Anda di halaman 1dari 4

CGP sebagai pemimpin pembelajaran dapat memahami dan memilih 1 dari 3 prinsip

dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika.

Pertanyaan Pemantik:
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan
moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena
manusia memiliki kesadaran moral.
(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).   
Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur
yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai
atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau
prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu
keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 
Silakan Anda membaca 3 (tiga) pernyataan di bawah ini: 
1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 
Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran Anda memiliki
kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Silakan tanpa berpikir panjang, Anda
langsung menuliskan jawaban Anda di secarik kertas.
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada
aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di
sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga
prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh
tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip
tersebut adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang
mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung
jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 
4. Jika saya sebagai JURI dalam pengadilan maka saya akan memutuskan
bebas terhadap kapten kapal. Karena apa yang dilakukan oleh kapten
kapal telah mengikuti SOP sebagai kapten kapal artinya kapten
menggunakan prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
Prinsip yang digunakan adalah “Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking).
Kenapa? Karena penumpang kapal yang selamat membuktikan Tindakan si kapten
kapal sudah tepat, dan tidak semestinaya dipermasalahkan lagi. Apalagi sedang
dalam keadaan sulit dan membutuhkan keputusan yang segera.
Kita tidak tahu mengapa si Kapten memutuskan yang lemah yang di dorong ke laut.
Berikut ini panduan untuk melakukan analisis studi kasus:
1. Apa keputusan yang Anda ambil? Kapten saya bebaskan dari tuduhan
2. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa? Prinsip “berfikir berbasis hasil
akhir” (Ends-Based Thinking). Karena keputusan kapten telah terbukti
kapal tidak tenggelam dan selamat sampai ke daratan.
3. Mari kita terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada studi kasus
Anda.
a. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? Individu
lawan masyarakat (Individual vs Comunity)
b. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ? Juri, kapten dan Penumpang kapal.
c. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?
1. Situasi awal

1) Korban kapal pecah sangat banyak


2) Banyak yang masih hidup
3) Yang masih hidup pingin selamat
4) Daya tampung kapal terbatas,
5) Penumpang berlebihan
6) Kesempatan selamat masih ada.

2. Penumpang terlalu banyak, harus ada yang terjun berenang


3. Apa yang akhirnya terjadi; harus dipaksa berenang masuk laut
4. Kapten memutuskan harus ada yang masuk kelaut
5. Kapan mereka mengatakan, pada saat kapal akan tenggelam.
d. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
 Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji
legal) ada yaitu memaksa orang masuk laut.
 Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus
tersebut? (Uji regulasi). Tidak ada, kapten sudah memberi perintah.
 Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam
situasi ini? (Uji intuisi). Kapal penyelamat hanya satu dan kecil.
 Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman
depan koran? Lebih senang, untuk dapat memberikan keadaan yang
sesungguhnya. Apakah anda merasa nyaman? Nyaman.
 Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda
dalam situasi ini? Ia akan mendukung, karena idola biasanya satu
frekuensi idenya.
e. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi
pada situasi tersebut? Individu lawan masyarakat (Individual vs Comunity)
f. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai? ?
Prinsip “berfikir berbasis hasil akhir” (Ends-Based Thinking)
g. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya
untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
Pihak korban dimediasi untuk berdamai dengan pihak kapten
h. Apa keputusan yang akan Anda ambil?
Membebaskan kapten dari tuntutan penumpang
i. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.
Keputusan saya sudah melalui proses mempertimbangkan dari dua belah
pihak. Dan saya pilih bebas terhadap kapten dari tuntutan karena situasi
kapten yang pada saat kejadian terpaksa harus diambil.

Selanjutnya, di bawah ini adalah beberapa pertanyaan pengayaan, CGP dapat memilih
2 (dua) dari 4 (empat) pertanyaan berikut untuk dijawab berdasarkan analisis studi
kasus CGP diatas. 
1. Dari kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, apakah ada langkah-
langkah yang Anda anggap  lebih penting daripada langkah lainnya, mengapa?
Langkah lebih penting adalah “point g. apakah ada penyelesaian kreatif dan  tidak
terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini. Alasannya adalah kedua belah
pihak pasti ada peran kesalahan masing-masing. Yang mereka langar. Namun oleh
karena faktanya keduanya sudah selamat maka tinggalah menerima semua kejadian
menjadi pelajaran.
2. Selain kesembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, menurut
Anda apa lagi yang sebaiknya dilakukan oleh pemimpin pembelajaran dalam
memastikan keputusannya adalah keputusan yang tepat?
3. Bila Anda menerapkan 9 langkah tersebut, apakah dapat dipastikan bahwa keputusan
yang Anda ambil akan bisa mengakomodasi semua pemangku kepentingan
(stakeholder) sekolah? Mengapa?
4. Menurut Anda, bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan budaya sekolah dalam
pengambilan keputusan di dalam situasi dilema etika?
Menurut saya nilai-nilai dan budaya sekolah menjadi landasan dasar dalam setiap
pengambilan keputusan. Agar semua menjadi lega harus dikembalikan kepada nilai
dan budaya yang telah disepakati Bersama sehingga tidak ada yang merasa dirugikan
atau diuntungkan. Kecuali akibat tidakan masing-masing.

Kasus :
Disuatu sekolah, terdapat undangan untuk mengikuti lomba sains tingkat
sekolah.
Lomba ini merupakan ajang bergengsi bagi sekolah tersebut.
Setiap tahun sekolah tersebut mengirimkan perwakilan murid dan setidaknya
ada yang memenangkan cabang lomba.
Ada seorang murid yang memberanikan diri untuk mendaftarkan diri pada
lomba tersebut.
Sayangnya, murid ini memiliki kemampuan akademik yang biasa saja,
sementara kuota pendaftaran bagi tiap sekolah dibatasi oleh penyelenggara
lomba.
Murid ini sudah berada ditahun terakhir pada jenjang SMP.
Sementara dia sudah pernah mengajukan diri untuk mengikuti lomba tahun
sebelumnya, tetapi ditolak oleh guru yang bersangkutan.
Bagaimana sikap kita menghadapi hal ini?
APakah menolak permintaan kedua murid ini dengan mempertimbangkan
nama baik sekolah atau menerimanya agar dia percaya diri dengan
kemampuannya dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai