Disusun Oleh:
Dahlia (2011149)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Pembuatan Kisi-kisi (Tabel Spesifikasi)” dapat selesai.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI semester 5 PAI dari Ibu Vera Wahyuni, M.Pd.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan memenuhi wawasan kepada pembaca
tentang cara pembuatan kisi-kisi.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Vera Wahyuni selaku
dosen mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan …………………………………………………………… 1
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue
print.1 Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang rincian materi dan
tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilaian.
Tiap kolom diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal. Dalam
contoh hanya dicantumkan tiga buah aspek karena yang banyak digunakan
di sekolah sampai sekarang hanya tiga buah ini (ingatan, pemahaman, dan
aplikasi). Hal ini tidak berarti bahwa pengungkapan aspek lain yang tidak
diseyogyakan.
1
Ibadullah Malawi & Endang Sri Maruti, Evaluasi Pendidikan, (Jawa Timur: CV. AE
MEDIKA GRAFIKA, 2016), hlm 63.
2
menyangkut ingatan. Apabila kegiatan belajarnya informasi dan evaluasi
dapat uraian, isian singkat, benar-salah (B-S), atau pilihan ganda.
Bagian I … … … …
Bagian II … … … …
Bagian (terakhir) … … … …
Jumlah … … … …
B. Langkah-Langkah Pembuatan
Contoh:
1. Pengertian (2)
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2018), hlm 156.
3
2. Fungsi Evaluasi (3)
3. Macam-macam Cara Evaluasi (4)
4. Persyaratan Evaluasi (5)
Angka-angka yang tertera di dalam kurung menunjukkan imbangan
bobot untuk masing-masing pokok materi. Penentuan imbangan bobot
dilakukan oleh penyusun soal berdasarkan atas luasnya materi atau
kepentingannya untuk dites. Penentuan imbangan dilakukan atas perkiraan
saja. Pada waktu menuliskan angka tidak perlu dihitung-hitung bahwa
jumlahnya harus 10 karena semuanya akan diubah menjadi angka dalam
bentuk persentase.
Dari contoh di atas maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan ke
dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase. Ini merupakan
langkah kedua dari pembuatan tabel spesifikasi.
Pengertian 7
Evaluasi
(14%)
Fungsi Evaluasi 10
(21%)
Macam-Macam 18
cara evaluasi
(36%)
Persyaratan 15
Evaluasi
(29%)
4
Jumlah 50
butir soal
3
Ibid, hlm 157.
5
khusus, tergantung dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi
yang diteskan.
1. Untuk Materi yang Seragam
Yang dimaksud dengan “seragam” di sini adalah bahwa antara
pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai
kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. 4 Misalnya 50% untuk
ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Apabila
demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan pada kolom,
di bawah kata-kata “Ingatan”, “Pemahaman”, dan “Aplikasi”.
Selanjutnya, banyak butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh
dengan cara menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap
pokok materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan. Perlu
diperhatikan bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan
pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka atau menggeser-
gesernya sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh angka
benar.
Contoh:
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI
Aspek Yang Diungkap
4
Ibid, hlm 158.
6
Persyaratan Evaluasi (K) (L) (M) 15
(29%)
Jumlah 50
5
Dwi Ivayana Sari, Evaluasi Pembelajaran, (2015), hlm 74.
7
3) Macam-macam cara evaluasi (5)
4) Persyaratan evaluasi (4)
b. Memindahkan pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks
menjadi persentase (kolom paling kiri).
c. Merinci banyaknya butir soal (ditulis pada kolom paling kanan).
d. Untuk materi seragam, membagi beberapa aspek tingkah laku (kolom
paling atas).6
e. Mengisi banyaknya butir soal untuk setiap sel.
Aspek Yang Diungkap
6
Ibid, hlm 75.
8
C. Tindak Lanjut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2018), hlm 165.
9
ganda, apabila digabungkan dapat diukur dengan soal bentuk
menjodohkan. Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam
menggunakan soal bentuk objektif dan bentuk uraian, untuk
menentukan bentuk soal ini.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus
sudah mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tes. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan alokasi waktu tes adalah berikut ini.
a. Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali
pertemuan (@ 45 menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit,
sedangkan untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran
memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.
b. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif
pilihan ganda kira-kira ½-1 menit untuk setiap butir tes (bentuk
pilhan ganda sederhana benar-salah berangkali dapat lebih singkat).
c. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian
tergantung dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan
jawaban.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir
adalah sebagai berikut.
a. Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh
materi yang diajarkan.8 Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini
berhubungan dengan aspek ingatan.
b. Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh
materi. Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek
pemahaman siswa.
c. Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada.
Hubungan konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman, tetapi
dapat juga aplikasi.
8
Ibid, hlm 166.
10
d. Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan
menghubungkan konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal
ini berhubungan dengan aspek aplikasi.
e. Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan ke
dalam permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas
dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis,
sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari
aspek yang diukur. Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi
konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian maka dapat dilakukan
sebagai berikut.
a. Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama atau istilah. Hal-
hal seperti ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan
butir soal bentuk benar-salah (B-S) ataupun isian singkat.
b. Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi
ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple
choice). Definisi atau hubungan sebab-akibat, merupakan bahan
yang dapat diuji dengan bentuk benar-salah, pilihan ganda ataupun
hubungan antarhal (dua pertanyaan yang dihubungkan dengan kata
“sebab”).
c. Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya untuk
dijadikan soal bentuk uraian.
Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan
bentuknya, kita akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaitan.
Bentuk “Hubungan Antarhal” tidak tepat digunakan untuk mengukur
aspek ingatan, tetapi aspek pemahaman ke atas.
2. Menuliskan Soal-soal Tes
Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal
tes (item writing). 9 Walaupun tampaknya tinggal satu langkah, tetapi
9
Ibid, hlm 167.
11
langkah ini merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini
dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat
sekali lagi bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat
tidak validnya sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi
belajar, faktor bahasa tidak boleh menjadikan hambatan
penyelesaian soal.
b. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau
membingungkan.
c. Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu
diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Dalam matematika
mislanya, penulisan pangkat maupun indeks harus diusahakan pada
tempat semestinya.
d. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa
melihat bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk
mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal yang penting dan
tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus sedemikian rupa sehingga
jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki
oleh guru.
Catatan:
Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba
(tryout) berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan
mengadakan uji coba terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, paling
tidak dapat ditarik manfaat-manfaat sebagai berikut.
a. Pengalaman menggunakan tes tersebut.
b. Mengetahui kesukaran bahasa.
c. Mengetahui variasi jawaban siswa.
d. Mengetahui waktu yang dibutuhkan.10
e. Dan kesulitan lainnya.
10
Ibid, hlm 168.
12
Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun
tes terstandar sehingga kondisi bagi tes tersebut sudah diketahui
dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa bagi guru tidak
dimungkinkan melaksanakan uji coba. Guru yang baik selalu akan
meningkatkan mutu tes yang digunakan.11 Karena menyusun tes itu
sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal
tesnya, dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir
mana yang terlalu mudah, terlalu sukar, atau membingungkan.
Dengan cara demikian, keterampilan guru dalam menyusun tes
akan meningkat dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya
bukan lagi yang paling bawah.
Berhubung setiap bidang studi memiliki sifat dan
karakteristik sendiri-sendiri maka persentase yang menggambarkan
aspek yang diungkap tidak mungkin diseragamkan. Berikut ini
disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi persen setiap
aspek untuk berbagai bidang studi.
Materi
MATEMATIKA SD 50 30 20 100
SMP 40 30 30 100
SMA 40 30 30 100
11
Ambiyar, Pengukuran & Tes Dalam Pendidikan, (Padang: UNP PRESS, 2011), hlm 35.
13
ILMU
PENGETAHUAN
SD 60 30 10 100
SMP 50 35 15 100
SMA 40 40 20 100
PENDIDIKAN SD 60 25 15 100
MORAL
SMP 50 35 20 100
PANCASILA
SMA 40 35 25 100
ILMU SD 65 25 10 100
PENGETAHUAN
SMP 55 30 15 100
SOSIAL
SMA 45 35 20 100
SMA 25 50 25 100
BAHASA SD 40 35 25 100
INDONESIA
SMP 25 40 35 100
SMA 20 50 30 100
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Ambiyar. Pengukuran & Tes Dalam Pendidikan. Padang: UNP PRESS. 2011.
Malawi, Ibadullah & Endang Sri Maruti. Evaluasi Pendidikan. Jawa Timur: CV.
AE Media Grafika. 2016.
16