Artikel Psikologi Manajemen
Artikel Psikologi Manajemen
PENDAHULUAN
Hubungan antar manusia (HAM) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi semangat kerja pegawai(Ermita, 2012). Effendy (1993: 48)
mengemukakan ada dua pengertian hubungan antar manusia, yakni hubungan
dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas hubungan antar manusia adalah
komunikasi persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap
muka dalam segala situasi kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan pada
kedua belah pihak yang dilakukan di mana saja dan kapan saja serta dalam semua
aspek kehidupan. Sedangkan hubungan antar manusia dalam arti yang sempit
yaitu komunikasi persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara
tatap muka dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan
(woerk organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan
untuk bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan
bahagia dan puas hati.
Hubungan Antar Manusia yang intim dan harmonis antara pegawai dengan
pimpinan, antara sesama pegawai akan berpengaruh terhadap semangat kerja
pegawai. Pemberdayaan karyawan akan sangat menentukan kesuksesan
organisasi. Organisasi harus menyadari bahwa mereka memerlukan pembelajaran
yang lebih efektif, pemberdayaan karyawan, dan komitmen yang lebih besar dari
setiap orang yang terlibat dalam organisasi. Setiap organisasi harus memahami
bahwa kunci untuk meraih kinerja organisasi yang lebih baik adalah dengan
komunikasi. (Nurrohim & Anatan, 2009).
(andi iramayanti)Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri
begitu juga halnya suatu organisasi. Komunikasi dalam lingkup kehidupan
organisasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Bahkan menurut
Harrington (http://digilib.uinsby.ac.id) masalah komunikasi memiliki skala
sembilan dari sepuluh di sebuah organisasi. Ini menunjukkan betapa pentingnya
komunikasi sehingga bisa mengakibatkan munculnya sikap apatis sebu individu
dalam sebuah organisasi yang akan berdampak pada perkembangan organisasi
tersebut. Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan
individu, merespon dan mengimplementasikan perubahan organisasi,
mengkoordinasikan aktifitas organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir
semua tindakan organisasi yang relevan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
komunikasi yang baik dalam lingkungan organisasi.
Dampak dari komunikasi yang baik akan membantu setiap anggota untuk
bersikap aktif sehingga tingkat kinerja suatu kelompok semakin baik. Sebaliknya,
apabila komunikasi dalam lingkungan organisasi tersebut buruk akan
mengakibatkan munculnya sikap apatis pada diri individu dapat menghambat
dalam pengembangan organisasi serta tidak tercapainya tujuan organisasi tersebut.
Tidak jarang banyak diantara individu yang memiliki sikapa apatis yang
seringkali muncul dan disebabkan oleh gagalnya proses komunikasi dalam sebuah
organisasi. Untuk itu organisasi perlu melakukan komunikasi yang efektif untuk
meningkatkan hubungan baik antar individu didalam suatu organisasi.
KAJIAN TEORI
Apatisme menurut KBBI adalah sikap acuh tak acuh, tidak peduli dn masa
bodoh. Apatis merupakan kurangnya emosi, motivasi, atau entusiasme.
(wikipedia).
Apatisme adalah kata serapan dari Bahasa Inggris, yaitu apathy. Kata
tersebutdiadaptasi dari Bahasa Yunani, yaitu apathes yang secara harfiah berarti
tanpa perasaan. Definisi apatisme, yaitu hilangnya simpati, ketertarikan,
danantusiasme terhadap suatu objek. Menurut Solmitz pada tahun 2000 (dalam
Ahmed, Ajmal, Khalid & Sarfaraz, 2012), apatisme adalah ketidakpedulian
individu dimana seseorang tidak memiliki minat atau tidak adanya perhatian
terhadap aspek-aspek tertentu seperti kehidupan sosial maupun aspek fisik dan
emosional. Pada tahun 2000 (dalam Ahmed, et. al, 2012), apatis adalah istilah lain
untuk sifat pasif, tunduk bahkan mati rasa terutama terhadap hal-hal yang
menyangkut isu sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik. (Arnadi, 2016)
Ciri-ciri Apatismemenurut Michael Rush (Arnadi, 2016)yaitu :
1. Ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi, untuk
menyelidiki atau bahkan untuk menerima emosi dan perasaan sendiri.
2. Perasaan samar-samar, dan yang tidak dapat dipahami, rasa susah, tidak
aman dan merasa terancam.
3. Menerima secara mutlak tanpa tantangan otoritas sah (kode-kode sosial,
orang tua, agama) dan nilai-nilai konvensional membentuk satu pola yang
cocok dengan diri sendiri, yang dalam situasi klinis disebut dengan
kepasifan (pasifitas).
PEMBAHASAN
Sikap apatis pada diri individu dapat muncul akibat dari adanya sikap acuh tak
acuh dari karyawan terhadap kondisidan situasi disekelilingnya. Sikap apatis pada
diri individu disebabkan oleh kurangnya komunikasi antar individu sehingga
menyebabkan hubungan antar individu tidak berjalan dengan baik. Seseorang
yang apatis dapat ditandai dengan hilangnya keinginan berpartisipasi aktif dalam
menyikapi masalah yang dihadapi serta kurangnya keinginan atau motivasinya
dalam berkomunikasi dan adanya sikap tidak peduli dengan lingkungan
disekitarnya.
