Anda di halaman 1dari 61

Makalah BLKKP

“Identifikasi Matematika Dalam Budaya Kabupaten


Rote Ndao”

Nama: Pance Ronaldi Solo

Kelas: A

NIM: 1901030002

Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

Universitas Nusa Cendana

Kupang

2020
i
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………. i
DAFAR ISI………………………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………... 1


1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………….…. 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………. 3

2.1 Bilangan……………………………………………………………………………. 3
2.2 Identifikasi Matematika Dalam Aktivitas Berladang ……………………………… 8
2.3 Identifkasi Matematika Dalam Budaya Menenun………………………………….. 21
2.4 Identifikasi Matematika Dalam Tarian Daerah…………………………………….. 41
2.5 Idenntifikasi Matematika Dalam Permainan Rakyat………………………………. 50

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 56

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………. 56
3.2 Saran………………………………………………………………………………... 58

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 59

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
hikmat serta karunia-Nya kepada kami sehinnga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Identifikasi Matematika Dalam Budaya Kabupaten Rote Ndao”.

Makalah ini berisikan tentang keberagaman budaya di Rote Ndao yang membahas tentang
identifikasi matematika dalam budaya Rote Ndao mulai dari Bilangan dalam Bahasa Rote Ndao,
budaya berladang atau berkebun, budaya menenun, tarian daerah, dan permainan rakyat di Rote
Ndao.

Dalam penuulisa makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan –kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun penguasaan materi, mengingat akan kemampuan penulis yang terbatas
serta masalah global yang terjadi saat ini dalam bidang kesehatan sehingga membuat makalah ini
menjadi sulit untuk disusun sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Tidal lupa
penulis ucapkan terima kasih ang tak terhingga kepada pihak-pihak uyang telah membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini.

Kupang, 09 Mei 2020

Pance Ronaldi Solo

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas banyak pulau dan memiliki
berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kiita sebut kebdayaaan.
Keanekaragaman budaya ang terdapat di Indonesia merupkan suatu bukti bahwa indonesa
merupakan Negara yang kaya akan budaya. Tidak bias kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah
merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan
kebudyaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk daerah akan sangat berpengaruh
terhadap budayya nasional, begitu ppula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari
kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh pula terhadap kebudayaan daerah atau kebudayaan
sosial. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena selain menjadi ciri
khas dari suatu daerah juga menjadi suatu sosial dari kepribadian suatu bangsa atau daerah
.Karena kebudayaan merupakan suatu ciri khas dan kekayaan suatu daerah, maka menjaga,
memelihara, dan melestaarikan merupaan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain
kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilesarikan oleh setiap suku bangsa.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana bilangan dalam Bahasa daerah di Rote Ndao?
2. Bagaimana tahapan kerja kebun di kabupaten Rote Ndao?
3. Bagaimana sistem kerja yang dilakukan masyarakaT rote ndao?
4. Apa saja perlengkapan yang digunakan masyarakat dalaam berkebun?
5. Kapan masyarakat rote ndao bekerja dan memanen kebun?
6. Bagaimana masyarakat menghitung dan mengamankan hasil panen?
7. Bagaimana cara dan proses pembuatan kain tenun?
8. Apa saja fungsi dari kain tenun rote ndao?
9. Bagaimana motif dan maknanya dalam Bahasa Rote Ndao?
10. Apa yang dimaksud dengan pending?
11. Berapa banyak benang yang digunakan untuk menghasilkan satu lembar kain tenun?
12. Harga jula kain tenun rote ndao?

1
13. Apa saja produk turunan dari kain tenun?
14. Apa saja nama Tarian daerah Rote Ndao?
15. Bagaimana fungsi dan makna dari tarian tersebut?
16. Apa saja perlengkapan yang digunakan saat menari?
17. Berapa banyak jumlah penari dalam tarian tersebut?
18. Apa saja nama permainan rakyat Rote Ndao?
19. Bagaimana fungsi dan makna dari permaianan tersebut?
20. Apa saja perlengkapan yang digunakan saat bermain?
21. Bagaiamana cara memainkan permainan tersebut?
22. Bagaimana peraturan-peraturan dalam permainan ini?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bilangan dalam Bahasa daerah Rote Ndao
2. Menjelaskan tahapan kerja kebun masyarakat rote ndao
3. Mengetahui system kerja kebun yang digunakan masyarakat rote ndao
4. Megetahui perlengkapan kerja kebun yang digunakan masyarakat rote ndao
5. Mengetahui waktu kerja dan panen masyarakat rote ndao
6. Mengetahui bagaimana cara masyarakat menghitung dan menyimpan hasil panen mereka

1.3 Manfaat Penulisan

Makalah yang dibuat oleh penulis bermanfaat agar kita yang bukan orang Rote Ndao
dapat mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Rote Ndao sehingga kita sebagai
masyarakat yang memiliki berbagai keberagaman suku, bangsa daan budaya memiliki kesadaran
dalam melestarikan, dan menjaga agar kebudyaan yang ada di setiap daerah tidak hilang.

2
2.1Bilangan
Menuliskan bilangan 1-100 dalam bahasa daerah Rote Dengka, juga namma bilangan 100, 200,
300,…1.000, 2.000, 3.000,…10.000,100.000.
a. Untuk bilangan 1-100

Bilangan Bahasa Rote Ndao


1 Esa
2 Lua
3 Telu
4 Ha
5 Lima
6 Ne
7 Hitu
8 Falu
9 Sio
10 Salahunu
11 Salahunu esa
12 Salahunu lua
13 Salahunu telu
14 Salahunu ha
15 Salahunu lima
16 Salahunu ne
17 Salahunu hitu
18 Salahunu falu
19 Salahunu sio
20 Luanulu
21 Luanulu esa
22 Luanulu lua
23 Luanulu telu
24 Luanulu ha
25 Luanulu lima
26 Luanulu ne
27 Luanulu hitu
28 Luanulu falu
29 Luanulu sio
30 Telunulu
31 Telunulu esa
32 Telunulu lua

3
33 Telunulu telu
34 Telunulu ha
35 Telunulu lima
36 Telunulu ne
37 Telunulu hitu
38 Telunulu falu
39 Telunulu sio
40 Hanulu
41 Hanulu esa
42 Hanulu lua
43 Hanulu telu
44 Hanulu ha
45 Hanulu lima
46 Hanulu ne
47 Hanulu hitu
48 Hanulu falu
49 Hanulu sio
50 Limanulu
51 Limanulu esa
52 Limanulu lua
53 Limanulu telu
54 Limanulu ha
55 Limanulu lima
56 Limanulu ne
57 Limanulu hitu
58 Limanulu falu
59 Limanulu sio
60 Nenulu
61 Nenulu esa
62 Nenulu lua
63 Nenulu telu
64 Nenulu ha
65 Nenulu lima
66 Nenulu ne
67 Nenulu hitu
68 Nenulu falu
69 Nenulu sio
70 Hitunulu
71 Hitunulu esa
4
72 Hitunulu lua
73 Hitunulu telu
74 Hitunulu ha
75 Hitunulu lima
76 Hitunulu ne
77 Hitunulu hitu
78 Hitunulu falu
79 Hitunulu sio
80 Falunulu
81 Falunulu sa
82 Falunulu lua
83 Falunulu telu
84 Falunulu ha
85 Falunulu lima
86 Falunulu ne
87 Falunulu hitu
88 Falunulu falu
89 Falunulu sio
90 Sionulu
91 Sionulu esa
92 Sionulu lua
93 Sionulu telu
94 Sionulu ha
95 Sionulu lima
96 Sionulu ne
97 Sionulu hitu
98 Sionulu falu
99 Sionulu Sio
100 Natun Esa

Untuk bilangan 100, 200, 300,…1000

100 (Natun Esa)


200 (Natun Lua)
300 (Natun Telu)
400 (Natun Ha)
500 (Natun Lima)
600 (Natun Ne)
700 (Natun Hitu)
800 (Natun Falu)
5
900 (Natun sio)
1.000 (Lifun Esa)

b. Untuk bilangan 1.000, 2.000 ,3.000 ,…10.000

1.000 (Lifun Esa)


2.000 (Lifun Lua)
3.000 (Lifun Telu)
4.000 (Lifun Ha)
5.000 (Lifun Lima)
6.000 (Lifun Ne)
7.000 (Lifun Hitu)
8.000 (Lifun Falu)
9.000 (Lifun Sio)
10.000 (Lifun Salahunu)

c. Untuk bilangan 10.000,20.000,30.000,…100.000

10.000 (Lifun Salahunu)


20.000 (Lifun Luanulu)
30.000 (Lifun Telunulu)
40.000 (Lifun Hanulu)
50.000 (Lifun Limanulu)
60.000 (Lifun Nenulu)
70.000 (Lifun Hitunulu)
80.000 (Lifun Falunulu)
90.000 (Lifun Sionulu)
10.0000 (Lifun Natun Esa)

2.2 Identifikasi Matematika Dalam Aktivitas Berladang

A. Gambaran Umum Aktivitas Berkebun

Komoditi perkebunan di Kabupaten Rote Ndao antara lain : kelapa, lontar, jambu mete,
jarak, pinang dan kapuk. Luas areal tanaman kelapa mencapai 4.748 Ha dengan produksi tahun
2016 sebesar 3.468 ton / tahun. Ada beberapa bentuk hasil kelapa yakni : kelapa muda, kopra,
minyak goreng dan minyak VCO ( Virgin Coconut Oil ). Sedangkan hasil lain seperti serabut,
tempurung dan air kelapa belum dimanfaatkan. Lontar memiliki luas tanam sebesar 16.606 Ha

6
dengan produksi nira pada tahun 2016  mencapai 929,84 ton dimana hasil olahannya dalam
bentuk gula cair, gula merah, gula semut, cuka dan minuman khas beralkohol tinggi ( sopi /
arak ). Lontar sudah menjadi simbol budaya karakteristik orang Rote karena mencakup seluruh
lapisan masyarakat dan menghiasi berbagai tatanan budaya masyarakat. Selain menghasilkan
nira, daun lontar dapat dijadikan anyaman tikar, topi ti’i langga, alat musik sasando, nyiru, piring
makan, penampung air ( haik ), atap rumah dan aneka anyaman lainnya. Pelepah sampai
batangnya dijadikan bahan bangunan, meubelair dan aneka suvenir lainnya. Selain komoditi
tersebut, jambu mete dan jarak yang merupakan komoditi prospektif untuk industri masih
berpeluang untuk dikembangkan di 10 kecamatan se-Kabupaten Rote Ndao karena memiliki
kecocokan agroklimat dan ketersediaan lahan yang masih sangat luas.

2.1 Tahapan Kerja Kebun


1. Pengolahan Tanah

Gambar 1 Seorang petani yang sedang mengolah tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan
penanaman. Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara
tradisional dan cara modern.
 Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan
alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh
nusia atau dibantu oleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.
 Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahaan tanah sawa yang
dilaukan dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat
kerja sendiri

1. Pembersihan
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau
rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya
jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang
sangat penting bagi pertumbuhan tanaman

7
2. Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenagi air terlebih dahulu agar tanah menjjadi lunak
dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula
dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.

3. Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan
dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan
pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-
bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur
dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk
mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan
tanah

4.   Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanyya untuk
membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berrulang-ulang
sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.
Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang
beberapa hari diadakan pembajakan yyang kedua. Tujusnnya yaitu: meratakan tanah,
meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

2. Pencarian mutu benih yang akan dipakai


Siapkan kain ukuran 20 cm x 30 cm.Siapkan benih sebanyak 100 butir kemudian
direndam dalam air selama ± 2 jam.Benih yang sudah direndam diletakkan di atas, kain yang
sudah dibasahi (lembab). Tunggu 3-5 hari, kemudian hitung benih yang berkecambah. Kalau
benih yang berkecambah lebih dari 90 butir, berarti benih tersebut bermutu tinggi
3. Memilih tempat pesemaian

Tempat untuk membuat pesemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar
diperoleh bibit yang baik.*Tanahnya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan
gembur.*Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga sinar
matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.*Dekat dengan sumber air terutama untuk
pesemaian basah, sebab pesemaian banyak membutuhkan air. Sedangkan pesemaian kering
dimaksudkan mudah mendapatkan air untuk menyirami apabila persemaian itu mengalami
kekeringan.*Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan
pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal itu untuk
menghemat biaya atau tenaga pengangkutannya.

4. Mengerjakan tanah untuk pesemaian

8
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum penanaman.
Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan ppadi kering, maka tanah pesemaian juga
dapat dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian kering.
 Pesemaian Basah Dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang
betul-betul subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibeersihkan
lebih dulu. Kemudian sawah digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanag menjadi
klunak, rumpput-rumputan yang akan tumbuh  menjadi mati, dan bermacam-macam
serngga yang dapat merusak bibit mmati pula.
Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalau dibajak/digaru dua kali atau tanah
menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat petakan-petakan dan memperbaiki
pematang. Sebagai ukuran dsar luas pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari
araeal sawa yang akan ditanamai. Jadi apabila sawwah yang akan ditanami seluas 1Ha,
maka luas pesemaian yang harus dibuat adalah 1/20 x 10.000 m² = 500 m². Adapun biji  
yang dibutuhkan adalah kurang lebih 75 gram biji setiap 1 m², atau sebanyak kurang
lebih 40 kg.
 Pesemaian Kering Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah.
Rumpu-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah
dibolak-balik  dengan bajak dan digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang
terpenting tanah menjadi gembur.Setelah tanaha menjadi halus, diratakan dan dibuat
bedenganbedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai berikut :  Tinggi 20 cm, lebar 120
cm, panjang 500-600 cm.Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm
sebagai selokan yang dapat digunakan untuk memudahkan : Penaburan biji, pengairan,
pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit

5. Penaburan biji
Gambar 2 Seorang petani yang sedang menabur benih atau biji

Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang
bernas akan tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji yang

9
terapaung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, biji juga agar
cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian bijhi diambil dari rendaman lalu
di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung. Pemeraman dibiarkan selama 8
jam.Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat
pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang.
Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan
lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.

6. Pemeliharaan pesemaian
PengairanPada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam,
baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-
kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu
dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhaan.Pada pesemaian kering,
pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-
bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa
mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan
melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar.
Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau
memerlukan saja. PengobatanUntuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu
disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian
berumur 17 hari.
7. Penanaman

Gambar 3 Petani bersama Anggota TNI sedang menanam padi

Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian.


Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya),
berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak

10
dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu
kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit
yang baik antara lain:
 Umurnya tidak lebih dari 40 hari.
 Tingginya kurang lebih dari 40 hari
 Tingginya kurang lebih 25 cm
 Berdaun 5-7 helai
 Batangnya besar dan kuat
 Bebas dari hama dan penyakit Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar
untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam,
jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke
kanan dank e kiri dengan jjarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan,
baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar
matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.Dengan berjalan mundur tangan
kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya
kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan
penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu
dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam
terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air. Dengan
demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan
berpengaruh pada hasil produksi.

8. Pemeliharaan
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang berasal dari
sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat
berguna untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air
kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan
kotoran. Memasukan air kedalam sawah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Air
yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air
dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu
air pada saluran sekunder. Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu
tetap, jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang
pembuangan tidak boleh dibuat lurus. Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur
dan kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang
pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat lurus, maka air akan terus mengalir tanpa
adanya pengendapan.Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya
diatur dengan cara sebagai berikut:Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5
cm.Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20
cm.Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air dapat
ditambah hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit. Sepuluh hari sebelum

11
panen sawah dikeringkan sama sekali agar masak bersama.

9. Penyiangan dan penyulaman

Gambar 4 Proses penyiangan dan penyulaman

Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati harus segera diganti (disulam).
Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit baru jangan sampai
lewat 10 hhari sesudah tanam.Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar
rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan
mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan ttanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali
yang pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6 minggu.

10. Pemupukan

Gambar 5 Pupuk alami dari kotoran kambing

12
Pemupukan dilakukan guna untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan
oleh tanaman di dalam tanah, juga agar tanaman yang ditanam mendapatkan asupan zat-zat yang
dibutuhkan oleh tanah dan tanaman itu sendiri. Untuk tanaman padi, pupuk yang digunakan
antara lain:
 Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat
digunakan pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos.
Banyaknya kira-kira 10 ton / ha.2.
 Pupuk buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: seiring perkembangan zaman ada
beberapa perekebunan dan persawahan yang sudah menggunakan pupuk buatan salah
satunya pupuk urea.

11. Pemberantasan hama

Gambar 6 Teknik pemberantasan hama dengan tiruan manusia

Cara pemberantasan hama di Rote Ndao pada umumnya masih sederhana yaituu mereka
membuat kerangka dari tiang kayu dan membentuknya menyerupai manusia yang dipakaikan
baju, celana, dan topi kebun sehingga burung-burung yang ingin memakan padi jadi takut.
Meskipun cara ini tidak dapat digunakan untuk mengusir hama lain seperti tikus tapi masyarakat
masih bisa memperoleh hasil panen yang banyak.

13
2.2 Perlengkapan Kerja

1. Cangkul

Gambar 7 Cangkul

Cangkul atau Pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses
pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk
meratakan tanah. Alat ini merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian
ladang kering. Cangkul dibuat dari baja sehingga alat ini sangatlah kuat
Cangkul adalah alat untuk menggali tanah dan membalik tanah, yang terbuat dari  lempengan
besi dan diberi tangkai (disebut hulu cangkul) dari kayu sebagai pegangan, yang panjangnya
kira-kira 100 -180 cm. Bagian sebelah bawah lempengan besi cangkul ditajamkan dan disebut
mata cangkul.

2. Parang

14
Gambar 8 Parang

Alat pengerat atau pemotong yang terbuat dari bilah besi yang agak tebal bagian sebelah
bawahnya untuk mengerat atau( memotong) disebut mata parang diasah sehingga tajam,
sedangkan bagian atasnya disebut punggung parang tidak diasah sehingga tetap tebal (tumpul).
Parang juga diberi tangkai atau hulu sebagai pegangan yang terbuat dari kayu, tetapi hulunya
pendek saja lebih kurang segenggaman lebih yang dibentuk agak bengkok ujungnya agar tidak
lepas ketika dipegang.

3. Kapak

Gambar 9 Kapak

Kampak atau Kapak adalah alat yang biasa digunakan untuk memilah kayu ataupun
menebang pohon yang berukuran kecil maupun besar. Kampak ini terbuat dari besi baja sehingga
sangatlah kuat untuk menebang pohon. Bentuk dari alat kampak ini yaitu berupa lempengan
landepan pada bagian utamanya. Sementara pada bagian kepala terdapat lubang untuk
dipasang garan.

4. Sabit

15
Gambar 10 Sabit

Arit atau sabit adalah satu alat bantu pertanian sejenis pisau berbentuk melengkung yang
digunakan untuk memotong berbagai jenis tumbuhan, rumput-rumputan, padi, jagung bahkan
alat ini biasa digunakan untuk memotong kayu. Bagian dalam dari lengkungan berbentuk tajam,
bentuk lengkung ini memudahkan dalam proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah
tanaman yang dipotong dengan cara mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu
tangan, atau ketika untuk mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi tangan yang lain
biasanya memegang pokok tanaman yang akan di tebas.
Alat pertanian arit ini terbuat dari besi baja sehingga tidak akan peyok saat digunakan. Pada
bagian pegangan arit atau sabit ini terbuat dari kayu yang disebut garan. Dengan di pasangnya
garan ini akan memudahkan dalam penggunaannya sekaligus lebih enak untuk dibawa

5. Traktor

Gambar 11 Traktor

Sebelumnya masyarakat menggunakan kerbau-kerbau mereka untuk digunakan dalalm


membajak sawah tetapi Seiring berkembangnya zaman masyarakat Rote Ndao kemudian
menggunakan alat traktor untuk membajak sawah karena menurut mereka dengan menggunakan
traktor pekerjaan membajak sawah akan lebih mudah dan cepat.

6. Tudung Kepala

Gambar 12 Tudung kepala

16
Tudung kepala ini sering digunakan oleh masyarakat Rote Ndao saat berkebun,
masyarakat menyebut topi ini dengan nama “sololo”. Alat ini digunakan untuk melindungi
kepala dari panas matahari saat berkebun.

7. Bekal
Bekal menjadi salah satu perlengkapan yang harus dibawa, hal ini dikarenakan para petani
dari Rote Ndao akan bekerja dari pagi sampai sore sehingga dibutuhkan energi yang banyak,
maka dibutuhkan asupan makanan yang banyak. Bekal yang biasa dibawa oleh petani ialah
jagung, ubi, sayur, ikan, dan nasi. Apabila mereka tidak sempat membawa bekal dari rumah,
maka mereka harus memasak di kebun.

8. Sekop

Gambar 11 Sekop

Fungsi dari alat ini adalah untuk mencacah atau meratakan media tanah seperti tanah.

9. Selang

Gambar 11 Selang

Digunakan untuk sebagai media saluran air untuk menyiram kebun

17
10. Semprotan

Gambar 12 Semprotan

Semprotan disini berfungsi untuk pemeliharaan bunga atau tanam dari hama atau jamur.
Selain itu, dapat digunakan untuk menyemprotkan cairan pupuk atau anti hamaa/jamur pada
bagian tanaman seperti daun, dahan, atau batang.

1.3 Sistem Kerja

Gambar 13 Sistem Kerja Berkelompok

Pada umumnya masyarakat Rote Ndao dalam berkebun menggunakan system kerja
secara berkelompok agar tahapan kerja kebun dapat berjalan dengan baik. Dimana mereka
membagi tugas menurut fisik dan jenis kelamin, bagi yang perempuan akan mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang kurang berat seperti menarik air, menyiapkan makanan. Sedangkan
laki-laki melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti memotong pohon,membajak sawah.
Akan tetapi, pada saat musim panen tiba baik laki-laki maupun perempuan akan memanen
bersama-ma keluarga yang memiliki kebun juga akan mengajak tetangga-tetangga dan keluarga
mereka yang lain untuk pergi panen bersama-sama. Hasilnya pun akan dibagi kepada mereka
yang sudah membantu.

2.4 Waktu Kerja dan Panen


Masyarakat Rote Ndao biasanya bekerja di kebun mulai dari jam 7 pagi sampai 5 sore.
Demikian juga saat musim panen tiba para petani bekerja mulai dari pagi sampai jam 6 sore.

18
2.5 Cara Mengamankan Hasil Panen

Gambar 15 Teknik Penyimpanan Jagung

Kebanyakan penduduk didaerah tropis dan subtropis masih melakukan penyimpanan benih
secara tradisional. Cara-cara tersebut telah dipakai sejak dulu dan sampai kini hanya sedikit saja
perubahan yang terjadi. Untuk mengamankan hasil panen tersebut, para petani rote ndao
menyimpan hasil panen mereka di tempat yang bernama Sokat. Sokat adalah tempat untuk
menyimpan padi yang terbuat dari anyaman daun lontar selain itu, bahan yang paling sering
digunakan dalam Pengamanan bahan makanan di Rote ndao adalah jagung yang diikat menjadi satu dari
20 buah jagung yang masih terbungkus oleh kulitnya dan digantung di atap dapur hingga beberapa bulan.
Jagung yang disimpan hingga kering kemudian akan digunakan lagi untuk di tanam saat musim tanam
tiba.

2.6 Cara menghitung hasil panen


Pada umumnya masyarakat rote ndao tidak terlalu menggunakan unsur matematika untuk
menghitung banyaknya hasil panen. Mereka hanya menghitung banyaknya hasil panen dengan
mengukur menggunakan bakul dimana setiap bakul terdapat sekitar 250 muk. Dalam sekali
panen bisa mencapai 50-100 bakul. Sehingga 50 bakul terdapat 12.500 muk, 75 bakul terdapat
18.750 muk, dan 100 bakul terdapat 25.000 muk. Masyarakat rote ndao tidak menghitung secara
perkilo tetapi permuk karena saat dijual nanti harganya bukan perkilo tetapi permuk.

B. Unsur Matematika Dalam Aktivitas Berladang

19
Pada proses menanam padi, dilakukan dengan cara membuat lubang kecil di tanah
menggunakan kayu yang diruncing , setelah itu baru dimasukkan benih padi ke dalam lubang
tersebut dengan jarak antar lubang adalah 5 cm. Konsep pengukuran panjang muncul ketika
menentukan jarak untuk setiap lubang yang akan ditanam padi, yaitu dengan menggunakan
panjang dari telapak kaki orang dewasa.

Pada tahap terakhir pasca panen, padi akan disimpan ditempat penyimpanan yang telah
disediakan biasanya disebut dengan lumbung. Sebelum dimasukkan kedalam lumbung, padi
tersebut akan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam karung. Persamaan terjadi ketika kita akan
memasukkan padi tersebut ke dalam karung. Banyaknya karung yang akan kita gunakan
berdasarkan banyaknya padi yang telah dipanen dan siap disimpan serta besarnya karung yang
akan kita gunakan.

2.3 Identifikasi Matematika Dalam Budaya Menenun

A. Gambaran Aktivitas Menenun di Rote Ndao


Berkunjung ke Pulau Rote belum lengkap jika belum menyambangi Kampung Ndao,
sentra kerajinan tenun ikat khas Rote di Ba’a. Di kampung ini, mayoritas penghuninya
merupakan penduduk Pulau Ndao yang menetap di Pulau Rote. Saat memasuki kampung, kami
disambut kain-kain tenun yang berjajar rapi di teras-teras rumah. Hampir seluruh penduduk
kampung ini bermata pencaharian sebagai pengrajin tenun ikat.Kain tenun ikat Rote Ndao telah
ada sejak ratusan tahun silam. Sebelum mengenal kapas, kain tenun dibuat dari bahan serat
gewang. Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang disebut Lambi Tei dan selimut yang
disebut Lafe Tei, dipakai sebagai pakaian harian maupun pakaian pesta.
Sebelum mengenal zat pewarna dari produk industri, orang Rote menggunakan pewarna
tradisional seperti mengkudu, tarum, kunyit, dan lain sebagainya. Saat ini, penenun Rote
cenderung menggunakan zat pewarna buatan dibanding pewarna tradisional. Sebenarnya, pada
corak kain tenun Rote hanya terdapat warna hitam, merah, putih dan kuning. Tetapi seiring
perkembangan zaman, banyak kain Rote yang mengalami modifikasi, sehingga memiliki corak
dan warna yang lebih beragam. “Dulu, satu kain tenun dibuat bisa sampai satu tahun karena
harus buat benangnya dulu, tapi sekarang karena sudah pakai benang pabrik, satu kain tenun bisa
jadi dalam satu bulan,” ungkap Yitdahlia Toelle, salah satu pengrajin tenun ikat di Kampung
Ndao, Ba’a. Kain tenun bukan hanya digunakan sebagai pakaian sehari-hari, tetapi juga memiliki
arti dan peranan penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat tradisional Rote Ndao.
Dalam upacara perkawinan adat Rote, kain tenun digunakan sebagai  kelengkapan busana
pengantin, barang antaran dan penutup tempat sirih saat meminang gadis. Saat upacara kematian,
kain tenun dipakai untuk menutup jenazah, selain itu kain tenun juga dibentangkan di bagian
bawah plafon rumah untuk menaungi tempat tidur jenazah. Saat jenazah diangkat keluar rumah
untuk dimakamkan, kain tenun yang dibentangkan diambil kembali dan disimpan oleh kepala
suku. Bagi masyarakat tradisional Rote, menenun merupakan keahlian yang wajib dimiliki oleh
seorang wanita. Kedewasaan wanita Rote tak hanya diukur oleh usia semata, melainkan juga dari
kemampuannya mengikat motif, mencelup dan menenun. Jika keahlian tersebut sudah dikuasai,
20
maka wanita tersebut dianggap pantas untuk berumah tangga. “Kalau belum bisa menenun,
belum boleh menikah,” ujar Yitdahlia.
Di samping itu, kain tenun juga mencerminkan status sosial seseorang. Pada masa
lampau, orang Rote Ndao dapat mengetahui apakah seseorang merupakan raja, kaum bangsawan,
panglima perang, atau rakyat biasa dari corak dan hiasan pada kain tenun yang dipakai. Saat ini,
pemakaian kain tenun tak lagi mengacu pada status sosial. Kain tenun khusus memang masih
dipakai pada upacara-upacara adat, tetapi kini kain tenun sudah banyak diproduksi sebagai
cendera mata dalam beragam bentuk, seperti tas, aksesoris dan ikat kepala.
Tenun ikat adalah seni membuat kain dengan cara menenun benang dan pembuatan motifnya
dengan cara diikat. Pekerjaan menenun di Pulau Rote dan Ndao sudah ada dari dahulu kala,
sebelum zaman kemerdekaan. Menurut penuturan orang-orang tua, pekerjaan menenun ini
diajarkan oleh penjajah Belanda hanya untuk wanita-wanita bangsawan / keluarga raja. Pulau
Rote dibagi menjadi 19 wilayah kerajaan (Nusak), dan hanya 19 keluarga raja (Manek) ini  saja
yang dapat menenun. Kerajaan dan Rajanya ditetapkan oleh Belanda, dan di antara setiap
kerajaan dipasang tiang tapal batas (Ai Sele). Kerajaan-kerajaan dan Marga Rajanya yaitu:

No
Nusak  Manek No. Nusak Manek
.
1 Landu Yohanis 11 Dengka Tungga
2 Renggo Daud 12 Dela Ndun
3 Oepao Siun 13 Oenale Giri
4 Bilba Lenggu dan Ngek 14 Ndao Nuse Kotten
5 Diu Manafe 15 Keka Malelak
6 Termanu Amalo 16 Talae Saudale
7 Korbafo Manubulu 17 Lole Zacharias
8 Ba`a Mandala 18 Bokai Dupe
9 Lelain Bessie 19 Lelenuk Daik
10 Thie Mesakh
 
Kain tenun dibuat sesuai fungsinya untuk digunakan sebagai penutup tubuh. Sebelum
adanya pengetahuan membuat benang, masyarakat Rote menggunakan kaloro, sejenis penutup
tubuh yang dianyam dari daun gewang. Kemudian pembuatan kain dari benang mulai ada setelah
dikenalnya kapas. Pada zaman dahulu kapas didatangkan dari luar Rote. Kapas diolah menjadi
benang dengan cara dijemur, dikeluarkan biji-bijinya, kemudian dikabutkan pada alat pengabut/
gasing/kine (dalam bahasa Rote Timur) (pengebutan: gumpalan kapas digelar pada alat pengabut
hingga setipis mungkin, sehingga tampak seperti kabut) dan selanjutnya dipilin hingga menjadi
untaian benang. Benang yang dihasilkan cenderung kasar/tebal. Untuk membuat kain, benang
kapas digulung, lalu di rentangkan satu per satu (lolo / hani), lalu ditenun menggunakan alat

21
tenun tradisional, dan menghasilkan kain dalam bentuk selimut untuk laki-laki dan sarung untuk
perempuan.
Proses pembuatan kain selimut ini sangat lama, membutuhkan waktu hingga 1 tahun
untuk menghasilkan 1 lembar kain. Kain tenun dari benang kapas tersebut digunakan untuk
upacara adat dan sebagai upeti, sedangkan pakaian sehari-hari menggunakan kaloro, atau tidak
berpakaian.

