Bahan Ajar Pendidikan Pancasila Bahan Ajar Pendidikan Pancasila Microlearning Unnes
Bahan Ajar Pendidikan Pancasila Bahan Ajar Pendidikan Pancasila Microlearning Unnes
PERTEMUAN KE 1
A. Pengantar
Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, Puji Syukur Kepada Allah Tuhan Yang Maha
Esa pada saat ini kita masuk pada Pembelajaran Online Pendidikan Pancasila
pertemuan pertama. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi kesatu ini. Anda telah berada di awal perkuliahan. Untuk
itu pastikan saudara mempersiapkan segala hal tentang perkuliahan MKU Pendidikan
Pancasila dengan baik dengan membaca materi serta menyelesaikan tagihan tugas,
diskusi, dan kuis. Pada pertemuan sesi awal ini saudara akan mempelajari tentang
Kedudukan Pancasila, diantara kegiatannya:
a. Kontrak Perkuliahan
b. Kedudukan Pancasila
Setelah mengikuti pertemuan sesie ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa
Kedudukan Panccasila
B. Materi
C. Kuis
1. Latar belakang Pendidikan Pancasila meliputi latarbelakang yuridis, latar belakang
historis, latar belakang filosofis serta latarbelakang kultural. Secara kultural, unsur-
unsur dan nilai Pancasila lahir mulai…
a. 18 Agustus 1945
b. sejak bangsa Indonesia ada
c. 17 Agustus 1945
d. 19 Agustus 1945
e. 16 Agustus 1945
2. Nilai-nilai Pancasila memiliki latarbelakang kultural yang sangat melekat pada
kehidupan bangsa Indonesia, secara cultural unsur-unsur Pancasila tersebut
terdapat…
a. Adat-istiadat, slogan dan kesenian
b. Undang-Undang ,bahasa dan adat-istiadat
c. agama, UUD 1945, dan kebudayaan
d. pembukaan UUD 1945, slogan dan adat istiadat
e. agama, tutur danperaturan
3. Secara yuridis formal Pancasila berlaku sebagai dasar Negara Republik Indonesia
Merdeka ….
a. 18 Agustus 1945
b. 1 Juni 1945
c. 17 Agustus 1945
d. 29 Mei 1945
e. 16 Agustus 1945
4. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tersebut, khususnya pasal2
ditegaskan bahwa Pancasila berkedudukan sebagai…
a. Pandangan hidup bangsa
b. Sumber dari segala sumber hokum negara
c. Sumber hukum tertinggi
d. Sumber dari segala sumber hukum
e. Sumber hukum mutlak
5. Berikut ini yang mejadi Tujuan Pendidikan Pancasila jangka pendek adalah ….
a. Untuk melestarikan nilai-nilai pancasila
b. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila secara benar.
c. Untuk mengetahui kharakteristik nilai-nilai Pancasila
d. Untuk mengenal nilai-nilai Pancasila
e. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila secara komprehensif
D. Topik diskusi
Menurut saudara seberapa pentingkah mata kuliah Pendidikan Pancasila
PERTEMUAN KE 2
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
pertemuan sesie kedua. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi kedua ini. Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa
diharapkan dapat menganalisa Latar belakang Pendidikan Pancasila
B. Materi
C. Topik diskusi
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
pemikiran logis, kritis, atau implementasi pengetahuan pendidikan Pancasila dan dapat
menjelaskan latar belakang dan tujuan pelaksanaan Pendidikan Pancasila. Berikan
pendapat saudara tentang pernyataan bahwa “Mengganti Pancasila sama halnya
dengan menghancurkan NKRI” Selamat berdiskusi dan tetap semangat!
PERTEMUAN KE 3
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah memasuki pada
Pembelajaran Online pertemuan sesi ke tiga. Semoga kita senantiasa dalam kondisi
sehat, sehingga mampu menuntaskan pertemuan sesi ini. Untuk itu pastikan saudara
sudah menyelesaikan tagihan tugas dan diskusi. Pada sesi akhir ini saudara akan
mempelajari tentang Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Setelah
mengikuti sesi ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Pancasila dalam Perspektif
Sejarah Perjuangan Bangsa
B. Materi
B. Materi
C. Topik diskusi
Dalam mempelajari proses perumusan Pancasila, menurut saudara nilai-nilai apa saja
yang dapat dijadikan teladan bagi generasi muda Bangsa Indonesia saat ini?
PERTEMUAN KE 5
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
Pembelajaran Online pertemuan sesi kelima. Semoga kita senantiasa dalam kondisi
sehat, sehingga mampu menuntaskan pertemuan sesi ini. Anda telah berada pada
pertemuan sesi kelima. Untuk itu pastikan saudara sudah menyelesaikan tagihan tugas
dan diskusi
Pada sesi kelima ini saudara akan mempelajari tentang
Pancasila sebagai Nilai Dasar Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
a. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma
b. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya
Setelah mengikuti sesie ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Nilai Dasar
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
B. Materi
C. Topik Diskusi
Menurut saudara pelaksanaan Pancasila sebagai nilai dasar di Indonesia apakah sudah
diaplikasikan dengan maksimal? Berilah contoh nyatanya.
D. Kuis
1. Nilai ada 3 yaitu material, vital, dan kerokhanian adalah menurut pendapat ….
a. suryometaraman
b. driyarkara
c. purwodarminto
d. notonagoro
e. max scheler
2. Nilai yang mendasari semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara adalah ….
a. Keadilan
b. Praksis
c. instrumental
d. dasar
e. Kesopanan
3. Nilai yang diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945, perundang-undangan,
ketetapan-ketetapan, dan peraturan-peraturan lainnya disebut nilai ….
a. Dasar
b. Instrumental
c. Praksis
d. Sosial
e. Keadilan
PERTEMUAN KE 6
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
pertemuan sesie keenam. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi keenam ini. Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa
diharapkan dapat menganalisa Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
B. Materi
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
“Sistem” dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari aneka
bagian yang bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian
merupakan tata rakit yang teratur, dan tata rakit itu sesuai selaras dengan tata rakit
keseluruhan. Tiap-tiap bagian mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan
bagian yang lain, namun demikian tugas dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat
keseluruhan tersebut.
Suatu sistem harus memenuhi lima persyaratan seperti berikut ini:
a. Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya.
b. Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung kontradiktif
c. Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain.
d. Ada keseimbangan dalam kerja sama.
e. Semuanya mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan bersama.
(Sri Soeprapto Wirodiningrat, 1980: 94)
Sedangkan “filsafat” berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philein berarti
cinta, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian secara etimologis
filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Berangkat dari pengertian sistem dan
pengertian filsafat sebagaimana dikemukakan di atas, Pancasila sebagai sistem filsafat
berarti bahwa Pancasila merupakan kesatuan pemikiran yang mendasar yang
membawakan kebenaran yang substansial atau hakiki.
Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelima nya merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri,
maksudnya sila satu tidak terlepas dari sila yang lain. Kelima sila itu bersama-sama
menyusun pengertian yang satu, bulat dan utuh. Sebagai sistem filsafat, Pancasila telah
memenuhi persyaratan diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila 1 s/d sila V merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila berarti
menghilangkan arti Pancasila.
b. Bersifat konsisten dan koheren, berarti lima sila Pancasila itu urut-urutan sila 1 s/d
V bersifat runtut tidak kontradiktif. Nilai yang lebih essensial didahulukan. Essensi
pokok sila 1 s/d V: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, Adil. Tuhan menciptakan
manusia, manusia butuh interaksi dengan manusia lain (persatuan), setelah bersatu
mencapai tujuan bersama (keadilan) perlu musyawarah lebih dahulu.
c. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, berarti sila I s/d V
ada hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima sila itu bulat
utuh.
d. Ada kerjasama, dalam arti bahwa antara satu sila dengan sila lainnya saling
mendukung, saling menguatkan, dan saling memberi makna.
e. Semua mengabdi pada satu tujuan bersama, yaitu tujuan nasional bangsa Indonesia
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Konsekuensi dari sistem tersebut, maka Pancasila mempunyai susunan
hierarkhis dan bentuk piramidal.Konsekuensi logis dari hierarkhis piramidal sila-sila
Pancasila tersebut, maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi puncak sila
dibawahnya, yaitu: Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Adapun hubungan antara sila-sila Pancasila itu adalah sebagai berikut (Notonagoro,
1975: 44) .
-Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV, V.
-Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, diliputi dan dijiwai oleh sila I dan meliputi
serta menjiwai sila-sila III, IV, dan V.
-Sila Persatuan Indonesia, diliputi dan dijiwai oleh sila I, II, dan meliputi serta menjiwai
sila IV, dan V.
-Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, diliputi dan dijiwai oleh sila I, II, III, serta meliputi dan
menjiwai sila V.
-Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dijiwai dan diliputi oleh sila I,II,III,
IV.
C. Topik diskusi
Menurut saudara, apakah masih relevan jika dikatakan bahwa Pancasila merupakan
sistem filsafat? Berilah alas an saudara.
PERTEMUAN KE 7
A. Pengantar
Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
Pembelajaran Online pertemuan sesi ketujuh. Semoga kita senantiasa dalam kondisi
sehat, sehingga mampu menuntaskan pertemuan sesi ini. Anda telah berada di
pertemuan sesi ketujuh. Untuk itu pastikan saudara sudah menyelesaikan tagihan tugas
dan diskusi
Pada sesi akhir ini saudara akan mempelajari tentang
a. Pancasila Sebagai Sistem Etika
b. Etika Kehidupan Berbangsa
Setelah mengikuti sesie ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Pancasila Sistem
Etika
Wassalamualaikum wr. Wb
B. Materi
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
Etika berasal dari kata Yunani etos, yang artinya sepadan dengan arti kata susila.
Etika adalah sebuah ilmu, yaitu sebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang
mengajarkan bagaimana hidup secara arif atau bijaksana, sehingga filsafat etika juga
dikenal sebagai filsafat moral. Moralitas adalah sebuah “pranata” seperti halnya agama,
politik, bahasa dan sebagainya yang sudah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara
turun temurun. Sebaliknya, etika adalah sikap kritis setiap pribadi dan kelompok
masyarakat dalam merealisasikan moralitas itu.
Etika adalah ilmu yang mempertanyakan tanggungjawab dan kewajiban
manusia. Etika yang mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap
tindakan manusia disebut etika umum. Kaitan dengan Pancasila, maka etika politik
dengan rasa etik tidak lain adalah Etika Pancasila. Pancasila sebagai etika politik bagi
bangsa dan negara Indonesia adalah etika yang dijiwai oleh falsafah negara Pancasila
yang meliputi:
1. Etika yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna percaya akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, patuh pada perintah Tuhan dan menjauhi larangan-
Nya.
2. Etika yang berperikemanusiaan, mengandung makna menilai harkat kemanusiaan
tetap lebih tinggi dari nilai kebendaan, tidak membenarkan adanya rasialisme, dan
sikap membeda-bedakan manusia.
3. Etika yang dijiwai oleh rasa Kesatuan Nasional, mengandung makna sifat bangsa
Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dan bangsa yang cinta persatuan.
4. Etika yang berjiwa demokrasi, mengandung makna lambang persaudaraan
manusia, sama-sama berhak akan kemerdekaan dan memperoleh kebebasan.
5. Etika yang berjiwa keadilan sosial, mengandung makna manifestasi dari
kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh jiwa kemanusiaan, jiwa yang cinta kepada
persatuan, jiwa yang bersifat demokrasi, dan semangat mau bekerja keras.
Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah seperangkat nilai yang harus dijunjung tinggi
baik dalam bermasyarakat maupun bernegara. Dengan kata lain, Pancasila adalah etika
bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Adapun nilai-nilai etika
yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai tatanan berikut ini.
1. Tatanan bermasyarakat, nilai-nilai dasarnya seperti tidak boleh ada eksploitasi
sesama-manusia, berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial.
2. Tatanan bernegara, dengan nilai dasar merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan
makmur.
3. Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri, dengan nilai tertib dunia,
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
4. Tatanan pemerintah daerah, dengan nilai permusyawaratan dan mengakui asal-usul
keistimewaan daerah.
5. Tatanan hidup beragama, dengan nilai dasar dijamin oleh negara kebebasannya
serta beribadat sesuia dengan agamanya masing-masing.
6. Tatanan bela negara, dengan nilai dasarnya hak dan kewajiban warga negara untuk
membela negara.
7. Tatanan pendidikan, dengan nilai dasarnya mencerdaskan kehidupan bangsa.
8. Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat.
9. Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan dengan nilai-nilai dasar
kesamaan bagi setiap warga negara dan kewajiban menjunjung pemerintahan tanpa
kecuali.
10. Tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran masyarakat yang
diutamakan dan bukan kemakmuran orang-seorang.
Etika dalam kehidupan kenegaraan dan hukum tidak lepas dari analisis fungsi-
fungsi kenegaraan, sistem pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara dan
penduduk yang kesemuanya diatur dalam etika kenegaraan dan etika tata hukum
sebuah negara. Oleh karena itu, analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis
tata hukum. Aliran yuridis murni beranggapan bahwa negara adalah tidak lain dari
pada personifikasi dari hukum, suatu himpunan tata hukum berdasar suatu sistem
tertentu.
Kaitan dengan penerapan etika dalam kehidupan kenegaraan, kajiannya tidak
lepas dari sedikitnya empat kelompok masalah kenegaraan, yaitu tata organisasi, tata
jabatan, tata hukum, dan tata nilai yang dicita-citakan dari suatu negara.
Tata organisasi suatu negara dapat dilihat dari bentuk negara dan bentuk
pemerintahan. Bentuk negara merupakan penjelmaan dari pada organisasi negara
secara nyata di masyarakat. Tata organisasi ini mencerminkan suatu pola tertentu atau
dengan orientasi sistemik, merupakan suatu sistem berorganisasi (puncak)-nya manusia
dalam kehidupan berkelompok, seperti republik, morarki, aristokrasi; kesatuan dan
federal. Bentuk pemerintahan ialah pola yang menentukan hubungan antara lembaga-
lembaga negara dalam menentukan gerak kenegaraan. Bentuk pemerintahan dapat
berupa sistem parlementer atau presidensial atau variasi dari penyelenggaraan fungsi
kenegaraan yang berpangkal pada trias politica.
C. Topik diskusi
Menurut saudara bagaimana cara yang paling tepat agar Pancasila dapat diaplikasikan
dengan baik dalam pelaksanaan perpolitikan di Indonesia?
PERTEMUAN KE 8
UTS (disesuaikan dengan dosen pengampu masing-masing)
PERTEMUAN KE 9
A. Pengantar
Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
pembelajaran online ke 9. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi ini. Setelah mengikuti pembelajaran online ke 9 ini,
diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis tentang Pancasila Sebagai
Ideologi Nasional
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
B. Materi
Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos
yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-
cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang
diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti
ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar.
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai
berikut.
1. Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku
manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan
dengan tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah atau
mempertahankan tertib sosial dan politik yang bersangkutan.
2. Bahwa ideologi, di samping mengemukakan program juga menyertakan strategi
guna merealisasikannya.
3. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat
mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang selanjutnya diarahkan
pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.
4. Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi
pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.
Makna suatu ideologi dapat ditemukan dari karakteristiknya. Beberapa karakteristik
suatu ideologi, antara lain:
1. Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang sebelumnya
dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap sebagai suatu yang
sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam biasanya akan mendorong
munculnya suatu ideologi.
2. Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis
Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau
ditawarkan ke tengah-tengah arena perpolitikan. Oleh karena itu, ideologi harus
disusun secara sistematis agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara rasional.
3. Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam
Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
mulai dari penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai kepada gagasan-gagasan
atau pandangan-pandangan yang komprehensif (misalnya: weltanschauung).
4. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan
panutan, mulai dari konsep yang kompleks dan sophisticated sampai dengan slogan-
slogan atau simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan gagasan-gagasan tertentu
sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan masyarakatnya.
Ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifatnya, seperti:
1. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia
Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide atau gagasan
melalui mana manusia dapat menerima, memahami, dan sekaligus menginterpretasikan
hakikat kehidupan ini.
2. Ideologi berfungsi sebagai panduan
Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan tentang
bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku, di samping tujuan dan cara mencapai
tujuan itu.
3. Ideologi berfungsi sebagai lensa, melalui mana seseorang dapat melihat dunianya;
sebagai cermin, melalui mana seseorang dapat melihat dirinya; dan sebagai jendela,
melalui mana orang lain bisa melihat diri kita.
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk mengenal dan
melihat dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa melihat dan
menginterpretasikan tindakannya yang didasarkan atas ideologinya
4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi integratif
Dalam level personal, ideologi dapat membantu setiap individu dalam mengatasi
konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri ataupun dalam hubungannya dengan orang
lain. Di sisi lain, ideologi dapat mengingkat kebersamaan dengan cara mengintegrasikan
berbagai aspek kehidupan individu. Dalam kehidupan masyarakat, ideologi juga dapat
berfungsi membatasi terjadinya konflik.
D. Perbandingan Ideologi
Kajian tentang ideologi terasa kurang lengkap tanpa mengkaji ideologi-ideologi besar
yang berpengaruh di dunia. Oleh karena itu maka pada bagian ini akan disajikan
uraian singkat tentang beberapa ideologi tersebut.
1. Agama sebagai Ideologi
Dalam batas-batas tertentu, agama dapat dijadikan sebagai ideologi. Penempatan agama
sebagai ideologi pernah mengalami masa kejayaan, terutama pada abad pertengahan di
Eropa. Pada waktu itu hampir semua hidup dan kehidupan masyarakat diabdikan
untuk kepentingan agama.
2. Liberalisme
Dalam rangka mempertajam persepsi terhadap beberapa aliran filsafat politik yang
revolusioner, ada baiknya dikemukakan dua teori pokok gerakan revolusioner di
Amerika Serikat. Pertama, teori yang dikembangkan oleh The Founding of America
yang didasarkan atas hak-hak rakyat untuk membebaskan diri dari pemerintahan yang
depotisme. Teori revolusioner ini tergolong tradisional dengan tujuan yang sederhana
yaitu ingin mengakhiri praktik-praktik tirani dan memberikan kebebasan kepada rakyat
secara penuh sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga merupakan
ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti bahwa Pancasila merupakan gagasan
dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara. Sebagaimana setiap ideologi memiliki
konsep mengenai wujud masyarakat yang dicita-citakan, begitu juga dengan ideologi
Pancasila. Masyarakat yang dicita-citakan dalam ideologi Pancasila adalah masyarakat
yang dijiwai dan mencerminkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila,
yaitu masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta bertoleransi,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang bersatu dalam suasana
perbedaan, berkedaulatan rakyat dengan mengutamakan musyawarah, serta
masyarakat yang berkeadilan sosial. Hal itu berarti bahwa Pancasila bukan hanya
sesuatu yang bersifat statis melandasi berdirinya negara Indonesia, akan tetapi
Pancasila juga membawakan gambaran mengenai wujud masyarakat tertentu yang
diinginkan serta prinsip-prinsip dasar yang harus diperjuangkan untuk
mewujudkannya.
Pancasila sebagai ideologi negara membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari
realitas sodio budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu maka ideologi Pancasila
membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya dengan ideologi lain. Kekhasan
itu adalah keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang membawa
konsekuensi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian
juga penghargaan akan harkat dan martabat kemanusiaan, yang diwujudkan dengan
penghargaan terhadap hak azasi manusia dengan memperhatikan prinsip
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kakhususan yang lain adalah bahwa ideologi
Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan terwujudnya
persatuan bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Berikutnya
adalah kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang didasarkan pada prinsip
demokrasi dengan penentuan keputusan bersama yang diupayakan sejauh mungkin
melalui musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Satu hal lagi yaitu keinginan untuk
mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia.
C. Topik diskusi
Sebagai Ideologi negara, Pancasila haruslah dapat diamalkan oleh masyarakat
Indonesia. Menurut saudara, bagaimana cara untuk membumikan Pancasila agar dapat
diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari?
PERTEMUAN KE 10
A. Pengantar
Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
Pembelajaran Online kesepuluh. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga
mampu menuntaskan pertemuan sesi sepuluh ini. Anda telah berada di pertemuan
sepuluh ini. Untuk itu pastikan saudara sudah menyelesaikan tagihan tugas, diskusi,
dan kuis pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Pada sesi ke 10 saudara akan
mempelajari tentang Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. Setelah mengikuti sesie ini
mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
B. Materi
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Bangsa Indonesia telah menetapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka.Menurut Alfian,
suatu ideologi yang baik harus mengandung tiga dimensi agar supaya dapat
memelihara relevansinya yang tinggi/kuat terhadap perkembangan aspirasi
masyarakat dan tuntutan perubahan zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling
berkaitan, saling mengisi, dan saling memperkuat itu menjadikan suatu ideologi yang
kenyal dan tahan uji dari masa ke masa. Ketiga dimensi yang harus dimiliki oleh setiap
ideologi yang terbuka adalah:
1. Dimensi realitas
Ideologi merupakan nilai-nilai dasar yang bersumber dari nilai-nilai yang hidup di
dalam masyarakatnya, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian,
masyarakat pendukung ideologi itu dapat merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai
dasar itu adalah milik mereka bersama. Dengan kata lain, nilai-nilai dasar yang
terkristalisasi sebagai ideologi benar-benar tertanam dan berakar dalam kehidupan
masyarakatnya.
2. imensi idealitas
Ideologi harus mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, bangsa yang
memiliki ideologi adalah bangsa yang telah mengetahui ke arah mana mereka akan
membangun bangsa dan negaranya.
3. Dimensi fleksibilitas
Indiologi harus memberikan ruang yang memungkinkan berkembangnya pemikiran-
pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa menghilangkan hakikat yang
terkandung dalamnya. Dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan hanya
mungkin dimiliki secara wajar dan sehat oleh suatu ideologi yang terbuka atau ideologi
yang demokratis.
C. Topik diskusi
Salam Pancasila!!
Pada pertemuan 10 ini terdapat bahan diskusi yang dapat saudara analisis bersama.
Silahkan tanggapi permasalahan berikut ini berdasarkan pemikiran saudara. Silahkan
mahasiswa berdiskusi tentang permasalahan berikut ini dan berilah komentar dalam
diskusi ini!!
Pancasila berisi nilai-nilai dan cita-cita yang digali dari bumi Indonesia sendiri, artinya
digali dan diambil dari kekayaan, rohani, moral dan budaya masyarakat dan bangsa
Indonesia. Di sini Pancasila dikenal sebagai Ideologi terbuka dalam arti bahwa Pancasila
sebagai Ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman serta dinamis,
merupakan sistem pemikiran terbuka dan merupakan hasil konsensus masyarakat itu
sendiri, oleh karena itulah Pancasila juga merupakan dasar negara yang sudah barang
tentu harus terwujud dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan konsensus politik yang sangat menakjubkan, para pendiri negara
mampu menampung semua kepentingan yang ada kedalam ideologi Pancasila, dan
yang luar biasa adalah mengambil jalan tengah antara dua pilihan ekstrim yakni negara
sekuler dan negara agama. Dasar negara yang telah ditetapkan itu merupakan pilihan
yang sesuai dengan karakter bangsa, asli, yang akhirnya menjadi negara yang
berkarakter religius.
Betapa hebatnya para pendiri republik ini, betapa tidak, mereka telah memberi landasan
yang kokoh bagi suatu bangsa besar yang multiethnik, multi agama, ribuan pulau, dan
kaya sumberdaya alam (yang menjadi daya tarik asing untuk campur tangan). Pancasila
adalah titik pertemuan yang lahir dari suatu kesadaran bersama pada saat krisis.
Kesadaran tersebut muncul dari kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang
lebih besar membentuk bangsa yang besar. Pancasila adalah suatu konsensus dasar
yang menjadi syarat utama terwujudnya bangsa yang demokratis (As’ad Said Ali: 2009).
Sumber referensi:
Agus, A. A. (2017). Relevansi Pancasila sebagai ideologi terbuka di era reformasi. Jurnal
Office, 2(2), 229-238.
PERTEMUAN KE 11
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya hormati, saat ini kita sudah menginjak pada sesie
kesebelas. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu menuntaskan
pertemuan sesi kesebelas ini. Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa diharapkan
dapat menganalisa Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
B. Materi
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan berkaitan dengan keberadaan Pancasila
sebagai dasar negara. Pancasila sebagai dasar negara menjadi landasan dalam
pengaturan kehidupan bernegara, yang berarti bahwa segala macam peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara negara
tidak boleh ada yang bertentangan dengan Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara itu
dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Oleh karenanya bicara Pancasila dalam
konteks ketatanegaraan tidak lain adalah bicara tentang ketentuan-ketentuan yang
tertuang dalam pasal-pasal UUD 1945. Dalam ketatanegaraan selain istilah Undang-
undang Dasar sering digunakan pula istilah konstitusi dalam pengertian yang berbeda
atau untuk saling menggantikan. Konstitusi (UUD) dalam dirinya berisi pembatasan
kekuasaan dalam negara. Pembatasan kekuasaan tersebut terlihat dengan adanya tiga
hal dalam setiap konstitusi, yaitu: (1) Menjamin hak asasi manusia atau warga negara;
(2) Memuat suatu ketatanegaraan suatu negara yang bersifat mendasar; (3) Mengatur
tugas serta wewenang dalam negara yang juga bersifat mendasar.
Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan
yang utuh, di mana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak dapat dipisah-
pisahkan. Namun sesuai amandemen keempat (ST MPR RI Agustus 2002), yang
dimaksud UUD 1945 adalah naskah yang terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal. Hal
itu sesuai dengan rumusan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, bahwa: Dengan
ditetapkannya Perubahan Undang-Undnag Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara RI
Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.
Ada 4 (empat) pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu:
a. Pokok pikiran pertama: “Negara” -begitu bunyinya- “melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam
pembukaan ini diterima aliran pengertian Negara Persatuan, Negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala
paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan. Negara, menurut
pengertian “Pembukaan” itu menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa
Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan”.
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran Persatuan, dengan pengertian yang lazim,
negara, penyelenggara negara dan setiap warga Negara wajib mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau pun perorangan.
b. Pokok pikiran kedua: “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat”.
Ini merupakan pokok pikiran Keadilan Sosial, yang didasarkan pada kesadaran
bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
c. Pokok pikiran ketiga: yang terkandung dalam “Pembukaan” ialah Negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Oleh karena iti sistem Negara yang terbentuk dalam Udang-Undang Dasar harus
berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Ini adalah pokok
pikiranKedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
d. Pokok pikiran keempat: yang terkandung dalam “Pembukaan” ialah Negara
berdasar atas Kehtuahan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral Rakyat
yang luhur. Ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Apabila kita perhatikan keempat pokok pikiran itu, maka tampaklah bahwa Pokok-
Pokok Pikiran itu tidak lain adalah pancaran dari dasar falsafah Negara Pancasila.
1 I (sila ke 3)
2 II (sila ke 5)
3 III (sila ke 4)
4 IV (sila ke 1 dan 2)
5
Dari skema tersebut di atas, tampak sekali akan hubungan antara Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945, terutama dalam alinea ketiga memuat pernyataan
kemerdekaan dan alinea keempat memuat tindakan yang harus dilaksanakan setelah
adanya negara.
Dengan demikian dapatlah ditentukan letak dan sifat hubungan antara Pembukaan
UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai berikut.
a. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia merupakan realisasi dari alinea/bagian kedua
Proklamasi 17 Agustus 1945.
c. Pembukaan UUD 1945 pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan
secara terperinci dengan memuat pokok-pokok pikiran daripada adanya cita-cita
luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan dalam
bentuk Negara Indonesia Merdeka berdaulat, bersatu, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
C. Topik diskusi
Pembukan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai Pokok Kaidah Fundamental.
Dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Pasal-pasal
UUD 1945. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan kaidah fundamental itu?
Berilah contoh nyatanya.
D. Penugasan
Buatlah analisis singkat terkait kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam pembuatan
peraturan yang berlaku di negara Indonesia.
PERTEMUAN KE 12
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya hormati, saat ini kita sudah menginjak pada sesie
keduabelas. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi keduabelas. Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa
diharapkan dapat menganalisa Pokok-Pokok Pikiran Dalam Pembukaan UUD NRI
1945.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
B. Materi
POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM PEMBUKAAN UUD 1945
Selain apa yang diuraikan di muka, sesuai dengan Penjelasan Undang-Undang dasar
1945, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan
langsung dengan Undang-Undang Dasar 1945 itu sendiri, ialah bahwa Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan
dan dijelmakan dalam Undang-Undang dasar, yaitu dalam pasal-pasalnya. Ada 4
(empat) pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu:
a. Pokok pikiran pertama: “Negara” -begitu bunyinya- “melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam
pembukaan ini diterima aliran pengertian Negara Persatuan, Negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala
paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan. Negara, menurut
pengertian “Pembukaan” itu menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa
Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan”.
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran Persatuan, dengan pengertian yang
lazim, negara, penyelenggara negara dan setiap warga Negara wajib
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau pun
perorangan.
b. Pokok pikiran kedua: “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat”. Ini merupakan pokok pikiran Keadilan Sosial, yang didasarkan pada
kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
c. Pokok pikiran ketiga: yang terkandung dalam “Pembukaan” ialah Negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Oleh karena iti sistem Negara yang terbentuk dalam Udang-Undang Dasar harus
berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Ini adalah pokok
pikiran Kedaulatan rakyat, yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
d. Pokok pikiran keempat: yang terkandung dalam “Pembukaan” ialah Negara
berdasar atas Kehtuahan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral Rakyat
yang luhur. Ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Apabila kita perhatikan keempat pokok
pikiran itu, maka tampaklah bahwa Pokok-Pokok Pikiran itu tidak lain adalah
pancaran dari dasar falsafah Negara Pancasila.
HUBUNGAN ANTARA PEMBUKAAN DENGAN PASAL-PASAL UUD 1945
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Bagian pertama, adalah Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea, di
mana alinea terakhir memuat Dasar negara Pancasila.
b. Bagian kedua terdiri dari: Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3
pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Dilihat dari tertib hukum, kedua
bagian itu mempunyai kedudukan yang berbeda. Bagian pertama (Pembukaan)
memiliki kedudukan lebih tinggi daripada bagian kedua. Hal ini disebabkan
Pembukaan memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai Pokok Kaidah Fundamental
Negara Republik Indonesia.
Adapun syarat-syarat itu adalah:
a. Dilihat dari sejarah terjadinya, Pembukaan ditentukan oleh Pembentuk Negara
(PPKI).
b. Dilihat dari isinya, Pembukaan memuat asas falsafah negara (Pancasila), asas politik
negara (Republik yang berkedaulatan rakyat), tujuan negara (melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial).
c. Pembukaan menetapkan adanya suatu UUD Negara Indonesia. Dengan
kedudukannya sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara Republik Indonesia, maka
Pembukaan UUD 1945 bersifat tetap, artinya tidak dapat diubah, apalagi diganti oleh
siapa pun, termasuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil pemilihan umum.
Dalam Hukum, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan
tidak berubah, terlekat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia. Hal ini
berarti jika Pembukaan UUD 1945 itu diubah, apalagi diganti berarti membubarkan
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan
lebih tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945. Hal ini berarti bahwa keduanya
mempunyai kedudukan yang berbeda, dan masingmasing memiliki eksistensi sendiri.
Meskipun demikian Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan erat dengan Pasal-
pasal UUD 1945. Hubungan itu dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
1) Merupakan rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya
negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran dan motif yang
mendorong bagi tersusunnya kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud
terbentuknya negara Indonesia. Hal ini tertuang dalam alinea pertama, kedua dan
ketiga Pembukaan UUD 1945.
2) Merupakan pernyataan yang akan dilaksanakan setelah negara Indonesia terwujud.
Hal ini tersurat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Apabila kita kaji
secara mendalam, maka alinea pertama, kedua, dan ketiga dengan alinea keempat
dipisahkan dengan adanya perkataan: “Kemudian daripada itu ....” pada bagian
awal alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat hubungan antara masing-
masing bagian Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1) Alinea pertama, kedua, dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan pernyataan
yang tidak mempunyai hubungan organis dengan pasal-pasal UUD 1945.
2) Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan causal dan organis
dengan Pasal-pasal UUD 1945, yang mencakup beberapa aspek:
(1) UUD itu ditentukan akan ada.
3) Apa yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintah negara yang
memenuhi berbagai persyaratan.
4) Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat.
5) Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
Ditinjau dari Pokok-Pokok Pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
Mengenai pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
disebutkan sebagai berikut:
1) “Negara” begitu bunyinya “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam Pembukaan ini diterima
aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala
paham perseorangan, negara menurut pengertian “Pembukaan” itu menghendaki
persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara
yang tidak boleh dilupakan.
2) Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3) Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/ perwakilan.
4) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran itu meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsideo) yang menguasai
Hukum dasar Negara, baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum yang tidak
tertulis. UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Begitulah,
hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD tampak jelas sekali,
hubungannya causal-organis.
Ditinjau dari hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945.
Seperti dikemukakan di atas, bahwa Pembukan mempunyai kedudukan sebagai Pokok
Kaidah Fundamental daripada negara Republik Indonesia. Dengan demikian
Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Pasal-pasal UUD 1945. Atau
dengan kata lain:
1) Pembukaan merupakan tertib hukum tertinggi dan terpisah dari Pasal-pasal UUD
1945.
2) Pembukaan merupakan Pokok Kaidah Fundamental yang menentukan adanya UUD
itu.
3) Terbawa oleh kedudukannya sebagai Pokok Kaidah Fundamental, Pembukaan
mengandung pokok-pokok pikiran yang oleh UUD harus diciptakan/dituangkan dalam
pasal-pasalnya.
1 I (sila ke 3)
2 II (sila ke 5)
3 III (sila ke 4)
4 IV (sila ke 1 dan 2)
Dari skema tersebut di atas, tampak sekali akan hubungan antara Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945, terutama dalam alinea ketiga memuat pernyataan
kemerdekaan dan alinea keempat memuat tindakan yang harus dilaksanakan setelah
adanya negara.
Dengan demikian dapatlah ditentukan letak dan sifat hubungan antara Pembukaan
UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai berikut.
a. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia merupakan realisasi dari alinea/bagian kedua
Proklamasi 17 Agustus 1945.
c. Pembukaan UUD 1945 pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan
secara terperinci dengan memuat pokok-pokok pikiran daripada adanya cita-cita
luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan dalam
bentuk Negara Indonesia Merdeka berdaulat, bersatu, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
C. Topik diskusi
Menurut saudara, seperti apakah relevansi pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila?
PERTEMUAN KE 13
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya hormati, saat ini kita sudah menginjak pada sesie
ketigabelas. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan sesi ketigabelas.
Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Pancasila
Dalam Kelembagaan Negara Menurut UUD NRI 1945
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
B. Materi
Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945.
Sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 yang telah diamandemen sangat
berbeda dengan sistem yang dianut oleh UUD 1945 sebelum diamandemen. Meskipun
nama-nama kelembagaan negara yang ada masih dipertahankan dan dengan ditambah
lembaga-lembaga baru, tetapi tugas dan kewenangannya sudah sangat berbeda.
Demikian pula dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang dianutnya, yang
mencerminkan sistem pemerintahan negara yang ada, secara formal masih banyak
persamaannya. Hal tersebut terjadi karena beberapa prinsip yang semula termaktub
dalam Penjelasan, setelah amandemen isi materinya dimasukkan ke dalam pasal dan
ayat UUD.
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh
UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut.
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
Menurut UUD 1945, MPR yang keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan
anggota DPD bukan lagi sebagai lembaga pelaksana kedaulatan rakyat (pasal 1 ayat
2). Dalam UUD 1945 yang diamandemen tidak lagi menyebut lembaga apa yang
menjadi pemegang kedaulatan rakyat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kedaulatan rakyat terbagi di antara lembaga-lembaga negara dengan bidang
kekuasaannya masing-masing. MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal
8 ayat 3). Demikian halnya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah
GBHN sebagai produk MPR. MPR mempunyai kewenangan memberhentikan
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD setelah pendapat DPR tentang
dugaan pelanggaran terhadap UUD yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil
Presiden mendapat keputusan Mahkamah Konstitusi, sehingga kewenangan MPR
dalam hal ini juga sebatas mengesahkan saja (pasal 3 ayat 3, pasal 7A, 7B, dan pasal
24C ayat I dan 2). Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah
UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD (konsensus nasional) dan
bentuk Negara Kesatuan Repubglik Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional:
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut.
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurutu UUD (pasal 1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD (pasla 4 ayat 1).
d. Presiden dan atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah
atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD (pasal 24C ayat
1).
g. Kewenangan lembaga negara (tinggi/tingkat pusat) ditentukan oleh UUD (pasal
24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3).
Keberadaan negara Indonesia sebagai negara hukum ditegaskan pada pasal 1 ayat 3
UUD 1945. Sebagai negara hukum, segala tindakan yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun warga negara diatur oleh aturan hukum dengan konsekuensi
adanya sanksi bagi siapapun yang melakukan pelanggaran hukum. Faham negara
hukum yang dianut di Indonesia adalah faham negara hukum dalam arti luas, di
mana negara dengan peraturan hukumnya tidak hanya dimaksudkan untuk
melindungi kepentingan setiap individu warga negara, akan tetapi juga
dimaksudkan untuk menciptakan kesejahteraan umum.
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden
(pasal 4 ayat 2). Kedudukan Presiden tidak lagi mutlak bertunduk kepada MPR atau
menjadi mandataris MPR, sebab Presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui
Pemilu, dan MPR hanyalah melantik. Demikian halnya apabila Presiden diduga
melanggar UUD, maka MPR baru dapat memberhentikannya setelah ada keputusan
Mahkamah Konstitusi tentang hal tersebut.
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi (pasal ayat 1).
Presiden memegang tanggung jawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan
kepada Presiden diberikan kewenangan untuk membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada
Presiden. Kedudukan Dewan Penasehat Presiden adalah dibawah Presiden, Presiden
tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi Presiden wajib bekerja sama dengan
DPR. Dalam pembuatan undang-undang Presiden harus mendapat persetujuan DPR,
demikian pula dalam pelaksanaan kewenangan Presiden harus mendengar betul
pertimbangan atau suara DPR, termasuk untuk hak-hak Presiden yang bersifat
prerogatif. Bahkan dalam hubungannya dengan Presiden, kedudukan DPR sangat
kuat. Presiden tidak dapat membubarkan DPR (pasal 7C), bahkan DPR dapat
mengajukan usul kepada MPR.
6. Menteri Negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1). Menteri negara adalah
pembantu Presiden, oleh karena itu kedudukan menteri sangat tergantung pada
Presiden (pasal 17 ayat 2). Menteri-menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara
mempunyai kekuasaan yang snagat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan
Presiden selain dibidang eksekutif, juga memiliki kekuasaan menyusun undang-
undang (bidang legislatif) dan di bidang yudikatif. Namun demikian, kewenangan
Presiden menurut UUD 1945 yang telah diamandemen ini mengalami perubahan
yang sangat mendasar, dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan Presiden
sangatlah dominan, yaitu dengan format harus dengan “persetujuan” atau dengan
“meminta pertimbangan” DPR. Kewenangan lain dari DPR atas Presiden adalah
apabila diduga Presiden melakukan pelanggaran berat dan atau pelanggaran atas
UUD, maka DPR mempunyai kewenangan untuk mengusulkan kepada MPR
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya. Presiden juga harus berpegang
teguh pada UUD/sistem konstitusional dan hukum yang berlaku.
8. Indonesia ialah negara Kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 ayat 1 dan pasal
18 ayat 1). Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Gubernur, Bupati, dan
Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota dipilih secara demokratis. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintahan Pusat. Pemerintahan daerah berhak menentukan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan.
UUD 1945
TNI/POL
C. Topik diskusi
Menurut saudara, bagaimana agar sistem pemerintahan yang ada di Indonesia dapat
berjalan sesuai dengan yang diamanahkan dalam Undang-Undang dan juga sesuai
dengan Pancasila
D. Penugasan
Buatlah perbandingan terkait perbedaan antara system pemerintahan presidensil
dengan system pemerintahan parlementer dalam sebuah table perbedaan!
PERTEMUAN KE 14
A. Pengantar
Assalamu alaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya hormati, saat ini kita sudah menginjak pada pertemuan
keempatbelas. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat, sehingga mampu
menuntaskan pertemuan pertemuan keempatbelas.
Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Pancasila
Sebagai Paradigma Pembangunan.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
B. Materi
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL
Pancasila dapat dipergunakan sebagai tolok ukur atau paradigma pembangunan
nasional di berbagai bidang seperti politik dan hukum, ekonomi, hankam, sosial
budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kehidupan agama;
1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang politik dan hukum
Pembangunan politik memiliki dimensi yang strategis karena hampir semua kebijakan
publik tidak dapat dipisahkan dari keberhasilannya. Tidak jarang kebijakan publik yang
dikeluarkan pemerintah mengecewakan sebagian besar masyarakat. Beberapa penyebab
kekecewaan masyarakat, antara lain: (1) kebijakan hanya dibangun atas dasar
kepentingan politik tertentu, (2) kepentingan masyarakat kurang mendapat perhatian,
(3) pemerintah dan elite politik kurang berpihak kepada masyarakat, (4) adanya tujuan
tertentu untuk melanggengkan kekuasaan elite politik.
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi
Sesuai dengan paradigam Pancasila dan hak-hak asasi rakyat, para pendiri negara telah
menetapkan bahwa pengelolaan ekonomi Indonesia diserahkan kepada 3 (tiga) bentuk
badan usaha, yaitu:
a. Koperasi sebagai soko guru ekonomi Indonesia merupakan badan usaha non profit
yang berpihak pada kepentingan rakyat kecil.
b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Daerah (BUMD) sebagai badan usaha yang
berwewenang mengelola sektor-sektor ekonomi yang menguasai hayat hidup orang
banyak.
c. Badan Usaha Swasta sebagai badan usaha profit milik perseorangan atau kelompok
yang mengelola sektor ekonomi yang belum mampu ditangani oleh koperasi dan
atau BUMN/BUMD.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan HANKAM
Atas dasar pemikiran tersebut, pemerintah menyusun dan memperkenalkan sistem
“pertahanan dan keamanan rakyat semesta” (hankamrata). Sistem ini pada dasarnya
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, di mana pemerintah dan rakyat (baik perseorangan
maupun kelompok) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam usaha bela negara.
Di samping itu, Pancasila menganjurkan agar bangsa Indonesia dapat hidup
berdampingan secara damai: saling membantu, menolong, menjaga perasaan orang atau
kelompok lain, mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati sehingga
terbentuk kebersamaan dalam kesatuan dan persatuan.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Pembangunan bidang sosial budaya harus dilaksanakan atas dasar kepentingan
nasional yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis, aman, tentram,
dan damai. Pertimbangan ini menjadi sangat strategis manakala kita dihadapkan pada
kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kepentingan yang beragam sesuai
dengan kemajemukan etnis, agama, ras, dan sistem nilai yang tercakup dalam
kebudayaannya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka tidak berlebihan apabila Pancasila merupakan
satu-satunya paradigma pembangunan bidang sosial budaya. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari sepakatan bangsa Indonesia bahwa Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Baik buruknya perencanaan,
proses, dan hasil pembangunan bidang sosial budaya harus diukur dengan Pancasila.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa penggunaan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan bidang sosial budaya bukan satu-satunya jaminan akan
tercapainya keberhasilan secara optimal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilannya, seperti keyakinan bangsa Indonesia terhadap kebenaran nilai-nilai
Pancasila, konsekuen tidaknya bangsa Indonesia melaksanakan Pancasila, pengaruh
nilai-nilai asing yang terus masuk seiring dengan proses globalisasi.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ipteks
Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks)
merupakan salah satu prasyarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa
yang maju dan modern. Pengembangan dan penguasaan ipteks menjadi semakin
penting, manakala dikaitkan dengan kehidupan global yang ditandai dengan
persaingan. Namun demikian, pengembangan ipteks bukan semata-mata untuk
mengejar kemajuan material, melainkan harus memperhatikan aspek-aspek spiritual.
Artinya, pengembangan ipteks harus diarahkan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan
batin.
6. Pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan ber-agama
Agama merupakan masalah yang paling asasi dan peka sehingga tidak ada seorangpun
yang dapat memaksakan agamanya kepada orang lain. Setiap orang bebas memilih dan
memeluk agama atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua
sependapat bahwa semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang paling luhur bagi umat manusia, baik dalam
hubungan secara vertikal maupun horisantal. Oleh karena itu, membicarkan dan
mengembangkan kehidupan beragama harus dilakukan secara cermat dan penuh
pertimbangan. Artinya, pengembangan kehidupan beragama harus dilaksanakan atas
dasar nilai-nilai keagamaan, terutama yang mengatur hubungan antar manusia. Hal ini
menjadi semakin penting artinya karena tujuan pengembangan kehidupan beragama
adalah terciptanya kehidupan sosial yang aman dan tentram, serta saling menghormati
dan menghargai satu sama lain.
Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
Gerakan yang dipelopori oleh para mahasiswa ini telah melahirkan berbagai implikasi
dalam berbagai bidang kehidupan. Kenyataan ini tidak perlu disesali karena merupakan
konsekuensi logis dari setiap peristiwa atau aktivitas manusia. Tidak ada suatu
peristiwa yang steril dari sebab dan akibat. Kita menyadari bahwa pada awalnya
gerakan reformasi bertujuan untuk memperbaiki kehidupan sosial politik yang
dianggap telah menyimpang dari nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila.
Namun dalam perkembangannya, perubahan-perubahan yang terjadi selama era
reformasi sudah memasuki substansi yang sangat mendasar sifatnya. Amandemen
UUD 1945 yang telah dilakukan oleh MPR perlu dicermati agar hak-hak rakyat tidak
sekedar menjadi alat bagi kepentingan elite politik. Amandemen itu merupakan
implikasi dari gerakan reformasi. Namun perlu disadari bahwa dalam amandemen
tersebut ada 4 (empat) persolan yang perlu dicermati agar tidak mengalami perubahan,
yaitu:
1. Pembukaan UUD 1945,
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia,
3. Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan
4. Pasal 29 UUD 1945.
C. Topik diskusi
Pancasila sebagai paradigma pembangunan diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di Indonesia. Menurut saudara apakah hal
tersebut sudah berjalan dengan baik? Beri alas an dari pendapat saudara.
PERTEMUAN KE 15
A. Pengantar
Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera.
Salam Pancasila!!!!
Saudara mahasiswa yang saya banggakan, saat ini kita sudah menginjak pada
Pembelajaran Online kelimabelas. Semoga kita senantiasa dalam kondisi sehat,
sehingga mampu menuntaskan pertemuan sesi kelimabelas ini. Anda telah berada akhir
perkuliahan. Untuk itu pastikan saudara sudah menyelesaikan tagihan tugas, diskusi,
dan kuis.
Pada pertemuan sesi akhir ini saudara akan mempelajari tentang Pancasila Sebagai
Paradigma Kehidupan Bangsa Indonesia di Lingkungan Kampus.
a. Aktualisasi Pancasila Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
b. Aktualisasi Pancasila Dalam Bidang Studi Masing-Masing
c. Kampus Sebagai Penumbuhan Karakter Berwawasan Pancasila
d. Kampus Sebagai Pencetak Kader-Kader Pancasila
Setelah mengikuti sesi ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisa Pancasila Sebagai
Paradigma Kehidupan Bangsa Indonesia di Lingkungan Kampus.
B. Materi
AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BANGSA
INDONESIA DI LINGKUNGAN KAMPUS
A. Tri Darma Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk:
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian;
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud berpedoman
pada:
1. Tujuan pendidikan nasional;
2. Kaidah, moral, dan etika ilmu pengetahuan;
3. Kepentingan masyarakat, serta
4. Memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan
yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni kegiatan yang terdiri dari:
1. Pendidikan, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan IPTEK, dan seni.
2. Penelitian, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik,
teori, konsep, metodologi, model, atau informasi baru guna memperkaya IPTEK dan
seni.
3. Pengabdian kepada masyarakat, merupakan kegiatan yang memanfaatkan IPTEK
dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.
B. Penumbuhan Moral Etika Pancasila
Akhir-akhir ini di berbagai tempat sering timbul kerusuhan massa yang cenderung
brutal karena dipicu oleh kekecewaan yang sangat dalam kesenjangan antara daerah
dan pusat akibat tidak diberikannya otonomi daerah maupun APBD menimbulkan
gejolak berupa gerakan-gerakan pengacau keamanan bahkan tuntutan untuk
melepaskan diri misalnya Aceh dan Irian Barat. Gejala ini apabila tidak segera diatasi
bisa menimbulkan bahaya disintegrasi bangsa. Disini pula karena hubungan sosial
lainnya, kebebasan berkumpul sangat dibatasi, kesadaran pemeliharaan lingkungan
sangat kurang, kerjasama antar agama kurang dipupuk, penyadaran sosial juga kurang,
sentimen selalu ditutup-tutupi dengan isu SARA. Sekarang justru akibatnya meledak
dalam berbagai kerusuhan-kerusuhan di beberapa tempat, maka revitalisasi nilai-nilai
Pancasila serta moral etika Pancasila terus-menerus harus ditumbuh kembangkan. Kita
harus sadar, bahwa kerusakan dan keterpurukan bangsa kita dalam berbagai bidang
kehidupan sekarang ini bukannya karena jelek atau salahnya ideologi dan dasar negara
Pancasila, melainkan orang- orangnya, para pemimpin bangsa yang kurang atau tidak
melaksanakan secara konsekuen nilai-nilai moral dan etika sila-sila Pancasila.
C. Tradisi Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik,
dan Otonomi
1. Tradisi Kebebasan Akademik
Dari apa yang telah dicapai oleh para pemikir (ilmuwan dan filosof) pada abad
pertengahan dapat diamati suatu fenomena (gejala) empirik tentang kebebasan untuk
mencapai kebenaran berikut ini.
a. Bahwa masyarakat ilmiah (situasi ilmiah = atmosphere academic) perlu
dikembangkan dalam lingkungan perguruan tinggi (kampus).
b. Sikap averroisme (kelompok ilmuwan nasionalis yang berusaha melepaskan diri
dari gereja) semakin jelas dikalangan perguruan tinggi, mereka semakin otonom
dalam mencapai kebenaran.
c. Otonomi perguruan tinggi berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan.
Kondisi itu bersifat conditio sinequanon bagi kemajuan peradaban ilmu. Dalam hal
ini segala pengertian tentang kebebasan kampus dan kebebasan akademis adalah
pngertian yang setara bagi kemajuan.
Kebebasan akademik dalam hal ini lebih berciri aktivitas wahana pengembangan ilmu
pengetahuan yang dapat diikuti oleh sivitas akademika (dosen + mahasiswa). Dosen
dan mahasiswa dalam menjalankan kebebasan akademik akan menempuh jalur norma-
norma akademik. Jalur ini mencakupi serangkaian langkah metodologis; yaitu
penemuan masalah, tujuan, manfaat, cara mencapai kebenaran, analisis, dan simpulan.
2. Kebebasan Mimbar Akademik
Perkembangan ilmu di perguruan tinggi di Indonesia memang tidak dapat lepas dari
tradisi Barat. Perguruan tinggi tetap memiliki otonomi yang menghendaki adanya
kebebasan akademik (academic freedom) yaitu serangkaian kegiatan akademik untuk
mencari kebenaran ilmiah. Dalam perkembangan dan dalam penyelenggaraan otonomi
kampus bagi perkembangan ilmu pengetahuan timbul istilah kebebasan mimbar
akademik. Istilah itu mengandung pengertian proses pengembangan ilmu lewat
kegiatan perkuliahan (mimbar akademik).Kebebasan mimbar akademik dalam proses
pendidikan lebih ditekankan pada pengembangan kognitif (pemahaman), apresiasi
(afektif), dan keterampilan (psikomotorik) yang dilakukan dalam laboratorium dan
perpustakaan. Media untuk pengembangan mimbar akademik lebih ditekankan pada
diskusi, seminar, dan simposium.
3. Otonomi Keilmuan
Ilmu yang berkembang tidak saja merupakan kerangka pemikiran logis tetapi juga telah
teruji. Dengan ilmu orang akan bisa menjelaskan gejala alam dan sosial secara rinci dan
kemudian dapat meramalkannya. Pada hakekatnya ilmu memiliki objek kajian
(ontologis), dan memiliki metode untuk mencapai kebenaran (epistemologis), dan
memiliki kemampuan terkait dengan masyarakatnya (aksiologis). Ilmu yang dapat
berkembang pada prinsipnya karena kaidah moral, pertimbangan etis, dan norma kerja
profesinya.
Ilmu pengetahuan memang dapat memperoleh otonomi dalam melakukan kegiatannya
untuk mempelajari alam semesta, tetapi masalah moral akan timbul manakala berkaitan
dengan penggunaan pengetahuan ilmiah itu. Sejauh ini ilmu pengetahuan memiliki sisi
kajian internal dan eksternal. Sisi kajian internal digunakan manakala ilmu hanya
menggunakan metode spesifik yang dimiliki untuk dipraktekkan ilmuwan secara
otonomi (Salim, 1994:15). Sedang pada sisi kajian eksternalistik, ilmu akan berkaitan
dengan bidang IPOLEKSOSBUDROHANKAM (ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, rohani, pertahanan dan keamanan). Pada hakikatnya ilmu pengetahuan tidak
bisa berkembang hanya pada satu sisi saja (misalnya internal), kesan yang diperoleh
menjadi perbuatan terpotong (truncated setion) dan hal ini jelas akan memisahkan ilmu
pada aplikasinya (Beerling, Kwee Mooij dan Van Peursen, 1986:125-128). Dengan kata
lain tidak ada ilmu yang bebas nilai atau ilmu akan berkembang melalui nilai normatif
(universitas bukan menara gading) atau sebenarnya yang tidak ada ilmuwan yang
otonom.
4. Peran Mahasiswa di Masyarakat
Perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat akan bergantung kepada kemampuan
ilmuwan untuk mengkomunikasikan hasil inovasi yang telah dicapai. Masyarakat
ilmiah yang lahir dari perguruan tinggi adalah pelopor dari pola-pola pikir
pembaharuan. Pelopor cara berpikir lain yang bersifat sistematis, rasional, logis-analitis
yang semua bermuara pada kemajuan peradaban manusia. Mahasiswa dalam tatanan
pengembangan sivitas akademika adalah kelompok masyarakat yang sedang berproses
“untuk menjadi” (Ilmuwan). Mahasiswa butuh waktu mematangkan diri dalam proses
tersebut dengan meningkatkan penguasaan metodologi dan substansi keilmuannya.
Dalam pada itu mahasiswa masih terus mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari
dosen (guru besar) yang memiliki kewenangan akademis.
D. Memposisikan Kebebasan Akademik dan Kebebasan Mimbar Akademik Secara
Proporsional
Di waktu akhir-akhir ini timbul perbincangan berkenaan dengan istilah kebebasan
akademik dan kebebasan mimbar akademik. Disamping kedua istilah itu dimunculkan
juga beberapa sebutan yang tidak ada asal mulanya dalam sejarah dan tradisi akademik,
seperti misalnya “kebebasan kampus” dan “otonomi kampus”
Guna menghindari terjadinya salah faham dan salah tafsir yang berkepanjangan-
dengan akibat distorsi arti suatu peristilahan yang berkaitan dengan sejarah dan tradisi
akademik-maka kita perlu berpegang pada makna dan maksud peristilahan itu supaya
tidak terjadi kekacauan semantik, khususnya dikalangan akademik. Sebab kalau di
kalangan civitas academica sendiri sudah terjadi kekaburan pengertian, maka tidak
ganjil kalau persepsi masyarakat luas mengalami distorsi berlarut-larut dengan akibat
yang niscaya merugikan kaum akademisi sendiri.
E. Kampus sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hukum dan HAM
Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi adalah tiga serangkai yang selalu
hangat dibicarakan orang. Pembicaraan ketiganya bukan hanya karena dipersoalkan
oleh dunia internasional, melainkan karena ketiganya adalah milik yang diwarisi
manusia sejak lahir dari kodrat IllahiNya. Namun, ketiganya sulit dilaksanakan karena
sering diinjak-injak bahkan dikebiri orang atau karena kita tidak mau dan tidak mampu
melaksanakan dan menegakkanya. Ketidakmampuan melaksanakan hukum, HAM, dan
demokrasi, sampai-sampai dunia internasional menyetop bantuannya, Perserikatan
Bangsa-Bangsa menyorotnya, negara- negara berpaling dan membenci negara dan
bangsa kita. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan, kurang penghormatan, dan kurang
memberi jaminan kepada tegaknya hukum, HAM, dan demokrasi di negara ini. Oleh
karena itu, semua lembaga harus secara bersama-sama berupaya melaksanakan dan
menegakkan hukum, HAM, demokrasi, lebih-lebih kampus diharapkan menjadi
kekuatan moral (moral force) dalam mengembangkannya.
C. Topik diskusi
Menurut saudara peran nyata seperti apa yang dapat dilakukan para mahasiswa dalam
mengaplikasikan tri dharma perguruan tinggi?
PERTEMUAN KE 16
UJIAN AKHIR SEMESTER