Anda di halaman 1dari 3

Made Sutamaya : Pengepul Sampah Kayu Menjadi Pengusaha Beromset Rp 300 Juta Per Bulan.

tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses di bali

Sampah kayu terkadang masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Padahal dengan hanya
memberikan sentuhan seni dan kreativitas maka sampah itu bisa jadi produk yang bernilai jual.

Hal itulah yang dilakukan oleh salah satu tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses di Bali,
Made Sutamaya (49).

Dalam usahanya yang bernama Kioski Gallery, Ia berhasil mengolah tumpukan sampah kayu bekas yang
berserakan di pinggir pantai menjadi desain interior bernilai jutaan rupiah.

Karyanya cukup mampu menggemparkan jagad bisnis kerajinan yang ada di Indonesia. Ia juga bisa
bersaing dengan para pengusaha yang lebih berpengalaman dengan menampilkan berbagai karya
interior desain unik, kreatif, dan berkesan mewah.

Made memaparkan bahwa ia mendirikan bisnis ini pada tahun 2003. Pengalaman kerja selama 23 tahun
pada salah satu perusahaan mebel menjadi modal dasar (basic) dalam membangun bisnisnya.

Made mengungkap bahwa modal awalnya memulai usaha ini hanya dua karung plastik kayu pantai,
paku, dan palu. Dengan berbekal pengalaman mengolah kayu, Made berhasil menyulap sampah kayu
menjadi produk berharga jutaan.

Made yang hanya lulusan SMA seringkali melihat banyaknya sampah kayu yang kerap berada di pinggir
pantai. Jumlahnya cukup banyak apalagi jika musim hujan.

Dalam proses pembuatan kerajinan, potongan-potongan kayu yang didapat langsung disortir terlebih
dahulu mana yang layak digunakan dan mana yang tidak.

Selanjutnya kayu-kayu itu dikeringkan kemudian lanjut pada tahap perakitan.

Setelah melalui proses perakitan, Made lalu mendesain dan membentuknya menjadi berbagai macam
model interior yang diinginkan seperti kursi, kaca, meja, lampu, dan lain-lain.

Dalam proses merakit Made biasanya menggunakan lem kayu atau paku.

Untuk membuat produk yang berkualitas tinggi tentu harus memerhatikan dengan seksama jenis
sampah kayu yang digunakan. Mulai dari konsep, konstruksi, maupun kualitas kayu agar nanti tidak
terjadi masalah dalam hal perakitan.

Setelah semuanya selesai, langkah selanjutnya adalah pernis. Seluruh kursi, meja, kaca, dan karya
lainnya akan dibuat mengkilap dengan cairan tertentu.

Untuk masalah persediaan kayu Made tidak terlalu ambil pusing karena memang melimpah di pinggir
pantai pada saat musim hujan.
Kalau pun suatu saat ia kehabisan stock di pantai, ia siap membeli kayu bekas pada orang-orang yang
menawarkannya.

Harga yang dibanderol untuk karya-karya Made Sutamaya melalui Kioski Gallery seperti kursi, meja,
kaca, maupun lampu berdiri sekitar ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

kioski gallery

Produk buatan Made ini juga bisa dijamin kualitasnya. Walaupun berasal dari kayu bekas tapi ia bisa
menjamin kalau karyanya itu bisa bertahan 20 sampai 30 tahun mendatang.

Made menuturkan bahwa kuatnya konstruksi kayu dikarenakan terjadi proses kimiawi.

Pada saat terombang-ambing dilautan kayu mengalami reaksi kimia dengan air laut yang berkadar
garam tinggi. Akibatnya kayu menjadi awet dan tidak mudah keropos.

Ada kesenangan tersendiri yang dirasakan Made dalam menjalankan bisnisnya. Karena selain mendapat
keuntungan ia juga mampu menekan jumlah sampah kayu yang ada di pinggir pantai.

Untuk pemasaran produknya sendiri sudah mencapai pasar internasional seperti Jerman, Perancis,
Belanda, Afrika, dan Italia.

Made mengaku mengalami kesulitan untuk menjual produknya pada awal mula bisnis ini. Pasalanya ia
hanya menunggu datangnya pembeli di Gallery-nya. Karena kurangnya pembeli sehingga mau tidak mau
ia harus bergerak sendiri mencari pembeli.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menjual lebih banyak produk adalah dengan mengikuti
pameran.

Cara ini dianggap sebagai jalan alternetif untuk menemukan calon pembeli yang potensial.

Setelah mengikuti pameran, Made mulai bermanuver dengan media online seperti Facebook untuk
memasarkan produk dagangannya.

Alhasil, dengan kedua cara itu ia berhasil meraup keuntungan besar dari bisnisnya.

Lama-kelamaan nama Made Sutamaya semakin terkenal lewat interior desain yang menggunakan
sampah kayu bekas yang mampu meraup omset sampai Rp 300 juta per bulan.

Selain mempunyai omset yang besar, Made juga berhasil meraih beberapa penghargaan. Salah satunya
adalah Parama Karya Award 2015 dari sang Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Made menuturkan bahwa apa yang didapatkannya saat ini adalah buah hasil kerja kerasnya yang
dibantu oleh 30 orang karyawan yang justru sebagian besar dari kalangan yang putus sekolah termasuk
ibu-ibu pengangguran.

Made saat ini telah memiliki 250 mitra bisnis yang tersebar di Bali, Sumbawa, Lombok, dan Jawa Timur.
Ia juga menambahkan bahwa semakin banyak rekan bisnis yang dimiliki maka akan semakin baik untuk
memperluas jaringan pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai