Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA NEGARA DENGAN KONSTITUSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan topik ke enam mata kuliah Pancasila

Dosen Pembimbing : Dr. Dahlil Marjon, SH. MH.

Disusun Oleh :

Salsabila Rahmadani / 2011312004

Meisi Rahmahiga / 2011313007

Aji satria / 2010253026

Syakilalysandra / 2011311054

UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelaksanaan
Pemisahan Kekuasaan Dalam Negara Indonesia”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun
untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.

Dengan harapan makalah ini bisa menambah pengetuahuan, menambah wawasan dan
mendatangkan manfaat.

Saya menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik lagi
di masa yang akan datang.

Padang, 3 Maret 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3. Tujuan................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep negara dan konstitusi..............................................................................6
2.2 Hubungan Negara dengan Konstitusi................................................................10
2.3 UUD I945 sebagai konstitusi negara indonesia..................................................14
2.4 Sistem ketatanegaraan indonesia........................................................................22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Simpulan.............................................................................................................. 24
3.2. Saran..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat
dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum
dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi
sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara
konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara konstitusional
maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme.
Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan tenttang konstitusionalisme.

Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh sebab itu,
bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi
Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan
Indonesia. Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar belakangnya.
Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan wilayah
tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada akhirnya
menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan
dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki
berbagai makna dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata
“nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
1.2       Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Negara?

2. Apa saja pengertian Konstitusi?

3. Bagaimanakah UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia?

4. Mengapa sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Konstitusi Republik Indonesia?

1.3       Tujuan

1. Untuk mengetahui penertian konstitusi.

2. Untuk mengetahui pengertian Negara.

3. Untuk mengetahui UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia.

4. Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Indonesia sebagai Konstitusi Republik


Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Negara dan Konstitusi


a. Negara
Negara merupakan suatu bentuk organisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap
warga masyarakat harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui pemerintah, masyarakat
dapat mewujudkan ketentraman, kerukunan, kedamaian, serta kesejahteraan. Agar
pemerintah tidak berbuat seenaknya terhadap masyarakat maka harus ada hierarki yang
mengatur pemerintah dari tingkat paling tinggi sampai tingkat paling rendah.

Negara dan konstitusi adalah dwitunggal, karena diibaratkan dengan sebuah bangunan
dengan pilar-pilarnya, yaitu konstitusi. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang
tidak bisa dipandang sebelah mata.

Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam mengatur kehidupan
penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup berbagai kehidupan. Dasar Negara
yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai 6 luhur yang terkandung.
Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum Indonesia merdeka.

Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi


masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para
ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa
pendapat tersebut antara lain:

a) Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan


kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan
berkecukupan.
b) Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata dengan
baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan
berdaulat.
c) Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi,
2007), negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
d) Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah asosiasa yang
menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum
diselenggarakan oleh pemerintah diberi kekuasaan memeksa.
e) Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warganya untuk
ketaatan melalui kekuasaan yang sah. Plato bahwa negara organic bukanlah rakyat
semata yang menjadi badan politik, juga bukan orang yang 2.
b. Konstitusi
Konstitusi atau UU adalah instrumen of goverment yaitu seperangkat kebijakan yang
digunakan sebagai pegangan untuk memerintah dalam suatu negara.Negara yang
berdasarkan konstitusi adalah negara yang kekuasaan pemerintahannya, hak-hak rakyatnya,
dan hubungan antara kekuasaan pemerintah serta hak-hak warga negaranya diatur oleh
hukum.

Menurut Savornin Lohman ada 3 (tiga) unsur yang terdapat dalam konstitusi yaitu:

a) Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial), sehingga


menurut pengertian ini, konstitusikonstitusi yang ada merupakan hasil atau konklusi
dari persepakatan masyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan
mengatur mereka.
b) Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, berarti
perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang sekaligus
penentuan batasbatas hak dan kewajiban baik warganya maupun alat-alat
pemerintahannya.
c) Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan.
(Lubis, 1982:48) Pendapat lain dikemukakan oleh Sri Sumantri, yang menyatakan
bahwa materi muatan konstitusi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara,
2. Pengaturan tentang susunan ketatanegaraan suatu negara yang mendasar,
3. Pembatasan dan pembagian tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar.
(Chaidir, 2007:38).
Substansi konstitusi suatu negara secara umum meliputi:

a) Bentuk negara,
b) Bentuk pemerintahan,
c) Alat-alat kelengkapan negara,
d) Tugas alat kelengkapan negara,
e) Hubungan tata kerja alat perlengkapan negara,
f) Hak dan kewajiban warga negara,
g) Pembagian kekuasaan negara,
h) Sistem pemerintahan negara,
Menurut E. C. S. Wade Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok
cara kerja badan tersebut. Konstitusi sebagai suatu aturan dasar yang dibentuk dalam
mengatur hubungan antar negara dan warga negara harus memuat unsur-unsur.

Menurut CF. Strong, konstitusi memuat hal-hal sebagai berikutCara pengaturan berbagai
jenis institusi;

a. Jenis kekuasaan yang diberikan kepada institusi-institusi tersebut;


b. Dengan cara bagaimana kekuasaan tersebut dilaksanakan. (Stong, 2008:16).
Suatu konstitusi dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah
prosedur untuk mengubah konstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-
undang di negara yang bersangkutan atau belum.

Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

a) Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang
berbeda dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan;
b) Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan bahwa konstitusi
dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat undang-undang
pada negara yang bersangkutan.
Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Konstitusi tertulis, yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan) kerangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta menentukan cara kerja dari
badan-badan pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan
undang-undang dasar.
2. Konstitusi tidak tertulis, merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan
dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi tidak
tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.
Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan
penyelenggara negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin
hak-hak warga negara. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan
dengan konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang
memandang pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan
yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat. Negara-negara Asia dan Afrika pada
dasarnya menerima konstitusionalisme, seperti Filipina dan Indonesia yang memiliki
UUD sebagai suatu dokumen yang bermakna khas dan juga merupakan salah satu atribut
yang melambangkan kemerdekaannya.

Adapun negaranegara yang menganut ajaran (paham) komunisme pada umumnya


menolak konstitusionalisme disebabkan negara berfungsi ganda, yaitu :

a) mencerminkan kemenangan-kemenangan yang sudah dicapai dalam perjuangan ke


arah tercapainya masyarakat komunis serta merupakan pencatatan formal, dan
b) UUD memberikan kerangka dan dasar hukum untuk mengupayakan terwujudnya
masyarakat yang dicita-citakan (masyarakat tanpa kelas).
Konstitusi suatu negara pada umumnya memuat atau berisi tentang hal-hal berikut.

1. Gagasan politik, moral, dan keagamaan, serta perjuangan bangsa. Contohnya,


pernyataan Konstitusi Jepang 1947 dan Pembukaan UUD Republik Indonesia 1945.
2. Ketentuan organisasi negara, memuat ketentuan-ketentuan mengenai pembagian
kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, maupun dengan badan-
badan negara yang lain.
3. Ketentuan hak-hak asasi manusia, memuat aturan-aturan yang menjamin dan
melindungi hak-hak asasi manusia bagi warga negara pada negara yang
bersangkutan.
4. Ketentuan prosedur mengubah undang-undang dasar, memuat aturanaturan mengenai
prosedur dan syarat dalam mengubah konstitusi pada negara yang bersangkutan.
5. Ada kalanya konstitusi memuat larangan mengenai mengubah sifat-sifat tertentu dari
undang-undang dasar.

2.2 Hubungan Negara dengan konstitusi

A. Negara dengan konstitusi


Negara dan Konstitusi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu negara Penyelenggaraan bernegara Indonesia
juga didasarkan pada suatu konstitusi

“ Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan
sosial ,maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia”

Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas unsur rakyat, wilayah dan
pemerintah. Di negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin
sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat

Hubungan antara konstitusi dengan negara sangat erat. Negara dalam hal ini
pemerintah tidak dapat melaksanakan kekuasaan tanpa konstitusi. Demikian sebaliknya,
konstitusi tidak akan lahir tanpa adanya negara. Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi
adalah kehendak dari rakyat, sebab rakyatlah yang memiliki kedaulatan atas Negara.

Dalam pandangan K.C. Wheare, Konstitusi digambarkan sebagai system


ketatanegaraan dari suatu Negara dan kumpulan dari berbagai peraturan yang membentuk
serta mengatur pemerintahan. Tulisan ini mengkaji dan menganalisis secara yuridis berbagai
peraturan perundangundangan berdasarkan teori untuk menjawab permasalahan hubungan
Konstitusi dan Negara dalam Paham Konstitusionalisme.

Dari sudut bentuk negara, Howgood dalam Modern Constitution Since 1787, seperti
dijelaskan Dahlan Thaib, Jazim Hamid dan Ni’matul Huda, menyebut sembilan macam
bentuk negara yang sekaligus menunjuk bentuk-bentuk konstitusinya, tiga di antaranya
adalah :

1. Spontaneous State (Spontane Staat). Konstitusinya disebut Revolutionary


Constitution. Spontaneous State adalah negara yang timbul sebagai akibat revolusi.
Dengan demikian konstitusinya bersifat revolusioner. Sebagai contoh konstitusi
seperti ini adalah Konstitusi Amerika Serikat dan Konstitusi Perancis
2. Negotiated State (Parlementaire Staat). Konstitusinya disebut Parlementarian
Constitution. Negotiated State adalah negara yang berdasarkan pada kebenaran relatif
(relatieve waarheid). Bukan berdasarkan absolute waarheid seperti oosterse
demokratie, yaitu Rusia.
3. Derivative State (Algeleide Staat). Konstitusinya disebut “Neo-National
Constitution”. Derivative State adalah negara yang konstitusinya mengambil
pengalaman-pengalaman dari negara-negara yang masih ada (neo-national).
Derivative State ini hanya meniru, tidak ada buah pikiran yang asli (oorspronkelijke
gedacht). Bentuk negaranya juga meniru (afleiden) dari negara-negara barat. Keadaan
yang demikian disebut “neo-national”, maksudnya nasionalisme yang berdasarkan
pada kolonialisme atau nasionalisme yang timbul karena penjajahan sebagai akibat
akulturasi proses. Konstitusi Burma, Thailand, Vietnam Utara, Vietnam Selatan,
India, Pakistan, dan last but not least Indonesia.

Pada umumnya, negara selalu memiliki naskah yang disebut konstitusi atau undang
undang dasar. Menurut Jimly Asshiddiqie, negara yang tidak memiliki naskah konstitusi
seperti Inggris, tetapi memiliki aturan-aturan yang tumbuh menjadi konstitusi dalam
pengalaman praktik ketatanegaraan, tetap dapat menyebut adanya konstitusi dalam hukum
tata Inggris

Sebagai sebuah konstitusi tertulis undang undang dasar merupakan dokumen formal, yang
bersiri :

1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau;

2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa;

3) Pandangan tokohtokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang
maupun untuk masa akan datang;

4) Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak


dipimpin.

B. ARTI PENTING KONSTITUSI DAN NEGARA

Di samping hal-hal tersebut, konstitusi memiliki arti penting bagi sebuah negara.
Negara yang dibentuk tanpa konstitusi, , seperti manusia yang berjalan dalam hutan yang
gelap dan tidak tahu jalan karena tidak memiliki kompas dalam menentukan arah
perjalanannya. Demikian pun dengan konstitusi, menjadi alat ukur bagi sebuah negara untuk
menentukan kehidupan berbangsanya

Moh. Mahfud MD mengurai dua hal penting yang harus diperhatikan dalam
pembuatan dan muatan konstitusi adlah:

1. Pertama, muatan konstitusi harus bersifat mendasar dan abstrak-umum; tidak memuat hal-
hal konkret, teknis, dan kuantitatif agar tidak terlalu sering menghadapi tuntutan perubahan.
Hal-hal yang bersifat konkret, teknis dan kuantitatif biasanya lebih mudah dipersoalkan jika
berhadapan dengan persoalan-persoalan baru yang muncul di tengah-tengah masyarakat.

2. Kedua, konstitusi harus memuat prosedur dan perubahan yang tidak mudah dilakukan
kecuali dengan alasan-alasan yang sangat penting; misalnya harus ada ketentuan tentang
jumlah minimal pengusul perubahan isi konstitusi, dan korum minimal dalam pengambilan
keputusan untuk mengubah isi konstitusi tersebut. Ada juga Undang Undang Dasar yang
perubahannya harus dilakukan melalui referendum.

Pertumbuhan dan perkembangan konstitusi tidak hanya dalam materi, tetapi juga
pada proses dan tata cara formal, serta tata cara yang tidak formal. Dikaitkan dengan tujuan,
maka konstitusi memiliki

fungsi sebagai berikut :

a. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara;

b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara;

c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara dengan warga negara;

d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara;

e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang dalam
sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara;

f. Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of unity);

g. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation);

h. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony);

i. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam artian sempit
hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi;

j. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering atau
social reform), baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara konstitusi dengan
negara sangat erat. Negara dalam hal ini pemerintah tidak dapat melaksanakan kekuasaan
tanpa konstitusi, demikian pula sebaliknya, konstitusi tidak akan lahir tanpa adanya negara.
Akan tetapi, kelahiran sebuah konstitusi adalah kehendak rakyat yang harus dilaksanakan
oleh pemerintah,
Oleh karena, undang undang dasar harus selalu disiapkan untuk kepentingan seluruh
bangsa, dan kalau hal ini diabaikan rakyat tidak akan menerima undang undang dasar
tersebut. Padahal, penerimaan rakyat merupakan syarat penting dari sebuah undang undang
dasar. Pembentukan sebuah konstitusi dilengkapi pula dengan kerangka kerja sebuah negara
untuk menjelaskan bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan Negara

C. Konstitusi dan Konstitusionalisme

pengertian konstitusionalisme

Gagasan bahwa kekuasaan negara harus dibatasi serta hakhak dasar rakyat dijamin
dalam suatu konstitusi negara dinamakan Konstitusionalisme.

Gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang


diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi yang tunduk pada beberapa pembatasan yang
dimaksud untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan
tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas memerintah. Pembatasan yang
dimaksud termaktub dalam konstitusi “.Negara yang berlandaskan pada suatu konstitusi
dinamakan negara konstitusional.

Konsitusi baik bersifat written atau unwritten constitution dianggap sebagai


perwujudan dari hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat negara
sekalipun. “Government by law, not by men”

Gagasan konstitusionalisme pada awal abad-19 dan 20 mendapat perumusan secara yuridis :

 Ahli hukum Eropa Barat Kontinental : Recchsstaat


 Anglo Saxon : Rule of Law
 Indonesia : Negara Hukum

2.3 UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia

Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.
Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati
tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan
dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia
telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai
berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945
terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan
paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Oeriode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Khasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun
2001, dan tahun 2002)
Amandemen tersebut adalah:
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut
sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29
Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya
BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang
selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKI.

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3


keputusan penting, yaitu sebagai berikut.

1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum


Dasar Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk
membentuk presiden.
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung
sngat singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan
dan keinginan untuk segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan
UUD 1945 berjalan dengan lancar.
Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah
yang mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan
hokum dasar yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut
antara lain:
a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,
b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang
dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak
ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam
Bagi Pemeluk-Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh
PPKI dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri
Dari 4 Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok
Indonesia terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat
aturan tambahan.

Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri
atas dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya.
Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Berdasarkan
hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal
15 Februari 1946, terdiri atas:

a) Pembukaan

b) Batang tubuh, dan

c) Penjelasan.

Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya berlaku


dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru disebut kontitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua yang berlaku
diindonesia adalah Konstitusi Republi Indonesia Serikat disingkat KRIS atau UUD
RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya
disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik Indonesia (RI) yang beribu kota
di Yogyakarta. Kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949
berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa
Indonesia kembali kebentuk Negara kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak
diberlakukan lagi. Priode berlakunya UUD RIS 1949 daei tanggal 27 Desember 1949
sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II.

