Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH PROGRAM RUANG TOWER 6 WISMA ATLET

KEMAYORAN SEBAGAI RSDC TERHADAP AKTIVITAS


ISOLASI PASIEN DAN KERJA PETUGAS MEDIS

Proposal Seminar

Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Nama : Michelle Damayanti


NIM : 00000027240
Program Studi : Arsitektur
Fakultas : Seni dan Desain

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA


TANGGERANG
TAHUN
2021
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Michelle Damayanti
NIM : 00000027240
Program Studi : Arsitektur
Fakultas : Seni & Desain, Universitas Multimedia Nusantara
Judul Seminar : PENGARUH PROGRAM RUANG TOWER 6

WISMA ATLET KEMAYORAN SEBAGAI RSDC TERHADAP


AKTIVITAS ISOLASI PASIEN DAN KERJA PETUGAS MEDIS

Dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya Seminar ini adalah asli dan
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana, baik di Universitas
Multimedia Nusantara maupun di perguruan tinggi lainnya.

Karya tulis ini bukan saduran/terjemahan, murni gagasan, rumusan dan


pelaksanaan/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan
pembimbing akademik dan narasumber.

Demikian surat pernyataan originalitas ini saya buat dengan sebenarnya. Apabila
di kemudian hari terdapat penyimpangan serta ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
(S.Ars.) yang telah diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Universitas Multimedia Nusantara.
21 September 2021

Michelle Damayanti
I
HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR

PENGARUH PROGRAM RUANG TOWER 6 WISMA ATLET


KEMAYORAN SEBAGAI RSDC TERHADAP AKTIVITAS
ISOLASI PASIEN DAN KERJA PETUGAS MEDIS

Oleh:
Nama : Michelle Damayanti
NIM : 00000027240
Program Studi : Arsitektur
Fakultas : Seni & Desain

Tanggerang, 21 September 2021

Pembimbing

Yuninda Mukty Ardyanny, S.T., M.Ars.

Penguji Ketua Sidang

Tatyana Kusumo, S.Ars., M.Sc. Irma Desiyana, S.Ars., M.Arch.

Ketua Program Studi Arsitektur

Irma Desiyana, S.Ars., M.Arch


ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya hanturkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat diizinkan untuk menyelesaikan
proposal ini. Situasi pandemi Covid-19 yang melanda dunia terutama Indonesia
tentu membuat berbagai lini pihak mengalami kesusahan dan keterbatasan, hal ini
menyentuh rasa empati saya untuk turut berkontribusi dalam usaha meredahkan
situasi ini.
Melalui penelitian yang berjudul “PENGARUH PROGRAM

RUANG TOWER 6 WISMA ATLET KEMAYORAN SEBAGAI


RSDC TERHADAP AKTIVITAS ISOLASI PASIEN DAN
KERJA PETUGAS MEDIS”,saya berusaha ingin membuat rancangan
rumah sakit darurat covid-19 bagi para pasien yang membutuhkan. Apa yang saya
lakukan ini mungkin hanyalah sebuah goresan tinta putih kecil di tengah
muramnya kesulitan yang dihadapi berbagai pihak, tetapi saya percaya hal ini
dapat berguna bagi mereka yang sedang berjuang.
Pembangunan rumah sakit darurat Covid-19 ini menjadi sebuah referensi
yang penting untuk dipelajari. Melalui penelitian ini, saya jadi mengetahui
bagaimana cara membangun rumah sakit yang ideal untuk kondisi seperti saat ini.
Selain itu, topik ini tentu memberi kegunaan bagi peneliti lain yang sedang
berusaha menghadirkan solusi untuk permasalahan ini. Dalam penelitian ini, saya
juga mendapat wawasan dan pengalaman dari para penyintas Covid-19 dan hal
tersebut memperkaya pengetahuan saya untuk menyelesaikan penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan apresiasi saya sampaikan sebesar-besarnya pada
pihak yang membantu dalam seminar ini:
1. Irma Desiyana, S.Ars., M.Arch., selaku Ketua Program Studi
Arsitektur UMN.
iii
2. Yuninda Mukty Ardyanny, S.T., M.Ars, selaku Dosen
Pembimbing Seminar yang memberi banyak arahan dan masukan untuk
menyelesaikan laporan seminar ini.
3. Tatyana Kusumo, S.Ars., M.Sc., IAl, selaku Dosen Penguji
Seminar yang memberi masukan guna memperbaiki laporan seminar ini.
4. Freta Oktarina, S. Sn., M. Ars, selaku Dosen Metode Penelitian
yang memberi pengetahuan mengenai metode penelitian.
5. Richard Surya, selaku narasumber yang mengisi kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian.
6. Rina Andini, selaku narasumber yang mengisi kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian.
6. Tata Kurniawan, selaku narasumber yang mengisi kuesioner
untuk mendapatkan data penelitian.
6. Fanny Wijaya, selaku narasumber yang mengisi kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian.
6. Hans Sunadi, selaku narasumber yang mengisi kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian.
7. Ruben Irwandi, seorang pria yang memberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan laporan seminar.

Akhir kata, saya sebagai penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran
dari pembaca guna untuk memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada
proposal ini. Terima kasih.

Tangerang, 22 September 2021

Michelle Damayanti
iv
ABSTRAK
(belum dapat diisi karena laporan seminar belum selesai)

v
ABSTRACT
(belum dapat diisi karena laporan seminar belum selesai)

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT i

HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK v

DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Masalah Penelitian 4

1.3 Urgensi Penelitian 5

1.4 Lingkup Penelitian 5

1.5 Tujuan Penelitian 7

BAB II 8

KAJIAN TEORI

2.1 Program Ruang Rumah Sakit Darurat Covid-19 8

2.1.1 Definisi Ruang 8

2.1.2 Behavioral Mapping 8

2.1.3 Definisi Rumah Sakit Darurat Covid-19 9

2.1.4 Pengaturan Zonasi Rumah Sakit Darurat Covid-19 9

2.1.5 Tata Ruang Rumah Sakit Darurat Covid-19 10

2.1.6 Alur Sirkulasi Rumah Sakit Darurat Covid-19 12


vii
2.1.7 Kualitas Ruang Rumah Sakit Darurat Covid-19 13

2.1.8 Dimensi Ruang Rumah Sakit Darurat Covid-19 17

2.2 Penelitian Terdahulu 19

2.2.1 Ruang Perawatan Isolasi Sebagai Bentuk Ruang Pemisah Pasien

Covid-19 di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

2.2.2 Pengaruh Penataan Massa Bangunan Terhadap Pola Aktivitas Santri

(Studi Kasus Pondok Pesantren Islamic Centre BIN BAZ Putra Yogyakarta)

2.2.3 Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti

Batu

BAB III 22

METODE PENELITIAN 22

3.1 Jenis Penelitian 22

3.2 Pengumpulan Data dan Analisis Data 23

3.2.1 Metode Pengumpulan Data 23

3.2.2 Analisis Data 24

3.2.3 Tahap-Tahap Penelitian 25

Daftar Pustaka

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Kenaikan Jumlah Kasus Corona di RI 1

Gambar 1.2 Lonjakan Kasus Positif Covid-19 di DKI Jakarta 2

Gambar 1.3 Peresmian Wisma Atlet sebagai RSDC oleh Presiden Jokowi 3

Gambar 2.1 Illustrasi Place-Centered Mapping 9

Gambar 2.2 Penataan Ruang-Ruang Pemeriksaan Rumah 11

Sakit Darurat Covid-19

Gambar 2.3 Tata Letak Furniture di Ruang Pemeriksaan 13

Gambar 2.4 Ruang Isolasi Pasien 16

Gambar 2.5 Model Zoning Komplek Bangunan Ruang Isolasi 17

Gambar 2.6 Tata Ruang Isolasi dengan Pos Perawat

18

Ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masuknya bencana virus Covid-19 ke Indonesia telah memberikan dampak


besar bagi sebagian besar aspek kehidupan masyarakat. Menurut (KOMPAS.com,
2020), pemerintah pertama kali menyatakan dua kasus positif covid-19 pada bulan
Maret tahun 2020.

Gambar 1.1 Grafik Kenaikan Jumlah Kasus Corona di RI


Sumber : detikcom
1
Sejak tanggal 2 Maret 2020, Kasus Positif covid-19 di Indonesia semakin
tidak terkendali, 20 hari setelah tanggal tersebut, Presiden Jokowi telah
mengumumkan terdapat 514 kasus. Hal ini telah menarik perhatian pemerintah
untuk mempercepat penanganan kasus covid-19 (dapat dilihat dari gambar 1.1).
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah mencatat bahwa jumlah
penduduk DKI Jakarta pada tahun 2019 telah menyentuh angka 11.063.324 jiwa.
Kepadatan penduduk di wilayah Jakarta ini mengharuskan pemerintah untuk
menyusun berbagai strategi untuk mengatasi lonjakan kasus covid-19 yang terus
meningkat (lihat gambar 1.2).

Gambar 1.2 Lonjakan Kasus Positif Covid-19 di DKI Jakarta


Sumber : grafis.tempo.co

Salah satu cara yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi bencana
ini adalah mengubah bangunan-bangunan bukan rumah sakit menjadi rumah sakit
darurat Covid-19. Pada Senin,23 Maret 2020, Presiden Jokowi resmi mengalihkan
fungsi Wisma Atlet Kemayoran menjadi Rumah Sakit Penanganan Covid-19 (lihat
gambar 1.3). Hal ini dilakukan oleh beliau agar seluruh rumah sakit rujukan
Covid-19 dapat lebih fokus untuk menangani pasien covid-19 yang mengalami
gejala berat.
2

Gambar 1.3 Peresmian Wisma Atlet sebagai RS Covid-19 oleh


Presiden Jokowi
Sumber : kemenkeu.go.id

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wisma didefinisikan sebagai


bangunan tempat tinggal,kantor, kumpulan rumah maupun kompleks perumahan.
Sedangkan, atlet sendiri merupakan olahragawan yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan. Oleh karena itu, Wisma Atlet dapat didefinisikan sebagai tempat
inap para olahragawan yang berfungsi untuk menyiapkan para olahragawan
tersebut agar dapat fokus mengikuti pertandingan. Menurut World Health
Organization, rumah sakit adalah sarana yang menyediakan pelayanan bagi
kesembuhan penyakit dan pencegahan penyakit kepada masyarakat. Tentu saja
untuk mengalihkan fungsi sebuah wisma atlet menjadi rumah sakit memerlukan
banyak pertimbangan , persiapan serta pengelolaan yang baik dan benar. Wisma
Atlet Kemayoran yang dijadikan Rumah Sakit Darurat Covid-19 terletak di Jalan
HBR Motik, Kemayoran District, Central Jakarta, Jakarta, Indonesia. Wisma ini
berdiri di atas lahan sebesar 10 hektar dengan jumlah tower sebanyak 7.
Kementerian PUPR telah menyiapkan 4 tower untuk RS Darurat yaitu
tower 1,3,6 dan 7.Tower 6 akan difungsikan sebagai rumah sakit darurat dengan
kapasitas 1700 unit kamar untuk rawat inap pasien. Bersamaan dengan Tower 6,
Tower 7 juga akan digunakan untuk rumah sakit darurat. Tower 1 dan 2
dikhususkan bagi dokter dan petugas medis dan Tower 3 sebagai Posko Gugus
Tugas Penanganan Covid-19, sedangkan Tower 4 dan 5 digunakan untuk ruang
perawatan. Wisma tersebut merupakan salah satu rumah sakit darurat covid-19
yang banyak dipenuhi dan diminati oleh masyarakat yang positif covid-19, Hal ini
didukung dengan sebuah fakta dari artikel CNN Indonesia. Dilansir dari (CNN
Indonesia, 2021), pada pertengahan Juli 2021, RSDC Wisma Atlet Kemayoran
mengalami kepadatan pasien yang membuat para tenaga medis harus bekerja keras
hingga harus melayani pasien yang berada di 4 lantai sekaligus. Ditambah lagi
dengan pernyataan dari WHO yang membatasi kapasitas ruang untuk pasien
sebanyak 60 %. Namun, menurut (Tempo.co, 2021), pada Juli 2021, Wisma Atlet
Kemayoran telah mencapai kapasitas 79 %. Untuk mengatasi kepadatan pasien,
tentu saja para tenaga medis membutuhkan rancangan program ruang rumah sakit
darurat covid-19 yang ideal untuk dapat memudahkan mereka dalam melakukan
aktivitas penanganan pasien. Tidak hanya para tenaga medis, para pasien
penyintas covid juga memerlukan rancangan program ruang ideal , terutama pada
bagian ruang isolasi/ ruang perawatan pasien yang dapat mendukung
penyembuhan mereka.
Program ruang adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk menetapkan dan
merumuskan fakta-fakta perancangan ruang yang sesuai dengan kebutuhan para
pengguna ruang (Pena, 1977). Program ruang dapat dibagi menjadi beberapa
turunan antara lain : tata ruang, besaran ruang, pola hubungan ruang, zoning atau
pengelompokkan fungsi ruang dan juga kualitas ruang. Kelima turunan tersebut
harus dirancang dengan benar agar terciptanya kepuasan pengguna ruang terhadap
ruang yang dirancang. Jika program ruang suatu bangunan tidak dirancang dengan
baik, maka kebutuhan pengguna ruang tidak terpenuhi dengan baik dan dapat
menimbulkan dampak buruk bagi para pengguna ruang. Bangunan Wisma Atlet
yang diubah menjadi RSDC harus menyusun program ruang secara cepat dan
tepat, jika tidak keselamatan pasien maupun petugas medis dapat terancam.
Dengan itu peneliti terpacu untuk meneliti program ruang Wisma Atlet
Kemayoran sebagai RSDC yang berpengaruh pada kenyamanan serta keamanan
aktivitas isolasi pasien dan juga aktivitas kerja para tenaga medis.

1.2 Masalah Penelitian

Melihat isu yang telah dipaparkan pada latar belakang,terdapat penjelasan


bahwa rancangan program ruang pada Tower 6 Wisma Atlet Kemayoran sangat
penting untuk dirancang secara ideal demi memenuhi kebutuhan aktivitas pasien
dan juga petugas medis.. Perancangan rumah sakit ini juga direalisasikan dalam
keadaan darurat dengan waktu yang diusahakan sesingkat mungkin. Maka dari itu,
peneliti ingin mengetahui apakah program ruang rumah sakit yang dirancang
dalam keadaan darurat dapat dikatakan sudah tepat. Selain itu, peneliti juga ingin
mengetahui apakah dampak dari perancangan program ruang tersebut sudah sesuai
dengan yang diharapkan atau sebaliknya. Karena adanya celah antara harapan
yang diinginkan oleh perancang dengan kenyataan yang terjadi atas rancangan
tersebut, maka diperlukan sekali penelitian untuk memvalidasi hal ini. Oleh karena
itu, dapat dirumuskan masalah penelitian antara lain :

1. Program Ruang
Program Ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet dirancang dalam keadaan darurat
dan selesai dalam waktu yang cepat. Program Ruang tersebut perlu diuji apakah
sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2 .Keterkaitan Program Ruang dengan Pola Aktivitas


Perancangan program ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet dapat saja berdampak
buruk terhadap pola aktivitas pasien dan tenaga medis. Untuk itu,diperlukan
penelitian untuk melihat apakah hubungan program ruang dengan pola aktivitas
sudah dapat dikatakan baik.

Dari rumusan masalah tersebut, muncul pertanyaan penelitian antara lain :


1. Apakah program ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet sudah sesuai dengan
standar-standar yang berlaku?
2. Apa pengaruh perancangan program ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet
terhadap aktivitas isolasi pasien dan aktivitas kerja para tenaga medis?

1.3 Urgensi Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk menjadi bahan penyelidikan lebih lanjut.
Penelitian ini memiliki urgensi untuk mengetahui pola aktivitas apa yang akan
diciptakan pada pasien dan petugas medis saat beraktivitas di wisma tersebut.
Hasil dari penelitian ini dapat difungsikan untuk menyusun program ruang rumah
sakit darurat penanganan covid-19 lain.

1.4 Lingkup Penelitian


Agar pemaparan tidak melebar dari isu yang dibahas, peneliti membuat
lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian ini merujuk pada pembagian zoning pada setiap lantai di tower 6
wisma atlet. Dari pembagian zoning ini dapat dilihat keberadaan ruang-
ruang pada setiap zoning.
2. Penelitian ini merujuk pada penataan ruang di setiap lantai pada Tower 6
Wisma Atlet yang berpengaruh terhadap aktivitas isolasi mandiri pasien
positif covid-19 dan aktivitas kerja petugas medis
3. Penelitian ini merujuk pada pola sirkulasi pasien covid-19 di Tower 6
Wisma Atlet dan pola sirkulasi petugas medis di Tower 6 Wisma Atlet dan
bagaimana hubungan antar keduanya.
4. Penelitian ini merujuk pada kualitas ruang pada area pra pemeriksaan, area
pemeriksaan dan area isolasi pasien di Tower 6 Wisma Atlet yang
berpengaruh pada aktivitas isolasi mandiri pasien positif covid-19 dan
aktivitas petugas medis yang meliputi pengolahan unsur-unsur ruang yang
membedakan zoning pada tiap lantai tersebut, seperti : penempatan
bukaan, kualitas cahaya matahari, dan lain-lain.
5. Penelitian ini merujuk pada dimensi dan besaran ruang pada area
pengawasan pasien yang diisi oleh para petugas medis dan juga area
perawatan pasien yang diisi oleh para pasien positif covid-19

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan program ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet dan


kesesuaiannya terhadap standar-standar yang berlaku.
2. Mengetahui .pola aktivitas pasien dalam melakukan isolasi dan pola
aktivitas tenaga medis dalam melakukan penanganan terhadap pasien, serta
hubungan antar kedua pola aktivitas tersebut di dalam Tower 6 RSDC
Wisma Atlet.

Bab 2
STUDI PROGRAM RUANG RUMAH SAKIT DARURAT COVID-19
2.1 Kajian Teori Program Ruang Rumah Sakit Darurat Covid-19

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/230/2021, pedoman penyelenggaraan rumah sakit lapangan/
rumah sakit darurat pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
pada bab 2 bagian b tentang bangunan bahwa rumah sakit lapangan/ rumah sakit
darurat Covid-19 berlokasi pada luas lahan tertentu atau pada bangunan harus
mengarah pada ketentuan peraturan perundang-undangan mencakup tata ruang
wilayah daerah, rencana tata bangunan dan peraturan daerah setempat. (jadiin
APA) (standar lain juga belum ketemu) (cek lagi dari yang bu irma) (pengganti
behavioral mapping) apakah pake yang william pena. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2020 mengenai Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit. Pada bab II dipaparkan bentuk dan jenis pelayanan rumah sakit
lapangan atau yang kerap dikenal dengan sebutan rumah sakit darurat Covid-19,
antara lain :

a. Rumah sakit lapangan/ Rumah sakit darurat Covid-19 merupakan sebuah


rumah sakit yang dibentuk di lokasi tertentu dan memiliki sifat sementara
dimana rumah sakit ini berdiri selama kondisi darurat, pada saat masa
tanggap darurat bencana atau juga dapat didirikan pada saat pengadaan
kegiatan tertentu.
b. Rumah sakit lapangan / Rumah sakit darurat Covid-19 dapat berupa
tenda,kontainer dan bangunan permanen yang dapat digunakan sementara
untuk rumah sakit.

2.1.1 Zonasi

2.1.1.1 Standar Kemenkes

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/230/2021 mengenai pedoman penyelenggaraan rumah sakit
lapangan/ rumah sakit darurat pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) pada bab 2 bagian e bahwa Rencana tapak atau yang kerap dikenal
dengan sebutan site plan berakar pada pengaturan zonasi ruang-ruang fungsi
pelayanan yang dibagi menjadi tiga zona, antara lain :

a. Green Zone / Zona Hijau


Zona ini merupakan kawasan yang memiliki resiko rendah terhadap
penularan Covid-19. Di dalam zona ini difungsikan sebagai area
penunjang atau manajemen. Pada zona ini terdapat ruang arsip,
ruang logistik serta ruang administrasi dan sekretariat.
b. Yellow Zone / Zona Kuning
Zona Kuning adalah kawasan yang memiliki resiko sedang
terhadap penularan Covid-19. Pada zona ini terdapat ruang
screening yaitu ruang pra-pemeriksaan dimana petugas di dalam
ruang tersebut belum dapat menentukan pasien yang terpapar
covid-19 maupun yang tidak terpapar.
c. Red Zone / Zona Merah
Zona merah merupakan area dengan resiko penularan covid-19
yang tinggi. Area ini mencakup ruang-ruang pelayanan bagi pasien
yang sudah terkonfirmasi positive Covid-19. Di dalam zona ini
terdapat ruang isolasi, ruang monitoring petugas atau nurse station,
ruang perawatan isolasi high care, ruang jenazah, ruang
laboratorium, ruang radiodiagnostik, ruang tindakan dan ruang
laundry.

2.1.2 Tata Ruang (Sirkulasi,Hubungan antar Ruang, Dimensi Ruang,


Kualitas Ruang)

2.1.2.1 Standar Kemenkes


a. Ruang Pra-Pemeriksaan (Ruang Triase)
Gambar 2.1 Penataan Ruang-Ruang Pra Pemeriksaan pada Rumah Sakit
Covid-19
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, September 2020

Dilihat dari gambar di atas, bahwa ruang-ruang pra pemeriksaan


dilengkapi dengan lobby, koridor petugas dan juga ruang tunggu dimana lobby
terhubung dengan koridor petugas.Sedangkan ,untuk ruang tunggu sendiri
dipisahkan oleh sekat-sekat ruang pemeriksaan dan berada jauh dari koridor
petugas dan lobby. Pada Ruang tunggu tentu saja terdapat aktivitas para calon
pasien yang sedang antri dalam melakukan pemeriksaan, sedangkan koridor
petugas sendiri akan dilewati oleh para petugas medis. Pada lobby juga terdapat
para pengunjung yang mengantarkan para calon pasien untuk melakukan
pemeriksaan. Karena aktivitas manusia pada lobby dan koridor petugas dapat
dikatakan cenderung tidak padat, maka kedua ruang tersebut dapat saling
dihubungkan. Berbeda dengan aktivitas manusia yang berada pada ruang tunggu,
dimana pada ruang tunggu terlihat banyak calon pasien yang sedang duduk. Untuk
meminimalkan penyebaran Covid-19 , area tersebut dipisahkan dengan sekat-
sekat ruang pemeriksaan. Ruang Pra Pemeriksaan memiliki beberapa persyaratan
kualitas ruang, seperti :
- Pemberian jarak pada tempat duduk pada ruang tunggu yang sesuai
dengan Protokol Kesehatan yang sudah ditetapkan.
- Pemberian wastafel pada titik-titik yang rawan terhadap
penyebaran.
- Penempatan bukaan jendela dan pintu wajib memberikan nilai
optimal terhadap pergantian sirkulasi udara.

Kemudian, pada ruang pemeriksaan terdapat persyaratan tata letak


furniture dan letak bukaan

Gambar 2.2 Tata dan Kualitas Ruang di dalam Ruang


Pemeriksaan
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, September
2020

Letak furniture dan segala pembatas dalam ruang tidak boleh menahan
bukaan jendela dan juga pintu yang berfungsi untuk pengaliran udara. Begitu pun
dengan tata letak furniture yang dihubungkan dengan jendela juga tidak boleh
menciptakan aliran udara dari pasien ke petugas medis.
Gambar 2.5 Penataan dan Kualitas Ruang Ganti Petugas
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020

Menurut standar dari Kemenkes , Ruang Ganti Petugas harus disertai oleh
area Lepas APD yang diberi loker, wastafel, wc, shower dan juga kontener APD.
Sedangkan, untuk ruang farmasi dan pengambilan sampel harus dilengkapi dengan
rak- rak penyimpanan barang dan hospital passed box untuk penyaluran barang.
Gambar 2.7 Tata Letak dan Kualitas Ruang Ruang Penerimaan
Pasien
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2020

Dilihat dari gambar di atas, ruang penerimaan pasien harus terpisah dari
ruang-ruang isolasi dan juga pos perawat. Ruang isolasi pasien harus diberikan
sekat yang maksimal. Pos perawat diletakkan pada bagian tengah agar dapat
memudahkan para perawat dalam melakukan kontrol terhadap pasien.Pada ruang
penerimaan pasien wajib disediakan dua pintu untuk jalur pasien masuk dan
pasien keluar. Di dalam ruang penerimaan, jarak antar tempat tidur pasien harus
diatur.

Gambar 2.9 Tata Letak Pos Perawat


Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2020
Ruang Perawat atau Nurse Station adalah area yang ditempati oleh petugas
medis atau perawat untuk melakukan pemantauan terhadap perkembangan pasien.
Dinding ruang ini yang berbatasan dengan koridor harus diberikan material
transparan seperti kaca agar perawat tidak perlu melakukan observasi secara
berulang kali ke ruang isolasi pasien. Ruang ini wajib dilengkapi dengan lemari
penyimpanan obat dan tempat penyimpanan barang habis pakai.

Gambar 2.10 Kualitas Ruang Isolasi


Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2020

Menurut peraturan yang telah dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia untuk pasien yang terinfeksi covid 19, kualitas ruang isolasi
yang harus dicapai antara lain :

- Material ruang yang mencakup


lantai,dinding,plafon,pintu,jendela,toilet harus bersifat non-porosif.
- Arah bukaan pintu swing sesuai dengan tekanan udara yang
ditetapkan.
- Kebutuhan observasi dari petugas ke pasien harus dilengkapi
dengan dinding transparan pada dinding koridor.
- Pemasangan Grill Exhaust diletakkan pada dinding, sedangkan
ducting HVAC pada dinding dan plafon.
- Peralatan yang menempel di dinding dan plafon harus terpasang
dibenamkan (eg. passed box)
- Setiap ruang wajib disediakan dua kotak kontak dan tidak boleh
ada percabangan sambungan langsung tanpa dengan adanya tindak
pengamanan arus.
- Penyediaan outlet oksigen dan juga vakum medik.
- Dilengkapi dengan sarana pertukaran udara alami atau buatan yang
telah memenuhi standar yang berlaku
- Harus dilengkapi dengan toilet yang memperhatikan kebutuhan
disabilitas.
- Diberi wastafel pada ruangan antara.
- Ruang isolasi harus mengoptimalkan pencahayaan alami,untuk
penerangan buatan disarankan 200 lux dan juga 50 lux untuk tidur.
- Terdapat nurses call yang terhubung ke ruang perawat.
2. Sirkulasi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/230/2021 mengenai pedoman penyelenggaraan rumah sakit
lapangan/ rumah sakit darurat pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) pada bab 2 bagian f menyatakan bahwa :

a. Jalur Bersih dan Jalur Kotor/terkontaminasi harus dibedakan atau dipisah.


b. Diberikan pembatas yang maksimal terhadap akses ke area penanganan
pasien covid-19

Sedangkan, pada bagian h dipaparkan bahwa jalur terpenting yang harus


diperhatikan adalah jalur utama dimana pada jalur utama, sirkulasi keluar dan
masuknya pasien serta petugas harus dibedakan,
a. Jalur Petugas : merupakan jalur yang digunakan oleh petugas
berupa alur yang menghubungkan pintu masuk,ruang ganti, toilet petugas
serta ruang logistik.
b. Jalur Pasien : merupakan jalur yang menghubungkan area masuk
pasien,resepsionis,ruang tunggu,toilet ,area screening serta area
pengambilan sampel.

Kemudian, pada bagian i dijelaskan bahwa terdapat beberapa persyaratan yang


lain antara lain :
a. Diberikan dua akses terpisah untuk masuk dan keluar pasien.

3. Dimensi Ruang Pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.01.07/MENKES/230/2021 mengenai pedoman penyelenggaraan
rumah sakit lapangan/ rumah sakit darurat pada masa pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19),terdapat beberapa standar dimensi area perawatan isolasi
pasien pada rumah sakit darurat covid-19. Pada bab 2 bagian Kebutuhan Ruang
dijelaskan bahwa beberapa ruang yang ada di area perawatan isolasi pasien
memiliki beberapa persyaratan dimensi antara lain :

a. Ruang Karantina Pasien


- Jarak antar tempat tidur pasien pada ruang ini minimal 2,4 meter,
- Luas ruang isolasi satu tempat tidur minimal sebesar 3 x 4 m2.
- Luas airlock disesuaikan dengan standar syarat pintu interlock.
b. Koridor Pelayanan
- Lebar koridor pelayanan memiliki besaran minimal 2,4 meter.

c. Pos Perawat/Nurse Station

- Ruang ini memiliki luas minimal 8 m2, atau 3-5 m2 per petugas.

d. Ruang Isolasi HighCare/ Ruang Isolasi Sementara


- Luas ruang minimal 16 m2 atau 4 x 4 m2
- Jika satu ruang diisi oleh lebih dari satu pasien, maka jarak antar
tempat tidur pasien harus diatur dengan jarak minimal 3 meter.

2.1.2.2 Standar HILLSIDE

Dalam program Health Infrastructure Living Library, ruang farmasi


sebaiknya diletakkan dekat area perawatan pasien. Ruang farmasi juga harus
diberikan ventilasi yang memadai (HILLSIDE, 2020). Area pelayanan tamu harus
diberikan partisi berupa kaca. Selain itu area petugas yang satu dan yang lainnya
harus diberikan jarak.

Gambar 2.6 Penataan Ruang Pengambilan Sampel


Sumber : HILLSIDE,2020
Dilihat dari gambar di atas bahwa dalam ruang pengambilan sampel, area
lab yang satu dengan yang lainnya harus diberikan partisi. Area lab juga harus
terhubung dengan area resepsionis untuk memudahkan penyaluran barang hasil tes
lab.

Gambar 2.12 Kamar Staff


Sumber : HILLSIDE,2020
Menurut HILLSIDE, akan lebih baik suatu rumah sakit darurat Covid-19
diberikan kamar atau tempat penginapan bagi staff. Kamar untuk staff harus
diletakkan di luar area terkontaminasi, namun kamar tersebut harus dekat dengan
area pasien. Di dekat kamar staff, harus disediakan toilet khusus.

Gambar 2.13 Tata Letak Area CSSD


Sumber : HILLSIDE,2020

Menurut HILLSIDE, Central Steril Service Department adalah sebuah area


yang menyediakan barang yang steril dan sudah didesinfeksi yang dibutuhkan ke
semua area pelayanan pasien. Dalam penataan ruangnya, area ini dibagi menjadi
area bersih dan area kotor dimana kedua area tersebut harus diberikan pembatas
maksimal untuk mengurangi resiko terjadinya persilangan antar petugas dan
peralatan. Aktivitas di dalam area ini berupa pembersihan barang yang kotor
menjadi bersih dan steril dimana terdapat tiga zona yang mewadahi aktivitas
tersebut, antara lain :
1. Area Penerima Barang Kotor
Area ini harus dibatasi oleh partisi kaca dan diberikan tempat untuk
pencucian dengan instrumen throughput atau cuci troli dan parkir.
2. Inspeksi, Perakitan dan Pengemasan
Area ini diberikan jendela tembus pandang, disertakan autoklaf di
atas mesin cuci serta area kemas barang bersih.
3. Proses Steril, Penyimpanan dan Distribusi Barang Steril
Area ini harus disertakan lemari penyimpanan dan jendela pass-
through

Gambar 2.14 Alur Sirkulasi Petugas Medis


Sumber : HILLSIDE,2020

Menurut HILLSIDE, sirkulasi dari petugas medis dapat diatur dengan


aliran satu arah yaitu aliran dari bersih ke kotor. Gambar di atas menjelaskan
bahwa terdapat akses yang dipisah. Setelah beraktivitas di zona terkontaminasi,
petugas akan menuju ke ruang doffing atau ruang pelepasan alat pelindung diri.
Setelah itu, petugas akan pergi ke ruang cuci tangan untuk membersihkan tangan
dan berakhir di ruang mandi untuk membersihkan seluruh tubuh. Ketika petugas
hendak masuk ke zona terkontaminasi, maka petugas akan disediakan area untuk
minum atau beristirahat , area untuk mandi serta loker dan kemudian sebelum
masuk ke area terkontaminasi, petugas akan menuju ke ruang donning untuk
memakai alat perlindungan diri seperti : APD,masker, faceshield, sarung tangan
dan sebagainya.

2.1.2.2 Standar Henderson Engineers

Gambar 2.3 Penataan dan Kualitas Ruang di dalam Ruang Administrasi


Sumber : Henderson Engineers, 2020
HKS,inc adalah sebuah firma arsitektur internasional di Amerika. Dalam
seminar yang berjudul “Healthcare Design in the Wake of Covid-19” (2020) yang
diadakan oleh Henderson Engineers pada bulan Agustus, David Vincent selaku
Director of Health di firma ini menyampaikan sebuah materi mengenai kualitas
ruang di dalam ruang administrasi yang ada pada rumah sakit Covid-19. Di dalam
materi tersebut, David menyampaikan bahwa area pelayanan bagi para tamu dapat
dibagi menjadi dua sisi. Disamping itu, batas antara area tunggu dan area
administrasi harus dibatasi oleh sekat yang diberi bukaan otomatis. Ruang petugas
harus dibatasi oleh kaca. Untuk mengakomodasi pengambilan barang, disediakan
kotak yang dapat digeser.

Gambar 2.4 Kualitas Ruang di dalam Ruang Tunggu


Sumber : Henderson Engineers, 2020

Jacob Katzenberger selaku Professional Engineer di Henderson Engineers


menyampaikan sebuah materi mengenai kualitas ruang di dalam ruang tunggu
yang ada pada rumah sakit Covid-19. Pada gambar tersebut dijelaskan bahwa area
pada ruang tunggu dibagi dua yaitu area untuk pasien yang terinfeksi dan area
untuk pengantar pasien atau area untuk tamu yang tidak terinfeksi. Kedua area
tersebut dibatasi oleh partisi. Selain itu pada area yang diisi oleh pasien terinfeksi
dilengkapi dengan penyuplai udara , dan pada area tamu yang tidak terinfeksi
dipasang exhaust grill.

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Ruang Perawatan Isolasi Sebagai Bentuk Ruang Pemisah Pasien Covid-19 di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis berawal pada


kesamaan latar belakang dimana penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh lonjakan
kasus positif covid-19 di Surabaya yang menuntut wadah bagi para penyintas
covid untuk melakukan isolasi dan perawatan. Persamaan yang lainnya adalah
penelitian ini juga ditujukan untuk melihat apakah standar ruang isolasi dapat
dikatakan ideal dalam hal mempercepat penyembuhan penyintas covid-19.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lebih mengacu
pada objek penelitian dimana penelitian ini lebih mengarah kepada ruang isolasi
yang ada pada salah satu rumah sakit.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi
dimana metode tersebut dimulai dengan cara melakukan identifikasi terhadap
kondisi desain ruang isolasi eksisting dan dilanjutkan dengan pencarian teori
ruang isolasi tersebut dan untuk melengkapi penelitian akan dilakukan metode
tanya jawab terhadap responden terkait ruang isolasi seperti apa yang
diharapkan.Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode privasi dimana
metode tersebut bertujuan untuk menganalisis tingkat privasi pada ruang isolasi
yang mempengaruhi kenyamanan dan juga keamanan pasien.
Dalam kesimpulan akhir , peneliti dalam penelitian ini mendapatkan
kesimpulan bahwa ruang isolasi pada rumah sakit tersebut sudah dirancang
dengan mempertimbangkan komposisi serta hirarki ruang yang telah didasarkan
atas tingkat privasi. Analisis peneliti melalui pembagian zoning telah
menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan sekat pada ruang dapat membatasi
akses para pelaku dalam ruang. Pada akhir penelitian dipaparkan bahwa antara
ruang semi publik (ruang yang diperuntukan bagi sirkulasi seluruh tenaga medis)
dan ruang privat (kamar isolasi pasien) terdapat ruang transisi (ruang akses
menuju ke kamar isolasi namun disekat). Penempatan bukaan seperti pintu dan
jendela juga turut diperhatikan untuk membatasi akses tenaga medis dan juga
penyintas covid.

2.2.2 Pengaruh Penataan Massa Bangunan Terhadap Pola Aktivitas Santri


(Studi Kasus Pondok Pesantren Islamic Centre BIN BAZ Putra Yogyakarta).
Persamaan dari penelitian yang ketiga ini dengan penelitian yang sedang
ditulis adalah pada variabel yang diteliti dimana penelitian ini juga menggunakan
pola aktivitas dan juga program ruang sebagai variabel penelitian.
Perbedaannya adalah pada topik penelitian dimana penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penataan massa bangunan pondok pesantren terhadap
aktivitas santri.
Cara atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dimana penelitian dilakukan dengan cara observasi terhadap objek
penelitian dan analisis perbandingan yang membandingkan skenario awal
perencanaan aktivitas santri terhadap keadaan eksisting yang sedang berjalan.
Peneliti juga akan melakukan wawancara serta pengamatan langsung terhadap
aktivitas para santri. Sebagai hasil penelitian, diuraikan bahwa tata massa
bangunan pondok pesantren tersebut adalah linier. Pada saat pengamatan aktivitas
santri, peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa santri yang berangkat ke
masjid menggunakan jalur yang tidak ditetapkan oleh pengelola. Lalu setelah itu,
peneliti juga menganalisis karakteristik jalur yang tidak ditetapkan oleh pengelola
dan jalur yang ditetapkan pengelola.Ternyata, peneliti menemukan bahwa jalur
yang ditetapkan oleh pengelola cenderung kotor dan tidak rapi sehingga ada
sebagian santri yang tidak melewati jalur tersebut. Hal lain yang ditemukan
peneliti adalah terdapat aktivitas santri yang tidak kembali ke asrama setelah
sholat. Santri mengatakan bahwa jarak antara masjid dan asrama sangat jauh
sehingga santri lebih memilih untuk pergi ke ruang makan.
Sebagai kesimpulan dari keseluruhan, peneliti mengatakan bahwa tata
massa bangunan pondok pesantren dikatakan kurang efisien karena terdapat
sebagian santri yang melewati jalur-jalur yang tidak ditetapkan oleh pengelola
demi mendapatkan kenyamanan fisik, visual dan juga fleksibilitas gerak.

2.2.3 Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti


Batu
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada variabel
yang diteliti. Penelitian ini menjadikan pola aktivitas pelaku dalam Kawasan
Wisata Songgoriti Batu dan Ruang Luar pada kawasan wisata tersebut sebagai
variabel penelitian.
Perbedaan penelitian ini terletak pada topik yang diteliti dan juga pada
jenis ruang yang diteliti dimana ruang yang diteliti dalam penelitian ini merupakan
ruang luar /lansekap sehingga penelitian ini lebih berfokus pada pengolahan
lansekap serta fitur-fitur lingkungan yang berhubungan dengan lansekap tersebut.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dimana peneliti akan menggunakan metode mapping untuk mengetahui alur
aktivitas pelaku ruang di sebuah denah lansekap Kawasan Wisata Songgoriti Batu.
Peneliti juga akan melakukan analisis dalam waktu tertentu sehingga dapat
memperoleh kesimpulan yang berisi perbandingan.
Sebagai kesimpulan, peneliti mengatakan bahwa pola aktivitas di kawasan
wisata ini tersebar dengan tidak merata dimana terdapat titik-titik tertentu yang
memperoleh intensitas aktivitas tinggi dan terdapat titik-titik yang memperoleh
aktivitas rendah. Peneliti menyimpulkan bahwa rendahnya intensitas aktivitas
dikarenakan oleh sedikitnya pengolahan atribut ruang yang bisa menjadi daya
tarik para pelaku dalam ruang. Peneliti mengatakan bahwa atribut ruang
merupakan hal yang terpenting dalam membuat kendali terhadap perilaku pelaku
dalam ruang sehingga dalam merancang suatu ruang diperlukannya
pengembangan terhadap atribut ruang sehingga pola aktivitas yang diharapkan
dapat sesuai yang diharapkan.
2.2.4 Tabel Kesimpulan Penelitian Terdahulu

Judul Latar Teori Metode Kesimpulan


Belakang

Ruang Urgensi untuk Teori Metode Ruang Isolasi


Perawatan mengetahui Perancangan eksplorasi sudah
Isolasi Sebagai standar ideal Ruang Isolasi menurut dirancang
ruang isolasi Laurens, 2004 sesuai dengan
Bentuk Ruang
(dimulai dari standar yang
Pemisah Pasien menguraikan berlaku
Covid-19 di tujuan awal
Rumah Sakit penelitian yaitu
Umum Haji untuk
Surabaya mengetahui
apakah ruang
isolasi di RS
Umum Haji
Surabaya sudah
ideal, lalu
dilanjutkan
dengan mencari
teori ruang
isolasi. Setelah
itu, dilakukan
analisis apakah
rancangan ruang
isolasi sudah
sesuai dengan
teori yang
berlaku. Untuk
menambah
analisis, juga
dilakukan
pengamatan
terhadap
perilaku dari
pelaku dalam
ruang
Pengaruh Mengetahui Skenario Awal Metode Terdapat
pengaruh Perencanaan Kualitatif penyimpangan
Penataan Massa
penataan massa Aktivitas Santri (Observasi dimana pola
Bangunan bangunan Langsung, aktivitas yang
terhadap pola Analisis diharapkan tidak
Terhadap Pola
aktivitas santri Perbandingan sesuai dengan
Aktivitas Santri Skenario Awal pola aktivitas
dengan hasil yang tercipta.
(Studi Kasus
Observasi , Santri
Pondok wawancara mengatakan
santri.) bahwa terdapat
Pesantren
jalur kotor dan
Islamic Centre tidak rapi
sehingga
BIN BAZ Putra
mereka tidak
Yogyakarta) ingin
melewatinya

Pola Aktivitas Mengetahui - Metode Pola aktivitas


pola aktivitas Deskriptif pengunjung
Pemanfaatan
pengunjung Kualitatif tersebar tidak
Ruang Luar (metode merata. Hal ini
mapping pada disebabkan
Kawasan Wisata
waktu-waktu karena adanya
Songgoriti Batu tertentu untuk beberapa ruang
melihat pola yang tidak
aktivitas melakukan
pengunjung) pengolahan
atribut ruang
secara maksimal
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam buku Architectural Research Method (Groat & Wang, 2002),


menjelaskan bahwa pada penelitian bidang arsitektur terdapat tujuh jenis strategi
yakni : Interpretive-Historical Research; Qualitative Research; Correlational
Research; Experimental Research; Simulation Research; Logical Argumentation
Research serta yang terakhir Case Study Research. Dalam penelitian ini, peneliti
memakai strategi Qualitative Research. Alasan penulis memakai strategi kualitatif
karena ingin melihat pengaruh perancangan program ruang tower 6 RSDC Wisma
Atlet terhadap pola aktivitas pasien dan tenaga medis. Dalam hal ini, peneliti akan
mempertimbangkan teori-teori perancangan program ruang dan juga tanggapan
responden mengenai pengalaman ruang yang mereka rasakan. Hasil analisis dari
penelitian ini akan diuraikan dalam bentuk kalimat.
3.2 Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

a. Studi Dokumentasi
Pada awalnya, peneliti melakukan pencarian data primer dengan
menggunakan metode studi dokumentasi. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
analisis berbagai dokumen gambar kerja yang didapatkan dari salah satu
kontraktor yang bekerja dalam proyek perancangan rumah sakit darurat covid-19
di Wisma Atlet, Kemayoran. Dengan adanya gambar kerja tersebut, peneliti akan
melakukan analisis secara lebih detail dan akurat.

b. Wawancara

Untuk memperkuat penelitian, peneliti memberikan beberapa pertanyaan


terkait pengalaman ruang yang mereka alami selama berada di tower 6 RSDC
Wisma Atlet kepada para responden yaitu pasien yang dirawat di Tower 6 Wisma
Atlet serta petugas medis yang bekerja disana.

c. Studi Literatur
Peneliti melakukan pencarian arsip Perancangan Tower 6 Wisma Atlet
sebagai Rumah Sakit Darurat Covid-19 yang didapatkan melalui portal
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, HILLSIDE dan Henderson Engineers
Arsip tersebut berisi diagram-diagram skematik mengenai Perancangan Rumah
Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet,Kemayoran. Peneliti kemudian
mempelajari arsip tersebut mengenai konsep pembangunan rumah sakit darurat
tersebut. Kemudian setelah itu peneliti juga melakukan penelitian terdahulu
terhadap beberapa jurnal serupa untuk memperoleh gambaran metode penelitian.
Sebagai alat ukur penelitian, peneliti memakai standar peraturan perancangan
rumah sakit darurat covid-19 yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan lembaga perancangan rumah sakit dari luar negara dimana
pada standar tersebut terdapat uraian seperti : standar pengaturan zonasi ruang,
tata letak ruang, alur sirkulasi bangunan, besaran ruang serta kualitas ruang.

3.2.2 Analisis Data

Sesudah semua data sudah terkumpul, peneliti akan melakukan analisis


data. Data-data yang didapatkan akan dianalisis dengan mengacu pada tolak ukur.
Tolak ukur tersebut berasal dari teori yang diperoleh dari studi literatur. Analisis
data akan berupa diagram-diagram pada denah, tabel perbandingan keadaan
eksisting dengan landasan teori serta tabel penjelasan hasil wawancara. Analisis
data akan menghasilkan kesimpulan yang akurat yang menjadi jawaban dari
penelitian.
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Sumber : Michelle Damayanti,2021
BAB IV
PENGARUH PROGRAM RUANG TOWER 6 WISMA ATLET
KEMAYORAN SEBAGAI RSDC TERHADAP AKTIVITAS
PASIEN DAN PETUGAS MEDIS

Di bab ini, penulis akan menjelaskan data-data yang telah didapatkan.


4.1 Analisis Program Ruang Tower 6 Wisma Atlet Berdasarkan Standar
Kemenkes, HILLSIDE dan Henderson Engineers
4.1.1 Analisis Zonasi

Gambar 4.1 Pengelompokan Area Fasilitas Rumah Sakit Kelas B


Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B oleh Kemenkes,2012
Gambar 4.2 Analisis Zonasi Denah Lantai 1
Sumber : Dokumen Kontraktor Pelaksana dan diolah oleh Michelle Damayanti
(2021)

Dalam analisis di atas, lantai satu terbagi menjadi tiga zona yakni zona
hijau, zona kuning, dan zona merah. Zona hijau masuk ke dalam area administrasi
dan manajemen yang terdiri dari ruang 1 (Drop Off Lobby), 2 (Lobby I {letaknya
ada di dekat pintu ke arah IGD}), dan 5 (Ruang Admin) atau instalasi administrasi
umum dan keuangan. Sedangkan, zona kuning masuk ke dalam area pelayanan
medik dan perawat serta area penunjang/operasional yang terdiri dari ruang 3
(Ruang Konsultasi) atau instalasi rawat jalan, 4 (Ruang Ekocardiogram) , 7
(Lobby II/ tertutup), 8 (Ruang CT Scan), 9 (Ruang Operator) sebagai ruang
penunjang, 10 (Xray), 11 (Lobby III), 12 (Laboratorium), 13 (Apotek), dan 14
(Depo Obat dan Alat Kesehatan). Lalu zona merah masuk ke dalam area
perawatan dan area penunjang medik yang di dalamnya terdiri dari, 6 (Ruang
Ganti dan Istirahat), 15 (Jalur Ambulans), 16 (Ruang Jenazah), 17 (Pemulasaran),
18 (Ruang Ganti dan Istirahat), 19 (Ruang Steril), 20 (IGD I), 21 (Drop Off IGD),
22 (Frontdesk), 23 (Nurse Station), dan 24 (IGD II).
Melalui analisis di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa sirkulasi pada
zona merah, petugas dan pasien masih dalam koridor yang sama (masih berbagi
koridor). Hal ini sangat bertentangan dengan standar yang dibuat oleh Kemenkes
dimana jalur petugas medis dan pasien harus dirancang secara terpisah. Namun,
walaupun pasien dan petugas medis berbagi koridor, pasien tidak sering melewati
koridor tersebut karena pasien akan terus menetap di ruang IGD sampai
keadaannya sudah stabil. Karena itu, jalur koridor ini bisa terbilang cukup baik
atau ideal. Pada lantai satu ini juga terdapat jalur ambulans dan drop off yang
langsung menuju ke IGD itu sendiri. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang tertera
di standar Kemenkes dimana letak drop off ambulans dekat dengan ruang IGD.
Gambar 4.3 Analisis Zonasi Denah Lantai 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti (2021)

Pada lantai dua, terdapat ruang-ruang yang berada pada zona kuning dan
zona merah yang masuk ke dalam area perawatan dan area penunjang medik.
Ruang- ruang yang berada pada zona merah antara lain : 2 (ruang linen), (7) pos
perawat , 8 (HCU) , 12 (lift pasien), 13 (front desk) , 16 (lift tenaga medis), 17
(depo obat) dan 18 (ruang utilitas kotor). Kemudian, pada zona kuning terdapat
(1) ruang relaksasi medis, (4) ruang gudang/ alkes, (16) lift tenaga medis dan
ruang alkes/obat. Berdasarkan analisis penulis, terlihat bahwa area kerja petugas
medis diletakkan terpisah dengan area relaksasi petugas medis pada dua zona yang
berbeda. Hal ini dapat dikatakan ideal karena sesuai dengan standar peraturan dari
Kemenkes. Untuk sirkulasinya, penulis melihat bahwa walaupun zona merah dan
kuning sangat tepisah oleh sekat yang maksimal, namun masih ada jalur khusus
bagi petugas medis untuk mengakses kedua area ini melalui dua pintu. Adanya
tiga lift yaitu lift service, lift petugas, dan lift pasien memisahkan alur sirkulasi
petugas servis, petugas medis dan pasien. Hal ini juga sudah sesuai peraturan
Kemenkes bahwa jalur petugas dan pasien harus dipisahkan. Letak ruang utilitas
kotor yang dekat dengan HCU akan memudahkan petugas menyalurkan barang-
barang kotor bekas pakai pasien ke ruang tersebut.

Gambar 4.4 Analisis Zonasi Denah Lantai 3


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti (2021)

Berdasarkan analisis di atas, lantai tiga terbagi menjadi dua zona yakni
zona kuning dan merah. Zona kuning yang merupakan area penunjang medik
terdiri dari 1 (Ruang Relaksasi Medis), 2 (Gudang untuk Alat Kesehatan), 3 (Lift
Service), 19 (Lift Tenaga Medis), dan 21 (Ruang Alat Kesehatan dan Obat).
Sedangkan, zona merah atau area perawatan terdiri dari ruang 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11,
12, 13, 14, 15 (Ruang IGD), 10 (Nurse Station), 16 (Frontdesk), 17 (Nurse Station
II), 18 (Koridor), 20 (Lift Pasien), 22 (Utilitas Kotor).
Dalam analisis tersebut, penulis melihat bahwa ruang relaksasi medis
memiliki toilet sendiri. Hal ini dikatakan ideal karena dalam standar Kemenkes,
sebaiknya ruang untuk istirahat petugas memang diberikan toilet. Pada zona
merah, terlihat bahwa area ICU sudah dibatasi oleh sekat-sekat maksimal. Selain
itu juga, koridor memutar yang mengelilingi ICU memudahkan sirkulasi petugas
medis dalam melakukan kontrol terhadap pasien. Terdapat juga ruang utilitas
kotor yang letaknya dengan IGD.

Gambar 4.5 Analisis Zonasi Denah Lantai 4-21


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti (2021)
Lantai 4 sampai 21 merupakan area pelayanan medik dan perawatan. Pada
area ini terdapat instalasi rawat inap dan juga instalasi rawat jalan. Pada analisis
tersebut, penulis melihat bahwa kamar isolasi pasien sudah ditata dalam satu zona
yang sama dimana juga tidak jauh dari kamar-kamar tersebut terdapat ruang
pemeriksaan.
4.1.2 Analisis Tata Ruang (Sirkulasi, Hubungan antar Ruang,Kualitas
Ruang) berdasarkan Standar Kemenkes, HILLSIDE dan Henderson
Engineers.

Gambar 4.6 Pembagian Parsial pada Denah Lantai 1


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti (2021)
Untuk lebih memudahkan analisis, penulis membagi denah lantai 1 menjadi empat
bagian yaitu, lantai 1 parsial 1, lantai 1 parsial 2, lantai 1 parsial 3 dan lantai 1

parsial 4

Gambar 4.7 Analisis Tata Letak Ruang Denah Lantai 1 Parsial 1


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada denah lantai 1 parsial 1, terlihat bahwa area ini merupakan area
istirahat medis dan juga ruang jenazah. Area ini dibagi menjadi dua zona yaitu
zona kuning dan zona merah. Berdasarkan analisis penulis, peletakkan toilet
terpisah pada ruang ganti dan istirahat medis dapat dikatakan sudah sesuai standar
Kemenkes karena dalam standar tersebut, toilet wanita dan pria harus dipisahkan.
Namun, penulis menemukan kejanggalan. Penulis melihat bahwa ruang ganti
petugas seharusnya dipisah atau diberikan sekat khusus untuk area wanita dan area
pria. Lalu juga masing-masing harus diberikan ruang lepas APD yang di dalamnya
diberi wastafel,loker, shower serta kontener APD (Kemenkes). Akan tetapi,
peletakkan ruang sterilisasi yang terpisah dan diberi sekat maksimal dapat
dikatakan sudah cukup ideal. Kemudian untuk peletakkan depo obat, penulis
melihat bahwa ruang ini agak jauh dari ruang IGD , padahal seharusnya menurut
teori (HILLSIDE), ruang ini didekatkan dengan IGD agar dapat memudahkan
pengambilan obat oleh petugas medis untuk diberikan ke pasien yang ada di IGD.
Untuk kualitas ruang depo obat sudah dapat dikatakan sesuai standar Kemenkes
karena sudah diberikan ventilasi yang memadai.

Gambar 4.8 Analisis Tata Letak Ruang Denah Lantai 1 Parsial 2


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai 1 parsial 2 , terlihat bahwa ruang IGD/Isolasi sudah disertai


area airlock dimana hal ini sudah sesuai dengan standar Kemenkes. Drop off yang
diletakkan di dekat IGD memudahkan penyaluran pasien secara cepat ke ruang
penanganan (sesuai Kemenkes), lift pasien yang dekat dengan IGD juga
memudahkan sirkulasi pasien untuk menuju ke area penanganan (sesuai
Kemenkes). Pada area ini penulis juga menemukan penyimpangan , yaitu pada
area Front Desk tidak diberi ruang penerimaan pasien khusus, padahal pada
standar Kemenkes , area front desk harus diberi ruang penerimaan pasien yang
diletakkan di dekat IGD serta terpisah dari pos perawat. Di gambar tersebut juga
dapat dilihat bahwa area Pos Perawat terhubung dengan IGD tanpa adanya sekat,
padahal menurut standar Kemenkes, pos perawat harus diberikan sekat khusus
berupa lapisan kaca dan berada terpisah dari ruang IGD.

Gambar 4.9 Analisis Tata Letak Ruang Denah Lantai 1 Parsial 3


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai 1 parsial 3, dikatakan bahwa tata letak area pengambilan


sampel sudah sesuai standar HILLSIDE, walaupun dibatasi oleh partisi, area
laboratorium dan resepsionis diletakkan bersebelahan sehingga memudahkan
pasien dan petugas medis dalam melakukan pengambilan obat. Selain itu, pada
ruang area pengambilan sampel juga disertakan pantry dan toilet khusus serta
ruang administrasi khusus untuk menunjang kegiatan petugas medis. Ruang
ekokardiografi diletakkan bersebelahan dengan ruang pemeriksaan pasien agar
memudahkan aktivitas pasien dalam melakukan proses pemeriksaan. (sesuai
Kemenkes).
Gambar 4.9 Analisis Tata Letak Ruang Denah Lantai 1 Parsial 4
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada denah lantai 1 parsial 4, terlihat bahwa dalam ruang IGD sudah
diberikaan bukaan untuk pencahayaan alami (sesuai Kemenkes) , tempat tidur
pasien diberikan jarak yang jauh (sesuai Kemenkes). Peletakkan koridor yang
terhubung dengan area lobby akan memudahkan aktivitas pasien yang baru saja
diturunkan di lobby untuk melakukan pemeriksaan di ruang pemeriksaan.
Sayangnya, pada ruang pemeriksaan, penulis menemukan bahwa tidak terdapat
bukaan untuk pencahayaan alami, padahal bukaan tersebut harusnya diletakkan di
seberang pintu masuk untuk mencegah terjadinya air contact pasien dan petugas
medis. Namun , untuk peletakkan furniture meja, kursi serta tempat tidur sudah
sesuai dengan standar yang ditetapkan Kemenkes.
Gambar 4.10 Pembagian Parsial pada Denah Lantai 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Berdasarkan gambar di atas, denah lantai dua terbagi menjadi empat


parsial yang meliputi berbagai ruang di dalamnya.
Gambar 4.11 Analisis Denah Lantai 2 Parsial 1
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Denah di atas merupakan parsial 1 di lantai dua, dimana Lift Tenaga Medis
langsung terhubung atau dekat dengan IGD. Lalu, di sisi Lift juga ada Wastafel
yang penempatannya sudah sesuai dengan anjuran dari Kemenkes. Lalu, pada area
Nurse Station terdapat kaca yang mengarah pada IGD, penempatan ini juga sudah
sesuai dengan anjuran Kemenkes.

Gambar 4.12 Analisis Denah Lantai 2 Parsial 2


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Pada bagian parsial 2 di lantai dua, terdapat koridor yang terhubung tanpa
sekat, yang fungsinya untuk memudahkan aktivitas petugas medis. Selain itu, Lift
Medis pada lantai ini dipisahkan antara lift untuk pasien dan lift untuk petugas
medis. Lalu, penempatan lift yang segaris dengan Frontdesk akan memudahkan
pasien yang datang ke lantai ini untuk langsung menuju pada Frontdesk. Lalu,
pada Depo Obat juga terdapat wastafel yang sesuai dengan anjuran Kemenkes dan
Depo Obat sendiri letaknya berdekatan dengan IGD.

Gambar 4.12 Analisis Denah Lantai 2 Parsial 3


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada denah diatas, diketahui bahwa pada parsial 3 di lantai dua ini
memiliki Ruang Cathering yang letaknya berdekatan dengan area terbuka.
Penempatan ini sangat baik karena akan memudahkan akses petugas untuk
mengambil makanan dan makan di area tersebut.

Gambar 4.13 Analisis Denah Lantai 2 Parsial 4


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Pada parsial 4, ada koridor menuju Ruang Utilitas Kotor, ruang ini dibatasi
oleh sekat,terdapat juga Ruang Relaksasi untuk menunjang petugas medis. Lalu,
toilet pada parsial ini juga dipisah dan diberi wastafel sesuai dengan anjuran
Kemenkes.

Gambar 4.14 Pembagian Parsial Denah Lantai 3


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Denah lantai 3 dibagi menjadi beberapa parsial, yaitu parsial 4 dan juga parsial 1

Gambar 4.15 Analisis Denah Lantai 3 Parsial 1


Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai 3 parsial 1, disini penulis melihat bahwa semua ruang ICU
sudah diberikan partisi kaca yang akan memudahkan pengawasan pasien oleh
petugas medis. Hal ini juga ditunjang oleh peletakkan koridor yang memutar dan
saling terhubung yang akan memudahkan alur sirkulasi petugas medis dalam
mengelilingi area ICU (sesuai Kemenkes). Pos perawat diletakkan pada bagian
tengah untuk mengawasi dua ruang ICU Sekaligus, selain itu pos ini juga sudah
diberikan partisi kaca yang besar agar petugas medis dapat melakukan
pengamatan terhadap perawatan pasien (sesuai Kemenkes).
Gambar 4.16 Analisis Denah Lantai 3 Parsial 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai 2 parsial 2, penulis melihat bahwa perancang sudah


memberikan toilet khusus bagi kaum disabilitas. Selain itu penulis juga melihat
bahwa peletakkan lift pasien dan petugas medis sudah diletakkan berjauhan
sehingga meminimalisasi terjadinya air contact (sesuai Kemenkes). Kedua lift
tersebut terhubung ke area IGD
Gambar 4.17 Analisis Denah Lantai 3 Parsial 4
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada denah lantai 3 parsial 4,penulis melihat bahwa ruang utilitas kotor
berada di lokasi yang sama dengan yang ada di lantai sebelumnya. Ruang ini juga
tidak diberikan bukaan (sesuai Kemenkes).
Gambar 4.18 Analisis Denah Lantai 4 - 24
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai ini, penulis melihat bahwa kamar isolasi pasien sudah ditata
melingkar mengelilingi area core. Disini juga penulis melihat bahwa terdapat
ruang pemeriksaan pada setiap lantainya yang berfungsi untuk fasilitas kontrol
kesehatan pasien. Pada lantai ini juga tersedia tiga lift yaitu lift pasien, lift petugas
medis dan lift service yang diletakan secara terpisah.

4.1.3 Tabel Perhitungan Dimensi Ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet

Lanta Nama Ruang Dimensi Ruang Standar Keterangan


i Kemenkes

1 Lobby 332 m2

Ruang 36 m2 (2 ruang )
Konsultasi

Ruang 18 m2
Ekokardiogram

Ruang admin 12 m2

Ruang Ganti dan 72 m2


Istirahat Medis

Ruang CT.Scan 60 m2

Lobby Operator 54 m2

Ruang X Ray 60 m2

Lab 54 m2

Apotek 54 m2

Depo Obat dan 24 m2


Alkes
Ruang Jenazah 18 m2

Pemulasaran 36 m2

Ruang Sterilisasi 9 m2

IGD 360 m2 (20 orang )

Nurse Station 36 m2 Min 8 m2 sesuai

Front Desk 36 m2

2 Ruang Relaksasi 162 m2


Tenaga Medis

Ruang Linen 18 m2

Ruang Alkes dan 36 m2


Obat

Gudang 18 m2

Ruang Cathering 60 m2

Nurse Station 36 m2

HCU 72 m2 (6 bed ) Min 16 m2 , sesuai


jarak antar
tidur 3 meter

Front Desk 36 m2

Depo Obat 36 m2

Ruang Utilitas 72 m2
Kotor

3 Ruang Relaksasi 54 m2
Medis

Gudang 36 m2
ICU 36 m2 ( 2 ranjang)

Nurse Station 81 m2 Min 8 m2 sesuai

Front Desk 36 m2

Koridor 3m Min 2,4 m sesuai

Ruang Alkes atau 54m2


Obat

Ruang Utilitas 54m2


Kotor

4-24 Kamar Isolasi 36 m2 ( 3 orang) Jarak antar sesuai


Pasien ranjang 1,5 m-
2 m , ada toilet

Nurse Station 81 m2

Ruang 114 m2
Pemeriksaan

Gambar 4.1 Tabel Perhitungan Dimensi Ruang


Sumber : Michelle Damayanti,2021

4.1.3 Tabel Hasil Analisis Denah Tower 6 RSDC Wisma Atlet Berdasarkan
Standar

Nama Ruang Standar Standar Standar Keadaan Keterangan


Kemenkes HILLSIDE Henderson Eksistin
Engineers g Ruang

Lobby Lobby terpisah - - Lobby Tidak sesuai


dengan ruang dan
tunggu Ruang
Tunggu
digabun
g , tidak
dipisahk
an
Ruang Konsultasi/ Ruang - - Ruang Kurang
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemerik sesuai
ada banyak , saan
minimal 4 cuman 2
ruang dalam ,
satu sisi, ada
bukaan yang Letak
letaknya Furnitur
bersilangan e sudah
terhadap pintu bersilan
gan

