Anda di halaman 1dari 6

SANTUN BAHASA

A. INFORMASI UMUM
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Kode/SKS : UNP 1.60.1404/2 SKS
Pokok bahasan : Santun Bahasa
Pertemuan Ke :2
Dosen : Tim Dosen MK Bahasa Indonesia

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menyimpulkan sejarah, kedudukan dan
fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

C. MATERI
Mengacu kepada capaian pembelajaran di atas, ada beberapa materi yang akan dijelaskan
untuk menambah pemahaman dan wawasan peserta didik.

1. Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu termasuk ke dalam rumpun bahasa
Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua franca di Nusantara. Menurut Arifin (2008)
bukti bahasa melayu digunakan dengan ditemukanya prasasti di nusantara, yang memperkuat
keyakinan tentang penggunaan bahasa melayu di masa lampau seperti prasati Kedukan bukit
(683), prasati Talang tuo (684), prasati Kota kapur (686), prasasti Karang barahi (686), prasati
Ganda lusi(832), prasasti Bogor (942), dan prasasti Pagaruyuang (1356).
Bagan di bawah menggambarkan mengenai penyebaran bahasa Melayu di Indonesia.

Gambar 1.1 Bagan Sejarah Penyebaran Bahasa Melayu


(www.google.com)
Pada zamannya bahasa melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia sudah
memiliki peranan dan kedudukan yang cukup penting, baik dalam pemerintahan maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Banyaknya masyarakat asing yang singgah di nusantara dengan berbagai
bentuk bahasa, maka digunakanlah bahasa melayu sebagai bahasa perhubungan. Ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia (, yaitu (1)
bahasa Melayu merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa
perdagangan; (2) sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari, karena bahasa Melayu
dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ada ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa
kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (ada kasar, lemes); (3) suku-suku di Indonesia
sangat menerima dengan sukarela bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa Indonesia (sebagai
bahasa nasional); (4) bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang lebih luas. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa melayu
yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia sudah memiliki fungsi dan kedudukan tertentu di
masyarakat.
Ada empat faktor pendukung keberterimaan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
(Emidar dan Ermanto, 2018) adalah:

1. Faktor Luasnya Pemakaian Bahasa Melayu


Faktor pendukung pertama keberterimaan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia
adalah faktor luasnya pemakaian bahasa Melayu terutama di wilayah perdagangan Nusantara.
Dilihat dari faktor penggunaan bahasa Melayu sebelum berterima sebagai bahasa Indonesia,
ternyata selama berabad-abad sebelum abad kedua puluh telah dipakai sebagai bahasa perantara
(lingua france) yang tidak hanya di kepulauan Nusantara, tetapi juga digunakan di sebagian
besar daerah Asia tenggara.

2. Faktor Berterimanya Penggunaan Bahasa Melayu dalam Sastra


Faktor pendukung kedua kebeterimaan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah
telah banyaknya penggunaan bahasa Melayu, baik bahasa Melayu tinggi maupun bahasa Melayu
rendah, dalam karya sastra. Rosidi (1968:5) mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19 telah
banyak karya sastra menggunakan bahasa melayu yang ditulis oleh orang-orang yang berasal
dari luar kepulauan Riau dan Sumatera. Karya sastra Melayu yang ditulis dalam bahasa Melayu
tinggi sangat banyak di Nusantara, di antara karya tersebut ada yang usianya sudah berabad-
abad.

3. Faktor Penggunaan Bahasa Melayu dalam Persuratkabaran


Keberterimaan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia adalah faktor telah
digunakannya bahasa Melayu dalam persuratkabaran di Nusantara. Keberadaan bahasa Melayu
itu diakui, baik dalam dunia perdagangan, dunia kesusastraan, maupun dalam dunia
persuratkabaran. Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia seperti sekarang
diperkaya oleh berbagai bahasa daerah dan bahasa asing.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan
bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36). Pada tahun 1928 bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional pada ikrar Sumpah Pemuda
tanggal 28 oktober 1928, para pemuda dan pelajar mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berisi
tiga butir sebagai berikut:

“Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia. Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa
yang satu, bahasa Indonesia. Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjujung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Berdasarkan putusan kongres pemuda di atas tergambar begitu tingginya nasionalisme


kaum muda dan pelajar pada masa itu untuk mengangkat derajat dan martabat bahasa Indonesia
di Nusantara, tanpa paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Kaum muda dan pelajar
begitu berkobarnya semangat memperjuangkan kemerdekaan dan pengakuan bahasa Nasional,
yaitu Bahasa Indonesia di mata dunia.

