Proposal Seminar Michelle Damayanti - 00000027240
Proposal Seminar Michelle Damayanti - 00000027240
Proposal Seminar
Dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya Seminar ini adalah asli dan
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana, baik di Universitas
Multimedia Nusantara maupun di perguruan tinggi lainnya.
Demikian surat pernyataan originalitas ini saya buat dengan sebenarnya. Apabila
di kemudian hari terdapat penyimpangan serta ketidakbenaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
(S.Ars.) yang telah diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Universitas Multimedia Nusantara.
21 September 2021
Michelle Damayanti
I
HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR
Oleh:
Nama : Michelle Damayanti
NIM : 00000027240
Program Studi : Arsitektur
Fakultas : Seni & Desain
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya hanturkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat diizinkan untuk menyelesaikan
proposal ini. Situasi pandemi Covid-19 yang melanda dunia terutama Indonesia
tentu membuat berbagai lini pihak mengalami kesusahan dan keterbatasan, hal ini
menyentuh rasa empati saya untuk turut berkontribusi dalam usaha meredahkan
situasi ini.
Melalui penelitian yang berjudul “PENGARUH PROGRAM
Akhir kata, saya sebagai penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran
dari pembaca guna untuk memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada
proposal ini. Terima kasih.
Michelle Damayanti
iv
ABSTRAK
(belum dapat diisi karena laporan seminar belum selesai)
v
ABSTRACT
(belum dapat diisi karena laporan seminar belum selesai)
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK v
DAFTAR GAMBAR ix
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
BAB II 8
KAJIAN TEORI
(Studi Kasus Pondok Pesantren Islamic Centre BIN BAZ Putra Yogyakarta)
Batu
BAB III 22
METODE PENELITIAN 22
Daftar Pustaka
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3 Peresmian Wisma Atlet sebagai RSDC oleh Presiden Jokowi 3
18
Ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu cara yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi bencana
ini adalah mengubah bangunan-bangunan bukan rumah sakit menjadi rumah sakit
darurat Covid-19. Pada Senin,23 Maret 2020, Presiden Jokowi resmi mengalihkan
fungsi Wisma Atlet Kemayoran menjadi Rumah Sakit Penanganan Covid-19 (lihat
gambar 1.3). Hal ini dilakukan oleh beliau agar seluruh rumah sakit rujukan
Covid-19 dapat lebih fokus untuk menangani pasien covid-19 yang mengalami
gejala berat.
2
1. Program Ruang
Program Ruang Tower 6 RSDC Wisma Atlet dirancang dalam keadaan darurat
dan selesai dalam waktu yang cepat. Program Ruang tersebut perlu diuji apakah
sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
1. Penelitian ini merujuk pada pembagian zoning pada setiap lantai di tower 6
wisma atlet. Dari pembagian zoning ini dapat dilihat keberadaan ruang-
ruang pada setiap zoning.
2. Penelitian ini merujuk pada penataan ruang di setiap lantai pada Tower 6
Wisma Atlet yang berpengaruh terhadap aktivitas isolasi mandiri pasien
positif covid-19 dan aktivitas kerja petugas medis
3. Penelitian ini merujuk pada pola sirkulasi pasien covid-19 di Tower 6
Wisma Atlet dan pola sirkulasi petugas medis di Tower 6 Wisma Atlet dan
bagaimana hubungan antar keduanya.
4. Penelitian ini merujuk pada kualitas ruang pada area pra pemeriksaan, area
pemeriksaan dan area isolasi pasien di Tower 6 Wisma Atlet yang
berpengaruh pada aktivitas isolasi mandiri pasien positif covid-19 dan
aktivitas petugas medis yang meliputi pengolahan unsur-unsur ruang yang
membedakan zoning pada tiap lantai tersebut, seperti : penempatan
bukaan, kualitas cahaya matahari, dan lain-lain.
5. Penelitian ini merujuk pada dimensi dan besaran ruang pada area
pengawasan pasien yang diisi oleh para petugas medis dan juga area
perawatan pasien yang diisi oleh para pasien positif covid-19
Bab 2
STUDI PROGRAM RUANG RUMAH SAKIT DARURAT COVID-19
2.1 Kajian Teori Program Ruang Rumah Sakit Darurat Covid-19
2.1.1 Zonasi
Letak furniture dan segala pembatas dalam ruang tidak boleh menahan
bukaan jendela dan juga pintu yang berfungsi untuk pengaliran udara. Begitu pun
dengan tata letak furniture yang dihubungkan dengan jendela juga tidak boleh
menciptakan aliran udara dari pasien ke petugas medis.
Gambar 2.5 Penataan dan Kualitas Ruang Ganti Petugas
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020
Menurut standar dari Kemenkes , Ruang Ganti Petugas harus disertai oleh
area Lepas APD yang diberi loker, wastafel, wc, shower dan juga kontener APD.
Sedangkan, untuk ruang farmasi dan pengambilan sampel harus dilengkapi dengan
rak- rak penyimpanan barang dan hospital passed box untuk penyaluran barang.
Gambar 2.7 Tata Letak dan Kualitas Ruang Ruang Penerimaan
Pasien
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2020
Dilihat dari gambar di atas, ruang penerimaan pasien harus terpisah dari
ruang-ruang isolasi dan juga pos perawat. Ruang isolasi pasien harus diberikan
sekat yang maksimal. Pos perawat diletakkan pada bagian tengah agar dapat
memudahkan para perawat dalam melakukan kontrol terhadap pasien.Pada ruang
penerimaan pasien wajib disediakan dua pintu untuk jalur pasien masuk dan
pasien keluar. Di dalam ruang penerimaan, jarak antar tempat tidur pasien harus
diatur.
- Ruang ini memiliki luas minimal 8 m2, atau 3-5 m2 per petugas.
2.2.1 Ruang Perawatan Isolasi Sebagai Bentuk Ruang Pemisah Pasien Covid-19 di
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
METODE PENELITIAN
a. Studi Dokumentasi
Pada awalnya, peneliti melakukan pencarian data primer dengan
menggunakan metode studi dokumentasi. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
analisis berbagai dokumen gambar kerja yang didapatkan dari salah satu
kontraktor yang bekerja dalam proyek perancangan rumah sakit darurat covid-19
di Wisma Atlet, Kemayoran. Dengan adanya gambar kerja tersebut, peneliti akan
melakukan analisis secara lebih detail dan akurat.
b. Wawancara
c. Studi Literatur
Peneliti melakukan pencarian arsip Perancangan Tower 6 Wisma Atlet
sebagai Rumah Sakit Darurat Covid-19 yang didapatkan melalui portal
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, HILLSIDE dan Henderson Engineers
Arsip tersebut berisi diagram-diagram skematik mengenai Perancangan Rumah
Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet,Kemayoran. Peneliti kemudian
mempelajari arsip tersebut mengenai konsep pembangunan rumah sakit darurat
tersebut. Kemudian setelah itu peneliti juga melakukan penelitian terdahulu
terhadap beberapa jurnal serupa untuk memperoleh gambaran metode penelitian.
Sebagai alat ukur penelitian, peneliti memakai standar peraturan perancangan
rumah sakit darurat covid-19 yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan lembaga perancangan rumah sakit dari luar negara dimana
pada standar tersebut terdapat uraian seperti : standar pengaturan zonasi ruang,
tata letak ruang, alur sirkulasi bangunan, besaran ruang serta kualitas ruang.
