Palangka Raya
1
SOSIOLOGI LINGKUNGAN
Penulis:
Dr. Saputra Adiwijaya, M.Si.
Dr. Berkat A. Pisi, M.Si.
ISBN: 978-623-7147-44-2
Editor:
Kim David J. Nyanden, S.Pd.
Jocelyn Kezia Nyanden
Desain Sampul:
Jocelyn Kezia Nyanden
Penerbit:
3
DAFTAR ISI
4
Evaluasi ................................................................................................. 46
Daftar Referensi Lebih Lanjut ............................................................. 47
5
6
BAB I
MANUSIA DAN LINGKUNGAN
1
maka konteks biologisnya yang berperan, namun ketika tingkah
lakunya yang dominan maka sisi psikologisnya yang menjadi
acuan, karena ini sebagai manifestasi dari kondisi kejiwaan.
B. Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti
keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan agar manusia
dapat hidup sejahtera. Lingkungan hidup menjadi sumber dan pe-
nunjang hidup. Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan
kesejahteraan dalam hidup manusia. Pada masa sekarang, manusia
tetap menginginkan lingkungan sebagai tempat maupun sumber kehi-
dupannya yang dapat mendukung kesejahteraan hidup. Melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia mengusahakan lingkungan yang
2
sebelumnya tidak memiliki daya dukung serta lingkungan yang tidak
dapat untuk hidup (unhabitable) menjadi lingkungan yang memiliki daya
dukung yang baik (habitable).
Evaluasi
1. Jelaskan konsep manusia secara sosial, individu, dan holistik!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lingkungan!
3. Jelaskan hubungan antara manusia dengan lingkungan!
5
BAB II
EKOLOGI
3) P. Odum
Menurut E. P. Odum (1963), ekologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang struktur dan fungsi alam atau “The study of the structure
and function of nature.”
4) Charles Elton
Menurut Charles Elton (1927), ekologi adalah sejarah alam yang
sifatnya ilmiah (scientific natural history) dengan kata lain ekologi
adalah ilmu yang mengkaji kehidupan alam secara ilmiah atau dapat
disingkat ilmu yang mempelajari sejarah alam.
5) G. Tyler Miller
Menurut G. Tyler Miller (1975), ekologi adalah ilmu yang mem-
pelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme
lain dan dengan lingkungannya.
2) Populasi
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang berada di suatu
tempat dan waktu tertentu. Misalnya populasi manusia, populasi burung,
populasi rumput, dan sebagainya.
8
3) Komunitas
Komunitas adalah suatu kelompok makhluk hidup yang terdiri atas
beberapa populasi dan saling berinteraksi satu sama lainnya pada
suatu tempat dan waktu tertentu. Misalnya komunitas padang rum-
put yang di dalamnya terdapat populasi rumput, populasi belalang,
populasi burung, populasi ular, dan lainnya.
4) Ekosistem
Ekosistem adalah suatu kondisi di mana terjadi hubungan timbal
balik dan saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan
lingku-ngannya. Misalnya ekosistem hutan, ekosistem air laut, dan
lainnya.
5) Biosfer
Biosfer adalah tingkatan organisasi biologi yang paling besar di
mana di dalamnya terdapat semua kehidupan yang ada di bumi dan
terdapat interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
9
c) Studi mengenai struktur dan fungsi alam.
2) Prinsip Utama dalam Ekologi
Beberapa prinsip utama dalam ekologi adalah sebagai berikut:
a) Adanya interaksi (interaction).
b) Adanya saling ketergantungan (interdependence).
c) Adanya keanekaragaman (diversity).
d) Adanya keharmonisan (harmony).
e) Adanya kemampuan berkelanjutan (sustainability).
10
4) Memetakan Konsumsi Pangan
Dengan adanya ekologi maka manusia dapat mengetahui
struktur dan skala pangan setiap makhluk hidup. Misalnya, tum-
buhan sebagai produsen, hewan herbivora sebagai konsumen tkt. 1,
hewan karnivora sebagai konsumen tkt. 2, manusia sebagai kon-
sumen tkt. 3, hewan pengurai, dan hasil pengurai tersebut dikon-
sumsi oleh produsen sebagai sumber energi.
F. Jenis-Jenis Ekologi
Pada dasarnya istilah ekologi digunakan pada beberapa bidang
kehidupan manusia. Mengacu pada pengertian ekologi David (2005)
menyebutkan beberapa jenis ekologi adalah sebagai berikut:
1. Ekologi manusia, yaitu cabang ekologi yang mempelajari tentang
keadaan lingkungan hidup manusia.
11
2. Ekologi tumbuhan, yaitu cabang ekologi yang mempelajari ten-
tang tumbuhan sebagai organisme dengan mengabaikan manusia
dan hewan.
Evaluasi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekologi!
12
Elton, Charles.1927. Animal Ecology, Sidgwick and Jackson, London.1st
edn. Reprinted several times, e.g. 2001 by The University of Chicago
Press, ISBN 0-226-20639-4. 2nd edn The ecology of animals, 1946,
Methuen, London.
Krebs, C.J. (1972) Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. Published by Harper & Row.
Leksono, Amin Setyo. 2007. Ekologi. Malang: Bayumedia Publishing.
Miller, G. Tyler. 1975. Essentials of Ecology 6th Edition. Cengage Learning.
Boston. Massachusetts: United States.
Odum, Eugene P. (1963). Ecology. Holt, Rinehart and Winston. New York.
13
BAB III
MEMAHAMI DAN MENDISKUSIKAN SOSIOLOGI
DALAM KONTEKS LINGKUNGAN
1) Fenomenologi
Fenomenologi berasumsi bahwa objek memiliki arti dan nilai
yang sangat kaya, sehingga mengandung beberapa kemungkinan
diadakannya observasi yang lebih spesifik, misalnya melalui pende-
katan fenomenologis.
Metode yang digunakan:
Fenomenologi menggunakan pendekatan objektif dengan
mengumpulkan data secara objektif tentang fakta sosial. Dalam
fenomenologi subjek harus terbuka dan mengarahkan diri kepada
objek untuk mengetahui dan mengenal sebagaimana adanya.
2) Teori Kritis
Teori Kritis sebagian besar terdiri dari kritik terhadap berbagai
aspek kehidupan sosial dan intelektual, namun tujuan utamanya
adalah untuk mengungkapkan sifat masyarakat secara lebih akurat.
Teori Kritis bertolak dari kritik terhadap Teori Marxian yang meng-
anut determinisme ekonomi mekanistis.
15
Metodologi yang digunakan:
Teori ini menggunakan cara berpikir teknokratis untuk mem-
bantu kekuatan yang mendominasi, untuk menemukan cara
efektif untuk mencapai tujuan. Selain itu terdapat pula pengguna-
an nalar dalam peneliteian dilihat dari sudut nilai manusia tertinggi
yang berkenaan tentang keadilan, perdamaian dan kebahagiaan,
serta menggunakan pendekatan dialektika untuk mengamati dan
menganalisis totalitas sosial.
17
Pertama, sistem sosial harus terstruktur sedemikian rupa se-
hingga bisa beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan
sistem lainnya.
Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial
harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain.
Ketiga, sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang me-
madai dari para anggotanya.
Keempat, sistem sosial harus mampu mengendalikan perilaku
yang berpotensi menganggu.
Kelima, bila konflik akan menimbulkan kekacauan maka harus
dikendalikan.
Keenam, untuk keberlangsungan hidupnya sistem sosial me-
merlukan bahasa. Jadi jelaslah bahwa persyaratan fungsional sis-
tem sosial Parsons memusatkan perhatian pada sistem sosial
berskala luas dan pada hubungan antara berbagai sistem sosial
luas itu (fungsionalisme kemasyarakatan). Bahkan ketika Parsons
berbicara mengenai aktor, itupun dari sudut pandang sistem. Ba-
hasan tersebut juga mencerminkan perhatian Parsons terhadap
pemeliharaan keteraturan di dalam sistem sosial yang berskala luas
(makro).
Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah
pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem (Rocker,
1975:40). Melalui definisi ini, Parsons yakin bahwa ada 4 fungsi
penting yang diperlukan semua sistem, yaitu: Adaptation (A), Goal
Attainment (G), Integration (I), dan Latency (L) atau pemeliharaan
pola. Secara bersama-sama, ke-4 imperatif fungsional ini dikenal
sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus
memiliki 4 fungsi ini. Adaptasi adalah sebuah sistem harus menang-
gulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya. Dalam skema ini Parsons mendesain fungsi adaptasi
18
pada perilaku organisme yaitu sistem tindakan yang melaksanakan
fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah
lingkungan eksternal.
1) Interaksionisme Simbolik
Beberapa tokoh interaksionisme simbolik telah mencoba
menghitung jumlah prinsip dasar teori ini, yang meliputi:
Tidak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpi-
kir.
19
dipandang sebagai cerminan atau unit-unit yang saling berinteraksi
yang terdiri dari unit-unit kemasyarakatan. Kemampuan berpikir me-
mungkinkan manusia bertindak dengan pemikiran daripada hanya
berperilaku tanpa pemikiran. Kemampuan untuk berpikir tersimpan
dalam pikiran, tetapi teori interaksionis simbolik mempunyai konsep
yang agak luar biasa mengenai pikiran yang menurut mereka bera-
sal dari sosialisasi kesadaran.
Teori interaksionis simbolik tidak membayangkan pikiran seba-
gai benda, sebagai sesuatu yang memiliki struktur fisik, tetapi lebih
membayangkannya sebagai proses yang berkelanjutan. Sebagai
sebuah proses yang dirinya sendiri merupakan bagian dari proses
yang lebih luas dari stimuli dan respon. Pikiran, menurut interak-
sionisme simbolik, sebenarnya berhubungan dengan setiap aspek
lain termasuk sosialisasi, arti, simbol, diri, interaksi dan juga masya-
rakat.
Dengan asumsi-asumsi ini, maka dalam interaksi sosial, para
aktor atau individu terlibat dalam proses saling mempengaruhi. Studi
interaksionisme simbolik lebih menekankan pada individu sebagai
aktor dalam proses interaksi sosial. Oleh sebab itu interaksionisme
simbolik lebih bersifat studi mikro.
23
dalam kehidupan modern makin meningkat peluangnya de-
ngan munculnya penggunaan peralatan komunikasi dan
transportasi baru.
4) Post-modernisme
Ada perbedaan besar di kalangan pemikir post-modern yang
umumnya bersifat idiosinkretik sehingga sukar menggeneralisasi
kesamaan pendapat mereka.
a) Pendirian yang ekstrim menyatakan bahwa masyarakat modern
telah terputus hubungannya dengan dan sama sekali telah di-
gantikan oleh masyarakat post-modern. Tokoh yang terkait di
antaranya Jean Baudrillard, Gilles Deleuze, dan Felix Guattari.
25
teori tersebut cenderung mengalami kemajuan yang pesat di-
bandingkan dengan negara berkembang yang miskin. Adanya
perbedaan penerapan teori tersebut menyebabkan beberapa
negara berkembang telah terhegemoni pada gaya hidup dan pola
konsumsi negara-negara barat sehingga negara berkembang terca-
but dari akar kulturalnya.
Di dalam hubungan-hubungan antar bangsa, dapat dilihat
terbaginya negara bangsa ke dalam kelompok-kelompok ke-
pentingan yang didasarkan pada bidang-bidang ekonomi dan politik.
Sebuah institusi internasional mungkin harus dibentuk untuk mengu-
rangi hegemoni antar negara dan kelompok-kelompok kepentingan.
26
Sistem otoritas rasional-regal hanya dapat berkembang dalam
masyarakat barat modern dan hanya dalam sistem otoritas rasional-
regal itulah birokrasi modern dapat berkembang penuh. Sistem
otoritas tradisional berasal dari sistem kepercayaan di zaman kuno.
Contohnya adalah seorang pemimpin yang berkuasa karena garis
keluarga atau sukunya selalu merupakan pemimpin kelompok.
