Disusun Oleh :
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Evaluasi
Pendidikan yakni Bapak Arsil,M.Pd. yang telah memberikan kami amanah untuk mengkaji
dan memaparkan pembahasan tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis”
Pemakalah tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi adalah
kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara merancang Instrumen penilaian tes tertulis?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana cara merancang Instrumen penilaian tes
tertulis.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana menyusun instrumen penilaian tes tertulis
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana menilai kualitas instrumen penilaian tes
tertulis.
BAB II
PEMBAHASAN
Cara merancang Instrumen penilaian tes tertulis, sebelum menulis soal maka hal-hal yang
harus di lakukan diantaranya yaitu:
Tujuan pembuatan instrumen tes inventori ini adalah untuk memperoleh validitas dan
reabilitas yang baik dalam rangka upaya mengembangkan instrumen evaluasi. Tes tertulis
terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Tes prestasi belajar
( atau yang disebut juga dengan juga tes pencapaian belajar) dapat dibuat buat untuk tujuan apa
hasil yang akan disusun itu dipergunakan. Setelah itu barulah dimulai dengan langkah- langkah
utama lainya.
1 Suke silverius. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. 1991.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.hal. 13
Tujuan tes pencapaian belajar adalah untuk mendaptkan informasi tentang seberapa jauh
siswa sudah menyerap isi bahan pengajaran yang disajikan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar.
Penulisan indikator harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam
kisi-kisi.
- Bapak pergi ke ….
- Ibu pergi ke ….
4. Kecakapan hidup
Tes formatif ,misalnya cukup memuat dua komponen , yaitu komponen pokok
bahasan/subpokok bahasan dan komponen ranah kognitif yaitu aspek tingkah laku yang akan
diukur dengan tes yang hendak disusun. Tes sumatif, atau ujian akhir, memiliki lebih banyak
komponen. Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah menysun
kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of specification, lay-out, plan, or frame work
berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.2
2 Ibid. Hal. 14
Kelas : VI
Jumlah Soal :4
Bentuk Soal : 3 Pilihan Ganda (PG) + 1 Uraian
Level No Bentuk
No Kompetensi Dasar Kelas Materi Indikator Soal
Kognitif Soal Soal
Membandingkan Disajikan gambar 4
perkembangbiakan tumbuh-tumbuhan,
tumbuhan dan peserta didik dapat
Perkembang
hewan menentukan dua Peneerapan
1 VI biakan 1 PG
tumbuhan yang (L2)
tumbuhan
brkembang biak
dengan cara yang
sama.
Menganalisis cara Disajikan gambar
makhluk hidup Penyesuaian hewan, peserta didik
Pemahaman
2 menyesuaikan diri VI diri makhluk dapat mnjelaskan cara 2 PG
(L1)
dengan hidup adaptasi hewan
lingkungannya tersebut.
Menyajikan Disajikan gambar 5 alat
informasi tentang elektronik, peserta
perpindahan dan didik dapat
Perubahan Pnerapan
3 energy listrik VI mengiddentifikasikan 3 3 PG
energi (L2)
alat yang mempunyai
perubahan eergi yang
sama saat digunakan.
Menganalisis Disajikan gambar
hubungan antar jarring-jaring makanan
komponen ekosistem pada ekosistem
dan jaring-jaring tertentu, peserta didik
makanan di dapat mnentukan
lingkungan sekitar omponen ekosisteem Penalaran URAIA
4 V Ekosistem 4
yang memiliki pera (L3) N
tertentu dan menjelasan
akibat yang akan
terjadi bila salah satu
komponennya
mengalami kepunahan.
● Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi
● Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi
setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).3
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi yaitu berisi
uraian yang menunjukkan seluruh karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan
spesifikasi mencangkup kegiatan (a) menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih
bentuk instrumen, (d) menentukan panjang instrumen.
Penyusunan instrumen berupa tes dalam penilaian berbasis kompetensi harus mengacu
kepada indikator perilaku siswa sebagimana tertuang dalam kisi- kisi penilaian. Dengan
demikian setiap butir soal harus jelas apa yang ditanyakan maupun jawabab apa yang
dikehendaki.
1. Segi materi
2. Segi kontruksi
a. Untuk soal bentuk objektif diantaranya : pokok soal harus jelas, tidak memberi
petunjuk ke arah jawaban yang benar dan pilihan jawaban harus homogon.
b. Untuk soal bentuk uraian , diantaranya : soal menuntut jawaban terurai dan ada
petunjuk tentang cara mengerjakannya.
3. Segi bahasa
Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik dan
benar, singkat , jelas, serta komunikatif.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan , jumlah peserta , waktu yang
tersedia untuk memeriksa , cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak, waktu
koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi, seperti pilihan ganda, uraian
objektif , uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans),
dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang akurattentang pencapaian
belajar siswa. Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan
bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan
waktu 60 sampai 90 menit.
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes
bentuk belajar objektif .
a. Tes uraian
Pada umumnya bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah
dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk
dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah
dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-
ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. 5
4 Ibid. Hal. 74
● Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yan diteskan, dan kalau
mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
● Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau
catatan.
● Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta
pedoman penilaiannya.
● Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
● Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
b. Tes objektif
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal
yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada
yang salah.6
a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
mengerjakan dan menilai (scoring).
b.Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S
atau SS-BB-SS-BB-SS.
Contoh:
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi
dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan tiap
pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi
adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya
option diusahakan 4 buah).
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal
(item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga
kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih
1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya
mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-
pengertian yang benar-benar homogen.
Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang
dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a. Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang
kelihatan logis.
d. Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
Tujuan analisis butir soal adalah untuk meningkatkan derajat validitas dan reliabilitas soal
secara menyeluruh. Ada empat jenis perhitungan dalam menganalisis butir soal, yaitu :
a. Valid : Soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal
dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran
yang telah ditetapkan
b. Relevan: Tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar
sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar
(Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor).
c. Spesifik: Kesulitan soal tidak saja kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam
memahami soal bila soal tidak disusun secara spesifik.
d. Representatif: Soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya,
dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi
pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam
soal tes.
e. Seimbang : Dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan
memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan yang
terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal.
f. Sensitif : Syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus
memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan yang
tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat
mengerjakan.
g. Fair : Tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan,
jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya. Dalam
pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok tertentu.
h. Praktis: Dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi
pembiayaan maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk
dilaksanakan.7
BAB III
PENUTUP
7 Eko putro widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran. 2009. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 45
A. Kesimpulan
Secara umum ,pengembangan instrumen yang akan dilakukan melalui penelitian
ini ,mencangkup langkah tujuan , penelaan teori, penetapan konsep,penyusunan kisi-
kisi,,menulis instrumen ,penenentuan bobot jawaban, lama menjawab inventor, uji coba, analisis
kualitas inventori, dan revisi penataan inventori.Dimana syarat instrumen yang baik harus
memiliki karakteristik validitas yang baik dan reabilitas yang tinggi.
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes
bentuk belajar objektif. Dimana bentuk tes objektif , misalnya soal benar salah,
menjodohkan ,penyusunan tes pilihan ganda. Tujuan analisis butir soal adalah untuk
meningkatkan derajat validitas dan reliabilitas soal secara menyeluruh.
Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang
berkualitas yaitu; (1) valid, (2) relevan, (3) spesifik, (4) representatif, (5) seimbang (6) sensitif,
(7) fair, dan (8) praktis.
B. Saran
Demikianlah maklah ini dibuat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekuranngannya, karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan yang
lebih kepada pengetahuan yang semakin luas sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Silverius Suke. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik. 1991.Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia