Anda di halaman 1dari 8

JHE 2 (2) (2017)

Jurnal of Health Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


DALAM PENGELOLAAN DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG

Dita Wahyu Hestiana 

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan makan atau diet, aktivitas fisik,
Diterima kontrol gula darah, dan minum obat. Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-90%. Di Puskesmas
Disetujui Tlogosari Wetan, kasus DM tipe 2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di Kota Semarang.
Dipublikasikan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan populasi seluruh
________________ penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar sampel adalah 57 responden.
Keywords: Pengukuran pengelolaan diet dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Compliance, Management of Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<0,01), jenis kelamin (p<
Diet, T2DM. 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01) dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2. Tidak
____________________ terdapat hubungan antara pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7), pengetahuan (p: 0,42), dan
peran petugas kesehatan (p: 0,7).
Simpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.

Abstract
___________________________________________________________________
Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to December
31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done by using a
questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health officer
(p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com

138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

PENDAHULUAN Kota semarang menempati urutan ketiga


dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Dinas
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kasus DM tipe
penyakit menahun yang ditandai dengan kadar 2 di Kota Semarang pada tahun 2014 sebesar
glukosa darah (gula darah) melebihi normal 15.464 kasus, hal ini mengalami peningkatan
yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar
dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di 13.112 kasus. Pada tahun 2015, menurut data
atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan
2006). DM dikenal sebagai silent killer karena bahwa kasus tertinggi terdapat di Puskesmas
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan Tlogosari Wetan. Dari data rekam medik
saat diketahui sudah terjadi komplikasi Puskesmas Tlogosari Wetan didapatkan laporan
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang data kesakitan penyakit tidak menular,
hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai khususnya DM non insulin yaitu sebesar 530
dari kulit sampai jantung yang menimbulkan kasus, dengan tingkat kejadian paling banyak
komplikasi. adalah pada usia 45-65 tahun dan pada jenis
International Diabetes Federation (IDF) kelamin wanita. Dari studi pendahuluan
menyebutkan bahwa prevalensi diabetes didapatkan bahwa tingkat kepatuhan pasien
mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah diabetes belum dapat dikatakan baik, ditandai
menjadikan DM sebagai penyebab kematian dengan frekuensi kedatangan pasien untuk
urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 melakukan pengobatan DM yang tidak
angka kejadian diabetes di dunia adalah mengalami penurunan. Selain itu petugas juga
sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi menjelaskan program-program yang dilakukan
kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dalam penanggulangan diabetes melitus di
dunia. Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2 puskesmas Tlogosari Wetan meliputi penemuan
sebanyak 85-90% (Bustan, 2015). kasus, pengobatan dan perawatan penderita,
Data laporan WHO tahun 2003 dan penyuluhan langsung pada penderita yang
menunjukkan hanya 50% pasien DM di negara berkunjung ke puskesmas dengan pengelolaan
maju mematuhi pengobatan yang diberikan. meliputi diet, olahraga, dan obat.
Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi Menurut konsensus Perhimpunan
komplikasi. Timbulnya komplikasi mempe- Endoktrinologi Indonesia (PERKENI, 2011),
ngaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi pilar pengendalian DM meliputi latihan
perekonomian. jasmani, terapi gizi medis, intervensi
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia farmakologis, dan edukasi. Keberhasilan proses
pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka kontrol terhadap penyakit DM salah satunya
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam
2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) mengelola pola makan atau diet sehari-hari. Hal
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes ini agar mencegah timbulnya komplikasi dari
mellitus yang cukup berarti. penyakit DM. Prinsip pengaturan makan pada
Prevalensi untuk Provinsi Jawa Tengah penderita DM hampir sama dengan anjuran
sebesar (1,9%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah tahun 2015 yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
sebanyak 99.646 kasus. Hal ini berbeda dengan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus Penderita diabetes melitus perlu ditekankan
diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431 kasus pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
(0,29%). Pada tahun 2013 kasus diabetes makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
mellitus tipe 2 di Jawa Tengah yaitu sebesar pada mereka yang menggunakan obat penurun
142.925 (0,43%) kasus, sedangkan pada tahun glukosa darah atau insulin. Menurut Di Matteo
2012 sebesar 181.543 (0,55%) kasus. (2004) menunjukkan bahwa populasi penderita

139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

DM adalah populasi yang terendah kepatuhan berjenis kelamin perempuan sebanyak 41


(67,5%) dalam tindakan medis yang dianjurkan penderita (71,9%), sedangkan pada responden
dibandingkan 16 penyakit utama lain. laki-laki sebanyak 16 penderita (28,1%).
Kendala utama pada penanganan diet Berdasarkan tabel 1, terdapat hubungan
DM adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti antara umur dengan kepatuhan dalam
terapi diet yang sangat diperlukan untuk pengelolaan diet pada pasien rawat jalan
mencapai keberhasilan. Meskipun diperlukan penderita DM tipe 2. Dari analisis diperoleh
pola makan atau diet yang sesuai dengan nilai PR = 9,12, artinya responden yang
perintah dokter, namun kenyataannya tingkat termasuk dalam kategori umur dewasa memiliki
kepatuhan penderita dalam menjalankan risiko 10 kali lebih besar terhadap rendahnya
program manajemen penyakit tidak cukup baik. kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam
Permasalahan seperti ini menjadi tantangan penelitian ini kategori usia dewasa lebih
dalam penanggulangan penyakit diabetes dominan daripada yang berusia dalam kategori
melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk lansia. Sehingga tabel menunjukkan bahwa
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada responden dewasa lebih tinggi dibandingkan
penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja lansia. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang. responden yang menderita DM tipe 2 berusia
antara 45-60 tahun atau dalam kategori dewasa.
METODE Umur dewasa merupakan usia pra lansia,
dimana fungsi dan integrasi mulai mengalami
Jenis penelitian ini menggunakan
penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
rancangan penelitian cross sectional. Variabel
aktivitas sudah mulai berkurang sehingga
yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, tingkat
muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
pendidikan, status pekerjaan, tingkat
status kesehatan menurun.
pengetahuan, peran keluarga, dan peran petugas
Hal ini sejalan dengan penelitian
kesehatan, serta kepatuhan pengelolaan diet
Trisnawati (2013) bahwa adanya hubungan
pada penderita DM tipe 2.
yang signifikan pada kelompok umur lebih dari
Populasi pada penelitian ini adalah
45 tahun yang lebih beresiko menderita DM tipe
seluruh penderita DM tipe 2 yang tercatat di
2. Didapatkan hasil penderita DM lebih banyak
rekam medis Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
pada kelompok umur dewasa daripada lansia.
Semarang tahun 2016 (Juli-Desember) dengan
Dengan bertambahnya usia maka terjadi
teknik pengambilan data yaitu obsevasi dan
penurunan fungsi pendengaran, penglihatan dan
wawancara. Penelitian ini melibatkan 57
daya ingat seorang pasien sehingga pada pasien
responden. Teknik pengambilan sampel yang
usia lanjut akan lebih sulit menerima informasi
digunakan adalah teknik purposive sampling
dan akhirnya salah paham mengenai instruksi
dengan menerapkan kriteria inklusi dan
yang diberikan oleh petugas kesehatan.
eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan
Penelitian ini tidak sejalan dengan
kuesioner. Teknik analisis menggunakan
penelitian Liu (2004) mempelajari kemampuan
analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat
orang dewasa yang lebih tua untuk mengingat
dengan uji chi square.
dalam memantau glukosa mereka sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN empat kali dalam waktu yang sudah ditentukan.
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak
Pada analisis variabel umur, responden ada hubungan antara usia dengan kepatuhan
dengan kategori dewasa (20-59 tahun) sebanyak dalam pengelolaan kepatuhan diet DM.
43 responden (75,4%) dan kategori lansia (≥60 Berdasarkan tabel 1, pada variabel jenis
tahun) sebanyak 14 responden (24,6%). Pada kelamin, terdapat hubungan antara jenis
variabel jenis kelamin, sebagian besar responden kelamin dengan kepatuhan dalam pengelolaan

140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)

diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet
2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 2,39, pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang tidak
artinya responden yang berjenis kelamin sejalan adalah dalam penelitian Tania (2016)
perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar menunjukkan persentase responden yang ikut
terhadap rendahnya kepatuhan dalam dalam penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
pengelolaan diet. Dalam penelitian ini juga lebih banyak (51%) dibandingkan perempuan
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan (49%). Namun, pada uji statistik Tania (2016)
pengelolaan diet pada responden perempuan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
jenis kelamin dalam melakukan pengelolaan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.
diet tidak menjadi suatu masalah. Karena Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan kepatuhan diet dapat disebabkan karena
maupun laki-laki sangat penting untuk jenis kelamin bukan merupakan faktor yan
melakukan pengelolaan diet agar dapat berhubungan langsung dengan perilaku
mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset kepatuhan seperti yang diungkapkan dalam
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan teori Health Belief Model atau model kepercayaan
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini kesehatan.
dikarenakan beberapa faktor risiko Penelitian lain yang tidak sejalan adalah
menyebabkan tingginya kejadian DM pada menurut Nugroho (2017) menyatakan dalam
perempuan. penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Wong bermaknsa antara jenis kelamin dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan diet penderita DM dengan jumlah

141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

laki-laki sebanyak 77% lebih patuh daripada Penelitian Prabowo (2015) menunjukkan antara
perempuan sebanyak 50,8% patuh. tingkat pendidikan dan kepatuhan diet pasien
Pada variabel pendidikan, tidak ada DM tipe 2 pada usia dewasa tidak memiliki
hubungan antara tingkat pendidikan dengan hubungan yang bermakna, terlihat bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien kecenderungan kepatuhan diet lebih tinggi
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada dilakukan oleh reposnden yang mempunyai
penelitian ini menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi (61,4%) dibandingkan
dengan pendidikan rendah lebih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah
daripada yang berpendidikan tinggi. Sehingga (43,3%), dengan nilai p = 0,147 atau lebih dari
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan 0,05.
pengelolaan diet pada responden yang Penelitian Tombokan (2015) tidak sejalan
berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu adanya
dengan responden yang memiliki latar belakang perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Pengelolaan diet yang menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan
tidak dijalani dengan baik dapat disebabkan yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,043,
karena kurangnya pengetahuan responden dimana penderita dengan pendidikan yang lebih
terhadap pentingnya menjaga pola makan agar tinggi lebih patuh dalam menjalani diet
terhindar dari munculnya komplikasi dari daripada penderita dengan tingkat pendidikan
penyakit DM tipe 2. Pengetahuan berkaitan menengah.
dengan pendidikan, karena pendidikan Pada variabel pekerjaan, tidak ada
merupakan suatu proses belajar yang mampu hubungan antara antara status pekerjaan dengan
mengubah tingkah laku seseorang untuk kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
mencapai kualitas hidup. Sehingga semakin rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penelitian ini responden yang memiliki status
dalam melakukan pengelolaan diet. tidak bekerja lebih banyak daripada yang
Secara teori, seseorang dengan bekerja. Sedangkan berdasarkan tabel 1 dapat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang pengelolaan diet pada responden yang bekerja
berpendidikan tinggi lebih mudah memahami lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dan mematuhi perilaku diet dibandingkan yang tidak bekerja.
dengan orang yang berpendidikan rendah. Menurut penelitian Witasari (2009)
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk pada orang yang bekerja, karena setiap orang
menyerap informasi dan mengimplemen- yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal
tasikannya dalam perilaku dan gaya hidup yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
sehari-hari, khususnya dalam mematuhi pengelolaan diet. Dalam penelitiannya juga
pengelolaan diet DM. Menurut Heryati (2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan status pekerjaan dengan pengelolaan diet pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas penderita DM tipe 2.
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
pendidikannya lebih rendah karena pendidikan kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
merupakan dasar utama untuk keberhasilan penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
dalam pengobatan. hubungan antara status pekerjaan dengan
Beberapa penelitian di Indonesia juga kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe 2.
menunjukkan hasil yang serupa dengan Penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan
penelitian ini dimana tingkat pendidikan tidak yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola
memiliki pengaruh yang signifikan dengan diet dibandingkan dengan orang yang memiliki
kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang

142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

yang mempunyai pendapatan rendah lebih kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
sedikit berpeluang untuk membeli makanan rawat jalan penderita DM tipe 2. Dapat
yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang disimpulkan bahwa responden yang memiliki
berpendapatan tinggi. peran keluarga yang baik lebih banyak daripada
Pada variabel pengetahuan, tidak ada yang memiliki peran keluarga kurang. Sehingga
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada responden yang memiliki peran keluarga baik
penelitian ini responden yang memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan responden
pengetahuan baik lebih banyak daripada yang memiliki peran keluarga yang kurang.
responden yang tingkat pengetahuannya Karena responden yang memiliki dukungan
kurang. Sehingga berdasarkan tabel 1 keluarga yang baik sehingga selalu mengawasi
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan penatalaksanaan penyakit DM yang sesuai
pengelolaan diet pada responden yang memiliki dengan saran petugas kesehatan seperti
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi konsumsi obat secara teratur, menjaga pola
dibandingkan dengan responden yang memiliki makan sehari-hari dan menjaga aktivitas fisik
latar belakang tingkat pengetahuan kurang. Hal agar terhindar dari komplikasi.
ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki Penelitian Senuk (2013) menggambarkan
responden mengenai diabetes dan dalam hasil bahwa dukungan keluarga mempunyai
penatalaksanaan diet akan menimbulkan hubungan dengan kepatuhan dalam menjalani
kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan diet DM. Hasil tersebut juga didukung oleh
membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa penelitian dari Susanti (2013) yang menyatakan
yang mereka ketahui. bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terhadap kepatuhan diet pasien.
yang dilakukan oleh Tania (2016) pada pasien Penelitian yang dilakukan Febriani
rawat jalan DM tipe 2 di RSUP Fatmawati, (2016), juga menyatakan bahwa ada hubungan
menyatakan bahwa responden yang mempunyai antara sikap dengan pengelolaan DM.
tingkat pengetahuan baik 12,5 kali lebih patuh Menurutnya, untuk mencapai tujuan
dalam diet dibandingkan dengan responden pengelolaan DM yang baik perlu dilakukan
yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan
juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan metabolik yang terjadi. Salah satu usahanya
menjadi faktor risiko terhadap kepatuhan diet adalah dengan menyikapi penyakit yang
yang dijalankan pasien DM tipe 2. diderita dengan baik. Sikap yang baik
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku dalam mengelola DM.
menghambat perilaku kepatuhan dalam Semakin baik sikap pasien maka pengelolaan
kesehatan karena penderita akan sulit untuk DM pasien tersebut juga semakin baik.
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan, Pada variabel peran petugas kesehatan,
sehingga penderita diabetes mellitus yang tidak ada hubungan antara peran petugas
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih kesehatan dengan kepatuhan dalam pengelolaan
paham dan mengerti mengenai anjuran dalam diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe
mengelola diet. Hasil penelitian Senuk (2013) 2. Dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana memiliki peran petugas kesehatan yang baik
penelitian senuk menunjukkan bahwa lebih banyak daripada yang peran petugas
pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatannya kurang. Sehingga berdasarkan
kepatuhan dalam menjalani diet diabetes tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
mellitus dengan hasil p value sebesar 0,023. pengelolaan diet pada responden yang memiliki
Pada variabel peran keluarga, terdapat dukungan petugas kesehatan yang baik lebih
hubungan antara peran keluarga dengan tinggi dibandingkan dengan responden yang

143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

memiliki latar belakang pendidikan yang dalam penelitian dan pihak-pihak lain yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran telah membantu jalannya penelitian ini.
petugas kesehatan sudah baik dalam
mendukung perilaku pasien DM dalam DAFTAR PUSTAKA
mematuhi pengelolaan diet agar dapat
Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012). Perbedaan
mencegah timbulnya komplikasi.
Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan
Penelitian ini sejalan dengan Akmal Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia: Studi
yang bermakna antara peran petugas kesehatan Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr.
pasien DM dengan persentase pengaruh sebesar Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda
93,3%. Dukungan tenaga kesehatan sangat DiMatteo, M.R. (2004). Variations in Patient’s
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, Adherence to Medical Recommendation: A
Quantitative Review of 50 Years of Research.
misalnya dengan adanya komunikasi. Hal ini
Medical Care, 43 (3): 200-209
sesuai dengan teori yang ada, dimana petugas
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil
kesehatan merupakan orang pertama yang Keehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang:
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien Dinas Kesehatan Jawa Tengah
sehingga mereka memiliki peran yang besar Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya
dalam menyampaikan informasi mengenai Sikap Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
dilakukan oleh pasien untuk proses Kediri, 7(1)
kesembuhannya. Komunikasi ini dapat Heryati, G.S., 2014. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa
Diabetes Mellitus pada Pasien DM. Jurnal
penyuluhan.
Keperawatan, 1(3): 97-107.
Penelitian ini diperkuat dengan adanya Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
penelitian Senuk (2013) yang menggambarkan 2014. Jakarta: Kemenkes RI
bahwa dukungan petugas memiliki hubungan Liu, L. L., & Park, D. C. (2004). Aging and Medial
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa Adherence: The Use of Automatic Processes
dukungan petugas berpengaruh terhadap to Achieve Effortful Things. Psychology and
kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin Aging, 19, 318-325
baik dukungan petugas kepada pasien maka Macgilchrist, C., Paul, L., Ellis, B.M., Howe, T.E.,
Kennon, B. and Godwin, J. (2010).
akan semakin baik kepatuhan pasien.
Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People
With Diabetes Mellitus. Diabetic medicine,
PENUTUP
27(2):162-168.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus, Mengenali
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi.
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
Jakarta: Pustaka Populer Obor
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga. Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap
UCAPAN TERIMA KASIH Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Bulusulur.
Peneliti mengucapkan terimakasih
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Palandeng, H.M., (2015). Prevalensi Hipertensi dan
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas Kota
Dosen Pembimbing atas terlaksananya kegiatan Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran
penelitian dengan lancar. Terimakasih juga Komunitas dan Tropik, 3(4).
peneliti sampaikan kepada Petugas Puskesmas PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Tlogosari Wetan yang bersedia berpartisipasi Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkeni.

144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015). Hubungan di SMKN 2 Baleendah Bandung. Keperawatan,
Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan 4(1).
Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes Tombokan, V. (2015). Faktor-faktor yang
Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Pasien Diabetes Melitus pada Praktek Dokter
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 4(2) Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 5(3).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Trisnawati, S. K.., & Setyorono, S. (2013). Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Kementerian RI tahun 2013 Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Senuk, A., Supit, W., dan Onibala, F. (2013). Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan (1): 1-11
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Witasari, U., Rahmawaty, S. and Zulaekah, S., 2009.
Diabetes Mellitus di Poliklinik RSUD Kota Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Karbohidrat, dan Serat dengan Pengendalian
ejournal Keperawatan, 1 (1): 1-7 Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Susanti. M. L. and Sulistyarini, T., (2013). Dukungan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains
Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet & Teknologi, 10(2): 130-138
Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Wong, M.., Gucciardi, E., Li, L. and Grace, S.L.
Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 6(1) (2005). Gender And Nutrition Management
Tania, M., 2016. Hubungan Pengetahuan Remaja In Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Dietetic
dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan Practice and Research, 66 (4):215-220

145

Anda mungkin juga menyukai