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang berkembang di Indonesia memiliki dua
kedudukan yang berbeda tergantung pemakaiannya.
a. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan sebagai bahasa
pemersatu antarsuku bangsa dan daerah di Indonesia. Kedudukan itu melekat sejak sumpah
pemuda pada tahun 1928 dengan ikrar yang berbunyi menjoenjoeng tinggi bahasa persatoen
bahasa Indonesia. Sejak 28 Oktober 1928 secara resmi telah diakui adanya bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Mengacu kepada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, maka ada
empat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
1) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional. Seluruh bangsa
indonesia patut berbangga dengan adanya satu bahasa Nasional di antara berbagai bahasa
daerah dengan etnis yang berbeda-beda.
2) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional. Bangsa Indonesia terdiri
dari berbagai etnis atau suku bangsa. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang beragam itu,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang identitas nasional.
3) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa. Hal ini berarti
bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat yang meungkinkan penyatuan berbagai-bagai
suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam
kesatuan kebangsaan Indonesia.
4) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. Jka
bangsa kita tidak memiliki satu bahasa nasional, permasalahan utama yang pasti akan
muncul adalah hambatan komunikasi di antara suku bangsa.

b. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Kedudukan itu termaktub dalam pasal 36 UUD 1945 yang berbunyi Bahasa negara
adalah bahasa Indonesia. Jadi,sejak 18 Agustus 1945 berarti kedudukan bangsa Indonesia, di
samping sebagai bahasa nasional juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara digunakan dalam kegiatan resmi kenegaraan. Mengacu kepada
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara maka ada empat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara.
1) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan. Seluruh kegiatan kenegaraan
dan penyelenggaraan kenegaraan di negara Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia.
Ketika kegiatan upacara kenegaraan, pidato kenegaraan,dokumen kenegaraan, surat-surat
kenegaraan haruslah menggunakan bahasa Indonesia.
2) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan. Kegiatan
belajar mengajar di sekolah dan di perguruan tinggi menggunakan bahasa Indonesia sebagai
pengantar dan juga digunakan dalam pengembangan bahan ajar.
3) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintahan.
4) Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan,dan
teknologi. Indonesia kaya dengan berbagai kebudayaan sejalan dengan kekayaan suku bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia juga digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi ke seluruh rakyat indonesia.

3. Ragam Bahasa Indonesia


Ragam Bahasa berkaitan dengan variasi penggunaan bahasa dalam masyarakat (Emidar
dan Ermanto, 2018). Dalam bahasa Indonesia, dijumpai beberapa kata atau istilah yang
dimaknai secara tumpang-tindih, misalnya kata variasi, ragam, langgam, laras, dan sebagainya.
Beberapa buah kata atau istilah yang maknanya mengacu ke variasi (dalam cakupan bahasa,
khususnya sosiolinguistik), misalnya kata dialek dan logat. Oleh sebab itu, pengertian kata atau
istilah tersebut, khususnya kata variasi bahasa, ragam bahasa, dan langgam bahasa.
Memang, kata variasi dapat ditukar dengan kata ragam, misalnya dalam pernyataan, “Menu di
rumah makan itu tidak bervariasi", menjadi, "Menu di rumah makan itu tidak beragam". Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Alwi (dalam Emidar dan Ermanto, 2018) menjelaskan bahwa
ragam bahasa dibagi menjadi beberapa bagian.
a. Berdasarkan Daerah Asal Penutur
Ragam Bahasa yang pertama dibedakan berdasarkan daerah asal penutur. Hal ini
disebabkan karena daerah asal penutur secara tidak langsung mempengaruhi bahasa yang
dihasilkan oleh penutur, hal ini disebut dengan logat. Logat merupakan cara
mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas, yang dimiliki oleh masing-
masing orang sesuai dengan asal daerah ataupun suku bangsa. Logat dapat mengidentifikasi
lokasi di mana pembicara berada, status sosial-ekonomi, dan lain lainnya. Oleh karena itu,
dikenal juga berbagai logat, seperti logat Minangkabau, logat Jawa, logat Batak, logat
Manado, dll. Logat yang dimiliki dalam satu daerah pun akan berbeda-beda tergantung
wilayah asal dari penutur berada. Misal: Seseorang yang berasal dari kota solok akan memiliki
logat yang berbeda dengan seseorang yang berasal dari kota Batusangkar walaupun berasal
dari logat Minangkabau.