B. Sejarah Tenun Ikat Rote


Menelusuri perkembangan Teknologi Tenun lkat di Pulau Rote, diperkirakan sejak masa
sejarah orang Rote sudah mengenal Teknologi menenun. sebelum mengenal kapas, mereka  
membuat Kain Tenun dari bahan serat gewang. Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang
disebut lambi tei dan selimut yang disebut Lafe tei, dipakai sebagai pakaian harian maupun
pakaian pesta. Tahun 1994 Tim Survei dan pengadaan Koleksi Museum mengunjungi Pulau
Rote, Pada saat itu masih dijumpai seorang Nenek di Kampung Boni- Kec. Rote Barat Daya
yang masih menggunakan kain dari bahan serat gewang. Begitu dalamnya kecintaan sang nenek
terhadap kain tenun dari serat gewang, Hingga   akhirnya nenek tersebut pun enggan bahkan
tidak mau menggunakan kain tenun dari benang kapas. Masuknya Bangsa-bangsa luar ke Pulau
rote, membawa perubahan pada berbagai aspek budaya termasuk teknologi Tenun. Penggunaan
serat-serat tumbuhan mulai terganti dengan serat kapas yang diperkenalkan oleh para imigran,
seperti : serat kapas, dll. serat kapas merupakan serat terpopuler di dunia' kain yang terbuat dari
serat ini disebut kain katun. serat kapas berasal dari tanaman Gossypium, sejenis belukar dengan
tinggi antara 120-180 cm' Pada awalnya tanaman ini ditemukan di lndia sekitar tahun 5000 SM
kemudian menyebar ke Barat dan Timur hingga ke wilayah Nusantara' sampai abad 19 wilayah
Nusantara berswasembada lahan katun. Dengan diterapkannya politik Tanam paksa oleh
Kolonial Belanda, maka pembudidayaan kapas mulai merosot dan sejak itu benang katun
Amerika dan lndia menguasai pasar Nusantara'
Di Nusa Tenggara Timur pembudidayaan kapas mulai digalakkan masa penjajahan Jepang.
produksi kapas masa itu mengalami peningkatan yang pesat. Orang menanam kapas di kebun
maupun pekarangan rumah. Bahkan di beberapa wilayah di daratan Flores dibuka perkebunan -
perkebunan kapas. Mereka pun mulai mengenal teknologi pembuatan benang dan pewarnaan.
orang Rote Ndao seperti halnya suku-suku lain di Nusa Tenggara Timur mengenal pembuatan
kain.Tenun dengan teknik ikat. Tenunan yang di hasilkan dengan teknik ini dikenal dengan nama
"Kain tenun lkat ". Tidak dapat diketahui pasti sejak kapan mereka mengenal teknik ini. Cut
Kamril Warhadi dalam buku "Tekstil" mengatakan bahwa sejak abad 10 pembuatan kain dengan
teknik tenun ikat sudah berkembang di Pulau Jawa. Bahkan sejak masa prasejarah, Nusantara
telah mengenal tenunan dengan corak yang dibuat dengan teknik ‘ikat lungsi' Daerah penghasil
tenunan ini antara lain adalah pedalaman Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara
Timur. Dikatakan pula, bahwa menurut para ahli daerah-daerah ini tercatat paling awal
mengembangkan corak tenun yang rumit ini. Mereka mempunyai kemampuan membuat alat-alat

22
tenun, menciptakan corak dengan mengikat bagian-bagian tertentu dari benang dan mengenal
pencelupan warna. Para ahli memperkirakan aspek-aspek kebudayaan tersebut dimiliki oleh
masyarakat yang hidup pada jaman Perunggu di masa prasejarah Nusantara, yang hidup sekitar
abad 8 sampai abad 2 Sebelum Masehi.
Di Nusa Tenggara Timur Teknik Tenun ikat menyebar hampir di seluruh wilayah, kecuali
Flores bagian Barat yang mengerjakan tenunan dengan teknik songket. Ada 3 jenis Tenun lkat
dilihat dari teknik pembuatannya; yaitu tenun ikat lungsi, tenun ikat pakan, Dan tenun ikat
ganda. Tenun lkat Lungsi adalah: pembentukan corak/ragam hias diikat pada susunan benang
lungsi, untuk mengikat motif biasanya menggunakan sayatan daun gewang. Tenun lkat Pakan
adalah pembentukan corak / ragam hias diikat pada susunan benang pakan. sedangkan Tenun
lkat Ganda adalah tenunan yang ragam hiasnya diikat pada susunan benang lungsi dan benang
pakan.
Pada masa lampau sebelum mengenal zat pewarna dari produk industri, orang Rote
menggunakan pewarna tradisional, seperti mengkudu, tarum, kunyit, dan lain-lain. Dewasa ini
pewarna-pewarna dari bahan tradisional sudah tidak dipakai lagi. Orang Rote lebih cenderung
menggunakan zat pewarna Nephtol, dibandingkan pewarna-pewarna tradisional.

C. Cara Pembuatan Selimut atau Kain Tenun Rote Ndao

Gambar 16 Pembuatan kain tenun Rote Ndao

Bahan-bahan yang digunakan untuk menenun

23
-     Benang putih diguling, kemudian dilolok( dipindahkan ke alat tenun) 
-     ditaruh dikayu pemidang, ikat bunga menggunakan tali rafia, tali pertama untuk putih.
-     kemudian dicelup ( celup hitam ) menggunakan bahan :

 Sn
 TrO
 Belerang
 NaCl (garam)
-          Buka rafia untuk memberi  warna merah, bahannya ialah :

 AsBO
 TrO
 Garam Diaso (Merah B)
-          Buka rafia untuk memberi warna kuning

 Asg
 TrO
 Kaustiksoda
 Garam Diaso (Kuning)
-          Dicuci sampai bersih dengan kanji dan dijemur hingga kering.
-          Setelah itu buka tali rafia semua dan dipindahkan ( diluruskan ) pada kayu pemidang.
-          Kemudian diratakan motif bunganya (ladarai)
-          Proses akhirnya ialah menenun dan setelah itu maka jadilah selimut/sarung.
    

Alat-alat Yang Digunakan Untuk Menenun


-    Nggapi ( kayu pertama )
-    Hajuiki ( kayu kecil 2 buah )
- haru tengah
-   Haru ( di atas )
-    -Benang isi dalam ( saua )
-     -Pasetdu : untuk memadatkan benang-benang.
 Proses menenun biasanya memakan waktu tiga minggu per kain( sarung/selimut ), dan para Penenun
biasanya menghabiskan waktu selama 6 jam sehari ( 11.00 – 17.00 ) untuk menenun. Oleh karena itu
harga per kain ini mencapai Rp. 250.000,- tergantung motif dan waktu pembuatannya.

D. Proses pembuatan kain tenun

24
1. MENGHANI

Menghani adalah tingkatan permulaan pada proses pertenunan, yakni cara kerja
pembuatan helaian-helaian benang untuk di jadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani.
Teknik pelaksanaan menghani sebagai berikut:

Membuat pola ukuran panjang lungsi pada alat hani, dengan mencontoh pola kemudian
benang diurai menjadi helaian-helaian. Membuat benang lungsi sesuai dengan panjang pola
ukuran jumlah benang lungsi. jangan lupa silangan pada benang lungsi Tiap-tiap 10 benang
lungsi atau sesuai kemauan, benang lungsi diikat, untuk memudahkan penghitungan benang
lungsi. Jika benang lungsinya panjang, maka semestinya digulung dahulu dengan metode
menjalin menjadi jalinan rantai supaya tak kusut kemudian lepaskan benang lungsi dari alat hani.

2. MEMASANG BENANG LUNGSI PADA BUM BENANG LUNGSI

Memasang benang lungsi pada alat tenun ialah memasang helaian-helaian benang yang
akan diwujudkan benang lungsi pada Alat Tenun Bukan mesin pada bum benang lungsi. Cara
pengerjaannya sebagai berikut:

Mengendalikan benang lungsi pada posisi kemudian membagi benang lungsi menjadi dua
komponen dengan jumlah yang sama masing-masing bagian. Kemudian siapkan BUM
BENANG LUNGSI, putarlah engselnya hingga segala tali terurai, kemudian tariklah ke atas dan
letakkan kayu bentangan yang ada pada rangkaian BUM BENANG LUNGSI dan letakkan pada
rangka ATBM. Masukkan benang lungsi dari bagian tengah ke kanan, kemudian komponen
tengah ke kiri, jangan lupa disisipi tali-tali yang ada pada rentangan kayu, untuk memilah-milah
benang lungsi, sehingga posisi benang lungsi lebih rata. Jangan lupa, pasang dua buah kayu,
untuk membuat silangan benang lungsinya, jangan hingga terlepas, posisi ini sangat menentukan
dalam pencucukan atau memasukkan benang lungsi pada mata gun dan sisir Rapikan benang
lungsi, kemudian pisah-pisahkan benang lungsi via raddle sesuai lebar tenunan. Gulunglah
benang lungsi pada BUM benang lungsi, sisakan panjang benang lungsi sampai batas sisir (sisa
benang lungsi dapat diikatkan pada kayu jangka yang ada pada rangkaian BUM kain).

3. PENCUCUKAN PADA MATA GUN

Pencucukan adalah proses memasukkan benang-benang lungsi ke mata gun cocok dengan
corak tenun, pengerjaan pencucukannya sebagai berikut:

Masukkan benang lungsi ke mata gun, mulailah dari tengah ke kanan atau tengah ke kiri
atau sebaliknya. Masukkan pada mata gun pantas corak yang diwujudkan, Tiap sebagian helai
benang lungsi (misal 10 helai saja). Ikatlah hasil pencucukan, supaya benang lungsi tidak lepas,
hingga segala benang lungsi sudah masuk ke mata GUN sesuai pola pecucukan Masukkan
benang lungsi satu persatu ke sisir, mulailah dari tengah ke kanan kemudian tengah ke kiri atau
sebaliknya.

4. PENCUCUKAN PADA SISIR

25
Pencucukan adalah cara kerja memasukkan benang-benang lungsi ke sisir sesuai dengan
corak tenun, progres pencucukannya sebagai berikut:

Masukan satu persatu benang lungsi ke Sisir, mulailah dari tengah ke kanan atau tengah
ke kiri atau sebaliknya. Setiap beberapa helai benang lungsi (misal 10 helai saja) ikatlah hasil
pencucukan, supaya benang lungsi tak lepas, hingga segala benang lungsi sudah masuk ke SISIR
layak pola pecucukan.

5. MENGIKAT BENANG LUNGSI PADA BUM KAIN

Mengikat benang lungsi pada bum kain dilaksanakan setelah benang lungsi dicucuk
melalui mata gun dan sisir. Cara pengikatannya sebagai berikut:

Putarlah BUM kain. Sampai semua tali terurai. Ikatlah benang lungsi pada rentangan
kayu yang ada pada rangkaian BUM kain. Mulailah ikatan dari tengah, ke tepi kanan, tengah ke
tepi kiri baru komponen bagian yang lain hingga seluruh benanglungsi terikat. Ikatlah benang
lungsi sedikit demi sedikit (misal setiap10 benang lungsi kemudian di ikat) agar jarak antara
ikatan satu dengan ikatannya tak terlalu longgar Usahakan ketegangannya sama Lakukan sampai
semua benang lungsi terikat.

6. PENYETELAN

Berikan nomor GUN 1,2,3,4 dan INJAKAN juga 1,2,3,4 untuk memudahkan dalam
penenunan . Cermati hasil pencucukan, apakah sudah benar. Atur posisi Gun dan injakan, Gun 1
dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2, gun 3 dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4.
Aturlah ketegangan ikatan benang lungsi, usahakan sama ketegangannya, kemudian Siap
menenun

7. MENENUN

Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, sampai posisi susunan benang lungsi telah rata
Saat menenun usahakan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil lebar tenunan dapat rata
kanan dan kiri. Sambungan benang usahakan maju dari tepi tenunan kaprah-kaprah 2-3 cm
Memadatkan tenunan dengan sisir juga mesti sama, seandainya 2 kali ketukan juga sebaiknya
semua 2 kali ketukan, sehingga hasil kerapatan tenunan juga rata. Tenun pantas motif dan
ukuran produk yang akan dibuat seandainya mulut benang lungsi telah sempit, gulung hasil
tenunan. Tenun hingga mencapai ukuran yang dikehendaki

8. MELEPAS TENUNAN

Kendurkan tenunan terlebih dahulu Potong benang lungsi, apabila bisa, sisakan benang
lungsi pada cucukan GUN, dengan cucukan sisa, masih dapat digunakan lagi. Lepaskan hasil
tenunan, dengan membuka ikatan-ikatan benang lungsi Rapikan hasil tenunan, bagian rumbai
dapatdisimpul.

26
E. Fungsi Kain Tenun

Kain Tenun tradisional memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat Nusa Tenggara
Timur, termasuk Orang Rote-Ndao. Pada masa lampau mereka mengenal adanya pengakuan
terhadap kemampuan menenun bagi seorang penenun. Pengakuan tersebut berkaitan dengan
layak tidaknya seorang wanita untuk dipinang oleh seorang pemuda. Bagi orang Rote-Ndao,
kedewasaan seorang wanita tidak saja ditentukan oleh usia semata. Kedewasaan tersebut diukur
dari apakah sang gadis sudah dapat mengikat motif, mencelup, dan menenun. Apabila hal
tersebut sudah bisa dipenuhi, maka sang gadis sudah pantas mempersiapkan diri menuju
kehidupan berumah tangga. Kain tenun dibuat tidak saja untuk memenuhi kebutuhan akan
pakaian, tetapi lebih dari itu, kain tenun memiliki peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat tradisional. Dalam kaitannya dengan adat perkawinan, kain tenun digunakan sebagai
kelengkapan busana pengantin, barang antaran ( isi peti ), dan penutup tempat sirih pada upacara
meminang gadis. Dalam kaitan dengan upacara kematian, kain tenun di samping dipakai untuk
menutup jenazah, kain tenun juga dibentang di bagian bawah plafon rumah menutup tempat tidur
jenazah. Pada saat jenazah di angkat keluar rumah untuk dimakamkan, kain tenun yang
dibentang diambil kembali dan disimpan oleh kepala suku. Kain tenun juga sebagai penentu
status sosial seseorang.
Pada masa lampau orang Rote-Ndao seperti halnya daerah-daerah lain di Nusa Tenggara
Timur, mengenal status sosial seseorang berdasarkan kedudukan dan tingkat kemakmuran hidup,
ada golongan bangsawan, raja, fetor, rakyat biasa, orang kaya, miskin, dll. Dalam kaitan dengan
stratifikasi sosial ini, maka pemakaian kain tenun dengan ragam hias tertentu menjadi penentu
status sosial seseorang. Seperti Kain Tenun untuk Raja, Kaum Bangsawan, panglima perang, ada
kain tenun yang khusus dipakai oleh Fetor, dan ada kain yang khusus dipakai oleh rakyat biasa.
Dewasa ini pemakaian kain tenun tidak lagi mengacu pada status sosial seseorang. Kain tenun
khusus dipakai pada upacara-upacara adat, imbalan atas mas kawin dari pengantin pria, barang
antaran kaum perempuan, dan sebagai benda ekonomi yang dapat memberi kontribusi dalam
meningkatkan pendapatan keluarga.

F. Ragam hias pada kain tenun Rote-Ndao


Nusa Tenggara Timur adalah wilayah kepulauan yang memiliki variasi tenunan dan Ragam
hias yang memesona dengan sejuta makna yang tersirat dibalik lembaran tenunan. Dengan
Ragam hias yang tertera pada tenunan yang dikenakan seseorang, merupakan identitas dari mana
dia berasal.
Rote - Ndao merupakan suatu wilayah tenun yang memiliki aneka ragam motif. pembagian
wilayah Nusak atau kerajaan-kerajaan kecil pada masa pemerintahan Raja-raja rupanya
membawa perbedaan pada beberapa aspek, yang memperkaya khasana budaya orang Rote -
Ndao. Perbedaan itu terlihat pada bahasa dan dialek, motif tenunan, dan nama yang di berikan

27
pada tenunan - tenunan yang dihasilkan; seperti halnya - Orang Bilba di wilayah Rote Timur
menyebut sarung dengon namo Po, orang Dengka di Rote Barat menyebutnya dengan nama Lani
/ Lambik, sedangkan orang Ndao menyebut dengan nama Rabi atau Rampi. Di samping itu
masuknya bangsa luar ke Pulau Rote memberi inspirasi baru bagi penenun dalam pengembangan
bentuk ragam hias yang ada. Motif jelamprang, tumpal/ pucuk rebung yang menjadi kekhasan
pada kain Patola dari lndia, juga mempengaruhi pengembangan motif tenunan Pulau Rote;
Seperti juga yang terdapat pada Tenunan Sika, Sabu, Ende-Lio, dan lain-lain. Motif Tenunan
Rote-Ndao terbentuk dari motif dasar yang sama, yaitu ragam hias geometris yang
dikembangkan oleh masing-masing kelompok penenun menjadi wujud-wujud yang memaknai
kepercayaan dan falsafah hidup kelompok penganutnya. seperti yang diketahui, bahwasanya
Motif geometris merupakan motif tertua yang dikenal sejak masa pra sejarah. Motif ini pada
mulanya berkembang di Negeri Cina, menyebar ke wilayah Asia Tenggara, dan masuk ke
Nusantara dibawa oleh Para imigran yang datang dalam dua gelombang eksodus. Di Rote-Ndao
motif Geometris dikembangkan menjadi bentuk tumbuh-tumbuhan, daun pohon, unggas, dan
binatang laut. Masing-masing sub etnis memiliki spesifikasi yang memberi ciri/identitas bagi
etnis-etnis di Rote-Ndao.
Rote Tengah hingga ke Rote Timur (Kekasampe Oepao) motif tenunannya adalah Bunga
Halus yang lebih dikenal dengan nama "motif Nanelu Do= daun asam. Ada juga motif Rote
Timur yang disebut: Ai Bunak. Kain Tenun lkat Rote - Ndao apabila dilihat sepintas kilas tidak
memiliki perbedaan yang signifikan antara satu etnis dengan etnis yang lain. namun bila
dicermati, perbedaannya terletak pada pengembangan motif geometris menjadi bunga-bunga
besar dan kecil. Penggunaan benang pewarna motif pada bidang sarung Rote Timur dominan
menggunakan warna merah di atas warna dasar coklat kehitam-hitaman. Tenunan Rote bagian
Barat umumnya didominasi benang warna putih di atas warna dasar hitam dan coklat kehitam-
hitaman. Di samping itu penggunaan nama atau istilah yang diberikan pada bentuk-bentuk
tenunan yang dihasilkan antara satu etnis dengan etnis yang lain pun berbeda. Satu hal yang
menarik terdapat pada tenun ikat Rote-Ndao adalah dari perbedaan-perbedaan kecil yang ada
pada setiap bentuk tenunan yang dihasilkan antar etnis, terdapat satu kesamaan yaitu untuk setiap
selimut pria dari semua sub etnis, pada bagian ujungnya terdapat ragam hias tumpal / pucuk
rebung, yang dikenal dengan nama motif Patola atau bunga pinggir. Apakah penggunaan motif
ini karena adanya kesepakatan antara kepala-kepala suku atau para Raja antar Nusak pada masa
lampau, ataukah sebagai wujud adanya adaptasi para penenun terhadap unsur pengaruh luar yang
masuk ke wilayah Rote-Ndao. Tidak diketahui pasti apa makna dibalik kehadiran ragam hias ini
pada setiap ujung selimut pria Rote-Ndao. Namun dengan melihat kehidupan sosial antar etnis di
wilayah Nusa Lontar ini, motif Pucuk Rebung / Bunga Pinggir kemungkinan memberi makna
pada nilai persatuan dan rasa kekeluargaan yang dalam antar warga dari ujung timur hingga ke
ujung barat Pulau Rote, Ndao, Nuse, dan Pulau-pulau kecil lainnya. Motif ini mempublikasikan
pada dunia luar, bahwasanya kendatipun Rote Ndao terbentuk dari 17 kelompok etnis, tetapi
mereka tetap satu sebagai warga penghuni Nusa Lontar.

28
G. Motif –Motif tenunan ndao

Gambar 17 Motif tenun Ndao

Ndao adalah sebuah pulau kecil yang penduduknya memiliki keterampilan pandai logam
dan ketrampilan menenun. Pada bulan April-Oktober setiap Tahun kaum pria meninggalkan
Ndao dan berlanglangbuana ke seluruh pelosok Nusa Tenggara Timur untuk membuat berbagai
perhiasan perak maupun emas, sambil memasarkan kain tenun ikat hasil karya kaum perempuan
mereka baru kembali ke Ndao pada bulan Nopember atau pun awal Desember. Motif Ndao
dikenal dengan nama “ Hua Ana Langi “. Secara leksikal Ana Langi berarti lkan gergahing. Ana
Langi adalah suatu motif yang memiliki nilai sakral  karena dipercaya bahwa motif ini
merupakan pemberian Dewa laut. Dalam legenda turun-temurun diceritakan, bahwa pada masa
purba pada awal mengenal teknologi tenun, orang Ndao hanya bisa menenun kain berwarna
polos tanpa motif. Pada suatu malam, seorang penenun menyimpan benang yang sudah direntang
pada alat tenun (Lolok) di teras rumah. Keesokan harinya pada rentangan benang tersebut terlihat
ada bentuk motif yang tergambar menggunakan air liur binatang. Motif tersebut berbentuk
binatang laut, yang disebut “ Ana Langi “.
Di kalangan orang Ndao Motif ini dipandang sebagai sesuatu yang sakral untuk
membentuk motif harus dikerjakan secara hati- hati, karena apabila terdapat kesalahan akan
berakibat kematian bagi yang melakukan. Motif ini pun hanya bisa dikerjakan oleh orang Ndao,
dan tidak boleh ditiru orang lain. Para penenun masa kini tidak lagi membuat motif Ana Langi,
karena mereka takut terjadi kesalahan yang nantinya akan berakibat kematian. Pada masa lampau
motif ini hanya dapat di tenun pada kain yang khusus dipakai oleh Raja dan Ratu. Selain motif
Hua Ana Langi, orang Ndao juga mengenal motif Ketu Bela = belahan kepala, Kebeba dari =
kupu-kupu, kaleko = bagian pinggir, hua = bunga, motif mamuli. Pengembangan-pengembangan
motif dari bentuk dasar, merupakan hasil adaptasi masyarakat penenun dengan alam sekitar,
masuknya pengaruh-pengaruh Iuar dan lain-lain. Pada Tahun 1994 Tim survei dan Pengadaan
Koleksi mengunjungi Pulau Rote dan berlanjut lagi pada Tahun 2005. Saat itu Tim Museum
masih menyaksikan para lbu dan kaum Bapa, tua-muda mengenakan kain tenun, baik itu di

29
rumah, dipasar, maupun di jalan. Tim masih menyaksikan lentiknya jari-jemari kaum wanita
Rote menari di atas lembaran benang untuk memintal, mengikat motif hingga menenun. Pada
masa itu,  perempuan – perempuan Rote umumnya pandai menenun oleh karena tingkat
kedewasaan seorang perempuan terukur dari apabila seorang perempuan sudah dapat mengikat
motif, mencelup benang dalam ramuan pewarna, dan pandai menenun. Hal ini juga menjadi
kriteria bagi seorang pria dalam mencari pasangan hidupnya.
Pada Tahun 2009, Tim kembali mengunjungi bumi Nusa Lontar. Kerinduan tim untuk
bertemu dengan kaum ibu maupun Bapa yang mengenakan sarung maupun selimut tidak
terwujud. Di wilayah lain di Provinsi NTI saat ini masih sering dijumpai kaum ibu maupun Bapa
mengenakan sarung ataupun selimut, entah itu di pasar, dijalan-jalan, dalam kelompok ibu-ibu
arisan, pesta-pesta adat, dan lain-lain. Hal seperti ini tidak lagi dijumpai di Pulau Rote. Seorang
Bapa yang dijumpai tim di pasar Busalangga mengatakan, saat ini Kain tenun jarang dipakai
sebagai pakaian harian’ Kain Tenun hanya dipakai pada upacara-upacara adat, itu pun hanya
dikenakan oleh orang tua, sedangkan anak muda bahkan yang separuh baya pun sudah jarang
memakai tenun ikat. Namun demikian dalam kaitannya dengan urusan-urusan adat tertentu, kain
tenun tidak dapat digantikan dengan kain buatan pabrik.
Dari hasil wawancara Tim dengan beberapa orang Nara Sumber dan pengamatan
langsung di lapangan, diketahui bahwasanya dewasa ini di Pulau Rote kaum ibu yang dulunya
menggeluti pekerjaan menenun sebagai salah satu dari pekerjaan yang membantu perekonomian
keluarga, dan memenuhi kebutuhan pakaian yang dipakai dalam setiap upacara adat, saat ini
hampir tidak dikerjakan lagi. Kaum ibu cenderung membantu suami bekerja di kebun dan sawah,
serta pembudidayaan rumput laut yang dirasa lebih menguntungkan dibanding mengerjakan
selembar tenunan. Hal yang menarik dari perubahan ini adalah, pekerjaan menenun dewasa ini
hanya menjadi pekerjaan pokok wanita suku ndao. Apabila suku-suku lain membutuhkan kain
tenun, mereka hanya memesan pada orang ndao, dan orang ndao pun mengerjakan tenunan
sesuai pesanan. Dalam kaitan pemesanan kain tenun, biasanya para pemesan hanya memberikan
gambar motif, atau menyebutkan jenis motif yang diinginkan. Dampak dari perubahan yang
terjadi adalah bergesernya nilai-nilai dasar tenunan yang dulunya memiliki fungsi utama sebagai
benda budaya yang dipakai dalam urusan-urusan adat, saat ini lebih diutamakan pada fungsi
ekonomi. Dalam kaitan dengan fungsi ini, kain-kain tenun Rote-Ndao dalam berbagai bentuk,
dan ragam hias karya kaum perempuan Ndao menjadi pajangan menarik
Dampak lain dari pergeseran nilai pada tenun ikat adalah para penenun tidak lagi
menggunakan benang kapas dan pewarna tradisional, dengan alasan bahwa bahan dan teknologi
itu hanya berlaku masa lampau dan tidak berlaku untuk masa kini. Di samping itu apabila
menggunakan bahan dan teknologi tradisional proses pembuatannya panjang dan rumit. Mereka
lebih cenderung menggunakan benang toko dan pewarna nephtol. Ragam hias yang dikerjakan
pun meniru gambar-gambar dari buku, ataupun ciptaan sendiri, sebagai hasil adaptasi dengan
lingkungan alam. Sehingga makna yang terkandung di balik tanda-tanda lambang tidak lagi
mengacu pada konsepsi dasar yang mengandung pesan tertentu.
Para penenun saat ini tidak lagi memahami makna yang tersirat dibalik ragam hias tenunan. Hal
ini disebabkan karena tujuan utama membuat kain tenun tidak lagi mengacu pada konsep dasar

30
sebagai benda yang dibuat karena tuntutan adat dan budaya, tetapi lebih diutamakan pada
tuntutan ekonomi. Dewasa ini peranan pihak Dinas Perindustrian dalam mengembangkan Tenun
lkat yang bernilai ekonomis cukup besar. Kampung Ndao – Desa Namokdale – Kota Ba’a,
menjadi pusat kerajinan Tenun lkat. Para penenun adalah kaum perempuan suku Ndao. Mereka
diberi pelatihan-pelatihan, hingga mengikuti magang ke beberapa kota di wilayah Nusantara.
Sebelum adanya tali rafia, pengikatan motif menggunakan tali dari daun gewang
(heknak). Tali heknak terbagi dua, yang berwarna putih (halus) untuk tenun ikat dan yang
berwarna coklat (kasar) sebagai tali untuk kebutuhan sehari-hari). Motif terbentuk karena adanya
teknik pewarnaan. Ciri khas warna tenunan Rote yaitu hitam dan putih. Cara mewarnainya
dengan bahan-bahan alami yang unik. Orang Rote sudah dapat menghasilkan warna tenunan
yang tidak luntur dengan ramuan yang disebut Pama`a. Pama`a adalah air rendaman abu dari
kulit buah nitas yang dibakar. Untuk menghasilkan warna hitam, benang direndam dalam
Pama’a, kemudian direndam dalam lumpur di danau tempat berkubangnya kerbau. Benang
tersebut direndam di lumpur yang dalam dan ditinggal selama berbulan-bulan hingga akhirnya
menjadi warna hitam. Seiring dengan perkembangan zaman, sebelum adanya bahan-bahan
pewarna sintetik, orang Rote memodifikasi warna motif tenun ikatnya dengan warna orange dan
biru. Orange dihasilkan dari pohon mengkudu (akar mengkudu ditumbuk halus kemudian
direndam bersama-sama benang), sedangkan warna biru dihasilkan dari pohon nila / tauk (daun
nila dicampurkan dengan garam dan diaduk2 dalam air hingga menjadi biru, kemudian airnya
tersebut digunakan untuk merendam benang).
Mulai tahun 1940an, pekerjaan menenun mulai diajarkan kepada rakyat biasa (non
keluarga raja). Setiap gadis yang akan menikah harus dapat menenun. Biasanya kemampuan
menenun si gadis diuji menjelang upacara peminangan (masominta), jika si gadis belum dapat
menenun maka pernikahan tersebut harus ditunda bahkan dibatalkan. Tingkat kehormatan si
gadis dinilai dari berapa banyak kain tenun yang dibuatnya sebelum menikah. Semakin banyak
kain yang dimiliki semakin tinggi nilai gadis tersebut bagi keluarga pria. Rakyat biasa
diperbolehkan menggunakan kain tenun, tetapi dilarang keras menggunakan motif Raja (motif
asli). Jika kedapatan rakyat biasa menggunakan kain tenun yang ada motif rajanya maka saat itu
juga kain tersebut harus dimusnahkan (dicincang dan dibakar). Motif Raja dianggap hal keramat
dan sangat dihormati oleh rakyat biasa. Ketika semakin banyak wanita di pulau Rote dan Ndao
dapat menenun, didukung dengan mulai adanya benang dan pewarna dari pabrik, pekerjaan
tenun mulai ditinggalkan oleh masyarakat di Pulau Rote. Mereka lebih fokus pada pekerjaan
bercocok tanam dari pada menenun kain. Hanya kaum wanita Pulau Ndao saja yang tetap
melakukan pekerjaan tenun. Mereka biasanya duduk di halaman rumah dan seharian membuat
tenun ikat, sedangkan kaum pria bekerja keras di luar rumah untuk mendapatkan makanan. Oleh
karena itu, masyarakat Rote member julukan bagi orang Ndao “ Tou Ndao Loi-loi, Ina Ndao
Na`a Mu`dak “ artinya “ pria Ndao membanting tulang (bekerja keras di luar), Perempuan Ndao
berpangku tangan (makan gampang).
Hingga saat ini, pekerjaan tenun hanya dikuasai oleh perempuan-perempuan Ndao.
Jarang sekali ditemukan perempuan Rote yang dapat menenun. Industri tenun ikat terus
berkembang, menggunakan alat yang lebih modern, bahan-bahan yang instan dan proses yang

31
lebih cepat. Perkembangan zaman menjadikan tenun ikat lebih modern dan nilai-nilai budayanya
semakin pudar. Motif-motif terus dimodifikasi dan warna-warnanya pun mulai berkembang luas,
tidak hanya hitam dan putih. Tenun ikat kini tidak hanya digunakan pada upacara adat atau
sebagai upeti, tetapi berkembang luas menjadi kain fashion, suvenir budaya dan lain-lain.
Berikut 8 motif dan gambar tenunan Rote Ndao yang terkenal:

1. Motif Lafa Langgak (Kepala Selimut).  Merupakan ciri khas seluruh tenun Rote yang
berupa kepala selimut yang berupa lambang kombinasi dari lilin dan salib. Makna yang
berhubungan dengan kepercayaan agama yang banyak dianut masyarakat lokal.
Sebelum tahun 1940-an tenunan tidak memiliki motif. Benang hanya ditenun menjadi
kain putih polos. Motif mulai diciptakan di era tahun 1940an dan bentuk motif tersebut
berakar dari kepercayaan dan mata pencaharian masayarakat. Pada dasarnya bentuk motif
tenun ikat Rote adalah bangun persegi empat yang disambung-sambung. Motif utama
seluruh Rote terdapat pada kain selimut untuk pria (lafa). Ciri khas motif Rote terdapat
pada kepala selimut (lafa langgak) berupa lambang lilin dan salib (kepercayaan agama
Kristen). Kemudian motif selanjutnya setelah kepala selimut dibedakan berdasarkan
wilayah kerajaan

Gambar 18 motif lafa langgak

32
2. Motif Henak Anan. Bermakna anak pandan, Motif Rote Barat terinspirasi dari buah
pandan, motifnya berbentuk daun-daun atau jajar genjang yang ukurannya lebih besar
dari motif Rote Timur.

Gambar 19 motif Henak Anan

3. Motif Lamak Nen. Merupakan corak bentuk anak belalang, hewan yang banyak


berkeliaran di sekitar tempat berladang.

4. Motif Ngganggu Dok. Menggambarkan daun kangkung dan daun daun kecil lain yang
biasanya menjadi makanan belalang. Motif tenun ikat yang ada di Rote terbagi menjadi 2
aliran utama yaitu Rote bagian barat (hendak anan = anak pandan / hendak) dan Rote
bagian timur (lamak nen = anak belalang). Rote barat meliputi Nusak Ba`a hingga
Lelenuk, sedangkan Rote Timur meliputi Nusak Landu hingga Renggo. Motif Rote
Timur terinspirasi dari makanan belalang berupa daun-daun halus (ngganggu dok = daun
kangkung), pada umumnya motif-motifnya berbentuk jalinan daun-daun kecil (bertalian).

Gambar 20 Motif Nganggu Dok

33
5. Motif Hua Ana Langi. Motif yang mempunyai makna ikan Garagahing. Motif raja yang
spesial karena dianggap keramat. Corak hua ana langi tidak boleh dipakai oleh rakyat
biasa. Bila ada rakyat biasa ketahuan mengenakan motif raja, maka kain tenun tersebut
akan dimusnahkan saat itu juga dengan cara dipotong potong kecil lalu dibakar.
6. Motif Roa`ju atau Su`u Dok. Berupa motif daun-daun besar yang dalam bahasa Ndao
disebut roa`ju, sedangkan dalam bahasa Ba`a disebut su`u dok. Motif yang berasal dari
bentuk daun sukun. Sekadar info, sukun adalah makanan rakyat Ba’a ketika zaman
perang melawan penjajah.

Gambar 21 motif su’u Dok

7. Motif Mada Karoko. Berupa gambar duri laut atau tek.


8. Motif Pending. Motif ini ditiru dari bentuk pending yakni ikat pinggang tradisional Rote.

Hingga saat ini motif terus mengalami modifikasi oleh para penenun, dan menghasilkan
beraneka ragam motif, tetapi jika diperhatikan baik-baik, seluruh motif tersebut tetap
mempertahankan aliran motif Rote (persegi empat yang disambung-sambung berbentuk daun,
jajar genjang dan salib

H. PENDING
Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak dan emas dan
biasa dipakaikan pada pinggang pada saat menggunakan pakaian adat/sebagai perlengkapan dari
pakaian adat. Menurut bapak Christofel Kotten bahwa pending ini dikenal dari nenek moyang
dan pending ini biasanya dikerjakan oleh orang-orang Ndao, menurut orang Ndao pending
disebut juga dengan peni. Jika orang-orang pengrajin in keluar ke kota-kota makan mereka akan
membawa alat-alat perkakas- perkakas mereka seperti : hamar, pahat dan alat-alat ukir lainnya.
Pending ini dikerjakan oleh nenek moyang secara turun temurun.
Pembuatan pending ini menggunakan alat dan bahan seperti :
-          Hamar

34
-          Pahat dan
-          Alat-alat ukir
-          Tembaga
-          Kuningan
-          Emas dan
-          Perak
Pembuatan pending ini diawali dengan tembaga, atau ada juga yang disebut dengan seng
tembaga yang berwarna merah digunting sesuai dengan ukuran pinggang kemudian dibentuk
menjadi delapan kepingan, masing-masing keping mempunyai ukuran, yaitu panjangnya 10 cm,
lebarnya 3 cm atau 4 cm dan pinggirnya dilas supaya ukurannya menjadi tebal untuk lesnya.
Setelah lesnya ditempel pada papan yang berbentuk keping kemudian ukir dengan motif-motif,
setelah itu jika terhitung 9 kepingan maka disambungkan dengan hensel dan hensel-hensel
tersebut di ukur sesuai dengan ukuran pinggang. 9 kepingan dihitung dari 1 yang termasuk
kepala yang berbentuk bulat, maka dari itu harus dilas salah satu jepit kepalanya sehingga dapat
disambungkan ujungnya dan setiap hensel harus di buat lubang agar bias disambungkan dengan
kepalanya, di bagian kepalanya ditempelkan perak, kemudian dilas supaya bisa ditempelkan.
Motif-,motif pada pending biasanya :
-          Motif bunga dan
-          Motif hewan.
1. HABAS

Gambar 22 Habas

Habas merupakan hiasan pada leher dan dipakai pada saat acara adat atau hari-hari
tertentu seperti pada perayaan HUT RI. Sejarah-sejarah tentang Habas ini Orang Ndao yang

35
kami wawancarai mengatakan bahwa Habas  dikenal dan diajarkan secara turun-temurun
sehingga untuk orang yang menemukannya tidak diketahui.
Pembuatan Habas ini menggunakan alat dan bahan seperti :
-          Mal
-          Tang
-          Hamar
-          Kuningan
-          Tembaga
-          Perak dan
-          Emas
Menurut bapak Christofel Kotten proses pembuatan Habas ini, pertama kita harus memilih kabel
yang halus seperti tembaga kemudian dianyam, disini dibutuhkan kabel yang halus karena kabel
yang halus lebih mudah dan gampang untuk dianyam/dibentuk. Setelah itu ambil kuningan yang
disiapkan dan ditumbuk, kemudian dibakar sampai menjadi kawat yang halus dan setelah itu
disimpan diatas mal yang ada lubang-lubangnya. Kawat yang sudah ditumbuk halus kemudian
dianyam.
Habas dibentuk dengan ukuran 50 cm untuk yang sudah jadi, namun ketika dianyam hanya
menjadi 25 cm. Jika Habas sudah jadi maka dapat digantungkan mata rantainya. Dan untuk mata
rantainya dibuat dari logam, logam di tumbuk menjadi pelat kemudian dibuat motif-motifnya
agar menjadi mata rantai yang bagus, motif-motif yang dibuat berupa motif hewan dan motif
bunga.

2. BULAK MOLIK ( Bulan Baru )

Gambar 23 Bulak Molik

Bulak Molik adalah salah satu bagian dari pakaian adat Rote Ndao yang biasanya
dikenakan oleh wanita yang dipasangkan di bagian depan dahi. Bulak Molik sendiri berbentuk

36
bulan dengan tiga buah bintang. Bulak Molik artinya bulan baru, bentuk ini terinspirasi oleh
seseorang dari bulan dan formasi bintang dari langit.
Cara pembuatan Bulak Molik sendiri sebenarnya lumayan susah karena dibuat secara
manual, dan harus orang yang sudah terbiasa dibidangnya, di bawah ini adalah beberapa langkah
pembuatan yang sudah kami ringkas adalah sebagai berikut :
 Bulak Molik yang dibuat pada dasarnya terbuat dari emas, perak, kuningan dan
perunggu.
 Jika ingin membuat Bulak Molik dari emas dan perak, pertama-tama dilebur, kemudian
dipalu hingga memanjang (pipih).
 Digunting sesuai bentuk bulan sabit
 Mengukir motif sesuai keinginan  yaitu pada permukaan lempengan bulan sabit tersebut
dengan menggunakan pahat yang telah dibentuk sesuai fungsinya.
 Sementara itu, ambil lempengan yang merupakan bekas pembentukan lempengan bulan
sabit tersebut, untuk dibentuk kembali menjadi bintang ( 3 tiga bintang yang harus
dibuat)  
 Pada akhirnya, lempengan yang sudah dibentuk dan diukir, dicuci dengan sabun, jika
terbuat dari kuningan atau perunggu, maka cuci dengan cairan perak.
Sejarah tentang bulak Molik menurut nara sumber yang kami wawancarai menceritakan
bahwa pada suatu hari ada satu keluarga yang hidup bahagia. Di dalam keluarga tersebut terdiri
sepasang suami istri dan dua orang anaknya. Sang suami memiliki pekerjaan menyadap tuak,
ketika sang suami memanjat pohon, ia melihat formasi bulan dan bintang yang begitu indah. Dari
situlah terlintas suatu pemikiran bahwa dengan keindahan formasi tersebut ia dapat memiliki
pekerjaan yang lebih baik, sang suami akhirnya memutuskan untuk membuat aksesoris kepala
yang terbuat dari emas dengan motif bulan sabit dan tiga bintang, karena terbuat dari emas,
aksesoris tersebut dijual dengan harga yang cukup mahal sekitar Rp. 200.000,-.

I. Banyaknya benang yang digunakan untuk menghasilkan satu lembar


kain tenun
Untuk menghasilkan satu lembar kain tenun biasanya mayarakat Rote Ndao membutuhkan
6-7 rol benang.

J. Harga Jual Kain Tenun


 Proses menenun biasanya memakan waktu tiga minggu per kain( sarung/selimut ), dan para
Penenun biasanya menghabiskan waktu selama 6 jam sehari ( 11.00 – 17.00 ) untuk menenun.
Oleh karena itu harga per kain ini mencapai Rp. 250.000,- hingga Rp 750.000 tergantung motif
dan waktu pembuatannya.

K. Produk Turunan dari Kain Tenun

Produk Harga Jual Gambar Istilah dalam


37
bahasa daerah dan
Indonesia
Kemeja Rp 250.000,- Badu kemeja

Jas Rp 750.000,- Jas

Pakaian Rp 350.000,- Badu hina


wanita

Topi Rp 50.000,- Solo

38
Dompet Rp 10.000,- Dompet

Tas Rp 150.000,- Tas

Aksesori Rp 150.000,- Dodoko


s

39
2.4 Identifikasi Matematika Dalam Tarian Daerah

2.1 Tari Kebalai Tarian Daerah Rote Ndao

Gambar 24 Tari Kebalai

Tari kebalai adalah tarian daerah yang terdapat di Nusa Tenggara Timur.


Tarian Kebalai berasal dari daerah Rote Ndao dan merupakan  salah satu tarian tradisional yang
cukup terkenal di kalangan masyarakat Rote Ndao dan sudah diwariskan secara turun-temurun
oleh masyarakat di sana. Tarian ini tergolong tarian bersifat pergaulan atau hiburan yang
biasanya dilakukan secara masal oleh masyarakat di sana.
Kebalai bahasa Kupang, dalam bahasa Rote terdapat istilah yaitu kebak, heka, e'a, dan
kaule. Kebalai digolongkan sebagai permainan oleh orang Rote yang dalam bahasa rote disebut
“nekeminak kebak” (bermain kebalai). Kebalai merupakan tarian lingkaran dengan saling

40
bergandengan tangan sampai siku tangan masing-masing pesertanya dan bergerak dengan gerak
tari ke arah kanan.
A. Asal Mula Tari Kebalai
Tari Kebalai merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Rote Ndao, Nusa
Tenggara Timur. Pada zaman dahulu, tarian ini sering dilakukan setelah acara pemakaman adat.
Setelah upacara pemakaman selesai, para keluarga, kerabat, maupun para tamu yang datang
berkumpul dan melakukan tarian ini. Tari Kebalai ini dilakukan dengan tujuan untuk menghibur
keluarga yang sedang berduka, sehingga keluarga yang ditinggalkan tidak terlarut dalam duka
yang mendalam. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini tidak hanya dilakukan pada saat
acara pemakaman saja, namun juga sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat hiburan
seperti acara adat, penyambutan, perayaan serta pertunjukan seni  budaya.
B. Fungsi Dan Makna Tari Kebalai
Tarian ini pada zaman dulu digunakan dan dilakukan setelah pemakaman adat selesai dan
para kerabat, keluarga dan para tamu berkumpul untuk melakukan tarian Kebalai untuk
menghibur. Selain berfungsi sebagai hiburan, tarian ini juga dimaknai sebagai dukungan untuk
keluarga yang berduka agar tetap tabah dan bangkit dari rasa duka. Nilai-nilai kebersamaan dan
persatuan sangat terasa dalam tarian ini, dimana mereka berkumpul untuk menyatukan rasa dan
saling mendukung saat salah satu dari mereka sedang berduka. Selain itu tarian ini juga dijadikan
sebagai media untuk mempererat hubungan sosial yang terjalin diantara mereka.
C. Pertunjukan Tari Kebalai
Tari Kebalai ini biasanya dilakukan secara masal dan diikuti oleh masyarakat baik pria
atau wanita, tua atau muda, mereka berkumpul menjadi satu dan ikut menarikan tarian ini.
Dalam tarian ini para penari membuat satu lingkaran dengan saling berpegangan dan menari
sesuai dengan irama syair yang dilantunkan oleh pelantun syair (manahelo dan manasimba).
Gerakan dalam Tari Kebalai biasanya lebih didominasi oleh gerakan kaki yang bergerak maju
mundur serta gerakan melangkah ke kanan. Gerakan tersebut dilakukan dengan kompak dan
disesuaikan dengan irama syair yang dilantunkan.
D. Pengiring Tari Kebalai
Dalam pertunjukan Tari Kebalai biasanya diiringi musik, namun hanya diiringi oleh syair-
syair yang dilantunkan oleh si pelantun. Syair sering disebut oleh manahelo dan manasimba.
Syair yang dibawakan oleh pelantun syair biasanya merupakan syair-syair adat. Selain menjadi
pelantun syair mereka ini juga memimpin tarian.
E. Kostum dan Perlengkapan Tari Kebalai
Dalam pertunjukan Tari Kebalai biasanya para penari menggunakan pakaian adat khas
Rote Ndao. Untuk penari laki-laki biasanya menggunakan busana seperti selimut selempang,
selimut hafa, dan habas. Selain itu penari pria juga menggunakan topi khas Rote Ndao yang

41
disebut dengan Ti’i langga. Sedangkan untuk penari perempuan biasanya menggunakan busana
seperti kain sarung, selampang, pendi, dan habas. Selain itu juga menggunakan Bula Molik yang
dipakai di kepala.
F. Perkembangan Tari Kebalai
Dalam perkembangannya, tarian kebalai tidak hanya dilakukan saat upacara pemakaman
adat saja, namun juga sering dilakukan di berbagai acara yang bersifat hiburan seperti acara adat,
penyambutan, dan perayaan. Selain itu tarian ini juga sering dipertunjukkan di berbagai acara
seperti pertunjukan seni dan festival budaya. Tari Kebalai ini juga menjadi daya tarik bagi
wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Rote Ndao. Hal ini tentu
merupakan salah satu cara masyarakat Rote Ndao dalam melestarikan dan memperkenalkan
kepada masyarakat luas akan tradisi dan budaya mereka.
G. Jenis Kebalai
Kebalai digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Kebalai yang bersifat ritual yaitu Kebalai untuk upacara- upacara adat, seperti upacara
kematian, upacara pembuatan rumah baru, upacara hus atau holi, dll. Kebalai  yang
bersifat ritual ini disebut E'a Ina (Kebalai besar/Kebalai Induk). Dalam kebalai seperti
ini suasana berjalan secara hikmat, para peserta kebalai seperti  mengikuti  dengan
penuh rasa haru dan khusuk, tidak ada yang berbisik-bisik dengan teman yang
berdekatan, ataupun tidak ada yang tertawa, bahkan tersenyum pun tidak boleh.
Langkah-langkah tarinya menunjukkan ketenangan dengan teratur.
2. Kebalai yang bersifat hiburan. Kebalai jenis ini dilakukan oleh pemuda-pemudi. Dalam
kebalai ini bisa dipimpin manahelo ba'i atau hanya oleh manahelo kebak. Pada
kesempatan ini biasanya para pemuda-pemudi mencari pasangan hidup. Kebalai jenis
ini disebut E'a Ana(Kebak kecil) yang terdiri dari berbagai jenis lahu dan tarian seperti
Lena Mau Oek, Sele Lelek, dan lain-lain. Kebalai sebagai tarian masal dapat dimainkan
oleh laki-laki maupun perempuan dengan jumlah ideal 10 orang dan paling ideal paling
banyak 50 orang. Kebalai dapat dimainkan pada saat upacara Hus,
kematian(begadang), tahun baru dan lain-lain. Kebalai dipimpin oleh seorang
penyanyi solo yang disebut Manahelo. Ada 3 jenis Manahelo yaitu : Manahelo penutur
silsilah disebut Manahelo Ba'i, Manahelo penutur syair disebut Manahelo Bini, dan
Manahelo pemimpin kor dalam permainan/tarian kebalai disebut Manahelo Kebak

Dalam melakukan atraksi kebalai, Manahelo Kebak melantunkan lagunya dalam bentuk
syair, bait demi bait. Sementara itu para peserta/paduan suara yang tengah berpegangan tangan
mengayunkan langkah mengikuti irama lagu yang dilantunkan Manahelo. Sesudah satu bait
dilantunkan lalu disambut oleh peserta dengan mengulang bait syair lagu yang dilantunkan oleh
manahelo. Demikian seterusnya sampai selesai.

42
Pada umumnya peserta kebalai berputar berlawanan dengan arah jarum jam, tapi bisa juga
mengikuti arah jarum jam. Para peserta bergerak dengan langkah-langkah khas tarian Rote Ndao,
derap geraknya diselaraskan dengan irama tuturan (helo) dari si Manahelo, berupa kisah atau bini
(syair). Manahelo bisa lebih dari seorang, sehingga bila yang satu merasa lelah, maka yang lain
bisa membantu. Manahelo bisa bergandengan tangan dengan peserta atau bisa juga berdiri di
tengah lingkaran dan turut bergerak/melangkah sesuai irama. Bila sementara bermain/menari,
manahelo mau melagukan lagu yang berbeda langkah, maka dalam bersyair/bernyanyi ia
memberi isyarat dengan suara berirama sambil mengatakan , "Tasafali dei, ita tasafali dei”. Yang
artinya “Ulang balek, kita ulang balek”.
Dengan adanya isyarat itu maka para peserta bersiap-siap untuk menyesuaikan langkah
dengan lagu baru yang dilantunkan manahelo. Nada sesuatu lagu pada dasarnya sama, namun
dalam bernyanyi baik lagu/nada maupun syair dapat divariasi sesuai selera manahelo. Beberapa
jenis lagu yang ritmenya (langkah dan iramanya) sama bisa digabungkan dalam satu babak.
Bila jumlah peserta bertambah banyak, sedang luas arena tidak memungkinkan maka bisa
dibuat lingkaran-lingkaran kecil di dalam lingkaran besar. Sambil berpegangan tangan para
peserta mengayunkan  langkah mengikuti satu arah yaitu ke kanan mengikuti irama  lagu 
dengan sikap badan yang  tidak kaku. Walaupun tarian Rote Ndao tidak mengenal goyang
pinggul namun untuk tarian kebalai, pinggul bisa digoyang sedikit asal tidak berlebihan. Cara
melangkah dan hentakkan kaki tiap jenis lagu tidak sama.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
bermain/menari kebalai adalah kekompakan antara peserta dengan peserta maupun peserta
dengan Manahelo, begitu pun keteraturan derap langkah, serta  keharmonisan   suara.
Keikutsertaan  dalam  tarian kebalai dengan sahut menyahut antara manahelo dengan paduan
suara merupakan suatu cara yang efektif dalam interaksi sosial. Oleh karena itu tarian ini
melambangkan kebersamaan, kesatuan, dan keharmonisan hidup. Pada sebuah lapangan terbuka
saat malam mulai merambat dan kehidupan pun kian sepi. di bawah sinar bulan, tua muda, lelaki
perempuan saling berpegangan pada ujung lengan membentuk sebuah simpul. bergerak bersama
secara kolektif bertumpu pada hentakkan kaki. Tubuh-tubuh pun saling mengait menjelma
sebuah lingkaran besar yang bergerak ritmis, dalam sebuah titik komando yang menautkan
mereka. gerak tarian yang mengikuti irama lantunan syair yang saling berbalas.
Kisah syairnya disesuaikan dengan konteks peristiwa. kisah tentang hidup manusia, asal
usul tanah kelahiran, renungan kehidupan tentang lahir, kawin dan kematian, perdamaian,
peristiwa-peristiwa penting yang patut dimaknai. semakin larut lingkaran ini bertambah besar
dan semakin bergairah dalam lengkingan vokal Sang Manahelo yang kental mistis, emosional
dan religius. irama ini semakin bertambah semangat secara bersahut-sahutan dan berbalas-
balasan. diperkaya dengan hentakan-hentakan kaki yang kental, nilai-nilai spirit yang kolektif.
saling memberi tenaga, ruang dan birama yang diaksentualisasikan dengan hentakan-hentakan
yang padu. sungguh terasa getar kedalaman soliditas dan gelegak emosi purba. gelegak emosi
dan perasaan-perasaan murni insan pribumi rote.

43
Dalam tarian kebalai ini terdapat beberapa kesatuan gerak, kisah dan syair yang berbalas-
balasan dalam bahasa adat melalui tarian dan nyanyian, yang dituturkan oleh orang-orang
khusus. diawali oleh Manahelo kemudian disambut oleh Manasimba. dalam hal ini manasimba
melantunkan syair yang sama menyambut atau mengikuti syair manahelo. dari syair yang
dilantunkan oleh manasimba ini dilanjutkan lagi sebahagiannya yang biasa berupa refrein
oleh Mananggado sambil menari tanpa di ikuti alat musik, dalam satu lingkaran dengan tarian
yang di dominasi gerak kaki yang seirama dengan syair-syair. durasi tarian ini kurang lebih 30 –
60 menit. akhir dari tarian di tentukan oleh manahelo dan manasimba yang memperoleh wahyu
secara khusus. dalam implementasi rasa, karsa dan seni ini telah terjalin kesinambungan antar
lintas generasi. generasi tua sebagai tokoh sentral yang disebut manahelo yang mulai menuturkan
kisah, disambut oleh manasimba yang meneruskan isi syairnya kemudian diikuti bersama-sama
olehMananggadosebagaigenerasipenerusnya.Kebalai biasanya dilakukan setelah upacara adat,
sebagai tanda ucapan syukur dan sukacita. ritual adat yang terkenal adalah Bamba Limba. bamba
limba dilakukan oleh Manasonggo. Ritual ini ditujukan kepada Lamatuak agar bisa memberikan
berkat. dalam ritual ini doa-doa dinaikkan agar Lamatuak tidak menghukum manusia, melainkan
memberikan hujan yang berlimpah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik. dalam ritual ini
dibutuhkan doa-doa dan kekuatan supranatural yang selaras dengan kehidupan manusia, alam
dan penciptanya. jika bamba limba ini selaras maka alam akan merespon dengan baik. hujan
akan turun, badai akan berhenti, sakit akan sembuh, hasil panen akan banyak dan sebagainya.
Gerak rampak Manasonggo selalu mengafirmasi kebenaran dan kekuatan religius, strata sosial
juga kisah hidup yang akan dituturkan oleh manahelo dalam syair-syairnya. Syair-syair dalam
bahasa adat yang mengisahkan hidup ini mesti jujur, bersih, ulet, teguh, ingat sesama yang susah,
berbakti pada orang tua, leluhur, alam dan penciptanya. tanpa Bamba Limba ini manusia akan
kerdil, individual dan tercabut dari akar budayanya. kearifan kultur ini sudah mengakar,
bertumbuh dan padu secara komunal sejak zaman nenek moyang. Bamba Limba menjelaskan
tentang ekspresi religiusitas masyarakat tradisional. dimana Lamatuak dihadirkan. kisah yang
merupakan aktualisasi usaha manusia untuk melukiskan lintasan spirit supranatural ke dalam
kehidupannya.Bamba Limba sangat sarat dengan makna perjalanan kehidupan manusia. medium
pertemuan antara manusia dengan realitas Ilahi. yang merupakan simbol pemberi kesempurnaan
dan kesuburan alam. dimana Lamatuak hadir mewahyukan diri, menyertai dan memampukan
manusia menjaga harmonisasi kehidupannya dengan sesama manusia, dengan alam dan dengan
penciptanya sendiri.

Dalam ritual bamba limba ini akan diakhiri dengan berbagai jenis tarian dan hiburan.
tarian yang diiringi oleh alat musik Sasando, Gong dan Tambur. tarian-tarian ini lebih
menggambarkan tentang maksud dan tujuan ritual ini. puncak ritual akan dilakukan Hush. Hush
adalah tarian berkuda. para tokoh-tokoh adat dan para patriot dari berbagai suku dan desa
memamerkan kebolehannya menunggang dan menari diatas kudanya melingkari Limba
dale. Limba dale adalah lapangan atau tempat dilakukannya ritual adat. sebagai puncak dan akhir
acara para peserta melakukan tarian dan nyanyian bersama tanpa musik. tarian dan nyanyian

44
bersama inilah yang disebut Kebalai. dengan formasi yang berbentuk lingkaran utuh sebagai
wujud dasar perjalanan jiwa manusia yang menyatu dengan dirinya, Alam dan Sang Penciptanya.
dalam tarian dan nyanyian ini telah menjadi semacam mediasi yang bermuara pada perjalanan ke
dalam inti diri yang esensial secara spontan dari kedalaman rasa dan kematangan jiwa.

Kebalai ini merupakan spirit dasar kelompok yang masuk dalam irama gerak dan
nyanyian secara serentak. bersama-sama membentuk sebuah gerak kolektif yang saling
menyesuaikan, lebur dalam satu kesatuan rasa, irama, tempo dan semangat yang dibangun
bersama dalam rasa saling menopang dan mengikat. Kebalai telah membentuk kepekaan sosial,
perasaan kelompok yang terbangun dalam gerak tari dan nyanyian secara spontan. spontanitas
dalam birama-birama yang mencerminkan realitas hakiki yang menautkan individu-individu ke
dalam roh kelompoknya. pengalaman komunal yang direvitalisasi dan diaktualisasikan kembali
ke alam nyata. Kebalai berakar pada magis dan simbol-simbol sosial, gerak dan nyanyian yang
menampakkan dinamika batin yang merekatkan ikatan sosial dalam kebersamaan yang tertuang
dalam respon spontan berupa lengkingan-lengkingan vokal yang melahirkan dinamika batin dan
emosi kolektif.

Kebalai menjadi wahana di mana setiap pribadi membebaskan dirinya dari rasa penat
oleh rutinitas melalui sukacita menari dan menyanyi bersama. momen kebersamaan dalam
melepas simpul-simpul kesedihan, beban-beban personal. semuanya akan terlepas dalam tautan
rasa yang intens. hentakkan kaki ke tanah adalah sebuah proses membumi yang mampu
melepaskan segalah beban psikis, emosi dan segalah hambatan batin. keindahan syair yang
dilantunkan menjadi pemulihan bagi erosi batin akibat tekanan hidup yang terlalu berat dalam
realitas keseharian. disinilah peran interioritas jiwa, semangat dan energi gerak yang kolektif ke
dalam kesadaran individu pada tingkat tertinggi. sehingga emosi, pikiran, gerak dan kesadaran
yang luhur tetap peka dan sadar agar tetap seimbang dan harmoni. Kebalai juga sebagai media
silaturahmi, yang menuntun kita pada sebuah esensi tentang kesadaran agar terus berhubungan,
berbagi peran, fungsi, dan tanggung jawab terhadap Lamatuak, leluhur, sesama dan alam
huniannya. agar keseimbangan dan harmonisasi itu terus terjaga dalam rasa persaudaraan yang
lebih luas.

H. Pesan Moral

Mengenal dan mencintai kebalai sebagai ekspresi akan makna kearifan kultur budaya
yang menjadi identitas yang esensial dalam meneladani sifat kepemimpinan Manasongo,
manahelo, manasimba dan Mananggado yang mampu berbagi peran dalam memahami dan
mewujudkan kebutuhan-kebutuhan rakyatnya, menyelaraskan keseimbangan alam dengan
penciptanya, menularkan kebaikan-kebaikan pada generasi berikutnya. demi kelanjutan dari
sebuah kehidupan yang tetap terjaga dalam keselarasan yang penuh keseimbangan dan harmoni

45
Manasongo= tokoh adat yang memimpin upacara adat

Manahelo= orang yang menyanyikan syair

Manasimba= orang yang menerima syair dan menyanyikannya

Mananggado= orang yang menyanyikan refrein dari manasimba

Lamatuak= Sang Pencipta / Tuhan

Hush= tarian yang dilakukan dengan kuda pacuan

Bamba limba= upacara memohon berkat / memohon hujan saat musim tanam

Limba Dale= lapangan tempat dilakukannya upacara

Kebalai= tarian dan nyanyian yang berbalas-balasan tanpa musik

Sasando= alat musik semacam harpa yang wadahnya dari daun lontar

2.2 Tarian Foti

Gambar 25 Tari Foti

Tari Foti adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh kaum pria, namun tarian ini juga
tidak menutup kemungkinan untuk kaum wanita juga, asal si wanita itu mampu mengandalkan
kecepatan gerakan kaki. Dalam pementasannya, Tari Foti diiringi dengan ritme musik yang
sangat cepat, karena Tari Foti adalah jenis tarian yang mengandalkan gerakan yang sangat cepat.

46
Keseluruhan gerak pada Tari Foti adalah pada pergerakan kaki yang sangat cepat. Pada
Perlombaan misalnya, yang menjadi nominasi juara adalah peserta yang paling cepat dalam
memainkan tarian kakinya. Berbagai macam jenis budaya daerah pulau Rote yang sangat unik
dan menarik, membuat setiap wisatawan yang datang ke pulau Rote sangat terlena dengan
kebudayaan setempat. Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau tarian penyambutan yang
khas dari Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Namanya adalah Tari Foti Lalendo.
Tari Foti Lalendo adalah salah satu tarian tradisional dari Rote Ndao, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tarian ini biasanya ditampilkan oleh para penari wanita berbusana cantik dan
menggunakan kain selimut sebagai atribut menarinya. Dalam tarian ini biasanya juga terdapat
penari pria yang menari dengan gerakan Tari Foti yang khas dan unik. Tari Foti Lalendo
merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal  di Rote Ndao, dan sering
ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, pernikahan dan lain-lain.

A. Asal Mula Tari Foti Lalendo


Tari Foti Lalendo ini merupakan tarian tradisional yang berasal dari pulau Rote Ndao,
Nusa Tenggara Timur. Tarian ini dulunya digunakan untuk menyambut kedatangan para prajurit
yang pulang dari medan perang. Selain itu Tari Foti Lalendo juga digunakan untuk menyambut
tamu penting atau tamu kehormatan yang datang ke sana. Di masa sekarang ini, Tari Foti
Lalendo memiliki fungsi yang lebih banyak lagi. Tarian ini juga sering ditampilkan untuk
memeriahkan berbagai acara seperti pernikahan, pertunjukan seni dan lain-lain.

B. Fungsi Tari Foti Lalendo


Tari ini pada zaman dulu digunakan untuk penyambutan para prajurit pulang dari medan
perang didaerah asal Lalendo pulau Rote Ndao. Tari ini juga ditampilkan untuk menyambut tamu
kehormatan yang berkunjung ke Rote Ndao NTT dan kini tarian daerah ini memiliki fungsi lebih
banyak lagi. Tarian Foti Lalendo ini biasanya ditampilkan sebagai tarian selamat datang atau
penyambutan di berbagai acara. Tarian ini menggambarkan rasa suka cita dan gembira dalam
menyambut kedatangan tamu yang diiringinya. Hal tersebut bisa dilihat dari gerakan dan
ekspresi dari para penari wanita saat mengiringi kedatangan tamu atau pengantin. Selain sebagai
tarian penyambutan tarian ini juga menjadi suatu tontonan yang menghibur. Gerakan penari pria
saat menarikan Tari Foti yang khas dan atraktif kadang sering menampilkan gerakan yang lucu
sehingga dapat memeriahkan suasana

C. Pertunjukan Tari Foti Lalendo

47
Tari Foti Lalendo ini biasanya dimainkan oleh 4-6 penari wanita dan satu orang penari
pria. Dalam pertunjukannya, diawali dengan penari wanita yang menari dengan gerakan yang
lincah dan khas sambil memainkan kain selimut yang digunakan untuk menari. Sampai di tengah
pertunjukan penari pria muncul ke dalam arena sambil menari dengan gerakannya yang khas
diiringi para penari wanita. Dalam Tari Foti Lalendo ini gerakan penari wanita dan pria berbeda.
Gerakan penari wanita lebih didominasi dengan gerakan kaki yang menghentak dan gerakan
tangan memainkan kain selimut yang digunakan untuk menari. Dengan mengikuti irama musik
pengiring penari wanita menari dengan gerakan yang lincah namun terlihat anggun. Sedangkan
gerakan penari pria sering disebut dengan gerakan foti. Dalam gerakan foti ini didominasi
dengan gerakan kaki yang sangat cepat menyesuaikan dengan irama musik pengiring serta
gerakan satu tangan memegang topi, dan tangan satunya mengibas-ngibaskan kain selampang
yang dikenakannya. Gerakan foti ini sangat unik, karena hampir seruh badan penari terlihat
seperti bergetar seperti layaknya orang kesurupan. Namun itulah ciri khas gerak Tari Foti, yang
hanya bisa dilakukan orang-orang terlatih.

D. Pengiring Tari Foti Lalendo


Dalam pertunjukan Tari Foti Lalendo biasanya diiringi oleh musik tradisional
seperti gong dan gendang khas Rote Ndao yang dimainkan dengan cara dipukul dengan kayu
kecil. Irama yang dimainkan biasanya merupakan irama yang bertempo sedang. Para penari
biasanya juga dilengkapi dengan gelang giring-giring di kaki mereka, sehingga saat kaki
dihentakan akan terdengar suara gemerincing. Perpaduan suara giring-giring dan musik
pengiring ini menghasilkan suara yang khas dan sangat menyatu dengan gerakan tarinya.

E. Kostum Tari Foti Lalendo


Dalam pertunjukan Tari Foti Lalendo biasanya para penari menggunakan busana
tradisional Rote Ndao. Para penari wanita biasanya menggunakan kain sarung yang diikat dari
atas dada sampai mata kaki. Pada bagian kepala, rambut penari dikonde dan memakai ikat kepala
berbentuk bulan sabit yang sering disebut bula molik. Penari juga dilengkapi
seperti pendi, habas dan tidak lupa kain selimut yang digunakan untuk menari. Sedangkan para
penari pria biasanya menggunakan baju lengan panjang, sarung, dan selampang. Penari pria juga
menggunakan topi khas Rote Ndao yang sering disebut dengan Ti’i Langga. Untuk aksesoris
biasanya menggunakan habas. Dalam tarian ini, setiap penari baik penari wanita maupun laki-
laki menggunakan gelang giring-giring di kaki mereka.

F. Perkembangan Tari Foti Lalendo

48
Tari Foti Lalendo masih terus dilestarikan oleh masyarakat Rote Ndao. Dalam
perkembangannya, tarian ini masih sering ditampilkan untuk memeriahkan acara seperti
penyambutan tamu penting, pernikahan dan acara adat lainnya. Berbagai variasi dan kreasi juga
sering ditambahkan di setiap penampilannya agar lebih menarik, namun tidak meninggalkan
keasliannya. Tari Foti Lalendo ini juga sering ditampilkan di acara seperti pertunjukan seni dan
festival budaya. Hal ini dilakukan untuk melestarikan dan memperkenalkan kepada generasi
muda dan masyarakat luas akan Tari Foti Lalendo ini.
Pertunjukan tarian Foti Lalendo ini pada umumnya ditampilkan oleh 4 hingga 6 penari
wanita dan satu orang pria pada umumnya. Tarian ini diawali dengan gerakan lincah dengan
memainkan selimut yang digunakan atribut penari kemudian penari pria muncul menari ke dalam
arena dengan gerakan khas dan membaur dengan gerakan penari wanita. 
Gerakan yang dibawakan penari pria dan wanita berbeda. Gerakan penari wanita
didominasi gerakan kaki serta tangan dengan memainkan selimut dengan lincah sesuai dengan
musik pengiring. Sedangkan gerakan penari pria dengan gerakan foti, gerakan ini didominasi
gerakan kaki sangat cepat sesuai dengan irama musik pengiring dengan gerakan satu tangan
memegang topi dan tangan satunya lagi memegang kain selampang yang dikibaskan. Gerakan ini
sangat unik dan hampir seluruh badan penari bergetar dan inilah ciri khas gerak Tari Foti hanya
untuk orang terlatih. 

2.5 Identifikasi Matematika Dalam Permainan Rakyat

1. Tuaba

Gambar 26 Permainan Tuaba dari Rote Ndao

49
Permainan ini banyak terdapat di berbagai daerah dengan sebutan yang berbeda pula
seperti di Jawa tengah disebut dengan istilah Gobak sodor, di Riau di kenal dengan nama Galah
Panjang, Jawa Barat menyebutnya dengan Gala asin dan di Rote menyebutnya dengan Tuaba.
Tuaba adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim
terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos
melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh
anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah
ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan dengan menggunakan lapangan segi empat
dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya
diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini
terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horizontal dan garis batas vertikal. Bagi
anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horizontal, maka mereka akan
berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang
sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk
menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses
untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.

Perlengkapan yang digunakan hanya halaman atau lapangan kosong dan kapur atau
semacamnya untuk menggambar denah lapangan atau juga hanya dengan memasang batu pada
sudut-sudut garis lapangan membentuk persegi panjang seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 27 Pola permainan tuaba

Cara Bermain:

50
 Membuat garis-garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya
tidak ada garis yang rangkap.
 Membagi pemain menjadi dua tim, satu tim terdiri dari 3 – 5 atau dapat disesuaikan
dengan jumlah peserta. Satu tim akan menjadi tim “jaga” dan tim yang lain akan menjadi
tim “lawan”.
 Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan, caranya yang dijaga
adalah garis horizontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal. Untuk penjaga
garis horizontal tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga
berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas.
Bagi seorang yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya
adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.
 Sedangkan tim yang menjadi “lawan”, harus berusaha melewati baris ke baris hingga
baris paling belakang, kemudian kembali lagi melewati penjagaan lawan hingga sampai
ke baris awal.

Cara menentukan pemenang dalam permainan ini adalah tim serang yang berhasil lolos
dari tim jaga yang menjaga garis vertikal ataupun horizontal dengan dapat melewati dan kembali
ke posisi semula dengan syarat tidak tersentuh tim jaga maka akan memperoleh poin( satu poin).
Tetapi bila tim serang tertangkap maka tim jaga akan menjadi tim serang dan sebaliknya tim
serang menjadi tim jaga. Tim yang memiliki poin tertinggi akan menjadi pemenang dalam
permainan ini.

Peraturan

Berikut ini peraturan – peraturan yang berlaku dalam permainan Tuaba:

 Pemain terbagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 3-5 orang (disesuaikan).
 Jika 1 kelompok terdiri dari 5 orang maka lapangan dibagi menjadi 4 kotak persegi
panjang, yang berukuran 5m x 3m (disesuaikan).
 Tim “jaga” bertugas menjaga agar tim “lawan” tidak bisa menuju garis finish.
 Tim “lawan” berusaha menuju garis finish(dapat kembali ke posisi semula) dengan syarat
tidak tersentuh tim “jaga” dan dapat memasuki garis finish dengan syarat tidak ada
anggota tim “lawan” yang masih berada di wilayah start
 Tim “lawan” akan memperoleh poin apabila salah satu anggota tim berhasil kembali ke
garis start dengan selamat (tidak tersentuh tim lawan).
 Tim “lawan” dikatakan kalah jika salah satu anggotanya tersentuh oleh tim “jaga” atau
keluar melewati garis batas lapangan yang telah ditentukan. Jika hal tersebut terjadi,
maka akan dilakukan pergantian posisi yaitu tim “lawan” akan menjadi tim “jaga”, dan
sebaliknya.

Makna permainan

51
Permainan ini sangat menarik, menyenangkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus
selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Nilai
spiritual dalam permainan Tuaba selain kebersamaan, kita juga bisa belajar kerja sama yang
kompak antara satu penjaga dan penjaga lain agar lawan tidak lepas kendali untuk keluar dari
lingkungan kita. Di pihak lain bagi penerobos yang piawai, di sana masih banyak pintu-pintu
yang terbuka apabila satu celah dirasa telah tertutup. Jangan putus asa apabila dirasa ada pintu
satu yang dijaga, karena masih ada pintu lain yang siap menerima kedatangan kita, yang penting
kita mau berusaha dan bertindak segera. Ingatlah bahwa peluang selalu ada, walaupun terkadang
peluangnya sedikit.

2. Tuas

Gambar 28 permainan Tuas dari Rote Ndao

Tuas adalah salah satu permainan anak-anak yang cukup terkenal di rote ndao sekitar
tahun 1970-an yang dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari tim jaga dan tim pemukul dengan
masing-masing tim bisa terdiri dari 5 hingga 10 orang jika anak-anak yang bermain sangat
banyak. Dalam memainkan permainan ini dibutuhkan kekompakan, ketangkasan dan kecepatan.
Biasanya Tuas dimainkan di lapangan yang cukup terbuka.

Pelengkapan yang digunakan untuk dapat memainkan permainan ini yang pertama
tentunya perlu menentukan lapangan yang sedikit terbuka agar dapat bergerak secara leluasa.
Kemudian daun lontar muda yang dianyam berbentuk bola dan diberi batu kecil di dalam
anyaman tersebut, perlengkapan yang berikutnya adalah kayu bebak atau batang dari daun lontar
52
yang di potong dengan panjang 50 sampai 60 cm dan lebarnya 6-7 cm. Selain itu, ada juga tiang
kayu yang di tancap di dalam lapangan dengan jarak tertentu. Jumlah tiang yang di tancap adalah
3 tiang dan di beri nama tiang 1, tiang 2 , dan tiang 3.

Cara Bermain

 Membuat tiga tiang yang ditempatkan pada jarak tertentu. Untuk tiang 1 ditempatkan
agak dekat dengan si pemukul, tiang 2 dipasang di tengah-tengah tiang 1 dan 3 dengan
jarak sekitar belasan meter jika lapangannya besar tapi jika lapangannya kecil maka
cukup 4-5 meter, dan tiang tiga biasanya dipasang di paling akhir karena tiang tiga
merupakan daerah akhir untuk si pemukul berdiri dan memegang tiang tersebut agar bisa
kembali ke rumah atau awal tempat dimana si pemukul memukul bola, biasanya
diberikan dengan tanda garis lurus, jika si pemukul berhasil kembali dan melewati garis
tersebut maka akan mendapatkan poin.
 Membagi pemain menjadi dua tim, satu tim terdiri dari 3 – 5 atau dapat disesuaikan
dengan jumlah peserta, biasanya satu tim bisa sampai 10 orang. Satu tim akan menjadi
tim “jaga” dan tim yang lain akan menjadi tim “pemukul”.
 Anggota tim yang menjadi tim jaga akan menjaga daerah lapangan dan mengutus salah
satu pemainnya untuk mengumpan atau melambungkan bola untuk si pemukul dan tim
yang menjadi tim pemukul akan mengutus salah satu pemainnya untuk memukul bola.
Apabila pemukul tidak dapat memukul bola atau bola yang dipukul tidak terpukul hingga
3 kali berturut-turut maka pemukul hanya bisa masuk ke tiang 1, ia akan bisa ke tiang 2
atau 3 jika anggota pemukul berikutnya berhasil memukul bola.
 Anggota tim yang menjadi tim jaga harus bisa melempar bola mengenai tubuh si
pemukul yang sedang belari ke tiang 1 sampai 3, tim jaga tidak dapat melempar si
pemukul apabila ia sudah memegang tiang-tiang tersebut baik itu tiang 1, tiang 2 dan
tiang 3. Apabila tim jaga berhasil melempar bola mengenai tubuh pemukul maka kedua
tim akan berganti posisi dimana tim jaga akan menjadi tim pemukul dan sebaliknya tim
pemukul akan menjadi tim penjaga.
 Anggota tim yang menjadi tim pemukul harus bisa memegang ketiga tiang tersebut
secara berurutan yaitu tiang 1,2,kemudian tiang 3 agar tim pemukul bisa kembali ke batas
rumahnya. Jika pemukul bisa kembali ke rumah maka akan memperoleh poin dan
dilanjutkan dengan pemukul berikutnya.

Cara menentukan pemenang dari permainan ini adalah tim pemukul yang berhasil kembali ke
rumahnya maka akan memperoleh poin sehingga poin-poin yang terkumpul terseebut akan
dihitung dan dijumlahkan sehingga pemenang dari permaainan ini dapat ditentukan.

Peraturan

53
Berikut ini peraturan – peraturan yang berlaku dalam permainan Tuas:

 Pemain terbagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 5-10 orang (disesuaikan).
 Tim “jaga” bertugas menjaga agar tim “pemukul” tidak bisa menuju tiang 2 dan 3 serta
tidak dapat kembali ke rumahnya. Tim jaga juga harus bisa melempar bola mengenai
tubuh pemukul agar bisa berganti giliran menjadi tim pemukul.
 Tim “pemukul” harus berusaha menuju tiang akhir dan dapat kembali ke posisi semula
atau batas rumahnya dengan syarat tidak tersentuh bola yang dilempar oleh tim “jaga”
dan harus memegang ketiga tiang tersebut secara berurutan.
 Tim “pemukul” akan memperoleh poin apabila salah satu anggota tim berhasil kembali
ke rumahnya (tidak tersentuh bola dan memgang ketiga tiang secara berurutan).
 Apabila bola yang dipukul oleh tim pemukul ditangkap dengan satu tangan oleh tim jaga
maka tim jaga langsung berganti posisi menjadi tim pemukul dan sebaliknya.
 Anggota tim pemukul yang berhak lari ke tiang 1 hingga 3 adalah anggota tim pemukul
yang sudah terlebih dahulu memukul bola.
 Tim jaga berhak mengganti salah satu anggota yang mengunpan bola untuk tim pemukul
kapan saja

Makna permainan

Selain kebersamaan, permainan ini juga melatih kita dalam kekompakkan dan kerja sama yang
kuat. Dalam permainan ini terdapat tiang 1, 2 dan tiang 3 dimana pemain harus memegang dan
melewati ketiga tiang tersebut secara berurutan sehingga dapat kembali ke rumahnya.
Mengandung makna bahwa kesuksesan tidak dapat diperoleh dengan hanya membalikkan
telapak tangan, akan tetapi membutuhkan perjuangan, dimana setelah pemukul berhasil memukul
bola maka ia harus berjuang melewati tiang 1, 2, dan 3. Perjuangan yang ia lakukan pun tidak
semudah itu, ia harus menghindar dari lemparan-lemparan bola artinya banyak sekali rintangan-
rintangan yang ia hadapi seperti cacian, hinaan dan sebagainya untuk memperoleh kesuksesan.

54
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Untuk mengetahui bilangan dalam Bahasa Rote Ndao cukup dihafal bilangan 1
hingga 10, kemudian puluhan (hunu), ratusan (natun), dan ribuan ( lifun).
2. Tahapan- tahapan dalam berkebun diantaranya pengolahan tanah, pencarian mutu
benih yang akan dipakai.
3. Sistem kerja kebun di rote ndao menggunakan sistem kerja berkelompok
4. Perlengkapan kerja yang digunakan saat berkebun diantaranya cangkul, sabit, parang,
kapak, traktor, tudung kepala (solola), dan bekal.
5. Cara mengamankan hasil panen dari masyarakat Rote Ndao, contohnya padi yang
disiman di sokat dan jagung yang diikat dan di gantung di atap dapur
6. Cara menghitung banyaknya hasil panen di Rote Ndao tidak menggunakan satuan
perkilo, tetapi perbakul diamana setiap bakul terdapat sekitar 250 muk.
7. Proses pembuatan kain tenun diantaranya: Menghani, memasang benang lungsi,
pencucukan pada mata Gun, pencucukan pada Sisir, mengikat benang lungsi pada
BUM kain, penyetelan, menenun, melepas tenunan
8. Kain tenun khusus dipakai pada upacara-upacara adat, imbalan atas mas kawin dari
pengantin pria, barang antaran kaum perempuan, dan sebagai benda ekonomi yang
dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan pendapatan keluarga.
Berikut 10 motif dan gambar tenunan Rote Ndao yang terkenal:
 Motif Lafa Langgak (Kepala Selimut).  Merupakan ciri khas seluruh tenun Rote
yang berupa kepala selimut yang berupa lambang kombinasi dari lilin dan salib.
Makna yang berhubungan dengan kepercayaan agama yang banyak dianut
masyarakat lokal.
 Motif Henak Anan. Bermakna anak pandan, Motif Rote Barat terinspirasi dari
buah pandan, motifnya berbentuk daun-daun atau jajar genjang yang ukurannya
lebih besar dari motif Rote Timur.
 Motif Lamak Nen. Merupakan corak bentuk anak belalang, hewan yang banyak
berkeliaran di sekitar tempat berladang.
 Motif Ngganggu Dok. Menggambarkan daun kangkung dan daun daun kecil lain
yang biasanya menjadi makanan belalang.

55
 Motif Hua Ana Langi. Motif yang mempunyai makna ikan Garagahing. Motif
raja yang spesial karena dianggap keramat. potong kecil lalu dibakar.
 Motif Roa`ju atau Su`u Dok. Berupa motif daun-daun besar yang dalam bahasa
Ndao disebut roa`ju, sedangkan dalam bahasa Ba`a disebut su`u dok. Motif yang
berasal dari bentuk daun sukun. Sekadar info, sukun adalah makanan rakyat Ba’a
ketika zaman perang melawan penjajah.
 Motif Mada Karoko. Berupa gambar duri laut atau tek.
 Motif Pending. Motif ini ditiru dari bentuk pending yakni ikat pinggang
tradisional Rote.
9. Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak dan emas
dan biasa dipakaikan pada pinggang pada saat menggunakan pakaian adat/sebagai
perlengkapan dari pakaian adat.
10. Proses menenun biasanya memakan waktu tiga minggu per kain( sarung/selimut ),
dan para Penenun biasanya menghabiskan waktu selama 6 jam sehari ( 11.00 –
17.00 ) untuk menenun. Oleh karena itu harga per kain ini mencapai Rp. 250.000,-
hingga Rp 750.000 tergantung motif dan waktu pembuatannya.
11. Produk turunan dari kain tenu rote ndao diantarnya: kemeja, jas, topi, dompet,
aksesoris, dan pakaian wanita.
12. Tari kebalai adalah tarian daerah yang terdapat di Nusa Tenggara Timur.
Tarian Kebalai berasal dari daerah Rote Ndao. Selain berfungsi sebagai hiburan,
tarian ini juga dimaknai sebagai dukungan untuk keluarga yang berduka agar tetap
tabah dan bangkit dari rasa duka. Dalam pertunjukan Tari Kebalai biasanya diiringi
musik, namun hanya diiringi oleh syair-syair yang dilantunkan oleh si pelantun.
Gerakan dalam Tari Kebalai biasanya lebih didominasi oleh gerakan kaki yang
bergerak maju mundur serta gerakan melangkah ke kanan. Tari Kebalai ini biasanya
dilakukan secara masal dan diikuti oleh masyarakat baik pria atau wanita, tua atau
muda, mereka berkumpul menjadi satu dan ikut menarikan tarian ini.
13. Tari Foti adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh kaum pria, namun tarian ini
juga tidak menutup kemungkinan untuk kaum wanita juga, asal si wanita itu mampu
mengandalkan kecepatan gerakan kaki. Tari ini pada zaman dulu digunakan untuk
penyambutan para prajurit pulang dari medan perang didaerah asal Lalendo pulau
Rote Ndao. Tari ini juga ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan yang
berkunjung ke Rote Ndao NTT dan kini tarian daerah ini memiliki fungsi lebih
banyak lagi. Tari Foti Lalendo ini biasanya dimainkan oleh 4-6 penari wanita dan satu
orang penari pria. Dalam pertunjukan Tari Foti Lalendo biasanya diiringi oleh musik
tradisional seperti gong dan gendang khas Rote Ndao yang dimainkan dengan cara
dipukul dengan kayu kecil. Dalam pertunjukan Tari Foti Lalendo biasanya para
penari menggunakan busana tradisional Rote Ndao.
14. Tuaba adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup di Rote Ndao, dimana
masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang

56
lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan
untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan
proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
15. Tuas adalah salah satu permainan anak-anak yang cukup terkenal di rote ndao sekitar
tahun 1970-an yang dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari tim jaga dan tim
pemukul dengan masing-masing tim bisa terdiri dari 5 hingga 10 orang jika anak-
anak yang bermain sangat banyak. Dalam memainkan permainan ini dibutuhkan
kekompakan, ketangkasan dan kecepatan. Biasanya Tuas dimainkan di lapangan yang
cukup terbuka.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis masih menemukan kekurangan-kekurangan


baik secara materi, penulisan, maupun gambar dalam makalah yang dibuat ini.

57
DAFTAR PUSTAKA

https://pertaniansawah.weebly.com/sawah-di-rote.html (diakses pada 03 April 2020)


https://rotendaokab.go.id/pertanian.php (diakses pada 03 April 2020)
https://www.tokotenun.com/pt/sebutkan-motif-atau-gambar-dari-tenunan-rote-ndao (diakses
pada 17 April 2020)
http://www.negerikuindonesia.com/2015/10/tari-kebalai-tarian-tradisional-dari.html?
m=1( diakses pada 27 April 2020)
http://www.negerikuindonesia.com/2015/10/tari-foti-lalendo-tarian-tradisional_9.html?m=1
(diakses pada 27 April 2020)
Solo Ronaldi Pance. 2020. “Bilangan dalam Bahasa Rote Ndao”. Hasil Wawancara Pribadi: 20
Maret 2020, Kupang.
Solo Ronaldi Pance. 2020. ”Cara menghitung hasil panen dan cara amankan hasil panen”.Hasil
wawancara pribadi: 4 April 2020, Kupang.
Solo Ronaldi Pance. 2020. “Banyaknya kain yang digunakan dalam menghasilkan satu lembar
kain tenun dan produk turunan dari kain tenun”. Hasil Wawancara Pribadi: 18 April 2020,
Kupang.
Solo Ronaldi Pance. 2020. “Permainan Rakyat Rote Ndao”. Hasil Wawancara Pribadi: 30 April
2020, Kupang.
Soeki Rinaldo Vicky. 2011. Sejarah Pakaian Adat Rote Ndao di
http://vickysoeki.blogspot.com/2011/12/sejarah-cara-pembuatanmoti-fungsi.html?
m=1(diakses pada 15 April 2020)
Say Johana. 2012. About tenun ikat pulau rote di
http://ataupahfamzz.blogspot.com/2012/05/about-tenun-ikat-pulau-rote.html?m=1 (diakses
pada 17 April 2020)

58

Anda mungkin juga menyukai