Anda di halaman 1dari 11

Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom

Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom Chaetoceros gracilis dengan


Berbagai Metode

Iriani Setyaningsih1), Linawati Hardjito1), Daniel R. Monintja1),


M. Fedi A. Sondita1), Maria Bintang2), Nispi Lailati & Lily Panggabean3)
1)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor,
2)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB, Bogor,
3)
Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Jakarta
Email: iriani25@yahoo.com

ABSTRACT

Extraction of Antibacterial Compound from Diatom Chaetoceros gracilis With


Different Methods. Diatom is phytoplankton which is commonly found in off shore.
Chaetoceros produce antibacterial which inhibit some bacteria. This research was done
in 3 steps. At first, Chaetoceros gracilis was cultivated in temperate controlled room
with lighting 24 hours. The culture was harvested on 14 days, then it was dried and
weighted. The second step, biomass was disrupted by different method such as sonicator,
glass beads, and undisrupting. Then the biomass was maserated, filtrated, and evaporated.
The crude extracts were tested to pathogen bacterial. The third step, the extraction was
conducted using hexana (non polar solvent), ethyl acetate (semi polar solvent), and
methanol (polar solvent). The crude extracts were tested to the pathogenic bacteria.
The result showed that the produce cell disruption antibacterial activity by sonicator.
The biggest inhibition zone was obtained by hexana but produced lower yield.

Key words: Chaetoceros gracilis, growth, extraction, disrupting, antibacteria

PENDAHULUAN tiknya, antara lain untuk nutraceutical,


pharmaceutical dan berbagai bahan
Indonesia merupakan negara tambahan lainnya (Nontji 2006).
perairan yang memiliki keaneka- Senyawa-senyawa yang digunakan
ragaman hayati yang sangat besar dan untuk pharmaceutical dan nutraceu-
sangat berpotensi untuk dikembangkan. tical biasanya memiliki aktifitas biologis.
Berbagai bahan bioaktif yang terkan- Saat ini penggunaan antibiotik masih
dung dalam biota perairan laut memiliki tergantung pada antibiotik sintetik. Salah
potensi yang sangat besar bagi perse- satu bahan sintetik yang digunakan
diaan bahan baku industri farmasi sebagai antibiotik adalah kloramfenikol.
(Indhira 2004). Produk alam dari laut Semula kloramfenikol diisolasi dari
dapat digunakan untuk berbagai tujuan Treptomyces venezuelae, tetapi seka-
tergantung struktur kimia dan karakteris- rang dapat disintesa dengan lebih murah,

