Anda di halaman 1dari 3

Chairil Anwar Berguru Nyolong Pada Muh Yamin

Perihal colong-menyolong buku, ada dua orang yang jadi rajanya. Pertama adalah
Chairil Anwar. Kedua Muhammad Yamin. Haus akan bacaan, Chairil tak pernah
ragu mencuri buku milik siapa saja. Yang jadi langganannya adalah sebuah toko
milik orang Belanda. Siasatnya sungguh jitu: ia memacari salah seorang penjaga
toko tersebut, sehingga pengawasan tak terlalu ketat. Kadang ia merobek diam-
diam halaman-halaman buku dari toko tersebut, atau buku milik kawannya.
Muhammad Yamin pun punya kebiasaan serupa. Ia tak pernah melewatkan sedikit
pun kesempatan untuk menilep buku milik siapa saja.
Suatu hari "raja" yang bernama Chairil Anwar mengundang "raja" yang lain,
Muhammad Yamin, datang ke rumahnya. Dia letakkan sebuah buku di atas meja
dan ia pura-pura tidak tahu apa yang bakal dilakukan oleh Yamin. Tentu saja
Yamin tidak menyia-nyiakan sebuah buku tergeletak begitu saja di atas meja.
"Chairil bukannya tidak tahu bukunya dicolong Yamin," kata Nursjamsu, salah
seorang penulis kawan dekat Chairil, sebagaimana dikutip majalah Sarinah, Mei
1986. "Dia pernah bilang sama saya bahwa dia ingin tahu bagaimana caranya
Yamin nyolong buku."
Karena itu tak apalah mengorbankan sebuah buku demi menimba ilmu.
--------------------------------------------------------------------------------
Sumber: majalah Sarinah, Mei 1986. Akubaca memperoleh kliping artikelnya di
Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM),
Jalan Cikini, Jakarta.
Chairil Anwar Latihan Angkat Besi
Chairil Anwar berang ketika muncul tulisan HB Jassin di Mimbar Indonesia
berjudul Karya Asli, Saduran, dan Plagiat. Pada saat itu memang sedang ramai
orang memasalahkan Krawang-Bekasi, puisi Chairil yang memiliki banyak
kesamaan dengan sajak The Dead Young Soldiers karya Archibald MacLeash;
juga sajak Datang Dara Hilang Dara yang merupakan terjemahan dari sajak
penyair Cina Hsu Chih-Mo, dan Chairil mencantumkan namanya sendiri sebagai
penulisnya.
Jassin begitu gigih membela Chairil, juga dalam tulisan yang dimuat Mimbar
Indonesia itu. Kendati demikian, si Binatang Jalang justru merasa bahwa Jassin
tengah menyindirnya. Suatu malam di tahun 1949 ia datang ke pementasan
sandiwara Api karya Usmar Ismail, yang disutradarai oleh Usmar Ismail sendiri.
Jassin ikut main sebagai seorang mantri yang bekerja pada seorang apoteker --
diperankan oleh Rosihan Anwar-- yang ingin menghancurkan musuh dengan alat
peledak temuannya. Dalam cerita itu, Jassin tahu segala hal yang akan dilakukan
oleh si apoteker. Ia begitu menghayati perannya sebagai orang yang tertekan
mengetahui sebuah rahasia.
Kemudian muncullah si kurus Chairil Anwar dengan mata merah dan gaya yang
urakan. Ia lalu lalang di muka Jassin.
"Hmmh!" Chairil mencibir. "Bisamu cuma menyindir, tak ada yang lain."
"Aku bisa yang lain!" teriak Jassin.
Maka Jassin yang malam itu terlanjur menghayati tokoh yang tertekan menjadi
panas oleh cibiran Chairil. Ditumbuknya si kurus hingga terpelanting Orang-orang
berkerumun. "Ada apa?" tanya Usmar Ismail. "Jassin memukul Chairil," teriak
yang lain. Keduanya dilerai, dan Chairil dibawa keluar. Beberapa kawan sesama
seniman menyalahkan Jassin kok tega-teganya memukul Chairil.
Layar diangkat.
Di bangku penonton, di deretan paling depan, duduk Chairil Anwar. Jassin semula
tidak menyadari kehadiran Chairil di bangku depan itu, sampai kemudian ia
melihat Chairil menuding-nudingnya selama sandiwara berlangsung.
Beberapa hari setelah itu terdengar kabar bahwa Chairil Anwar rajin berkunjung ke
Taman Siswa tempat Affandi melukis. Rupanya si kurus itu latihan angkat besi di
sana. "Aku mau pukul si Jassin," katanya. Dan suatu sore, Chairil benar-benar
datang ke rumah Jassin. Jassin mengamati tamunya: tidak ada perubahan, tubuhnya
tetap rangka dan matanya berwarna merah. Tapi ia tetap berjaga-jaga terhadap
segala kemungkinan.
"Jassin, aku lapar," kata Chairil. Seperti biasa.
Sindiran atau sinisme yang meluncur dari mulut atau kalimat seseorang seringkali
menunjukkan tingkat kecerdasan dan kemahiran seseorang mengolah kata. Saling
sindir di antara para penulis, juga negarawan, pada zaman dahulu selalu
memunculkan kalimat-kalimat yang tajam dan cerdas. Oscar Wilde (1854-1900)
adalah salah seorang penulis yang dikenal memiliki sinisme yang tajam terhadap
seseorang dan karya-karyanya. Berikut adalah beberapa ucapannya:
"Ada dua cara membenci puisi. Cara pertama, bencilah puisi itu sendiri. Cara
kedua, bacalah Alexander Pope."
"Bernard Shaw seorang yang sangat eksentrik. Ia sama sekali tidak punya musuh,
dan tak ada seorang teman pun yang menyukainya."
"Aturan pertama bagi seorang yang belajar menulis naskah teater: jangan menulis
seperti Henry Arthur Jones.... Aturan kedua dan ketiga sama bunyinya."
"Setiap orang besar, dari setiap masa, memiliki banyak pengikut, dan selalu
muncul Yudas di antara mereka yang menyusun biografi." (Komentar terhadap
biografi tentang dirinya yang ditulis oleh Frank Harris.)
"Seseorang harus memiliki hati sekeras batu untuk membaca kematian si mungil
Nell tanpa meledakkan gelak tawa." (Komentar tentang Old Curiosity Shop, karya
Charles Dickens.)
"Henry James menulis fiksi seolah-olah itu sebuah tugas yang sangat menyiksa
baginya."
"George Moore menulis sangat bagus dalam bahasa Inggris -- jika ia menemukan
grammar."
"Tuhan memberkati Max dengan usia tua sepanjang hayatnya." (Komentar untuk
Max Beerbohm)
"Di bawah nisan ini berbaring William Hazlitt
tanpa rasa terima kasih kepada segala yang telah diberikan oleh Tuhan dan
manusia
Ia hidup sebagai seseorang yang tidak pernah berfikir
tentang kematian
Ia mati sebagai seseorang yang dengan gagah berani dan tanpa harapan menjalani
kehidupan."
- Samuel Taylor Coleridge (1772-1834),
menulis semacam epitaf untuk membalas apa yang ditulis oleh esais William
Hazlitt
"Hanya karena kemurahan Tuhan maka Carlyle dipertemukan dengan Mrs Carlyle
sehingga hanya ada dua orang --dan bukan empat-- yang hidupnya menderita."
- Samuel Butler (1835-1909), ditujukan kepada Thomas Carlyle.
Sumber: The Bumper Book of Insults!, susunan Nancy McPhee, Chancellor Press,
1996

Anda mungkin juga menyukai