Pemimpin karismatik mendapatkan otoritasnya dari kemampuan
atau ciri-ciri luar biasa, atau mungkin dari keyakinan pihak pengikut
bahwa pemimpin itu memang mempunyai ciri-ciri seperti itu. Meski
kedua jenis otoritas itu mempunyai arti penting di masa lalu, Weber
yakin bahwa masyarakat barat, dan akhirnya masyarakat lainnya,
cenderung akan berkembang menuju sistem otoritas rasional-regal.
Dalam sistem otoritas semacam ini, otoritas berasal dari peraturan
yang diberlakukan secara hukum dan rasional.
6) Materialisme Sejarah
Karl Marx menawarkan sebuah teori tentang masyarakat ka-
pitalis berdasarkan citranya mengenai sifat dasar manusia. Marx
yakin bahwa pada dasarnya manusia produktif, artinya untuk ber-
tahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam.
Produktifitas mereka bersifat alamiah, materialisme, yang me-
mungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang
mereka miliki.
Melalui proses sejarah, proses alamiah ini dihancurkan, mula-
mula oleh kondisi peralatan masyarakat primitif dan kemudian oleh
berbagai jenis tatanan struktural yang diciptakan masyarakat se-
lama perjalanan sejarah. Tatanan struktural ini mengganggu proses
produktif alamiah, tetapi penghancuran ini terjadi paling parah dalam
struktur masyarakat kapitalis, di mana individu melakukan produksi
tidak untuk dirinya sendiri (pemenuhan kebutuhan fisik materialnya).
Tahap terbentuknya masyarakat menurut Marx:
27
1. Tribalisme (kesukuan).
2. Komunalisme (cara hidup komunal).
3. Evolusi kapitalisme, yaitu sebuah sistem yang menjadikan sum-
ber produksi dimonopoli oleh para pemilik modal. Dalam hal ini,
kapitalis tidak berarti statis, melalui masalah-masalah over pro-
duksi dan meningkatnya alienasi, kelompok pekerja menjadi
terorganisasi dan melakukan perlawanan terhadap sistem yang
ada
28
penindasan terhadap buruh. Secara politis perhatiannya tertuju
pada upaya untuk membebaskan manusia dari struktur kapitalis.
Weber memandang Marx dan para penganut marxis pada
zamannya sebagai determinis ekonomi yang mengemukakan teori-
teori berpenyebab tunggal tentang kehidupan sosial. Artinya, Teori
Marxian dilihat sebagai upaya pencarian semua perkembangan
historis pada basis ekonomi dan memandang semua struktur kon-
temporer dibangun di atas landasan ekonomi semata. Salah satu
contoh determinisme ekonomi yang mengganggu pikiran Weber
adalah pandangan yang mengatakan bahwa ide-ide hanyalah
refleksi kepentingan material (terutama kepentingan ekonomi) dan
bahwa kepentingan materi menentukan ideologi. Dari sudut pan-
dang ini, Weber dianggap telah membalikkan Marx.
Weber lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada
gagasan dan pengaruhnya terhadap dunia ekonomi. Weber me-
musatkan perhatiannya pada sistem ide-ide keagamaan, di mana
gagasan keagamaan merintangi perkembangan kapitalisme dalam
masyarakatnya masing-masing.
Pada karya tentang stratifikasi, Marx memusatkan perhatian-
nya pada kelas sosial, di mana struktur materi mempengaruhi
masyarakat, salah satu dimensi stratifikasi ekonomi. Meskipun
Weber mengakui pentingnya stratifikasi kelas, tetapi Weber menya-
takan bahwa stratifikasi harus diperluas sehingga mencakup
stratifikasi berdasarkan prestise dan kekuasaan termasuk juga ide-
ide, gaya hidup, kebiasaan-kebiasaan dan akses ekonomi mereka
yang mempengaruhi masyarakat. Weber sangat dipengaruhi oleh
filsafat I. Kant, inilah yang antara lain menyebabkan mereka berpikir
linear, menurut hukum sebab akibat. Sebaliknya, Marx sangat dipe-
ngaruhi oleh Hegel yang lebih menganut dialektika, antara lain,
dapat membiasakan kita membayangkan pengaruh timbal balik
terus-menerus dari kekuatan sosial. Pemikir dialektika mampu
29
mengonsep ulang contoh yang dikemukakan di atas sebagai
keadaan saling mempengaruhi secara terus-menerus antara gaga-
san dan politik.
7) Fakta Sosial
Emile Durkheim dalam The Rule of Sociological Method (1895/
1982) menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa
yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta
sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan
memaksa individu. Studi tentang kekuatan dan struktur berskala
luas ini misalnya, hukum yang melembaga dan keyakinan moral
bersama dan pengaruhnya terhadap individu menjadi sasaran studi
banyak teori sosiologi di kemudian hari (misalnya Parsons).
Durkheim membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan
nonmaterial. Meskipun ia membahas keduanya dalam karyanya,
perhatian utamanya lebih tertuju pada fakta sosial nonmaterial
(misalnya kultur, institusi sosial) ketimbang pada fakta sosial mate-
rial (birokrasi, hukum). Perhatiannya pada fakta sosial nonmaterial
ini terlihat jelas dalam karya awalnya The Division of Labor in
Society (1893/1964). Dalam buku ini perhatiannya tertuju pada
upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang membuat
masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau
modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan
terutama oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh kuatnya
ikatan moralitas bersama atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesa-
daran kolektif yang kuat. Tetapi karena kompleksitas masyarakat
modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah menurun. Ikatan utam
dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang ruwet,
yang mengikat orang yang satu dengan orang yang lainnya dalam
hubungan yang saling tergantung. Dalam bukunya Suicide (1892/
1951), Durkheim berpendapat bahwa ia dapat menghubungkan peri-
30
laku individu seperti bunuh diri dengan sebab-sebab sosial (fakta
sosial). Tetapi, Durkheim tak sampai menguji mengapa individu A
dan B melakukan bunuh diri; ia lebih tertarik terhadap penyebab
yang berbeda-beda dalam rata-rata perilaku bunuh diri di kalangan
kelompok, wilayah, negara dan kalangan golongan individu yang
berbeda. Argumen dasarnya adalah bahwa sifat dan perubahan
fakta sosiallah yang menyebabkan perbedaan rata-rata bunuh diri.
Dalam karyanya yang terakhir, The Elementary of Relegious Life
(1912/1965), Durkheim memusatkan perhatian pada bentuk fakta
sosial nonmaterial yakni agama.
Pada masyarakat primitif akan lebih mudah untuk menemukan
akar agama daripada pada masyarakat modern yang kompleks. Te-
muannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu
sendiri. Masyarakat yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat
sakral dan yang lainnya bersifat profan. Dalam agama primitif
(totemisme) bendabenda seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan
didewakan. Selanjutnya totemisme dilihat sebagai tipe khusus fakta
sosial nonmaterial, sebagai bentuk kesadaran kolektif.
Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan
agama (kesatuan kolektif) adalah satu dan sama. Agama adalah
cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta
sosial nonmaterial. Tentang gejala bunuh diri dengan latar belakang
agama (sekte) yang berbeda-beda tidak terlepas dari adanya bentuk
kesadaran kolektif, bahwa perasaan mereka terhadap masyarakat
memperlihatkan perasaan mereka terhadap agamanya.
B. Sosiologi Lingkungan
Sosiologi lingkungan (environment sociology) adalah cabang so-
siologi yang memusatkan kajiannya pada adanya keterkaitan antara
lingkungan dan perilaku sosial manusia. Menurut Dunlop dan Catton,
31
sebagaimana dikutip Rachmad, sosiologi lingkungan dibangun dari be-
berapa konsep yang saling berkaitan, yaitu:
1) Persoalan-persoalan lingkungan dan ketidakmampuan sosiologi kon-
vensional untuk membicarakan persoalan-persoalan tersebut meru-
pakan cabang dari pandangan dunia yang gagal menjawab dasar-
dasar biofisik struktur sosial dan kehidupan sosial.
32
kungan harus dapat dikontrol. Hal ini dilakukan agar kemunculan
pengaruh-pengaruh berupa faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan
kondisi lingkungan (eksogen) dapat terdeteksi atau dikenali dengan
jelas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sosiologi lingkungan
adalah cabang sosiologi yang mengkaji aspek-aspek lingkungan, yang
melingkupi pemanfaatan sumber daya alam serta pencemaran dan ke-
rusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia dengan beragam
alasan sebagai dampaknya.
Evaluasi
1. Jelaskan pemahaman mendasar sosiologi!
2. Jelaskan salah satu teori dasar dalam sosiologi!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sosiologi lingkungan!
4. Jelaskan mengapa sosilogi dianggap terlambat berkembang!
33
Ritzer, George., Goodman, Douglas J., 2004. Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Prenada Media.
Sunyoto Usman, 2004. “Studi Lingkungan Dalam Perspektif Sosiologi”,
dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Susan, Novri M.A. 2009. Sosiologi Konflik: Isu-isu konflik Kontemporer.
Jakarta: PT Kencana Prenada Group.
Y.R. Zakaria, 1994. Hutan dan Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta:
Penerbit Walhi.
34
BAB IV
EKOFEMINISME (ECOFEMINISM)
SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI LINGKUNGAN
(“Gender bukanlah sesuatu yang kita miliki sejak lahir, dan bukan
sesuatu yang kita miliki, tetapi sesuatu yang kita lakukan (West dan
Zimmerman: 1987) – sesuatu yang kita tampilkan” (Butler: 1990).
35
laki memiliki penis, jakun, dan memproduksi sperma. Sedangkan pe-
rempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk
melahirkan, memiliki sel telur, memiliki vagina, dan mempunyai payu-
dara. Gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis
merupakan pemberian Sedangkang gender adalah konstruksi sosial.
Jalan yang menjadikan kita maskulin atau feminin adalah
gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis
oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai “naskah” (script)
untuk diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar memainkan peran
feminin, maskulin, atau keduanya, sebagaimana halnya setiap
masyarakat memiliki bahasanya sendiri. Sejak dari bayi mungil hingga
mencapai usia tua, kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara
khusus yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi kita untuk menjadi
laki-laki dan perempuan. Sehingga muncul seperangkat peran yang
seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada
orang lain bahwa kita adalah feminin atau maskulin.
Perangkat perilaku khusus ini mencakup penampilan, pakaian,
sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksua-
litas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama
memoles “peran gender” kita.
Sifat-sifat biologis melahirkan perbedaan gender (gender differen-
ces) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan sesungguhnya
terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuk-
nya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal. Di
antaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksi
secara sosial atau kultural. Melalui proses panjang, sosialisasi gender
akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan seolah-olah bersifat bio-
logis yang tidak dapat diubah kembali, sehingga perbedaan-perbedaan
gender dianggap sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.
36
“Gender refers to the set of characteristics distinguishing between male
and female, particularly in the cases of men and women. It differentiates
between men and women of cultural origin, that is, it is a social con-
struct , which is a matter of nurture, since cultures differ as well as the
expectations and rules for male and female, which are grounded in the
biological and anatomical distinction.”
37
bagi perempuan. Perempuan dapat juga layak bergerak dalam bidang
politik, hukum, budaya, dan sosial.
Hal-hal yang selama ini berbau perempuan seperti mendidik
anak, mengelola dan merawat kebersihan, dan keindahan rumah tang-
ga atau urusan domestik sering dianggap sebagai “kodrat perempuan”
padahal itulah yang dalam sejarah ini dikonstruksi secara sosial atas
dominasi-dominasi kekuataan dan kekuasaan maskulin. Karena urusan
mendidik anak anak, merawat kebersihan rumah tangga dapat
dilakukan oleh kaum laki-laki. Jenis pekerjaan tersebut bisa ditukar dan
tidak bersifat universal. Bahkan dalam perkembangan zaman di Jerman
terdapat houseman di mana seorang ayah berperan juga dalam me-
rawat anak dan rumah tangga untuk keseimbangan peran antara ayah
dan ibu sehingga ibu tidak terus menerus bergulat dalam domestic
area. Bahkan dalam sebuah kartu pos anti hak pilih The Suffragette
Madonna tertulis, “Poor man, thinking that nurturing a child is a sign of
weakness or inferiority.” Karena selama ini produk sejarah melahirkan
pengertian yang kuat yang kemudian diagungkan, “prehistoric times
when physical force was very important, those who are strongest had
all the right and power” (Simone de Beauvoir, The Second Sex). Hal
tersebut adalah proses pembentukan citra baku yang dimulai sejak
beratus abad yang lalu di saat peradaban manusia ditegakkan ber-
dasarkan prinsip the survival of the fittest. Prinsip ini lebih banyak
mempertimbangkan proses fisik sebagai pra-syarat penguasaan struk-
tural sosial.