23
Setyaningsih dkk

yaitu secara kimia (Lohner & Austria Berkaitan dengan senyawa


2001). Akan tetapi kloramfenikol dapat antimikroba, Richmond (1990) me-
menimbulkan efek samping jika diberikan laporkan bahwa empat jenis diatom
dalam dosis yang terlalu tinggi, yaitu dapat seper ti Chaetoceros lauderi, C.
mengganggu perkembangan sel-sel darah pseudocurvisteus, C. socialis dan Fra-
merah yang normal (Schunack et al. gilaris pinnata mempunyai aktivitas
1990). Oleh karena itu perlu dicari antifungal. Hasil penelitian Pribadi
alternatif antibiotik yang aman dalam (1998) menunjukkan bahwa C. gracilis
penggunaannya. mampu menghasilkan senyawa anti-
Salah satu keanekaragaman hayati bakteri yang dapat menghambat pertum-
yang berpotensi untuk dikembangkan buha n bebera pa bakteri patogen.
adalah mikroalga. Selain itu mikroalga Penelitian tentang potensi antibakteri dari
telah diketahui mampu memproduksi Chaetoceros juga dilakukan Wang
berbagai bahan kimia seperti asam lemak, (1999), hasilnya menunjukkan bahwa
gliserol, pigmen, vitamin dan metabolit- Chaetoceros dapat menghambat per-
metabolit yang aktif secara biologik (Tan tumbuhan beberapa bakteri patogen.
& Johns 1990). Pemanfaatan mikroalga Wang (2003) menyatakan bahwa
saat ini masih terbatas, yaitu sebagai Chaetoceros merupakan pakan yang
pakan alami dan food supplement. baik untuk kekerangan. Selain itu juga
Selain itu mikroalga juga berpotensi da- dilaporkan bahwa diatom Chaetoceros
lam bidang kosmetika dan farmasi, salah sp. dapat memproduksi novel antibiotics
satunya adalah sebagai zat antibakteri. dan mampu mengelimina si Vibrio
Salah satu mikroalga yang berpoten- vulnificus, serta dapat berperan dalam
si untuk dikembangkan adalah propagasi virus dalam lingkungan
Chaetoceros. Nontji (2006) menyatakan produksi udang.
bahwa di laut Jawa terdapat sedikitnya Kajian tenta ng Chaetoceros
127 jenis diatom yang terdiri dari 91 jenis gracilis dari perairan Indonesia sebagai
diatom sentrik (termasuk Chaetoceros) zat antibakteri belum banyak dilakukan.
dan 36 jenis diatom penat. Hasil peneli- Penelitian yang dilakukan Pribadi (1998)
tian Simon (1978) menunjukkan bahwa tentang antibakteri dari C. gracilis masih
Chaetoceros dapa t dimanfaatkan terbatas pada uji aktivitas antibakteri
sebagai pakan alami. Beberapa mikro- terhadap bakteri Escherichia coli,
alga (diatom) Chrysophyta yang juga Pseudomonas dan Bacillus subtilis.
mempunyai komponen aktif anti-bakterial Faktor-faktor yang berpengaruh
antara lain Skeletonema costatum, Tha- terhadap rendemen dan aktivitas antibak-
lassiosira spp, Bacteriastrum elegans, teri antara lain kandungan antibakteri
Chaetoceros socialis, C. lauderi. dalam bahan dan metode ekstraksi
Komponen dari Chaetoceros yang mem- antibakteri yang digunakan. Pada
punyai aktivitas antibakterial adalah penelitian ini digunakan beberapa metode
golongan asam lemak (Metting & Pyne pemecahan sel (cell disruption) dan
1986). penggunaan pelarut dalam tahap

24
Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom

ekstraksi untuk mendapatkan rendemen Kultur untuk penghitungan


dan aktivitas terbaik. Ekstraksi senyawa kepadatan sel dilakukan dalam flash
aktif dari suatu jenis mikroalga dengan bervolume 2 liter. Selama kultivasi diberi
berbagai pelarut dilakukan berdasarkan aerasi secara terus menerus dan dileng-
tingkat kepolaran yang berbeda seperti kapi lampu neon 20 watt dengan jarak
eter, petroleum eter, kloroform, aseton, 15 cm. Kultivasi dilakukan pada ruang-
metanol dan etil asetat bertujuan untuk an berpengatur suhu dengan suhu AC
memperoleh hasil yang optimal, baik (25-26oC) dengan lama penyinaran 24
jumlah ekstrak maupun senyawa aktif jam. Parameter yang diamati berupa
yang dikandung ekstrak (Karnama penghitungan jumlah sel dari awal kul-
1984). Pada penelitian ini penggunaan tivasi sampai akhir kultivasi (fase
pelarut dimulai dari yang non polar, semi kematian) dengan metode hitungan lang-
polar dan dilanjutkan dengan pelarut polar. sung menggunakan hemasitometer
(Hadioetomo 1993). Parameter per-
BAHAN DAN CARA KERJA tumbuhan mikroalga juga dapat ditinjau
dari yield biomasa, yaitu berat biomasa
Bahan yang digunakan pada kering per satuan volume atau per satuan
penelitian ini terdiri dari kultur luasan atau per satuan berat (Becker
Chaetoceros gracilis yang diperoleh 1994). Untuk penghitungan biomas
dari Pusat Penelitian Oseanogafi LIPI, kering, kultur dibuat sebanyak 16,5 liter.
Jakarta. Bakteri Staphylococcus aureus Kultur dipanen pada umur 14 hari.
yang diperoleh dari Laboratorium Biomasa C. gracilis yang didapat
mikrobiologi, Fakultas Teknologi kemudian dikeringkan menggunakan
Pertanian, IPB dan Vibrio harveyi freeze dryer lalu ditimbang untuk
diperoleh dari Balai Riset Perikanan diketahui berat keringnya. Berat kering
Budidaya Air Tawar, Bogor. dari masing-masing kultur kemudian
Penelitian ini terdiri dari beberapa dilakukan penghitungan terhadap yield
tahap, yaitu kultivasi Chaetoceros biomasa dengan cara membagi berat
gracilis, ekstraksi senyawa antibakteri kering tersebut dengan volume pa-
dengan metode pemecahan sel yang ber- nen.Perhitungan yield biomasa kering
beda, dan ekstraksi senyawa antibakteri adalah sebagai berikut:
pada berbagai pelarut.
yield = Berat biomasa kering (gram)
Kultivasi C. gracilis Volume panen (L)
Kultivasi ini dilakukan untuk men-
Ekstraksi senyawa antibakteri pada
dapatkan kurva pertumbuhan C. gracilis
berbagai metode disrupting
dan rendemen biomasa sel. Medium
Pada tahap ini penelitian dilakukan
yang digunakan untuk pertumbuhan C.
dengan menggunakan berbagai metode
gracilis adalah medium Guillard yang
pemecahan sel (cell disruption)
telah dimodifikasi oleh Pusat Penelitian
terha dap biomas C. gracilis yang
Oseanografi LIPI.

25
Setyaningsih dkk

meliputi sonikator, glass bead, dan aktivitas antibakteri dari ekstrak terhadap
tanpa pemecahan sel. Hasil terbaik bakteri uji. Metode yang digunakan
ditentukan berdasarkan rendemen adalah metode difusi agar mengacu pada
ekstrak anti-bakteri dan daya Bintang (1993), Naviner et al. (1999).
hambatnya terhadap bakteri uji. Metode Sebelumnya disiapkan medium Mueller
ekstraksi yang di-gunakan merupakan Hinton Agar (MHA) steril dan ekstrak
modifikasi dari Naviner et al. (1999). antibakteri. Sebanyak 20 µl suspensi
Biomas sel kering disiapkan untuk bakteri uji yang mem-punyai kerapatan
tiga perlakuan. Masing-masing biomas (optical density) > 0.5 dimasukkan ke
sel yang telah disiapkan ditambah dalam medium MHA steril, selanjutnya
dengan pelarut metanol, lalu dilakukan dituang ke dalam cawan petri dan
peme-cahan sel menggunakan dibiarkan sampai mem-beku. Paper disk
sonikator, glass bead dan tanpa steril yang telah ditetesi ekstrak (300 µg/
pemecahan sel. Selanjut-nya masing- disk) diletakkan pada medium MHA yang
masing biomasa yang telah dipecah telah disiapkan tersebut. Pada pengujian
selnya dimaserasi selama semalam. ini juga digunakan kloramfenikol sebagai
Proses maserasi dikombinasi dengan kontrol positif. Selanjutnya diinkubasi
stirring (pengadukan) mengguna-kan pada suhu 37 o C selama 24 jam.
magnetic stirrer. Setelah pr oses Parameter aktivitas antibakteri dilihat
maserasi selesai, sampel disaring hingga berdasarkan diameter zona hambat yang
diperoleh filtrat, kemudian filtrat dipekat- terbentuk di sekitar paper disk.
kan menggunakan rotavapor vakum. Penghitungan di-ameter adalah diameter
Hasil ekstraksi berupa ekstrak kasar in- zona hambat yang terbentuk dikurangi
traseluler. Selanjutnya masing-masing diameter paper disk. Suatu zat aktif
ekstrak yang diperoleh disebut sebagai dikatakan memiliki potensi yang tinggi
ekstrak-sonikator, ekstrak-glass bead sebagai antibakteri, jika pada konsentrasi
dan ekstrak-tanpa pemecahan sel. Per- rendah mempunyai daya hambat yang
hitungan nilai rendemen ekstrak adalah besar. Ketentuan kekuatan antibakteri
sebagai berikut: sebagai berikut: dae-rah hambatan 20 mm
A atau lebih berarti sangat kuat, daerah
Rendemen = × 100%
B hambatan 10-20 mm (kuat), daerah
hambatan 5-10 mm (sedang), daerah
Keterangan: A=Berat ekstrak intraseluler
hambatan 5 mm atau kurang (lemah)
(gram) B= Berat biomassa (gram)
(Rachdiati 2003).
Ekstrak yang diperoleh kemudian Ekstraksi dengan metode disrupting
diuji aktivitas antibakterinya terhadap yang menghasilkan aktivitas antibakteri
bakteri S. aureus. terbesar dipilih untuk tahap selanjutnya,
yaitu ekstraksi dengan berbagai pelarut.
Uji aktivitas antibakteri
Pengujian aktivitas senyawa
antibakteri dilakukan untuk mengetahui

26
Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom

8000

6000

4000

2000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Hari ke-

Gambar 1. Kurva pertumbuhan C. gracilis pada suhu 24 - 260C dengan penyinaran 24 jam.

Tabel 1. Pengaruh disrupting terhadap berat ekstrak dan uji aktivitasnya terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.

Pemecah sel Berat Biomassa Berat Rendemen Rata-rata Diameter


Kering Ekstrak Ekstrak Zona Hambat (mm)

Sonikator 0,70 g 0,2648 g 37,83% 6,5


Glass bead 0,70 g 0,2773 g 39,61% 4,5
Tanpa pemecah sel 0,70 g 0,2572 g 36,74% 3

Tabel 2. Jumlah ekstrak kasar C. gracilis pada berbagai jenis pelarut

Jenis Pelarut Jumlah Ekstrak


Heksan 0,2305 gram
Etil Asetat 0,1146 gram
Metanol 0,8580 gram

Ekstraksi senyawa antibakteri pada ekstraksi terpilih dimana ekstrak mem-


berbagai pelarut punyai daya hambat terbesar terhadap
Penelitian tahap ini meliputi ekstraksi bakteri yang diujikan).
bertingkat atau bertahap yang dimulai Biomasa kering sebanyak 2,73 gram
dengan penggunaan pelarut non polar yang telah disiapkan dipecah selnya
(hexana), semi polar (etil asetat) dan non menggunakan sonikator, lalu ditambah
polar (metanol). Tujuan dari tahap ini hexana untuk dimaserasi. Selanjutnya
untuk mengetahui sifat senyawa aktif disaring untuk mendapatkan filtrat dan
yang dikandung C. gracilis. Metode pelet. Kemudian peletnya ditambah
pemecahan sel yang digunakan adalah dengan etil asetat untuk dimaserasi lagi.
kombinasi sonikator-pengadukan (metode Setelah disaring, peletnya ditambah

27
Setyaningsih dkk

Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar C. gracilis dari berbagai pelarut

Ekstrak Bakteri uji dan diameter zona hambat (mm)

Staphylococcus aureus Vibrio harveyi


a
Heksana 3 7,7 a

Etil asetat 2,7 a 6,7 a


Metanol 1,7 a 1,3 b

Kloramfenikol (antibiotik 28b 30c


komersiel)

meta nol untuk dimaserasi lagi. HASIL


Selanjutnya disaring dan peletnya
dibuang. Masing-masing filtrat yang Hasil penghitungan jumlah sel C.
diperoleh dipekatkan dengan alat gracilis yang sudah didapat kemudian di
rotavapor vakum. Ekstrak yang diperoleh logaritmitkan dan diplotkan pada grafik
masing-masing disebut dengan ekstrak- hingga diperoleh kurva pertumbuhan.
hexana, ekstrak-etil asetat dan ekstrak- Kurva pertumbuhan C. gracilis pada
metanol. Masing-masing ekstrak ter- suhu (25-26 oC) dengan penyinaran 24
sebut diuji aktivitas antibakterinya jam dapat dilihat pada Gambar 1. Yield
terhadap bakteri S. aureus dan bakteri biomasa kering yang diperoleh dari kultur
V. harveyi. Parameter uji aktivitas anti- 16,5 liter sebesar 0,16 g/L.
bakteri dilihat berdasarkan diameter zona Pengaruh disrupting terhadap berat
hambat yang terbentuk di sekitar paper ekstrak dan uji aktivitasnya terhadap
disk. Staphylococcus aureus dan V. bakteri S. aureus dapat dilihat pada Tabel
harveyi dipilih sebagai bakteri uji karena 1. Rendemen ekstrak terbesar diperoleh
mewakili bakteri Gram positif dan negatif pada perlakuan pemecahan sel meng-
patogen. Bakteri S. aureus ini juga gunakan glass bead. Akan tetapi dia-
sering terdapat pada pori-pori dan per- meter zona hambat yang terbesar adalah
mukaan kulit, kelenjar keringat dan perlakuan sonikasi. Oleh karenanya yang
saluran usus (Fardiaz 1983). Vibrio dipilih dipilih seba gai perlakuan tahap
karena beberapa Vibrio sp. sering me- selanjutnya adalah ekstraksi dengan pe-
nyebabkan kerugian di pembenihan dan mecah sel sonikator.
budidaya udang (Munn 2004). Pengaruh jenis pelarut terhadap
Pada penelitian ini analisis data jumlah ekstrak pada ekstraksi bertingkat
dilakukan secara deskriptif dan tabulasi. disajikan pada Tabel 2. Uji aktivitas anti-
Sedangkan untuk aktivitas antibakteri bakteri dilakukan terhadap bakteri Gram
dilakukan uji statistik menggunakan positif S. aureus dan bakteri Gram nega-
Anova rancangan acak lengkap. tif V. harveyi. Hasil uji aktivitas
antibakteri dari ekstrak kasar (crude

28
Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom

extracts) dari berbagai pelarut disajikan dipengaruhi oleh faktor-faktor ling-


pada Tabel 3. kungan, antara lain cahaya, suhu, pH,
kandungan CO 2 bebas dan salinitas
PEMBAHASAN (BBLL 2002). Becker (1994) menyata-
kan bahwa suhu dan lama penyinaran
Pertumbuhan C. gracilis kultur berpengaruh terhadap pertumbu-
Berdasarkan nilai kepadatan sel C. han mikroalga. Kelarutan CO2 dalam
gracilis (Gambar 1), dapat dikatakan medium dari udara akan menurun de-
bahwa kultur tersebut tidak mengalami ngan meningkatnya suhu (Sen & Kocer
fase adaptasi karena medium pada 2005), sehingga kultivasi pada suhu
inokulum yang digunakan sama dengan rendah lebih baik dibanding pada suhu
medium pada kultur baru dan inokulum ruang. Karbondioksida (CO2) merupa-
yang digunakan berada pada fase log kan senyawa yang ikut bereaksi dalam
(umur inokulum 6 ha ri). Kultur proses fotosintesis (Schlegel & Schmidt
mempunyai pola pertumbuhan sebagai 1994). Lama penyinaran juga mem-
berikut: mempunyai fase log, fase pengaruhi pertumbuhan sel mikroalga
stasioner, fase menuju kematian dan fase selain intensitas cahaya dan panjang
kematian. Pada fase log terjadi pening- gelombang (Taw 1990). Penelitian
katan jumlah sel secara cepat dengan serupa juga dilakukan oleh Sen & Kocer
kecepatan pembelahan maksimal yang (2005), hasilnya menunjukkan bahwa
konstan (Schlegel & Schmidt 1994). Hal Chlorella vulgaris yang ditumbuhkan
ini dapat terjadi karena kondisi lingkungan dengan penyinaran 24 jam mencapai
yang mendukung dan ketersediaan jumlah sel maksimum sebesar 10000 x106
nutrien yang cukup. Fase stasioner me- sel/ml pada hari ke-21 sedangkan kulti-
rupakan fase pertumbuhan yang konstan vasi dengan penyinaran 12 jam hanya
karena nutrien semakin berkurang dan mencapai jumlah sel maksimum sebesar
populasi semakin padat. Pada fase ini 1400 x106 sel/ml.
pertambahan jumlah sel akibat pembelah-
an sel seimbang dengan pengurangan Ekstrak Senyawa Antibakteri C.
jumlah sel akibat kematian (Becker gracilis pada Berbagai Metode
1994). Disrupting dan Aktivitas Antibakteri
Pada fase kematian, jumlah sel yang Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak
mati lebih besar dari jumlah sel yang glass bead (39,61%) dan ekstrak-
hidup. Sel yang masih hidup tidak lagi sonikator (37,83%) menghasilkan
memiliki kemampuan untuk tumbuh, rendemen yang lebih besar dibandingkan
tetapi hanya mampu bertahan hidup. Sel dengan ekstrak tanpa pemecah sel
menga lami lisis karena tidak lagi (36,74%). Hal ini menunjukkan bahwa
mendapat suplai nutrien (Kungvankij pemecahan sel mempengaruhi rendemen
1988). Pertumbuhan suatu jenis ekstrak.
fitoplankton erat kaitannya dengan keter- Ekstrak kasar C. gracilis mampu
sediaan hara makro dan mikro serta menghasilkan rata-rata zona hambat

29
Setyaningsih dkk

yang besarnya berbeda-beda berdasar- asetat (0,1146 gram). Hasil ini


kan alat pemecah sel yang digunakan. menunjukkan bahwa pada tahap
Ekstrak sonikator menghasilkan rata-rata ekstraksi terakhir, yaitu ekstraksi dengan
zona hambat lebih besar (6,5 mm) diban- menggunakan metanol masih diperoleh
dingkan dengan ekstrak glass bead (4,5 ekstrak yang memiliki aktivitas
mm), sedangkan ekstrak tanpa pemecah antibakteri, walaupun aktivitasnya kecil.
sel masih menghasilkan rata-rata zona Hal ini sesuai dengan pernyataan Heat
hambat walaupun nilainya cukup kecil (3 & Reineccius (1987) bahwa metanol
mm). Diameter zona hambat dari mampu mengekstraksi senyawa organik,
ekstrak-sonikator lebih besar dibanding sebagian lemak serta tannin.
ekstrak glass bead, artinya pemecahan Ekstrak-heksan menghasilkan rata-
sel dengan sonikator lebih baik dibanding rata zona hambat yang lebih besar,
dengan glass bead dan tanpa pemecah- diikuti oleh ekstrak etil asetat dan ekstrak
an sel. metanol terhadap bakteri S. aureus dan
Pada perlakuan tanpa pemecahan V. harveyi. Hal ini didukung oleh peneliti-
sel, masih terbentuk zona hambat di an yang dilakukan Wang (1999) yang
sekitar paper disk. Hal ini terjadi karena melaporkan bahwa senyawa aktif yang
proses maserasi dikombinasi dengan bersifat antibakteri dari genus Chaeto-
pengadukan (stirring). Akan tetapi zona ceros merupakan golongan asam lemak.
hambat dan rendemen ekstrak paling Senyawa antibakteri pada C. gracilis
kecil, karena C. gracilis memiliki dinding diduga termasuk dalam golongan asam
sel seperti kaca yang terdiri dari silika lemak juga. Asam lemak merupakan
trihydrat di dalam suatu matriks organik senyawa yang larut dalam pelarut non
yang kuat dan inert (Anonim 2004), polar dan pelarut semi polar (Ketaren
sehingga perlu alat pemecah sel untuk 2005) yang menyebabkan rata-rata
mengeluarkan komponen kimia dari diameter zona hambat yang terbentuk
dalam selnya. pada ekstrak-heksan lebih besar daripada
ekstrak-etil-asetat dan ekstrak-metanol.
Ekstrak Senyawa Antibakteri C. Zona hambat yang terbentuk dari
gracilis pada Pelarut yang Berbeda penggunaan kloramfenikol lebih besar
dan Aktivitas Antibakteri dibanding dari ekstrak, karena ekstrak
Penggunaan berbagai pelarut secara pada penelitian ini masih berupa ekstrak
bertingkat dilakukan agar zat aktif yang kasar (crude extracts). Oleh karena itu
diperoleh diketahui sifatnya dan dapat perlu dilakukan purifikasi untuk
terekstrak secara optimal sesuai dengan penelitian selanjutnya. Hasil penelitian
tingkat kepolarannya. Tabel 3 menunjuk- Trianti (1998) juga menunjukkan bahwa
kan bahwa ekstrak terbesar dihasilkan ekstrak kasar Chlorella sp. dapat meng-
dari ekstraksi dengan pelarut metanol hambat pertumbuhan bakteri Pseudo-
(0,8580 gram) diikuti berturut-turut oleh monas, Staphylococcus aureus, dan
ekstraksi dengan pelarut heksan (0,2305 Bacillus subtilis. Akan tetapi zona ham-
gram) dan ekstraksi dengan pelarut etil bat yang terbentuk lebih kecil dibanding

30
Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom

antibiotik sintetis streptomisin. Hal ini Setelah dilakukan partisi dalam


menunjukkan bahwa antibiotik sintetis ekstraksi dengan berbagai pelarut,
seperti kloramfenikol dan streptomisin ekstrak-hexana memiliki aktivitas anti-
lebih sensitif dalam mengha mbat bakteri terha dap S. aureus dan V.
pertumbuhan bakteri dibanding crude harveyi lebih besar dibanding ekstrak-
extracts. Kloramfenikol merupakan etil asetat dan ekstrak-metanol, namun
antibiotik yang dapat menghambat secara statistik ekstrak hexana dan
bakteri gram positif dan negatif dengan ekstrak etil asetat tidak berbeda nyata.
spektrum yang sangat luas. Akan tetapi Akan tetapi jumlah ekstrak-hexana yang
penggunaan kloramfenikol dibatasi dihasilkan lebih kecil dibanding ekstrak-
karena dapa t merusak ribosom metanol.
mitokondria pada sel mamalia (Wilson
& Gisvold 1982; Singbetor 1997). UCAPAN TERIMA KASIH
Pada penelitian ini dihasilkan
senyawa antibakteri alami, yang mana Penulis mengucapkan terima kasih
implikasinya antara lain Chaetoceros kepada Kementerian Riset dan Teknologi
gracilis dapat digunakan sebagai pakan RI yang telah membantu dana penelitian
alami yang baik karena mengandung melalui RUT XII tahun 2005-2006, Dra.
antibakteri. Ekstrak C. gracilis dapat Ella Salamah dan Emma Masruroh yang
digunakan sebagai bahan antibakteri juga turut membantu penulis.
untuk membantu budidaya udang karena
memiliki aktivitas penghambatan terhadap DAFTAR PUSTAKA
Vibrio harveyi, yaitu bakteri patogen
yang sering menyerang udang, khususnya Anonim. 2004. Alam protista. http://
larva udang. Selain itu dapat digunakan www.fsas.upm.edu.my/~fidah/
sebagai bahan aditif untuk farmasi karena BIO3101/B GY3101w3.pdf.
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap [Download pada tanggal 3 Maret
S. aureus. 2007].
Balai Budidaya Laut Lampung [BBLL].
KESIMPULAN 2002. Budidaya Fitoflankton dan
Zooplankton. Bandar Balai Budi-
Chaetoceros gracilis yang daya Laut Lampung. Dirjen Budi-
ditumbuhkan pada suhu 25-26 o C daya. DKP. Lampung.
dengan penyinaran 24 jam menghasilkan Becker, EW. 1994. Microalgae
yield biomas sel kering sebesar 0,16 g/L Biotechnology and Microbiology.
dari 16,5 liter kultur. Ekstraksi yang Cambridge University Press. USA.
diawali dengan pemecahan sel (glass- Bintang, M. 1993. Studi antimikroba dari
bead dan sonikator) mampu meng- Streptococcus lactis. Bandung
hasilkan rendemen ekstrak dan aktivitas [Disertasi]. Program studi Biokimia.
antibakteri terhadap S. aureus lebih Institut Teknologi Bandung. 147.
besar daripada tanpa pemecahan sel.