1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.

2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.

Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain:

a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah


republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlamenter. Dalam sistem pemerintahan ini,
kepala pemerintahan dijabat oleh seorang perdana mentri.perdana mentri apis
saat itu adalah Moh. Hatta.

Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti dari UUD
RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan yang dituangkan dalam
Undang-Undang Federal No.7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi
RepublikIndonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun Undang- Undang Dasar yang bersifat tetap.
UUDS 1950 terdiri atas:

1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.

2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.

3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;

4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;

5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap


sebagai pengganti dari UUDS 1950.

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.


Situasi ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut:
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;

b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.

2, Proses Amandemen UUD 1995

Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan.


Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen
sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan
perubahan rancangan UU. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen
UUD yang artinya perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri
mencangkup dua pengerrtianyaitu:
a. Amandemen konstitusi

b. Pembaruhan konstitusi

Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan


addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku.
Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbaruhi konstitusi negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara
demokrasi. Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita
diharapkan semakin baik dan lengkap meyesuikan dengan tuntutan perkembangan dan
kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia
juga haus mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu
dilakukan perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa
pemerintahan presiden soeharto belum pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
1. Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota majelis permusyawaratan

2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat diadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan
rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis
permusyawaratan rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR pada
siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian
UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19
oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.

c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november


2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus
2002.

Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta
3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya
beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku
adalah ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945.
Dengandemikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:
1. Naskah asli UUD 1945

2. Naskah perubahan pertama UUD 1945

3. Naskah perubahan kedua UUD 1945

4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945

5. Naskah perubahan keempat UUD 1945

Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat tersebut
tertuang dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan MPR
tersebut tidak menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin berbeda dengan jenis
putusan majelis lainnya, yaitu ketetapan majelis dan keputusan majelis yag
menggunakan nomor keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945
menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan
pasal yang diubah dari perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun
jumlah nomor pasal tetap yaitu 37 tidak termasuk aturan peralihan dan aturan
tambahan. Perubahan diakukan dengan cara menambahkan huruf A, B, C, dan
seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya pasal 28, kemudian pasal 28A,
pasal 28B dan seterusnya.

3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi
pernyataan luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua
konstitusi negara meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi malaysia, singapure, dan
australia tidak memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki
bagian pembukaan adalah konstitusi jepang, india, dan amerika serikat.

Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi


negara indonesi. Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan luhur
bangsa indonesia. Selain berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan keinginan
bangsa indonesia, dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia pembukaan UUD 1945 memiliki makna
dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
Alenia pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia


telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan rakyat indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara
indonesia, yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.

Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah dara indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD 1945negara indonesia,
yang terbentuk dalam susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh ikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

2.4 Sistem Ketatanegaraan Indonesia

Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1. Bentuk Negara adalah kesatuan

2. Bentuk pemerintahan adalah republik.

3. Sistem pemerintahan adalah presidensial.

4. Sistem politi adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.

a. Bentuk Negara Kesatuan

Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara Indonesia


adalah kesatuan bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “ Negara Indnesia ailah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik”.
b. Bentuk Pemerintahan Republik

UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah republic


bukan monarki atau kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesaruan, yang berbentuk republik”.
Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa “ kesatuan” adalah bentuk Negara,
sedang “republik” adalah bentuk pemerintah.
a) Sistem Pemerintahan Presidensial
Bedasarkan ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Secara teoritis, sistem pemerintahan dibagi dalam dua
klafikasi besar, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan
presidensial
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi


masyarakat ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun
384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai
negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam
negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan
negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur
hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi
dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD
1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan
perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan tertinggi. Amandemen
(bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan. Perubahan yang dilakukan
merupakan ada atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap
berlaku. Adapun bagian yang
diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang
makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I putu Ari. 2017. Negara dan Konstitusi. Universitas Udayana.

Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT
Refika Aditama, 2015.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
2f0542d649a363d3f04d06edb24599a0.pdf

Anda mungkin juga menyukai