b. Berdasarkan Pendidikan Penutur


Pendidikan merupakan salah satu indicator Bahasa yang dihasilkan oleh penutur.
Secara tidak langsung, seseorang yang berpendidikan tinggi diharapkan menghasilkan
Bahasa yang berbeda dengan seseorang yang tidak berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan
karena Pendidikan mampu memberikan kosakata-kosakata yang baru, serta lebih rinci dan
jelas untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari penutur. Oleh karena itu, berdasarkan
variasinya, Bahasa dibedakan menjadi ragam Bahasa orang berpendidikan dan ragam Bahasa
orang tidak berpendidikan.

c. Berdasarkan Sikap Penutur


Berdasarkan sikap, variasi bahasa dibedakan berdasarkan ragam bahasa santai, akrab,
dan resmi. Ragam bahasa santai digunakan dalam percakapan sehari-hari diantara keluarga
atau kenalan, sedangkan ragam bahasa resmi digunakan dalam situasi formal atau resmi yang
berhubungan dengan kegiatan formal atau resmi. Ragam bahasa akrab digunakan dalam
percakapan dengan rekan sejawat. Perbedaan ketiga ragam ini digunakan tergantung situasi
dan kondisi penutur serta lawan bicara penutur dalam tuturan yang diucapkan.

d. Berdasarkan Pokok Persoalan atau Profesi


Ragam Bahasa berdasarkan pokok persoalan atau profesi akan menghasilkan variasi
Bahasa bagi penutur. Hal ini terjadi karena kosakata yang dihasilkan akan memiliki makna
yang berbeda tergantung pemakaian dan kegunannya. Pemilihan kosakata disesuaikan
dengan bidang penutur. Dengan kata lain, ini menghasilkan sebuah variasi bahasa yang
berbeda maknanya walaupun kosakata yang digunakan sama. Misalnya, penggunaan istilah
operasi dalam bidang kedokteran akan berbeda dengan penggunaan istilah operasi dalam
bidang militer.

e. Berdasarkan Sarana
Mengacu kepada sarana berbahasa, maka variasi bahasa dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu ragam bahasa tulis dan bahasa lisan. Ragam bahasa tulis memiliki ragam bahasa yang
berbeda dengan bahasa lisan. Hal ini karena dalam bahasa tulisan aturan penulisan berbahasa
mengacu kepada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, sedangkan pada Bahasa lisan tidak
mengacu kepada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Pada bahasa lisan, acuan dalam
berbahasa mengacu kepada acuan komunikasi yang bergantung kepada intonasi dan nada
serta memperhatikan diksi yang digunakan.

f. Gangguan Berbahasa
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari telah
mengalami percampuran dengan bahasa lain yang juga berkembang di Indonesia. Hal ini bisa
terjadi pada penutur tingkat atas yang mencampur bahasa dalam komunikasi dengan tujuan
pemenuhan maksud dan tujuan komunikasi. Oleh karena itu, bahasa Indonesia dibedakan
berdasarkan ragam bahasa Indonesia yang mengalami percampuran dan ragam bahasa
Indonesia yang tidak mengalami percampuran. Ragam bahasa berdasarkan percampuran
bahasa dinamakan dengan campur kode. Campur kode mengacu kepada penggunaan
kosakata asing dalam bahasa Indonesia dengan tidak memperhatikan kesesuaian dalam
kalimat, sehingga mempengaruhi bentuk dan makna kalimat.

Anda mungkin juga menyukai