31
Setyaningsih dkk

Elsawati, E. 1994. Ekstraksi zat Naviner, M., JP. Berge, P. Durand & H.
antibakteri dari beberapa spesies Le Bris. 1999. Antibacterial activity
Sargassum spp dan pengaruhnya of the marine diatom Skeletonema
terhadap pertumbuhan bakteri. costatum aga inst aquacultural
[Skripsi]. Program Studi Teknologi pathogen. Aquaculture 174:15-24
Hasil Perikanan. Fakultas Perikan- Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di
an dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Bumi Tanpa Keberadaan Plank-
Fardiaz, S. 1983. Keamanan Pangan. ton. Puslitbang Oseanologi LIPI.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Jakarta.
Gizi. Institut Pertanian Bogor. 308. Pelczar, MJ. & ECS. Chan 2005.
Hadioetomo, RS. 1993. Mikrobiologi Dasar-dasar Mikrobiologi. Ed
Dasar dalam Praktek Teknik dan ke-1. Penterjemah Hadioetomo RS,
Prosedur Dasar Laboratorium. Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL.
IPB. Bogor. UI Press. Jakarta.
Heat, HB. & G. Reinnecius. 1987. Pribadi, TDK. 1998. Ekstraksi senyawa
Flavour Chemistry and Tech- antibakteri dari mikroalga laut jenis
nology. Von Nostrand Reinhold Chaetoceros gracilis dan uji akti-
Co. New York. vitasnya terhadap beberapa bakteri.
Indhira, AT. 2004. Prospek bioteknologi [Skripsi]. Program Studi Teknologi
sumberdaya akuatik dalam industri Hasil Perikanan. Fakultas Peri-
farmasi. J. Perikanan 1(1): 27-30. kanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Ketaren, S. 2005. Pengantar Tekno- Bogor.
logi Minyak dan Lemak pada Pa- Rachdiati, H. 2003. Menanam rumput
ngan. UI Press. Jakarta. laut, memanen antibiotik. http://
Kungvankij P. 1988. Guide to the pro- www. Kehati.or.id/news/view.php?
duction of live food organisms. q=166&categ=kliping%20Berita.
Food Agriculture Organization of [12 April 2007].
The United Nations. Rome. Down- Richmond, A. 1990. Large scale micro-
load 3/29/2006 algal culture and applications.
Lohner, K. & G. Austria. 2001. Deve- Progress in Phycological Rsearch.
lopment of Novel Antimicrobial 7. Bioprocess Ltd.
Agents: Emerging Strategies. Schlegel, HG. & K. Schmidt. 1994. Ed
Horizon Scientific Press. England. ke-6. Mikrobiologi Umum. Tedjo
Metting, B & JW Pyne. 1986. Biology- Baskoro (Penterjemah). Gajah
cally active compounds from Mada University Press. Yoyakarta.
microalgae. J. Enzyme Microb. Schunack W, K. Mayer & M. Haake.
Tech. 8: 386-394. 1990. Senyawa Obat. Buku Pela-
Munn, CB. 2004. Marine Microbio- jaran Kimia Farmasi. Ed ke-2.
logy. Ecology and Applications. Terjemahan. UGM Press. Yog-
BIOS Scientific Publishers. London yakarta.
& New York.

32
Ekstrasi Senyawa Antibakteri Dari Diatom

Sen, BMT. & Kocer MAT. 2005. Biotechnology Conferen-ce; Gold


Studiest on growth of marine micro- oast, 24-27 September 1990.
algae in batch culture: I. Chlorella Taw, N. 1990. Petunjuk Pemeliharaan
vulgaris (chlorophyta). Asian . J. Kultur Murni dan Massal Mikro-
Plant Scie. 4 (6): 636-638. alga. UNDP-FAO.
Simon, CM. 1978. The culture of the Trianti R. 1998. Ekstraksi dan uji
diatom C.gracilis and its use as food aktivitas senyawa antibakteri dari
for penaeid protozoa lar vae. mikroalga Chlorella sp. [Skripsi].
Aquaculture. 14:10-13. Program studi Teknologi Hasil
Suwanto, A., M. Yuhana, E. Herawaty, Perikanan, Fakultas Perikanan dan
& SL. Angka. 1999. Genetic diver- Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
sity of Luminous Vibrio isolated Bogor. Bogor.
from shrimp larvae. In Flegel RW. Wang, JK. 1999. Antibacterially active
(ed). Advances in Shrimp Biotech- extracts from the marine algae
nology. Na tional Center for Chaetoceros and methods of use.
Genetic Engineering and Biotech- US Patent. 5.866.150.
nology, Bangkok Wang, JK. 2003. Conseptual design of
Tan, CK. & MR. Johns. 1990. Fatty a microalgae based recirculating
acid composition of heterotropic oyster and shrimp system. Aqua-
diatoms. Prosiding 9th Australian culture Engineering 28: 37 – 46.

33

Anda mungkin juga menyukai