Tidak
ada
bukaan

Ruang Dekat dengan Dekat cukup


Ekokardiogram koridor ruang dengan
tunggu koridor
ruang
tunggu

Ruang admin Ada di dekat Diberi Ada di Kurang


ruang arsip, sekat untuk zona sesuai
ada di zona pengambil kuning,
hijau an data / di dekat
ada ruang ruang
tunggu pemerik
saan,
tidak ada
ruang
arsip ,
tidak ada
sekat

Ruang Ganti Dilengkapi Ruang Tidak sesuai


Medis dengan area Ganti
lepas APD, Pria dan
area pria dan Wanita
wanita dipisah, digabun
diberikan toilet g , ada
pada masing- toilet
masing area , namun
kontener APD , tak ada
loker serta area
wastafel lepas
APD

Ruang CT.Scan Dekat Dekat cukup


dengan dengan
lobby lobi/
pengambila resepsio
n sampel, nis

Lobby Operator Letaknya Dipisah cukup


terpisah letaknya
dari ruang
lab dan
ruang tes

Ruang Xray Dekat Dipisah cukup


dengan letaknya
lobby
pengambila
n sampel,

Lab Diberi Diberi cukup


parisi , parisi ,
dekat dekat
dengan dengan
resepsionis resepsio
nis

Apotek Dekat Dekat cukup


dengan dengan
koridor koridor
lobby , lobby ,

Depo Obat dan Dekat dengan Dekat cukup


Alkes area perawatan dengan
pasien koridor
lobby ,d
ekat
dengan
IGD,

Ruang Jenazah Dekat sama Dekat Kurang


jalur ambulans, sama sesuai
ada koridor jalur
khusus ambulan
s, tidak
ada
koridor
khusus

Pemulasaran Dekat sama Dekat Kurang


jalur ambulans, sama sesuai
ada koridor jalur
khusus ambulan
s, tidak
ada
koridor
khusus

Ruang Sterilisasi Ada di area Ada di Cukup


ganti petugas area
medis ganti
petugas
medis

IGD Dekat jalur Dekat cukup


ambulans, jalur
dkeat nurse ambulan
station s, dkeat
nurse
station

Nurse Station Dekat dengan Dekat Cukup


area perawatan dengan
pasien, area
diberikan perawata
partisi kaca n pasien,
diberika
n partisi
kaca

Front Desk Dekat dengan Dekat Cukup


Nurse Station dengan
dan area Nurse
penerimaan Station
pasien

Ruang Tidur Disediakan Disediak Cukup


Medis toilet khusus, an toilet
ada kamar khusus,
masing-masing ada
kamar
masing-
masing
Ruang Linen Didekatkan Dekat Kurang
dengan laundry sesuai
laundry

HCU Social Social Cukup


distancing min distancin
1,5 m antar g min
tempat tidur 1,5 m
antar
tempat
tidur

ICU Social Social Cukup


distancing min distancin
1,5 m antar g min
tempat tidur 1,5 m
antar
tempat
tidur

Ruang Utilitas Dekat dengan cukup


Kotor HCU

Kamar Isolasi Dinding Dinding Cukup


Pasien Transparan ke Transpar
arah an ke
koridor,ada arah
stop kontak koridor,a
memadai da stop
(minimal kontak
2),Toilet, memada
Wastafel , i
(minima
l
2),Toilet
,
Wastafel
,

Koridor Area Mengelilingi Koridor cukup


Isolasi seluruh kamar memutar
isolasi agar i seluruh
mudah area
dikontrol kamar
perawat isolasi

Gudang Letaknya jauh Jauh dari cukup


dari area area
terkontaminasi terkonta
minasi

Cathering Letaknya jauh Jauh dari Cukup


dari area area
terkontaminasi terkonta
minasi

Area Lepas APD Ditaruh di Tidak Tidak sesuai


ruang ganti ada
petugas medis

Ruang Penerimaan Terpisah dari Tidak Tidak sesuai


Pasien ruang-ruang ada
isolasi dan pos ruang
perawat. penerim
Diberikan sekat aan
maksimal , pasien

Ruang Tunggu Letaknya Ada partisi Digabun Tidak sesuai


dipisah sm g dengan
lobby, cukup lobby ,
besar, tidak ada
diterapkan partisi
social
distancing

Jalur Petugas Jalur petugas Jalur


dan pasien petugas
dipisah, jalur dan
bersih dan pasien
kotor dipisah disatuka
n , jalur
bersih
dan
kotor
dipisah

Jalur Pasien Jalur petugas Jalur Kurang


dan pasien petugas sesuai
dipisah, jalur dan
bersih dan pasien
kotor dipisah disatuka
n, jalur
bersih
dan
kotor
dipisah

Gambar 4.1 Tabel Hasil Analisis Program Ruang Berdasarkan


Standar
Sumber : Michelle Damayanti,2021

4.2 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis di Tower 6 Wisma Atlet
Berdasarkan Hasil Wawancara

Diagram analisis di bawah dibuat berdasarkan hasil wawancara dengan


para responden yang merupakan pasien dan petugas medis di Tower 6 RSDC
Wisma Atlet.
Gambar 4.19 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 1
Parsial 1
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai 1 parsial 1 , terlihat bahwa pola aktivitas petugas medis sudah
ada pada ruang-ruang yang ditetapkan. Terlihat juga pada denah ini, aktivitas
petugas medis tidak terlalu padat. Berdasarkan data wawancara dengan
Doeta,responden yang menjadi petugas medis, ia mengatakan bahwa ruang
istirahat petugas kurang nyaman karena ukuran ruang tidak terlalu besar, sehingga
mereka lebih memilih untuk beristirahat di kamar tidur mereka.
Gambar 4.20 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 1
Parsial 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai ini, Richard selaku responden petugas medis mengatakan


bahwa koridor jarang dilewati oleh pasien karena pasien menetap di IGD sampai
keadaannya pulih. Kemudian, terlihat pada gambar, bahwa petugas medis akan
selalu melakukan pengawasan terhadap pasien di pos perawat/nurse station serta
area Front Desk.

Gambar 4.21 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 1
Parsial 3
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai 1 parsial 3, Doeta sebagai responden yang menjadi petugas


medis menjelaskan bahwa area ini menjadi area paling padat karena banyak pasien
yang antri menuju ruang pemeriksaan dan apotek. Lalu, responden yang menjadi
pasien mengatakan bahwa pasien dan petugas medis tidak memakai lift pasien dan
medis untuk naik dan turun , melaikan mereka menggunakan empat lift service
sebagai fasilitas utama untuk menuju ke lantai-lantai atas. Penulis menarik
kesimpulan bahwa letak lift pasien yang ada di pojok kanan terlihat susah untuk
diakses, sehingga pasien lebih memilih menggunakan lift service.
Gambar 4.22 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 1
Parsial 3
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Jika dilihat dari gambar di atas, Doeta sebagai pasien mengatakan bahwa
ruang tunggu berada di lobby. Ia mengatakan bahwa di lobby sering terjadi
penumpukan pasien yang ingin antri untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
Gambar 4.23 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 1
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Di area ini, terdapat aktivitas pasien yang sedang dirawat di HCU.


Gambar 4.24 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Pada lantai ini, seorang responden bernama Hans yang merupakan pasien
HCU mengatakan bahwa ia telah mendapatkan perawatan yang cukup baik karena
selalu diawasi oleh petugas medis. Hans juga mengatakan bahwa pengantaran
makanan dan obat selalu tepat waktu. Hal ini disebabkan karena ruang obat
diletakkan di dekat HCU. Selain itu juga pos perawat juga dibagi menjadi dua
sehingga perawat mudah melakukan kontrol terhadap pasien.

Gambar 4.25 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 3
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Richard selaku petugas medis menjelaskan bahwa petugas medis biasanya
akan mengambil makanan di ruang cathering dan makan di area terbuka yang
telah disediakan. Area pada gambar di atas memang dikhususkan hanya untuk
aktivitas petugas medis.

Gambar 4.26 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 4
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Di bagian ini, hanya terdapat aktivitas petugas medis yang melakukan


pengawasan di ruang perawatan pasien.
Gambar 4.27 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 4
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Menurut Richard ,selaku petugas medis, aktivitas di ruang pos perawat


cukup padat karena banyak kamar ICU yang harus dikontrol oleh perawat. Oleh
karena itu, banyak perawat yang menetap di ruang tersebut.
Gambar 4.27 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 4
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021

Berdasarkan dengan data wawancara dengan para pasien , mereka


mengatakan bahwa setiap hari mereka banyak melakukan aktivitas di kamar
isolasi saja. Namun, pada jam-jam tertentu mereka akan pergi ke samping lift
servis untuk mengambil jatah makanan dan obat . Selain itu, pada jam 5 sore,
biasanya juga beberapa dari pasien mengikuti kegiatan olahraga di taman yang ada
pada lantai dasar. Pasien-pasien tersebut mengatakan bahwa kamar isolasi sudah
cukup nyaman karena dilengkapi dengan kamar mandi, dapur, ruang cuci serta
ruang tamu. Namun, mereka mengatakan bahwa setiap hari mereka menggunakan
lift service, bukan lift pasien. Mereka mengeluh karena setiap hari, lift tersebut
dipadati oleh sirkulasi pasien lain, petugas medis maupun petugas servis. Mereka
juga mengatakan bahwa dalam menjalankan aktivitas isolasi, mereka cenderung
bosan karena tidak ada area relaksasi maupun area hiburan bagi para pasien, hanya
ada taman di lantai dasar, namun mereka berpendapat bahwa taman tersebut sulit
dijangkau. Karena letaknya jauh dari kamar-kamar isolasi.