Sebagai akibatnya, perempuan secara fisik tidak setegar laki-
laki, menjadi termarginalisasi dari sektor “persaingan budaya”. Dalam
proses sosialisasi di kemudian hari, hampir seluruh aspek kehidupan
sosial lebih banyak merefleksikan kelaki-lakian (masculine) atau yang
kemudian disebut dengan sistem “patriarki”.
Pembicaraan mengenai gender belakangan ini semakin hangat
dalam perbincangan mengenai kemajuan perkembangan kaum perem-
38
puan dengan kesetaraan dengan kaum pria. Dalam sejarah telah terjadi
perlakuan yang tidak seimbang, menempatkan perempuan pada posisi
yang lebih rendah dibanding laki-laki. Perjalanan peradaban manusia
banyak didominasi oleh kaum laki-laki dalam urusan bermasyarakat.
Jadi sejak awal sebenarnya sudah terjadi ketidaksetaraan gender yang
menempatkan perempuan pada wilayah marginal. Peran-peran yang di-
mainkan perempuan hanya berputar di ranah domestik, seperti dalam
kosakata Jawa “dapur, sumur, kasur”, sementara kaum laki-laki meme-
gang berbagai peran penting di dalam masyarakat yang menimbulkan
ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.
Ketidaksetaraan gender merupakan kenyataan yang harus di-
hadapi perempuan di hampir seluruh dunia dan dapat ditemukan dari
ranah, publik hingga privat, dari urusan domestik hingga persoalan
reproduksi. Dalam organisasi publik dapat dikatakan perempuan ada
pada posisi termarginalkan. Sistem budaya patriarkal yang menanam-
kan pemahaman bahwa wilayah publik (politik dan dunia kerja) sebagai
wilayah laki-laki, biasa disebut sebagai faktor penyebab utama kiprah
perempuan di ranah publik secara umum berada pada posisi subordinat
laki-laki.
Dalam pembahasan gender, gender dapat menentukan berbagai
pengalaman hidup, menentukan akses terhadap pendidikan, kerja, alat-
alat dan sumber daya yang diperlukan untuk industri dan ketrampilan.
Gender dapat menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan
bergerak. Gender akan menentukan seksualitas, hubungan dan ke-
mampuan untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom.
Gender bisa jadi merupakan satu-satunya faktor terpenting dalam
membentuk kita akan menjadi apa nantinya.
39
B. Pengertian Feminisme, Sejarah, Ciri, Klasifikasi, serta Kelebihan
dan Kekurangannya
Membahas tentang feminisme maka berbicara tentang bagaima-
na keadilan dan kesamaan gender dengan laki-laki. Untuk pembahasan
lebih dalam, berikut adalah sejarah, ciri-ciri, klasifikasi, kelebihan, dan
kekurangan feminisme.
1) Pengertian Feminisme
Feminisme merupakan sebuah gerakan yang menuntut
emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan laki-laki. Me-
nurut bahasanya, feminisme bersumber dari bahasa latin femina
yang artinya “perempuan”.
Penggunaan istilah feminisme dipakai pada tahun 1890-an, ini
mengarah pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan dan juga
pergerakan untuk mendapatkan hak-hak perempuan. Definisi seca-
ra umum feminisme yaitu advokasi kesetaraan hak-hak perempuan
dalam hal politik, sosial, dan ekonomi. Orang yang mendukung dan
aktif dalam feminisme disebut dengan feminis.
2) Sejarah Feminisme
Sejarah mencatat banyak sumber tentang gerakan perempuan
dalam memperjuangkan haknya, tetapi yang paling sering menjadi
acuan adalah gerakan yang berkembang di abad 15-18 di Eropa.
Pergerakan paling pertama ditemukan adalah oleh Christine
de Pizan yang menulis mengenai ketidakadilan yang diterima pe-
rempuan. Selanjutnya pada abad ke 18, pergerakan yang cukup
signifikan mulai tumbuh. Terdapat tokoh utama pergerakan ini yakni
Susan dan Elizabeth.
Ketika itu mereka sudah berhasil melakukan perjuangan hak
politik, yakni hak untuk memilih bagi perempuan. Selanjutnya me-
masuki abad ke-19, dengan adanya pelopor dari Lady Mary Wortley
Montagu dan Marquis de Condoracet gerakan ini terus berkembang
40
sampai ke negara-negara penjajahan Eropa. Secara bersama ge-
rakan tersebut dinamakan sebagai Universal Sisterhood. Terdapat
tiga perkembangan gerakan feminisme, antara lain sebagai berikut:
a) Gelombang Pertama
Gelombang pertama atau gelombang suara perempuan ini
kali pertama dipelopori oleh seorang aktivis sosialis Charles
Fourier di tahun 1837. Di gelombang ini pergerakan yang mula-
nya berpusat di Eropa, pindah ke wilayah Amerika dan terjadi
perkembangan pesat sejak adanya publikasi buku dengan judul
The Subjection of Women (1869) karya John Stuart Mill. Per-
juangan kaum perempuan dalam menuntut revolusi sosial dan
politik atas hak perempuan mulai terlihat hasilnya sekitar tahun
1830-1840. Seiring dengan terdapatnya pemberantasan praktik
perbudakan, hak-hak kaum perempuan menjadi perhatian.
b) Gelombang Kedua
Sesudah Perang Dunia Kedua – ditandai dengan lahirnya
negara-negara baru setelah terbebas dari penjajahan bangsa
Eropa – gerakan feminisme mencapai puncaknya. Gerakan ini
mulai mengeluarkan hak suara perempuan dalam hak suara
parlemen. Peningkatan dan semangat para wanita dalam mem-
perjuangkan haknya memuncal di awal tahun 1970.
