAI
2. Sutjipto Subeno: Indahnya Pernikahan Kristen, (Surabaya: Momentum), 2014.
3. Pdt. Yakub Tri Handoko, dkk., dalam www.rec.org dan Grace Alone.

 Sesi Keempat: Kesetaraan dan Keunikan


Perempuan dan Laki-laki dalam Pernikahan Kristen 

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 9


Tujuan:
Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu:
1. menjelaskan konsep kesetaraan dan keunikan laki-laki dan perempuan (suami-istri)
2. berkomitmen untuk menerapkan peran yang saling melengkapi dalam pernikahan.
Gagasan Utama:
Sesi ini menjelaskan konsep Alkitab tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan sekaligus
keunikan masing-masing yang memperkaya dan mnyempurnakan kehidupan pernikahan.
Metode:
Ceramah, Sharing pengalaman, dan Diskusi

Pengantar
Alkitab menggambarkan kesamaan dan keunikan antara laki-laki dan perempuan.
Kesamaan laki-laki dan perempuan nampak dalam kisah Penciptaan (Kitab Kej. 1). Keduanya
sama-sama disebut “manusia” (ayat 26, 27). Sama-sama pula diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah (ayat 27). Demikian pula dinyaatakan dalam Pokok-pokok Ekelsiologi GMIT,
bahwa laki-laki dan perempuan adalah gambar Allah (imago Dei). Prinsip saling
menguntungkan (mutualistis) dan saling melengkapi (komplementer) menjadi dasar untuk
menata kehidupan sesuai dengan pesan Alkitab. Keduanya sama-sama diberi mandat untuk
menatalayani kehidupan di bumi (ayat 26, 28). Tuhan memberikan berkat-Nya bagi laki-laki
dan perempuan (ayat 28). Ini menunjukkan bahwa secara hakekat laki-laki sama dan setara
dengan perempuan. Allahlah yang menetapkan kesetaraan laki-laki dan perempuan.

Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

Pertama: Setara dalam Kesepadanan


Kejadian 2:18-25 menunjukkan kesamaan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan.
Perempuan disebut sebagai penolong yang sepadan. Kata “sepadan” memiliki makna setara.
Adam tidak mendapatkan pasangan yang sepadan di antara para hewan dan tumbuhan (ayat
20), tetapi ketika bertemu dengan Hawa ia mengatakan, “Inilah dia tulang dari tulangku dan
daging dari dagingku”, sebagai ungkapan bahwa Adam dan Hawa memang setara dan
sepadan. Mereka berbeda dan tidak sepadan dengan hewan dan tumbuhan, mereka setara
sebagai manusia.

Kedua: Setara dalam Satu Daging


Kesetaraan juga tersirat dari kesatuan antara laki-laki dan perempuan. Pada saat Adam
melihat Hawa untuk pertama kalinya, ia tidak menganggap perempuan sebagai saingan. Ia
menyambut Hawa dengan sukacita (ayat 23). Alkitab bahkan menyatakan dengan jelas bahwa
keduanya adalah “satu daging” (ayat 24). “Satu daging” adalah gambaran yang indah tentang
kesetaraan laki-laki dan perempuan.

Ketiga: Setara dalam Dosa


Kejadian 3 menggambarkan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam dosa. Ketika
penciptaan, mereka sama-sama mulia, tetapi ketika jatuh dalam dosa, mereka sama-sama hina.
Keduanya sama-sama melanggar perintah Allah (ayat 6). Akibat dosa pun harus mereka

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 10


tanggung bersama. Keduanya sama-sama mengalami rasa malu dan ketakutan (ayat 7-8).
Keduanya sama-sama diusir dari Taman Eden (ayat 22-24). Ini menunjukkan kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan juga dalam hal dosa dan akibatnya.

Perbedaan dan Keunikan Peran Laki-laki dan Perempuan

Pertama: Kepala dan Penolong


Setiap suami (laki-laki) dipanggil dan diberi peran sebagai kepala keluarga. Dalam
menjalankan peran ini, ia meneladani Kristus yang mengasihi dan berkorban untuk jemaat
(Ef. 5:25-29). Hal ini berarti, suami tidak dapat semena-mena memperlakukan istri hanya oleh
karena ia diberi peran sebagai kepala keluarga, karena ia harus meneladani Kristus yang
mengasihi dan berkorban untuk jemaat, maka para suami harus mengasihi dan berkorban
untuk istrinya.
Sedangkan perempuan ditetapkan oleh Allah untuk menjadi penolong yang sepadan bagi
suaminya (Kej. 2:18, Amsal 32:10-31). Model hubungan itu juga dipakai oleh Paulus untuk
menggambarkan hubungan antara gereja dan Kristus (Ef. 5:22-23) Sikap rela tunduk dan
menghormati suami bukanlah tanda lemah dan pasif. Sikap tunduk kepada suami bukan
berarti istri semata-mata takut dan ‘taat yang membabi buta’ kepada suami tanpa memiliki
hak dan ‘suara’. Sikap tunduk ini berarti hormat dan taat dengan penuh kasih.

Kedua: Keunikan dalam peran


Laki-laki dan perempuan sama-sama mampu menjalani peranan kepemimpinan, namun
keberhasilan dan keefektifan kepemimpinan sangat bergantung kepada situasi kondisi masing-
masing. Secara Alkitabiah, laki-laki diberi otoritas oleh Allah untuk menjadi kepala yang
memikul tanggung jawab besar bagi keluarganya. Sedangkan kaum perempuan diberi otoritas
untuk menjadi penolong bagi suami agar keduanya mampu menjalankan tugas mereka dalam
rumah tangga. Seorang istri melakukan tugasnya sebagai Ibu bagi keluarga, mengurus rumah
tangga bersama suami dalam kesejajaran maupun keunikan masing-masing. Dalam hal ini
sekalipun mereka mempunyai peran yang berbeda namun dalam hal tertentu peran-peran itu
dapat saling mengisi dan menopang. Misalnya seorang suami bisa saja melakukan pekerjaan
yang biasanya dilekatkan sebagai pekerjaan perempuan (peran domestic) yaitu memasak,
mencuci, mengasuh bayi dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Sebaliknya peran publik pun
dapat saja dilakukan oleh istri misalnya bekerja mencari nafkah. Inilah keunikan peran kali-
laki dan perempuan.

Makna Istri sebagai Penolong Yang Sepadan


Kita perlu melihat lebih jauh keunikan peran dari kedua pihak, laki-laki dan perempuan,
yang setara itu. Posisi Hawa sebagai “penolong” (‘ēzer) dipahami secara beragam. Dalam hal
apa Hawa akan menjadi penolong? Posisi Hawa sebagai penolong harus dibedakan dengan
sekedar pembantu. Kata penolong tidak menunjuk kepada inferioritas (posisi lebih rendah)
Hawa terhadap Adam. Kenyataannya, kata penolong dalam Alkitab justru seringkali dipakai
untuk pihak yang lebih kuat. Dari 19 kali pemunculan kata ini, 16 di antaranya ditujukan pada
TUHAN sebagai penolong umat-Nya (Kel 18:4; Ul 33:7, 26, dan banyak terdapat dalam kitab
Mazmur: Mzm 33:20; 70:6) atau pada suatu bangsa yang lebih kuat dari bangsa lain (Yes
30:5; Yeh 12:14; Hos 13:9). Tetapi sesungguhnya, kata penolong pada dirinya sendiri tidak

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 11


menyiratkan bahwa yang menolong adalah lebih kuat daripada yang ditolong. Kata ini hanya
menunjukkan bahwa yang ditolong tidak memiliki kekuatan yang cukup, sehingga
membutuhkan bantuan dari orang lain (Yos 1:14, ITaw 12:17).
Pemahaman tentang hal ini semakin jelas dalam kata “sepadan” (kěnegdô) yang
menerangkan penolong. Secara hurufiah kata ini berarti “seperti apa yang di hadapannya”.
Kata ini menyiratkan makna kesejajaran, perempuan tidak lebih rendah (inferior) atau lebih
tinggi (superior) daripada laki-laki, melainkan setara sekaligus masing-masing memiliki
keunikan. Keunikan itu hendaknya menolong setiap pasangan untuk mengambil peran yang
berguna untuk saling menopang kehidupan bersama yang harmonis. Sehingga jelas bahwa
perempuan dan laki-laki saling membutuhkan karena keduanya memiliki keunikan kekuatan
masing-masing untuk saling menolong, saling menopang dalam kesetaraan.

Evaluasi/Sharing
1. Peserta menjelaskan arti kesetaraan perempuan dan laki-laki berdasarkan Alkitab
2. Peserta saling berbagi pengalaman tentang kehidupan mereka dalam keluarga; belajar
dari orang tua masing-masing dalam mewujudkan kesetaraan dan keunikan mereka
masing-masing dan berkomitmen untuk menerapkan kesetaraan peran dalam
pernikahan.

Referensi:
1. Alkitab TB-LAI
2. Majelis Sinode GMIT, Pokok-pokok Ekelsiologi GMIT, 2016
3. Sutjipto Subeno: Indahnya Pernikahan Kristen, (Surabaya: Momentum), 2014.
4. Pdt. Yakub Tri Handoko, dkk., dalam www.rec.org.

BAGIAN KEDUA
Kehidupan Pernikahan Kristen

 Sesi Kelima: Mengenal Diri Dan Pasangan 

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 12


Tujuan: setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
a. meningkatkan pemahaman tentang kesiapan diri sendiri sebagai calon pasutri;
b. mengenal pribadi pasangan dalam keunikannya;
c. meningkatkan ketrampilan bersikap dalam berinteraksi sebagai calon pasutri;
d. memahami manfaat saling menerima demi keutuhan nikah dan keluarga.
Gagasan Utama:
Pernikahan Kristen mengikat suami dan istri seumur hidup. Dan karena itu sangat
membutuhkan pengenalan yang mendalam di antara calon suami dan istri tentang masing-
masing pribadi yang unik dan personalitasnya, sambil tetap menyadari bahwa proses
pengenalan pasangan merupakan proses seumur hidup. Pengetahuan dan ketrampilan ini
diharapkan dapat membantu calon pasutri mengelola pernikahan dengan merawat
persekutuan keluarga Kristen diberkati Tuhan.
Metode:Ceramah dan Diskusi/Evaluasi
Aktivitas Awal
Kegiatan 1: Doa pembukaan serta menyanyikan lagu.
Kegiatan 2: Catatlah setiap hal yang saudara sebut sebagai kelebihan dan kekurangan dari
diri/pasangan. Tuliskan pada selembar kertas yang sudah disiapkan. Kemudian daftar
tersebut diperiksa kembali dan hasilnya dituliskan dalam kolom dibawah ini:

No Kelebihan Kekurangan
.
… … …
… … …
Kegiatan ke 3: Siapkan kertas kosong. Setiap peserta berada dalam ‘tim’ sesuai pasangannya,
setiap orang menulis kelebihan dan kekurangan dirinya. Pada halaman yang kosong dari
kertas yang sama, saudara mempersilahkan pasanganmu menuliskan kelebihan dan
kekurangan dirimu.

Apa yang saudara/i ketahui tentang dirimu.


Kelebihan: …
Kekurangan: …

Pengantar
Dalam konteks masyarakat pegunungan dan daratan, Yulia singgih D.Gunarsa
(2012)mengatakan, pernikahan dapat diumpamakan sebagai suatu perjalanan yang panjang,
penuh kesukaan, dan mengasyikkan, bila jalannya dipersiapkan dengan
matang.Sebaliknya,perjalanan tersebut dapat menyebalkan, membuat orang mengalami stress
atau tekanan batin bilanya jalannya penuh kerikil, lubang dan macet- apalagi bila jalannya
belum dipersiapkan (belum diaspal). Dalam konteks masyarakat pesisir, pernikahan dapat
diumpamakan sebagai suatu pelayaran mengarungi samudera raya, yang menyenangkan,
menikmati keindahan alam, aman walau gelombang menyertai pelayaran; semuanya bisa
selamat sampai ke dermaga tujuan, kalau nahkoda mempersiapkan diri dengan baik dan
trampil, juga perahu yang akan dipakai dipersiapkan dengan baik. Setiap pasangan atau lajang
yang berencana menikah, hendaknya mempersiapkan diri dalam beberapa hal berikut.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 13


Mengenal dan Merima Diri Sendiri: Langkah Pertama Saling Mengenal

Calon Suami dan istri adalah masing-masing pribadi yang unik dan memiliki personalitasnya.
Pertanyaan penting di sini adalah apakah saya mengenal pasangan/calon pasangan secara
mendalam sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Selama berpacaran kemudian bertunangan
masing-masing pribadi sudah melihat dan mengenal pasangannya dan tertarik untuk hidup
bersama. Namun sebelum memasuki ikatan hidup bersama dalam pernikahan sebaiknya
masing-masing orang mengenal lebih dalam dan lebih nyata, dari sisi kepribadian. Jika
saudara atau saudari ingin menikah itu berarti bersedia hidup bersama dengan pribadi yang
lain sepanjang usia. Untuk hidup bersama orang lain seseorang perlu mengenalnya dengan
baik. Namun langkah pertama yang dibuat adalah mengenal diri sendiri. Setiap orang perlu
memperhatikan diri sendiri dengan jujur, lalu mencatat semua kekurangan dan kelebihan pada
diri seseorang semua peluang dan hambatannya.
Paul Klein mengatakan, salah satu sikap dasar untuk membina sebuah persahabatan
antara suami istri sepanjang hidupnya adalah “menerima kenyataan”. Menerima dengan hati
terbuka bahwa selain kelebihan masih ada kekurangan dalam diri sendiri. Hidup sebagai
suami istri merupakan suatu pilihan keputusan dan perjanjian hidup bersama mengikat
keduanya. Pernikahan Kristen, mengikat keduanya sampai akhir hidup. Bisa saja evaluasi diri
sendiri tidak objektif, namun proses ini dapat merupakan langkah baik yang membawa
seseorang belajar menerima kekurangan diri dan serentak dengan itu tumbuh suatu kesadaran
dan keinginan dalam hal membutuhkan pribadi yang lain untuk melengkapi kekurangan diri
pribadi.

Mengenal Keunikan Pasangan Dari Latar Belakang Hidupnya

Setiap orang memiliki latar belakangnya sendiri, termasuk pasangan kita.Mengenal lebih
dalam berarti bersedia menelusuri sejauh mungkin latar belakangnnya.

1. Latar belakang Keluarga


Keluarga merupakan basis kehidupan sosial masyarakat. Untuk mengerti sikap dan
tingkah laku dari seseorang, perlu dipahami kehidupan keluarga dari mana ia hidup dan
bertumbuh-kembang. Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan (2013:27) menulis, ”Keluarga
merupakan kelompok soaial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak”. Dari
lingkungan keluarganya sosok satu pribadi terbentuk. Oleh karena itu seorang calon
suami/istri perlu lebih mengenal latar belakang keluarga pasangannya. Seperti kata
pepatah lebih mengenal supaya lebih menyayangi. Pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya antara lain: Apakah ia datang dari keluarga masyarakat yang menyukai gaya
hidup ‘keluarga besar’ dengan pola pengambilan keputusan oleh sekelompok tua-tua
rumah adat; atau dari keluarga kecil mandiri yang pengambilan keputusannya oleh bapak-
ibu saja. Apakah dalam keluarganya ada kebiasaan untuk bebas berpendapat dan saling
memberikan pujian-dukungan, toleransi, kasih sayang dan persahabatan atau keluarga
yang suka membatasi anak dalam berpendapat, suka bertengkar, menghina, mengeluarkan
kata-kata makian, membatasi kegiatan di luar rumah. Apakah dia datang dari masyarakat
desa yang suka bercocok tanam, suka hidup berkelompok dan pesta-pesta adat, atau dari

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 14


keluarga masyarakat kota yang aktif dalam usaha jasa, sibuk dengan media sosial,
independen, dan pola rekreasi modern. Semua penelusuran iniakan memperkaya
seseorang untuk memahami sikap tingkah laku pasangannya; karena ia dibentuk dari
lingkungan keluarga tadi. Dan kemudian dapat mengembangkan sikap menerima ada
adanya sambil belajar bersama ke mimpi masa depan keluarga baru.

2. Latar Belakang Agama


Setiap orang adalah penganut agama dengan isi kepercayaan tertentu. Nilai-nilai agama
yang dihidupi sejak dari dalam kandungan sangat mempengaruhi kepribadian seseorang.
Di sini perlu dipahami lebih dalam pola ibadahnya. Apakah hanya formalitas saja; dalam
arti mengikuti liturgi ibadah dan kewajiban di lingkup agamanya. Ataukah pribadi yang
suka menghayati nilai-nilai ajaran dalam kitab sucinya, suka mengasihi dan menyembah
Tuhan, mengasihi sesama seperti diri sendiri, suka membantu orang lain. Pribadi yang
suka diperbaharui oleh nilai imannya. Semua nilai dan sikap keimanan mempengaruhi
keharmonisan hubungan suami istri nantinya.

3. Latar Belakang Pendidikan


Latar belakang pendidikan telah membentuk sesorang untuk mengenal dunia
kehidupannya dan membawanya untuk memiliki ilmu pengetahuan serta ketrampilan.
Daya inovasi yang dilatihnya selama proses pendidikan cukup memperlengkapinyan
untuk mengatur sikap dan tingkah lakunya, juga penilaian tindakan-tindakan bagi masa
depannya. Wawasan pendidikan yang memadai dari seseorang membantunya untuk
bersama calon pasangannya merumuskan visi atau mimpi masa depan pernikahan juga
keluarga baru mereka. Juga akan menjadi daya atau kekuatan dari dalam diri untuk
mengelola kehidupan bersama mengisi perjalanan hidup bersama ke arah masa depan
tersebut.

4. Latar Belakang Kesehatan


Kesehatan merupakan modal berharga bagi seseorang. Kita ingat semboyan klasik : Di
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Dengan mengetahui riwayat
kesehatan dari diri sendiri dan pasangannya, termasuk kesehatan reproduksi; calon Pasutri
dapat merencanakan kehidupan bersama yang lebih sehat. Ketika bertanya tentang
keadaan kesehatan pasangan dan menemui kekurangan dalam bentuk sakit-penyakit, ini
merupakan kenyataan yang perlu diterima apa adanya. Dan dasar cinta kasih bisa
menjadi kekuatan untuk membangun sikap saling melengkapi demi hidup yang lebih sehat
dari keduanya.. Mengenai kesehatan reproduksi yang menjadi jalan mendapatkan
keturunan; dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter sebelum pernikahan. Hal ini
dikandung maksud untuk saling menerima apa adanya dan dari dasar cinta kasih
membangun harapan masa depan yang lebih realistis dalam hal membentuk keluarga .
5. Latar Belakang Budaya
Salah satu hal yang penting di sini adalah adat-istiadat. Baik calon suami maupun istri
perlu mengetahui dari pola kekeluargaan mana pasangannya. Apakah dari masyarakat
berciri budaya dengan sistim kekerabatan Patrilineal (garis keturunan bapak), di mana
mas kawin mesti disiapkan oleh keluarga laki-laki, sekaligus mengharapkan pengantin
perempuan menjadi ‘milik’ dari keluarga suami.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 15


Ataukah dari masyarakat berciri budaya dengan sistim kekerabatan Matrilineal( garis
keturunan ibu) dengan membuka pintu komunitas adat terhadap sosok laki-laki yang
harus datang dengan ‘badan kosong’ datang memberinya tanda masuk dengan seperangkt
pakaian adat,dan kemudahan untuk hidup dalam masyarakat adat istrinya. yg menikah
bagi perempuan tidak ditetapkan adanya belis (mahar).
Ataukah dari masyarakat yang memilih ciri budaya dengan sistim kekerabatan Parental
( garis keturunan bapak dan ibu) dengan menyepakati bentuk kehadiran laki-laki dan
perempuan yang seimbang atau sesuai kesepakatan di mana sosok calon suami dan calon
istri tidak menjadi bagian dari pasangannya tetapi sama-sama saling memiliki kehidupan
yang baru dengan mengembangkan kehidupan bapak dan ibu mereka.

6. Latar Belakang Status sosial


Status soasial (Tingkat pendidikan, Jenis pekerjaan, jabatan, gengsi, gaya hidup, dll)
cukup mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang pada masa kini dan masa yang
akan datang dalam kehidupan pernikahan. Karena itu perlu mengetahui sejak awal status
sosial dari calon pasangan hidupnya. Dengan mengetahui status sosial seseorang belajar
menerima kenyataan dan membangun mimpi masa depan yang wajar. Misalnya seorang
petani janganlah menjanjikan kemewahan yang sulit dijangkaunya bagi istrinya.
Demikian juga seorang perempuan pekarier janganlah memimpikan keleluasaan ruang
gerak berkarier jika memilih menikah dengan pasangan yang pendidikannya terbatas. Hal
yang terpenting di sini adalah bersedia menerima kenyataan apa adanya dan bersama-
sama membangun mimpi masa depan yang dapat dijangkau bersama.

7. Latar belakang ekonomi


Memahami latar belakang ekonomi merupakan bagian dari pengenalan kehidupan
pasangan hidup. Kondisi ekonomi suatu keluarga menurut BKKBN dipetakan dalam
keluarga pra sejahtera , dan sejahtera 1,2 ,3, 3plus (dapat dipelajari dari BKKBN
setempat) . Latar belakang ekonomi cukup mempengaruhi gaya hidup seseorang. Dengan
mengenal dan memahami latar belakang ekonomi dari calon pasangan suami atau istri,
seseorang dapat dengan realistis menerima dirinya dan pasangannya sambil bersama-sama
mengelola kondisi ekonomi baru dalam keluarga sendiri setelah menikah

Mengenal Tipe Kepibadian: Untuk Memperkuat Tali Cinta Kasih


Untuk membantu merawat kasih sayang di antara dua insan yang akan menikah di sini kita
belajar tentang Tipe Temperamen menurut Galenus.

TEMPAREMEN SIFAT- SIFAT


Sanguinis Sifat dasar: Periang,optimistis, dan percaya diri
Sifat perasaannya: mudah menyesuaikan diri,tidak stabil, baik
hati,tidak serius,kurang dapat dipercaya karena kurang konsekuen.
Sifat dasar : Pemurung , sedih, pesimistis,kurang percaya diri.
Melankolis Sifat lainnya: Merasa tertekan dengan masa lalunya, sulit
menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji.
Sifat dasar: Selalu merasa kurang puas, bereaksi negatif dan agresif.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 16


Kholeris Sifat lainnya: mudah tersinggung(emosional),suka membuat
provokasi, tidak mau mengalah,tidak sabaran,tidak toleran, kurang
mempunyai rasa humor, cenderung beroposisi dan banyak inisiatif
(usaha).
Sifat dasar: Pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang
Plegmatis jelas), dan stabil.
Sifat lainnya: merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh),
dingin hati (tak mudah terharu),pasif, tidak mempunyai banyak
minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur.

Dari pelajaran tentang Tipe Temparamen di atas, pemikiran calon pasutri semakin luas untuk
mengerti kepribadian manusia dan lebih khusus, calon pasangannya. Dari sifat-sifat yang
tertulis di atas pasutri dapat membuat tabelnya.

a. Belajar mencatat dari sifat-sifat diri sendiri :


No. Sifat- sifat Keterangan

b. Belajar mencatat sifat-sifat dari calon pasangan


No. Sifat- sifat Keterangan

c. Calon Pasangan Suami-Istri (Pasutri) bertukar catatan.


Masing-masing calon Pasutri mendapat kesempatan duduk
berhadapan,bertukar catatan dan berdialog tentang sifat-sifat dari pangannya.
Bagaimana belajar menerima kenyataan dengan sifat yang tidak
menyenangkan hati yang menyusahkan hubungan cinta kasih. Tetapi juga
bagaimana mengakui serta mendukung sifat-sifat baik yang menghidupkan
cinta kasih.

Kesediaan untuk belajar dan menelusuri sifat masing-masing serta secara terbuka berdialog
dengan pasangan tentang sifat dan temparamen, merupakan jalan penghubung yang bisa
menghubungkan terus menerus dua pribadi yang berbeda latar belakang dalam cinta kasih
yang Tuhan anugerahkan

Evaluasi
Pengajar mengajak peserta, baik yang berpasangan maupun sendiri untuk melakukan test
bahasa kasih dengan menggunakan teori dan quis Lima Bahasa Kasih dari Rev. Dr. Gerry
Chapman.

Referensi
1. Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa & Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa.2017. Psikologi Untuk
Keluarga, Jakarta:Libri .
2. Paul Klein, SVD. 1983. Pedoman Awal Keluarga Kristen, Maumere:Patrolia STF/TK
Ledaler,

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 17


3. Dr. J.L.Ch Abineno. 2016: Sekitar Katekesasi Gerejani, Jakarta: BPK Gunung Mulia
4. Yulia Singgih D. Gunarsa.2012: Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, Jakarta:Libri
5. Prof. Dr. Samsu Yusuf & Prof.Dr. A. Yuntika Nosurihsan.2013: Teori Kepibadian,
Bandung: Remaja Rosdakarya.

 Sesi Keenam: Seksualitas dan Berbagai Permasalahannya


Dalam Pernikahan Kristen 

Tujuan: setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:


a. menjelaskan makna dan tujuan seksualitas sesuai Alkitab;
b. menyebutkan beberapa permasalahan seksual dalam pernikahan dan mampu

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 18


mengatasinya secara Kristiani.
Gagasan Utama:
Sesi ini membahas secara khusus pemahaman tentang seksualitas dalam Alkitab, berbagai
permasalahan di sekitar seksualitas, dan solusinya.
Metode:
Ceramah dan Diskusi/Evaluasi

Dasar Alkitabiah
Sejak awal Alkitab memandang seks secara positif. Seks bukan akibat dari dosa. Salah
satu keunikan penciptaan manusia adalah penyebutan "laki-laki dan perempuan" (Kej. 1:27).
Pada hari ke-5 dan ke-6 Allah juga menciptakan binatang-binatang, yang sekalipun tidak
disebutkan secara langsung namun tentunya binatang itu adalah jantan dan betina.
Seksualitas manusia adalah sarana merealisasikan rencana Allah. Tujuan penciptaan
adalah melestarikan seluruh bumi bagi Allah (Kej. 1:26). Untuk mencapai tujuan ini, Allah
menciptakan manusia sebagai makhluk seksual supaya mereka dapat berkembang biak,
bertambah banyak, menaklukkan bumi, dan merawatnya bagi Allah (Kej. 1:28). Itu berarti
seksualitas manusia adalah anugerah Allah. Pemberian Hawa kepada Adam adalah murni
anugerah Allah (Kej. 2:18-22). Dia sendiri yang menilai bahwa kesendirian Adam merupakan
sesuatu yang tidak baik. Dia sendiri yang menciptakan Hawa tanpa persetujuan Adam.
Sekalipun memang Adam juga merasakan kebutuhannya akan penolong (Kej 2:20) Dia
sendiri yang membawa Hawa kepada Adam. Oleh karena seks adalah pemberian Allah, tidak
mungkin pemberian ini merupakan sesuatu yang buruk atau jahat.
Penjelasan Alkitab tentang ketelanjangan (Kejadian 2:25) hendaknya ditafsirkan sesuai
konteksnya. Teks ini merupakan kontras terhadap Kejadian 3:7-10. Gambaran padan Kej 2
terjadi sebelum kejatuhan, sedangkan Kej 3 sesudah kejatuhan. Dalam keadaan telanjang
tersebut, kedua manusia itu sama-sama merasa malu. Keterangan rasa malu di sini bukanlah
dalam arti malu secara horizontal, antara Adam dan Hawa, melainkan lebih bersifat vertical,
yaitu merasa malu terhadap Allah. Mereka baru menyadari bahwa keadaan mereka tidak
seperti dulu lagi. Itulah sebabnya mereka tidak hanya menutupi tubuh mereka, tetapi juga
bersembunyi dari Allah.
Di sisi lain, Alkitab juga sering menggambarkan Allah yang mengungkapkan kasih-Nya
melalui relasi suami-isteri (Contoh: Kitab Hosea, Kidung Agung). Bukan hanya sebatas
status, tetapi juga mengandung aspek seksual. Itu berarti seks pada dirinya sendiri adalah baik
dan bukan dosa, sebaliknya mulia dan kudus dalam relasi suami-istri.

Berbagai Permasalahan Seks Dalam Pernikahan


Berdasarkan pemahaman itu, maka hendaknya seks menjadi salah satu hal penting yang
layak dibicarakan bersama oleh orang-orang yang menikah. Kita akan membahas salah satu
dari masalah yang terjadi dalam pernikahan, yaitu masalah seksual. Masalah seksual sering
menjadi pergumulan dalam pernikahan karena kadang-kadang di dalam hubungan suami-istri
pun masih canggung atau bahkan enggan untuk membicarakan.
Seks dalam pernikahan adalah penting, bukan hanya sekedar kebutuhan biologis saja.
Kehidupan seks dalam rumah tangga yang baik akan menimbulkan hubungan suami istri yang
baik dan meningkatkan keharmonisan rumah tangga. Namun, jika kehidupan seks dalam
pernikahan tidak baik, atau masing-masing pihak merasa tidak bahagia, hal ini dapat

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 19


menimbulkan masalah. Kelihatannya memang sepele, tapi jika terus dibiarkan, hal ini bisa
memicu kerengangan relasi, konflik, bahkan perceraian. Beberapa masalah seks yang sering
terjadi dalam rumah tangga diantaranya:
Impotensi
Impotensi merupakan masalah seks yang sering terjadi dan kadang menjadikan hubungan
suami istri menjadi tidak harmonis. Impotensi adalah penis tidak mampu ereksi sehingga
aliran darah menjadi terhambat. Pada umumnya disfungsi ereksi bisa terjadi karena stress,
depresi dan juga penyakit tertentu.

Ejakulasi dini
Ejakulasi dini pada pria merupakan keluarnya sperma yang terlalu cepat, masalah ini bisa
terjadi karena kelelahan atau stress. Ejakulasi dini bukan hanya terjadi pada pria saja, namun
wanita juga bisa mengalaminya. Pada wanita, ejakulasi dini terjadi karena adanya perasaan
tidak percaya diri, trauma atau melakukan hubungan intim dengan pria yang tidak dicintainya.

Gairah seksual yang menurun


Pria dan wanita bisa mengalami gairah seks yang menurun, hal ini sering disebabkan oleh
kelelahan, stress atau pikiran, tekanan darah tinggi dan juga karena pernikahan yang tidak
diinginkan.

Ketidaksesuaian frekuensi
Tubuh kita mempunyai kebutuhan seksual yang tidak sama, jadi, hal ini perlu dibicarakan
dengan terbuka namun tidak memaksa. Masing-masing perlu untuk menyatakanlah kebutuhan
kita dan mintalah pemenuhannya. Sebaliknya, pihak yang tidak membutuhkan banyak, jangan
memandang rendah pasangannya atau menunjukkan sikap menolak. Pada intinya yang
membutuhkan sedikit harus meningkatkan batas maksimalnya sedangkan yang membutuhkan
banyak perlu meningkatkan batas minimalnya.

Sadomasokis
Pelaku mendapat kepuasan seksual dari rasa sakit. Rasa sakit akibat kekerasan verbal atau
non-verbal yang sengaja disebabkan oleh diri sendiri atau disebabkan oleh pasangan. Kata-
kata kasar dan makian merupakan kepuasan seksual bagi si pelaku. Aktivitas seksual yang
dilakukan sering kali menyerempet bahaya. Misalnya, mencekik hingga tubuh mencapai
kondisi kekurangan oksigen dengan tujuan mencapai orgasme. Tindakan memukul, mengiris,
gigitan, diikat, mencekik, bahkan dicambuk yang berbahaya justru menjadi kepuasan
tersendiri bagi si pelaku.

Sadisme
Pelaku mendapat kepuasan seksual ketika menyiksa pasangannya. Penderitaan fisik atau
psikologis pasangan akan membawa kesenangan bagi si pelaku. Penderitaan korban bukan
motif si pelaku. Rasa sakit korban juga tak meningkatkan gairah si pelaku. Orang dengan
kelainan ini merasa dirinya berkuasa atas pasangannya. Tujuannya adalah berkuasa sehingga
tak jarang terjadi pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Pada kasus ekstrem, kematian pasangan
akan membawa kegembiraan bagi si pelaku.

Transvetitisme

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 20


Pelaku adalah pria heteroseksual yang mendapat kepuasan seksual dengan berdandan sebagai
wanita. Dandanan tersebut bisa cukup hanya mengenakan pakaian wanita, bisa juga
berdandan dengan make up hingga menata rambut.

Masturbasi
Istilah “masturbasi” (istilah lain yang berkaitan adalah “onani”) merujuk pada aktivitas
pemuasan seksual yang dilakukan sendiri dan juga untuk diri sendiri. Melalui aktivitas ini,
seseorang bisa menikmati kepuasan seksual tanpa bantuan orang lain. Sebagian orang terjebak
pada rutinitas semacam ini, baik yang belum atau sudah menikah. Masturbasi atau onani
adalah dosa, tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Pertama, Allah memaksudkan seks
sebagai aktivitas secara biologis sekaligus psikologis dan sosial. Seks dan relasi tidak
terpisahkan. Seks adalah ungkapan kasih sayang dan simbol keintiman antara suami-istri (Kej
2:23-24). Kedua, masturbasi membawa pada perzinahan. Tuhan Yesus menandaskan bahwa
perzinahan sebenarnya terjadi dalam hati (Mat 5:27-28). Tindakan masturbasi sangat sulit
dilakukan tanpa dipicu (sebelum melakukan) atau dibarengi (selama melakukan) dengan
pikiran maupun fantasi seksual. Ketiga, masturbasi tidak sesuai dengan prinsip pengendalian
diri (self-control). Hasrat seksual adalah alamiah, karena menjadi bagian tak terpisahkan dari
fase pubertas. Hampir semua orang memiliki hasrat seksual. Walaupun hasrat ini bersifat
alamiah dan pada dirinya sendiri tidak berdosa, kita harus mengontrolnya sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan dosa (Yak 1:15). Kita perlu menundukkan diri di bawah
pimpinan Roh Kudus supaya buah penguasaan diri ditumbuhkan dalam diri kita (Gal 5:22-23)

Infeksi Menular Seksual


Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh hubungan
seks yang tidak aman. Penyebarannya bisa melalui darah, sperma, cairan vagina, ataupun
cairan lain dalam tubuh. IMS dapat disebabkan oleh beberapa hal; bakteri, virus, protozoa dan
jamur, yang bisa diakibatkan dari berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual, tanpa alat
pelindung (kondom). Oleh karena itu suami istri harus menjaga kesetiaan dengan tidak
melakukan hubungan seksual berganti-ganti.

Infeksi menular seksual yang Disebabkan oleh Bakteri


Beberapa infeksi menular seksual akibat bakteri yang akan dibahas di sini adalah sifilis,
gonore, chlamydia, chancroid dan donovanosis.

Sifilis: Sifilisatau raja singa adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Treponema pallidum. Gejala awal sifilis adalah munculnya luka pada alat kelamin atau pada
mulut. Luka ini mungkin tidak terasa sakit, tapi sangat mudah untuk menularkan infeksi. Luka
atau lesi ini akan bertahan selama 1,5 bulan dan kemudian menghilang dengan sendirinya.
Perlu diperhatikan bahwa luka sangat menular, sentuhan dengan luka dapat mengakibatkan
seseorang tertular.

Gonore atau kencing nanah: Gonore atau kencing nanah adalah infeksi menular seksual
yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Beberapa penderita penyakit ini tidak
menunjukkan gejala apa pun, sehingga bisa tidak diketahui sama sekali jika dirinya terinfeksi.
Bila menimbulkan gejala, pada penderita gonore dapat ditemukan:
Gejala gonore pada pria:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 21


1. Pada ujung penis keluar cairan berwarna putih, kuning, atau hijau.
2. Rasa sakit atau perih saat buang air kecil
3. Peradangan pada ujung penis
4. Terkadang ditemukan rasa sakit di sekitar buah zakar.
Gejala gonore pada wanita:
1. Cairan vagina yang encer dan berwarna kuning atau hijau.
2. Sering buang air kecil.
3. Perih atau rasa sakit saat buang air kecil.
4. Rasa sakit pada perut bagian bawah pada saat berhubungan seks atau setelahnya.
5. Perdarahan pada saat berhubungan seks atau setelahnya, atau ketika mengalami
menstruasi.
6. Gatal di sekitar kelamin.
Chancroid: Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyl. Bisul
kecil di alat kelamin akan muncul setelah 1-14 hari seseorang terinfeksi chancroid. Sehari
setelahnya, benjolan akan berubah menjadi luka. Selain kemunculan luka, sebagian orang
yang terinfeksi chancroid akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian
selangkangan. Pada sebagian orang, pembengkakan ini bisa berkembang menjadi abses.

Donovanosis: Penyakit yang juga disebut granuloma inguinale ini disebabkan oleh bakteri
Klebsiella granulomatis. Penyebaran penyakit ini biasa terjadi melalui vagina atau seks anal
dan sangat jarang ditularkan melalui seks oral. Kebanyakan penderita dari penyakit ini adalah
pria.Beberapa gejala donovanosis:
 Muncul luka di sekitar bokong serta benjolan berwarna merah di sekitar anus dan alat
kelamin.
 Alat kelamin dan kulit di sekitarnya akan memudar warnanya.
 Lapisan kulit perlahan terkelupas, kemudian benjolan akan membesar akibat proses
peradangan. Kulit tidak nyeri pada fase ini, tetapi mudah sekali berdarah.
 Kerusakan jaringan bisa meluas hingga pangkal paha.

Infeksi menular seksual yang Disebabkan oleh Virus


Herpes genital, kutil kelamin, hepatitis B, dan HIV adalah contoh-contoh infeksi menular
seksual yang disebabkan oleh virus.

Herpes Genital: Herpes genital adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks atau sering disebut HSV. Gejala herpes genital akan muncul beberapa hari setelah
terinfeksi HSV. Luka melepuh berwarna kemerahan serta rasa sakit pada wilbapak genital
menjadi awal gejala herpes yang muncul. Mungkin juga akan disertai gatal atau sakit saat
membuang air kecil.

Kutil Kelamin: Kutil kelamin atau kutil genital adalah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai human papillomavirus (HPV). Terdapat 40 tipe
virus HPV yang dapat menyerang alat kelamin, tetapi sebagian besar kutil kelamin
disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Kutil kelamin adalah kutil yang muncul di sekitar alat
kelamin atau di area dubur. Kutil ini mungkin tidak menimbulkan rasa sakit, tapi biasanya
akan muncul rasa gatal-gatal, memerah dan terkadang bisa berdarah. Pada beberapa penderita,
kutil bisa tumbuh bergerombol dan kemudian terlihat seperti kembang kol.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 22


Hepatitis B: disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, hepatitis B ternyata lebih mudah
ditularkan melalui hubungan seksual daripada HIV. Virus ini bisa ditemukan pada darah,
cairan vagina, air liur, dan sperma. Seks oral, dan khususnya seks anal, adalah cara yang bisa
menularkan virus Hepatitis B. Transplantasi organ dan penggunaan jarum suntik secara
bergantian juga berisiko menjadi cara penularan virus penyakit ini. Gejala Hepatitis B
biasanya baru akan muncul sekitar 2-5 bulan setelah penderita mengalami kontak dengan
virus. Gejala awal muncul seperti flu dan kemudian berkembang menjadi penyakit kuning.
Pada fase kronis, hepatitis B dapat menyebabkan kerusakan permanen pada hati.

HIV: HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sistem


kekebalan tubuh. Virus ini dapat tertular melalui hubungan seks yang tidak aman, berbagi alat
suntik atau pun jarum, dari ibu kepada bayinya saat melahirkan, maupun melalui transfusi
darah.Sistem kekebalan tubuh akan melemah dan tidak mampu melawan infeksi maupun
penyakit akibat virus ini. Hingga kini, belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV
dari tubuh. Pengobatan HIV umumnya dilakukan untuk memperpanjang usia dan meredakan
gejala yang muncul akibat HIV. HIV tidak memiliki gejala yang jelas. Gejala awal yang
terjadi adalah gejala flu ringan disertai demam, sakit tenggorokan, maupun ruam. Seiring
virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, tubuh penderita akan makin rentan terhadap
berbagai infeksi. Satu-satunya cara untuk mengetahui diagnosisnya adalah dengan
melakukan tes HIV beserta konselingnya. Tes HIV bisa dilakukan di klinik Voluntary
Counseling and Testing atau VCT (KTS= Konseling dan Tes HIV Sukarela).

Perspektif Teologis
Alasan untuk menghindari kondisi seks yang keliru bukan hanya karena potensi bahaya
medis yang bisa ditimbulkan atau ancaman bagi keharmonisan pernikahan kelak, melainkan
karena bertentangan dengan firman Allah mengenai kekudusan pernikahan. Wibawa Allah
adalah alasan utama mengapa kita harus melawan dosa ini. Kita menghargai rancangan Allah
atas seksualitas manusia, meliputi aspek relasi dan keintiman. Kita juga menyadari bahwa
tubuh kita telah ditebus dengan darah Kristus yang mahal, karena itu kita harus
menggunakannya untuk kemuliaan Allah, bukan kepuasan diri sendiri (1 Kor 6:19b-20).
Tanpa pemahaman yang serius bahwa segala sesuatu adalah dari, oleh, dan untuk Allah (Rom
11:36), sulit memahami dosa seksual dan menaklukkannya. Wibawa Allah sebagai alasan
untuk melawan seks yang keliru, sekaligus Allah sebagai sumber kekuatan untuk
memeranginya.
Kita tahu bahwa semua jenis kejahatan seks, termasuk perzinahan bermula dari hati (Mat.
5:28; 15:18-19). Hanya Allah yang mampu melihat dan mengubah hati kita (Kis. 15:8-9).
Darah Kristus sudah dicurahkan untuk menyucikan hati kita (Ibr. 9:14). Kuasa Allah juga
terus bekerja dalam diri kita untuk mengerjakan ketaatan (Flp. 2:13). Roh Kudus mengerjakan
buah pengendalian diri bagi kita (Gal. 5:22-23). Tanpa bersandar kepada Allah melalui doa
dan perenungan firman Tuhan, kita tidak akan memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan
dorongan seks yang keliru.
Tujuan hidup manusia adalah memuliakan Allah. Allah tidak anti kesenangan. Dia
senang melihat kita senang (Pkt 2:23-25). Persoalannya, di mana kita meletakkan kesenangan
kita? Jika kita telah menaruh kesenangan dan kenikmatan hidup pada kemuliaan Allah (Mzm

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 23


73:25-28), maka kita akan menyadari bahwa kesenangan dan kenikmatan yang dihasilkan
melalui aktivitas seksual yang keliru adalah dosa.

Perspektif Psikologis

Kita perlu mengubah pemikiran tentang diri sendiri. Perilaku seks yang keliru
menumbuhkan sikap yang negatif terhadap diri kita. Dosa ini memupuk rasa mementingkan
diri sendiri (egois) dan tidak membutuhkan orang lain (individualistis). Kebiasaan yang keliru
bukan upaya mengasihi diri, tetapi merusaknya. Di sisi lain, pada saat kita telah terjebak pada
percabulan ini, konsep diri kita akan berubah. Kita akan dikuasai oleh rasa bersalah (bdk. 1
Kor 6:18), merasa tidak berharga, putus asa dan tidak mau berjuang lagi. Iblis akan
mengambil kesempatan untuk meyakinkan kita bahwa dosa ini tak terkalahkan dan kita tidak
layak untuk dikasihi Allah. Beban psikologis semacam ini seringkali memperberat upaya kita
untuk mengalahan perilaku seks yang keliru. Sikap egois, individualistis, dan perasaan
bersalah yang berlebihan hanya menjadi sumber kekalahan.
Kita perlu bereflksi siapa kita di hadapan Allah. Kita tidak hidup untuk diri kita sendiri,
tetapi untuk Tuhan (Rom 14:7-8). Kita ditetapkan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain (Rom 15:1-2). Walaupun dosa memang seharusnya menimbulkan rasa bersalah
dalam diri kita, korban Kristus yang berharga (1 Pet 1:18-19) dan sempurna (Ibr 7:27; 9:12,
26-28; 10:10) menjadi sumber kekuatan. Pengorbanan-Nya cukup untuk semua dosa kita, asal
kita mau mengakui dosa dan memohon pengampunan-Nya (1 Yoh 1:9). Dalam beberapa
kasus, perilaku seks yang keliru merupakan ekspresi ketidakpuasan atau ketidakutuhan diri
seseorang. Beberapa orang yang memiliki kekosongan dalam dirinya, kerinduan untuk
diperhatikan dan dihargai, tetapi tidak terpenuhi, perilaku seks tertentu dijadikan sebagai
pelampiasan dari perasaan-perasaan itu. Apabila ini yang terjadi, orang tersebut perlu ditolong
melalui konseling untuk menemukan citra diri yang utuh di dalam Tuhan.

Perspektif praktis.

Suami dan istri sejak awal harus menyepakati bahwa mereka harus saling terbuka dalam
berbagai hal termasuk dalam hal seksualitas. Suami istri harus saling menolong dalam
menciptakan kehidupan seksual yang sehat. Keterbukaan bisa dalam hal frekuensi, cara,
waktu dan tingkat kepuasan dalam hubungan seksual. Sehingga ketika ada persoalan seksual
sejak awal suami istri dapat mencoba mengatasi persoalan sehingga tidak menjadi persoalan
yang membawa dampak yang lebih berat misalnya perselingkuhan.
Bagi mereka yang telah dewasa namun belum menikah ada beberapa cara untuk
menghindari diri dari kegiatan seksual yang keliru
Pertama, hindari rutinitas yang seringkali mendorong kita untuk melakukan aktivitas seks
yang keliru. Kebiasaan menonton maupun membicarakan pornografi merupakan pemicu
utama yang harus dihindari. Apabila kita tidak bisa menghindari suatu rutinitas, upayakan
untuk tidak berlama-lama melakukan rutinitas tersebut. Sebagai contoh, apabila aktivitas
mandi menjadi titik lemah, usahakan untuk tidak terlalu lama berada di kamar mandi. Jika
kita sering melakukan masturbasi, misalnya di kamar, usahakan semua aktivitas kita
dipusatkan di ruang tamu atau keluarga. Kita hanya masuk ke kamar untuk tidur atau
mengambil sesuatu yang kita perlukan.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 24


Kedua, kurangi saat-saat di mana kita sendirian. Kesendirian seringkali memberikan
godaan tersendiri secara seksual. Semakin lama menyendiri, semakin besar peluang untuk
godaan itu muncul. Carilah aktivitas lain yang menumbuhkan aspek sosial kita. Berbincang
dengan teman, belajar kelompok, menonton TV bersama keluarga, atau bermain bersama
orang lain merupakan alternatif yang patut untuk dicoba.
Ketiga, perbanyak jenis dan kadar aktivitas sehari-hari kita. Mengubah ritme dan warna
kehidupan sehari-hari merupakan solusi cerdas untuk menghindari dorongan seksual yang tak
wajar. Tatkala tubuh kita capek oleh berbagai aktivitas motorik (olah raga) atau pikiran kita
lelah karena beragam aktivitas mental (belajar), dorongan terbesar dalam diri kita yang
muncul adalah keinginan untuk istirahat atau tidur. Proses tidur ini akan berlangsung dengan
cepat dan pulas karena kita memang sudah letih. Tidak ada waktu bagi kita untuk memikirkan
hal-hal lain, terutama fantasi seksual.Melakukan aktivitas baru atau memfokuskan diri pada
aktivitas lama akan mengubah konsentrasi kita. Kita terpacu untuk melupakan dorongan
seksual. Pikiran kita terus aktif bekerja untuk hal-hal lain yang lebih positif.
Keempat, bangun sebuah komunitas yang kondusif. Melawan perilaku seks yang keliru
membutuhkan konsistensi dan ketabahan. Dua hal ini sulit dicapai apabila kita berjuang
sendirian. Kita kadangkala putus asa dan butuh dikuatkan. Kita tidak jarang kehabisan strategi
dan membutuhkan masukan orang lain. Kita pun perlu dimonitor secara intensif dan berkala
oleh orang lain. Hendaknya rekan bergumul atau mentor yang dewasa secara rohani dan
mampu menyimpan rahasia. Hindari rekan atau mentor yang memiliki kelemahan di bidang
seksual, baik laki-laki maupun perempuan. Kalau kita bisa menemukan rekan atau mentor
yang sudah berhasil keluar dari kecanduan dosa seksual, hal itu akan membawa semangat
tersendiri bagi kita.

Penutup
Pertumbuhan rohani adalah sebuah proses yang berlangsung lama (sepanjang hidup kita).
Selama proses yang panjang dan melelahkan ini kita pasti pernah jatuh dan gagal (1 Yoh 1:8;
Yak 3:2). Beberapa masalah seksual di atas pastinya bisa menimbulkan kehidupan seks dalam
pernikahan menjadi tidak berjalan dengan baik. Untuk itu, bagi suami atau istri yang
mengalami masalah seks dibutuhkan komunikasi suami-istri tentang apa yang dirasakan saat
berhubungan intim, hal ini sangat baik untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi.
Keterbukaan soal seks pada pasangan sangat penting. Selain itu, terapi dan konsultasi pada
dokter diperlukan demi menjaga keharmonisan dalam pernikahan dan mencegah suami-istri
dari ancaman perceraian.
Bagi pasangan muda yang belum memutuskan menikah, namun terlanjur terjebak dalam
perilaku seks yang keliru, kita harus mengingat janji TUHAN bahwa sekalipun kita jatuh, kita
tidak akan tergeletak, sebab TUHAN menopang tangan kita (Mzm 37:24). Bagi orang benar,
kejatuhan tidak mungkin permanen (bnd. Ams. 24:16). Selama menjalani peperangan yang
sulit ini, marilah kita meminta hikmat kepada-Nya dengan penuh iman (Yak 1:5-8) dan
memohon pertolongan-Nya (Ibr 4:15-16).

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 25


Evaluasi:
1. Peserta menjelaskan makna dan tujuan seksualitas dalam Alkitab
2. Peserta menyebutkan beberapa permasalahan seksual
3. Peserta menjelaskan penyelesaian permasalahan seksual secara kristiani

Referensi
1. Alkitab TB-LAI
2. Abineno: Seksual dan Pendidikan Seksual (Jakarta : Gunung Mulia), 1980.
3. Johan Sukan Tukan:Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga
(Jakarta:Erlangga), 1994.
4. J. Verkuil: Etika Seksuil(Jakarta:BPK), 2006.
5. NHS Choices UK. Health A-Z: Sexually Transmitted Infections (STIs), 2018.
6. eMedicineHealth. Image Collection: Sexually Transmitted Diseases (STDs).
7. WebMD (2018). Hepatitis and Sex: Frequently Asked Questions.
8. WebMD (2018). Understanding Hepatitis B.

 Sesi Ketujuh: Mengelola Keuangan Keluarga 

Tujuan: setelah sesi ini peserta mampu:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 26


1. Memahami dasar Alkitab tentang pentingnya pengelolaan keuangan keluarga.
2. Mengetahui tantangan dalam pengelolaan keuangan keluarga
3. Berkomitmen untuk mengelola semua berkat Tuhan untuk memenuhi kebutuhan
dan keluarga dan memuliakan Allah dengan harta.
4. Mampu mengelola konflik perbedaan finansial antara suami dan istri.
Gagasan Utama:
Sesi ini membahas pentingnya pengelolaan keuangan yang benar dalam kesadaran akan
berbagai tantangan yang menghadang, termasuk perbedaan finansial antara suami dan istri,
serta sikap yang diperlukan dalam mengelola keuangan keluarga secara benar.
Metode:
Ceramah dan Diskusi/Evaluasi

Pengantar
Berhadapan dengan realita di mana kebutuhan bertambah sedangkan pendapatan tetap
bahkan terancam berkurang, maka materi tentang Manejemen Keuangan Keluarga adalah
topik yang relevan bagi setiap orang, terutama mereka yang akan memasuki hidup rumah
tangga sebagai suami dan istri. Hal ini dipandang penting, karena terkadang pergumulan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga menjadi momok yang jika tidak diatur secara baik, akan
menghilangkan rasa damai dalam keluarga, baik antara orang tua (suami-istri), maupun di
antara anak-anak dan orang tua. Jika situasi ini terjadi dalam keluarga kita, tentu merupakan
tantangan pelayanan tersendiri bagi gereja.
Pada bagian ini kita diingatkan bahwa dalam mengelola semua harta-benda (termasuk
uang) yang kita miliki, ada sejumlah tantangan iman yang harus kita waspadai secara arif dan
bijaksana. Jika tidak, iman kita bisa terancam karena harta/uang yang kita miliki. Selanjutnya
juga ada sejumlah petunjuk praktis-teologis yang harus kita lakukan selaku orang percaya,
dalam mengelola semua harta/uang yang kita miliki.

Mengapa Keluarga Kristen Harus Mengelola Keuangan

Pengelolaan keuangan yang benar adalah salah satu upaya penting dalam menjaga
keutuhan rumah tangga. Pengelolaan keuangan harus dilakukan oleh setiap rumah tangga
tanpa memandang apakah di kota, di desa, petani, pedagang, nelayan, pegawai, semua
keluarga harus menata ekonomi rumah tangganya, agar keluarga kuat dan sejahtera.
Alkitab dalam kitab Kejadian 42-45 menceritakan tentang kisah Yusuf di Mesir. Ketika Yusuf
dipercaya menjadi Gubernur di Mesir karena berhasil mengartikan mimpi raja Firaun yang
bermakna, 7 (tujuh) tahun kelimpahan dan 7 (tujuh) tahun kekeringan. Dengan hikmat yang
Tuhan karuniakan kepadanya, Yusuf mampu mengelola tahun2 kelimpahan, sehingga tidak
berakhir hanya pada masa kelimpahan tetapi dapat memenuhi kebutuhan pada masa
kekeringan yang panjang, sehingga di masa kekeringan bangsa Mesir tetap dapat memenuhi
kebutuhan pangannya dan bahkan dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain di sekitarnya,
termasuk keluarga nenek moyang bangsa Israel yaitu orang tua serta saudara-saudara Yusuf.
Kisah Yusuf mengajarkan kepada kita tentang bagaimana mengelola berkat Tuhan baik dalam
lingkup besar (suatu bangsa) bahkan dalam lingkup kecil, yaitu keluarga.
Mengelola keuangan diperlukan agar berapapun berkat yang Tuhan anugrahkan bagi
keluarga, orang tua bertanggung jawab untuk mengelolaya dengan hikmat agar setiap
kebutuhan rumah tangga dapat tercukupi. Orang tua wajib berjerih lelah untuk mencari nafkah

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 27


bagi kebutuhan keluarga dan orang tua wajib pula dengan penuh hikmat menata keuangan
keluarga. Kebutuhan rumah tangga setiap tahunnya akan meningkat, sehingga upaya orang
tua harus juga semakin meningkat demi menyediakan kehidupan yang layak bagi anak-anak
untuk tumbuh kembang dengan sehat sejahtera.

Tantangan Iman Dalam Mengelola Keuangan Keluarga


Menghadapi realita di mana kebutuhan lebih banyak dari kemampuan kita secara
ekonomis, maka ada sejumlah tantangan iman yang dihadapi ketika kita mengelola keuangan
yang kita miliki secara pribadi, maupun dalam keluarga. Tantangan-tantangan iman tersebut
harus dikelola secara arif dan bijaksana, sehingga rumah tangga/keluarga kita tetap menjadi
keluarga Kristen yang memuliakan Allah. Adapun tantangan-tantangan iman tersebut sebagai
berikut.
Pada jaman sekarang ini, tuntutan ekonomi menjadi salah satu tuntutan utama yang harus
diupayakan oleh setiap keluarga, baik di desa maupun di kota. Beban ekonomi semakin tinggi
karena biaya hidup semakin tinggi dan beragam jenisnya, bukan hanya biaya untuk kebutuhan
primer: sandang, pangan dan papan tapi juga kesehatan, pendidikan, kendaraan/transportasi,
dampak kemajuan teknologi: listrik, pulsa telephon, biaya social: kumpul keluarga, dll. Beban
ekonomi yang semakin tinggi ini membuat sebagian keluarga harus berkomromi dengan
perintah Tuhan. Banyak perintah Tuhan yang sulit kita penuhi, jika diperhadapkan dengan
perhitungan secara ekonomis. Misalnya: jam ibadah dikorbankan/dikurangi karena sibuk
dengan pekerjaan untuk menghasilkan uang, perhatian kepada sesama yang membutuhkan
menjadi berkurang, perpuluhan tidak murni karena banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.
Bahkan, kita sudah tidak segan-segan mengambil milik Tuhan hanya karena pertimbangan
ekonomis. Karena banyak pertimbangan ekonomis sekaligus dihantui oleh rasa takut yang
berlebihan terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi.

Sikap Tidak Jujur Bertumbuh Subur


Sikap ini juga kita temukan dalam narasi tentang Ananias dan Safira (Kis. 5:1-11).
Kedua pasangan suami-istri ini tidak jujur dengan Allah. Boleh jadi, sikap tidak jujur ini
dilatarbelakangi/didorong oleh kebutuhan rumah tangga yang harus mereka penuhi.
Akibatnya, keduanya kompromi untuk menahan sebagian harga tanah yang mereka jual, yang
seharusnya semuanya dibawa dan persembahkan kepada Allah. Kompromi yang jahat ini
berujung pada maut. Pada pihak lain, keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar
juga membuat para “pebisnis” tidak jujur dengan usaha mereka sendiri. Ukuran / timbangan
direkayasa, kuitansi direkayasa, dst. Sikap tidak jujur dengan Tuhan ini diperparah oleh
kebutuhan rumah tangga yang semakin banyak, sementara pendapatan/penghasilan keluarga
relatif tetap bahkan menurun. Dalam kondisi seperti ini, orang cenderung berlaku tidak jujur
terhadap Allah dan sesamanya.

Sikap Sungut-Sungutan Dalam Keluarga


Tantangan lain yang kita hadapi ketika uang menjadi orientasi hidup dan keluarga kita
adalah bersungut-sungut satu terhadap yang lain. Hal ini akan semakin menjadi-jadi, jika
kebutuhan kita sendiri belum dipenuhi, tetapi harus memberi perhatian kepada kebutuhan
orang lain. Pertimbangan ekonomi dapat melahirkan tindakan diskriminatif, termasuk dalam
keluarga sendiri. Hal ini tentu sangat meresahkan keluarga dan mengancam keharmonisan.
Kondisi yang tidak harmonis ini akan semakin diperparah, jika ada “pihak ketuga”, yakni pria

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 28


idaman lain (PIL) dan wanita idaman lain (WIL), sebab penghasilan keluarga harus dibagi
lagi ke “pihak ketiga” selain keluarga.

Sikap Hedonisme
Secara sederhana, sikap hedonisme adalah kebiasaan mengikuti keinginan diri hanya
untuk kesenangan sesaat. Jika sikap ini merasuk kehidupan keluarga, maka apa yang dibeli itu
sesungguhnya bukan yang benar-benar dibutuhkan dalam keluarga, melainkan apa yang
diinginkan. Jadi belanja yang dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan, melainkan hanya
untuk memuaskan keinginan sesaat bahkan mungkin karena persaingan dengan teman,
tetangga, agar terlihat tidak ketinggalan jaman dan berpenampilan ‘wah’ walaupun untuk
memenuhi kebutuhan itu harus dengan berhutang/mengambil jatah untuk kebutuhan
pendidikan dan kesehatan anak. Alkitab menginformasikan, bahwa mengikuti kesenangan
sesaat adalah keinginan daging, dan keinginan daging selalu berujung pada dosa.

Materialisme dan Keserakahan


Gaya hidup materialisme adalah gaya hidup yang mengagungkan kepemilikan akan
materi (harta benda, uang). Dalam jaman modern ini, banyak orang terjebak pada gaya hidup
materialisme baik yang di kota maupun yang di desa (karena terbawa pengaruh kota). Oleh
karena pengaruh kemajuan jaman melalui media social: manusia dibentuk dengan keinginan
material, seperti keinginan mempunyai kendaraan (motor, mobil terbaru), hp terbaru, rumah
yang mewah, penampilan yang modern dll. Ini menjadi masalah jika ternyata keinginan
material ini tidak sebanding dengan kepemilikan dana untuk memenuhi semua ini. Jika tidak
maka segala cara akan dipakai untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan tersebut misalnya
dengan bekerja keras tanpa mengenal waktu bagi keluarga terlebih Tuhan, bekerja dengan
tidak jujur, mencari jalan pintas: melakukan tindakan criminal, menjadi pekerja di negri
orang.
Selalu merasa tidak cukup dan akhirnya tidak ada keinginan untuk membagi dengan
sesama itulah keserakahan. Padahal kebahagiaan hidup tidak ditemukan melalui harta/materi
yang kita miliki, melainkan sejauhmana kita memanfaatkan harta kita untuk melayani Tuhan,
diri/keluarga, dan sesama. Orang yang serakah dan materialis, sulit mengasihi Allah dan
sesama. Yesus sama sekali tidak membenci orang kaya dan kekayaan yang dimiliki,
melainkan jika sudah kaya harta, harus juga kaya solidaritas. Uang dan kekayaan bukanlah
jaminan kebahagiaan atau damai sejahtera. Sebab, “siapa mencintai uang, tidak akan puas
dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya” (Pengk.
5:9). Selanjutnya, ketika Paulus memberi nasihat tentang budaya cinta uang, dengan sangat
tegas ia mengingatkan Timotius, agar berhati-hati terhadap ketamakan dan keserakahan, yang
menempatkan uang sebagai tujuan hidup. Jika tidak, ia akan terjerumus ke dalam berbagai
kejahatan, sebab “akar segala kejahatan adalah cinta uang” (1Tim. 6:9-10). Hal ini dapat
dipahami sebagai salah satu bentuk berhala modern, sebab ternyata harta dapat menghalangi
kita untuk datang kepada Allah). Padahal, justru harta harus menjadi alat bagi kita untuk
menemukan Allah.

Perbedaan penghasilan/latar belakang ekonomi keluarga


Selain beragam tantangan yang telah disebut, kita masih perlu menyebut tantangan lain,
yakni perbedaan finansial (penghasilan) antara suami dan istri. Seiring dengan semakin

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 29


beragamnya latar belakang pasangan suami istri maka persoalan perbedaan penghasilan atau
perbedaan latar belakang ekonomipun semakin merebak. Sejak awal pasangan suami istri
yang mempunyai latar belakang ekonomi maupun penghasilan yang berbeda sudah harus
mempercakapkan tentang hal ini masak-masak. Terkadang di awal pernikahan hal ini tidak
dirasa menjadi persoalan, Namun jika tidak dipersiapkan maka dalam perkembangannya
situasi seperti ini bisa saja berkembang menjadi masalah serius bahkan dapat berakhir dengan
perceraian.
Yang menjadi kata-kata kunci dalam situasi suami istri yang mempunyai perbedaan
penghasilan dan latar belakang ekonomi keluarga adalah “saling menghormati, rendah hati
dan saling menopang”. Seorang suami yang istrinya mempunyai penghasilan yang lebih dari
suaminya tetap harus dihormati, istri tetap harus menjalankan peran istri yang taat dan hormat
kepada suami. Pendapatan istri menjadi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
bukannya semata untuk pemenuhan kebutuhan istri semata dan sebaliknya dengan pendapatan
suami. Demikian pula sekiranya suami/istri berasal dari latar belakang ekonomi keluarga di
atas ekonomi keluarga pasangan maka, suami/istri harus tetap mendapat penghormatan di
dalam lingkungan keluarga pasangannya yang berbeda keadaan ekonominya. Perbedaan latar
belakang ekonomi keluarga tidak boleh menjadi pemicu untuk saling merendahkan atau saling
menyombongkan diri.

Apa Yang harus Kita lakukan?