Dalam analisis di atas, lantai satu terbagi menjadi tiga zona yakni zona
hijau, zona kuning, dan zona merah. Zona hijau masuk ke dalam area administrasi
dan manajemen yang terdiri dari ruang 1 (Drop Off Lobby), 2 (Lobby I {letaknya
ada di dekat pintu ke arah IGD}), dan 5 (Ruang Admin) atau instalasi administrasi
umum dan keuangan. Sedangkan, zona kuning masuk ke dalam area pelayanan
medik dan perawat serta area penunjang/operasional yang terdiri dari ruang 3
(Ruang Konsultasi) atau instalasi rawat jalan, 4 (Ruang Ekocardiogram) , 7
(Lobby II/ tertutup), 8 (Ruang CT Scan), 9 (Ruang Operator) sebagai ruang
penunjang, 10 (Xray), 11 (Lobby III), 12 (Laboratorium), 13 (Apotek), dan 14
(Depo Obat dan Alat Kesehatan). Lalu zona merah masuk ke dalam area
perawatan dan area penunjang medik yang di dalamnya terdiri dari, 6 (Ruang
Ganti dan Istirahat), 15 (Jalur Ambulans), 16 (Ruang Jenazah), 17 (Pemulasaran),
18 (Ruang Ganti dan Istirahat), 19 (Ruang Steril), 20 (IGD I), 21 (Drop Off IGD),
22 (Frontdesk), 23 (Nurse Station), dan 24 (IGD II).
Melalui analisis di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa sirkulasi pada
zona merah, petugas dan pasien masih dalam koridor yang sama (masih berbagi
koridor). Hal ini sangat bertentangan dengan standar yang dibuat oleh Kemenkes
dimana jalur petugas medis dan pasien harus dirancang secara terpisah. Namun,
walaupun pasien dan petugas medis berbagi koridor, pasien tidak sering melewati
koridor tersebut karena pasien akan terus menetap di ruang IGD sampai
keadaannya sudah stabil. Karena itu, jalur koridor ini bisa terbilang cukup baik
atau ideal. Pada lantai satu ini juga terdapat jalur ambulans dan drop off yang
langsung menuju ke IGD itu sendiri. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang tertera
di standar Kemenkes dimana letak drop off ambulans dekat dengan ruang IGD.
Gambar 4.3 Analisis Zonasi Denah Lantai 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti (2021)
Pada lantai dua, terdapat ruang-ruang yang berada pada zona kuning dan
zona merah yang masuk ke dalam area perawatan dan area penunjang medik.
Ruang- ruang yang berada pada zona merah antara lain : 2 (ruang linen), (7) pos
perawat , 8 (HCU) , 12 (lift pasien), 13 (front desk) , 16 (lift tenaga medis), 17
(depo obat) dan 18 (ruang utilitas kotor). Kemudian, pada zona kuning terdapat
(1) ruang relaksasi medis, (4) ruang gudang/ alkes, (16) lift tenaga medis dan
ruang alkes/obat. Berdasarkan analisis penulis, terlihat bahwa area kerja petugas
medis diletakkan terpisah dengan area relaksasi petugas medis pada dua zona yang
berbeda. Hal ini dapat dikatakan ideal karena sesuai dengan standar peraturan dari
Kemenkes. Untuk sirkulasinya, penulis melihat bahwa walaupun zona merah dan
kuning sangat tepisah oleh sekat yang maksimal, namun masih ada jalur khusus
bagi petugas medis untuk mengakses kedua area ini melalui dua pintu. Adanya
tiga lift yaitu lift service, lift petugas, dan lift pasien memisahkan alur sirkulasi
petugas servis, petugas medis dan pasien. Hal ini juga sudah sesuai peraturan
Kemenkes bahwa jalur petugas dan pasien harus dipisahkan. Letak ruang utilitas
kotor yang dekat dengan HCU akan memudahkan petugas menyalurkan barang-
barang kotor bekas pakai pasien ke ruang tersebut.
Berdasarkan analisis di atas, lantai tiga terbagi menjadi dua zona yakni
zona kuning dan merah. Zona kuning yang merupakan area penunjang medik
terdiri dari 1 (Ruang Relaksasi Medis), 2 (Gudang untuk Alat Kesehatan), 3 (Lift
Service), 19 (Lift Tenaga Medis), dan 21 (Ruang Alat Kesehatan dan Obat).
Sedangkan, zona merah atau area perawatan terdiri dari ruang 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11,
12, 13, 14, 15 (Ruang IGD), 10 (Nurse Station), 16 (Frontdesk), 17 (Nurse Station
II), 18 (Koridor), 20 (Lift Pasien), 22 (Utilitas Kotor).
Dalam analisis tersebut, penulis melihat bahwa ruang relaksasi medis
memiliki toilet sendiri. Hal ini dikatakan ideal karena dalam standar Kemenkes,
sebaiknya ruang untuk istirahat petugas memang diberikan toilet. Pada zona
merah, terlihat bahwa area ICU sudah dibatasi oleh sekat-sekat maksimal. Selain
itu juga, koridor memutar yang mengelilingi ICU memudahkan sirkulasi petugas
medis dalam melakukan kontrol terhadap pasien. Terdapat juga ruang utilitas
kotor yang letaknya dengan IGD.
parsial 4
Pada denah lantai 1 parsial 1, terlihat bahwa area ini merupakan area
istirahat medis dan juga ruang jenazah. Area ini dibagi menjadi dua zona yaitu
zona kuning dan zona merah. Berdasarkan analisis penulis, peletakkan toilet
terpisah pada ruang ganti dan istirahat medis dapat dikatakan sudah sesuai standar
Kemenkes karena dalam standar tersebut, toilet wanita dan pria harus dipisahkan.
Namun, penulis menemukan kejanggalan. Penulis melihat bahwa ruang ganti
petugas seharusnya dipisah atau diberikan sekat khusus untuk area wanita dan area
pria. Lalu juga masing-masing harus diberikan ruang lepas APD yang di dalamnya
diberi wastafel,loker, shower serta kontener APD (Kemenkes). Akan tetapi,
peletakkan ruang sterilisasi yang terpisah dan diberi sekat maksimal dapat
dikatakan sudah cukup ideal. Kemudian untuk peletakkan depo obat, penulis
melihat bahwa ruang ini agak jauh dari ruang IGD , padahal seharusnya menurut
teori (HILLSIDE), ruang ini didekatkan dengan IGD agar dapat memudahkan
pengambilan obat oleh petugas medis untuk diberikan ke pasien yang ada di IGD.
Untuk kualitas ruang depo obat sudah dapat dikatakan sesuai standar Kemenkes
karena sudah diberikan ventilasi yang memadai.
Pada denah lantai 1 parsial 4, terlihat bahwa dalam ruang IGD sudah
diberikaan bukaan untuk pencahayaan alami (sesuai Kemenkes) , tempat tidur
pasien diberikan jarak yang jauh (sesuai Kemenkes). Peletakkan koridor yang
terhubung dengan area lobby akan memudahkan aktivitas pasien yang baru saja
diturunkan di lobby untuk melakukan pemeriksaan di ruang pemeriksaan.
Sayangnya, pada ruang pemeriksaan, penulis menemukan bahwa tidak terdapat
bukaan untuk pencahayaan alami, padahal bukaan tersebut harusnya diletakkan di
seberang pintu masuk untuk mencegah terjadinya air contact pasien dan petugas
medis. Namun , untuk peletakkan furniture meja, kursi serta tempat tidur sudah
sesuai dengan standar yang ditetapkan Kemenkes.
Gambar 4.10 Pembagian Parsial pada Denah Lantai 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Denah di atas merupakan parsial 1 di lantai dua, dimana Lift Tenaga Medis
langsung terhubung atau dekat dengan IGD. Lalu, di sisi Lift juga ada Wastafel
yang penempatannya sudah sesuai dengan anjuran dari Kemenkes. Lalu, pada area
Nurse Station terdapat kaca yang mengarah pada IGD, penempatan ini juga sudah
sesuai dengan anjuran Kemenkes.
Pada denah diatas, diketahui bahwa pada parsial 3 di lantai dua ini
memiliki Ruang Cathering yang letaknya berdekatan dengan area terbuka.
Penempatan ini sangat baik karena akan memudahkan akses petugas untuk
mengambil makanan dan makan di area tersebut.
Pada lantai 3 parsial 1, disini penulis melihat bahwa semua ruang ICU
sudah diberikan partisi kaca yang akan memudahkan pengawasan pasien oleh
petugas medis. Hal ini juga ditunjang oleh peletakkan koridor yang memutar dan
saling terhubung yang akan memudahkan alur sirkulasi petugas medis dalam
mengelilingi area ICU (sesuai Kemenkes). Pos perawat diletakkan pada bagian
tengah untuk mengawasi dua ruang ICU Sekaligus, selain itu pos ini juga sudah
diberikan partisi kaca yang besar agar petugas medis dapat melakukan
pengamatan terhadap perawatan pasien (sesuai Kemenkes).
Gambar 4.16 Analisis Denah Lantai 3 Parsial 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Pada denah lantai 3 parsial 4,penulis melihat bahwa ruang utilitas kotor
berada di lokasi yang sama dengan yang ada di lantai sebelumnya. Ruang ini juga
tidak diberikan bukaan (sesuai Kemenkes).
Gambar 4.18 Analisis Denah Lantai 4 - 24
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Pada lantai ini, penulis melihat bahwa kamar isolasi pasien sudah ditata
melingkar mengelilingi area core. Disini juga penulis melihat bahwa terdapat
ruang pemeriksaan pada setiap lantainya yang berfungsi untuk fasilitas kontrol
kesehatan pasien. Pada lantai ini juga tersedia tiga lift yaitu lift pasien, lift petugas
medis dan lift service yang diletakan secara terpisah.
1 Lobby 332 m2
Ruang 36 m2 (2 ruang )
Konsultasi
Ruang 18 m2
Ekokardiogram
Ruang admin 12 m2
Ruang CT.Scan 60 m2
Lobby Operator 54 m2
Ruang X Ray 60 m2
Lab 54 m2
Apotek 54 m2
Pemulasaran 36 m2
Ruang Sterilisasi 9 m2
Front Desk 36 m2
Ruang Linen 18 m2
Gudang 18 m2
Ruang Cathering 60 m2
Nurse Station 36 m2
Front Desk 36 m2
Depo Obat 36 m2
Ruang Utilitas 72 m2
Kotor
3 Ruang Relaksasi 54 m2
Medis
Gudang 36 m2
ICU 36 m2 ( 2 ranjang)
Front Desk 36 m2
Nurse Station 81 m2
Ruang 114 m2
Pemeriksaan
4.1.3 Tabel Hasil Analisis Denah Tower 6 RSDC Wisma Atlet Berdasarkan
Standar
Tidak
ada
bukaan
4.2 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis di Tower 6 Wisma Atlet
Berdasarkan Hasil Wawancara
Pada lantai 1 parsial 1 , terlihat bahwa pola aktivitas petugas medis sudah
ada pada ruang-ruang yang ditetapkan. Terlihat juga pada denah ini, aktivitas
petugas medis tidak terlalu padat. Berdasarkan data wawancara dengan
Doeta,responden yang menjadi petugas medis, ia mengatakan bahwa ruang
istirahat petugas kurang nyaman karena ukuran ruang tidak terlalu besar, sehingga
mereka lebih memilih untuk beristirahat di kamar tidur mereka.
Gambar 4.20 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 1
Parsial 2
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Gambar 4.21 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 1
Parsial 3
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Jika dilihat dari gambar di atas, Doeta sebagai pasien mengatakan bahwa
ruang tunggu berada di lobby. Ia mengatakan bahwa di lobby sering terjadi
penumpukan pasien yang ingin antri untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
Gambar 4.23 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 1
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Pada lantai ini, seorang responden bernama Hans yang merupakan pasien
HCU mengatakan bahwa ia telah mendapatkan perawatan yang cukup baik karena
selalu diawasi oleh petugas medis. Hans juga mengatakan bahwa pengantaran
makanan dan obat selalu tepat waktu. Hal ini disebabkan karena ruang obat
diletakkan di dekat HCU. Selain itu juga pos perawat juga dibagi menjadi dua
sehingga perawat mudah melakukan kontrol terhadap pasien.
Gambar 4.25 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 3
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Richard selaku petugas medis menjelaskan bahwa petugas medis biasanya
akan mengambil makanan di ruang cathering dan makan di area terbuka yang
telah disediakan. Area pada gambar di atas memang dikhususkan hanya untuk
aktivitas petugas medis.
Gambar 4.26 Analisis Pola Aktivitas Pasien dan Petugas Medis Lantai 2
Parsial 4
Sumber : Kontraktor dan diolah oleh Michelle Damayanti,2021
Ruang Cukup - -
Ekokardio
gram
Ruang Cukup - -
admin
Ruang Cukup dekat dengan Sempit , tidak ada ruang Dibuat ada
Ganti dan IGD, mudah dijangkau lepas APD. Privasi kurang sekat buat
Istirahat privasi
Medis
Ruang cukup
CT.Scan
Lobby cukup
Operator
Ruang X cukup
Ray
Lab cukup
Apotek cukup
Depo cukup
Obat dan
Alkes
Ruang Cukup
Sterilisasi
IGD Cukup
Nurse Cukup
Station
2 Ruang Cukup
Relaksasi
Tenaga
Medis
Ruang Cukup
Linen
Ruang Cukup
Alkes dan
Obat
Gudang Cukup
Ruang Cukup
Cathering
Nurse Cukup
Station
HCU Cukup
Ruang Cukup
Utilitas
Kotor
3 Ruang Cukup
Relaksasi
Medis
Gudang Cukup
ICU Cukup
Nurse Cukup
Station
Koridor Cukup
Ruang Cukup
Alkes atau
Obat
Ruang Cukup
Utilitas
Kotor
4 Kamar Cukup
Isolasi
Pasien
Nurse Cukup
Station
Ruang Cukup
Pemeriksaa
n
Ruang Perlu
Relaksasi ditambahkan
Pasien
5.1 Kesimpulan
Masalah Keterangan
Lobby terlalu kecil, digabung dengan ruang -Tidak sesuai standar Kemenkes
tunggu sehingga terjadi pemadatan aktivitas -Responden juga merasa tidak nyaman
antri pasien
Ruang Konsultasi dan Pemeriksaan terlalu -tidak ada bukaan,menurut Kemenkes harus
sedikit ada
-Responden mengatakan bahwa ruang
pemeriksaan kurang banyak
Ruang admin tidak ada pada zona hijau, -Harus ada di zona hijau dekat ruang arsip
melainkan pada zona kuning menurut Kemenkes
Ruang Ganti Medis terlalu kecil , tidak ada -Harus disekat, diberi area lepas APD
sekat menurut Kemenkes
-Responden juga mengeluh bahwa ruang
tersebut kurang privasi
Ruang Pemulasaran dan Jenazah tidak -Harus punya koridor sendiri menurut
didukung dengan koridor khusus Kemenkes
Ruang Linen tidak ada pada area CSSD -ruang linen disatukan di dalam kesatuan
area CSSD menurut HILLSIDE
Tidak ada Ruang Penerimaan Pasien -wajib ada di dekat Nurse Station menurut
Kemenkes
Tidak ada Ruang Relaksasi Pasien -Responden mengeluh karena bosan tidak
ada area relaksasi
5.2 Saran
Sebagai saran, penulis menyarankan bahwa dalam merancang suatu rumah
sakit darurat Covid-19, pentingnya untuk mempelajari standar-standar yang telah
ditetapkan.Terutama dalam hal kebutuhan ruang, usahakan semua ruang yang
dibutuhkan sebagai persyaratan Rumah Sakit Darurat Covid-19. Di luar hal itu,
perancang juga harus melakukan survei dan analisis terhadap bangunan yang
diperkirakan cocok untuk dijadikan rumah sakit darurat Covid-19. Penulis juga
menyarankan bahwa dalam perancangan rumah sakit ini perlu untuk menghitung
kapasitas pasien dan petugas medis pada setiap ruang. Penempatan lift juga
menjadi aspek penting , lift untuk pasien dan petugas medis harus berada pada
lokasi yang mudah dijangkau. Responden juga turut memberikan masukan bahwa
akan lebih baik ada area relaksasi pasien yang letaknya tidak terlalu jauh dari
kamar-kamar isolasi.
Daftar Pustaka :
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Permenkes no. 3 tahun 2020 Tentang
Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit [JDIH bpk ri]. (n.d.). Retrieved September
27, 2021, from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/152506/permenkes-no-3-
tahun-2020.
Groat, L. N., & Wang, D. (2002). Architectural research methods. New York:
John Wiley & Sons.
Creswell, John W.; Ahmad Lintang Lazuardi; Saifuddin Zuhri Qudsy. (2015).
Penelitian kualitatif & desain riset : memilih diantara lima pendekatan / John W.
Creswell ; alih bahasa, Ahmad Lintang Lazuardi ; editor, Saifuddin Zuhri Qudsy.
Yogyakarta P:ustaka Pelajar.
Berapa Kepadatan Penduduk DKI Jakarta Saat Ini? Unit Pengelola Statistik.
(2021, June 22). Retrieved October 3, 2021, from
https://statistik.jakarta.go.id/berapa-kepadatan-penduduk-dki-jakarta-saat-ini/.
Galih, B. (2020, March 2). Breaking news: Jokowi Umumkan Dua Orang di
Indonesia positif Corona Halaman all. KOMPAS.com. Retrieved December 5,
2021, from https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/11265921/breaking-
news-jokowi-umumkan-dua-orang-di-indonesia-positif-corona?page=all.
Infografis, T. (n.d.). Grafik Lonjakan Kasus positif corona hingga 22 maret 2020.
detiknews. Retrieved October 3, 2021, from https://news.detik.com/infografis/d-
4949152/grafik-lonjakan-kasus-positif-corona-hingga-22-maret-202.
Indonesia, C. (2021, June 18). Nakes Wisma Atlet Kewalahan tangani pasien 4
lantai. Retrieved December 05, 2021, from
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210618141803-20-656232/nakes-
wisma-atlet-kewalahan-tangani-pasien-4-lantai
Manurung, M. (2021, July 15). Kapasitas RS darurat covid-19 Wisma Atlet Sudah
Melebihi batas who. Retrieved December 05, 2021, from
https://metro.tempo.co/read/1483639/kapasitas-rs-darurat-covid-19-wisma-atlet-
sudah-melebihi-batas-who
Presiden Jokowi resmikan Wisma Atlet kemayoran Menjadi Rumah sakit darurat
covid -19. Responsive image. (n.d.). Retrieved October 3, 2021, from
http://www.padk.kemkes.go.id/news/read/2020/03/24/372/presiden-jokowi-
resmikan-wisma-atlet-kemayoran-menjadi-rumah-sakit-darurat-covid-19.html.
Putri, Annisa. (2018). Interior wisma Atlet Ragunan (Pusat Pendidikan dan
Latihan Pelajar ) khusus DKI di Jakarta Selatan. Jakarta: Usakti.
Ramadhan, F. M. (2021, June 14). Deja Vu Kasus Covid-19 Ibu kota, Gelombang
Kedua Mengintai DKI Jakarta. Tempo. Retrieved October 3, 2021, from
https://grafis.tempo.co/read/2701/deja-vu-kasus-covid-19-ibu-kota-gelombang-
kedua-mengintai-dki-jakarta.
The hillside: Health Infrastructure Living Library. (n.d.). Retrieved December 05,
2021, from https://thehillside.info/index.php/The_HILLSIDE:About