Gambar 4.28 Analisis Modul Kamar Isolasi Pasien


Sumber : Kementrian PUPR dan diolah kembali oleh Michelle Damayanti
(2021)

4.2.1 Tabel Hasil Jawaban Wawancara Responden


Nama Komentar Positif Komentar Negatif Rekomendasi
Ruang Responden

Ruang Cukup nyaman Jumlah ruang kurang Ruang


Konsultasi dalamnya banyak, pasien harus antri konsultasi
lama ditambahkan

Ruang Cukup - -
Ekokardio
gram

Ruang Cukup - -
admin

Ruang Cukup dekat dengan Sempit , tidak ada ruang Dibuat ada
Ganti dan IGD, mudah dijangkau lepas APD. Privasi kurang sekat buat
Istirahat privasi
Medis

Ruang cukup
CT.Scan

Lobby cukup
Operator

Ruang X cukup
Ray

Lab cukup

Apotek cukup

Depo cukup
Obat dan
Alkes

Ruang Kurang besar Diperbesar


Jenazah

Pemulasar Kurang besar Diperbesar


an

Ruang Cukup
Sterilisasi

IGD Cukup
Nurse Cukup
Station

Front Desk Cukup

2 Ruang Cukup
Relaksasi
Tenaga
Medis

Ruang Cukup
Linen

Ruang Cukup
Alkes dan
Obat

Gudang Cukup

Ruang Cukup
Cathering

Nurse Cukup
Station

HCU Cukup

Front Desk Cukup

Depo Obat Cukup

Ruang Cukup
Utilitas
Kotor

3 Ruang Cukup
Relaksasi
Medis

Gudang Cukup

ICU Cukup

Nurse Cukup
Station

Front Desk Cukup

Koridor Cukup

Ruang Cukup
Alkes atau
Obat

Ruang Cukup
Utilitas
Kotor

4 Kamar Cukup
Isolasi
Pasien

Nurse Cukup
Station

Ruang Cukup
Pemeriksaa
n

Ruang Perlu
Relaksasi ditambahkan
Pasien

Lift Lift jgn ada


tangganya ,
tambah lift
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Tabel Rangkuman Masalah Program Ruang Tower 6 RSDC Wisma


Atlet Kemayoran Terhadap Aktivitas Pasien dan Petugas Medis

Masalah Keterangan

Lobby terlalu kecil, digabung dengan ruang -Tidak sesuai standar Kemenkes
tunggu sehingga terjadi pemadatan aktivitas -Responden juga merasa tidak nyaman
antri pasien
Ruang Konsultasi dan Pemeriksaan terlalu -tidak ada bukaan,menurut Kemenkes harus
sedikit ada
-Responden mengatakan bahwa ruang
pemeriksaan kurang banyak

Ruang admin tidak ada pada zona hijau, -Harus ada di zona hijau dekat ruang arsip
melainkan pada zona kuning menurut Kemenkes

Ruang Ganti Medis terlalu kecil , tidak ada -Harus disekat, diberi area lepas APD
sekat menurut Kemenkes
-Responden juga mengeluh bahwa ruang
tersebut kurang privasi

Ruang Pemulasaran dan Jenazah tidak -Harus punya koridor sendiri menurut
didukung dengan koridor khusus Kemenkes

Ruang Linen tidak ada pada area CSSD -ruang linen disatukan di dalam kesatuan
area CSSD menurut HILLSIDE

Tidak ada Ruang Penerimaan Pasien -wajib ada di dekat Nurse Station menurut
Kemenkes

Tidak ada Ruang Relaksasi Pasien -Responden mengeluh karena bosan tidak
ada area relaksasi

Pengaturan lift tidak jelas -Responden mengeluh suka kesulitan naik


lift, malah melewati tangga darurat

Berdasarkan tabel kesimpulan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih ada


beberapa ruang yang tidak sesuai dengan standar-standar yang ada. Dari hasil
analisis secara keseluruhan, penulis menemukan bahwa area lobby yang hanya
berukuran 332 m2 tidak cukup untuk menampung pasien dengan kapasitas lebih
dari 40 orang. Lobby ini pun juga digunakan sebagai ruang tunggu. Responden
mengatakan bahwa area lobby sangat padat dan tidak ada pembatasan jarak.
Kepadatan pasien pada ruang tunggu juga disebabkan karena dikitnya ruang
pemeriksaan. Jumlah ruang pemeriksaan sebanyak 2 ruang tidak cukup untuk
melayani banyaknya pasien. Ditambah lagi menurut analisis penulis, pada ruang
pemeriksaan tidak diberikan bukaan sehingga sangat memungkinkan terjadinya
air contact dari pasien ke petugas medis maupun sebaliknya. Tidak jauh dari
ruang pemeriksaan ,juga terdapat ruang administrasi. Padahal seharusnya ruang
tersebut diletakkan di zona hijau dekat dengan ruang arsip. Kemudian masih pada
lantai yang sama ,terdapat ruang ganti petugas. Berdasarkan analisis, ruang ganti
tidak diberikan sekat dan tidak ada area lepas APD. Padahal menurut standar yang
ditetapkan,area ganti petugas harus dipisahkan antara area wanita dan pria dan
masing-masing diberikan area lepas APD. Tidak ada koridor khusus untuk
sirkulasi jenazah tentunya akan membuat pasien dan juga petugas medis merasa
tidak nyaman untuk berbagi koridor dengan sirkulasi jenazah tersebut. Penulis
juga menemukan bahwa ada ruang-ruang yang tidak ditemukan dalam denah yaitu
ruang CSSD untuk pembersihan barang, ruang relaksasi pasien untuk area hiburan
pasien dan juga ruang penerimaan pasien untuk ruang perantara sebelum pasien
masuk ke dalam IGD. Terakhir,penulis juga menemukan suatu fenomena dimana
pasien dan petugas medis tidak menggunakan lift-lift yang sudah disediakan.
Sebaliknya, malah menggunakan lift service.

5.2 Saran
Sebagai saran, penulis menyarankan bahwa dalam merancang suatu rumah
sakit darurat Covid-19, pentingnya untuk mempelajari standar-standar yang telah
ditetapkan.Terutama dalam hal kebutuhan ruang, usahakan semua ruang yang
dibutuhkan sebagai persyaratan Rumah Sakit Darurat Covid-19. Di luar hal itu,
perancang juga harus melakukan survei dan analisis terhadap bangunan yang
diperkirakan cocok untuk dijadikan rumah sakit darurat Covid-19. Penulis juga
menyarankan bahwa dalam perancangan rumah sakit ini perlu untuk menghitung
kapasitas pasien dan petugas medis pada setiap ruang. Penempatan lift juga
menjadi aspek penting , lift untuk pasien dan petugas medis harus berada pada
lokasi yang mudah dijangkau. Responden juga turut memberikan masukan bahwa
akan lebih baik ada area relaksasi pasien yang letaknya tidak terlalu jauh dari
kamar-kamar isolasi.
Daftar Pustaka :

Rapoport, A. (1991). House form and culture. Prentice-Hall.

Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Lapangan/Rumah Sakit Darurat pada


Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Keputusan Menkes no.
HK.01.07/menkes/230/2021 tentang pedoman penyelenggaraan rumah Sakit
Lapangan/Rumah Sakit Darurat Pada Masa pandemi corona virus disease 2019
(covid-19) [JDIH bpk ri]. (n.d.). Retrieved September 27, 2021, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/171632/keputusan-menkes-no-
hk0107menkes2302021.

Sommer, R. (1986). The private residence explored. Contemporary Psychology: A


Journal of Reviews, 31(7), 535–535. https://doi.org/10.1037/024911

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Permenkes no. 3 tahun 2020 Tentang
Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit [JDIH bpk ri]. (n.d.). Retrieved September
27, 2021, from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-3-
tahun-2020.

Putra, Heristama Anugerah and Roosandriantini, Josephine (2021) Ruang


Perawatan Isolasi Sebagai Bentuk Ruang Pemisah Pasien Covid-19 Di Rumah
Sakit Umum Haji Surabaya. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA), 4 (1).
pp. 49-61. ISSN ISSN On-Line : 2620-9896

Groat, L. N., & Wang, D. (2002). Architectural research methods. New York:
John Wiley & Sons.

Azhima, F. F., & Hidayati, R. (2019). Pengaruh Penataan Massa Bangunan


Terhadap Pola Aktivitas Santri (studi Kasus Pondok pesantren islamic centre bin
Baz putra Yogyakarta). Sinektika: Jurnal Arsitektur, 15(1), 16–22.
https://doi.org/10.23917/sinektika.v15i1.8992

Ghaisani, Sabrina (2016). Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan


Wisata Songgoriti Batu. SINTA: Jurnal Arsitektur Universitas Brawijaya

Creswell, John W.; Ahmad Lintang Lazuardi; Saifuddin Zuhri Qudsy. (2015).
Penelitian kualitatif & desain riset : memilih diantara lima pendekatan / John W.
Creswell ; alih bahasa, Ahmad Lintang Lazuardi ; editor, Saifuddin Zuhri Qudsy.
Yogyakarta P:ustaka Pelajar.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV

Berapa Kepadatan Penduduk DKI Jakarta Saat Ini? Unit Pengelola Statistik.
(2021, June 22). Retrieved October 3, 2021, from
https://statistik.jakarta.go.id/berapa-kepadatan-penduduk-dki-jakarta-saat-ini/.

Galih, B. (2020, March 2). Breaking news: Jokowi Umumkan Dua Orang di
Indonesia positif Corona Halaman all. KOMPAS.com. Retrieved December 5,
2021, from https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/11265921/breaking-
news-jokowi-umumkan-dua-orang-di-indonesia-positif-corona?page=all.

Infografis, T. (n.d.). Grafik Lonjakan Kasus positif corona hingga 22 maret 2020.
detiknews. Retrieved October 3, 2021, from https://news.detik.com/infografis/d-
4949152/grafik-lonjakan-kasus-positif-corona-hingga-22-maret-202.

Indonesia, C. (2021, June 18). Nakes Wisma Atlet Kewalahan tangani pasien 4
lantai. Retrieved December 05, 2021, from
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210618141803-20-656232/nakes-
wisma-atlet-kewalahan-tangani-pasien-4-lantai

Manurung, M. (2021, July 15). Kapasitas RS darurat covid-19 Wisma Atlet Sudah
Melebihi batas who. Retrieved December 05, 2021, from
https://metro.tempo.co/read/1483639/kapasitas-rs-darurat-covid-19-wisma-atlet-
sudah-melebihi-batas-who

Presiden Jokowi resmikan Wisma Atlet kemayoran Menjadi Rumah sakit darurat
covid -19. Responsive image. (n.d.). Retrieved October 3, 2021, from
http://www.padk.kemkes.go.id/news/read/2020/03/24/372/presiden-jokowi-
resmikan-wisma-atlet-kemayoran-menjadi-rumah-sakit-darurat-covid-19.html.

Putri, Annisa. (2018). Interior wisma Atlet Ragunan (Pusat Pendidikan dan
Latihan Pelajar ) khusus DKI di Jakarta Selatan. Jakarta: Usakti.

Definisi, Tugas dan Fungsi RS Pratama Kriopanting. Retrieved October 3, 2021,


from https://rspkriopanting.bangkaselatankab.go.id/profile/detail/179-definisi-
tugas-dan-fungsi.

(n.d.). Retrieved December 05, 2021, from


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wisma

Ramadhan, F. M. (2021, June 14). Deja Vu Kasus Covid-19 Ibu kota, Gelombang
Kedua Mengintai DKI Jakarta. Tempo. Retrieved October 3, 2021, from
https://grafis.tempo.co/read/2701/deja-vu-kasus-covid-19-ibu-kota-gelombang-
kedua-mengintai-dki-jakarta.

Peña, W., & Parshall, S. (1977). Problem seeking: An architectural


programming primer. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.
(n.d.). Retrieved December 05, 2021, from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/171632/keputusan-menkes-no-
hk0107menkes2302021

The hillside: Health Infrastructure Living Library. (n.d.). Retrieved December 05,
2021, from https://thehillside.info/index.php/The_HILLSIDE:About

Healthcare Design in the Wake of COVID-19. (2020a, August 14). [Video].


YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=H9TXmdTcK3o

Anda mungkin juga menyukai