Agar kita dapat menghindari sejumlah ancaman iman yang disebutkan di atas, maka beberapa
hal perlu diperhatikan.
a. Ketaatan memberi persembahan Persepuluhan sebagai wujud ucapan syukur kepada Allah
yang telah memberkati. Jika kita yakin telah diberkati oleh Allah, sudah seharusnya kita
mengucapkan syukur kepada-Nya. Salah satunya adalah melalui persembahan
persepuluhan dan persembahan materi lainnya (uang dan natura). Tidak ada alasan untuk
tidak berani memberikan persembahan persepuluhan. Jika orang-orang di PL rela dan taat
memberikan 10%, lebih-lebih lagi kita yang dianugerahi keselamatan besar yang tak terbeli
oleh uang.
b. Pengelolaan keuangan harus dapat dilakukan bukan hanya oleh keluarga-keluarga yang
menerima penghasilan tetap bulanan seperti pegawai swasta/aparat sipil negara/tni/polri
tapi juga oleh keluarga-keluarga petani, nelayan, pedagang. Masing-masing ini harus
mengelola pendapatannya dengan penuh hikmat. Agar tidak mengalami ‘kelimpahan’ pada
waktu tertentu dan ‘kekeringan’ pada waktu tertentu (berlimpah pada waktu habis gajian,
panen, tangkapan ikan besar atau keuntungan dalam perdagangan dan kesulitan pada waktu
gaji dan hasil panen/tangkapan menipis). Belajar dari bagaimana Yusuf mengelola 7 tahun
kelimpahan dan 7 tahun kekeringan, Kejadian 41:37-57.
c. Merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Sebab, merasa tidak puas dengan apa yang
dimiliki, akan mengantar kita ke dalam kejahatan dan kebinasaan (1Tim. 6:6-10).
d. Kuasailah dirimu dalam segala hal, termasuk menguasai diri dari keinginan pola hidup
yang konsumtif.
e. Buatlah Rencana Belanja secara rutin (jangan sampai setelah tiba di pasar/toko baru
bingung sendiri karena ternyata semua menawan hati).
f. Belanjakanlah uang untuk sesuatu yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan (utamakan
skala prioritas; sekalipun sama-sama dibutuhkan tapi waktu kemendesakannya

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 30


bagaimana?). Orang kristen (juga keluarga kristen) harus membiasakan diri
membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang bermakna bagi kesejahteraan semua anggota
keluarga, bukan sekedar memuaskan keinginan salah satu anggota keluarga saja, entah
suami, istri, atau anak-anak (band. Yes. 55:2).
g. Buanglah segala kekuatiran dalam hidup, sebab kekuatiran tidak akan pernah
menyelesaikan masalah, melainkan hanya akan menambah beban dalam hidup.
h. Sesuaikanlah kebutuhan dengan kemampuan yang dimiliki (jangan sampai besar pasak
daripada tiang).
i. Bangun komunikasi dalam keluarga (suami-istri-anak) sehingga dapat dikompromikan apa
yang dibutuhkan dan yang paling prioritas, bukan apa yang diinginkan.
j. Percayalah bahwa Tuhan memelihara kita melalui semua potensi (baik SDM maupun
SDA) yang ada dalam diri dan lingkungan di sekitar kita. Karena itu, kita tidak perlu
menyangkali apalagi menyesali keberadaan diri dan potensi alam di sekitar kita lalu
meninggalkannya (misalnya menjadi TKI/TKW/buruh migran), melainkan patut mengelola
semua potensi itu (termasuk mengelola tanah yang kita diami) secara baik dan
bertanggungjawab dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, Sang Pencipta.
k. Kelolahlah semua penghasilan (berkat) yang diperoleh keluarga secara bertanggungjawab,
terbuka dan bersepakat. Suami istri bersepakat diputuskan bersama untuk mempercayakan
seorang (entah suami atau istri) sebagai pengelola (alias bendahara keluarga), bukan karena
paksaan (suam/istri tidak dengan arogansi menguasai sendiri pengelolaan ekonomi bagi
keluarga. Jika suami dan istri masing-masing memiliki penghasilang maka dapat dibuat
kesepakatan istri membiayai apa-apa saja dan suami membiayai apa-apa saja. Sebaiknya
tidak mengelola sendiri-sendiri/masing-masing tanpa saling mengetahui pendapatan dan
pengeluaran, sekalipun masing-masing mempunya penghasilan sendiri-sendiri. Dalam hal
ini, kita dapat belajar dari kearifan lokal yang ada di setiap suku/etnis.
l. Misalnya, secara tradisional, Masyarakat Timor selalu mempercayakan istri selaku yang
memiliki kewenangan untuk menyimpan semua hasil panen (jagung/padi/kacang-
kacangan,dll) di dapur/lumbung, sekaligus mengelolanya bagi kebutuhan keluarga. Selain
istri, tidak ada anggota keluarga (termasuk suami) yang dapat menurunkan jagung/padi
dari lumbung. Hal ini disebabkan karena istri dipercayakan selaku “bendahara” keluarga.
Karena itu, istri-lah yang tahu ketersediaan stok pangan bagi keluarga. Jika stok pangan di
dapur semakin menipis, padahal musim tanam masih lama, maka selaku “bendahara” ia
harus mengaturnya sedimikian rupa (termasuk menginformasikannya kepada suami agar
ada alternatif lain), supaya bibit untuk tanam tetap tersedia ketika musim tanam telah tiba.
m. Tabungan Keluarga. Upayakanlah dalam setiap penghasilan baik dari pendapatan tetap
bulanan maupun dari pendapatan sesewaktu selalu disisihkan untuk tabungan keluarga
yang dapat dipakai untuk kebutuhan yang lebih besar di masa mendatang misalnya untuk
pendidikan/pernikahan anak, pengadaan rumah, dan alasan lainnya. Usulan sederhana
mungkin bisa dilihat dari prosentase sederhana : 10% untuk Tuhan, 60% untuk kebutuhan
setiap hari, 30% untuk tabungan. Tentu masing-masing rumah tangga menyesuaikan
dengan kondisi masing-masing dengan tetap mempedomani asas hemat dan manfaat.
n. Tidak berhutang Konsumtif. Sedapat-dapatnya keluarga tidak melakukan hutang/pinjaman
untuk sesuatu yang bersifat konsumtif, misalnya berhutang untuk mengadakan pesta, untuk
membeli barang yang tidak dipakai untuk produktif: telepon gengam terbaru, motor/mobil
terbaru, alat-alat rumah tangga dll. Berhutang dapat saja dilakukan misalnya untuk
membantu mengembangkan usaha/hutang produktif, karena dari hutang itu bisa didapat

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 31


keuntungan dalam usaha dan keuntungan itu dipakai untuk membayar hutang dan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
Penutup
Demikianlah beberapa catatan pengantar diskusi dan sharing topik ini. Setiap kita memiliki
pengalaman yang lebih banyak dari apa yang digambarkan dalam materi ini. Kiranya kita
saling berbagi cerita, sehingga selaku “Penatalayan Keluarga” kita dapat mengelola keuangan
dalam keluarga kita dengan penuh tanggungjawab. Jika kita sepakat, bahwa segala sesuatu
yang kita miliki (baik uang dan natura) berasal dari Allah, maka ketika kita mengelola secara
baik dalam keluarga kita, maka bukan saja kita dapat menghindari kehilangan rasa damai
dalam keluarga, tetapi sekaligus kita mempertanggungjawabkan segala berkat itu kepada
Allah sebagai Sumber berkat. Perlu disadari, bahwa salah mengelola berkat Allah berarti
menutup “kran berkat”, sedangkan mengelola secara benar berkat Allah yang kita peroleh
(termasuk bersyukur atas segalanya), maka kita bagaikan membuka “kran berkat” sehingga
mengalir terus-menerus dalam hidup rumah tangga dan keluarga kita. Selamat mencoba.
Tuhan memberkati.

Evaluasi
1. Sebutkan tantangan iman dalam mengelola keuangan dalam rumah tangga/keluarga?
2. Apa yang harus kita lakukan dalam mengelola keuangan dalam keluarga secara baik dan
benar sesuai kehendak Allah?
3. Apa komitmen pasangan dalam menghadapi perbedaan penghasilan

Referensi
Alkitab: TB-LAI

J. B. Banawiratma: 10 Agenda Pastoral Transformatif: Menuju Pemberdayaan Kaum Miskin


dengan Perspektif Adil Gender, HAM, dan Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Kanisius,
2002).

Guido Tisera, Bercermin Pada Jemaat Perdana, Membaca dan Merenungkan Kisah Para
Rasul (Maumere: Penerbit Ledarero, 2002).

 Sesi Kedelapan: Tinggal Serumah Bersama Orang Tua/Mertua 

Tujuan: setelah sesi ini peserta mampu


Memahami arti “laki-laki akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan bersatu dengan
istrinya” dan mampu menjelaskannya.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 32


Gagasan Utama:
Materi ini membahas arti Firman Tuhan dalam Kej. 2:24 dan relevansinya bagi kehidupan
pernikahan masa kini terkait dengan pemahaman tinggal serumah dengan orang tua atau
mertua.
Metode:Ceramah dan Diskusi
Aktivitas Awal:
Peserta berdiskusi: Apa pendapat peserta tentang suami-istri yang tinggal serumah dengan
orang tua atau mertua? Apa saja tantangan yang akan mereka hadapi?

Dasar Alkitab
Kejadian 2:24 mengatakan bahwa laki-laki akan meninggalkan bapak dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya. Sekilas, pernyataan ini tampaknya melarang seorang laki-laki tinggal
bersama orang tuanya lagi setelah ia menikah. Hal ini juga sering kita temui dalam budaya
kita. Apakah Kejadian 2:24 memang mengajarkan bahwa laki-laki harus meninggalkan rumah
dan orang tuanya setelah ia menikah?
Dalam tradisi pernikahan Yahudi, suami tetap tinggal bersama dengan orang tua.
Sebaliknya, istrinyalah yang meninggalkan rumah dan orang tuanya untuk hidup bersama
suami dan mertua (bnd. Mat. 8:21-22, Kejadian 24 kisah Ribka dipinang bagi Ishak). Alasan
menguburkan bapak pada Mat. 8:21 bukan merujuk pada upacara pemakaman bapaknya yang
baru saja meninggal, tetapi komitmen orang tersebut untuk menemani bapaknya sampai
bapaknya meninggal dunia. Lalu bagaimana dengan pemahaman bahwa seorang laki-laki
yang telah menikah harus meninggalkan bapak dan ibunya serta bersatu dengan istrinya? Kata
“meninggalkan” dan “bersatu” di ayat ini sebenarnya berkaitan dengan kesetiaan atau
komitmen terhadap kehidupan baru sebagai suami-istri. Hubungan pernikahan di Kej. 2:24
merupakan sebuah perjanjian antara suami dan istri, sehingga menuntut kesetiaan dan
pengorbanan dari masing-masing pihak.
Kata “meninggalkan” dan “bersatu” menyangkut relasi/kesetiaan/komitmen, bukan
masalah tempat tinggal atau rumah. Kejadian 2:24b merangkum proses meninggalkan dan
bersatu dalam satu kalimat “keduanya menjadi satu daging”. Bukannya menjadi satu
atap/rumah”. Ungkapan “satu daging” jelas menunjukkan keintiman dalam hal relasi, bukan
kedekatan menurut tempat tinggal.

Jalan Keluar Bersama


Dari pembahasan di atas, jelaslah bahwa secara teologis tinggal bersama dengan orang
tua/mertua bukanlah kesalahan. Apapun keputusannya, suami istri harus mempertimbangkan
dengan penuh hikmat situasi dan kondisi yang terbaik bagi pasangan untuk tinggal bersama

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 33


orang tua/mertua ataukah terpisah. Karena situasi yang tertentu terkadang membuat pasangan
harus tinggal bersama orang tua/mertua, misalnya orang tua dalam keadaan sakit, sendiri, usia
lanjut dan lain sebagainya.
Namun demikian tinggal bersama orang tua/mertua tidak boleh membuat pasangan suami
istri menjadi tidak mandiri dan bahkan menggampangkan segala sesuatu karena orang
tua/mertua telah menyiapkan segalanya. Tinggal terpisah dari mertua/orang tua merupakan
salah satu cara untuk proses adaptasi pasangan yang baru menikah bisa berjalan lebih baik.
Dengan demikian, baik tinggal bersama ataupun terpisah dari orang tua/mertua keduanya
mengandung aspek keuntungan maupun kerugiannya. Keuntungan tinggal bersama antara
lain: pasangan yang baru menikah tidak mengeluarkan biaya untuk pengadaan rumah,
uangnya dapat dipakai untuk mempersiapkan rumah sendiri yang lebih mapan, dapat setiap
saat merawat dan menolong orang tua. Kekurangannya: pasangan menjadi kurang mandiri,
kemungkinan untuk mendapat intervensi dari orang tua, tidak ada privasi suami istri.
Tiap pasangan memiliki situasi dan kondisi yang berbeda, keputusan yang matang dan
berhikmat perlu dilakukan agar sejak awal pernikahan hal ini tidak menjadi pemicu persoalan
tapi justru dapat menolong tiap pasangan dan keluarganya.

Evaluasi
Peserta mendiskusikan ulang pertanyaan yang diajukan di bagian awal dan temukan bersama
solusi yang sesuai dengan pemahaman Alkitab

Evaluasi:
1. Apakah artinya “…meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya..”
2. Peserta mendiskusikan keuntungan dan kerugian bagi pasangan suami istri tinggal
bersama orang tua/mertua
3. Peserta berdiskusi dengan pasangan suami istri yang tinggal dengan orang tua dan
pasangan yang tinggal mandiri

Referensi:
1. Alkitab TB-LAI

 Sesi Kesembilan: Gadget dan Keluarga 

Tujuan: setelah sesi ini peserta mampu:


1. Mendaftarkan manfaat dan dampak gadget bagi keluarga.
Gagasan Utama:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 34


Materi gadget dalam keluarga tidak ditulis sebagai karya ilmiah tentang gadget. Melainkan
lebih menyoroti seputar praktek penggunaannya dalam keluarga berdasarkan dampak serta
akibat-akibatnya.
Metode:
Materi disusun dalam bentuk ceramah akan tetapi dapat diubah dengan metode lain
tergantung kreatifitas pengajar.
Materi:

Pengertian
Membaca beberapa pengertian gadget, maka dapat disimpulkan bahwa Gadget diartikan
sebagai peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi yang lebih canggih dan lebih praktis
serta desain yang lebih mutakhir dari yang sudah ada sebelumnya. Misalnya; laptop berasal
dari komputer desktop, smartphone berasal dari telepon genggam.

Gadget dan Problematik di Sekitarnya


Tidak diragukan lagi akitivitas manusia zaman modern ini banyak bersinggungan dengan
gadget. Mulai dari rumah sampai kantor, dari kota sampai desa-desa. Gadget sudah menjadi
kebutuhan dengan memanfaatkan aplikasi pendukung hingga banyak sekali manfaatnya bagi
manusia. Di Indonesia sendiri smartphone menjadi produk gadget yang paling diminati dan
banyak digunakan.
Smartphone di Indonesia muncul sebagai metamorfosis dan Handphone atau telepon
genggam yang mulai ada pada tahun 90-an hingga sekarang ini. Telepon genggam yang
semula dirancang sebagai alat komunikasi tanpa kabel yang mudah dibawah kemana saja
sekarang berubah menjadi telepon pintar bahkan sekarang smartphone sudah bisa berfungsi
sebagai Personal Digital Assistant (PDA) yang memiliki kemampuan menyerupai laptop atau
komputer.
Karena itu lebih lanjut pada uraian ini lebih banyak berbicara smartphone, sebab
perangkat ini telah sampai di desa-desa dan mudah digunakan oleh semua orang dari berbagai
kalangan dan jenjang usia. Apalagi dengan harga yang relatif terjangkau maka tidak heran
bila smartphone lebih digemari dari serangkaian perangkat gadget yang berkembang di dunia.
Hingga bisa diibaratkan dunia sekarang ada dalam genggaman tangan manusia.
Akan tetapi Kecanggihan teknologi ini bukan tanpa dampak melainkan memberi dampak
yang luar biasa bagi manusia sang pengguna itu sendiri. Dampak dari penggunaan gadget
terutama smartphone diuraikan dalam dua bagian yakni dampak positif dan dampak negatif.

Dampak Positif
a. Sebagai Alat Komunikasi: Smartphone sebagai alat komunikasi yang menghubungkan
semua orang diberbagai belahan dunia. Alat ini membuat komunikasi semakin mudah,
murah dan cepat.
b. Sebagai Sumber Pengetahuan: Smartphone memudahkan akses internet untuk mencari
banyak sekali pengetahuan dan informasi-informasi di seantero dunia. Mulai dari sekedar
mencari alamat sampai berbagai pengetahuan di berbagai bidang kehidupan.
c. Membantu Pekerjaan: Pekerjaan manusia memang terbantu dengan menggunakan
smartphone termasuk dalam hal pekerjaan, misalnya mengirimkan berbagai berkas hanya
melalui email
d. Sebagai Media Promosi Usaha dan Bisnis: Salah satu manfaat yang paling positif adalah
berkembangnya bisnis online dimana aktifitas bisnis semakin minim budget. Kita bisa

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 35


memasarkan dan jual beli apapun tanpa perlu membuka lapak atau lahan berdagang yang
membutuhkan biaya besar.
e. Wadah Penyimpanan Dokumen: Smartphone bisa kita sebut sebagai komputer mini yang
dapat penyimpanan banyak sekali dokumen sehingga demikian, Smartphone bisa dijadikan
sebagai media penyimpanan kedua setelah komputer.

Tentu saja manfaat positifnya masih sangat banyak bila didaftarkan, tetapi saat yang sama ada
dampak negatif yang mesti disikapi secara bijak.

Dampak Negatif
Dalam berbagai penelitian, banyak sekali diuraikan mengenai bahaya yang timbul sebagai
akibat dari penggunaan gadget misalnya;
a. Bahaya Radiasi: dalam penelitian ternyata bahwa orang Indonesia rata-rata menggunakan
smartphone lebih dari 5 jam dalam sehari ternyata berdampak buruk bagi kesehatan dengan
menimbulkan banyak penyakit, antara lain; Katarak, Sterilitas (kemandulan), Sindrom
Rasiasi Akut, Kanker, Tumor otak, Alzheimer, Parkinson, Fatigue (terlalu capai) dan sakit
kepala.
b. Kecanduan: sering orang menggunakan smartphone hanya mengisi kekosongan entah
karena menunggu namun dalam perjalanan penggunaan yang hanya sekedar mengisi waktu
berubah menjadi ketagihan alias kecanduan bahkan menyita seluruh waktunya baik tidur,
kerja, makan dan akitivitas lain. Pokoknya setiap waktu hanya di depan laptop atau dengan
smartphone ditangannya.
c. Resiko penyalahgunaan: tidak disangkal smartphone juga rentan disalahgunakan baik
untuk tindak kejahatan maupun pilihan untuk mengakses situs-situs porno termasuk oleh
anak-anak.
d. Menurunnya kepekaan sosial: sebagai maklukh sosial manusia selalu berinteraksi dengan
sesamanya, namun kenyataannya sering berbanding terbalik, banyak orang justeru
habiskan waktu dengan smartphone-nya hingga mengabaikan orang-orang di sekitarnya.

Karena fokus tulisan ini pada gadget dan keluarga maka di bawah ini akan diuraikan secara
khusus dampak gadget bagi keluarga baik internal maupun eksternal.

Internal Keluarga
a. Keluarga kehilangan momen kebersamaan dan saling mengabaikan. Banyak keluarga tidak
memiliki kesepakatan tentang waktu menggunakan gadget akibatnya semua anggota
keluarga menggunakan sesuka hati sepanjang hari saat ada di rumah, tidak heran bila
kemudian keluarga kehilangan momen kebersamaan dan saat yang sama saling
mengabaikan. Padahal kebersamaan menjadi kesempatan menciptakan suasana hangat
dengan saling bercerita, bercanda, berpelukan, merangkul, mendekap, membelai, saling
bertatap mata dan melepas senyum kepada sesama anggota keluarga hingga tercipta relasi
yang harmonis.
b. Ajang pamer: Sebagai maklukh sosial manusia membutuhkan pengakuan dari orang lain
untuk menghargai eksistentsinya sebagai bagian dari potensi diri. Karena itu tidak heran
bila manusia mencari-cari jalan, kesempatan dan media untuk mencari pujian dan
sanjungan. Media sosial sering menjadi wadah ajang memamerkan diri, mulai dari
penampilan fisik, kemewahan rumah hingga semua harta yang dimiliki.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 36


c. Perselingkuhan: dampak yang paling parah bagi relasi keluarga terutama suami dan isteri
akibat perkembangan gadget adalah terjadinya perselingkuhan.

Relasi Keluarga Dengan Sesama

a. Relasi Keluarga dengan Sesama.


Pernah muncul istilah media sosial justeru mendekatkan sesama yang jauh dan
menjauhkan yang dekat. Istilah ini ada benarnya juga, karena media sosial, relasi kita
dengan sesama yang jauh semakin intens walaupun hubungan itu sifatnya semu. Akan
tetapi bisa jadi orang berhubungan baik di media sosial tetapi saat berpapasan justeru
saling mendiamkan. Sehingga bagi keluarga yang masing-masing anggotanya memiliki hp
dan menghabiskan waktu dengan bermain hp, bisa saja mereka bisa menjadi akrab dengan
teman-teman di luar sana namun menjadi asing dengan anggota keluarga di dalam rumah.
Orang tua sibuk sendiri dengan hp nya, anak-anak sibuk sendiri dengan hp nya maka relasi
dalam keluarga serumah akan semakin renggang dan mejauh.

b. Relasi Keluarga Dengan Alam


Dalam kitab kejadian manusia diamanatkan untuk mengusahakan dan mengatur alam
sebaik-baiknya. Dalam perjalanan, manusia justeru sering mengekploitasi alam bagi
kepentingannya hingga alam menjadi rusak. Zaman sekarang ada pola baru mengekploitasi
alam bagi kepentingan ekonomi yakni alam dieksplor menjadi spot-spot foto bagi
kebutuhan manusia bersua foto atau selfie. Pohon di tebing disulap menjadi ayunan dan
lain-lain hingga tidak jarang berujung maut.

c. Relasi Keluarga Dengan Tuhan


Memang tidak ada penelitian tentang dampak gadget bagi relasi keluarga dengan Tuhan,
akan tetapi secara pribadi dalam pengamatan dan pengalaman, saya menyaksikan
bagaimana lemahnya relasi kita dengan Tuhan. Dahulu berdoa adalah kesempatan berkeluh
kesah tentang hidup, berdoa menjadi solusi tanda ketidakmampuan sekarang banyak
praktek hidup yang menggambarkan bagaimana relasi orang dengan Tuhan. Beberapa
contoh antara lain:
Pertama, Apa yang dilakukan orang setelah makanan tersaji di depannya? Bukannya
berdoa mensyukuri berkat Tuhan, malahan foto kemudian mengunggahnya di media sosial
dan langsung menyantap makanan yang ada sambil menunggu balasan komentar. Kedua,
Ada juga kebiasaan lain, yakni saat pemberitaan firman justeru menjadi kesempatan
menjelajah dunia maya. Bahkan ada yang menjadikannya menjadi kesempatan ber-selfie.

Seni Menggunakan Gadget Dalam Keluarga


Berdasarkan uraian tentang dampak di atas tidak heran bila menggunakan gadget juga
membutuhkan seni dengan memperhatikan waktu, tempat, konten, maupun status-status di
media sosial.
a. Kembali ke tujuan keluarga
Aktivitas menggunakan gadget akan terkontrol ketika setiap anggota keluarga memahami
apa sebenarnya tujuan hidup sebuah keluarga. Sebab relasi keluarga bukan sekedar tinggal
bersama melainkan mengambil bagian dalam setiap pergumulan bersama.
b. Membuat kesepakatan dalam keluarga

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 37


Gadget sebagaimana diuraikan memberi dampak positif sekaligus dampak negatif yang
rentan dan mengancam persekutuan keluarga karena itu setiap keluarga sebaiknya
menyepakati penggunaannya dalam keluarga mulai dari waktu penggunaan, area
penggunaan misalnya smartphone tidak boleh ada di kamat tidur saat jam istirahat dan jam
belajar. Demikian juga dengan situs mana saja yang bisa diakses.
c. Batasi penggunaan gadget pada anak
Zaman sekarang memang bukan sekedar keinginan tetapi sudah menjadi kebutuhan
misalnya anak-anak sekolahpun diharuskan memiliki gadget untuk beberapa kebutuhan
belajar, akan tetapi tidak berarti kemudian penggunaannya menjadi bebas dan diluar
kontrol orang tua.
d. Orang Tua sebagai teladan
Tidak diragukan teladan orang tua selalu menjadi kata kunci dalam semua aktivitas hidup
keluarga. Teladan dimaksud termasuk dalam hal penggunaan gadget baik laptop maupun
smartphone. Diharapkan orang tua memberi contoh yang baik dalam hal pengunaan baik
konten maupun waktu sehingga anak-anak dapat mencontohi. Hal sederhana dari teladan
orang tua tidak menggunakan gadget saat makan, saat duduk bersama atau saat berkendara.

Penutup
a. Gadget sebagai hasil dari teknologi yang semakin modern dan praktis sudah menjadi
bahagian dari hidup dan aktivitas manusia.
b. Gadget di satu sisi berdampak positif akan tetapi saat yang sama berdampak negatif karena
itu dibutuhkan kerarifan manusia dalam menggunakannya.
c. Gadget harus dipahami sebagai bahagian yang mendukung aktivitas tetapi bukan yang
paling utama dan menentukan aktivitas hidup manusia.

Evaluasi
Bagaimana pengalaman peserta memanfaatkan gadget dan dampaknya terhadap relasi dan
kebersamaan dalam keluarga?

Evaluasi:
1. Peserta mendaftarkan manfaat dan dampak gadjet bagi keluarga

Referensi

Alkitab TB-LAI
https://www.bangsaonline.com
https://www.dowithgadget.com
 Sesi Kesepuluh: Mengelola Konflik Dalam Rumah Tangga 

Tujuan: setelah sesi ini peserta mampu:


Setelah mengikuti katekisasi ini, para peserta mampu:
a. memahami bahwa konflik tak tehindarkan dalam kehidupan dan relasi pernikahan, serta
mempersiapkan diri untuk mengambil langkah yang tepat dalam mengelola konflik;
b. berlatih dalam bermain peran (role-play) mengenai tips prakatis menghadapi dan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 38


mengelola konflik.
Gagasan Utama:
Materi pada sesi ini membahas tentang konflik dalam rumah tangga yang tak terelakkan.
Beberapa tipe orang menghadapi konflik dipaparkan di sini dan beberapa tips praktis dalam
menghadapi konflik suami istri.
Metode:
Ceramah, diskusi, bermain peran (role-play).

Apakah Yang Menyebabkan Pertentangan?


Pernikahan adalah hubungan dua pribadi menjadi satu. Karena tiap pribadi adalah unik
masing-masing mempunyai kehendak, kebutuhan dan cita-citanya sendiri sehingga konflik
tidak bisa dihindari. Tapi ini wajar, bahkan baik. Bagaimana setiap pasangan menanggapi
konflik tersebut adalah hal yang lebih penting.
Menurut Kamus, pertentangan atau konflik merupakan “suatu perjuangan, pertentangan,
benturan, ketidakcocokan, dan kehendak yang bertolak belakang.” Pertentangan dapat
menjadikan hubungan pernikahan bertumbuh atau bisa menjadikannya menyakitkan, tidak
terselesaikan, dan menghancurkan. Banyak orang Kristen yang menghadapi masalah secara
tertutup sebab tidak ada yang mengajarkan kepada mereka cara-cara efektif untuk
mengatasinya.
Komunikasi yang baik antara suami dan istri mengenai apapun merupakan salah satu cara
untuk mencegah terjadinya konflik dan bahkan mencegah konflik berkenbang menjadi lebih
besar. Komunikasi yang ‘mampet’ membuat suatu hal berpotensi menjadi konflik dan bahkan
konflik menjadi lebih besar. Komunikasi yang baik di awali dengan kerendahan hati untuk
lebih saling mengerti satu terhadap yang lain.
Bacalah Yakob 4:1-3. Sebelum menikah, masing-masing pribadi sudah hidup sendiri-
sendiri selama lebih dari dua puluh tahun. Selama jangka waktu itu, masing-masing pribadi
sudah memiliki selera, pilihan, kebiasaan, kesenangan dan ketidaksenangan, nilai-nilai dan
standar sendiri-sendiri. Persatuan dalam pernikahan tidak membuang senua perbedaan.
Mereka tidak harus meluang kan waktu, dan melakukan segala sesuatu secara bersama-sama.
Di sinilah setiap pasangan akan mempunyai perbedaan pendapat atau pilihan dan inilah yang
menyebapkan munculnya berbagai ketidakcocokan

Tanggapan Terhadap Pertentangan


Orang-orang menanggapi konflik/pertentangan dengan cara yang berbeda:
a. Ada orang yang memilih untuk menyendiri. Mereka bisa secara fisik meninggalkan
ruangan atau tempat pertentangan, mereka meyendiri secara jiwa dengan tidak
berbicara,dan mengabaikan pasangannya,atau pun menutup diri sehingga tidak ada
perkataan atau perbuatan yang di lakukan.
b. Ada orang yang merasa mereka harus menang, tidak peduli berapapun “harganya”.Karna
tiap pribadi mengetahui kelemahan dan luka yang di miliki pasangannya, maka mereka
sering menggunakan untuk memaksa pasangannya menyerah. ”Si Pemenang” mungkin
menyerang harga diri atau keadaan pasangannya supaya menan.
c. Ada orang yang mau mengalah agar berbaikan kembali dengan pasangannya
mereka.Mereka menyembunyikan kemarahan dan membiarkannya tetap
tersimpan.Kepahitan dan luka hati masih ada namun tetap melanjutkan hidup bersama
sehingga masalah yang sebenarnya tetap tak terselesaikan.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 39


d. Ada orang yang bisa berkompromi atau memberikan sedikit dan mendapatkan
sedikit,kadang-kadang kompromi penting,namun menggunakan cara ini agar mendapatkan
sesuatu untuk diri sendiri adalah tanggapan yang kurang baik terhadap konflik.
e. Ada orang yang bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi secara langsung dan
terbuka sehingga beberapa keinginan atau ide-ide bisa di padukan. Mereka puas dengan
jalan keluar yang sudah mereka setujui. Mereka telah meyelesaikan pertentangan tersebut
dengan baik. Bacalah Efesus 4:29-32.

Langkah-Langkah: Dalam Menangani Pertentangan/Konflik


Ada beberapa langkah yang dapat dimanfaatkan oleh pasangan yang mengalami konflik.
a. Memproses Pendamaian. Meninggalkan atau mengabaikan masalah dengan harapan
masalah itu akan pergi dengan sendirinya tidak akan menyesaikan masalah. Jagalah supaya
hubungan tetap hidup,jagalah kesatuan.Tunjukanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera(Ef. 4:1-3).
Janganlah menunggu sampai pasangan Anda yang memulai proses pendamaian tersebut.
Pakailah bahasa yang tidak akan mengancam atau menghakimi,seperti,“dapatkah kita
berbicara tentang ...”, “apakah ini sesuatu yang bisa kita rundingkan?”,saya sungguh
merasa putus asa tentang…”, “saya kuatir tentang…” “saya akan tidak bahagia jika…”,
“saya tidak mengerti mengapa…”.
b. Ketidak cocokan sebagai salah satu bagian dari keseluruhan masalah. Bacalah Filipi 2;1-8.
Ketika masing-masing pasangan merasa lebih berkuasa dari pada yang lain,maka masalah
tidak akan pernah terselesaikan. Satu pihak bisa lebih banyak berfikir, berbicara atau
menguasai yang lain dalam menyatakan pikiran atas situasi yang sedang terjadi. Diskusi
harus terbuka,sehingga tiap pihak bisa menyumbangkan idenya secara seimng dan dihargai
untuk menemukan jalan keluar yang menguntungkan
c. Tukarlah Posisi
Rela melihat situasi yang terjadi menurut pendapat pasangan kita akan menolong memberi
pengertian bagaimana hal itu mempengaruhi pernikahan. Masalahnya akan bisa di
selesaikan apabila mereka memiliki sikap lemah lembut dan saling menghargai perasaan
orang lain. Bacalah Kolose 3;12-17
d. Tanganilah Masalah Satu Persatu
Kadang-kadang salah satu pihak mencoba menyebutkan masalah yang lain atau
menyalahkan pasangan mereka. Fokuskan untuk menangani masalah yang ada. Jangan
mencoba menyelesaikan masalah yang lain,baik yang ada hubungannya atau tidak.Anda
bisa menanggapinya dengan berkata, “Anda mungkin benar tentang hal itu,tetapi sekarang
ini kita sedang mem bicarakan tentang....”
e. Seranglah Masalahnya dan Jangan Orangnya
Terlalu banyak pasangan yang saling menyerang dengan sindiran-sindiran,penghinaan dan
ungkapan-ungkapan yang menyakitkan hati seperti “kamu selalu…”, “kamu tidak
pernah…” atau “kenapa kamu tidak bisa...”.Kalimat di atas berarti anda sedang meyerang
orangnya, “karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi,kamu akan di
hakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur,akan di ukur kepadamu”(Mat. 7:2;
Rm. 2:1). Pelajarilah bagaimana memberitahukan pasangan anda tentang perasaan
anda.Jangan melempar sebuah batu pada mereka.
f. Minta pertolongan dari pada pembawa damai yang penuh Roh

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 40


Allah sudah menempat kan orang-orang dalam persekutuan digerja yang memiliki karunia
sebagi pembawa damai. Sang pembawa damai hendaknya seseorang yang tidak mudah di
pengaruhi dan dapat bertindak dan berkata secara adil,dan dapat melihat dari kedua sisi.
Sang pembawa damai dapat menurunkan nada-nada yang merusak komunikasi dan
menolong kedua pasangan untuk menuju pada perdamaian. Meminta bantuan kepada pihak
yang tepat, misalnya: Pendeta jemaat setempat yang sangat mengenal keberadaan
pasangan/keluarga atau pendeta yang memahami bidang pastoral, yang dapat memberi
bimbingan yang bagi pasangan yang berkonflik, orang tua/saksi pernikahan yang dapat
memberi masukan berhikmat, psikolog keluarga, dan lain sebagainya
g. Maafkan Dengan Segenap Hati
Kalau anda sudah menerima Kristus sebagai juruslamat,anda sudah menerima
pengampunan yang dari Allah. Maka anda pun mempunyai kemampuan untuk
mengampuni diri sendiri dan orang lain(Kol. 2:13; 3:13; 1Pet. 2:22-24). Pengampunan
terjadi jika kasih rela menerima luka dan kesengsaraan hidup dan mengabaikan semua
tuduhan terhadap yang lain. Pengampunan adalah menerima orang lain ketika dia sudah
melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan. Pengampunan bukanlah menerima dengan
syarat bahwa orang yang di ampuni itu harus melakukan sesuai kehendak
kita,pengampunan diberikan secara cuma-cuma dengan kesadaran si pemberi maaf tersebut
juga akanmendapatkan maaf secara terus-menerus. Pengampunan adalah suatu hubungan
antara dua pribadi yang setara yang menyadari mereka saling memerlukan. Tiap
orangmemerlukan pengampunan dari orang lain. Demikian juga di hadapan Allah tiap
orang membutuhkan pengampunan-Nya terus menerus. Mengampuni sebanyak “tujuh pulu
kali tujuh kali” seperti yang di katakan Yesus di dalam Mat. 18:21-22.

Evaluasi
1. Apa saja tipe orang dalam menghadapi konflik? Mengapa dalam hal tertentu konflik bisa
saja ‘baik’?
2. Role-play menggunakan tips praktis dalam menghadapi konflik.

Referensi
Alkitab TB-LAI
Majelis Sinode GMIT: Buku 1000 Hari Pertama Kehidupan, 2015.

 Sesi Kesebelas: Kekerasan Dalam Rumah Tangga 

Tujuan: setelah sesi ini peserta mampu:


a. Menjelaskan mengapa kekerasan tidak boleh tejadi dalam rumah tangga Kristen;
b. Menyebutkan definisi kekerasan, lingkup rumah tangga dan bentuk kekerasan dalam
rumah tangga;
c. Menyebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi kekerasan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 41


dalam rumah tangga.
Gagasan Utama:
Materi ini membahas berbagai persoalan di sekitar Kekerasan dalam Rumah Tangga, mulai
dari hakekat KDRT, penyebab KDRT, dan Potensi Kekerasan dalam diri dan pasangan.
Metode:
Ceramah, Diskusi atau Sharing

Pengantar
Materi ini hendak mengangkat suatu permasalahan yang sangat sering terjadi di dalam
rumah tangga-rumah tangga di Indonesia khususnya di propinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu
masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tak dapat dipungkiri, tingkat kekerasan
dalam rumah tangga di propinsi Nusa Tenggara Timur menduduki tingkat yang tinggi di
antara propinsi lainnya. Secara nasional, Indonesia telah memiliki Undang-undang yang
mengatur tentang pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu UU nomor 23 tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Kekerasan dalam rumah tangga
dapat saja terjadi di semua lapisan dan bentuk keluarga dengan berbagai latar belakang.
Kekerasan terjadi dalam keluarga muda atau lanjut usia, di desa, di kota, di keluarga dengan
latar belakang ekonomi dan pendidikan yang rendah sampai yang tinggi, di rumah tangga para
profesional: guru, penegak hukum, politisi, bahkan di keluarga pendeta atau aktivis gereja, di
semua lapisan rumah tangga.

Hakekat KDRT
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, KDRT didefinisikan demikian:

Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

Kekerasan dapat terjadi di mana saja, bukan hanya dalam rumah tangga, dan bukan hanya
antara anggota keluarga. Kekerasan juga dapat terjadi pada pasangan yang belum menikah.
Untuk itu, setiap pasangan yang hendak menikah perlu mengenal diri dan pasangannya, serta
mengidentifikasi potensi kekerasan yang ada di dalam diri, dan berupaya mencari jalan keluar
atau bantuan untuk mengatasinya. Pada umumnya, para korban KDRT berusaha bertahan
dalam pernikahan dengan berbagai alasan. Ada yang bertahan karena takut atau diancam,
tidak ada tempat berlindung, takut dicela oleh masyarakat dan keluarga, rasa percaya diri yang
rendah, mempertimbangkan kepentingan anak-anak, atau karena tetap mencintai suaminya.

Penyebab KDRT

KDRT dapat terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:


Latar Belakang Sosial-Budaya

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 42


Dalam sebagian besar masyarakat di Indonesia, sistem Patriarkhi masih sangat kuat. Sistem
ini cenderung memperlakukan kaum perempuan dan anak hanya sebagai warga kelas dua
yang lebih rendah dari laki-laki dan lemah.

Penafsiran Agama yang keliru


Sekalipun semua agama, terutama Kekristenan mengajarkan hidup damai dan penuh cinta
kasih, namun ajaran ini belum berhasil dihayati oleh semua orang percaya, termasuk dalam
kehidupan keluarga. Bahkan berdasarkan teks Alkitab, pelaku kekerasan berusaha
membenarkan kekerasan yang ia lakukan dengan mengutip ayat tertentu secara keliru (Efesus
5: 22).

Perkembangan Informasi dan Teknologi


Tidak jarang berbagai informasi melalui internet, smartphone atau TV mengajarkan kekerasan
yang mudah ditiru baik oleh orang dewasa maupun anak.

Pendidikan
Latar belakang pendidikana yang kurang, dalam beberapa hal juga menjadi penyebab
terjadinya kekerasan, Namun tidak berarti bahwa mereka yang berpendidikan lebih tinggi
tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Namun kasus pada umumnya terjadi tingkat
pendidikan yang rendah juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi dalam beberapa hal dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga. Ekonomi rumah tangga yang sulit sering memicu emosi suami dan istri mejadi
pertentangan dan pada akhirnya memicu kekerasan baik yang dilakukan oleh suami terhadap
istri maupun sebaliknya.

Perubahan Nilai
Nilai-nilai hidup bersama yang kuat semakin tergeser oleh individualisme dalam masyarakat
modern, baik di kota maupun di desa. Perubahan ini turut melemahkan kemampuan
masyarakat untuk bersuara membela para korban KDRT.

Bentuk-bentuk KDRT

Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Siapapun dalam rumah tangga tidak boleh melakukan perbuatan kekerasan fisik (dan
kekerasan dalam bentuk lainnya) terhadap orang dalam rumah tangga tersebut, misalnya,
orang tua terhadap anak, atau sebaliknya, suami terhadap istri atau sebaliknya, majikan
terhadap asisten rumah tangganya dan lain sebagainya. Perbuatan ini meliputi pemukulan,
penyiksaan (menampar, mencekik, mengguncang, melempar, menendang, meludahi dan lain-
lain) ringan ataupun berat. Jika terjdi kekerasan, maka pelaku bisa dilaporkan kepada pihak
kepolisian dan bisa mendapat hukuman.

Kekerasan Psikis

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 43


Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Kekerasan psikis misalnya pelecehan, makian, hinaan. Perbuatan
kekerasan psikis ini sama beratnya dengan kekerasan fisik. Walaupun kekerasan psikis ini
tidak menimbulkan luka di tubuh korban namun dampaknya bisa membuat korban ketakutan,
rendah diri, stress bahkan depresi.

Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut, terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan
seksual bisa dalam wujud bukan hanya perkosaan terhadap korban yang dianggap lemah tapi
juga ‘perkosaan’ yang dilakukan suami terhadap istrinya, yaitu ketika istri dipaksa untuk
melayani kebutuhan seksual suami padahal istri tidak menghendakinya, misalnya ketika
sedang lelah, sakit dan saat menstruasi . Juga kekerasan seksual melingkupi ketika istri
dipaksa untuk memakai alat KB tertentu, anak/istri dipaksa melacur demi keuntungan
ekonomi, ketika istri dipaksa menggugurkan kandungan.

Penelantaran Rumah Tangga


Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran rumah tangga
juga terjadi ketika adanya ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang
untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah
kendali orang tersebut. Misalnya: suami tidak memberi akses ekonomi kepada istri, suami
tidak menafkahi keluarga, orang tua tidak merawat anak, orang tua memaksa anak di bawah
umur untuk bekerja mencari nafkah.

Sikap Dalam Menghadapi Kekerasan


Beragam sikap korban dalam menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. Pada
umumnya di sekitar kita masih banyak kaum perempuan/istri merasa kekerasan yang di
alaminya tidak boleh diceritakan atau dilaporkan karena akan membuka aib rumah tangganya
sendiri. Dengan mengambil sikap diam dan bertahan, korban merasa telah melindungi nama
baik keluarganya, nama baik pelakunya (suami, orang tua, paman dll). Sikap diam ini juga
kerap diambil oleh mereka yang posisinya lemah terhadap korban, misalnya seorang istri yang
bertahan karena tidak mempunyai kepercayaan diri (karena latar belakang ekonomi, keluarga,
pendidikan), tidak mempunyai akses ekonomi dalam rumah tangga (tidak ada penghasilan
sendiri sehingga), yang merasa bahwa pelaku berhak melakukan kekerasan karena kesalahan
korban sendiri (istri yang merasa tidak cakap dalam mengatur rumah tangga oleh karena itu
wajar jika suaminya melakukan penyiksaan fisik maupun psikis), istri yang keliru
menafsirkan ayat Firman Tuhan (istri harus tunduk kepada suami).
Sikap diam dan bertahan ini tidaklah tepat jika dilakukan oleh korban. Tetapi sebalknya,
korban harus mengambil inisiatif dengan kuat dan percaya diri. Korban pertama-tama dapat
menceritakan kekerasan yang dialaminya kepada orang yang dapat dipercayai, misalnya
saudara kandung, sahabat, pendeta, psikolog, lembaga konseling. Pada tingkat yang lebih
serius korban melaporkan kepada penasehat hukum, polisi, kepala desa, tua-tua adat, keluarga

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 44


besar (extended family). Hal ini dilakukan agar korban mendapat perlindungan, dukungan
moril, penguatan, penghiburan, bantuan hukum dan nasehat-nasehat yang membawa
kebaikan bagi korban maupun bagi keberlangsungan keluarga. Dengan membawa persoaln ini
ke ranah yang lebih luas daripada hanya ranah domestic maka bisa jadi didapatkan solusi
terbaik dan penyembuhan bagi pelaku. Walaupun dalam beberapa wilbapak, penyelesaian
secara adat kurang efektif dalam menyelesaikan perkara kekerasan, khususnya yang dilakukan
suami kepada istri. Biasanya para suami akan dihadapakan dengan tuntutan menbayar denda
adat kepada tua-tua adat. Namun setelah denda dibayarkan, setelah beberapa saat kekerasan
dilakukan lagi dan berulang lagi. Oleh karena itu penyelesaian kasus kekerasan baik dari tua
adat, gereja dan pemerintah harus memberi efek jera/kesadaran bagi pelaku kekerasan

Dampak Kekerasan
Trauma dialami bukan hanya oleh korban kekerasan tapi juga oleh anak yang merupakan
korban secara tidaklangsung jika melihat ibunya/bapaknya kerapkali mendapat perlakuan
kekerasan dari bapaknya/ibunya. Dampak lain adalah, minder, rendah diri, stress bahkan
depresi yang pada akhirnya membawa perpecahan dalam rumah tangga.

Pencegahan
Sebelum memasuki pernikahan Kristen pasangan calon sauami istri harus
membicarakan hal mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Kedua belah pihak harus
memahami dan bejanji untuk tidak saling melakukan kekerasan dalam rumah tangga, baik
antar suami istri, orang tua anak, dan anggota keluarga lainnya. Penting bagi pasangan calon
suami istri untuk memahami UU no 23 ini dan ayat-ayat dalam Firman Tuhan mengenai
kehidupan pernikahan Kristen secara benar (sebagaimana dalam pelajaran/sesi dalam
katekesasi pra nikah ini). Lagipula calon pasangan suami istri harus benar-benar saling
mengenal, bukan hanya fisik tapi juga sifat dan karakter pasangan (lihat sesi “Saling
Mengenal”). Dengan mengenal pasangan maka karakter/kecenderungan sifat kekerasan telah
dapat dilihat di masa-masa pacaran). Hal ini terlihat dari cara pasangan mengelola emosinya
(apakah pernah memaki, pukul, ancam), memperlakukan pasangannya dengan sangat
‘posesif’ dan cemburu, cara memperlakukan teman/anggota keluarganya, bahkan hewan
peliharaannya. Hal ini perlu dipahami sejak awal agar pasangan masing-masing siap
mengambil keputusan dalam hal jenjang selanjutnya dan atau bersama-sama menyadari dan
mencari solusi terbaik.

Mengenali Potensi Kekerasan Dalam Diri


Untuk itu, pada fase pacaran atau perkenalan, setiap pasangan hendaknya belajar
mengenali potensi kekerasan dalam diri sendiri dan pasangan, dengan mencermati beberapa
potensi berikut:
1. Kecemburuan: Pelaku kekerasan akan memandang rasa cemburu sebagai bentuk cinta
kasih dan keseriusannya terhadap pasangan, yang sebenarnya adalah bentuk
pembatasannya terhadap pasangan. Jika kurang mendapat perhatian dari pasangan, ia akan
mudah menuduh dan curiga secara berlebihan.
2. Perilaku Kontrol Berlebihan: Dengan alasan melindungi, seorang pelaku kekerasan akan
menggunakan beragam alasan dan cara untuk mengendalikan pasangannya agar mengikuti
apapun yang ia inginkan.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 45


3. Terlalu Cepat Intim: Pelaku kekerasan cenderung cepat intim, mudah merayu dan memuja
orang yang diinginkan, tetapi mudah pula mencampakkan atau mengondisikan keadaan
agar pasangan terikat kepadanya.
4. Harapan Yang Tidak Realistis: Selalu mengharapkan pasangannya harus sempurna dan
tidak boleh melakukan apa yang tidak diinginkannya, harus menuruti apapun yang
diinginkan.
5. Kekerasan Dengan Kata-kata: Mudah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan dan
merendahkan pasangan atau orang lain, misalnya kata “bodoh” atau kata-kata makian dan
hinaan.
6. Kaku Dalam Hal Peran Jenis Kelamin: Selalu menggunakan pola pikir lama dan kaku
mengenai tugas dan peran laki-laki dan perempuan. Laki-laki harus bekerja di luar rumah,
tidak boleh mengerjakan tugas rumah tangga dan perempuan wajib melakukan semua
pekerjaan rumah tangga.
7. Mudah Berubah Sikap: Mudah marah dan melakukan kekerasan, tetapi dalam sekejap dan
tanpa proses penyelesaian damai, ia bisa langsung berubah sikap menjadi ramah dan
lembut. Meski demikian perubahan itu tidak berarti diterima oleh pasangannya.
8. Pernah Memukul Kaum Perempuan: Orang yang pernah memukul pasangannya memiliki
kemungkinan untuk mengulangi perbuatannya jika ia belum berhasil menyadari dan
mengatasinya demi membangun hubungan yang lebih baik dnegan pasangannya.
9. Mengancam: Ancaman sering dipakai untuk mengontrol, misalnya “tutup mulutmu”, “saya
tampar kamu”, dll. sebagai cara untuk menunjukkan otoritas atas pasangan, namun ini
bukanlah sikap pasangan yang baik.
10. Mudah Merusak Barang: Cenderung emosional ketika ada masalah dan melampiaskannya
dengan merusak marang di sekitar. Tindakan ini dilakukan juga sebagai cara untuk
menekan dan menakuti pasangan supaya tidak melawan.
11. Suka Memakai Kekuatan Fisik dalam Debat dengan Pasangan: Kelebihan kekuatan
secara fisik menjadi andalan ketika berhadapan dengan pasangan untuk menekan dan
menaklukkan secara psikologis.
12. Mudah Menyalahkan Orang Lain: Harapan yang tidak terpenuhi atau cita-cita yang tidak
tercapai membuat orang dengan potensi kekerasan mudah marah dan menganggap orang
lain sebagai penyebab. Ia menolak bertanggung jawab terhadap kegagalan atau
ketidakmampuannya.
13. Sensitif: Mudah tersinggung dan terhina serta terdorong untuk membalas dendam, atau
membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sepele hanya untuk mendapatkan perhatian
lebih dan memprovokasi orang lain untuk memusuhi lawan.
14. Kejam Terhadap Anak atau Binatang: Orang dengan potensi kekerasan cenderung tidak
peduli kepada anak-anak, suka mengejek atau membuli anak-anak, atau memperlakukan
anak-anak dengan harapan yang tidak sesuai usia. Mereka juga mudah berlaku kejam
terhadap binatang, misalnya menolak menolong binatang yang sedang terluka atau
tindakan menyakiti binatang.

Penutup

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 46


Berdasarkan penjelasan ini, tentu setiap orang tidak ingin ada dalam hubungan yang
dihantui kekerasan. Sebelum memutuskan untuk berkomitmen dengan seseorang, hendaknya
setiap orang berupaya mengidentifikasi dan memahami potensi kekerasan di dalam diri
sendiri maupun pasangan. Masa perkenalan atau pacaran sangat perlu dan menolong pasangan
untuk mengenal berbagai karakter dan perilaku. Tentu tidak mudah hidup bersama orang lain
dalam bayang-bayang kekerasan yang kita semua tahu akan berujung penderitaan. Kekerasan
dapat menjadi pengalaman traumatik dan merusak mental. Gangguan psikologis pun dapat
mengikuti, termasuk pada anak-anak.
Setiap orang berhak untuk mengalami kebahagiaan dalam hidup dan pernikahannya,
karena itu pertimbangkanlah dengan baik dan bijaksana, mintalah bantuan mereka yang
berkompeten, perlengkapi diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi
kekerasan. Dan jika pada akhirnya, kemungkinan kekerasan itu tidak dapat ditanggung,
hendaknya hubungan diakhiri secara baik-baik. Sangat diperlukan bantuan ahli atau mentor
yang dapat menolong mengelola emosi dan memulihkan berbagai luka emosi agar tidak
menjadi lingkaran setan tanpa ujung. Untuk itu, diperlukan keterbukaan dan kesediaan
berubah, melalui penyerahan diri secara utuh kepada Tuhan, karena hanya Dia yang berkuasa
untuk mengubah setiap orang menjadi serupa dengan gambar-Nya.

Evaluasi
Peserta dapat berbagi pengalaman atau sharing dalam bentuk kelompok tentang pengalaman
kekerasan yang dialami dan saling mendoakan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara terus-
menerus di akhir setiap Sesi.

Referensi
Pdt. Rinto Tampubolon: Ketika Dua Hati Bersama (Jakarta: Binawarga), 2016.

 Sesi Keduabelas: Perzinahan 

Tujuan:
Peserta katekisasi memahami apa kata Alkitab tentang perzinahan dan mampu
berkomitmen untuk menjaga hidup kudus.
Gagasan Utama:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 47


Materi ini membahas pengajaran Yesus tentang perzinahan dan bagaimana relevansinya
bagi kehidupan masa kini, baik bagi yang belum menikah maupun pasangan suami-istri.
Metode:
Ceramah dan Diskusi/Sharing Pemahaman

Pengantar

“Jangan Berzinah” Ini adalah perintah Tuhan yang Ke 7 dari 10 Perintah Tuhan yang
diberikan Tuhan kepada bangsa Israel melalui Musa, di atas Gunung Sinai. Sehingga jelas
bahwa perintah jangan berzinah merupakan perintah Tuhan sejak masa lampau, masa
pembentukan umat Israel menjadi bangsa pilihan-Nya. Jaman sekarang ini salah satu
persoalan terbesar dalam rumah tangga pada umumnya adalah masalah perselingkuhan, dari
yang sederhana sampai yang menjurus pada perzinahan. Oleh karena itu sesi ini dirasa perlu
untuk diangkat dalam materi pra nikah ini.
Sejak dahulu sampai sekarang (dan sampai kapanpun), rumah tangga-rumah tangga
Kristen bukanlah rumah tangga yang kebal terhadap tantangan/persoalan menjaga kesetiaan
dalam kehidupan pernikahan. Jaman sekarang ini tantangan untuk menjaga kesetiaan menjadi
lebih berat oleh karena factor-faktor untuk suami/istri jatuh dalam pencobaan perselingkuhan
menjadi sangat banyak dan lebih kompleks. Kemudahan berkomunikasi melalui Hp dan
media social (FB, WA, Twiter dll) di satu pihak sangat menolong manusia untuk saling
berkomunikasi tapi di lain pihak hal-hal ini juga menjadi salah satu cara yang ‘mendorong’
orang untuk ‘membuka’ jalan perselingkuhan dan perselingkuhan ‘membuka’ jalan untuk
perzinahan. Pada sesi ini kita akan melihat apa itu perzinahan, khususnya dalam ajaran Tuhan
Yesus.
Dalam Perjanjian Lama kata zinah dipakai untuk menggambarkan hubungan antara
Tuhan Allah dan umat-Nya Israel ketika Israel menyembah dewa/allah asing, berhubungan
dengan peramal/roh-roh/jin-jin (Kel.34:15, Hakim-hakim 2:17, Im 17:7), zinah antara umat
Israel dengan bangsa-bangsa kafir (Bil.25:1), dan zinah yang menggambarkan persetubuhan
antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri, hukumannya adalah hukuman mati
bagi keduanya “Bila seorang laki-laki berzinah dengan istri orang lain, yakni berzinah dengan
istri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan
yang berzinah itu” (Im.20:10).
Dari ayat-ayat ini tampak bahwa kesetiaan kepada Tuhan Allah menjadi tuntutan Allah
kepada bangsa Israel yang sangat keras dan ketidak setiaan Israel dianggap sebagai
perzinahan iman. Demkian pula hukum jangan berzinah dalam arti kesetiaan suami dan istri
adalah hukum yang keras, karena jika dilanggar, maka keduanya, laki-laki dan perempuan itu
harus dihukum mati. Kisah raja Daud yang berzinah dengan Betsyeba menunjukkan betapa
gentar dan takutnya Daud mengetahui bahwa Betsyeba telah hamil karena perbuatannya,
karena Daud tahu bahwa jika perbuatannya terbongkar maka ia terancam hukuman mati.
Daud kehilangan anaknya dari Betsyeba hasil perzinahan itu. Hal itu sebagai hukuman Tuhan
yang keras terhadap perbuatan Daud yang telah melakukan perzinahan dan pembunuhan
berencana terhadap Uria, suami Betsyeba.

Pengajaran Baru dari Yesus


Tuhan Yesus mengutip: “Jangan berzinah” dari Perjanjian Lama (lih. Kel. 20:14; Ul. 5:17)
dalam pengajaran-Nya kepada para murid sebagaimana dicatat oleh Injil Mat. 5:27. Tuhan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 48


Yesus membawa pemahaman baru dari arti berzinah. Larangan yang Ia berikan ditujukan
lebih kepada laki-laki, walaupun maknanya berlaku untuk perempuan juga. Kata ganti “setiap
orang” (pas) berbentuk maskulin. Pemunculan “perempuan” (gynē) sebagai objek perzinahan
menyiratkan bahwa subjeknya adalah laki-laki. Batasan perzinahan juga telah diperluas oleh
Tuhan Yesus. Kata gynē(bisa berarti “perempuan” atau “isteri”). Semua perempuan
diperlakukan sama, baik isteri orang lain, budak perempuan, maupun siapa saja. Ini
menunjukkan bahwa bagi Allah perzinahan adalah perzinahan, terlepas dari status pernikahan
dari perempuan yang dijadikan pasangan zinah.
Bagi Tuhan Yesus perzinahan bukan hanya masalah persetubuhan . Perzinahan dimulai
dari mata. Mata diciptakan untuk melihat yang baik dan bukannya untuk membuat jatuh
dalam dosa. Perzinahan tidak hanya melibatkan mata, melainkan juga hati. Melihat
perempuan tentu saja tidak berdosa selama hatinya tidak ingin memiliki.
Di awal materi ini telah kita lihat bahwa di jaman sekarang ini tantangan untuk tetap setia
sebagai suami istri menjadi semakin berat. Dengan berbagai kemajuan jaman, upaya untuk
menjaga kesucian pernikahan harus benar-benar dijaga. Perselingkuhan/perzinahan bisa
terjadi karena proses dalam jangka waktu tertentu, misalnya karena diawali dengan
percakapan yang intens lalu mulai muncul rasa tertarik. Namun perselingkuhan/perzinahan
bisa juga tertejadi karena keinginan sesaat, terjadi tanpa melibatkan hati, dalam hal ini seperti
praktek prostitusi, baik laki-laki mapun perempuan yang melakukan/ memakai jasa prostitute.
Ajaran Tuhan dalam perikop Matius pasal 5 ini tampaknya mempertegas hukum taurat.
Perzinahan diperluas dari hanya sekedar persetubuhan, tapi bahkan dari melihat dan
mengingingkannya. di dalam hati yang diawali dari mata. Oleh karena itu perlu kita menjaga
mata dan hati dengan serius. Tuhan bahkan di ayat-ayat selanjutnya menekankan bahwa
anggota tubuh dapat menjadi sumber masuknya dosa dan oleh karena itu bisa saja mereka di
‘penggal’ dan di ‘buang’. Tentu saja ini merupakan hiperbola, intinya adalah dengan
sungguh-sungguh menjaga seluruh keberadaan hidup dari hal-hal yang dapat membawa jatuh
dalam pencobaan.  Suami istri harus saling mendukung untuk menjaga kesucian pernikahan.
Baik suami maupun istri harus berupaya untuk menjaga hati dan mata. Agar tidak jatuh
dalam dosa perselingkuhan/perzinahan, baik sebagai korban maupun pelaku yang membuat
orang lain jatuh dalam dosa perzinahan.

1.Apa saja yang membuat sesorang jatuh dalam dosa perselingkuhan?


2. Apakah berselingkuh sama berdosanya dengan berzinah?
3. Bagaimana menjaga agar suami/istri tidak jatuh dalam dosa perselingkuhan
/perzinahan?

Referensi
Alkitab TB-LAI
Pdt. Yakub Tri Handoko, dkk., dalam www.rec.org dan Grace Alon

 Sesi Ketiga Belas: Keluarga Tanpa Anak 

Tujuan:
Peserta memahami bahwa keluarga tanpa anak bukalah kondisi yang buruk dan mampu
mempersipkan diri menghadapinya.
Gagasan Utama:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 49


Materi ini membahas kondisi pernikahan yang tidak dianugerahi anak oleh Tuhan dengan
berbagai kesulitan, namun tetap menjalani pernikahan dengan sukacita.
Metode:
Ceramah dan Diskusi/Sharing.

Pengantar
Bagi sebagian orang, tujuan pernikahan yang utama adalah mendapatkan atau meneruskan
keturunan. Apakah pendapat ini benar? Dalam pernikan Kristen jelas bahwa mendapatkan
keturunan tidak boleh dipakai sebagai tujuan utama atau satu-satunya dalam pernikahan.
Alkitab mencatat beberapa kisah dalam Perjanjian Lama tentang keluarga-keluarga/istri yang
sangat mendambakan kehadiran anak dalam rumah tangga mereka. Kisah Hana ibu Samuel
dan Rahel, Pada masa itu, kemandulan/ketiadaan anak dalam rahim ibu dianggap sebagai aib
dan mengakibatkan kehilangan muka. Dalam beberapa teks dipakai istilah ‘Tuhan menutup
kandungan’, namun pada akhirnya Tuhan mendengar seruan mereka dan membuka rahim
mereka. Para pemuda Kristen yang hendak menikah, mesti diperlengkapi dengan kesiapan
hati untuk menerima keadaan ini.

Sadar akan Panggilan


Setiap orang mesti menyadari panggilan Allah melalui pernikahan. Ia menghendaki pasangan
suami-istri memenuhi rancangan Allah yaitu memuliakan Allah dengan senantiasa
merefleksikan dan merepresentasikan relasi Kristus dan jemaat yang penuh kasih dan kekal.
Dalam pernikahan Kristen kemandulan atau ketiadaan anak dalam rahim ibu tidak boleh
dipakai sebagai alasan untuk merendahkan istri atau bahkan untuk terjadinya perzinahan
bahkan perceraian. Masih ada pandangan bahwa kemandulan semata-mata karena kesalahan
atau kelemahan perempuan. Bahkan dalam banyak kasus kita mendengar bahwa istri
mendapat tekanan dari keluarga suami karena kemandulan. Sehingga dampaknya istri menjadi
tertekan karena tuntutan keluarga suami yang sedemikian kuatnya. Kewajiban menurunkan
fam/marga/nama keluarga menjadi alasan utama untuk mempunyai anak, bahkan anak laki-
laki. Kalaupun sudah ada anak perempuan masih ada tuntutan lebih besar yaitu anak laki-laki.

Memelihara Kesatuan
Laki-laki dan perempuan yang menikah dipersatukan oleh Allah sendiri. Karena itu apa yang
telah dipersatukan Allah janganlah diceraikan manusia. Kitab Mal. 2:16 mengatakan “Aku
membenci perceraian – firman TUHAN, Allah Israel..” Liturgi pernikahan GMIT telah
memuat janji nikah suami dan istri di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya untuk setia menjalani
pernikahan baik dalam suka/duka, dalam untung dan malang, dalam sakit dan sehat. Jika
kemandulan dipandang sebagai ‘sakit’ atau ‘kemalangan maka kemadulan tidak boleh dipakai
sebagai alasan untuk perceraian.Dari sisi kesehatan ketidak mampuan seorang istri mengalami
kehamilan dapat diakibatkan oleh banyak sekali factor, baik dari pihak suami maupun dari
pihak istri, sehingga kemandulan bukan hanya karena kondisi perempuan semata. Sekarang
ini dengan segala kemajuan dunia kedokteran kemandulan dapat diatasi dengan berbagai
upaya (bayi tabung, tiup rahim). Demikian pula bukan berarti terjamin se penuhnya jika sudah
melampaui proses yang panjang, mahal dan menyakitkan maka kehamilan dapat terjadi, sebab
kehendak Tuhan yang berlaku dalam hal ini.

Pandangan Alkitab

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 50


Alkitab menyebutkan kondisi mandul lebih tertuju kepada kaum perempuan, akan tetapi ini
tidak berarti kaum perempuan harus selalu disalahkan dan bertanggung-jawab. Meski begitu,
kondisi mandul dipandang positif juga di dalam Alkitab.
Mzm 113:9, Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-
anak, penuh sukacita. Haleluya!
Ams 30:16, Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan bumi yang tidak pernah
puas dengan air, dan api yang tidak pernah berkata: "Cukup!"
Yes 49:21, Maka engkau akan berkata dalam hatimu: "Siapakah yang telah
melahirkan sekaliannya ini bagiku? Bukankah aku bulus dan mandul, diangkut ke
dalam pembuangan dan disingkirkan? Tetapi anak-anak ini, siapakah yang
membesarkan mereka? Sesungguhnya, aku tertinggal seorang diri, tetapi mereka
ini, dari manakah datangnya?"
Yes 54:1, Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan!
Bergembiralah dengan sorak-sorai dan memekiklah, hai engkau yang tidak pernah
menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai
lebih banyak anak dari pada yang bersuami, firman TUHAN.
Luk 1:36, Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung
seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia,
yang disebut mandul itu.
Luk 23:29, Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan
mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak
pernah menyusui.
Gal 4:27, Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah
melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah
menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai
lebih banyak anak dari pada yang bersuami."

Sejak masa perkenalan dan pacaran, calon pasutri sudah harus mempercakapkan dan siap
terhadap keadaan ketiadaan anak yang lahir dari kandungan istri. Percakapan ini harus
diletakkan dalam terang firman Tuhan dan dalam kedewasaan iman dan mental calon
pasangan suami dan istri. Percakapan awal mengenai hal ini selain untuk mempersiapk mental
dan hati calon pasutri tapi juga untuk mengambil langka tepat jika menghadapi persoalan ini
dengan cara misalnya berobat ke dokter atau adaopsi atau juga dengan mempersiapkan hati
bahwa keluarga ini akan dibangun tanpa anak dalam keluarga. Kondisi inipun akan membawa
kebahagiaan dan sukacita bagi suami istri yang telah memutuskan untuk terus hidup dalam
pernikahan tanpa anak dalam rumah tangga mereka. Karena tentunya keputusan itu telah
diambil berdua dengan penuh bijaksana dan atas tuntunan Tuhan. Sehingga kehidupan
keluarga Kristen tanpa anak tidak mengurangi rasa cinta dan saling menghargai satu terhadap
yang lain
Bagi keluarga yang memutuskan untuk mengambil langkah adopsi, patut diingat bahwa
anak adopsi maupun anak yang dilahirkan sendiri dari rahim ibunya sama berharga dan juga
merapakan anugrah Tuhan yang berharga bagi suami dan istri dan oleh karena itu anak yang
didapat bukan dari rahim ibunya tetap harus dibesarkan dengan penuh kasih dan
tanggungjawab yang sungguh serta syukur kepada Tuhan.

Evaluasi:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 51


Peserta saling berbagi pengalaman yang tampak di sekitar mereka mengenai keluarga tanpa
anak; dilanjutkan dengan saling mendoakan.

Referensi

Alkitab TB-LAI

 Sesi Keempat Belas: Perceraian 

Tujuan:
Setelah mengikuti katekisasi ini, para peserta memahami konsep Alkitab tentang perceraian
dan berkomitmen untuk hidup setia dengan pasangan suami-istri.
Gagasan Utama:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 52


Materi ini membahas alasan mengapa orang bercerai dan apa kata Alkitab tentang
perceraian, sesuai ajaran Yesus dalam Injil dan kaitannya dengan teks lain.
Metode:
Ceraman dan Diskusi/Sharing.

Pengantar
GMIT telah memiliki dokumen naskah teologi tentang pernikahan dan peraturannya yang
dirumuskan dalam pendekatan pastoral. Bahan pengajaran ini memuat sejumlah prinsip
Alkitabiah yang secara khusus menyoroti pemahaman di dalam Alkitab mengenai perceraian
berdasarkan kitab Injil Matius 5:31-32 dan 19:1-12. Pada kedua bagian tersebut ditegaskan
kekuatan dari komitmen pernikahan sekaligus mengkritik pemahaman dan praktek cerai.
Dalam diskusi antara Yesus beserta para murid berhadapan dengan para saja?” Dan jika tidak
boleh, “Mengapa Musa memberikan surat cerai?” Pertanyaan yang sama menjadi pertanyaan
masa kini bagi gereja dan keluarga-keluarga Kristen.

Mengapa Orang Bercerai?


Di jaman sekarang fenomena perceraian tampaknya semakin merebak dialami baik oleh
pasangan-pasangan Kristen maupun non Kristen baik di negara-negara modern maupun
negara berkembang, dari berbagai kalangan rumah tangga, tanpa memandang latar belakang
kesamaan pendidikan, ekonomi, profesi, suku, bahkan agama dan jangka waktu lamanya masa
berpacaran. Jangka waktu lama atau singkatnya berpacaran tidak menjadi jaminan terjadi atau
tidaknya perceraian. Banyak pasangan yang menghadapi persoalan rumah berpikir bahwa
bercerai adalah jalan keluar yang paling tepat untuk menyelesaikan persoalan rumah tangga
mereka.
Banyak alasan mengapa orang memutuskan untuk bercerai, antara lain karena mengalami
kekerasan dalam rumah tangga, karena perselingkuhan/perzinahan, persoalan ekonomi,
persoalan sexual suami istri, persoalan keluarga: ketidak harmonisan dengan mertua, saudara
ipar, dan lain sebagainya. Alasan-alasan ini menunjukkan bahwa pasangan suami-istri sudah
melupakan pengakuan dan janji nikah mereka, dan mengabaikan berkat yang telah mereka
terima dari Tuhan melalui gereja pada saat pernikahan kudus di tengah jemaat. Padahal pada
saat melangsungkan pernikahan, mereka telah sama-sama belajar dan menerima bahwa dalam
pernikahan mereka akan memikul salib yang berat. Mereka telah sama-sama belajar
memahami bahwa cinta kasih yang matang adalah cinta kasih yang mampu bertahan di tengah
kesukaran, panjang sabar, rela berkorban, saling mengampuni.
Alasan perzinahan dalam Mat. 5:32; 19:9 seringkali digunakan sebagai dasar pembenaran
terhadap perceraian. Tetapi benarkah yang Yesus maksudkan dalam pengajaran tersebut
adalah zinah dapat menjadi alasan kuat untuk pasangan suami-istri boleh bercerai?.

Bolehkah Bercerai?

Semua pendengar Tuhan Yesus pada masa itu, mengerti bahwa Yesus sedang
membicarakan Ulangan 24:1-4. Dalam teks ini Musa memerintahkan laki-laki Israel untuk
memberikan surat cerai kepada isteri mereka apabila mereka memutuskan untuk bercerai
karena alasan tertentu, yaitu agar istri yang telah diceraikan suaminya dapat kejelasan status
untuk nantinya ia dapat dinikahi oleh laki-laki lain. Pernikahan ulang ini sendiri juga

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 53


dimaksudkan untuk kelangsungan hidup para perempuan yang diceraikan. Dalam tradisi
Yahudi yang patriakhal, sangat sukar bagi seorang perempuan untuk memperoleh penghasilan
dan perlindungan yang layak tanpa kehadiran seorang suami.
Perdebatan tentang alasan perceraian terus berlangsung sampai pada zaman Tuhan Yesus.
Secara umum terdapat dua penafsiran utama tentang alasan yang sah bagi perceraian. Ada
kelompok yang membolehkan perceraian dengan alasan apa saja. Ada kelompok lain yang
membolehkan perceraian tetapi dengan beberapa syarat yang penting, misalnya jika telah
terjadi perzinahan.

Ajaran Yesus
Matius 19:3-8 dengan tegas Yesus menekankan bahwa Apa yang telah dipersatukan
oleh Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Ia mengutip kitab Kejadian 1:27, 2:24,…
laki-laki akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan bersatu dengan istirnya dan keduanya
menjadi satu daging, Yesus berkata: demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Para
Farisi terus mengejar Yesus dengan membandingkan antara Yesus dan Musa yang
membolehkan laki-laki memberikan surat cerai kepada istrinya. Tapi Yesus menjawab
sebenernya sejak awal Musa tidak membolehkan perceraian tapi karena ketegaran hatimu,
maka Musa mengijinkannya (ayat 8).

Matius 5:31-32 lebih menyoroti konsekuensi dari sebuah perceraian. Laki-laki yang
hendak menceraikan istrinya pada jaman Musa memaksa Musa mengeluarkan surat cerai agar
perceraian menjadi resmi. Karena orang yang menceraikan isterinya secara tidak sah atau
tanpa surat cerai berarti telah membawa dampak buruk bagi mantan isterinya maupun laki-
laki yang akan menikahi perempuan yang telah diceraikan tersebut, karena tanpa surat cerai
maka pasangan ini tidak akan dapat menikah dan oleh karena itu mereka akan dipandang telah
berzinah. Tuhan Yesus tidak mau berkompromi dengan pikiran ini. Ia memilih untuk melihat
konsekuensi buruk dibalik tindakan itu (laki-laki itu menjadikan istrinya berzinah dan
siapapun yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah) dalam hal ini.
Yesus mau mengatakan bahwa pemberian surat cerai tidak menyelesaikan masalah tapi
menimbulkan masalah baru.
Banyak orang Kristen menafsirkan frase “keuali karena zinah” di Mat 5 : 32, 19 : 9
sebagai sebuah kelonggaran terhadap perceraian. Frase ini hanya ada dalam injil Matius.
Dalam injil Markus 10 : 11 – 12 dan Lukas 16 : 18, perceraian dilarang tanpa frase ini. Kata
Yunani zinah (pornea) memiliki jangkauan arti yang sangat luas. Mulai dari pelacuran,
perselingkuhan, sampai pelanggaran seksual lainnya, semuanya dikategorikan sebagai pornea.
Umumnya kata pornea dipakai sebagai perzinahan dalam perkawinan dan dalam bentuk
persetubuhan. Akan tetapi hal itu bukanlah alas an untuk bercerai. Rasul Paulus juga
mengajarkan bahwa pernikahan berakhir dengan kematian (1 Korintus 7 : 39, Roma 7 : 1 – 3),
hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus, apa yang sudah dipersatukan
oleh Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia.

Peraturan Pastoral GMIT


Dalam naskah teologis peratuan pastoral GMIT mengenai pernikahan, GMIT berpegang
bahwa sejak penciptaan Allah merancangkan pernikahan sebagai pernikahan yang monogami
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan tanpa perceraiann. Kesatuan dalam

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 54


pernikahan merupakan kesatuan spiritual yaitu kesatuan yang disebabkan oleh Allah sendiri,
karena itu apa yang telah dipersatukan Allah janganlah dipisahkan manusia. Namun demikian
GMIT menyadari bahwa realita perceraian di antara anggotanya oleh karena berbagai alasan
telah kerapkali terjadi. Namun dengan tegas GMIT menetapkan bahwa GMIT tidak
menceraikan pernikahan anggotanya. Perceraian terjadi karena GMIT tidak dapat
menghalangi hak anggotanya untuk bercerai menurut peraturan negara. Bagi anggotanya yang
hendak bercerai gereja harus terus memberikan pendampingan pastoral agar mereka
memahami kembali prinsip dan tujuan pernikahan Kristen mau menyesali kesalahan, saling
mengampuni dan kembali hidup bersama. Bagi mereka yang hendak melakukan pernikahan
kedua karena telah bercerai bukan karena kematian, gereja harus memastikan bahwa mereka
telah mendapat pelayanan pastoral yang matang. Bagi pasangan suami istiri yang telah
bercerai secara hukum namun hendak berdamai dan kembali hidup bersama sebagai suami
istri maka gereja mensyukuri keputusan ini dengan memberikan pelayanan pembaruan janji
pernikahan.
Penutup
Pernikahan adalah keputusan penting dan besar yang merupakan kehendak Tuhan. Pernikahan
Kristen adalah pernikahan yang tidak terceraikan. Oleh karena itu bagi para pasangan yang
hendak menikah hendaklah mempertimbangkan masak-masak dengan tuntunan Roh Kudus.
Sehingga pasangan benar-benar siap memasuki pernihakan Kristen.

Evaluasi:
1. Mengapa pasangan suami-istri Kristen tidak boleh bercerai?
2. Apa saja dampak buruk perceraian?
3. Bagaimana sikap gereja jika ada pasangan Kristen yang bercerai dan menikah lagi?

Referensi

1. Alkitab TB-LAI
2. Majelis Sinode GMIT. Peraturan Pastoral. 2017
3. Stephen Tong: Seri Seminar Keluarga, Takhta Kristus dalam Keluarga (Surabaya:
Momentum), 2011.

BAGIAN KETIGA
ANAK DAN KELUARGA

 Sesi Kelimabelas: Anak adalah Karunia Tuhan Yang Berharga 

Tujuan:
Setelah mengikuti katekisasi ini para peserta mampu:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 55


1. memahami bahwa anak adalah karunia Tuhan yang berharga;
2. menyebutkan tugas-tugas orang tua terhadap anak-anak dalam keluarga;
3. berkomitmen meneladani tokoh dalam Alkitab yang bersyukur atas anak yang
dianugerahkan Tuhan.
Gagasan Utama:
Materi ini membahas pemahaman bahwa anak adalah karunia Tuhan yang sangat berharga
bagi orang tua. Orang tua memiliki kewajiban tertentu terhadap pendidikan anak-anak,
sebagai waujud pertanggungjawaban iman kepada Tuhan.
Metode:
Ceramah dan diskusi.

Anak Merupakan Karunia Tuhan


Anak-anak yang di berikan kepada suami dan istri merupakan karunia Tuhan yang sangat
berharga. Ketika Esau bertanya kepada Yakub tentang orang-orang yang bersama dengan
dia,Yakub berkata,“mereka adalah anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu
ini” (Kej. 33:5).Beberapa tahun kemudian setelah Yusuf ada di Mesir, dia menunjukan
kedua anak nya kepada Yakub yang sudah tua dan berkata, “inilah anak-anakku yang telah di
berikan Allah kepadaku di sini” (Kej. 48:9).
Anak laki-laki maupun anak perempuan sama berharganya di mata Tuhan, sama-sama
merupakan anugrah Tuhan bagi orang tua. Oleh karena itu orang tua harus sama menghargai
anugrah Tuhan itu, baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Renungkan kembali tentang rencana Allah yang indah dalam pernikahan antara seorang
pria dan wanita yang saling mengasihi dan menghormati Tuhan. Tuhan memberikan karunia
berupa anak-anak di dalam rumah tangga agar dapat mewujudkan rencana Allah yang indah.
Sekarang marilah kita mempelajarinya tanggung jawab dari orang tua terhadap anak-anak
sebagai karunia yang indah.

Rencana untuk membangun keluarga


Tanggung jawab apa yang di miliki oleh orang tua dalam merencanakan besar kecilnya
keluarga mereka? Apakah mereka harus mempunyai anak sebanyak mungkin menurut
kekuatan tubuh mereka? Dalam beberapa masyarakat tradisional, tiap keluarga ingin
mempunyai anak sebanyak mungkin. Anak-anak merupakan kebanggaan keluarga, mereka di
perlukan sebagai para pekerja dan pewaris nama keluarga. Namun kenyataannya ada bayak
faktor di Indonesia sekarang ini yang membuat pemerintah memikirkan program yang
sunggu-sungguh, mengenai keluarga berencana. Hal ini termasuk perlunya memikirkan
tingginya biaya untuk membesarkan dan menyekolah kan anak-anak yang sering tidak
sebanding dengan pendapatan keluarga. Angka kelahiran yang tinggi juga telah menambah
masalah di Indonesia,misalnya kelaparan,kekurangan gizi, keterbatasan sekolah, pengobatan
dan lain-lain.

Perintah Alkitab
Alkitab memerintahkan orang tua untuk bertanggung jawab dalam rencana keluarga yang
baik. Sebagaimana ayat ini, “tetapi jika ada orang yang tidak memelihara sanak saudaranya,
apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebuh buruk lagi dari pada orang yang tidak
beriman” (1Tim. 5:8). Orang tua Kristen perlu berdoa untuk mempertimbangkan jumlah anak
yang mereka asuh. Orang tua melecehkan kesempatan dan kepercayaan itu jika kita sebagai

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 56


orange tua menjalaninya dengan ceroboh, jika orang tua menjalankannya dengan cara di mana
orang tua hanya membuat anak-anak merana, lapar, berpakian tidak layak tidak berpendidikan
dan merasa rendah diri di masyarakat. Hal utama yang harus diketahui orang tua sekarang ini
adalah berapa jumlah anak yang bisa diasuh dengan layak sehingga nantinya menjadi pribadi
yang sehat, bahagia, berkembang dengan baik dan bisa menjadi bagian yang memberkati
masyarakat dan bangsa.

Membimbing Perkembangan Mereka


Supaya bisa diterima masyarakat dan bangsa dengan baik,orang tua Kristen hendaknya
membimbing perkembangan anak-anak mereka ke jalan Tuhan, “Sebab aku telah memilih dia,
supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup
menurut jalan yang ditetapkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya
Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang di janjikan-Nya” (Kej. 18:19). Ayat ini
meyebutkan tentang perintah Allah yang harus diikuti Abraham sehingga Allah dapat
membawa Abraham ke tanah yang sudah di janjikan-Nya. Mungkinkah Allah membuat
bangsa yang besar dari anak-anak Abraham jika mereka tidak melakukan yang benar dan
adil? Bagaimana mungkin anak-anak menanggapi rencana Allah bagi mereka jika orang tua
tidak mengajarkan kepada mereka untuk menurut jalan Tuhan? Tuhan memberikan janji ini,
“didiklah orang muda menurut jalan yang patutbaginya maka pada masa tuanya ia tidak akan
menyimpang dari jalan itu”(Amsal 22:26). Lukas 1:6 juga menggambarkan lingkungan rumah
tangga Zakharia dan Elisabeth yang diajarkan kepada Yohanes. Alkitab mengatakan bahwa
mereka keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan
ketetapan Tuhan.

Mendoakan Mereka

Orang tua wajib mendoakan anak-anak mereka sejak mereka dalam kandungan sampai
seterusnya dan selamanya. Doa orang tua tidak pernah terlalu banyak. Doa menjadi kekuatan
dan bekal bagi anak dalam bertumbuh, berkembang sampai dewasa, menikah bahkan sampai
selamanya. Tidak selalu doa dan permintaan orang tua terhadap anak mendapat jawaban yang
cepat dari Tuhan, tapi tidak ada doa orang tua yang sia-sia bagi anaknya, pada waktu Tuhan,
doa orang tua pasti terjawab seturut kehendak Tuhan.

Mengasuh dan Mendidik Mereka


Musa telah memimpin bangsa israel sampai di usia tuanya. Dalam pidato perpisahannya, dia
memberikan perintah yang terakhir dari Tuhan (Ul. 6). Bagaimana bangsa Israel
mengajarkannya kepada anak-anak mereka? Ulangan 6:6-9 merupakan perintah Allah bagi
orang tua. Orang tua perlu menyiapkan waktu khusus untuk mengajar anak-anak. Allah
menjadi pusat bagi keluarga dan anak-anak di ajarkan tentang firman Tuhan dengan rajin dan
rutin.

Membimbing Mereka
Lukas 2:52 meyebutkan kepada kita bahwaYesus makin bertambah besar dan bertambah
hikmat-Nya,dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Yesus disebutkan makin bertambah
besar, bertambah hikmat, makin dikasihi Allah, dan manusia. Pikirkanlah sikap-sikap dan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 57


kecakapan-kecakapan yang anda ingin anak-anak anda miliki jika mereka dewasa nantinya.
Bagimana cara terbaik yang bisa anda tempuh untuk mengembangkan kecakapan dan sikap
mental anak-anak? Pikirkan juga perkembangan secara fisik. Apa yang perlu diketahui anak-
anak anda mengenai tubuh mereka agar mereka bisa memperlakukan tubuh mereka dengan
benar sebagai bait Roh Kudus? Apa yang perlu di ketahui,dialami, dilakukan anak-anak untuk
bisa bertumbuh secara rohani? Apa yang seharusnya menjadi ciri hubungan mereka dengan
Allah? Bagaimana mereka perlu berhubungan dengan orang lain,dengan orang Kristen dan
non-Kristen.

Bersaksi Bagi Mereka


Ceritakan pada anak-anak anda tentang pekerjaan Tuhan dalam hidup anda. Ceritakan kepada
mereka pada awal waktu Tuhan menyembuhkan anda, atau ketika Allah dengan ajaib
menyediakan makanan bagi Anda,saat Anda tidak mempunyai uang. Ceritakan kepada
mereka bagaimana perbuatan Tuhan selama ini kepada Anda.Maz.78:4, “kami tidak hendak
sembunyikan terhadap anak-anak mereka,tetapi kami akan menceritakan terhadap angkatan
yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib
telah di lakukan-Nya” (Maz. 78:1-7).

Mengasihi Mereka
Tunjukan kedekatan anda kepada anak-anak. Jika mereka melakukan sesuatu yang baik,
berikan pujian atau ungkapan, Bapak/Ibu mengasihi engkau, dalam perkataan dan perbuatan.
Dorong dan bimbing serta ajar mereka secara pribadi. Ada saatnya tiap orang tua meluangkan
waktu sendiri dengan setiap anaknya. Ajarkan kepada anak-anak tentang firman Tuhan dan
berdoalah dengan anak- anak. Firman Tuhan dapat memberikan hikmat kepada anak-anak
menuju pada keselamatan melalui iman dalam Yesus Kristus.

Evaluasi
1. Mengapa anak merupakan anugrah Tuhan yang berharga?
2. Sebutkan tugas-tugas orang tua terhadap anak!
3. Berikanlah contoh-contoh dalam Alkitab tentang kisah tokoh-tokoh dalam Alkitab yang
sangat bersyukur atas anak yang dianugrahkan Tuhan.

Referensi
1. Majelis Sinode GMIT. Membangun Generasi Kristen Sehat dan Cerdas Melalui 1000
Hari Pertama Kehidupan. 2015

 Sesi Keenambelas: Pendidikan Karakter Dalam Keluarga 

Tujuan: setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:


a. menjelaskan pentingnya pendidikan dalam keluarga

b. menjelasakan pentingya pendidikan formal dan nonformal dalam keluarga ;

a. menyebutkan tantangan seperti apakah yang kelak akan dihadapi anak-anak di masa
sekarang maupun yang akan datang.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 58


Gagasan Utama:
Pendidikan dan keluarga ibarat dua sisi mata uang, berharga dan saling melengkapi.
Pendidikan sendiri adalah sebuah proses seumur hidup yang tidak berjalan sendiri
melainkan ada dalam proses yang dirancang secara sadar oleh semua pihak terutama
keluarga. Tulisan ini akan menguraikan beberapa hal penting seputar pendidikan dalam
keluarga, baik tentang pentingnya kehidupan, peranan orang tua sebagai pendidik, seni
mendidik anak dan pendidikan nilai dari generasi ke generasi. Diharapkan tulisan ini
bermanfaat bagi calon pasutri.
Metode:
Materi disusun dalam bentuk ceramah akan tetapi dapat diubah dengan metode lain
tergantung kreatifitas pengajar.

Pengertian
Banyak referensi tentang arti pendidikan menurut para ahli, salah satunya pendidikan
diartikan sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar setiap orang secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Kata
pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga
pendidikan berarti proses atau cara atau perbuatan mendidik. sedangkan secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Dengan
demikian pendidikan berarti sebuah upaya mewariskan pengetahuan, ketrampilan serta nilai-
nilai hidup dari generasi sebelum kepada generasi penerus dengan melibatkan banyak pihak
mulai dari masyarakat, pemerintah, lembaga agama, lembaga pendidikan dan keluarga.

Pendidikan Bagi Kehidupan


Pendidikan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lewat pendidikan manusia memperoleh
pengetahuan dan menjadikan pengetahuan itu sebagai penunjang hidupnya termasuk
mewujudkan harapan atau cita-citanya. Pendidikan meliputi pendidikan informal (melalui
kelaurga), pendidikan formal (jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang) maupun
pendidikan non formal (melalui kursus, pelatihan-pelatihan dan praktek kerajinan lainnya).

Keluarga Sebagai Wadah Pendidikan


Sejak semula keluarga menjadi lembaga pendidikan pertama bagi manusia. Dalam
keluargalah setiap orang lahir, betumbuh, berinteraksi dan saling mempengaruhi. Karena itu
keluarga sebagai wadah pendidikan, menjadi tempat dimana anak menyerap banyak sekali
pengetahuan melalui inderanya. Apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dalam interaksi
setiap saat. Pengetahuan ini akan turut membentuk karakter anak. Dalam kesadaran demikian
penting bagi orang tua menciptakan suasana aman dan nyaman bagi tempat bertumbuh dan
belajar tentang nilai-nilai kehidupan.

Orang Tua Sebagai Pendidik


Dalam hal pendidikan bagi anak, tidak ada orang yang lebih bertanggung jawab daripada
orang tua. Merujuk pada Alkitab, firman Tuhan berkali-kali menekankan tentang kewajiban
orang tua dalam mendidik anak-anak. Penulis Amsal berkata “didiklah anakmu, maka ia akan
memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”. Alkitab juga

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 59


bersaksi tentang bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka hingga tampil
menjadi orang-orang luar biasa pada zamannya. beberapa diantaranya adalah:
Musa (bnd. Kel. 2:1-10): Dipastikan ibu yang menyusui Musa adalah ibunya sendiri maka
sudah barang tentu ia menggunakan kesempatan itu untuk mendidik Musa dengan sangat
baik. Alktiab berkisah bagaimana Tuhan memilih Musa tampil menjadi pemimpin bangsa itu
untuk keluar dari rumah perbudakan mesir tentu bukan kebetulan melainkan ia memang telah
dididik menjadi anak yang kuat, tangguh laksana pemimpin yang berjiwa luhur.
Obaja: Dalam 1 Raja-raja 18:12, dengan tegas Obaja berkata “... padahal hambamu ini dari
sejak kecil takut akan Tuhan”. Inilah kesimpulan obaja tentang pilihan untuk menghormati
Nabi Tuhan. Padahal sebagai seorang dengan kedudukan tinggi sangat mungkin ia
menggunakan kuasanya dengan sewenang-wenang untuk membunuh nabi-nabi Tuhan tetapi
ia tidak melakukannya sebagai cerminan didikan yang ia terima sejak kecil.
Yesus: Tidak ada tokoh yang lebih besar dari Yesus dalam segala keteladanan-Nya. Sudah
barang tentu peran Yusuf dan Maria dalam mendidik Yesus tidak diragukan lagi. Sepanjang
hidup Yesus, Maria selalu setia ada didekat-Nya, melihat dan menyaksikan perkara-perkara
besar yang dilakukan Yesus, sekaligus menyaksikan bagaimana penggenapan karya
keselamatan yang diwujudkan dalam penderitaan dan kematian anaknya itu. Bisa jadi didikan
Yusuf dan Maria yang luar biasa itu, Yesus tumbuh menjadi anak laki-laki yang sangat
bertanggung jawab atas hidup keluarganya, bisa dilihat pada masa menjelang kematian-Nya,
sebagai seorang anak laki-laki sulung yang lahir dari rahim Maria, ibu-Nya, Yesus merasa
turut bertanggung jawab atas kelanjutan hidup ibu-Nya, karena itu dalam Ia mendelegasikan
tanggung jawab atas hidup ibu-Nya kepada murid-muridNya (Yohanes 19:25-27). Sungguh
Yesus adalah anak yang bertanggung jawab.

Seni Mendidik Dalam Keluarga


Ibarat membuat menu makan yang membutuhkan resep demikian juga cara mendidik anak
membutuhkan seni (cara) sebagai upaya menjembatani pengetahuan dan pengalaman orang
tua dengan kotenks hidup anak di zaman yang berbeda. Beberapa catatan di bawah ini semoga
bermanfaat bagi calon pasutri kelak memainkan peran sebagai orang tua.

Mendidik Demi Tujuan


Tidak dapat disangkal bahwa kualitas hidup seseorang adalah produk masa kecil. Karena itu
jika kelak calon pasutri diberkati Tuhan dengan kelahiran anak-anak, patutlah disadari bahwa
sekecil apapun bentuk dan pola didikan akan membetuk karakter anak. Memang tidak ada
orang tua yang sempurna, tetapi sebagai orang tua kita mesti mendidik anak-anak kita demi
tujuan yang mulia bahwa mereka menjadi anak-anak yang hidup takut akan Tuhan. Menjadi
anak-anak dengan karakter dan nilai-nilai hidup yang mulia dan berguna bagi diri mereka dan
sesama.

Mendidik Sejak Kecil


Didiklah anakmu sejak kecil dan dengan hal-hal kecil. Karena itu jika ditanya usia berapa
anak mulai diajar? Jawabannya dari sejak kecil. Beberapa teks Alkitab memberi isyarat
bagaimana pengaruh didikan sejak kecil entah jahat atau baik, misalnya dalam Kej 8:21
dikisahkan setelah persitiwa air bah surut, Nuh mempersembahkan korban bakaran kepada
Tuhan, ketika mencium aroma persembahan itu, Tuhan berkata “...sekalipun yang
ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya...”. Dalam 1 Raja-raja 18:12, Obaja

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 60


menegaskan bahwa sejak kecil Ia takut akan Tuhan”. Demikian kesaksian Rasul Paulus
tentang Timotius sebagai orang percaya yang telah dididik menurut kebenaran firman Tuhan
dan bertumbuh dalam pengenalan kepada Yesus (bnd 2 Timotius 3:15).Jelaslah bahwa orang
tua harus bersegera mendidik anak sejak kecil. Ibarat berlomba dengan waktu, setiap hari
adalah kesempatan untuk mendidik sebab terlambat sedikit saja akibatnya bisa fatal.

Pendidikan Pembiasaan
Dalam pendidikan penting yang namanya konsistensi artinya sesuatu yang telah ditetapkan
sebagai nilai yang berlaku dalam keluarga yang mesti diikuti oleh semua angota keluarga tak
terkecuali. Demikian juga dalam pendidikan dikenal istilah dipaksa, terpaksa, bisa, biasa,
kebiasaan. Seorang anak pasti tidak menyukai ketentuan/ peraturan yang dianggap menekan
dan mengekang kebebasan dan keinginannya, tetapi karena secara konsistensi dipaksa untuk
melakukan, maka ia bisa saja melakukannya karena merasa terpaksa tetapi hal ini tidak
masalah, sebab inilah sebuah proses menjadi.Semakin lama, anak ia akan bisa melakukannya
kemudian menjadi terbiasa hingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Misalnya; berdoa
sebelum makan, berdoa sebelum tidur, merapikan tempat tidur saat bangun dan masih banyak
contoh lain. Prinsipnya adalah bentuk pendidikan yang baik haruslah bermuara menjadi
sebuah kebiasaan.

Mendidik Dengan Teladan


Tidak ada rumus mendidik yang lebih hebat daripada memberi teladan. Tanpa teladan,
nasehat orang tua ibarat iklan televisi hanya janji manis yang kelihatannya asli padahal palsu.
Karena itu dalam pertumbuhan anak-anak kita mungkin akan melupakan kata-kata kita tetapi
mereka tidak akan lupa bagaimana teladan kita.

Sepaham dan Sepakat


Mengapa mendidik dalam keluarga itu butuh seni? Sebab ada banyak faktor yang turut
mempengaruhi proses dari pendidikan itu sendiri terutama jika pendidikan oleh orang tua
yang lengkap, bapa dan mama dibutuhkan yang namanya sepaham dan sepakat. Yang mana
orang tua perlu menyatukan pemahaman bersama dan sejumlah kesepakatan dalam mendidik
anak sehingga anak tidak bingung. Sepaham dan sepakat terutama tentang apa yang boleh dan
yang tidak boleh dibuat oleh anak, apa yang bisa ditolerir dan apa yang tidak bisa ditolerir,
misalnya: sering ada perbedaan pendapat tentang penggunaan gadget. Bagi bapak, anak boleh
bermain kapan saja karena kebutuhan zaman, akan tetapi menurut ibu, anak belum butuh,
belum waktunya diperkenalkan dengan gadget. Perbedaan pendapat ini akan membuat anak
mengalami kebingungngan, harus mengukiti bapak atau ibu. Karena itu sekali lagi apapun
peraturan yang berlaku dalam rumah dengan tujuan mendidik anak perlu pertama-tama ada
pemahaman bersama dan kesepakatan dari bapak dan ibu.

Hukuman Yang Berbuah Kebaikan


Sering orang berkata bahwa hukuman adalah bentuk kekerasan terhadap anak, padahal
hukuman hakikatnya adalah tindakan menolong anak supaya tidak mengulangi perbuatannya
lagi. Bukankah karena sayang makanya kita marah, atau sebaliknya kita marah karena kita
merasa sayang. Akan tetapi catatan penting dari hukuman adalah bukan kekerasan secara
fisik dan psikis secara membabi buta, melainkan dengan kesepakatan bersama misalnya

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 61


mengurangi uang jajan, berdiri di salah satu sudut rumah dengan waktu yang disepakati
(misalnya 5 menit). Hukuman di sini tidak dimaksudkan untuk menyiksa atau
mempermalukan anak melainkan menolong anak memperbaiki kesalahannya agar tidak
terulang kembali.

Orang Tua Ibarat Busur Dalam Tangan Tuhan


Seni mendidik yang tidak boleh disepelekan adalah orang tua mesti memposisikan diri
sebagai alat dalam tangan Tuhan. Ingatlah mereka memang anak kita tetapi mereka bukan
milik kita seutuhnya. Pada bagian ini saya mengutip sebuah tulisan Kahlil Gibran tentang
peran orang tua sebagai busur semoga menolong kita dalam memposisikan diri sebagai
pendidik.

Anakmu Sebenarnya Bukan Milikmu


Mereka adalah anak Sang Hidup yang mendambakan hidup mereka sendiri. Mereka memang
datang melalui kamu tetapi mereka bukan milikmu.
Engkau bisa memberi kasih sayang, tetapi engkau tidak bisa memberikan pendirianmu, sebab
mereka memiliki pendirian sendiri.
Engkau dapat memberikan tempat pijak bagi raganya, tetapi tidak untuk jiwanya, sebab jiwa
mereka ada di masa depan yang tidak bisa engkau capai sekalipun dalam mimpi.
Engkau boleh berusaha mengikuti alam mereka, tapi jangan harap mereka dapat mengikuti
alammu, sebab hidup tidaklah surut ke belakang, tidak pula tertambat ke masa lalu.
Engkau adalah busur dari mana bagai anak panah, kehidupan anakmu melesat ke masa depan.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian. Dia merentangmu dengan kekuasaan-
Nya, hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah, sebab Dia mengasihi anak
panah yang melesat laksana kilat, sebagaimana pula dikasihinya busur yang mantap.

Pendidikan Nilai, Dari Generasi Ke Generasi


Sebagaimana telah diuraikan diawal bahwa pendidikan adalah sebuah upaya mewariskan
pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai hidup dari generasi sebelum kepada generasi
penerus. Pendidikan nilai itu menjadi modal sekalis model bagi tatanan hidup setiap orang.
a. Pendidikan karakter
Karakter diartikan sebagai tabiat atau kepribadian. Karakter meliputi: percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, mandiri, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah,
pemaaf, berhati lembut, setia, tanggung jawab, bekerja keras, ulet, teliti, berpikir positif,
inisiatif, disiplin, ramah, sportif, tabah, sopan, terbuka dan tertib. Bahkan masih banyak hal
positif sebagai cakupan pendidikan karakter, seperti kemampuan mengenal diri,
memahami orang lain, menghadapi kesulitan, bijak, menghargai waktu, berjiwa besar dan
yang paling utama adalah hidup takut akan Tuhan. Karena itu pendidikan karakter atau
pendidikan nilai adalah upaya membentuk integritas anak menurut kehendak Tuhan dan
mencakup totalitas hidup manusia.Pendidikan karakter atau pendidikan nilai dapat lakukan
melalui nasehat dan teladan. Orang tua perlu menasehati anak setiap mereka melakukan
keselahan tetapi jauh lebih berwibawa teladan orang tua dalam seluruh aktivitas hidup
mereka. Pendidikan karakter melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana yang berulang-ulang
kali disampaikan, diingatkan dan ditunjukan kepada anak, misalnya:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 62


Pertama, Dalam hal sopan santun, bisa diajarkan dengan cara tidak memotong
pembicaraan orang; melihat wajah orang saat berbicara atau bertegur sapa; mengucapkan
kata “permisi” saat lewat di depan orang; bertegur sapa saat bertemu atau melewati rumah
tetangga; tidak bicara saat makan dll.
Kedua, Dalam hal tanggung jawab bisa diajarkan dengan cara: memberi tugas dalam
rumah yang mesti dikerjakan, seperti menyimpan tempat tidur saat bangun, cuci piring
setelah makan.
Ketiga, Belajar menerapkan sikap adil dengan cara bersedia berbagi makanan dengan
orang serumah.