Tokoh yang sering dihubungkan dengan gerakan femi-
nisme kedua ini adalah para feminis Perancis, yaitu Helene
Cixous dan Julia Kristeva. Gerakan feminisme ini mempunyai
tujuan utama yakni untuk menuntut kebebasan bagi wanita yang
sering dipandang rendah dan mendapat perlakukan tidak layak.
c) Gelombang Ketiga
Pada gelombang ketiga, feminis sangat fokus supaya
memperoleh posisi dalam sistem pemerintahan negaranya. Me-
reka memiliki anggapan bahwa bidang politik merupakan tempat
41
yang harus mempunyai perwakilannya supaya hak-hak wanita
dapat terus dijaga.
3) Ciri-Ciri Feminisme
Ciri-ciri dari feminisme antara lain:
Menyadari terdapat perbedaan atau tidak adilnya kedudukan dari
laki-laki dan perempuan.
Melakukan tuntutan persamaan hak antara laki-laki dan perem-
puan
Laki-laki dianggap golongan yang lebih mementingkan dirinya.
Gerakannya kebanyakan adalah wanita.
4) Klasifikasi Feminisme
Klasifikasi atau jenis-jenis feminisme antara lain:
Feminisme Liberal
Feminisme liberal adalah feminisme yang berpegang pada
paham liberalisme, yakni mementingkan kebebasan. Ini me-
nerangkan semua manusia, laki-laki dan perempuan diciptakan
secara seimbang, serasi dan seharusnya tidak terjadi peninda-
san antara satu dengan lainnya.
Tokoh gerakan feminisme liberal adalah Mary Wollstone-
craft yang menulis buku dengan judul Vindication of Right of
Woman. Dalam buku itu ia menerangkan bahwa pria dan wanita
mempunyai nalar yang sama, sehingga harus ada persamaan
terhadap perlakukan dan hak keduanya. Dalam sejarahnya, ge-
42
rakan feminisme liberal lebih berfokus kepada perjuangan kaum
perempuan untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan
laki-laki.
Feminisme Sosialis
Feminisme sosialis timbul sebab kritik atas feminisme
marxis. Kaum Feminisme Sosialis mempunyai anggapan bahwa
kapitalisme bukan pusat dari permasalahan rendahnya kedudu-
kan sosial wanita, yang menjadi alasannya bahkan sebelum
kapitalisme muncul, kedudukan wanita telah dianggap lebih
rendah. Tujuan paling penting dari feminisme sosialis adalah un-
tuk menghapuskan sistem kepemilikian dalam struktur sosial.
Feminisme Radikal
Paham ini timbul di pertengahan abad ke-19 yang
menawarkan ideologi “Perjuangan Separatisme Perempuan”.
Dalam hal ini mereka menuntut kesamaan kedudukan perem-
puan dengan laki-laki pada setiap struktur sosial seperti dalam
keluarga.
43
Feminisme radikal ini lebih fokus memperjuangkan hak
perempuan dalam aspek biologis, namun dalam perkembangan-
nya feminisme ini menjadi ekstrim dengan mulai menyatukan
perhatian hanya kepada perempuan. Laki-laki dianggap tidak
memberikan kontribusi yang positif dan mulai timbul anggapan
bahwa perempuan harus dapat melakukan apapun sesuai ke-
inginan mereka.
Feminisme Anarkis
Feminisme anarkis adalah salah satu paham feminisme
ekstrim. Feminisme ini mempunyai anggapan bahwa negara dan
laki-laki adalah pusat dari seluruh masalah yang dialami oleh pe-
rempuan, sehingga tujuan feminisme anarkis adalah untuk me-
lakukan penghancuran negara dan kaum laki-laki dan juga
mewujudkan mimpi supaya perempuan memegang kekuasaan
tertinggi dalam struktur sosial.
Feminisme Post-Modern
Feminisme post-modern adalah gerakan feminisme yang
anti terhadap sesuatu dengan sifat absolut dan anti dengan
otoritas. Tokoh feminisme post-modern berusaha terhindar ter-
dapatnya suatu kesatuan yang membatasi perbedaan.
Maknanya adalah kaum feminisme dapat menjadi apapun
yang mereka kehendaki, dan tidak ada rumus “feminis yang
baik”. Meskipun seperti itu, kaum feminisme post-modern
mempunyai tema atau orientasi dalam pergerakannya. Mereka
menamakan bahwa seksualitas dibangun oleh bahasa. Kehidu-
pan manusia tercipta karena bahasa, maka melalui bahasa juga
ketidakadilan terhadap perempuan bisa diatasi. Bahasa yang di-
maksud dalam hal ini adalah argumen, opini, tulisan dan lainnya.
Feminisme sepertinya akan berkembang seperti yang tidak
tercatat, misalnya Black Feminism, sebuah gerakan feminism
44
yang berfokus pada perjuangan perempuan berkulit hitam,
terdapat juga Fat Feminism yang memperjuangkan hak-hak pe-
rempuan yang dianggap kelebihan berat badan.
45
dan melarang anak-anak perempuan untuk bersekolah. Tulisan-
tulisannya yang dimuat di blog BBC menuai ancaman yang ber-
ujung pada percobaan pembunuhan dirinya oleh Taliban pada 9
Oktober 2012.
C. Ekofeminisme (Ecofeminism)
Ekofeminisme adalah teori yang mampu menjelaskan hubungan
antara kaum perempuan dengan alam. Teori tersebut dicetuskan oleh
Vandana Shiva yang merupakan seorang ilmuwan sosial berasal dari
India. Teori Ekofeminisme menggabungkan konsep ekologi dengan
feminisme yang merupakan kerangka berpikir untuk memahami
kuatnya relasi perempuan dengan alam. Di dalam teori tersebut dijelas-
kan bahwa kerusakan alam akan berdampak pada pemiskinan dan
penderitaan yang akan dialami oleh kaum perempuan. Secara teknis,
ekofeminisme dipergunakan oleh para ilmuwan sosial untuk memahami
fenomena terpuruknya kehidupan perempuan akibat kegiatan yang
bersifat destruktif terhadap alam, seperti pertambangan atau pembala-
kan hutan.
Contoh nyata dari perspektif tersebut adalah perlawanan ibu-ibu
petani Kendeng akibat beroperasinya pabrik semen di Rembang, Jawa
Tengah. Perempuan berada di garda paling depan sebab lebih mera-
sakan dampak buruk beroperasinya pabrik tersebut dibandingkan kaum
laki-laki. Hal serupa juga dapat diamati pada penderitaan perempuan
Suku Dani di Lembah Baliem akibat beroperasinya Freeport.
Sama halnya dengan beragamnya aliran feminisme sendiri,
muncul pula beragam aliran ekofeminisme dengan tipologinya masing-
masing, yaitu Ekofeminisme Alam, Ekofeminisme Spiritual, Ekofeminis-
me Sosial dan Ekofeminisme Transformatif.
Evaluasi
1. Jelaskan pengertian Gender dan Sex!
46
2. Jelaskan apa yang disebut dengan feminism !
3. Sebutkan dan jelaskan salah satu aliran feminism!
47
BAB V
GERAKAN EKOFEMINISME DI INDONESIA
50
model lingkungan hidup yang mengadopsi nilai-nilai feminis akan lebih
baik bagi sistem lingkungan hidup secara keseluruhan.
Evaluasi :
1. Sebutkan dan jelaskan salah satu pemikiran tokoh ekofeminisme dunia!
2. Sebutkan dan jelaskan contoh perlawanan ekofeminisme di Indonesia!
57
3. Jelaskan pelajaran apa yang bisa dipetik dari perlawanan ekofeminisme
di Indonesia!
58
BAB VI
MEMAHAMI TIPOLOGI GERAKAN SOSIAL
DALAM KONTEKS LINGKUNGAN
Memahami gerakan sosial tidak lepas dari arsiran sisi politik yang
menjadi acuan dalam melihat perubahan sosial yang ada pada sebuah ma-
syarakat. Ada sebuah kekuatan sosial yang bisa bermakna politik dalam
arah kegiatannya namun dengan satu tema utama sebagai pijakannya,
misalnya mengusung tema lingkungan, buruh, gender, kesehatan dan lain
sebagainya.
Perubahan sosial yang ada tidak lepas dari berbagai macam tafsiran
sebagai sebuah gerakan politik yang dinamis.Ini memberikan sebuah
ruang diskusi bahwa gerakan sosial bisa menjadi gerakan politik. Ada
banyak faktor yang saling melingkupi dan saling berkaitan sehingga peru-
bahan yang terjadi menjadi sangat dinamis.
Gerakan sosial merupakan suatu usaha bersama (kolektif) untuk
melakukan atau menentang suatu perubahan dalam masyarakat. Menurut
beberapa Sosiolog tentang gerakan sosial adalah sebagai berikut:
a) James M Henselin. Dalam bukunya Sosiologi dengan Pendekatan
Membumi, Henselin (2008) merumuskan gerakan sosial sebagai sejum-
lah besar orang yang berorganisasi untuk mempromosikan atau me-
nentang perubahan.
59
Gerakan sosial yang menolak perubahan sosial karena bertentangan
dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Menentang perubahan disini
maksudnya yaitu perubahan yang berlawanan dengan norma atau aturan
yang berlaku, seperti penyalah gunaan narkoba, korupsi, kolusi, nepotisme
(KKN), dan adanya pornografi yang berlawanan dengan norma yang
berlaku. Itulah gerakan yang kontra dalam masyarakat sehingga masyara-
kat juga berhak dalam menonak perubahan tersebut.
Sementara, usaha atau gerakan sosial yang pro terhadap masya-
rakat, yaitu gerakan hidup sehat, kampanye lingkungan bersih, demokrasi
yang bersih, penegakan HAM, dan contoh lainnya.Gerakan sosial biasanya
dipelopori oleh kepedulian masyarakat terhadap beberapa isu yang men-
jadi trend, dan permasalahan sosial terkait lainnya.
A. Tipologi Gerakan Sosial menurut Beberapa Para Ahli Sosiologi
1) Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Horton dan Hunt (1989 : 198-201) menemukan ada enam ben-
tuk dari gerakan sosial, yaitu sebagai berikut:
Gerakan Perpindahan (Migratory Movement), yaitu arus per-
pindahan penduduk ke suatu tempat yang baru. Misalnya, arus
pengungsian besar-besaran orang Vietnam Selatan ke Pulau Ga-
lang pada masa perang Vietnam.
61
2) Tipe Gerakan Sosial menurut David F. Aberle
Ada empat tipe dari gerakan sosial oleh David F Aberle, yaitu
sebagai berikut:
Gerakan Sosial Alternatif (Alternative Social Movement), yaitu
gerakan yang bertujuan mengubah perilaku tertentu dalam diri
individu. Dalam tipe ini mencakup berbagai kegiatan seperti kam-
panye antinarkoba, antimiras, antiseks bebas, dan lainnya.
62
sosial ini ditunjukan untuk meningkatkan kualitas hidup tertentu,
misalnya kaum buruh sedunia, kualitas lingkungan hidup, pengen-
tasan kemiskinan, dan lainnya.
Sementara, gerakan sosial metaformatif menunjuk pada gera-
kan yang ingin mengubah tatanan sosial, yang tidak hanya pada
skala lokal dan nasional, tetapi lebih luas lagi yaitu tatanan sosial
global. Gerakan komunisme dan fasisme merupakan contoh dari ge-
rakan sosial metaformatif. Terdapat kemungkinan gerakan fun-
damentalis keagamaan menjadi suatu gerakan yang bersifat juga
gerakan metaformatif bila cakupannya telah global.