Dampak sikap apatis adalah:
1. Kurangnya kontrol sosial karena orang apatis tidak perduli atau juga tidak
berminat pada berbagai hal.
2. Orang apatis serta orang-orang di sekitarnya cenderung sulit untuk
berkembang menjadi lebih baik disebabkan kurangnya kesadaran atau juga
kepedulian terhadap diri sendiri, orang lain, serta lingkungan sekitarnya.
3. Meningkatkan potensi timbulnya individualisme di dalam suatu
masyarakat sehingga tiap-tiap orang tidak perduli satu sama lain.
4. Sikap apatis ini juga dapat berpotensi menimbulkan masalah yang lebih
besar, misalnya perselisihan atau juga perpecahan di dalam organisasi.
Apatis dalam kamus bahasa indonesia diartikan dengan acuh tak acuh atau
tidak peduli, masa bodoh. Kita tahu jika sudah berkata masa bodoh, maka yang
terlintas dipikiran kita adalah tidak tahu dan tidak mau tahu.
Untuk menyikapi hal ini maka sangat perlu ditingkatkan efektivitas
komunikasi dengan beberapa cara diataranya:
1. Berusaha untuk menyadari dan mengerti diri individu masing-masing
deengan cara melakukan pendekatan yang tepat
2. Jangan bersikap keras Jangan menghadapi kekerasan dengan kekerasan.
Orang dengan sifat cuek dan keras kepala lebih tepat dihadapi dengan
kasih sayang. Karena jika dikerasi, dia akan semakin tidak peduli. Mereka
alergi dengan bentakan dan memilih tidak peduli dan seolah tidak terjadi
apa-apa. Berbeda jika kasih sayang yang menghampiri mereka. Mereka
akan lebih mau mendengarkan meski seolah tak peduli.
3. Jangan diatur, Jangan menjadi possesive dan suka mengatur. Karena setiap
individu tidak suka diatur. Mereka menganggap cara mereka adalah yang
paling tepat untuk mereka. Tentu setiap orang mempunyai cara masing-
masing untuk menghadapi segala sesuatu. Mereka akan merasa terganggu
jika prinsip mereka diusik.
4. Bersimpati kepda sesama individu, tentu setiap individu akan berbagi
kepada seseorang yang dia percaya. Jadi, buat dia percaya bahwa kita mau
mendengar segala yang akan dia ceritakan, Yakinkan bahwa dia tidak akan
dihakimi atau diejek atas segala kejujuran yang akan ia ungkapkan. Tentu
itu butuh waktu yang lama, setelah dia tau bahwa setiap curahan hati yang
dia ucapkan ditanggapi positif, dilain kesempatan dia tidak akan segan
untuk curhat lagi.
5. Kebanyakan orang yang bersikap keras justru berhati lembut. Orang
dengan tipe seperti ini sangat membutuhkan perhatian yang super, karena
dia akan menyimpan segala sesuatunya sendiri. Ada sisi rapuh disini,
dimana dia mudah terkoyak oleh sesuatu yang mengena seperti kasih
sayang. Ambilah sisi ini, karena sisi tersebut sangat sensitif dan mudah
mempengaruhinya.
6. Bersabar dalam menghadapi orang yang cuek dan keras kepala. Karena
untuk menyentuh kehidupan seseorang diperlukan waktu yang tidak
singkat, ada proses di dalamnya.
Adanya komunikasi yang efektif dapat menghindari sifat apatis dari setiap
individu sehingga dapat menjadikan individu dalam tiap organiasi lebih
kritis dan bersikap peduli yang akan menciptakan hubungan antar individu
dapat terjalin dengan baik dan lancar. Dengan adanya hubungan kerja yang
baik maka tujuan dari organisasi akan dapat tercapai secara efektif dan
efisien
PENUTUP
Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
komunikasi. Dalam suatu organisasi tidak dapat dipungkiri akan ada ditemukan
yang namanya individu yang bersikap apatis salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan efektiftas komunnikasi
sehingga hubungan antar individu berjalan lancar yang dapat memotivasi individu
didalam organisasi untuk bersikap kritis dan peduli terhadap linngkungan
disekitarnya.
DAFTAR RUJUKAN
Arnadi. (2016). Analisis Faktor Pembentuk Sikap Apatisme Mahasiswa Pada
Partai Politik. Digilib. Retrieved from
http://digilib.unila.ac.id/22342/3/SKRIPSI TANPA BAB
PEMBAHASAN.pdf
Ermita, E. (2012). Hubungan Antar Manusia dan Semangat Kerja Pegawai.
Jurnal Pedagogi, 12(2), 70–81.
Nasrudin, Endin. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung : Pustaka Setia.
Nurrohim, H., & Anatan, L. (2009). Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi.
Jurnal Manajemen Maranatha, 8(2), 11–20.
W. Sarwono, Sarlito. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.