Anak Belajar Dari Kehidupannya


Bila seorang anak hidup dengan kritik,Ia belajar untuk menyalahkan.
Bila seorang anak hidup dengan rasa benci,Ia belajar bagaimana berkelahi.
Bila seorang anak hidup dengan ejekan,Ia belajar menjadi pemalu.
Bila seorang anak hidup dengan rasa malu,Ia belajar merasa bersalah.
Bila seorang anak hidup dengan toleransi,Ia belajar menjadi sabar.
Bila seorang anak hidup dengan semangat,Ia belajar kepercayaan diri.
Bila seorang anak hidup dengan pujian,Ia belajar untuk menghargai.
Bila seorang anak hidup dengan rasa adil,Ia belajar tentang keadilan.
Bila seorang hidup dengan rasa aman,Ia belajar memiliki iman.
Bila seorang anak hidup dengan persetujuan,Ia belajar menyukai dirinya sendiri.
Bila seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan,
Ia belajar mencari cinta dalam dunia.
– Dorothy Law Nolte –

b. Pendidikan Seks
Pendidikan seks bagi anak adalah salah satu menjadi tanggung jawab orang tua.
Pendidikan seks bagi anak-anak sering diabaikan karena orang tua merasa belum perlu,
tabu atau justeru orang tua sendiri canggung untuk terlibat secara sadar dalam pendidikan
seks bagi anak-anak. Pendidikan seks dapat dilakukan sejak dini, bisa pada usia 3-4 tahun
saat rasa ingin tahu pada anak mulai tampak. Pendidikan seks-pun bisa dengan cara yang
sederhana, misalnya saat memandikan anak, anak diberi kesempatan untuk menyebut
setiap anggota tubuhnya termasuk alat kelaminnya (penis, vagina). Kemudian dilanjutkan
dengan menjelaskan bahwa salah satu cara membedakan laki-laki dan perempuan adalah
alat kelamin mereka. Penis sebagai identitas laki-laki dan vagina sebagai identitas
perempuan. Semua itu adalah anugerah Tuhan bagi laki-laki dan perempuan. Pendidikan
seks sejak dini akan membantu anak tahu tentang identitasnya sebagai laki-laki dan
perempuan. Pengetahuan itu sekaligus menolong anak dalam proses mengidentifikasi
dirinya sebagai Laki-laki dengan melihat figur bapak dan perempuan dengan melihat figur
ibu.

c. Pendidikan Rohani
Pendidikan rohani adalah bentuk pendidikan yang menekankan pada pertumbuhan iman
semua anggota keluarga baik orang tua maupun anak. Pendidikan rohani dapat diterapkan
melalui doa bersama atau membaca Alktiab dalam kesempatan ibadah bersama sesuai

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 63


kesepakatan. Ibadah dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan malam, atau sekali
seminggu misalnya diakhir minggu. Pendidikan rohani bukan sekedar pendidikan karakter
melainkan pengenalan akan Allah Tritunggal. Keluarga bukan hanya belajar tentang dan
belajar percaya kepada Tuhan melainkan belajar mempercayakan hidup seutuhnya dalam
tangan Tuhan. Apalagi menghadapi perkembangan zaman dimana teknologiibarat“tuhan”
bagi sebagian orang, maka sepatutnya setiap keluarga termasuk orang tua dan anak perlu
terus belajar betumbuh dalam pengenalan akan Allah Tritunggal. Sebab hidup bukan saja
tentang masa kini dan masa depan melainkan masa sesudah jasad kita melebur kembali
menjadi tanah.

Evaluasi:

1. jelaskan pentingnya pendidikan dalam keluarga


2. jelasakan pentingya pendidikan formal dan nonformal dalam keluarga ;
3. sebutkan tantangan seperti apakah yang kelak akan dihadapi anak-anak di masa
sekarang maupun yang akan datang.

Referensi

1. Ismail, Andar, Selamat Ribut Rukun (33 renungan tentang keluarga), Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
2. Andar Ismail, Selamat Menabur (33 renungan tentang didik mendidik), Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
3. Dr. Zubaeda, Pendidikan karakter (konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan),
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 Sesi Ketujuhbelas: Teladan Pendidikan Orang Tua 

Tujuan: setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:


c. menjelaskan apa teladan yang didapat dari kisah hidup Timotius; Hofni dan Pinehas
d. menyebutkan siapakah pendidik/pengajar iman yang utama bagi anak-anak dalam
keluarga;
e. menyebutkan tantangan seperti apakah yang kelak akan dihadapi anak-anak di masa
sekarang maupun yang akan datang.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 64


Gagasan Utama:
Pelajaran ini menegaskan bahwa melalui kisah dan teladan hidup Timotius di dapati bahwa
orang tualah yang harus menjadi pendidik yang utama bagi perkembangan iman anak-anak.
Karena kelak anak-anak akan mendapat tantangan yang serius dalam mempertahankan
iman dan ajaran Tuhan dalam kehidupan mereka kelak.
Metode:
Ceramah dan Diskusi/Sharing Pengalaman

Pengantar

Pada materi ini akan diangkat dua contoh model orang tua mendidik anak-anak mereka
dengan dua model yang berbeda dan menghasilkan anak-anak dengan karakter iman yang
berbeda pula. Yang pertama ialah : Imam Eli yang mendidik anak-anaknya, Hofni dan
Pinehas dan yang kedua ialah Ibu dan nenek Timotius, yang mendidik Timotius . Juga pada
materi ini akan diberi landasan teologis tentang peran para Bapak sebagai pengajar dalam
keluarga dan Mesbah keluarga yang menjadi salah satu bentuk penanaman iman kristen dalam
keluarga

Imam Eli

Dari Kisah imam Eli seperti yang terdapat dalam I Samuel 2:11-36 kita melihat bahwa
imam Eli rupanya tidak memberikan ajaran yang kuat kepada anak-anaknya, Hofni dan
Pinehas. Alkitab menyebut mereka sebagai anak-anak dursila, tidak mengindahkan Tuhan dan
batas-batas tugas mereka sebagai imam (2:12). Di ayat-ayat selanjutnya menceritakan
bagaimana mereka memperlakukan daging korban persembahan umat yang mereka
perlakukan semaunya, dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di
hadapan Tuhan, sebab mereka memandang rendah korban untuk Tuhan. (2:13-17). Lagi pula
dosa mereka bukan hanya menghina korban bakaran tapi juga mencemarkan diri mereka
perbuatan sex tidak senonoh, yaitu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di
depan pintu Kemah Pertemuan (ayat 21).
Rupanya imam Eli tidak cukup kuat mendid anak-anaknya. Bahkan ketika ia mendengar
perbuatan jahat anak-anaknya, di usianya yang telah sangat tua ia hanya mengeluh dan
meratapi perbuatan anak-anaknya tanpa mengambil tindakan tegas (ayat 22-25). Imam Eli
sudah terlambat untuk meluruskan perilaku anak-anaknya. Mestinya sedari kecillah mereka
dididik dengan tegas dan keras. Hofni dan Pinehas gagal menjadi imam yang baik bagi umat
Israel karena bapak mereka sekalipun berhasil menjadi imam bagi umat, namun sebagai
bapak, ia gagal mendidik anak-anaknya.
Para calon orang tua dapat mengambil pelajaran dari kisah imam Eli. Bahwa sekalipun
mestinya imam Eli memiliki kemampuan mendidik anak-anaknya, karena sebagai imam ia
mestinya lebih mampu mendidik dan mempersiapkan anak-anaknya menjadi imam. Pada ayat
27-36, menunjukkan bahwa ternyata imam Eli tidak memberikan teladan yang baik bagi anak-
anaknya dan oleh karena itu Allah menghukumnya, menghukum anak-anaknya. Ajaran,
didikan dan teladan yang salah baik bagi anak-anak adalah factor-faktor kegagalan mendidik
anak.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 65


Makna Bapak Sebagai Pengajar

Tugas mendidik anak memang harus dilakukan orang tua dalam hal ini bapak dan ibu
bersama-sama, namun dalam bagian ini kita akan melihat lebih dalam tentang tugas bapak
dalam mendidik anak-anaknya berdasarkan surat Paulus kepada jemaat Efesus, Efesus pasal
6.
Pertama, pada ayat ini tampaknya bapak mendapat tugas untuk pembinaan spiritualitas
anak-anak dipercayakan kepada bapak (6:4b). Kata “bapa-bapa” menunjukkan konsep
teologis dan kebiasaan pada waktu itu: tanggung-jawab utama pembinaan spiritualitas anak
ada di tangan para bapak. Tugas para bapak mencari nafkah tidak boleh menjadi alasan untuk
mengabaikan tugas mendidik anak-anaknya. Tanpa memandang tingkat pendidikan, ekonomi
dan, latarbelakang bapak, bapak harus serius memperhatikan kerohanian anak-anak,
memastikan terciptanya suasana rohani di dalam rumah, memantau disiplin rohani anak-anak
dan memberikan teladan positif yang konkrit dalam perkataan dan tindakan.
Namun pada jaman sekarang ini oleh karena berbagai situasi tekanan ekonomi sehingga
para bapak lebih banyak memakai waktunya untuk bekerja mencari nafkah, maka pada
umunya ibu/mamalah yang menjadi pendidik utama spiritualitas anak di rumah. Sekalipun
banyak juga kesibukan pada ibu baik yang bekerja di ruang public maupun di ruang domestic.
Rupa-rupanya ibulah yang pada umumnya lebih memainkan peranan penting dalam
pendidikan spiritualitas. Situasi seperti ini tidak boleh menjadi alasan bagi para bapak untuk
mengabaikan tugas mulianya bagi anak-anaknya.
Kedua, seorang bapak tidak boleh menyalahgunakan otoritasnya (6:4a). Ada perintah
larangan: “jangan bangkitkan amarah dalam hati anak-anakmu”. Larangan ini bahkan
diletakkan di bagian awal sebelum perintah “didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat
Tuhan”. Larangan ini memang ada hubungannya dengan hukum patria potestas yang berlaku
di zaman itu. Menurut hukum ini, seorang bapak mengontrol dan pemilik semua barang dan
orang yang berlindung di bawah atapnya. Di tengah situasi ini, penyalahgunaan kuasa dengan
mudah dapat terjadi. Paulus tentu saja tidak melarang bapak untuk memarahi anak-anak
mereka. Namun Paulus meminta para bapak untuk berhati-hati jika mendidik anak-anak agar
tidak menimbulkan kesedihan dalam diri anak. Dalam situasi tertentu kemarahan memang
diperlukan. Disiplin dan ganjaran kadang tidak enak bagi anak-anak, namun disiplin dan
ajaran adalah bentuk cinta kasih orang tua kepada anak (bdk. Ibr 12:11). Akan tetapi
terkadang tindakan seorang bapak keliru/berlebihan dalam memberikan didikan, ajaran,
disiplin bagi anak-anak. Oleh karena itu seorang bapak harus mendidik dengan penuh kasih,
Kasih harus menjadi dasar dalam proses pendidikan rohani anak-anak. Mengasihi anak bukan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 66


berarti memanjakan, menuruti semua kehendak anaknya, tetapi memberi ajaran, asuhan dan
bimbingan yang terbaik bagi pengembangan kehiduan anak kelak, mengasihi harus bersamaan
dengan mendisiplinkan anak. .

Eunike dan Lois


Siapakah mereka ini? Mereka adalah dua perempuan hebat yang berhasil mendidik dan
memberi teladan bagi Timotius, anak dan cucu mereka. Neneknya Lois dan ibunya Eunike
bekerja sama dalam mendidik Timotus. Bapaknya adalah seorang non Yahudi dan bukan
orang yang beriman (Kis 16:1). Lois dan Eunike telah mendidik dan mengajar Timotius
mengenal dan belajar Firman Tuhan sejak Timotius keci. Dan tentunya, teladan yang baik
mereka tunjukkan kepada Timotius. Sehingga Timotius bertumbuh menjadi anak yang dekat
dengan Tuhan. Bahkan pada akhirnya cara hidup Timotius yang prima telah menarik Paulus
untuk mengangkat Timotius menjadi anak rohaninya, menjadi kawan sekerja dalam
mengabarkan Injil Tuhan, dalam merawat jemaat-jemaat Kristen di kota-kota Asia kecil pada
waktu itu u Tentu saja Lois dan Eunike melakukan pengajaran, pendidikan dan pengasuhan
kepada Timotius bukan dengan cara-cara yang mudah. Dibutuhkan kesungguhan, konsistensi,
ketangguhan mendidik anak di masa itu. Masa dimana begitu banyak ajaran dan teologi yang
berkembang pada saat itu yang jauh dari ajaran Kristen, seperti filsafat Yunani, aliran gnostik,
ajaran multi dewa dan lain sebagainya. Kesulitan lain adalah penderitaan dan penganiayaan
yang sedang dialami oleh orang-orang Kristen. Tidak kuat dalam menghadapi penhaniayaan
dan penderitaan bisa saja membuat orang-orang krissten meninggalkan imannya kepada
Tuhan Yesus. Namun rupanya Lois dan Eunike berhasil menghadapi semua itu. Sehingga
terbentuklah Timotius yang bersama dengan Paulus memberitakan Injil Tuhan dan penjaga
gereja mula-mula.
Adalah tugas orang tua untuk mengajarkan Alkitab pada seluruh anggota keluarga.
Menyerahkan tugas ini sepenuhnya pada gereja dan sekolah Kristen adalah kekeliruan.
Sebuah upaya menggeser tanggung-jawab yang tidak bertanggung-jawab. Orang tua yang
tidak mau berjerih lelah bagi pendidikan rohani anak-anak kelak mereka akan membayar
harga lebih mahal di kemudian hari untuk kesalahan dan kegagalan anak-anak mereka.

Mesbah Keluarga
Salah satu upaya yang paling kuat untuk mendidik dan membangun iman anak adalah
dengan memberi teladan. Teladan dapat dimulai dengan membuat ‘kebiasaan’ yang pada
akhirnya menjadi tradisi keluarga yaitu ‘mesbah keluarga’. Mesbah keluarga adalah upaya
bersungguh-sungguh menanamkan iman Kristen kepada anak-anak dan seisi rumah. Dapat
dimulai dengan orang tua menetapkan bahwa ibadah keluarga diadakan setiap hari bagi
seluruh anggota keluarga. Bisa ditetapkan untuk mengadakan ibadah ini pada waktu pagi
ataun malam hari. Setiap anggota keluarga wajib menghadirinya.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 67


Mesbah keluarga menjadi kesempatan bagi seluruh anggota keluarga untuk masuk dalam
persekutuan dengan Tuhan dalam puji-pujian, doa dan pembacaan serta perenungan firman
Tuhan. Ini merupakan salah satu kesempatan penting bagi orang tua untuk menanamkan iman
Kristen kepada anak-anak, menasehatkan dan memberi penguatan akan apapun yang sedang
dihadapi keluarga berdasarkan firman Tuhan, misalnya ada seorang anak yang akan ujian di
sekolah, tes masuk pekerjaan, anggota keluarga yang sakit dan lain-lain. Pada kesempatan ini
juga anak-anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang firman Tuhan
atau tentang apapun yang dihadapi di sekolah, pertemanan, pergaulan, uneg-uneg mereka,
sehingga terjalin kedekatam antar anggota keluarga, antar orang tua dan anak dan antar kaka
beradik. Dalam mesbah keluarga anak-anak juga belajar untuk saling mendoakan dan saling
ber-empati dalamk doa syafaat, juga dengan orang-orang yang sedang mengalami bencana di
berbagai-bagai tempat.
Mesbah keluarga juga menjadi kesempatan bagi orang tua untuk memperkenalkan lagu-
lagu pujian kepada anak-anak. Sehingga anak-anak belajar untuk mengenal puji-pujian
Kristen se dini mungkin. Dalam mesbah keluarga anak-anak juga diajarkan untuk berdisiplin
dalam peribadatan, tekun dalam setiap ibadat yang akan mereka ikuti, baik di gereja, di rumah
maupun di tempat-tempat lain ketika ibadat sedang diselenggarakan.

Penutup
Apakah sebagai calon orang tua, anda akan mengutamakan kebenaran Allah daripada
kenyamanan keluarga? Pasangan diberi kesempatan untuk berdoa bersama dan akan ditutup
dengan doa bersama bagi semua oleh pengajar.

Evaluasi:

1. mendiskusikan apa teladan yang didapat dari kisah hidup Timotius; Hofni dan Pinehas
2. menyebutkan siapakah pendidik/pengajar iman yang utama bagi anak-anak dalam
keluarga;
3. menyebutkan tantangan seperti apakah yang kelak akan dihadapi anak-anak di masa
sekarang maupun yang akan datang.

Referensi :

Alkitab TB-LAI

 Sesi Delapan belas: Mengapa Anakku Lahir Disabilitas? 

Tujuan : Setelah sesi ini peserta mampu:


1. menjelaskan apa arti diciptakan menurut gambar dan rupa Allah
2. mendiskusikan peran orang tua bagi anak dengan disabilitas

Metode: ceramah, sharing

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 68


Materi

Pengantar
Ketika telah memasuki pernikahan, setiap pasangan tentu berharap akan memiliki anak-anak
yang sehat. Tetapi, bagaimana jika ternyata Tuhan mempercayakan anak dengan kondisi
disabilitas? Bagaimana seharusnya sikap iman dan sikap hidup para orangtua dan pola asuh
yang bertanggung-jawab?
Kondisi disabilitas bukan alasan untuk menjadi rendah diri dan dijadikan obyek belas
kasihan. Nick Vujivic yang tidak memiliki tangan dan kaki tetapi mampu menjadi motivator
bagi banyak orang. Tahun 2018 yang lalu pun kita menyaksikan Asian Para Games yang
diselenggarakan di Indonesia, dan diikuti oleh 3000an atlet dari 43 negara. Betapa
mengagumkan para atlit yang tidak kalah dari atlit biasa lainnya. Dan masih ada banyak
tokoh terkenal walaupun memiliki keterbatasan fisik, namun memberikan kontribusi besar
bagi pekerjaan Allah di dunia.
Belajar dari pengalaman banyak penyandang disabilitas, para orangtua dapat menemukan
sikap iman dan sikap hidup serta pola pengasuhan yang bertanggung-jawab bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak-anak yang dipercayakan Tuhan secara khusus, sehingga melalui
keluarga, Tuhan dipermuliakan.

Perjanjian Lama

Kitab Kejadian 1:26 “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, maka
diciptakan-Nya manusia menurut gambar dan rupa-nya”. Ayat ini dengan tegas menyatakan
bahwa setiap manusia diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah yang sempurna. Tidak ada
ciptaan Tuhan yang salah/cacat/buruk dan tidak sempurna. Karena arti diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah adalah manusia mempunyai ‘image’/gambar Allah, gambar Allah
yang bekerja, Allah yang mencipta dan memelihara ciptaan-Nya, Allah yang berbelas kasih,
Allah yang mengampuni. Diciptakan menurut Gambar Allah bukan dari hal fisik, misalnya
Allah yang mempunyai ‘penampilan fisik’ wajah, warna kulit, bentuk rambut, bukan berarti
yang tidak lengkap fisiknya, tidak diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Diciptakan
menurut gambar dan Rupa Allah berarti diciptakan seturut ‘image’ atau karakter Allah baik
dengan tubuh yang lengkap ataupun dengan keterbatasan anggota tubuh. Sepanjang manusia
ciptaan Allah menampilkan karakter dan image Allah yaitu bekerja, mencipta dan merawat
ciptaan, mengampuni, mengasihi, maka manusia itu ‘sempurna’ karena ia seturut gambar dan
rupa Allah. Keterbatasan anggota tubuh tidak mengurangi nilai seturut gambar dan rupa
Allah.

Perjanjian Baru
“Hai, anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” (Mrk. 2:5; bnd. Yoh. 9). Ini adalah kalimat yang
diucapkan oleh Yesus ketika menyembuhkan seorang yang lumpuh. Akan tetapi perkataan
dan tindakan penyembuhan tersebut mendapatkan reaksi negatif dari orang Farisi. Mengapa
orang Farisi menentang Yesus? Pada zaman itu, keterbatasan fisik diindentikkan dengan dosa
atau hukuman atas dosa. Orang yang lahir dengan kondisi fisik berbeda (cacat) dihubungkan
dengan dosa orangtuanya. Sedangkan orang yang mengalami kecacatan setelah lahir
dihubungkan dengan dosa orang itu sendiri. Karena itu mereka tidak perlu dikasihani karena

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 69


mereka menuai apa yang mereka sendiri telah tabur. Dengan kata lain, menurut orang Farisi,
sudah sepantasnya mereka menderita. Perkataan Yesus yang menyatakan pengampunan dosa
ditentang keras oleh orang Farisi, karena mereka meyakini bahwa pengampunan hanya
berlaku bagi orang yang hidup suci dan berupaya menaati hukum Taurat dengan setia,
sementara si lumpuh tanpa berusaha apa-apa diberikan pengampunan oleh Yesus. Hal itu
tidak dapat diterima.
Pengampunan telah diberikan oleh Tuhan Yesus dan berlaku bagi setiap orang yang
kepada-Nya Ia berkenan. Si lumpuh mendapatkan apa yang paling ia butuhkan, yakni
pengampunan dosa. Hal ini memberikan refleksi bahwa kondisi fisik yang sempurna tidak
lebih penting dari keselamatan yang kita terima berdasarkan pengampunan dosa yang
dikaruniakan oleh Tuhan Yesus. Keselamatan melalui pengampunan dosa itulah kebutuhan
utama setiap orang percaya, baik yang memiliki tubuh sempurna maupun yang tidak.
Rasul Paulus dalam refleksinya berkata, “atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,-
dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri?” (1Kor. 6:19). Apapun keadaan tubuh kita, kita
bertanggung-jawab merawatnya, tidak boleh mencemarinya dengan dosa, karena tubuh kita
adalah tempat Roh Kudus berada. Rasul Paulus menambahkan pula, “Sebab kamu telah dibeli
dan harganya telah lunas dibayar: karena itu mulikanlah Allah dengan tubuhmu” (1Kor. 6:20).
Dalam keadaan apapun kita harus menjaga dan merawatnya dalam kekudusan guna
melakukan pekerjaan baik yang memuliakan Allah. Melalui tubuh yang dijaga dan dipakai
dengan benar, Allah dipermuliakan. Apapun keadaan tubuh kita, sama-sama berharga karena
Roh Allah berkenan berdiam di dalamnya, Roh Allah memampukan setiap orang, dengan
kondisi tubuh bagaimana pun untuk mempermuliakan Allah dan menikmati keselamatan.

Peran Para Orangtua


Para orangtua yang dipercayakan anak-anak berkebutuhan khusus dipanggil untuk
menyatakan kemuliaan Allah melalui anak-anak mereka, dengan cara mengasihi dan
menghargai anak-anak tersebut. Mengasihi berarti menerima anak-anak mereka apa adanya.
Menghargai berarti menolak untuk membiarkan mereka tetap apa adanya.

Atas nama kasih, ada sebagian orangtua yang memanjakan dan memberikan perlakuan khusus
bagi anak-anak mereka secara berlebihan. Mereka menempatkan anak-anak mereka pada
posisi korban yang tak berdaya dan selalu harus diterima apa adanya. Sikap ini dapat
membuat anak diposisikan sebagai obyek dan justru membiarkan anak tetap rendah diri
karena keterbatasannya. Anak dalam kondisi disabilitas pun sesungguhnya memiliki
kemampuan untuk berkontribusi bagi pekerjaan Allah, sebagaimana yang terjadi pada banyak
orang yang berhasil dan dikenal oleh dunia.
Namun ada juga orang tua yang merasa bahwa anak disabilitas dalam keluarga adalah hal
yang ‘memalukan’, orang tua merasa bahwa anak dengan disabilitas sebagai beban, sebagai
tanda kutu dari Tuhan. Sehingga anak-anak ini harus disembunyikan, diasingkan atau
‘diungsikan’. Orang tua lalu mulai mencari akar dosa, dosa siapakah ini, orang tua atau opa

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 70


oma atau nenek moyang, dosa apa yang telah mereka lakukan. Dalam injil Yohanes 9:1-40,
terhadap kisah penyembuhan Tuhan kepada orang yang buta sejak lahirnya, Tuhan Yesus
menjawab pertanyaan murid-murid-Nya, ayat 2: “dosa siapakah orang itu sendiri atau dosa
orang tuanya”, dengan menegaskan bahwa itu bukanlah dosa siapa-siapa, bukan dosa orang
buta itu atau dosa orang tuanya. Karena pada jaman Yesus, kecacatan tubuh, penyakit
seringkali dianggap sebagai hukuman Tuhan terhadap dosa yang dilakukan oleh orang
tersebut atau karena orang tuanya. Sehingga jika mereka yang sakit/cacat ingin disembuhkan
maka mereka terlebih dahulu harus mengaku dosa-dosa mereka. Jawaban Tuhan ialah: “
bukan dia dan juga bukan orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus
dinyatakan di dalam dia”.
Dari kisah ini, jelaslah bahwa ketika kepada orang tua dipercayakan anak-anak disabilitas
baik sejak lahir maupun karena sakit atau kecelakaan, maka orang tua tidak perlu mencari-cari
dosa siapakah ini/dosa apa yang telah kami perbuat, melainkan orang tua harus percaya
bahwa melalui orang tua pekerjaan Allah harus dinyatakan.

Sikap yang benar seyogianya adalah memberikan tantangan dan bimbingan agar mereka
mampu optimal di tengah keterbatasan mereka. Sedapat mungkin mereka menjalani
kehidupan yang sama dengan orang lain, termasuk pendidikan dan relasi, dengan segala
tantangan yang ada. Orangtua hendaknya mengajarkan tujuan, nilai, dan makna hidup yang
sesuai kehendak Allah kepada anak mereka yang berkebutuhan khusus, yaitu memuliakan
Allah dan menikmati Dia sebagai pemilik hidup kita.
Evaluasi:
 Peserta berdiskusi, apa artinya ‘diciptakan menurut gambar dan rupa Allah’
 Peserta berdiskusi dengan menghadirkan orang tua dengan anak disabilitas
 Peserta menjelaskan dasar Alkitab mengenai anak yang lahir dengan disabilitas
(Yoh.9:1-40)
Referensi :
Alkitab TB-LAI
BAGIAN KEEMPAT
Peran Orang Tua Sejak Kehamilan Sampai Usia 2 Tahun

 Sesi Kesembilanbelas: Konsep 1.000 Hari Pertama Kehidupan 

Tujuan:
Setelah mengikuti sesi ini peserta diharapkan mampu:
1. memahami pentingnya 1000 hari pertama kehidupan setiap anak;

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 71


2. menjelaskan mengapa 1000 hari pertama sehidupan setiap anak itu penting
3. Menjelaskan apa akibatnya jika orang tua mengabaikan 1000 hari pertama kehidupan anak.
Gagasan Utama:
Pelajaran ini tentang 1000 hari pertama kehidupan seorang anak, sejak dari kandungan sampai
usia dua tahun. Apa yang orang tua perlu tahu, apa yang harus dilakukan orang tua, apa
dampak jika memperhatikan 1000 hari pertama dan apa dampaknya jika mengabaikan masa
ini.
Metode:
Ceramah dan Diskusi.

Pengantar
Masa 1.000 hari kehidupan di hitung mulai dari anak masih dalam kandungan( 9 bulan,10
hari=280 hari)dan sampai anak tersebut berusia 2 tahun,(720 hari) dengan catatan 1 bulan =
30 hari. Jika seribu hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka titik kritis
Pasutri yang paling di perhatikan pada seorang anak ialah:masih dalam kandungan = 280 hari,
umur 6-8 bulan = 60 hari. Umur 8-12 bulan = 120 hari, dan umur 12-24 bulan = 360 hari.
Berdasarkan uraian tersebut maka GMIT menguraikan karya pelayanan untuk membangun
keluarga kristen sehat, cerdas dan kokoh.

Mengapa 1.000 Hari Pertama Kehidupan?


Hasil penelitian Shrimpton et.al..(2001) berjudul Worldwide Timing Of Growth Faltering:
Implications For Nutritional Interfentions, patut menjadi referensi kita. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa status gizi seorang anak berdasarkan indeks berat badan menurut
umur ( BB/U) cenderung mengalami penurunan pada ia memasuki umur 3 bulan dan terus
mengalami penurunan secara cepat sampai ia berusia 12 bulan dan mulai melambat pada ia
berumur 18-19 bulan. Sedang kan berdasarkan indeks beret badan menurut tinggi
badan(BB/TB), penurunan berat badan di mulai sejak umur 3 bulan sampai 15 bulan. Jika kita
melakukan intervensi setelah anak berumur 2 tahun,maka intervensi tersebut sangat tidak
efektif karena kondisi anak mulai memburuk jauh sebelum anak berusia 2 tahun dan besifat
permanen,bukan berarti anak berumur 2 tahun ke atas tidak butuh perhatian.akan tetapi
konsep ini berbicara tentang skala prioritas, beberapa ahli mengatakan bahwa periode umur
anak di bawah 2 tahun di kenal dengan.’’Periode Emas.’’

Mazmur 139:13 untuk mendapatkan generasi yang


“… sebap Engkaulah yang sehat,cerdas dan kuat maka perhatian harus
membentukbuah pinggangku, diberikan mulai sejak terjadi
menenun aku dalam kandungan pembuahan/janin masih dalam kandungan
ibuku”. hingga ia berumur dua tahun.

Akibat Bila 1.000 Hari Pertama Kehidupan Tidak Di Perhatikan


Bila 1.000 hari pertama kehidupan tidak diperhatikan melalui pemenuhan gizi sejak anak
dalam kandungan sampai berusia 2 tahun maka kehidupan selanjutnya akan mengalami
beberapa gangguan antara lain:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 72


 Pertumbuhan otak terhambat yang mengakibatkan anak tidak cerdas;
 Pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak terhambat;
 Anak bertumbuh pendek(stunting);
 Daya tahan tubuh anak rendah sehingga anak mudah sakit;
 Anak akan sulit mendapatkan pekerjaan;
 Produktifitas, kreatifitas, dan inovasi rendah.

Mazmur 22:11 Jika keluarga di bentuk dengan tidak


“…kepada Mu, aku diserahkan sejak aku memperhatikan 1.000 hari pertama
lahir,sejak dalam kandungan ibuku, kehidupan maka akan menghasilkan
Engkaulah Allahku generasi yang tidak sehat,tidak
kokoh akan memperpanjang rantai
kemiskinan.

Apa Yang Harus Di Lakukan Dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan?


Untuk menhasilkan generasi sehat,cerdas kuat dan kokoh, maka beberapa hal yang harus di
perhatikan antara lain:
Pertama, Periode dalam kandungan 280 hari. Pastikan ibu memiliki status gizi baik
sebelum dan selama hamil, tidak mengalami kurang energi kronik(KEK) dan Amenia. Selama
hamil, ibu mengkonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan, porsi kecil tetapi sering, jauh
lebih baik serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Suplemen tablet besi (Fe), Asam
Folat, vitamin C sangat dibutuhkan dalam menjaga ibu dari kemungkinan terjadi Anemia. Ibu
harus memeriksakan kehamilan secara rutin, memasuki kehamilan Trimester ketiga (bulan
7,8,9)ibu dan suami wajib mendapatkan informasi tentang menyusui seperti manfaat
menyusui, posisi maupun tehnik menyusui, seperti puting susu lecet,puting susu masuk ke
dalam, ASI tidak keluar dan sebagainya.
Kedua, Periode bayi umur 0-6 bulan(180 hari). Seketika bayi lahir harus mendapat kan
air susu pertama atau kolostrum melalui inisiasi menyusui dini (IMD). Pemenuhan gizi bayi
berumur 0-6 bulan dipenuhi melalui Air Susu Ibu saja yang disebut ASI Ekslusif saja. Suami
dan keluarga harus mendukung ibu untuk memberikan ASI Eksklusif saja.
Ketiga, Periode bayi umur 6- 24 bulan (450 hari). Pastikan semua ibu mengetahui jenis
dan bentuk makanan serta frekuensi pemberian makanan yang tepat, diberikan kepada periode
ini. Ajarkan kepada Ibu transisi pemberian makan, mulai dari makanan cair atau lumat (6-8
bulan), lembek dan lunak atau semi padat (8-12 bulan) dan padat (12-24 bulan). Ajarkan Ibu
untuk mengolah dan memilih bahan makanan lokal yang bernilai gizi tinggi. Suami dan
keluarga selalu memantau pertumbuhan dan memeriksakan kesehatan anak secara teratur ke
fasilitas kesehatan. Suami dan keluarga harus mendukung ibu untuk terus memberikan ASI
sampai anak berusia 2 tahun.

Evaluasi
1. Mengapa orang tua perlu mengetahui masa 1000 hari pertama kehidupan seorang anak
2. Apa dampaknya jika memperhatikan 1000 hari pertama kehidupan
3. Apa dampakanya jika tidak memperhatikan 1000 hari pertama kehidupan.

