Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN JUDUL

REVISI

TABEL SPESIFIKASI

Di ajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Evaluasi


Hasil Belajar Bidang Studi

Oleh

HAPPY KHOIRUNNISA’

110210302016

KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Tabel Spesifikasi.

Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas matakuliah Evaluasi Hasil
Belajar Bidang Studi. Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis belum maksimal. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen Pembimbing matakuliah Evaluasi Hasil
Belajar Bidang Studi, Dr Nurul Umamah M.Pd yang telah membimbing dan
mengarahkan bagaimana seharusnya makalah ini dibuat.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, serta makalah ini dapat menjadi manfaat bagi
pembaca. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Jember, 17 Juni 2013

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................2

1.1 Latar Belakang...............................................................................................2

1.2 Rumusan Msalah............................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Pengertian Tabel Spesifikasi..........................................................................4

2.2 Fungsi Tabel Spesifikasi................................................................................4

2.3 Langkah-Langkah Pembuatan........................................................................7

2.4 Tindak Laniut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi................................15

BAB 3. PENUTUP................................................................................................22

3.1 Kesimpulan...................................................................................................22

3.2 Saran.............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iii
2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah proses pembelajaran Siswa dituntut untuk mengerti dengan


materi yang disampaikan oleh seorang pengajar, oleh sebab itu pengajar juga
harus memiliki Tabel spesifikasi yang dapat membantu dalam mengadakan
penilaian terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya
lebih profesional dalam menyusun tes.
Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan
(materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi dalam tes,
dibuatlah tabel spesifikasi.
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus
dimiliki yaitu validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk
memudahkan guru dalam penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi
(tabel spesifikasi).
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blueprint.
Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan
tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak
diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Tabel spesifikasi memiliki fungsi penting dalam proses penilaian,oleh
sebab itu guru/pengajar harus bias membuat table spesifikasi dan memiliki tindak
lanjut setelah selesainya pembuatan table spesifikasi.

1.2 Rumusan Msalah

1.2.1 Apa Pengertian Tabel Spesifikasi ?

1.2.2 Bagaimana Fungsi Tabel Spesifikasi ?

1.2.3 Bagaimana Langkah-Langkah Pembuatan Tabel Spesifikasi ?

1.2.4 Bagaimana Tindak Laniut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi ?


1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Tabel Spesifikasi

1.3.2 Untuk Mengetahui Fungsi Tabel Spesifikasi

1.3.3 Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Pembuatan Tabel Spesifikasi

1.3.4 Untuk Mengetahui Tindak Laniut Sesudah Penyusunan Tabel

1.1 Manfaat

Diharapkan penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-


besarnya kepada pihak-pihak terkait ataupun pihak lainnya yang memerlukan
informasi lebih mengenai Tabel Spesifikasi  

3
4

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tabel Spesifikasi

Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang


soal-soal yang diperlukan atau    yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat
diartikan test blue-print  atau table of specification merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan.Wujudnya adalah sebuah tabel yang
memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi
yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang
menunjukkan jumlah soal. 1

2.2 Fungsi Tabel Spesifikasi

Dalam Pembicaraan mengenai Validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes


harus memiliki validitas isi dan tingkah laku. Dan memang validitas inilah yang
terpenting dalam penyusunan tes prestasi.

Untuk menjaga agar tes yang Kita susun Tidak menyimpang dari bahan
(materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam
tes,dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.

Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid,kisi-kisi atau Blue print.
Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi Dan
tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak
diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.

Dalam contoh hanya dicantumkan 3 buah aspek karena yang banyak


digunakan disekolah sampai sekarang hanya 3 buah ini (ingatan,pemahaman,Dan
aplikasi). Hal ini Tidak berati bahwa pengungkapan aspek lain Tidak
diseyogiakan.

1
Suhasimi, 2007 hal. 185
Contoh :

TABEL SPESIFIKASI

       Aspek yang Diungkap


Pokok materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(I) (P) (A)
Bagian I … … … …
Bagian II … … … …
Bagian n (terakhir) … … … …
Jumlah … … … …

Tabel Spesifikasi mempunyai kolom Dan baris,sehingga tampak hubungan


antara materi dengan aspek yang tergambar dalam indikator. Sebenarnya
penyusun tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua Hal tersebut tetapi
empat Hal,yaitu hubungan antara materi,indikator,kegiatan belajar,Dan evaluasi.

Keempat Hal,yaitu hubungan antara materi,indikator,kegiatan belajar,Dan


evaluasi merupakan kaitan yang erat sekali. Dengan mengenal materi yang akan
diajarkan (yang dipilih untuk mencapai Tujuan Kurikuler Dan Tujuan
Instruksional Umum), Kita segera tahu bagaimana sifat materi tersebut misalnya
fakta,konsep atau hubungan antar konsep. Apabila materinya berupa fakta, tentu
indikatornya menyangkut ingatan. Kegiatan belajarnya informasi Dan evaluasi
dapat diuraikan,isian singkat,benar-salah atau pilihan ganda Biasa.

Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh Pamantapan


Kerja Guru (PKG) dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat
komponen tersebut.

Urutannya adalah : indikator,materi,kegiatan belajar mengajar,Dan


evaluasi. Ini merupakan urutan yang benar. Memang dalam mengajar harus
diketahui terlebih dahulu apa yang akan dicapai. Kemudian ditentukan materi

5
penunjangnya. Apa yang disajikan diatas mengikuti kebiasaan yang Ada dalam
praktek. Karena yang tersedia dihadapan guru adalah materi yang tercakup dalam
buku,maka barulah dari materi tersebut dirumuskan,khususnya bagi mereka yang
belum terbiasa menyusun soal.

Kebiasaan yang salah dan tidak boleh lagi diteruskan adalah dari materi
disusun soalnya,baru kemudian dirumuskan indikatornya.

Sebagai contoh kaitan antara indicator, materi, kegiatan belajar mengajar


dan evaluasi adalah sebagai berikut .

TIK : 4.2.2. Siswa dapat menghitung kecepatan benda

Materi : 4.2.2. Percepatan benda

KBM : Informasi dan Tanya jawab percepatan

Evaluasi : 4.2.2. Sebuah benda yang mula-mula diam, massanya 5 kg dan


menerima dua buah gaya yang berlawanan dan sama besar masing-masing 10
newton.

Maka percepatannya ialah :

A. 0 m/dt2
B. 0.5 m/dt2
C. 2 m/dt2
D. 4 m/dt2

Dalam beberapa tahun terakhir ini istilah “table spesifikasi atau kisi-kisi”
ini mulai luntur dikalangan guru-guru. Sebagai alasan lunturnya adalah
munculnya istilah “indikator”. Sebetulnya kita tidak perlu “kagum”, “terharu”,
atau “lekas terpengaruh” dengan munculnya istilah-istilah baruyang justru
kadang-kadang membuat kita bingung, padahal sebetulnya sama saja. Istilah
“indicator” sebetulnya tidak berbeda banyak dengan inti aspek yang dirumuskan
dalam Tujuan Instruksional Khusus atau Indikator. Tentu saja berbeda, tetapi
dalam aplikasinya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, agar tidak membingungkan

6
pembaca, istilah yang digunakan dalam buku ini tetap “kisi-kisi” atau “table
spesifikasi”. 2

Fungsi tabel spesifikasi adalah Sebagai pedoman untuk menulis soal


menjadi perangkat tes. 3

2.3 Langkah-Langkah Pembuatan

Sebenarnya ada beberapa macam tabel spesifikasi Macam tabel


ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas materi yang akan diteskan. Satu
hal yang sama adalah bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah
mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian memberikan
imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.

Contoh;

Akan mémbuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah:

1. Pengertian (2)

2. Fungsi Evaluasi (3)

3. Macam-Macam Cara Evaluasi (4)

4. Persyaratan Evaluasi (5)

Angka-angka yang tertera di dalam kurung yang dituliskan dibelakang


pokok materi, menunjukkan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Penentuan imbangan bobot dilakukan olehpenyusun soal berdasarkan atas luasnya
materi atau kepentingannya untuk dites. Penentuan imbangan dilakukan atas
perkiraan (judgment) saja. Pada waktu menuliskan angka tidak perlu dihitung-
hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya akan diubah menjadi angka
dalam bentuk persentase.

2
Suharsimi Arikunto, 2012 hal. 200-202
3
Drs.Zainal Arifin, 2011 hal. 93

7
Dari contoh di atas, maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan kedalam
tabel dan mengubah indeks menjadi persentase. lnilah merupakan langkah kedua
dari pembuatan tabel spesifikasi.

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI

Aspek yang
Diungkap
Pokok Materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
Pengertian 7
evaluasi (14%)
Fungsi 10
evaluasi (21%)
Macam- 18
macam cara
evaluasi (36%)
Persyaratan 15
Evaluasi
(29%)
Jumlah 50 butir soal

Setelah mcncantumkan pokok-pokok materi yang akan diteskan beserta


persentasenya, langkah ketiga adalah memerinci banyaknya butir soal untuk tiap-
tiap pokok materi, dan angka ini dituliskah pada kolom paling kanan. Caranya
adalah membagi jumlah butir soal (di sini 50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan
imbangan bobot yang tertera sebagai persentase. .

Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan


dan bentuk soal yang akan diberikan.. Dalam contoh ini,misalnya akan disusun tes
berbentuk objektifdengan Jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena
waktu yang disediakan adalah 75 menitt. Sekali lagi di sini diperlukan

8
kebijaksanaan guru untuk memperkirakan banyaknya butir soal agar tidak terlalu
sedikit maupun terlalu banyak.

Sebagai Patokan waktu adalah bahwa sebuah soal tes objektif


membutuhkan waktu 1 memt untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika
disediakan waktu 75 menit untuk tes dapat disusun butir soal sejumlah :

1. 50 buah bentuk objektif (50 menit).

2. S buah bentuk uraian (25 menit).

ladi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh:

1. waktu yang tersedia,

2. bentuk soal.

Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang
studi.

Untuk _ langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah khusus,tergantung


dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan.

a. Untuk Materi yang Seragam

Yang dimaksud dengan “seragam" di sini adalah bahwa antara pokok maferi yang
satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek
tingkah laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20%
untuk aplikasi. Apabila demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan
pada kolom, di bawah kata- kata "lngatan", "Pemahaman", dan "Aplikasi".
Selanjutnya banyak butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan Cara
menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudan
tertulis di kolom paling kanan. Perlu diperhatikan bahwa angka yang diperoleh
untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka
atau menggeser-gesernya sehingga jumlah -ke samping dan ke bawah diperoleh
angka benar.

9
Contoh :

TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI

Aspek yang Diungkap


Pokok Materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(50%) (30%) (20%) (100%)
Pengertian
(A) (B) (C) 7
evaluasi (14%)
Fungsi
(D) (E) (F) 10
evaluasi (21%)
Macam-
macam cara (G) (H) (I) 18
evaluasi (36%)
Persyaratan
Evaluasi (J) (K) (L) 15
(29%)
Jumlah 50

Untuk mengisi/menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan


demikian

Sel A = 50 % x 7 soal = 3,5 (4 soal)


Sel B = 30%  x 7 soal = 2,1 (2 soal)
Sel C = 20%  x 7 soal = 1,4 (1 soal)
Untuk memgisi sel-sel yang lain, dilakukan dengan cara yang sama seperti hal
nya mengisi sel A, B, dan C.
Catatan :
Disamping menggunakan cara seperti diatas, dalam menentukan jumlah
butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, ada lagi cara lain yang dapat diambil yaitu
mulai dari pengisian sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal tiap pokok
materi.

10
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES IPS
Aspek yang diukur
Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
Pokok materi
(50%) (30%) (20%) (100%)
Bab 1 (40%) (A) (B) (C)
Bab 2 (30%) (D) (E) (F)
Bab 3 (30%) (G) (H) (I)
Jumlah (100%) 40

Misalnya berdasarkan waktu yang telah djtentukan, diperkirakan akan


disusun 40 buah butir soal. Maka tiap sel diperoleh imbangan jumlah sebagai
berikut:

Sel A = 50% X 40% X 40 soal = 8 soal

Sel B = 30% X 40% X 40 soal = 4.8 soal (dibulatkan 5 soal)

Sel C = 20% X 40% X40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)

Sel D = 50% X 30% X 40 soal = 6 soal

Demikian seterusnya setelah dihitung dengan cara yang sama terdapatlah


angka-angka yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap
aspek. Sesudah ltu baru dijumlahkan ke kanan maupun ke bawah sehingga
terdapat jumlah soal untuk setiap bagian/pokuk materi maupun untuk setiap aspek
tingkah laku,

Dengan demikian maka label s|pesifikasi penyusunan tes IPS tersebut akan
terisi seperti dibawah ini.

Aspek yang diungkap


Pokok materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(50%) (30%) (20%)

11
Bab 1 (40%) (A) 8 (B) 5 (C) 3 16
Bab 2 (30%) (D) 6 (E) 4 (F) 2 12
Bab 3 (30%) (G) 6 (H) 4 (I) 2 12
Jumlah (100%) 40

b. Untuk Materi yang Tidak Seragam

Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (label spesifikasfl


untuk materi yang seragam dalam arti, seragam dalam imbangan tingkah laku.

Adakalanya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu


aspek tingkah laku saja, yakni ingatan saja. Misalnya. suku-suku bangsa yang ada
di Indonesia. Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan, tanpa
perlu dipahami, apalagi diaplikasikan. Dalam keadaan demikian maka yang isi
hanya kolom ingatan.

Dalam keadaan lain misalnya hal osmose dan difusi, hanya dapatdipahami
dan diaplikasikan, sebaiknya tidak dihafalkan

Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam,


tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala
kolom. Pemberlan lmbangan dilakukan tiap pokok materi dldasarkanatas
banyaknya soal untuk pokok materi dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai
menurut sifat pokok materi yang bersangkutan.

TABEL SPESIFIKASI UNTUK PENYUSUNAN TES EVALUASI

       Aspek yang Diungkap


Pokok materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(50%) (30%) (20%)
Bab 1 (25%) (A) (B) (C) 10
Bab 2 (40%) (D) (E) (F) 16
Bab 3 (35%) (G) (H) (I) 14

12
Jumlah (100%) 40

Dalam keadaan seperti dicontohkan, misalnya:

Bab 1 mayoritas hafalan.

Bab 2 mayoritas pemahaman.

Bab 3 mayoritas aplikasi.

Maka imbangan aspek tingkah laku, tidak dapat dituliskan pada kepala
kolom. Penentuan angka yang menupjukkan banyaknya butir soal pada tiap sel,
ditentukan perbab.

Contoh:

Untuk Bab 1, lngatan 60%, pemahaman 30%, untuk aplikasi 10%, maka:

1) Sel A = 60% X 10 soal = 6 soal


2) Sel B = 30% X 10 soal = 3 soal
3) Sel C = 10% X 10 soal = 1 soal

Untuk Bab 2, lngatan 20% Pemahaman 50%, untuk aplikasi 30%, maka;

1) Sel D = 20% X 16 soal = 3 soal


2) Sel E = 50% X 16 soal = 8 soal
3) Sel F = 30% X 16 soal = 5 soal

Untuk Bab 3, lngatan 20%. pemahaman 20%, untuk aplikasi 60%. maka:

1) Sel G = 20% X 14 soal = 5 soal


2) Sel H = 20% X 14 soal = 5 soal
3) Sel I = 60% X 14 soal = 5 soal

Dengan pengetahuan 2 cara, atau bahkan 3 cara, maka pada waktu akan
membuat tabel spesifikasi pertama-tama harus diadakan perkiraan (judgment)

13
apakah materi-materi yang akan diteskan merupakan materi yang homogen atau
bukan.

Apabila tabel spesifikasi sudah jadi. maka ini berarti bahwa guru sudah
melakukan sesuatu tugas betul dan aman di dalam rangkaian tugas menyusun tes.
Penyusunan tes yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin
bahwa tesnya cukup mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.

Adakalanya guru memperoleh blmbingan dalam menyusun soal tes. Agar


Pembimbmgan dapat bellangsung Secara efektif sebaiknya dalam mengisi sel-sel
tabel spesifikasi, dltuhskan sekaligus unsur-unsur item bagi sel yang
bersangkutan, misalnya sebagai berikut:

       Aspek yang Diungkap


Ingatan Pemahaman Aplikasi
Pokok materi Jumlah
(I) (P) (A)
Bab 1 (25%) (6) (3) (1) 10
1,2,6,7,8,10 3,4,9 5
Bab 2 (40%) (3) (8) (9) 16
11,18,22 12,13,14,15, 16,17,21,
19,20,23,24 25,26
Bab 3 (35%) (3) (3) (8) 14
27,32,26 28,33,37 29,30,31,34,
35,38,39,40
Jumlah (100%) 12 14 14 40

Dengan dicantumkannya nomor-nomor item tersebut pembimbing dapat


menelusuri sesuatu rumusan item kembali pada kisi-kisi. Misalnya, untuk item
nomor 16 menurut, kehendak penulis soal, item tersebut mengukur aplikasi. Oleh
pembimbing ditelaah rumusan kalimat dan isinya. Sangat mungkin ternyata item
tersebut hanya mengungkap ingatan saja. Memang demikianlah menurut
pengalaman penulis buku ini dalam memberikan bimbingan kepada para guru

14
maupun mahasiswa. Paling mudah adalah membuat item yang mengukur aspek
ingatan.