63
Secara definisi ada dua pendapat tentang kelompok kepentingan
dan kelompok penekan. Kelompok Kepentingan (Interest Group) oleh
Benditt (1975) dalam Imawan (1996) dalam Arfani (1996) memberikan
definisi, “a group of person who share a common cause, which put
them into political competition with other groups of interests,” (seke-
lompok orang yang memiliki tujuan yang sama, sehingga melibatkan
persaingan politik dengan kelompok kepentingan lain). Fungsi utama
yang dilakukan terbatas hanya agregasi dan artikulasi kepentingan.
Kemudian Schlozman and Tierney (1983) memberikan definisi tentang
kelompok penekana dengan pengertian bahwa Kelompok Penekan
(Pressure Group) yang secara umum diberi batasan sebagai, “any
organized group that seeks to influence the policies and the practices of
government,” (kelompok terorganisir yang berupaya mempengaruhi ke-
bijakan dan praktik pemerintahan).
Agar lebih memahami perbedaan ketiga saluran aspirasi ini bisa
dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 1
Perbedaan Utama Antara Ketiga Kelompok Politik
Kelompok Kelompok
Partai Politik
Kepentingan Penekan
Relatif teratur,
Hubungan
Teratur terutama dekat
Pemimpin & Tidak teratur
sepanjang waktu Pemilihan
Pengikut
Umum
64
2. Membentuk
Pemerintahan
Luas
Luas Sempit Sempit
Dukungan
66
Kedua kelompok nonassosiasional, yakni kelompok yang ke-
giatannya masih bersifat temporer dan struktur organisasinya bersifat
informal.
Ketiga, kelompok institusional, yakni kelompok yang memiliki ke-
giatan rutin dan didukung oleh struktur organisasi yang jelas.
Keempat, kelompok assosiasional, yakni kelompok yang memiliki
struktur organisasi yang formal, dengan prosedur keanggotaan yang
formal. Kelompok ini secara khas mengartikulasikan kepentingan para
anggotanya yang telah memiliki tenaga profesional di bidangnya.
Di antara keempat jenis kelompok kepentingan ini, yang paling
dapat diandalkan untuk menyalurkan aspirasi rakyat ke sistem politik
adalah kelompok institusional dan kelompok assosiasional. Sebaliknya
derajat terendah dari efektivitas penyampaian aspirasi ke sistem politik
berada pada kelompok anomik dan kelompok nonassosiasional.
Di antara kelompok institusional dan kelompok assosiasional,
kelompok pertama memiliki kesempatan yang cukup luas untuk men-
dapat dukungan dari masyarakat dibandingkan kelompok kedua. Hal ini
disebabkan aspirasi pada kelompok assosiasional sangat spesifik dan
cenderung bersifat eksklusif dalam hal pendukungnya.
Di antara kelompok anomik dan kelompok nonassosiasional,
yang kurang efektif adalah kelompok pertama. Penyebabnya terletak
pada kontinuitas kegiatan yang bersifat temporer. Kelompok akan sege-
ra bubar begitu tuntutan mereka “didengar” oleh para elite.
II. Misi
1. Mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat.
2. Mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melin-
dungi kedaulatan rakyat.
3. Mendekonstruksikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang
menindas dan eksploitatif menuju ke arah ekonomi kerakya-
tan.
4. Membangun alternatif tata ekonomi dunia baru.
5. Mendesakkan kebijakan pengelolaan sumber-sumber kehidu-
pan rakyat yang adil dan berkelanjutan.
69
III. Nilai-nilai dan Prinsip
III.1. Nilai-nilai Dasar Organisasi
1) Menghormati Hak Asasi Manusia; kesadaran, sikap dan
tindakan yang mengutamakan dan menilai tinggi nilai-nilai
Hak Asasi Manusia.
70
7) Anti Kekerasan; kesadaran, sikap dan tindakan yang me-
nolak serta melawan praktek olah/unjuk kekerasan yang
dilakukan oleh individu, kelompok, modal dan negara.
72
solidaritas bersama, dalam interaksi yang berkelanjutan dengan
kelompok elite, saingan atau musuh dan pemegang otoritas.
Sebelum lebih jauh mendiskusikan arah dan pola dari WALHI,
maka dari berbagai definisi tentang gerakan sosial di atas, memberi-
kan sebuah ciri dari sebuah gerakan sosial yang bisa dilihat secara:
1) Adanya pelibatan beberapa tujuan yang bersifat kolektif, yang
merupakan upaya-upaya yang terorganisasi untuk mewujudkan
perubahan dalam unsur-unsur kelembagaan misalnya kelemba-
gaan politik atau pemerintah. Tujuan ini dapat berpusat pada
lebijakan-kebijakan publik atau ditujukan sekedar untuk menga-
wali proses perubahan sosial dalam unsur-unsur kelembagaan
sosial politik.
73
Evaluasi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gerakan sosial!
2. Jelaskan tipologi gerakan sosial menurut para ahli yang anda ketahui!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelompok penekan dan kelompok
kepentingan!
4. Jelaskan kenapa WALHI dianggap sebagai salah satu gerakan sosial
dalam bidang lingkungan!
74
BAB VII
KALIMANTAN TENGAH
SEBAGAI LADANG RISET SOSIOLOGI LINGKUNGAN
76
B. Beberapa Fenomena sebagai Tema Riset Sosiologi Lingkungan di
Kalimantan Tengah
Untuk memperkaya buku sosiologi lingkungan ini, akan dipilih
beberapa tema riset yang bisa dikembangkan menjadi karya ilmiah de-
ngan tema yang ada di Kalimantan Tengah, di antaranya:
a) Masuknya korporasi pertambangan dan perkebunan yang berkem-
bang ternyata memberikan dampak yang bisa menimbulkan konflik
dengan masyarakat lokal, termasuk didalamnya efek bencana alam
(asap dan banjir) di wilayah pedesaan atau perkotaan.
77
Tema-tema riset di atas hanya sebagai contoh dan bisa berkem-
bang lebih banyak lagi dan kajian sosiologi lingkungan tidak akan
pernah berhenti, karena akan selalu bersinggungan dengan bidang ilmu
lainnya.
78
TENTANG PENULIS
80
TENTANG PENULIS
82