Referensi:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 73


1. Majelis Sinode GMIT. Membangun Generasi Kristen Sehat dan Cerdas melalui 1000 Hari
Pertama Kehidupan.2015

 Sesi Keduapuluh: Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan 

Tujuan:
a. Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil.
b. Mengambil laibu yang langkah tepat bagi ibu yang akan melahirkan
c. Menjelaskan apa itu masa nifas dan langkah-langkah yang harus diambil dalam masa nifas.
Gagasan Utama:
Pelajaran ini mengenai kehamilan, persalinan dan pasca persalinan yang akan dialami oleh
calon ibu. Materi ini ditulis dari sudut padandang kesehatan.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 74


Metode:
Ceramah dan Diskusi

Ibu Hamil
Defenisi kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin,2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konfeksi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008). Kehamilan merupakan proses yang di
awali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim dan di
akhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).

Tanda-tanda kehamilan
Berhentinya menstruasi selama 36-42 minggu,ada pertumbuhan janin di rahim,perubahan
bentuk tubuh seperti pembesaran payudara, perubahan pinggul, pembesaran perut karna
adanya janin.

Kehamilan yang perlu di waspadai


a. Umur ibu kurang dari 29 tahun ( terlalu muda);
b. Umur lebih dari 35 tahun (terlalu tua);
c. Jumlah anak 4 atau lebih ( terlalu banyak anak);
d. Jarak persalinan kurang dari 2 tahun ( terlalu dekat jarak kehamilan)

Tanda bahaya kehamilan


Tanda bahaya kehamilan dapat terjadi selama kehamilan, pada saat melahirkan dan masa
nifas. Apa bila ada tanda tersebut dibawa ini pada masa kehamilan segera periksakan ke
dokter atau ke bidan di puskesmas atau segera di rujuk ke rumah sakit. Ada pun tanda bahaya
sebagaia berikut:
a. Perdarahan pervaginam. Ibu hamil mengalami perdarahan atau mengeluarkan bercak darah
terus menerus dari jalan lahir.
b. Bengkak di tangan, kaki dan wajah. Untuk mengetahui pembengkakan dengan menekan
pada daerah tungkai kaki yang bengkak, bila bagian ditekan tanpak cekung dan tidak
segera kembali seperti semula berarti terdapat penumpukan cairan.
c. Demam tinggi. Ibu hamil dengan panas tinggi tidak dianjurkan untuk minum obat penurun
panas tanpa ada pemeriksaan dari tenaga kesehatan.
d. Keluarnya air ketuban sewaktu hamil. Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke
tenaga kesehatan.
e. Gerakan janin kurang dari biasanya atau tidak bergerak sama sekali. Segera memeriksakan
diri ke tenaga kesehatan.
f. Ibu muntah terus menerus dan tidak bisa makan. Segera membawa ibu kefasilitas
kesehatan
g. Kelainan letak janin di dalam rahim. Kelainan letak janin hanya dapat di ketahui bila ibu
memeriksakan kehamilannya secara teratur kebidan atau dokter dan tidak di perbolehkan
pergi ke dukun untuk diurut.

Pemeriksaan kehamilan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 75


Seorang ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya kepada dokter, atau dokter kebidanan
minimal 4 kali selama hamil sebagai berikut:
Trimester pertama (0-3 bulan)minimal 1 kali
Trimester kedua (4-6 bulan)minimal 1 kali
Trimester ketiga(7-9 bulan) minimal 2 kali

Tujuan Pemeriksaan Kehamilan:


a. Memantau perkembangan kehamilan dan tumbuh kembang janin
b. Mendeteksi dan interfensi secara dini kelainan,penyakit atau gangguan yang di derita ibu
hamil dan janin.
c. Melakukan perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga
kesehatan yang terampil
d. Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan
Antenatal terpadu.
e. Memperoleh informasi tentang gizi selam hamil, pola perawatan diri ibu selama hamil,
penting istirahatselama hamil, tentang perencanaa, persiapan menghadapi persalinan
pengetahuan tentang IMD (inisiasi menyusui dini) dan ASI ekslusif.
f. Keluarga berencana (KB) dan alternatif pemilihan alat kontrasepsi jangka panjang pasca
melahirkan seperti IUD, tubektumi, vasektomi dan susuk.
Yesaya 49;1 Suami dan keluarga harus mendampingi
“Tuhan telah memanggil aku sejak ibu hamil untuk memeriksakan
dari kandungan,telah menyebut kehamilan secara lengkap agar
namaku sejak dari perut ibuku” persalinan selamat

Pemeriksaan yang harus di peroleh selama kehamilan


a. Pemeriksaan berat badan.
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 Kg
atau lebih dari 13 kg selama kehamilan menunjukan ada gangguan perkembangan janin.
Bagi ibu hamil yang mengalami pertambahan berat badan yang tidak normal (< 1kg setiap
bulan), dokter atau bidan akan memberikan saran yang harus dilakukan agar ibu hamil
memperoleh pertambahan berat badan yang normal.
b. Pemeriksaan tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.
Tinggi bada ibu hamil kurang dari 145 cm, dikuatirkan adanya kecenderungan memiliki
panggul sempit(Cephalo Pelfik Disproportion), yang mengakibatkan proses persalinan
tidak dapat di lakukan secara normal dan biasanya diselesaikan dengan bedah cesar.
Dengan mengetahui hal ini sejak dini, maka ibu hamil, suami dan keluarga diharapkan
segera menyiapkan diri dengan baik secara materi maupun mental.
c. Ukuran Tekanan Darah
Menurut World Health Organization (WHO) batas normal tekanan darah adalah 120-140
mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Ibu hamil dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah
suatu gangguan pada pembulu darah yang mengakibatkan suply oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Bustan, 2000).
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan pemeriksaan kehamilan (Antenatal)

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 76


di lakukan apakah adanya indikasi pertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) pada
kehamilan yang mengarah kepada Preeklamsi (Hipertensi di sertai bengkak (Edema) pada
wajah dan tungkai bawa serta terjadinya protein Uria).
d. Nilai status gizi – ukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA dilakukan hanya
pada saat kontak pertama dengan tenaga kesehatan (Nakes) di Trimester pertama untuk
Skrining ibu hamil beresiko kurang Energi Eronis (KEK) atau Lila < 23 cm, ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR).
e. Tinggi Fundus Uteri. Pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan setiap kali ibu hamil
datang memeriksakan kehamilanya untuk mengetahui pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Standar pengukuran menggunakan pita setelah kehamilan 24
minggu.
f. Presentasi Janin dan Denyut Jantung janin (DJJ). Pengukuran presentasi janin dilakukan
pada akhir Trimester kedua dan seterusnya. Pengukuran ini untuk mengetahui letak janin.
Jika pada trimester ke tiga, bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum
masuk ke panggul berarti ada kelainan letak panggul, panggul sempit atau ada masalah
pada janin. Penilaian DJJ di lakukan pada akhir trimeter satu dan selanjutnya setiap kali
kunjungan. DJJ lambat kurang dari 120 kali permenit atau DJJ lebih dari 160 kali per menit
menunjukan adanya gawat janin.
g. Skrining Status imunisasi Tetanus untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum maka
ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasinya. Setiap ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 (2 kali
mendapat imunisasi TT) agar mendapat perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
yang sudah dengan status T5 (TT long life) atau ibu hamil sudah mendapat 5 kali TT
sesuai dengan jadwal mulai dari bayi sampai remaja maka imunisasi TT.
h. Mendapat Tablet Tambah Darah (tablet besi) untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu
hamil harus mendapat tablet tambah darah (Tablet zat besi) dan asam folat sebanyak 90
tablet selama kehamilanya sejak kontak pertama. Suami dan keluarga harus memastikan
ibu hamil minum 90 tablet tambah darah termasuk asam folat.
i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
 Pemeriksaan golongan darah ibu dan calon pendonor darah. Hal ini dilakukan bila
terjadi situasi kegawatdaruratan.
 Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (HB) untuk mengetahui ibu hamil menderita
anemia atau tidak. Kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Pemeriksaan HB darah ibu hamil di lakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan trimester ketiga.
 Pemeriksaan protein dalam urin. Pemeriksaan protein dalam urin dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indiksi atau berdasarkan keluhan ibu. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsi pada ibu hamil.
 Pemeriksaan kadar gula darah dapat menunjukan apakah ibu hamil mengalami diabetes
melitus atau tidak.
 Pemeriksaan darah malaria di lakukan pada darah endemis, dan pemeriksaan di lakukan
pada trimester 1 atau bila ada indikasi atau berdasarkan keluhan ibu.
 Pemeriksaan HIV di lakukan pada ibu hamil di daerah terkonsentrasi HIV dan ibu
hamil resiko tinggi terinfeksi HIV.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 77


 Pemeriksaan BTA (Bazil Tahan Asam ) di lakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita tuberculosis (TBC).
 Pemeriksaan Kaki. Dilakukan untuk mengetahui adanya pembengkakan (oedema) dan
kemungkinan adanya varises. Pembengkakan yang terjadi di minggu-minggu terakhir
kehamilan adalah normal namun pembengkakan yang berlebihan menandakan pre-
eklamsia.

Kelas ibu hamil


Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur antara 20 minggu
sampai dengan 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil
akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat di laksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2009). Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil dalama bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibi-ibu mengenai kehamilan, persalinan,
perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran
(Depkes RI, 2009). Kelas ibu hamil bisa dilakukan di tempat seperti Posyandu atau Posdaya,
tempat ibadah atau di sarana kesehatan lainnya.

Mazmur 22:10 Ibu Yang Melakukan Pemeriksaan


“Ya Engkau yang mengatur yang Kehamilan Secara Lengkap Dan Teratur
mengeluarkan aku dari Oleh Petugas Kesehatan Akan Menjamin
kandungan;Egkau yang membuat aku Persalinan Yang Selamat
aman pada dada ibuku”

Persalinan
Setiap ibu hamil, suami keluarga dan saudara harus mengetahui tanggal perkiraan
persalinan.Tapi terkadang persalinan bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat (7 hari) dari
perkiraan lahir tersebut untuk itu perlu menyiapkan hal-hal yang mendukung kehadiran sang
buah hati tercinta. Ada pun hal-hal yang harus disiapkan yakni:
 Kelengkapan administrasi (BPJS)
 Calon pendonor
 Sarana transpotasi
 Dana
 Perlengkapan ibu dan bayi

Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan atau dokter) terampil di fasilitas
kesehatan memadai (puskesmas, rumah sakit, klinik swasta), persalinan tidak dilakukan oleh
dukun atau keluarga di rumah. Tanda-tanda persalinan semakin dekat
a. Terdapat flek atau keluar lendir
b. Rasa nyeri di punggung bagian bawah secara terus-menerus
c. Menderita kram perut atau rasa nyeti di sekitar perut memang membuat ibu hamil tidak
nyaman, rasa sakit mirip saat wanita datang bulan.
d. Pecahnya air ketuban bisa terjadi kapan saja
e. Mengalami kontraksi

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 78


f. Rasa menggigil.
Mazmur 22;11 Keslamatan ibu dan bayi lebih terjamin
“kepadaMu aku serahkan sejak aku apabila melahirklan di fasilitas kesehatan
lahir, sejak dalam kandungan ibuku yang memadai dan di tolong oleh tenaga
Engkau ALLAHku kesehatan yang trampil

Mazmur 22:11 “untuk menunjang keslamatan ibu,


‘’Kepadamu aku serahkan sejak aku melahirkan di fasilitas kesehatan di butuhkan
lahir sejak dalam kandungan ibuku peran dan keterlibatan berbagai pihak seperti
engkau Allahku’’ suami, keluarga, tokoh masyarakat dan tokoh
agama, dll.”

Pasca Persalinan Masa Nifas


Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Kondisi ini berjalan selama 6 minggu atau 42 hari. Hal-hal
yang perlu di perhatikan selama masa nifas
a. Melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan pada hari pertama, hari ke enam hari
ke duabels serta pada hari ke empat puluh. Selain hari-hari ini bila ada keluhan –keluhan
ibu wajib segera ke fasilitas kesehatan,juga wajib untuk ke Posyandu setiap bulan untuk
pemeriksaan bayi dan ibu
b. Suami dan keluarga memberikan asupan makan yang bergizi karena ibu membutuhkan
asupa gizi untuk proses penyembuhan dan menyiapkan ASI bagi bayinya.
c. Menjaga kebersihan diri agar tidak terjadi infeksi serta melakukan perawatan payudara
secara teratur pada masa nifas.
d. Ibu dianjurkan mengikuti kelas ibu menyusui untuk mendapatkan berbagai informasi
sehubungan dengan kesehatan ibu dan anak-anak serta keluarga berencana.
e. Ibu dianjurkan istirahat yang cukup agar tidak mengalami kelelahan dan dapat
mempertahankan produksi ASI secara maksimal.
f. Tidak boleh melakukan kebiasaan-kebiasan yang mengganggu kesehatan ibu dan bayi
seperti panggang di dalam rumah bulat ( budaya timor), tatobi dengan air panas, (budaya
NTT)
g. Ibudan suami mempunyai hak yang sama untuk menentukan dan memutuskan
penggunaan alat kontrasepsi.

Bahaya-bahaya pada bayi


a. Tidak mau menyusui
b. Kejang
c. Kaki dan tangan teraba dingin atau bayi demam
d. Badan bayi kuning
e. Tali pusat basah dan bau
f. Gerakan kedua lengan dan kaki lema

Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada ibu pada masa nifas


a. Pendarahan lewat jalur lahir
b. Keluar cairan berbau dari jalur lahir
c. Demam lebih dari 2 hari

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 79


d. Bengkak di muka tangan dan kaki
e. Mungkin dengan sakit kepala dan kejang-kejang
f. Payudara bengkak kemerahan di sertai rasa sakit
g. Puting lecet dan terbenam
h. Mengalami gangguan jiwa.
Yeremia 1:5 Pada bulan pertama (40 hari)ibu suami
‘’Sebelum aku membentuk engkau dalam dan keluarga harus mengenal tanda
rahim ibumu,aku telah mengenal bahaya yang muncul,jika terdapat salah
engkau,dan sebelum engkau keluar dari satu tanda berbahaya segera membawa
kandungan,aku telah menguduskan
ke fasilitas kesehatan.
engkau,aku telah menetapkan engkau
menjadi nabi bagi bangsa-bangsa’’.

Keluarga Berencana (KB)


Tujuan keluarga berencana yaitu diselenggarakan pemerintah agar keluarga sebagai unit
terkecil dalam kehidupan bangsa menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang.
Jumlah anggota keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dalam penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperi kondom spiral, IUD, implan, vasektomi,
tubektomi dan lain-lain.Tujuan keluarga berencana:
a. Mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
b. Menjaga kesehatan ibu.
c. Merencanakan kehamilan agar lebih terprogram.
d. Meningkatkan kesejahtraan keluarga.
e. Meningkatkan kualitas kasih sayang kepada anak.

Beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain


a. PIL (biasa dan menyusui) yang mempunyai manfaat tidak mengganggu hubungan seksual
dan mudah dihentikan setiap saat resikonya sangat kecil bagi kesehatan.
b. SUNTIKAN (1 bulan dan 3 bulan) sangat efektif (0,1 - 0,4) kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaanalat kontrasepsi suntikan jugamempunyai keuntungan
seperti klien tidak perlu menyimpan obat suntik dan jangka pemakaiannya bisa dalam
jangka panjang.
c. IMPLAN( susuk) merupakan alat kontraepsi yang digunakan di lengan atas bawah kulit
dan sering di gunakan pada tangan kiri. Daya guna tinggi tidak mengganggu produksi asi
dan pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d. AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim) merupakan alat kontrasepsi yang di gunakan dalam
efek sampingnya sangat kecil dan mempunyai keuntungan efektivitas dengan proteksi
jangka waktu 5 tahun dan kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat.
e. KONDOM, merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks, plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang di pasang pada
penis pada saat berhubungan seksual
f. TUBEKTOMI, adalah prosedur bedah mini untuk memotong,mengiikat atau memasang
cincin pada salurantuba fallopi untuk menghentikan fertilisasi ( kesuburan)seorang
perempuan.
g. VASEKTOMI, operasi mini untuk laki-laki.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 80


Yeremia 1:5 Untuk mewujudkan keluarga kecil
“sebelum aku membentuk engkau dalam sehat,sejahtra,kuat dan kokoh,maka
rahim ibuku aku telah mengenal engkau dan ibu dan suami harus memutuskan
sebelum engkau keluar dari kandungan,aku mengikuti salah satu alat kontrasepsi
telah menguduskan engkau,aku telah jangka panjang
menetapkan engkau menjadi nabi-nabi
bangsa-bangsa.”

Inisiasi Menyusui Dini Dan Asi Eksklusif


Air susu ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dan paling terlengkap untuk bayi. Nilai nutrisi ASI
lebih lengkap di banding susu formula karena mngandung lemak,karbohidrat, proteindan air
dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan perkembangan otak, dan pertumbuhan bayi,
Kandungan nutrisinya yang unik meneyebapkan ASI memiliki keunggulan yang tidak dapat
di tiru oleh susus formula apapun. Demikian pula jenis asam lemak yang terdapat pada ASI
memberikan pengaruh terhadap perkembangan otak yang menyebabkan kemampuan melihat
dan fungsi kognitif bayi berkembang lebih awal.
1. Pemberian ASI Sangat Penting, mengingat
a. Asi adalah satu-satu minuman dan makanan terbaik untuk bayi dalam masa 6 bulan
pertama kehidupan
b. Bayi harus segera di susui setelah lahir. Pada dasarnya setiap ibudapat meyusui anaknya
dan hendaknya disusui secara tepat.
c. Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena dengan demikian ASI
bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi.
d. Pemberian susu botol tidak dianjurkan kecuali ada permasalahan kusus.
e. Ibu hendaknya menyususi hingga tahun kedua kehidupan anak.
2. Apa itu ASI Eksklusif?
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai 6 bulan tanpa tambahana
makanan atau cairan seprti susu formula,madu,air teh,jeruk,air putih atau makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur,biskuit dan sebagainya (Roesli 2000). Menurut DEPKES
RI(2001) pemberian ASI ekslusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah lahir
sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum. Pada tahun 2002 World Health
Organisation meyatakan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah
yang terbaik.
3. Keunggulan Asi
a. Murah, sehat dan mudah memberikanya.
b. Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit.
c. Mengandung cukup banyak makanan yang di perlukan oleh bayi.
d. Menyusui berarti menjalin kasih sayang ibu terhadap anak.
e. Meyusui mempercepat ibu menjadi langsing kembali sesudah melahirkan.
f. Menyusui mempercepat proses penyembuhan kesehatan ibu
g. Menyusui sesering mungkindapat menunda kesuburan ibu sehingga dapat menjarangkan
kehamilan( menyusui minimal 4 kali pada malam hari).
4. Bayi Sampai Umur 6 bulan Cukup Diberi ASI
a. Air susu ibu(ASI) adalah makanan terbaik untuk anak
b. Susuilah anak sampai umur 2tahun
c. Susuilah setiap kali anak merasa lapar (menangis )

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 81


d. Susuilah dari kanan dan kiri bergantian
e. Air susu ibu yang keluar pertama kali jangan di buang,karena menjadikan anak lebih
tahan terhadap penyakit
f. Sampai umur 6 bulan jangan berikan pisang, bubur atau makanan lunak lainnya. Kalau
diberikan bayi merasa kenyang sehingga mengurangi kemauan bayi untuk menyusui.
g. Agar ASI bisa mencukupi kebutuhan bayi, ibu harus makan dan minum yang cukup
h. Asal ibu sehat dan mengikuti petunjuk makan, bayi ibu menyusui air susu saja cukup
untuk bayi sampai berumur 6 bulan.
5. Manfaat menyusui
Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak, karena dengan
menyusui tidak hanya memberi keuntungan pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan
keluarga,bahkan bagi negara.
Keuntungan menyusui bagi ibu yaitu:
a. Dapat mengurangi pendarahan post partum, mempercepat involusi uterus dan
mengurangi insiden karsinoma payudara.
b. Mendekatkan hubungan ibu dan anak serta memberikan perasaan di perlukan.
c. Menunda kembalinya kesuburan, sehingga menjarangkan kehamilan.
Keuntungan bagi bayi;
ASI mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH, TRH, TSH, EGF,
Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dan lain-lain yang menjamin tumbuh kembang
bayi lebih optimal dan bayi mempunyai daya tahan tuhuh yang baik.
6. Apa yang dimasud Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses ketika bayi menyusu segera setelah bayi di
lahirkan.Bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak di sodorkan ke puting
susu). Inisiasi Menyusui Dini sangat memantu dalam keberlangsungan pemberian ASI
Ekslusif (ASI saja) dan lama menyusui sehingga diharapkan terpenuhinya kebutuhan gizi
bayi hingga 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi. Kolostrum berwarna kekuningan
adalah ASI pertama yang keluar dari payudara pada saat melahirkan. Kolostrum kaya akan
sekretori immunoglobullin A (ig A) Yang berfungsi melapisi saluran cerna agar kuman
tidak dapat masuk ke dalam aliran darah dan akan melindungi bayi sampai sistim imunnya
(sistem kekebalan tubuh) berfungsi dengan baik.
7. Manfaat inisiasi menyusui dini( IMD )
Manfaat IMD di berikan kepada bayi baru lahir,dan pengaruh psikologis bagi ibu dan juga
bayinya antara lain:
a. Dampak efek psikologis bagi ibu dan bayi adalah membuat keduanya merasa lebih
tenang dan rileks setelah melalui proses persalinan.
b. Pernapasan dan detak jantung keduanya akan lebih stabil. Bayi akan lebih jarang
menangis sehingga hal ini dapat bermanfaat untuk mengurangi pemakaian energi.
c. Ikatan hungan batin antara ibu dan bayi akan lebih erat terjamin.
d. Saat mencari puting susu,bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan
menjilat-jilat kulit ibunya, menelan bakteri ‘”baik” dari kulit ibu, “bakteri” baik ini akan
berkembangbiak membentuk koloni kulit di kulit usus bayi,menyaingi bakteri jahat dari
lingkungan sekitarnya.
e. Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini lebih berhasil dalam proses menyusui ASI
ekslusif dan akan lebih lama.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 82


f. Manfaat dan keuntungan IMD Bagi Sang Ibu: Merangsang produksi oksigen dan
prolaktif; Meningkatkan keberhasilan produksi dan memperlancar ASI sang ibu;
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


Pengertian pemberian makanan pendamping ASI ( MP-ASI )
Makanan pendamping air susu ibu, adalah makanan yang diberikan pada balita yang telah
berumur 6 bulan, berperan penting bagi pertumbuhan, kesehatan, daya tahan tubuh balita,
khususnya sebagai materi yang mengandung zat penangkal berbagai penyakit (Krisnatuti,
2005). Makanan tambahan adalah makanan yang diberikan pada anak usia 6-24 bulan.
Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk
pelengkap ASI. Jadi makanan pendamping ASI harus tetap di berikan kepada anak, paling
tidak sampai usia 24 bulan (Yestrina, 2000).

Tujuan MP-ASI
Air susu ibu hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan setelah itu,
produksi air susu ibu, (ASI) semakin berkurang sedang kan kebutuhan gizi bayi semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan barat badan.tujuan pemberian MP-ASI
(Soenarno, 2007) sebagai berikut:
a. Melengkapi sat-sat gizi yang kurang dalam ASI.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk bermacam-macam makanan dari berbagai rasa
dan tekstur.
d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.

Menurut WHO (2003) pada saat seorang bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif akan dicapai
usia tertentu di mana ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan
demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi
pada anak dengan jumlah yang di dapatkan dari ASI. Ini berarti:
a. Makanan tambahan diperlukan untuk mengisi kesenjangan energi.
b. Jumlah makanan yang di butuhkan meningkat sewaktu anak bertambah usianya.
c. Jika kesenjangan tidak diisi anak akan berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
Syarat MP-ASI
Menurut Krinatuti dan Yenrina (2000) makanan pendamping ASI yang baik harus memenuhi
beberapa syarat:
a. Memiliki kandungan energi dan protein tinggi
b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mendukung vitamin dan mineral yang cocok.
c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.
d. Harganya relatif murah,bernilai gizi dan dari pangan lokal.
e. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah sedikit.
Kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi.

Pemberiaan MP-ASI Tidak Tepat Usia


Memberi makanan tambahan terlalu cepat atau dini menurut WHO (2006), akan berakibat:

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 83


a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, dan makanan tersebut dapat
menggantikan ASI. Jika makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit sehingga
ASI yang diproduksi sedikit.
b. Risiko infeksi meningkat.
c. Risiko diare meningkat karena makanan yang dikonsumsi tidak sebersih ASI.
d. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui.

MP-ASI Terlambat
Bahaya pemberian MP-ASI terlalu lambat. Memulai pemberian makanan tambahan terlalu
lambat juga berbahaya (Depkes RI, 2005) karena:
a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi
dan nutrien.
b. Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.
c. Pada anak resiko malnutrisi dan defesiensi mikronutrien meningkat.

Makanan Bayi
Mengatur makanan bayi dapat dibagi dalam beberapa tahapan (Krisnatuti, 2007) sebagai
berikut:
a. Makanan bayi 6 bulan, sebagai berikut:ASI tetap diberikan;
 Susu botol kecil (200 cc) diberikan 5 kali sehari;
 Sereal: beras putih, beras merah diberikan 1 kali;
 Buah: pisang, alpukat, apel, pir diberikan 1 kali.
b. Makanan bayi usia 7-8 bulan, adalah sebagai berikut:
 ASI tetap diberikan; Susu botol kecil (200 cc) 4 kali sehari;
 Sereal: lanjutan pemberian beras merah, beras putih 2 kali sehari;
 Buah-buahan: mangga, pir, blewah, timun suri diberikan 1 kali sehari;
 Daging dan maknan yang mengandung protrin: daging sapi, daging ayam, tahu,
tempe diberikan 1 kali sehari.
c. Makanan bayi usia 9-12 bulan, sebagai berikut:
 ASI tetap diberikan atau susu formula; Nasi tim atau sereal diberikan 2 kali sehari;
 Buah: nanas, kiwi, manggga, melon, diberikan 1 kali sehari; Sayuran: buncis, kacang
kapri, kacang panjang, labu diberikan dan dicampur pada nasi tim;
 Daging sapi, daging ayam, hati, kuning telur diberikan satu kali sehari;
 Biskuit sebagai selingan diberikan 2 kali sehari.
d. Pengolohan MP-ASI Berbahan Pangan Lokal
Cara pengolahan MP-ASI (Krisnatuti dkk, 2005) sebagai berikut:
 Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang paling banyak
dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga seperti beras, jagung, singkong,
sagu, ubi jalar, umbi-umbian. Bubur susu yang lembut, kental dan gurih dapat dibuat
dari makanan pokok apapun dan dapat diberikan sebagai pendamping ASI;
 Kacang-kacangan yang diperlukan oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan protein
yang sangat penting untuk pertumbuhan seperti kacang tanah, kedelai, kacang hijau,
kacang tunggak, kacang merah, kacang karo, dan lain-lain;
 Bahan pangan hewani bergizi tinggi dan sangat baik untuk makanan bayi seperti
daging sapi, ayam termasuk jeroannya (terutama hati), ikan segar, telur dan susu;

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 84


Jenis sayuran yang mengandung gizi serta yang baik untuk dimakan oleh bayi adalah
sayuran yang banyak mengandung karotennya, yaitu yang berwarna jingga dan hijau,
seperti wortel, tomat merah, bayam, kangkung sawi;
 Buah-buahan harus dipilih yang sudah masak dan tidak masam. Pisang biasanya
sering digunakan sebagai makanan bayi usia 4-6 bulan karena selain mengandung
vitamin dan mineral juga mengandung karbohidrat. Buah-buahan yang baik antara
lain pepaya, mangga, jeruk manis;
 Lemak dan minyak mengandung energi yang tinggi memberi rasa lebih gurih serta
makanan lebih lunak dan mudah ditelan. Beberapa jenis lemak yang harus
ditambahkan antara lain mentega.

Bayi Dan Anak (Umur 0 Bulan Sampai 24 Bulan)


Bagaimana ibu menjaga kesehatan bayi dan anak?
1. Timbangan berat badan anak sebulan sekali mulai umur 1 bulan sampain 5 tahun di
Posyandu.
2. Tanda hasil penimbangan dan minta kepada kader mencatat di KMS.
3. Minta imunisasi sesuai jadwal di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit. Anak harus
diimunisasi lengkap sebelum berumur 1 tahun;
a. Imunisasi untuk mencegah penyakit TBC, heppatitis (sakit kuning), polio, difteri, batuk
100 hari, tetanus dan campak;
b. Sakit ringan seperti batuk pilek, diare dan sakit kulit bukan halangan untuk imunisasi.
4. Minta Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus diPosyandu
a. Vitamin A membuat mata sehat, tubuh kuat dan cegah kebutaan
b. Vitamin A untuk anak 6 bulan sampai 5 tahun
c. Untuk bayi umur 6-11 bulan dan Untuk anak umur 1-5 tahun.
d. Umur 0-6 bulan.
 Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore
maupun malam;
 Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI Eksklusif);
 Menyusui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian;
 Pada umur 3 bulan bayi bisa mengangkat kepala tegak ketika tengkurap, tertawa,
menggerakkan kepala ke kiri ke kanan, mengamati tangannya;
 Pada umur 6 bulan bayi bisa meniru bunyi, meraih benda yang ada di dekatnya,
terungkap sendiri, menoleh arah sumber suara.
e. Umur 6-12 bulan
 Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun
 Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai
dari bubur susu sampai nasi tim lumat, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan
sesuai umur; 6 bulan = 6 sendok makan; bulan = 7 sendok makan; 8 bulan = 8
sendok makan
 Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai dari bubur nasi sampai
nasi tim, 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur; 9 bulan = 9 sendok
makan; 10 bulan = 10 sendok makan; 11 bulan = 11 sendok makan
 Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI.

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 85


 Pada makanan pendamping ASI, tambahkan telur ayam / ikan/ tahu/ tahu/ tempe/
daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak pada bubur nasi.
 Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara pemakainnya,
batas umur dan tanggal kadaluarsa.
 Beri makan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti bubur kacang hijau,
pisang, biskuit, bagasari dan lainnya.
 Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring.
 Mulai mengajari bayi minum dan makan sendiri menggunakan gelas dan sendok.
 Bantu dan latih bayi duduk.
 Ajak bayi bermain cilukba.
 Beri bayi biskuit dan ajari cara memegang biskiut.
 Main dengan bayi, ajari menjimpit benda kecil menggunakan dua jari.
 Latih bayi berjalan perpegangan.
 Ajak bayi berbicara sesering mungkin.
 Latih bayi menirukan kata-kata ma... ma... pa... pa.
 Bantu bayi berdiri. Jika sudah bisa berdiri, bantu dan latih bayi berjalan berpegangan.
 Beri bayi mainan yang bersih dan aman untuk bermain dan dipukul.
f. Umur 1-2 tahun
 Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.
 Beri nasi lembek 3 kali sehari.
 Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/tahu/dagingsapi/wortel/bayam/kacang
hijau/santan/minyak pada nasi lembek.
 Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti bubur kacang
hijau, pisang, biskuit, nagasari dan sebagainya.
 Beri buah-buahan atau sari buah.
 Bantu anak untuk makan sendiri.
 Jangan berikan makanan yang manis dan lengket di antara waktu makan.

Referensi
Pendidikan elektronik studi teologia awam (pesta) kursus pernikahan Kristen sejati, pelajaran
01 Cinta dan pernikahan. Sumber elektronik: http://pesta.sabda.org/pks_pelajaran 01.
Pendidikan elektronik studi teologia awam (pesta), kursus pernikahan Kristen sejati,
pengajaran 02 memilih pasangan sumber elektronik:
http://pesta.sabda.org/pks_pelajaran 02.
Pendidikan elektronik studi teologia Awam(pesta),kuesus pernikahan kristen sejati, pelajaran
03 pernikahan kristen sumber elektronik:http://pesta.sabda.org/pks pelajaran 03
Pendidikan elektronik studi teologia Awam(pesta),kursus pernikahan kristen sejati, pelajaran
01 peran suami istri dalam pernikahankristen simber
elektronik:http;//pesta.sabda.org/pks_pelajaran 04

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 86


Penddikan elektronik studi teologia Awam( pesta),kursus pernikahan kristen sejati, pelajaran
05 rumah tangga kristen sumber elektronik:http;//pesta.sabda.org/pks_pelajaran05
Departemen kesehatan RI,Di Rectorat jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
kesehatan ibu 2009.pedoman pemantauan wilbapak setempat KIA (PWS-KIA)
Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2009, buku kesehatan ibu dan anak, departemen
kesehatan dan JICA
Departemen RI, Directorat Jenderal, Bina kesehatan masyarakat2009, pedoman pemantauan
wilbapak setempat kesehatan ibu dan anak.
Buku revolusi KIA pergub NTT nomor 42 tahun2009
Kementrian kesehatan RI,2012, pedoman pelayanan antenatal terpadu, edisi kedua, Jakarta,
directoran jenderal Bina Gizi dan kesehata Ibu dan Anak.
Kementrian kesehatan RI,2014,Kampanye Peduli Kesehatan Ibu.
Kementrian Kesehstsn RI,2014,Buku Kesehatan Ibu dan Anak
http://promkes.depkes.go.id/article/view/2014/penuhi_kebutuhan_gizi-pada_1000-
hari_pertama_kehidupan.html
http://promkes.depkes.go,id/dl/lembarbalik_KSI_30x35cm.pdf
http://www.academia.edu/83758/pentingnya_gizi_pada_hari_pertama_kehidupan.

ARTIKEL

KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA MELALUI BIOGAS


DI DESA OELBITENO DAN NUNSAEN

1. Latar belakang
Pemenuhan hak terhadap sumber energi pada tingkat rumah tangga adalah isu yang
sangat krusial karena energy merupakan faktor yang penting bagi terwujudnya
masyarakat sejahtera. Dalam implementasinya, tantangan utama yang harus dipikirkan
secara serius adalah memastikan kemandirian energy tanpa memberikan dampak negatif

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 87


terutama bagaimana energi dihasilkan tanpa member dampak negative pada kelestarian
lingkungan. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana memastikan sumber
energi tersebut dapat diperbaharui dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di
tingkat masyarakat serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keberlanjutan mata
pencaharian warga.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwabeternak sapi sudah menjadi sumber
penghasilan warga Desa Oelbiteno dan Nunsaen di Kabupaten Kupang sejak dulu.
Beternak sapi dapat membantu peningkatan pendapatan keluarga dimana sapi biasa dijual
dengan harga antara lima sampai delapan juta per ekor. Hasil penjualan tersebut biasa
digunakan untuk membiayai keperluan sekolah anak-anak dan biaya rumah tangga
lainnya seperti membeli makanan.
Di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sendiri terdapat 984.508 ekor sapi pada
tahun 2016, dimana kabupaten Kupang menjadi penyumbang populasi terbesar yaitu
sebanyak 217.146 ekor sapi potong1. Namun, beternak sapi juga ternyata membawa
konsekuensi negative terutama bagi lingkungan. Hal ini sering terjadi karena masyarakat
memakai cara beternak lepas yakni sapi dibiarkan bebas memasuki wilbapak hutan
sehingga meningkatkan kepadatan tanah akibat terinjak kaki sapi. Selain itu, terjadi
eksploitasi hutan yang cukup masif karena banyak pohon/vegetasi menjadi sumber utama
makanan ternak. Salah satu upaya mengatasi situasi ini adalah melakukan metode
paronisasi terintegrasi. Metode ini membuat masyarakat desa mampu memastikan
ketersediaan energy bagi keperluan rumah tangga, sekaligus menjaga stok pupuk organik
untuk pertanian skala kecil.
Di sisi lain, teknologi ini merupakan upaya mitigasi warga mengatasi bencana banjir
dan longsor serta meningkatkan kemampuan adaptasi para peternak sapi terhadap
keterbatasan Hijauan Makanan Ternak (HMT) seperti lamtoro terambah, galah-galah,
rumput kingres, dll.

2. Risiko bencana terkait iklim yang dihadapi


Salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar adalah gas metan yang
dihasilkan dari kotoran hewan ternak seperti sapi. India, contohnya, adalah penghasil gas
metan terbanyak akibat besarnya populasi sapi di negara tersebut. Dalam konteks NTT,
khususnya di wilbapak Kabupaten Kupang, Timor Barat, sapi menjadi ternak andalan
warga karena menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama. Selain itu usaha
peternakan sapi menjadi program unggulan pemerintah daerah setempat karena memiliki
nilai ekonomi baik bagi pembangunan wilbapak maupun bagi petani dan peternak.
Pengembangan di sub-sektor peternakan memberikan kontribusi pada penyerapan jumlah
tenaga kerja dan sebagai penghasil sumber pangan protein untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.

1
https://ntt.bps.go.id/dynamictable/2016/07/25/198/populasi-ternak-sapi-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-nusa-
tenggara-timur-2004-2016.html

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 88


Gambar1: Paronisasi terintegrasi dengan biogas dan pertanian

Perempuan secara khusus memiliki peran penting dalammemastikan siklus produksi


ternak sapi, terutama ketersediaan pakan seperti mencari/memotong rumput. Di
desaOelbiteno dan Nunsaen perempuan bertanggungjawab menjaga ternak sepanjang
musim, contohnya saat musim berkebun ternak sapi biasanya dibawa serta oleh merekake
kebun dan dibawa pulang ke rumah saat musim panen usai.Meskimenjadiandalan,
ternaksapimembawapersoalantersendiri. Selain kotoran (cirit) yang berpotensi
membentuk gas rumah kaca (greenhouse gas),2 sapi yang biasa dilepas dan merumput
bebas di hutan menyebabkan permukaan tanah menjadi padat dan dapat menimbulkan
erosi saat musim hujan sehingga berisiko banjir dan longsor.
Jika merujuk pada model Pentagon Asset3masyarakat kedua desa ini memiliki aset
yang cukup memadai seperti sumber daya alam, manusia, dan sosial yang
mampumendorong pemodelan dan pengembangan aktivitas cerdas ekosistem ini ke
masyarakat luas untuk mendukung keberlanjutan sumber mata pencaharian warga.

3. Aksi warga dan pihak terkait


Situasi ini mendorong masyarakat dampingan dalam program Partners for Resilience
(PfR) Indonesia mengenalkan metode paronisasi terintegrasi. Metode ini mendorong
peternak sapi menggunakan cara beternak mengikat dan/atau mengandangkan sapi. Hal
ini bertujuan agar kotoran (cirit/tahi) sapi bisa terkumpul di satu lokasi dan digunakan
untuk bahan utama penghasil biogas. Teknologi biogas ini juga memberi output lain yaitu
bioslurry yang digunakan sebagai pupuk organik baik dalam bentuk padat maupun cair
untuk mendukung pertanian hortikultura warga meskipun dalam skala kecil. Jadi selain
menghasilkan energi untuk kebutuhan domestik seperti memasak, biogas juga
mempermudah masyarakat mendapatkan pupuk organik.
Paronisasi terintegrasi ini juga mendorong kemandirian warga dalam menghasilkan
pakan ternak sapi dimana mereka harus mengembangkan pakan ternak hijau seperti
lamtoro terambah di kebun mereka. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi beban hutan
dalam penyediaan makanan hewan ternak. Metode ini sebenarnya sudah diperkenalkan
oleh pemerintah secara luas kepada masyarakat dengan tujuannya adalah penggemukan
sapi.
2
Gas rumahkaca (GRK) merupakansalahsatupenyebabmeningkatnyasuhubumi yang
padaakhirnyamenyebabkanterjadinyaperubahaniklim. Gasrumahkaca (GRK) yang
dihasilkandarisektorpertaniankhususnyapeternakanadalah gas metana (CH4) dan gas Nitrous Oxide (N2O). Gas CH4
merupakantipikal GRK yang diemisikandarisektorpertaniantermasukpeternakan, terutamadariternakruminansia (ternak
yang mempunyaisaluranpencernaan yang khasyaitumempunyai 4 lambung, contoh: sapi, kerbau, kambing, dandomba).
Terdapatduasumber gas CH4 dariruminansia, yaitu CH4 yang dihasilkanselama proses pencernaanpakandalam rumen
ternakruminansia (CH4 enterik) dan CH4 yang dihasilkanselama proses dekomposisikotoranternakbaikruminansiadan non-
ruminansia. Gas N2O dihasilkanhanyadari proses dekomposisikotoranternak, baikdariruminansiamaupunnonruminansia.
Chadwick et al. (2011) menyatakanbahwalimbahpeternakanberupafeses yang diolah, feses yang ditumpukdanfeses yang
disebarkan di lahanmenghasilkan gas rumahkaca. Hal iniberkontribusiterhadapemisi gas rumahkacasecaranasional yang
berdampakterhadappemanasan global. (Sumber: http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/semnas-tpv/article/
download/1740/1476)
3
Adalah kerangka/pendekatan sumber mata pencaharian berkelanjutan dimana aset yang dimiliki masyarakat
menjadi pusat untuk mengembangkan strategi pembangunan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 89


4. Tujuandan manfaat
4.1. Apa itu Biogas?
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitasan aerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumahtangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik
yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas
adalah metana dan karbondioksida. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.4 Biogas merupakan teknologi kunci
yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme
pada kondisi langka oksigen (anaerob), bahan organik dalam hal ini diperoleh dari
kotoran ternak atau sampah organik. Dengan kata lain “...secara stimulan proses
(teknologi) ini dapat menghancurkan parasit yang dapat menular pada jutaan umat
manusia, mengurangi penggundulan hutan serta emisi oleh zat methan, dan tentu
menyediakan energi vital bagi masyarakat” (Hawdon dalam Theecologist)5.
Komponen yang ada dalam biogas adalah ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2
(karbon dioksida), ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Dalam prakteknya di NTT, biogas
banyak dihasilkan melalui pengolahan kotoran ternak seperti sapi dan babi.

4.2. Mengapa Biogas?


Dalam program PfR, biogas adalah produk sampingan dalam siklus pengolahan
kotoran/cirit sapi melalui paronisasi terintegrasi. Paronisasi model ini adalah
metode beternak khususnya sapi dengan cara diikat atau dikandangkan. Melalui
paronisasi terintegrasi selain bermanfaatmenggemukkan sapi dan mendorong aksi
konservasi melalui penghijauan untuk ketersediaan HMT (hijauan makanan ternak)
juga dapat menghasilkan energi terbarukan. Di samping itu teknologi ini
menghasilkan pupuk organik cair dan padat (bio slurry) sebagai hasil penerapan
tata kelola limbah (waste management) yang baik. Biogas menjadi energi alternatif
yang sangat membantu pekerjaan domestik yang biasanya dilakukan perempuan
seperti memasak dan penerangan.
Biogas juga dapat mengurangi ketergantungan dari bahan bakar Fosil (Minyak) dan
kayu sebagai hasil dari penebangan pohon. Rumah tangga pengguna kayu
memerlukan lebih kurang 3,5 s/d 5kg kayu setiap harinya, yang artinya untuk
pemenuhan kebutuhan kayu bakar dalam 1 bulan berkisar 105 kg s/d 150 kg
sehingga pohon sebagai penghasil kayu akan berkurang dari waktu ke waktu.

Dengan memanfaatkan biogas, mereka (perempuan) tidak perlu susah mencari kayu
bakar untuk membuat api, namun dengan energi dari teknologi ini langsung “klik”
api menyala dan proses memasakpun jadi lebih cepat. Biogas juga memberi
keuntungan terutama bagi kaum perempuan dan anak karena beban mereka mencari
kayu api semakin berkurangseperti yang diungkapakan seorang ibu rumah tangga,
Lebrina Sanam (42),”... bangun pagi saya tidak repot-repot lagi buat api pake

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Biogas
5
https://theecologist.org/2014/may/08/biogas-global-green-solution-health-energy-environment

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 90


kayu. Sekarang tinggal putar, nyala. Makanan cepat disiapkan. Kami dan anak-
anak juga sudah tidak sering mencari kayu api di kebun atau di hutan...”

Penggunaan biogas juga membawapengaruh, yakniberkurangnya kejadian


kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang seringkali disebabkan oleh penyajian
makanan yang terlalu lama, karena proses memasak menjadilebihcepat.Lebih
lanjut, perempuandapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk kegiatan produksi
lainnya seperti menenun, merawat diri, bersosialisasi dengan warga lain,
danbahkanlebih leluasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan bagi kepentingan umum
seperti berpartisipasi dalam musyawarah desa dan peningkatan kapasitas individu.

5. Tahapan Kunci Kegiatan6


Sebelum memutuskan membangun biogas di tingkat keluarga dibutuhkan pemahaman
tentang biogas, manfaat dan kegunaannya bagi rumah tangga maupun pertanian.
5.1. Membuat RAM (Rencana Aksi Masyarakat)
Tahapan ini merupakan tempat/ruang partisipasi warga untuk menentukan aktivitas
prioritas yang akan dilakukan sesuai kebutuhan mereka. Biogas melalui paronisasi
terintegrasi pun dipilih menjadi menjadi prioritas utama di beberapa komunitas.
5.2. Tahap sosialisasi.
Sosialisasi merupakan tahap penting untuk menyampaikan maksud dan tujuan
daripembuatanteknologi biogas secara teknis sekaligus menggarisbawahi bahwa
teknologi ini tidak berdiri sendiri tetapi juga menyentuh aspek sosial dan budaya
(Pentagon Asset), seperti kesiapan masyarakat mengubah kebiasaan memelihara sapi
dari cara lepas menjadi dikandangkan. Selain itu, teknologi ini mendorong sikap
solidaritas dan keguyuban warga terutama untuk memastikan kecukupan persediaan
pupuk. Teknologi ini juga sangat kuat mendorong upaya mitigasi bencana banjir dan
longsor melalui penanaman HMT. Ketersediaan sumber energi biogas ini juga
mengurangi beban hutan karena sering menjadi sumber energi kayu api dan
mengurangi penggunaan minyak tanah (energi fosil-fosil fuel).
5.3. Pelatihan
Pelatihan dilakukan untuk masyarakat pengguna dan tetangga (kelompok tani) serta
tukang lokal. Mengingat ini adalah teknologi yang relatif baru, maka pelatihan
menjadi hal dasar karena konstruksi teknologi biogas sangat berbeda dengan proses
pembangunan fasilitas lain. Namun pelatihan bisa dilakukan langsung dibuat dilokasi
biogas (on site training). Konstruksi biogas hasil pelatian bisa digunakan sebagai
contoh (uraian ringkas masing-masing tahapan kunci dan gambar pada lampiran).
5.4. Pembuatan biogasdigester7 berukuran 4m³ di lokasi yang sudah disepakati oleh
masyarakat. Meskipun dibuat pada level keluarga, masyarakat (kelompok tani baik
perempuan dan laki-laki) bisa mendapatkan pupuk dari fasilitas ini dengan
mekanisme yang sudah disepakati bersama. Contohnya di desa Nunsaen ada
mekanisme barter dimanasetiap keluarga yang ingin mengambil pupuk slurry harus
menyediakan hijauan makanan ternak (HMT) untuk dibarterkan dengan pupuk
tersebut. Tahapan pembangunan terlampir.

6
Detail tahapan pembuatan biogas terlampir
7
Design biogas digester ukuran 4³ terlampir

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 91


6. Sumberdaya yang diperlukan
6.1. Manusia dan hewan ternak. Masyarakat menjadi sumber daya lokal kegiatan ini
karena mereka adalah aktor utama selain untuk membangun teknologi ini juga untuk
menjaga keberlanjutannya; dan tentu hewan ternak (sapi) yang menyumbangkan
ciritnya untuk kebutuhan manusia. Keduanya memiliki hubungan simbiosis
mutalisme. Juga perlu memastikan ketercukupan pengetahuan dan keterampilan bagi
warga pengguna teknologi biogas dan paronisasi terintegrasi.
6.2. Alam (lahan pertanian). Selain lokasi, aktivitas ini perlu memastikan ketersediaan
pakan hijauan makanan ternak yang cukup seperti lamtoro terambah, rumput
kingress, dan lain-lainuntuk memastikan produksi biogas berjalan baik.
6.3. Material non-lokal seperti semen, kompor, pipa paralon, dan lain-lain untuk
kebutuhan konstruksi biogas digester(lihat tabel rincian material).
6.4. Kisaran biaya diperlukan, sumber daya dalam desa dan luar desa yang diperlukan
(uraian rinci sumber daya luar desa pada lampiran)

7. Tantangan
Tantangan utama kegiatan ini adalah bagaimana teknologi biogas dapat diakses dengan
mudah oleh sebagian besar warga serta mengubah kebiasan cara beternak lepas menjadi
diikat/dikandangkan. Dukungan pemerintah setempat dan elemen terkait sangat
diperlukan terutama mengenai pembiayaan awal. Dana desa dan lainnya seperti APBD I
& II (Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah) menjadi sumber dana strategis yang ada
di desa sehingga perencanaan masyarakat perlu diarahkan ke model paronisasi
terintegrasi termasuk pembangunan biogas di dalamnya.

Selain itu kegiatan ini perlu diintegrasikan dalam program lain seperti pengadaan ternak
sapi oleh pemerintah desa atau dinas terkait, yang tentunya harus diikuti dengan
bagaimana cara memelihara sapi denganmempertimbangkan faktor untung rugi atau cost
and benefit.Hal yang sangat perlu mendapat perhatian juga yaitu kemampuan warga
merawat teknologi ini agar harus selalu diperkuat melalui pelatihan dan pendampingan
sosial dan teknis. Pertisipasi warga menjadi tantangan utama terutama usaha mandiri
untuk mengembangkan biogas melalui paronisasi terintegrasi karena sebagian besar
warga masih memilih cara ternak lepas atau digembalakan.

8. Daftar material dan persiapan komunitas


Anggaran pembuatan biogas untuk skala rumah tangga berukuran 4M³ pada proyek PfR I
sekitar 7,5 s.d 8 juta rupiah (untuk rincian material lihat tabel di bawah)dan sosialisasi
dan RAM sebesar Rp. 2.100.000dengan perhitungan menggunakan tukang lokal terlatih.

Tabel 1 Jenis Material untuk Konstruksi Biogas Program PfR


Jenis Kegiatan: Pembangunan Biogas Lokasi Kegiatan: Desa Oelbiteno dan
Nunsaen
N
O MATERIAL UNIT JUMLAH
1 PASIR M3 4

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 92


2 BATAKO BH 200
3 BATU/Kerikil Pecah 2x3 M3 0,5
4 Semen 40 KG Zak 18
5 Saringan Pasir/plester halus Meter 1
6 Paku 4 cm Kg 0,5
7 Bambu Batang 10
8 Besi Beton 8 mm Batang 3
9 Kawat Bendrat Kg 0,5
10 Pipa PVC 4 inci Tipe D Batang 1
11 Cat Tembok Exterior warna putih Kg 1
12 Pipa PVC AW (maspion/wavin) I/2 inci Batang 6
13 Pipa PVC 1" AW (maspion Abu2) Unit 1
14 Tee PVC 1"x 1/2" Buah 1
15 Shok draft Luar PVC 1" Buah 1
16 Dof PVC 1/2" Buah 1
17 Mixer Buah 1
18 V. Shok 1"x 1/2" besi Buah 1
19 DobelNepelBesi 1/2" Buah 2
20 KeniBesi 1/2" Buah 2
21 Shok Drat Luar 1/2 PVC" Buah 4
22 Keni PVC 1/2" Buah 7
23 Tee Drat 1/2" PVC Buah 2
24 Ball Valve (Stop Kran)Onda 1/2" Buah 2
25 Kran air Bc (onda )1/2" Buah 1
26 Knee drat 1/2 PVC Buah 2
27 Pakubeton 2,5" Dos 1
28 Lem PVC Buah 2
29 Selotape Buah 2
30 Klem Pipa ½ Pcs 10
31 Selang BENING 1/4" tebal Meter 2
32 Selang bening 3/8" Tebal Meter 2
33 Nepelselang 1/2" x 1/4" Pcs 1
34 Nepel selang 1/2" x 3/8" Pcs 1
35 Manometer UNIT 1
36 Kompor Biogas Buah 1
ALAT BANTU KERJA
37 Sekam Padi/Tongkol Jagung/ Sabut Kelapa Karung 20
38 Benang bangunan Roll 2
39 Terpal untuk naungan kerja 4 x6 Buah 1
40 Drum Air Buah 1
41 Kuas 4" Buah 1
42 Lampu emergency Buah 1
43 Gergaji Besi Buah 1
44 Selang timbang Meter 10

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 93


45 Ember cor Buah 4
Rencana Aksi Masyarakat & Sosialisasi
46 Paket makan dan snack utk 50 org dan stationary 1 1

Ukuran biogas disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan ketersediaan ternak.

Tabel 2: Jumlah sapi per reaktor Biogas (M3)

No Jumlah ekor (sapi) Ukuran reaktor Jumlah gas per hari (liter)
(M3)
1 4 4 1000
2 6 6 1500
3 8 8 2000
4 10 10 2500
5 12 12 3000

9. Upaya Replikasi
Sejauh ini masyarakat dan pemerintah desa berusaha mengadopsi biogas melalui
perencanaan pembangunan dimana terdapat usulan pembuatan BIOGAS di level dusun
meskipun belum menjadi prioritas pembangunan desa.Seperti yang dilakukan kelompok
tani Telekamoni I desa Oelbiteno mereka berharap dana desa bisa dialokasikan untuk
pengembangan paronisasi terintegrasi dan biogas untuk mendukung aktifitas pertanian.
Jadi melalui kegiatan ini petani akan semakin mudah mengakses pupuk organik serta
mendukung program pengadaan ternak sapi agar lebih bermanfaat dan prakteknya lebih
cerdas ekosistim baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

Di desa Oelbiteno terdapat pengembangan Biogas oleh instansi terkait pemerintah


kabupaten Kupang yaitu BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) selama berturut-turut
dua tahun anggaran. Juga ada pengembangan Biogas di beberapa desa lain dengan
dukungan APBD II. Sementara di Nunsaen, sudah ada alokasi dana desa tahun 2019
untuk pembangunan 2 unit biogas. Selain itu pemerintah provinsi melalui dinas energi
dan sumber daya mineral juga mengembangkan teknologi ini untuk digunakan
masyarakatluas. Biogas juga sudah masuk dalam bursa inovasi desa kabupaten kupang
dan dikategorikan sebagai infrastuktur utama tingkat rumah tangga.

10. Rekomendasi:
10.1. Mengingat pembanguanan biogas cukup detail dan harus berkualitas baik sangat
perlu pendampingan teknis yang rutin
10.2. Memastikan ada warga yang bisa merawat jika terjadi kerusakan teknis seperti pada
kubah digester dan saluran pipa, dan kompor.
10.3. Perlu pelatihan tambahan khusus untuk mempersiapkan tenaga teknis khusus untuk
merawat dan memonitoring konstruksi dan keberlanjutan paronisasi terintegrasi
10.4. Jenis ternak bisa diganti sesuai kondisi lokal. Contoh di NTT warga juga biasa
beternak babi bisa digunakan sebagai pengganti ternak sapi

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 94


10.5. Perlu menyiapkan mekanisme lokal dalam mengakses pupuk slurry dan
ketersediaan pakan ternak. Contoh ada sistim barter pakan/HMT dengan pupuk
slurry .

Profil Penulis

Pdt. Bethseba Jacklin Fanggidae-Nunuhitu, M.Th, lahir 9 Juni 1974 di


Atambua (B elu). Bersekolah hingga tamat SMP di Atambua dan melanjutkan
pendidikan di SMAN 1 Kupang hingga tamat tahun 1992. Pendidikan strata 1
ditempuh di Fak Teologi UKDW Yogyakarta (1992-1997) dengan fokus studi
Biblika (PB) dan strata 2 di PPST UKDW (2000-2002) untuk bidang Teologi
Sosial.
Profesi pendeta di GMIT ditempuh melalui proses vikariat di Jemaat Wilayah Alak Klasis
Kupang Barat (1998-2000) dan ditahbiskan menjadi pendeta GMIT di Jemaat Exodus
Penkase pada 2 Ju li 2000. Melayani sebagai pendeta jemaat dijalani di dua jemaat, yaitu

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 95


Jemaat Lahairoi Nunkurus Klasis Kupang Timur (2003-2008) dan Jemaat Tamariska Maulafa
Klasis Kupang Barat (2008-2016). Sejak 2016 sampai sekarang melayani di salah satu BPPS
yaitu sebagai Sekretaris Panitia Tetap Tata GMIT (PTTG). Telah menikah dengan Robert
Fanggidae tahun 2002 dan dikaruniai Tuhan, tiga orang putra-putri bernama Ariel, Abigail
dan Aaron.
"Buku Katekisasi Pranikah ini merupakan salah satu mimpi saya sejak menjadi pendeta dan
kini di tangan Ibu Maria, menjadi kenyataan. Semoga dapat dipakai di semua Jemaat GMIT.
Karena gereja adalah keluarga besar kita dan keluarga adalah gereja kecil dimana kita
menumbuhkannkasih dan keakraban."

Pdt. Delviana Krispusa Poych-Snae, S.Th, M.Pd.K, Lahir di Kupang 15


Januari 1979. Menempuh jenjang pendidikan S1 di fakultas teologi UKAW
Kupang dan S2 program studi Pendidikan Kristen di STAK Negeri Kupang.
Menjalani masa vikariat di Jemaat Efata Liliba tahun 2004-2006 dan ditabis
menjadi pendeta GMIT di Jem. Ebenhaiser Oeba, pada tanggal 24 Juni 2007.
Sejak ditabiskan telah menjalani masa pelayanan di jemaat di Jem. Efata Putain (2007-2010),
Jemaat Bethesda Oeteta (2010-2013), Dosen STAK Negeri Kupang (2014-2016) dan terakhir
sebagai Sek. Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Sinode (BPPPPS)
GMIT (2016-sekarang). Menikah dengan Okmartsem Pocyh pada 17 Oktober 2009 dan telah
dikarunia 3 orang anak Shelma, Sami dan Sean.
Oleh Pdt. Maria Litelnoni Johannes yang membidangi PAG pada periode 2016-2019 di kantor
Sinode GMIT, kami diberi kesempatan menjadi tim penulis buku katekisasi pra nikah sebagai
upaya memberi pemahaman seluas-luasnya mengenai berbagai pergumulan seputar hidup
kelu arga Kristen bagi calon pasangan nikah. Buku ini diharapkan menjadi salah satu sumber
belajar yang bermanfaat bagi semua anggota gereja.

Pdt. Maria Alfriana Litelnoni – Johannes, STh, MA, Lahir di Jakarta 8 Mei
1969. Menempuh pendidikan Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta 1993
dan S2 di The University Of Leeds, United Kingdom 2003.
Mejalani masa Vikariat di Jemaat Wilayah Alak, Kupang Barat 1995-1997.
Ditahbiskan menjadi Pendeta pada Maret 1997 di Jemaat GMIT Betlehem
Oesapa Barat – Klasis Kupang Tengah,
Melayani sebagai pendeta di Jemaat GMIT Gloria Kayu Putih - Klasis Kupang Tengah 1997-
2002, Emmanuel Indonesian Presbyterian Church - PCUSA 2008-2009, Dosen Tidak Tetap
mata kuliah Sejarah Agama Kristen di Fakultas Teologi UKAW 2000-sekarang. Penempatan
di Yayasan TLM 2009-2016 dan terakhir sebagai Ketua UPP Teologi dan PAG Majelis
Sinode 2016-sekarang.
Menikah dengan Pdt. Robert Stevanus Litelnoni, S.Th dan dikarunia dua orang anak yakni
Anasthasya Litelnoni dan Kim Egberth Litelnoni

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 96


Pdt. Judith Nunuhitu-Folabessy, M.Si. Lahir di Kupang, 21 Juli 1979.
Menempuh jenjang pendidikan S1 di fakultas teologi UKSW Salatiga dan S2
program studi Sosiologi Agama di UKSW-Salatiga 
Menjalani masa vikariat di Jem. Foimahen- Anainfar klasis Alor Barat Laut
tahun 2002-2004 dan ditabis menjadi pendeta GMIT di Jem. Ebenhaezer
Tiluntop 24 Okt 2004.
Sejak ditabiskan telah menjalani masa pelayanan di jemaat di Jem. Petra- Oederas klasis Rote
Barat Daya (2004-2007), Jem. Betlehem- Ndudale Klasis Lobalain (2007-2009), Melanjutkan
study S2 (2009-2010), Jem. Pohonitas-Manulai II Klasis Kota Kupang (2010-2015), jem.
Kotabaru (2015-2019) dan terakhir sebagai pelayan di jem. Kefas-Oetete klasis Kota Kupang.
(2019-sekarang).
Menikah dengan Johanes Nunuhitu pada 13 September 2002 dan telah dikarunia 2 orang anak
Welldy dan Welmisye.
Merasa sangat diberkati ketika di beri kesempatan Oleh Pdt. Maria Litelnoni Johannes yang
membidangi PAG pada periode 2016-2019 di kantor Sinode GMIT, untuk menjadi tim
penulis buku katekisasi pra nikah sebagai salah satu upaya mengumuli pergumulan anggota
jemaat dalam rangka memasuki kehidupan rumah tangga.

Pdt. Dina M. Takalapeta-Meler, STh, M. Pd. Lahir di Kupang, 10 Mei 1963


Menempuh pendidikan S1 di Fakultas Teologi – UKAW Kupang 1987 dan S2 di
STAKN Kupang 2018. Menjalani masa Vicariat pada tahun 1987 – 1989 di
Jemaat Wipa Oh'Aem. Ditahbiskn ke dalam Jabatan Pendeta GMIT pada 18 Juni
1989 di Jemaat Pniel Lelogama, Klasis Amfoang Selatan.
Sejak Tahun 1990 – 1999 melayani di Jemaat Pola Tribuana Kalabahi. Tahun
1992 (bersama teman2 berlatar belakang D2 PAK) menyusun kurikulum
katekesasi pra nikah dan menyelenggarakan pelayanan ini bagi Jemaat Pola.
Tahun 2003 – 2008 memimpin Unversitas Tribuana Kalabahi. Tahun 2010 – 2016 menjadi
Chaplain di Fakultas Teologia - UKAW. Tahun 2016 – Agustus 2018 menjadi Pendeta
mahasiswa di Pusat Ibadah dan Konseling UKAW. September 2018 – sekarang melayani
sebagai Sekretaris Bidang Pastoral UPP Personil MS-GMIT.
Menikah dengan Ir. Ansgerius Takalapeta pada 16 September 1989 dan dikarunia 4 orang
yakni: Theodora, Anita, Teguh dan Andayani.

Pdt. Yosepus Asbanu, M.Th. Dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1967 di Oebesa,
suatu kampung kecil di Desa Falas – Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kedua
orang tuanya bernama Bapak Nahum Asbanu (alm) dan Ibu Victoria Asbanu-
Nomnafa (almh). Menamatkan study S1 pada Fakultas Teologi UKAW Kupang
(1996) dengan skripsi berjudul “Kepemimpinan Paternalisme (Suatu Tinjauan

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 97


Teologi Praktika Terhadadap Kepemimpinan Paternalistik di Jemaat Bet’El
Fatubia, Klasis Amanuban Timur Selatan). Masa vicariaat di Jemaat
Kamengtakali, Klasis Alor Tengah Utara (1997-1998), ditahbiskan sebagai pendeta GMIT
pada tanggal 10 Januari 1999 di Jemaat Delha Utara (kini Imanuel Nemberala) Klasis Rote
Barat Daya.
Melanjutkan studi S2 (2010) dengan tesis “Sentralisasi Gaji Pokok Karyawan GMIT (Suatu
Kajian Teologis Terhadap Sentralisasi Gaji Pokok Karyawan GMIT dan Implikasinya bagi
Pembangunan Jemaat). Menjadi Ketua Majelis Jemaat GMIT Sion Oepura, Klasis Kota
Kupang (2012-2016). Terakhir menjadi Ketua PTTG-GMIT periode 2015-2019.
Sejak 1999 menikah dengan Henny Asbanu-Nabuasa dan kini dikaruniai 3 orang putri dan 1
orang putra yakni :
1. Marthorika Novelawasty Lilinsa Asbanu.
2. Juveminenty Rubalexeoni Asbanu
3. Tisa Ovenum Lilinsa Asbanu
4. Halandies Putra Dawana Asbanu

Lampiran: Contoh Sertifikat

KOP JEMAAT

Sertifikat Katekisasi Pra Nikah


Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 98
Diberikan Kepada

Nama ……………………………………………………….
Tempat/ Tanggal Lahir ……………………………………………………….

Telah Menyelesaikan Katekisasi Pra Nikah

Materi Pelajaran
1. Mengapa Menikah

2. Pernikahan Kristen Antara Laki-laki dan Perempuan Seiman

3. Pernikahan Kristen Melampaui Penampilan Fisik

4. Kesetaraan dan Keunikan Laki-laki dan Perempuan

5. Mengenal Diri dan Pasangan

6. Seksualitas dan Berbagai Permasalahannya

7. Mengelola Keuangan Keluarga

8. Tinggal serumah bersama Orang Tua/Mertua

9. Gadget dan Keluarga

10. Mengelola Konflik Dalam Rumah Tangga

11. Mencegah Kekerasan Dalam Rumah Tangga

12. Perzinahan

13. Keluarga Tanpa Anak

14. Perceraian

15. Anak Adalah Karunia Tuhan Yang Berharga

16. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga

17. Teladan Pendidikan Orang Tua

18. Mengapa Anakku Lahir Disabilitas?

19. Konsep 1.000 Hari Pertama Kehidupan

20. Kehamilan, Persalinan dan Pasca Persalinan

Hari/ Tanggal
MAJELIS JEMAAT ….
Ketua Sekretaris

…………………………………………… ……………………………………………..

Katekisasi Pra Nikah__ JATG Page 99

Anda mungkin juga menyukai