Pada waktu ini ada kecenderungan di dalam dunia pendidikan tidak


menggunakan pendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator". Kecenderungan
baru tersebut tidak berarti menyalahkan yang lama, tetapi menyempurnakannya.
Demikianlah perkcmbangan ilmu pengetahuan, selalu mencari kesempurnaan.
Pendekatan dengan “indikat0r" tidak jauh berbeda dengan pendekatan "aspek".
Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga ke dalam buku ini.

2.4 Tindak Laniut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi

Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi
untuk memperoleh seperangkat soal tes. Dua langkah tersebut adalah: menentukan
bentuk soal dan menuliskan snal-soal tes.

a. Menentukan Bentuk Soal

Dalam pengalaman yang diperoleh sehari-hari dapat diketahui adanya


bermacam-macam bentuk soal tes, dengan kebaikan dan keburukan masing-
masing. Dengan keterangan tentang bagaimana cara mengatasi keburukan atau
kekurangan tiap bentuk, maka kita dapat mengambil berbagai bentuk.

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal.
yaitu:

1) waktu yang tersedia,

2) sifat materi yang dites.

Sebagai pertimbangan menentukan bentuk soal sehubungan dengan waktu


yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah membutuhkan waktu lebih
singkat daripada isian atau pilihan ganda. Bentuk menjodohkan adalah bentuk
yang memerlukan waktu banyak untuk menyelesaikan. Yang perlu mendapat

15
perhatian adalah soal bentuk uraian. Soal bentuk ini paling banyak memakan
waktu walaupun maslh perlu diperinci lagi bahwa soal yang menghendaki siswa
untuk menguraikan, tentu saja lebih banyak memakan waktu dibandingkan
dcngan pertanyaan "mengapa."

Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya scbuah
pokok materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar
dicarikan alternatif yang hamplr sama

Materi yang berisikan fakta-fakta. lebih mudah dibuatkan alat pengukur


bentuk isian singkat. Materi-materi yang yang dapat diukur dengan soal bentuk
menjodohkan.

Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam menggunakan soal


bentuk objektifdan bentuk uraian, untuk menentukan bentuk soal ini.

Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah
mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah:

1) Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali
pertemuan (@ 45 menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan
untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran memerlukan
waktu kira-kira 5-10 menit.
2) Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif pilihan
ganda kira-kira1/2 -1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda
sederhana benar-salah barangkali dapat lebih singkat).
3) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian
tergantung dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan jawaban.

Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah
sebagai berikut:

16
1) Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi
yang diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan
dengan aspek ingatan.
2) Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi.
Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3) Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan
konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapim dapat juga
aplikasi.
4) Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan
menghubungkankonsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini
berhubungan dengan aspek aplikasi.
5) Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam
permasalahan yang Iebih Iuas. Kasus permasalahan yang luas dapat
diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis,sintesis, atau
evaluasi.

Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek
yang diukur.

Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal, yaitu
bentuk objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau isti!ah. Hal-hal


seperti ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal
bentuk benar-salah (B-S) ataupun isian singkat.
2) Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi
ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice).
Definisi atau hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji
dengan bentuk benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua
pernyataan yang dihubunglfan dengan kata “sebab").
3) Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan
soal bentuk uraian.

17
Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan
bentuknya, kita akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaitan. Bentuk
"Hubungan Antarhal" tidak tepat digunakan untuk mengukur aspek ingatan, tetapi
aspek pemahaman ke atas

b. Menuliskan Soal-Soal Tes

Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes


(item writing). Walaupun tampaknya tinggal satu langkah,akan tetapi langkah ini
merupakan langkah penting karena kegaoalan dalam hal ini dapat berakibat fatal.
Hal-hal yang harus diperhatikan :

1) Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali lagi
bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya
sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar : faktor
bahasa tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2) Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau
membingungkan.
3) Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kataperlu
diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Dalam Matematika misalnya,
penulisan pangkat maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang
semestinya.
4) Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa
melihat bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk mengerjakan
tiap kelompok soal merupakan hal yang penting dan tidak boleh diabaikan.
Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa
tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki oleh guru.

Catatan:

Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba
(tryout) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan
uji coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun. paling tidak dapat ditarik
manfaat-manfaat sebagai berikut:

18
1) Pengalaman menggunakan tes tersebut.
2) Mengetahui kesukaran bahasa.
3) Mengetahui variasi jawaban siswa.
4) Mengetahui waktu yang dibutuhkan
5) Dan lain-lain kesulitan.

Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun tes terstandar
sehingga kondisi bagi tes tersebut sudah diketahui dengan pasti. Hal ini tidak
berarti bahwa bagi guru tidak dimungkinkan melaksanakan uji coba. Sebetulnya
kondisi tes yang menyangkut keadaan siswa dan suasan akelas sudah dikenal oleh
guru. terutama oleh guru yang mengajar suatu tingkat kelas berturut-turut
beberapa tahun.

Masukan siswa yang dihadapi sudah dikenal. Rata-rata kepandaian anak


sudah dapat diperkirakan sebelumnya.

Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang digunakan.Oleh
karena menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan
soa!-soal tesnya, dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana
yang terlalu mudah, terlalu sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian
maka keterampilan guru dalam menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh
sekumpulan tes yang mutunya bukan lagi yang paling bawah.

Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut
dengan sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran
hasil seperti yang diharapkan.

Evaluasi selalu harus sejalan dengan materi yang diajarkan. Di sekolah


dasar banyak hal-hal yang bersifat hafalan yang diajarkan. Di sekolah Ianjutan
tingkat pertama, lebih banyak pemahaman dibandingkan hafalannya. Di sekolah
lanjutan tingkatatas beralih ke hal-hal yang sifatnya analitik-sintetik dan
problematik. lni semua berakibat pada aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa
makin ke tingkat atas pendidikannya, aspek yang diukur mengarah ke kognitif
tingkat tinggi. studi memiliki sifat dan karakteristik

19
Berhubung setiap bidang studi memiliki karakter sendiri-sendiri maka
persentase yang menggambarkan aspek yang diungkap tidak mungkin
diseragamkan. Berikut ini disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi
persen setiap aspek untuk berbagai bidang studi.

Contoh ini diambl dari Pedoman Penyusunan Tes Sumatif di Proyek


Perintis Sekolah Pembangunan. Yang mungkin saja dapat dijadikan pedoman
dalam menyusun tes yang sejenis.

KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP DALAM MENYUSUN TES


SUMATIF UNTUK TIAP BIDANG STUDI

(dalam 100%)

Aspek yang diungkap


Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(%) (%) (%) (100%)
Pokok Materi
SD 50 30 20 100
MATEMATIKA SMP 40 30 30 100
SMA 40 30 30 100
SD 60 30 10 100
ILMU
SMP 50 35 15 100
PENGETAHUAN
SMA 40 40 20 100
PENDIDIKAN SD 60 25 15 100
MORAL SMP 50 35 20 100
PANCASILA SMA 40 35 25 100
ILMU SD 65 25 10 100
PENGETAHUAN SMP 55 30 15 100
SOSIAL SMA 45 35 20 100
BAHASA SMP 25 50 25 100

20
INGGRIS *)
SMA 25 50 25 100
SD 40 35 25 100
BAHASA
SMP 25 40 35 100
INDONESIA
SMA 20 50 30 100
*) Untuk Bahasa Inggris

a. Catatan yang dimaksud dengan “ingatan” adalah vocabulary idiomatic


expression.

b. Pemahaman adalah structure dan comprehension

c. Aplikasi adalah kemampuan menjawab pertanyaan dalam bentuk essay dan


kemampuan translation

21
22

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan
(materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi dalam tes,
dibuatlah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blueprint.
Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan
tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak
diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Macam tabel ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas materi yang
akan diteskan. Satu hal yang sama adalah bahwa langkah pertama yang harus
diambil adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian
memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.

Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi
untuk memperoleh seperangkat soal tes yakni ;: menentukan bentuk soal dan
menuliskan soal-soal tes.

3.2 Saran

Guru yang memiliki potensi akan selalu meningkatkan mutu tes yang
digunakan. Oleh sebab itu disarankan untuk mengumpulkan soa!-soal tesnya, dan
disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah,
terlalu sukar, atau membingungkan dari tingkat C1 sampai C6. Dengan cara
demikian maka keterampilan guru dalam menyusun tes akan meningkat, dan akan
diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan lagi yang paling bawah.
23

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2007, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2012, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta:

Bumi Aksara

Arifin, Zainal, 2011, Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai