Anda di halaman 1dari 19

PEMBUATAN KISI-KISI (TABEL SPESIFIKASI)

Dosen Pengampu : Vera Wahyuni, M.Pd

Disusun Oleh:

Cahya Ageza (2011133)

Sherly Oktaviani (2011135)

Dahlia (2011149)

Mulyana Safitri (2011153)

Syahirul Alim (2011156)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Pembuatan Kisi-kisi (Tabel Spesifikasi)” dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI semester 5 PAI dari Ibu Vera Wahyuni, M.Pd.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi wawasan kepada pembaca
tentang cara pembuatan kisi-kisi.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Vera Wahyuni selaku
dosen mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan limpahan pahala atas


kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis merasa bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca demi perbaikan makalah
ini.

Bangka, 3 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 1

C. Tujuan …………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………... 2

A. Penyusunan Tabel Spesifikasi …………………………………. 2

B. Langkah-Langkah Pembuatan …………………………………. 3

C. Tindak Lanjut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi ………... 9

BAB III PENUTUP ………………………………………………………. 15

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pendidikan tes merupakan faktor yang sangat perlu


diperhatikan karena hasil evaluasi sangat diperlukan untuk menentukan
berbagai macam tujuan dalam pengambilan keputusan antara lain seleksi,
penempatan, prediksi, pengembangan kurikulum, perbaikan proses
belajar-mengajar, dan pertanggungjawab pelaksanaan program pendidikan.

Dalam melakukan sebuah tes perlu dilakukan beberapa tahapan,


tahapan pertama adalah penyiapan perangkat tes. Untuk melakukan
penyiapan perangkat tes, maka diperlukan langkah-langkah diantaranya:
menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku pelajaran,
menentukan kisi-kisi. Untuk menjaga agar tes yang disusun tidak
menyimpang dari materi serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang dicakup
dalam tes, maka dibuatlah tabel spesifikasi atau juga disebut dengan kisi-
kisi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyusunan tabel spesifikasi ?

2. Bagaimana langkah-langkah pembuatan untuk materi yang seragam


dan materi yang tidak seragam ?

3. Bagaimana tindak lanjut sesudah penyusunan tabel spesifikasi ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan tabel spesifikasi.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan tabel spesifikasi untuk


materi yang seragam dan yang tidak seragam.

3. Untuk mengetahui tindak lanjut sesudah penyusunan tabel spesifikasi.


1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyusunan Tabel Spesifikasi

Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa


sebuah tes harus memiliki validitas, inilah yang terpenting dalam menyusun
tes prestasi. Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari
bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup
dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.

Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue
print.1 Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang rincian materi dan
tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilaian.
Tiap kolom diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal. Dalam
contoh hanya dicantumkan tiga buah aspek karena yang banyak digunakan
di sekolah sampai sekarang hanya tiga buah ini (ingatan, pemahaman, dan
aplikasi). Hal ini tidak berarti bahwa pengungkapan aspek lain yang tidak
diseyogyakan.

Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga nampak


hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK.
Sebenarnya penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua
hal tersebut tetapi empat hal, yaitu hubungan antara materi, TIK, kegiatan
belajar, dan evaluasi.

Keempat hal: materi, TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi merupakan


kaitan yang erat sekali. Dengan mengenal materi yang akan diajarkan, kita
segera tahu bagaimana sifat materi tersebut misalnya fakta, konsep, atau
hubungan antar konsep. Apabila materinya berupa fakta, tentu TIK-nya

1
Ibadullah Malawi & Endang Sri Maruti, Evaluasi Pendidikan, (Jawa Timur: CV. AE
MEDIKA GRAFIKA, 2016), hlm 63.

2
menyangkut ingatan. Apabila kegiatan belajarnya informasi dan evaluasi
dapat uraian, isian singkat, benar-salah (B-S), atau pilihan ganda.

Pokok Materi Aspek yang diungkapkan

Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah

Bagian I … … … …

Bagian II … … … …

Bagian (terakhir) … … … …

Jumlah … … … …

Urutan antar komponen tersebut apabila dimasukkan ke dalam


Program Satuan Pelajaran menjadi: TIK, materi, KBM, dan evaluasi. Sering
ditemukan kebiasaan yang keliru adalah: dari materi disusun soal, baru
merumuskan TIK.

B. Langkah-Langkah Pembuatan

Terdapat bermacam-macam tabel spesifikasi. Macam tabel ini


ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas materi yang akan diteskan.
Satu hal yang sama adalah bahwa langkah pertama yang harus diambil
adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian
memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.2

Contoh:

Akan membuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah:

1. Pengertian (2)

2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2018), hlm 156.

3
2. Fungsi Evaluasi (3)
3. Macam-macam Cara Evaluasi (4)
4. Persyaratan Evaluasi (5)
Angka-angka yang tertera di dalam kurung menunjukkan imbangan
bobot untuk masing-masing pokok materi. Penentuan imbangan bobot
dilakukan oleh penyusun soal berdasarkan atas luasnya materi atau
kepentingannya untuk dites. Penentuan imbangan dilakukan atas perkiraan
saja. Pada waktu menuliskan angka tidak perlu dihitung-hitung bahwa
jumlahnya harus 10 karena semuanya akan diubah menjadi angka dalam
bentuk persentase.
Dari contoh di atas maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan ke
dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase. Ini merupakan
langkah kedua dari pembuatan tabel spesifikasi.

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI

Aspek Yang Diungkap


Pokok Materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah

Pengertian 7
Evaluasi
(14%)

Fungsi Evaluasi 10
(21%)

Macam-Macam 18
cara evaluasi

(36%)

Persyaratan 15
Evaluasi

(29%)

4
Jumlah 50
butir soal

Setelah mencantumkan pokok-pokok materi yang akan diteskan


beserta presentasenya, langkah ketiga adalah memerinci banyaknya butir
soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini dituliskan pada kolom
paling kanan. Caranya adalah membagi jumlah butir soal (di sini 50 buah)
menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai
persentase.

Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang


disediakan dan bentuk soal yang akan diberikan. Dalam contoh ini,
misalnya akan disusun tes berbentuk objektif dengan jumlah 50 butir soal
berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah 75 menit.
Sekali lagi, disini diperlukan kebijaksanaan guru untuk memperkirakan
banyaknya butir soal agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak.

Sebagai patokan waktu adalah bahwa sebuah tes soal objektif


membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga
jika disediakan waktu 75 menit untuk dites, dapat disusun butir soal
sejumlah:

1. 50 buah bentuk objektif (50 menit).


2. 5 buah bentuk uraian (25 menit).3
Jadi, banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh:
1. Waktu yang tersedia,
2. Bentuk soal.
Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh
bidang studi. Untuk langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah-langkah

3
Ibid, hlm 157.

5
khusus, tergantung dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi
yang diteskan.
1. Untuk Materi yang Seragam
Yang dimaksud dengan “seragam” di sini adalah bahwa antara
pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai
kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. 4 Misalnya 50% untuk
ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Apabila
demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan pada kolom,
di bawah kata-kata “Ingatan”, “Pemahaman”, dan “Aplikasi”.
Selanjutnya, banyak butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh
dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap
pokok materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan. Perlu
diperhatikan bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan
pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka atau menggeser-
gesernya sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh angka
benar.
Contoh:
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI
Aspek Yang Diungkap

Pokok Materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


(50%) (30%) (20%) (100%)

Pengertian Evaluasi (A) (B) (C) 7


(14%)
Fungsi Evaluasi (D) (E) (F) 10
(21%)
Macam-Macam Cara (G) (H) (I) 18
Evaluasi
(36%)

4
Ibid, hlm 158.

6
Persyaratan Evaluasi (K) (L) (M) 15
(29%)
Jumlah 50

Untuk mengisi/menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan


demikian:
50
Sel A = × 7 soal = 3,5 (4 soal)
100
30
Sel B = × 7 soal = 2,1 (2 soal)
100
20
Sel C = 100 × 7 soal = 1,4 (1 soal)
Untuk mengisi sel-sel yang lain, dilakukan dengan cara yang sama
dengan cara yang digunakan untuk menentukan sel A, B, dan C.
2. Untuk Materi yang Tidak Seragam
Materi yang tidak seragam maksudnya yaitu adakalanya pokok-pokok
materi dalam satu bulan hanya mencakup satu aspek yakni misalnya,
ingatan saja. 5 Maka yang diisi hanya kolom ingatan saja.
Langkah selanjutnya:
a. Pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu mencantumkan
angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom.
b. Mambagi tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal untuk pokok
materi itu.
c. Menentukan angka yang menunjukkan banyaknya butir soal pada tiap sel
ditentukan perBAB.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI
a. Pokok-pokok materinya adalah:
1) Pengertian (2)
2) Fungsi evaluasi (3)

5
Dwi Ivayana Sari, Evaluasi Pembelajaran, (2015), hlm 74.

7
3) Macam-macam cara evaluasi (5)
4) Persyaratan evaluasi (4)
b. Memindahkan pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks
menjadi persentase (kolom paling kiri).
c. Merinci banyaknya butir soal (ditulis pada kolom paling kanan).
d. Untuk materi seragam, membagi beberapa aspek tingkah laku (kolom
paling atas).6
e. Mengisi banyaknya butir soal untuk setiap sel.
Aspek Yang Diungkap

Pokok Materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


(50%) (30%) (20%) (100%)

Pengertian Evaluasi (A) (B) (C) 7


(14%)
Fungsi Evaluasi (D) (E) (F) 10
(21%)
Macam-Macam Cara (G) (H) (I) 18
Evaluasi
(36%)
Persyaratan Evaluasi (J) (K) (L) 15
(29%)
Jumlah 50

Untuk menentukan banyaknya butir soal tiap sel:


50
Sel A = × 7 soal = 3,5 (4 soal)
100
30
Sel B = 100 × 7 soal = 2,1 (2 soal)
20
Sel C = 100 × 7 soal = 1,4 (1 soal)

6
Ibid, hlm 75.

8
C. Tindak Lanjut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi

Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel


spesifikasi untuk memperoleh seperangkat soal tes. Dua langkah tersebut
adalah menentukan bentuk soal dan menuliskan soal-soal tes.

1. Menentukan Bentuk Soal


Dalam pengalaman yang diperoleh sehari-hari dapat diketahui
adanya bermacam-macam bentuk soal tes, dengan kebaikan dan
keburukan masing-masing. Dengan keterangan tentang bagaimana cara
mengatasi keburukan atau kekurangan tiap bentuk maka kita dapat
mengambil berbagai bentuk.7 Ada dua hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan bentuk soal, yaitu :
a. Waktu yang tersedia; dan
b. Sifat materi yang di tes.
Sebagai pertimbangan menentukan bentuk soal sehubungan dengan
waktu yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah
membutuhkan waktu lebih singkat daripada isian atau pilihan ganda.
Bentuk menjodohkan adalah bentuk yang memerlukan waktu banyak
untuk menyelesaikan. Yang perlu mendapat perhatian adalah soal
bentuk uraian. Soal bentuk ini paling banyak memakan waktu walaupun
masih perlu diperinci lagi bahwa soal yang menghendaki siswa untuk
menguraikan, tentu saja lebih banyak memakan waktu dibandingkan
dengan pertanyaan “mengapa”.
Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes. Adakalanya sebuah
pokok materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda
karena sukar dicarikan alternatif yang hampir sama. Materi yang
berisikan fakta-fakta, lebih mudah dibuatkan alat pengukur bentuk isian
singkat. Materi-materi yang dapat diukur dengan soal bentuk pilihan

7
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2018), hlm 165.

9
ganda, apabila digabungkan dapat diukur dengan soal bentuk
menjodohkan. Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam
menggunakan soal bentuk objektif dan bentuk uraian, untuk
menentukan bentuk soal ini.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus
sudah mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tes. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan alokasi waktu tes adalah berikut ini.
a. Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali
pertemuan (@ 45 menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit,
sedangkan untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran
memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.
b. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif
pilihan ganda kira-kira ½-1 menit untuk setiap butir tes (bentuk
pilhan ganda sederhana benar-salah berangkali dapat lebih singkat).
c. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian
tergantung dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan
jawaban.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir
adalah sebagai berikut.
a. Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh
materi yang diajarkan.8 Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini
berhubungan dengan aspek ingatan.
b. Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh
materi. Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek
pemahaman siswa.
c. Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada.
Hubungan konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman, tetapi
dapat juga aplikasi.

8
Ibid, hlm 166.

10
d. Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan
menghubungkan konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal
ini berhubungan dengan aspek aplikasi.
e. Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan ke
dalam permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas
dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis,
sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari
aspek yang diukur. Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi
konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian maka dapat dilakukan
sebagai berikut.
a. Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama atau istilah. Hal-
hal seperti ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan
butir soal bentuk benar-salah (B-S) ataupun isian singkat.
b. Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi
ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple
choice). Definisi atau hubungan sebab-akibat, merupakan bahan
yang dapat diuji dengan bentuk benar-salah, pilihan ganda ataupun
hubungan antarhal (dua pertanyaan yang dihubungkan dengan kata
“sebab”).
c. Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya untuk
dijadikan soal bentuk uraian.
Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan
bentuknya, kita akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaitan.
Bentuk “Hubungan Antarhal” tidak tepat digunakan untuk mengukur
aspek ingatan, tetapi aspek pemahaman ke atas.
2. Menuliskan Soal-soal Tes
Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal
tes (item writing). 9 Walaupun tampaknya tinggal satu langkah, tetapi

9
Ibid, hlm 167.

11
langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini
dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat
sekali lagi bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat
tidak validnya sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi
belajar, faktor bahasa tidak boleh menjadikan hambatan
penyelesaian soal.
b. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau
membingungkan.
c. Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu
diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Dalam matematika
mislanya, penulisan pangkat maupun indeks harus diusahakan pada
tempat semestinya.
d. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa
melihat bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk
mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal yang penting dan
tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus sedemikian rupa sehingga
jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki
oleh guru.
Catatan:
Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba
(tryout) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan
mengadakan uji coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, paling
tidak dapat ditarik manfaat-manfaat sebagai berikut.
a. Pengalaman menggunakan tes tersebut.
b. Mengetahui kesukaran bahasa.
c. Mengetahui variasi jawaban siswa.
d. Mengetahui waktu yang dibutuhkan.10
e. Dan kesulitan lainnya.

10
Ibid, hlm 168.

12
Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun
tes terstandar sehingga kondisi bagi tes tersebut sudah diketahui
dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa bagi guru tidak
dimungkinkan melaksanakan uji coba. Guru yang baik selalu akan
meningkatkan mutu tes yang digunakan.11 Karena menyusun tes itu
sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal
tesnya, dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir
mana yang terlalu mudah, terlalu sukar, atau membingungkan.
Dengan cara demikian, keterampilan guru dalam menyusun tes
akan meningkat dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya
bukan lagi yang paling bawah.
Berhubung setiap bidang studi memiliki sifat dan
karakteristik sendiri-sendiri maka persentase yang menggambarkan
aspek yang diungkap tidak mungkin diseragamkan. Berikut ini
disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi persen setiap
aspek untuk berbagai bidang studi.

KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP DALAM MENYUSUN TES


SUMATIF UNTUK TIAP BIDANG STUDI (dalam 100%)

Aspek yang Diungkap Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


Pokok (%) (%) (%) (100%)

Materi

MATEMATIKA SD 50 30 20 100

SMP 40 30 30 100

SMA 40 30 30 100

11
Ambiyar, Pengukuran & Tes Dalam Pendidikan, (Padang: UNP PRESS, 2011), hlm 35.

13
ILMU
PENGETAHUAN
SD 60 30 10 100

SMP 50 35 15 100

SMA 40 40 20 100

PENDIDIKAN SD 60 25 15 100
MORAL
SMP 50 35 20 100
PANCASILA
SMA 40 35 25 100

Aspek yang Diungkap Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


Pokok (%) (%) (%) (100%)
Materi

ILMU SD 65 25 10 100
PENGETAHUAN
SMP 55 30 15 100
SOSIAL
SMA 45 35 20 100

BAHASA INGGRIS SMP 25 50 25 100

SMA 25 50 25 100

BAHASA SD 40 35 25 100
INDONESIA
SMP 25 40 35 100

SMA 20 50 30 100

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tabel spesifikasi adalah sebuah tabel yang memuat tentang rincian


materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh
penilaian. Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga nampak
hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK.

Terdapat langkah-langkah khusus dalam pembuatan tabel


spesifikasi, tergantung dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman)
materi yang diteskan. Materi yang seragam adalah bahwa antara pokok
materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan
dalam imbangan aspek tingkah laku. Sedangkan materi yang tidak seragam
yaitu adakalanya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup
satu aspek yakni misalnya, ingatan saja.

Tindak lanjut sesudah penyusunan tabel spesifikasi untuk


memperoleh seperangkat soal tes ada dua yaitu: menentukan bentuk soal
dan menuliskan soal-soal tes.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar. Pengukuran & Tes Dalam Pendidikan. Padang: UNP PRESS. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 3. Jakarta: Bumi


Aksara. 2018.

Malawi, Ibadullah & Endang Sri Maruti. Evaluasi Pendidikan. Jawa Timur: CV.
AE Media Grafika. 2016.

Sari, Dwi Ivayana. Evaluasi Pembelajaran. 2015.

16

Anda mungkin juga menyukai